patofisiologi infeksi pneumonia

37
Makalah PNEUMONIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan “Sistem Respirasi” Semester IV B Disusun oleh : kelompok V 1. Yuli wahyu P (1214314201070) 2. Firda Laily.R (1214314201047) 3. Oktaviani Ratunasari (1214314201060) 4. Yuli Andriani (12143142010) 5. Fitriadi P (12143142010)

Upload: radit-pananggala

Post on 11-Apr-2016

58 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Patofisiologi Infeksi Pneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Makalah PNEUMONIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan

“Sistem Respirasi”

Semester IV B

Disusun oleh :

kelompok V

1. Yuli wahyu P (1214314201070)

2. Firda Laily.R (1214314201047)

3. Oktaviani Ratunasari (1214314201060)

4. Yuli Andriani (12143142010)

5. Fitriadi P (12143142010)

STIKES MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2013/2014

Page 2: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan

berkat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, kami memilih judul, ”Pneumonia” . Kami menyadari sepenuhnya bahwa

pengetahuan dan kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penulisan makalah ini

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya penulisan makalah

ini.Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Penyusun

( Kelompok 5 )

Page 3: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.

Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut

pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronco nomonia. Gejala penyakit tersebut

adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak dan juga

bisa menjadi penyebab kematian diantara semua kelompok umur. Organisasi Kesehatan

Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan oleh

Pneumonia. Lebih dari 2.000.000 anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO

juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 Juta ini (vaksin dicegah) kematian yang

disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia, dan lebih dari 90% dari kematian ini

terjadi dinegara-negara berkembang. Oleh karena itu kami diberi tugas untuk membahas

masalah pneumonia ini, agar dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

1.2 DEFINISIPneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yangumumnya disebabkan oleh agent infeksi.Pneumonia adalah peradangan angkut parehkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.

Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bawah (lower respiratory tract) LTR akut, biasanya disebabkan oleh infeksi. (Jeremy,2007)

Pneumonia bukan penyakit tunggal.penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama baktri, virus, mikroplasma,jamur berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua, penderita penyakit kronis. (Elin, 2008)

Page 4: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

1.3 Klasifikasi Pneumonia

a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,

CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di

luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah

dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit

selama >14 hari (Jeremy, 2007).

b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang

terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini

didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1%

dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama

dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di

ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia (Supandi, 1992).

c. Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain

setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa

didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan

gangguan refleks menelan (Jeremy, 2007).

d. Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya

steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan

mikobakteri, selain organisme bakteria lain (Jeremy, 2007).

Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang terjadi pada

fibrosis kistik dan bronkietaksis (Jeremy, 2007).

Page 5: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ”ganda”.

b. pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatkannya, disebut juga pneumonia loburalis.

c. pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (Interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

1.4 ETIOLOGIPneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter2. Virus: virus influenza, adenovirus3. Micoplasma pneumonia4. Jamur: candida albicans5. Aspirasi: lambung

Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia.melalui siag infuse oleh staphylococcus aures sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.

Jenis pneomonia

Etiologi Factor resiko Tanda dan gejala

Sindroma tipikal

Streptococcus pneumonia tanpa penyulit

Streptococcus pneumonia dengan penyulit

Sickle cell diases Hipogammaglobu

linemia Multiple mieloma

Onset mendadak dingin,menggigil,demam(39-40 C)

Nyeri dada pleuritis Batuk

produktif ,sputum hijau dan purulen serta mungkin mengandung bercak darah terkadang hidung kemerahan

Page 6: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Retraksi intercostals,penggunaan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis

Sindroma atipik

Haemophilus influenza

Staphiloccucus aereus

Usia tua COPD Flu

Onset bertahap dalam 3-5 hari

Malaise,nyeri kepala,nyeri tenggorokan,dan batuk kering

Nyeri dada karena batuk

Mycoplasma pneumonia

Virus pathogen

Anak anak Dewasa muda

Aspirasi Aspirasi basil gram negative, klebsiela,pseudomonas, enterobacter,

Stafilococus Aspirasi asam

lambung

Alkoholisme debilitas

Perawatan (mis infeksi nosokomial)

