lk pneumonia & susp. encephalitis

36
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA PENGERTIAN Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993). Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru di mana asinus terisi dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga intestinum (Amin & Al sagaff, 1989). Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat yang mengisi alveoli dan bronchiolus ( Axton ). PENYEBAB - Virus Influensa - Virus Synsitical respiratorik - Adenovirus - Rhinovirus - Rubeola - Varisella - Micoplasma (pada anak yang relatif besar) - Pneumococcus - Streptococcus - Staphilococcus 1. Infeksi Bakteri Pneumokokus, streptrokokkus, stafilokokus, H.Influenzae, klebsiella, basilus tuberkulosa. 2. Infeksi Virus Pneumonitis interstitial dan bronkiolitis, pneumonia sel raksasa, influenzae.

Upload: sandi-alfa-wiga-arsa

Post on 24-Apr-2015

97 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

materi

TRANSCRIPT

Page 1: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

PENGERTIAN

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi

akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru di mana asinus terisi dengan cairan

radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan

rongga intestinum (Amin & Al sagaff, 1989).

Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat

yang mengisi alveoli dan bronchiolus ( Axton ).

PENYEBAB

- Virus Influensa

- Virus Synsitical respiratorik

- Adenovirus

- Rhinovirus

- Rubeola

- Varisella

- Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

- Pneumococcus

- Streptococcus

- Staphilococcus

1. Infeksi Bakteri

Pneumokokus, streptrokokkus, stafilokokus, H.Influenzae, klebsiella, basilus tuberkulosa.

2. Infeksi Virus

Pneumonitis interstitial dan bronkiolitis, pneumonia sel raksasa, influenzae.

3. Infeksi Lain

Pneumonia Pneumocystis Carinii, demam , Pneumonia Mycoplasma, Treponema

Pallidum, Nokardiosis, Aktinomikosis, Klamidya.

4. Infeksi Mikosis

Aspergillosis, koksidiodomikosis, histoplasmosis, blastomikosis, mukomikosis.

5. Aspirasi

Kandungan-kandungan amniotik (anoksia janin) bahan makanan, benda-benda asing, seng

stearat, debu, hidrokarbon, zat lipoid.

6. Sindrom Loffler

7. Pneumonia Hipostatis (Nelson, 1998).

Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Anatomi

Page 2: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

1) Pneumonia lobaris

2) Pneumonia lobularis (Bronchopneumonia)

3) Pneumonia interstitial (Bronchiolitis).(Ngastiyah, 1998).

TANDA DAN GEJALA

Sesak Nafas

Batuk nonproduktif

Ingus (nasal discharge)

Suara napas lemah

Retraksi intercosta

Penggunaan otot bantu nafas.

Frekuensi napas : umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt a/ lebih

umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt a/ lebih

umur < 2 bulan 60 x/mnt.

Demam

Ronchii

Cyanosis

Leukositosis

Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.

Mual sampai muntah, kadang-kadang perut kembung

2

Page 3: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

PATOFISIOLOGI

NORMAL

(Sistem Pertahanan)

Terganggu

Organisme ® sal nafas bag bawah

Virus neumokokus Stapilokokus

Merusak sel epitel bersilia, Alveoli Toksin, Coagulase

sel goblet

Eksudat masuk Trombus

Kuman patogen mencapai ke Alveoli

bronkioli terminalis

Cairan edema + leukosit Sel darah merah, Permukaan

ke alveol leukosit, pneumokokus pleura tertutup

mengisi alvioli lapisan tebal eksudat.

Konsilidasi Paru Leukosit + Fibrin Trombus Vena

Mengalami konsolidasi Pulmonalis

Kapasitas Vital, Leukositosis Nekrosis-

Compliance menurun, Hemoragik ses,

Pneumatocele.

Page 4: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Terapi / Pengobatan.