Gg kesadaran

Pada kuman anaerob campuran ,mulanya onset perlahan

Demam rendah batuk

Produksi sputum/bau busuk

Foto dada terlihat jaringan interstitial tergantung bag yang parunya terkena

Distress respirasi mendadak dipnea berat,sianosis, batuk, hipoksemia

hematogen Terjadi bila kuman pathogen menyebar ke paru paru mel aliran darah

Kateter IV yg terinfeksi

Endokarditis Drug abuse Abses

Gejala pulmonal timbul minimal disbanding gejala septikemi

Batuk

Page 7: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

intraabdomen Pielonefritis Empiema

kandung kemih

nonproduktif dan nyeri pleuritis sama seperti yang terjadi pada emboli paru

.(Somantri,irman, 2009 ; 67).

1.5 PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa

mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius

difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di

saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan

berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan

humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang

didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme

infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah

mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat

atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan

perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor

predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada

pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada

saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan

menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang

normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.

Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran

napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran

droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella,

campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui

penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia

Page 8: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

generalisata.Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut

yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di

alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi

lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi

dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini

menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada

bronkiolitis.

Page 9: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Pathway

VIRUS                           BAKTERI                               MIKROPLASMA                 JAMUR

                                     

(system pertahanan respirasi Terganggu)

Masuk ke dalam saluran pernapasan

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Terjadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

Edema trakeal/faringeal

Peningkatan produksi sekret

Batuk produktif Sesak nafas Penurunan

kemampuan batuk efektif

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Penurunan jaringan efektif dan kerusakan membrane alveolar kapiler

Sesak nafas,penggunaan otot bantu nafas,pola nafas tidakefektif

Gangguan pertukaran gas

Reaksi sistemik:

bakterimia/viremia,anoreksia,mual,demam,penurunan bb,kelemahan

Intoleransi aktivitas

Gangguan Rasa Nyaman

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Resiko tinggi terhadap penularan infeksi

Page 10: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

1.6 MANIFESTASI KLINIK

• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5ºCsampai 40,5 ºC).• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping,hidung,• Nadi cepat dan bersambung• Bibir dan kuku sianosis• Sesak nafas

Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma), gambaran nonrespirasi ( misalnya konfusi, ruam,diare) dapat menonjol. (Jeremy, 2007)

Tanda dan gejala lainnya, antara lain :1. Batuk Nonproduktif

2.Ingus (nasal discarge)

3. Suara napas Lemah

4.Retraksi intercosta

5. Penggunaan otot bantu napas

6. Demam

7. Ronchii

8. Cyanosis

9. Reukositosis

10. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

11. Sakit kepala

12.Sesak Napas

13. Menggigil

Page 11: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

14. Berkeringat

15. Lelah

Gajala lainnya yang mungkin ditemukan :

1. Kulit yang lembab

2. Mual dan Muntah

Tanda Pneumonia

Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.

Tanda efusi pleura atau empiema

Berupa gerak ekskursi yang tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurangbila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningitis

1.7 KOMPLIKASI• Efusi pleura• Hipoksemia• Pneumonia kronik• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). • Komplikasi sistemik (meningitis)

Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.

Emfisema

Meningitis

Abses Otak

Endokarditis

Page 12: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

1.8 PEMERIKSAANPENUNJANG1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses)2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semuaorganisme yang ada.3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:

1. Oksigen2. Cairan,Kalori dan elektrolit glukosa 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10

mEq/500ml cairan infuse.Obat-obatan:

1.Antibiotika berdasarkan etiologi2.Kostokostiroid bila banyak lender.

1.9 PENATALAKSANAANPengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena halitu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

Penatalaksanaan

a. Terapi antibiotika awal: menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada

klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis

tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan

sensitivitas antibiotika (Jeremy, 2007).

Page 13: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

b. Tindakan suportif: meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa

(SaO2

2.2 Antibiotika

< 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas

hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan

napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi

mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi

membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).