ANTIBIOTIKA ( LAB / UPF IKA, 1994 : 234 )

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotika

Pada Px yang dirawat inap ( peny. Berat ) harus segera diberi antibiotika

Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur, ku Px, dugaan kuman Penyebab

1. Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus

pneumonia, hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat

diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai Kombinasi:

PP 50.000 – 100.000 KI / Kg / 24 jam, IM, 1 – 2 x / hari dan Kloramfenikol 50 – 100

mg / kg / 24 jam IV / oral, 4 x / hari

Atau kombinasi : Ampisilin 50 – 100 mg / kg / 24 jam IM / IV, 4 x / hari dan

Kloksasilin 50 mg / kg / 24 jam IM / IV, 4 x / sehari

Atau Kombinasi :

Eritromisin 50 mg / kg kloramfenikol ( dosis sda )

Bila ada alergi terhadap penisilin

2. Umur < 3 bulan, biasanya disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Stafilokokus

Kombinasi : PP ( dosis sda ) dan Gentamisin 5 – 7 mg / kg / 24 jam IM / IV, 2 – 3 x /

hari Atau Kombinasi :

Kloksasilin ( dosis sda ) dan Gentamisin ( dosis sda ).

Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak > 3 bulan dengan malnutrisi berat atau Px

immuno – compromized

3. Anak-anak > 5 tahun yang non toksit biasanya disebabkan oleh Steptokokus

pneumonia

PP Im atau

Fenoksimetilpenisilin 25.000 –50.000 KI / kg / 24 jam oral, 4 x / hari atau

Eritromisin ( dosis sda ) atau Kotrimoksazol 6 / 30 mg / kg /24 jam oral, 2 x /

hari

Page 5: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

IDENTITAS :

Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa.

Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar

Sering terjadi pada bayi & anak

Banyak < 3 tahun

Kematian terbanyak bayi < 2 bl.

KELUHAN UTAMA :

Sesak napas.

RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG :

Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian

mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada

anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul

batuk, sesak, nafsu makan menurun.

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk

disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk

dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

RIWAYAT KEPERAWATAN SEBELUMNYA:

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas.

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam

rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis

klien.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

NUTRISI / CAIRAN :

Nafsu makan / minum menurun, mual, muntah, kembung, turgor jelek, kulit kering.

PEMERIKSAAN FISIK :

INSPEKSI :

- Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea

Page 6: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

- Sianosis sirkumoral - Distensi abdomen

- Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada

PALPASI : - Fremitus raba meningkat disisi yang sakit

-Hati kemungkin membesar

PERKUSI : - Suara redup pada paru yang sakit

AUSKULTASI : Rankhi halus ® Rankhi basah, Tachicardia.

1. Sistem Pulmonal

Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng

Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif),

sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut

meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

2. Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah

menurun

3. Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

4. Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal,

5. Sistem digestif

Subyektif : mual, kadang muntah

Obyektif : konsistensi feses normal/diare.

6. Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot

aksesoris pernafasan

7. Sistem Integumen

Subyektif : -

Page 7: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak

keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Studi Laboratorik :

Hb : menurun/normal

Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar

oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal

Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan ipenumpukkan sekret pada jalan

napas

2. .Defisit volume cairan berhubungan dengan Respiratory distress, penurunan intake

cairan.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

vomiting, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi.

4. Hipotermi berhubungan dengan invasi kuman ke pusat pengatur panas (Hypotalamus)

5. Kecemasan : anak berhubungan dengan hospitalisasi, respiratory distress.

6. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala, nyeri dada.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan intake,

demam.

RENCANA KEPERAWATAN :

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan infeksi paru-paru.

Karakteristik : batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak

nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis,

leukositosis

Tujuan :Anak akan menunjukkan pola nafas yang efektif

Kreteria :

RR dalam batas normal, suara nafas bersih dan sama pada kedua sisi, suhu dalam

batas normal (36,5 – 37,2OC).

Tidak ditemukan : batuk, Sianosis, haluaran hidung, Retraksi dan diaporesis.

Jumlah sel darah putih normal.

Rontgen dada bersih

Saturasi oksigen 85 % - 100 %.

Page 8: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Intervensi :

1. Observasi : RR, suhu, suara nafas, Saturasi oksigen dan tanda-tanda keefektifan

jalan napas.

Rasional : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah

diberikan. Memonitoring perkembangan keadaan jalan napas guna pedoman

tindakan selanjutnya.

2. Lakukan fioterapi dada sesuai jadwal.

Rasional : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi. Melatih otot –

otot pernapasan.

3. Berikan oksigen yang dilembabkan dan kaji keefektifan terapi

Rasional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

4. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis dan kaji keefektifan dan efek

samping (ruam, diare).

Rasional : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan dan mencegah

infeksi yg lebih parah guna mempercepat proses penyembuhan paru.

5. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks.

Rasional : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi

jaringan paru

6. Lakukan suction secara bertahap.

Rasional : Membantu pembersihan jalan nafas

7. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam

Rasional : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan Respiratory distress, penurunan intake

cairan, Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam.

Karakteristik :

Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa

kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.

Tujuan : Anak akan menunjukkan volume cairan yang adekuat.

Kriteria :

Intake cairan adequat, baik IV maupun oral

Tidak adanya lethargi, muntah, diare

Suhu tubuh normal, mukosa membran lembab

Turgor kulit kembali cepat

Urine output normal, Bj urine normal (1.008 – 1,020).

Intervensi :

1. Catat intake dan output, berat diapers untuk output.

Page 9: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Rasional : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output

2. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line.

Rasional : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan

3. Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu.

Rasional : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan

4. Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam.

Rasional : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum

5. Beri cairan sesuai advis

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan Klien.

6. Kaji tentang pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam : Monitoring intake dan

output, Mengenali tanda dan gejala kekurangan cairan sekaligus berikan H.E

tentang masalah tersebut.

Rasional : Melaksanakan fungsi education Perawat terhadap keluarga klien agar

dapat membantu dalam pemeliharaan kesehatan anaknya sendiri.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan respiratory

distress, anoreksia, vomiting, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi.

Tujuan : Selama dalam perawatan klien tidak kekurangan kebutuhan nutrisi dengan

kriteria : Anoreksia ( -), Vomiting ( - ), Berat badan Normal.

Intervensi :

1. Kaji dan monitoring terus tentang output dan intake nutrisi

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan intake dan output cairan sehingga dapat

menentukan keputusan untuk tindakan selanjutnya.

2. Berikan makanan sedikit demi sewdikit tetapi sering.

Rasional : Dengan makan yg sedikt-sedikit tapi sering maka kebutuhan akan

nutrisinya bisa tercukupi.

4. Hipotermi berhubungan dengan invasi kuman ke pusat pengatur panas (Hipotalamus)

Tujuan : Selama berada di RS, Klien akan merasa nyaman dan tidak cemas dengan

kriteria : Klien tidak rewel, klien bisa bermain dengan tenang, anak tidak ketahutan

dan anak kooperatif.

Intervensi

1. Ciptakan situasi / area yang nyaman

Rasional : Mengurangi rasa takut klien..

2. Berikan mainan yang sesuai.

Rasional : Memenuhi kebutuhan bermain anak, sekaligus menggairahkan anak.

3. Berikan cerita-cerita yang lucu dan menarik anak.

Page 10: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Rasional : Menciptakan hubungan yang baik denga anak.

Page 11: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk

Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Page 12: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : An.

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 4 bulan

Agama : Islam

Alamat : Pamekasan

Nama orang tua : Tn. Suk

Usia : 38 tahun

Pendidikan : D III

Pekerjaan : Guru (PNS)

Agama : Islam

Alamat : Pamekasan

Data Medik

Tanggal masuk : 3 Juli 2002

Jam Masuk : 23.35 WIB

Cara masuk : lewat IRD

Diagnosa Medik : Pneumonia & Susp. Encephalitis

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang

Klien datang ke rumah sakit dengan diantar keluarga setelah sebelumnya

mengalami mencret selama 2 hari (mulai 1 Juli 2002) dengan jumlah feses + ½

gelas tiap kali mencret dan frekuensi 4 – 5 kali tiap hari. Feses tidak disertai

lendir/darah. Demam terjadi sejak 3 hari sebelum demam dan naik turun. Klien

sudah dibawa ke Dokter tapi tidak sembuh.

Saat ini klien dibawa ke RS karena kejang dan tidak sadarkan diri. Kejang yang

dialami klien terjadi tangal 3 Juli 2002 pagi hari (pk. 09.00 WIB) saat demam,

selama l.k 2 menit. Kejang tonik disertai dengan keluarnya ludah dari mulut klien.

Klien tidak mengalami cyanosis dan tidak mampu menangis setelah kejang. Kejang

hilang dengan sendirinya dan hanya terjadi satu kali. Kejang tidak terjadi lagi

hingga klien masuk dirumah sakit, tetapi kesadaran klien tetap menurun. (GCS : M

2 V 1 E 2)

2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Tumbuh Kembang

Klien telah bisa tengkurap

Page 13: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Kilen tidak pernah menggalami kejang sebelumnya, klien tidak pernah mengalami

batuk pilek akhir-akhir ini. Pernah batuk pilek usia 2 bulan.

2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN BODY SYSTEM).

Sistem Pulmonal

Subyektif : -

Obyektif : Pernafasan cuping hidung, RR 36 X/menit (dengan bantuan oksigen

6 l/m) pola nafas eupnea, sputum banyak keluar dari mulut,

penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada

lapang paru basal kanan dan kiri.

Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : -

Obyektif : Denyut nadi 124 X/menit, TD tidak terkaji.

Sistem Neurosensori

Subyektif : -

(a) Obyektif : GCS menurun (V 2 M 1 E 2), refleks pupil positif isokhor,

reflek iris positif, Babinski 1 (-) Babinski 2 (+/?) refleks patella dalam

batas normal, refleks palmar (+)

Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : b.a.k 3-4 kali sehari, Jumlah urine banyak, warna kuning muda

volume tidak diketahui

Sistem digestif

Subyektif : -

Obyektif : b.a.b 1 kali sehari (?), konsistensi feses normal

Sistem Musculoskeletal

Subyektif : -

Obyektif : tonus otot menurun, Kekuatan otot 3/3/3/3

retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

Page 14: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Sistem Integumen

Subyektif : -

Obyektif : kulit pucat, suhu tubuh 38,8OC, BB 6 kg, LK 45 cm, LD 43 Cm,

kemerahan pada kulit bokong dan punggung, popok basah

IV. DIAGNOSTIC TEST

Hasil Laboratorik

Tanggal 3 Juli 2001; 23.50 WIB

Hb : 8,3 mg% (11,4 – 15,1 mg%)

Trombosit : 564 X 109/l (150 – 300 X 109/l )

Leukosit : 29,7 X 109/l (4,3 – 11,3 X 109/l )

PCV : 0, 26 ( 0,38-0,42 )

Glukosa : 165 mg/dl ( < 200 )

Elektrolit :

Kalium : 3,85 mEq/l ( 3,8 – 5,0 mEq /l)

Natrium : 113 mEq/l (136 – 144 mEq/l)

Analisa Gas Darah

pH : 7, 396 (7,35 – 7,45 )

pCO2 : 32,1 mmHg ( 25 – 45 mmHg)

pO2 : 335,4 mmHg (80 – 104 mmHg)

HCO3 : 4,2 mmol/l (< 4,25 mmol/l)

O2 saturasi : 99,8 %

CO2 saturasi : 20,2 mmol/l

BE : - 5,7 (-3,3 -- +1,2)

Terapi Pengobatan :

- Oksigen T-Piece 40 %

- D5 ½ S 500 cc/24 jam

- Sonde D5 3 X 25 cc

ASI/PASI 5 X 25 cc

- Cefotaxim 3 X 500 mg

- Cloxacillin 3 X 500 mg

- Dilantin 3 X 52 mg

- Dexamethason 3 X 1 mg

- Valium 2 mg (bila perlu)

Page 15: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

V. ANALISA DAN SINTESA DATA.

Data Etiologi Masalah

DS : -

DO : Na 133 mEq/l

Riwayat diare

Diare

Pengeluaran Elektrolit

berlebih intravekal :

Natium, Kalium

Kadar Natrium rendah

Keseimbangan cairan dan

elektrolit

DS : -

DO : Sputum pada mulut

Ronchii lapang basal

paru

Invasi kuman penyakit

Per tahanan lokal :

Produksi sputum berlebih

oleh sel goblet

Cairan sputum menumpuk

pada bronkus terminalis &

bronkeolus

Sumbatan nafas

Bersihan Jalan Nafas

DS :-

DO : Suhu tubuh 38,8 OC

Invasi kuman

Pertahanan tubuh

nonspesifik : Pengeluaran

pirogen

Peningkatan sirkulasi

perifer

Peningkatan Suhu tubuh

Thermoregulasi

DS : -

DO : GCS (M2 V1 E 2)

Tonus otot 3/3/3/3

Kondisi sakit,

ketidakberdayaan

Pengaruh (depresi) SSP

Keselamatan

Page 16: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Penururnan kesadaran

Resiko Cidera

Page 17: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada

jalan nafas

DS : -

DO : - Terdapat secret/sputum pada mulut, Ronchii lapang basal paru kanan kiri

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan Hiponatremia

sekunder terhadap diare

DS : -

DO : - Natrium 133 mEq/l

- Riwayat Diare (data sekunder)

3. Hiperthermia berhubungan dengan proses penyakit

DS : -

DO : -Suhu tubuh 38,8 OC

4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan fisik

DS : -

DO : GCS 5 (M2 V1 E2), Tonus otot 3/3/3/3

Page 18: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

III. PERENCANAAN

Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

pada jalan nafas

Hasil yang diharapkan : Jalan nafas bersih

Rencana Tindakan Rasional

Kaji tanda-tanda vital; terutama

pernafasan

Kaji bersihan jalan nafas : sputum,

mulut, stridor, ronchii

Atur posisi klien : kepala hiperekstensi

Atur posisi klien : Trendelenburk

Lakukan fibrasi paru dan postural

drainage

Lakukan penghisapan lendir tiap 3 jam

atau bila perlu

Evaluasi hasil kegiatan tiap 3 jam atau

bila perlu

Pernafasan merupakan karakteristik

utama yang terpengaruh oleh adanya

sumbatan jalan nafas

Pemantauan kepatenan jalan nafas

penting untuk menentukan tindakan

yang perlu diambil

Meminimalkan resiko sumbatan jalan

nafas oleh lidah dan sputum

Merupakan mekanisme postural

drainage, memfasilitasi pengeluaran

secret paru

Rangsangan fisik dapat meningkatkan

mobilitas secret dan merangsang

pengeluaran secret lebih banyak

Eliminasi lendir dengan suction

sebaiknya dilakukan dalam jangka

waktu kurang dari 10 menit, dengan

pengawasan efek samping suction

Memasatikan tindakan/prosedur yang

dilakukan telah mengurangi masalah

pada klien

Page 19: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

Hiponatremia sekunder terhadap diare

Hasil yang diharapkan :

- Kadar Natrium kembali normal

- Tidak terdapat tanda-tanda hiponatremia : kejang, penurunan kesadaran,

kelemahan

Rencana Tindakan Rasional

Kaji adanya tanda/gejala hiponatremia

Kaji Intake dan output harian

Berikan ekstra cairan mengandung

Natrium

(kolaborasi dengan dokter)

Lakukan pemeriksaan elektrolit : Na

minimal dua hari sekali

Gejala hiponatremia; terutama kejang

sangat berbahaya bagi kondisi anak

dan dapat memperberat kondisi serta

menimbulkan cidera

Memastikan kebutuhan cairan harian

tercukupi

Meningkatkan kadar Natrium dalam

darah, koreksi dengan menghitung

defisit Natrium (berdaraskan hasil

laboratorium)

Mengevaluasi hasil seluruh tindakan

Page 20: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Hiperthermia berhubungan dengan proses penyakit

Hasil yang diharapkan :

- Suhu tubuh normal (36-37OC)

Rencana Tindakan Rasional

Kaji saat timbulnya demam

Kaji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau

lebih sering

Berikan kebutuhan cairan ekstra

Berikan kompres dingin

Kenakan pakaian minimal

Berikan terapi cairan intravena RL ½

Saline dan pemberian antipiretik

Atur suhu incubator

Mengidentifikasi pola demam

Acuan untuk mengetahui keadaan

umum klien

Peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang banyak

Konduksi suhu membantu

menurunkan suhu tubuh

Pakaian yang tipis akan membantu

mengurangi penguapan tubuh

Pemberian caiaran sangat penting bagi

klien dengan suhu tinggi. Pemberian

caiaran merupakan wewenang dokter

sehingga perawat perlu berkolaborasi

dalam hal ini.

Inkubator mampu mempengaruhi suhu

lingkungan bayi; penting dalam proses

konduksi dan evaporasi

Page 21: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal 4 Juli 2001

Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

pada jalan nafas

Jam Implementasi Evaluasi

07.30

07.45

07.50

07.50

08.00

08.00

11.00

11.05

11.10

14.00

14.00

Mengkaji tanda-tanda vital : S :

38,6;P : 38 X/m

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (+), stridor(+), ronchii

(+) pada lapang basal paru

Mengatur posisi klien : kepala

hiperekstensi, diganjal dengan

kain

Mengatur posisi klien :

Trendelenburk

Melakukan fibrasi paru dan

postural drainage

Melakukan penghisapan lendir

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (+), stridor(+), ronchii

(+) pada lapang basal paru

Melakukan fibrasi paru dan

postural drainage

Melakukan penghisapan lendir

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (-), stridor(+), ronchii

(+) minimal pada lapang basal

paru

Melakukan penghisapan lendir

Tanggal 4 Juli 2001; 14.00 WIB

S : -

O : lendir pada mulut berkurang

Stridor minimal (+) Ronchii

grade I pada palang paru

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tetap, dilanjutkan

Page 22: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

Hiponatremia sekunder terhadap diare

Jam Implementasi Evaluasi

09.00

09.10

09.15

10.00

12.10

Mengkaji adanya tanda/gejala

hiponatremia

Mengkaji Intake dan output

harian

Memberikan ekstra cairan

mengandung Natrium

(kolaborasi dengan dokter) : NS

60 cc

Mengkaji tanda kejang

Mengkaji tanda kejang

S : -

O : tanda klinis hiponatreima (-)

Intake total 660 cc, Output

l.k 500 cc

A : Masalah teratasi sebagian

P : Evaluasi elektrolit, kaji tanda

klinis hiponatremia

Page 23: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Hiperthermia berhubungan dengan proses penyakit

Jam Implementasi Evaluasi

07.25

07.30

09.00

09.00

09.00

10.25

12.00

13.30

Mengkaji saat timbulnya demam

: l.k 2 jam yang lalu

Kaji tanda-tanda vital : S : 38,6

Membuka selimut, mematikan

mesin inkubator, membuka

jendela sirkulasi inkubator

pemberian antipiretik : Pamol 60

mg

Mengkaji tanda vital : S ; 38,2OC

Mengkaji tanda vital : S : 37,8OC

Mengkaji tanda vital : S : 37,5OC

S : -

O : Suhu tubuh 37,4OC

A : Masalaha teratasi

P : -

Page 24: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Tanggal 5 Juni 2001

Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

pada jalan nafas

Jam Implementasi Evaluasi

07.30

07.45

07.50

07.50

08.00

08.00

11.00

11.05

11.10

14.00

14.00

Mengkaji tanda-tanda vital : S :

37,3;P : 38 X/m

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (-), stridor(+), ronchii

(+) minimal pada lapang basal

paru

Mengatur posisi klien : kepala

hiperekstensi, diganjal dengan

kain

Mengatur posisi klien :

Trendelenburk

Melakukan fibrasi paru dan

postural drainage

Melakukan penghisapan lendir

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (-), stridor(-), ronchii (+)

minimal pada lapang basal paru

Melakukan fibrasi paru dan

postural drainage

Melakukan penghisapan lendir

Mengkaji bersihan jalan nafas :

sputum (-), stridor(-), ronchii (+)

minimal pada lapang basal paru

Melakukan penghisapan lendir

Tanggal 5 Juli 2001; 14.00 WIB

S : -

O : lendir pada mulut berkurang

Stridor (-) Ronchii grade I

pada palang paru

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tetap, dilanjutkan

Page 25: LK Pneumonia & Susp. Encephalitis

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

Hiponatremia sekunder terhadap diare

Jam Implementasi Evaluasi

09.00

09.10

09.15

Mengkaji adanya tanda/gejala

hiponatremia

Mengkaji Intake dan output

harian

Mengkaji hasil laboratorium :

Na 138 mEq/l

S : -

O : Na 138 mEq/l

A : Masalah teratasi

P : -

Kondisi anak stabil, Ronchii Grade I, Produksi sputum berkurang, tanda kejang (-)

Anak dipindah ke Ruang UPI Anak Lt. II