Page 14: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Klien Gangguan Sistem Pernafasan (PNEUMONIA)

 

I.       PENGKAJIAN

1. Biodata

A. Identitas Klien, meliputi :

i. Nama/Nama panggilan

ii. Tempat tgl lahir/usia

iii. Jenis kelamin

iv. A g a m a

v. Pendidikan

vi. Alamat

vii. Tgl/jam masuk

viii. Tgl pengkajian

ix. Diagnosa medic

x. Rencana terapi

Identitas Orang tua

A. Ayah

B. Ibu

Keluhan utama

sesak napas

Riwayat kesehatan

A. Riwayat  Penyakit sekarang, tanyakan :

Apakah masih ada batuk, berapa lama

Apakah masih ada panas badan

Apakah nyeri dada kalau batuk

Apakah ada riak kalau batuk

Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :

Frekuensi ISPA

Riwauat Alergi

Kebiasaan merokok

Page 15: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Pengguaan obat-obatan

Imunisasi

Riwayat penyakit keturunan

Riwayat Keluarga, tannyakan:

Apakah ada keluarga yang menderita batuk

Apakah ada keluarga yang  menderita alergi

Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru

Riwayat Lingkungan

Apakah rumah dekat dengan pabrik

Apakah banyak asap atau debu

Apakah ada keluarga yang merokok

Riwayat pekerjaan, tanyakan :

Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap

Apakah bekerja di pabrik

Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.

Pengkajian Fisik

A. Ispeksi: 

Amati bentuk thorax

Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya

Amati tipe pernapasan  : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot

Bantu pernapasan

Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal

Gerakan dada

 Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea

Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

B. Palpasi

Gerakan pernapasan

Raba apakah dinding dada panas

Kaji vocal premitus

Penurunan ekspansi dada

Page 16: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

C. Auskultasi

Adakah terdenganr stridor

Adakah terdengar wheezing

Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan

D. Perkusi

Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal

Hipersonor , adanya tahanan udara

Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura

Redup/Dullnes, adanya jaringan padat

Tympani, terisi udara.

1. Faktor Psikososial/Perkembangan

A. Usia, tingkat perkembangan.

B. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

C. Koping

D. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

E. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

1. Pengetahuan Keluarga, Psikososial

A. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.

B. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.

C. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

D. Koping keluarga

E. Tingkat kecemasan

Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

Page 17: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

c. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia

(malnutrisi)

d. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

e. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

e. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda :  sputum: merah muda, berkarat

perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen

darah.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Page 18: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebihan, penurunan masukan oral.

 

III. INTERVENSI

A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.

Bunyi nafas tak normal.

Dispnea, sianosis

Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Tujuan  : Jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

Batuk teratasi

Nafas normal

Bunyi nafas bersih

Tidak terjadi Sianosis

Intervensi:

Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi

karena ketidaknyamanan.

Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.

Rasional:  Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Ajarkan teknik batuk efektif

Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan

nafas paten.

Penghisapan sesuai indikasi.

Rasional:  Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang

tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

Berikan cairan sesuai kebetuhan.

Rasional:  Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret

Page 19: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.

Rasional:  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik

diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

.

B. Dx 2 :  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen

darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:

Dispnea, sianosis

Takikardia

Gelisah/perubahan mental

Hipoksia

Tujuan   : gangguan gas teratasi

Kriteria hasil :

Tidak nampak sianosis

Nafas normal

Tidak terjadi sesak

Tidak terjadi hipoksia

Klien tampak tenang

Intervensi

Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas

Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan

status kesehatan umum.

Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)

atau sianosis sentral.

Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil

namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan

hipoksemia sistemik.

Kaji status mental.

Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau

penurunan oksigen serebral.

Page 20: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk

memperbaiki ventilasi tak efektif.

Kolaborasi

Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.

Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang

memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat

Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

Intervensi:

Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi

Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik

Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.

Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain

Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan

nutrisi adekuat.

Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah

Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.

Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,

eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.

Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

Page 21: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen ditandai dengan:

Dispnea

Takikardia

Sianosis

Tujuan :  Intoleransi aktivitas teratasi

Kriteria hasil :

Nafas normal

Sianosis tidak terjadi

Irama jantung normal

Intervensi

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.

Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.

Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen.

 

E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai

dengan:

Nyeri dada

Sakit kepala

Gelisah

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

1)        Nyeri dada teratasi

2)        Sakit kepala terkontrol

Page 22: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

3)        Tampak tenang

Intervensi:

Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.

Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat

timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain

tanda perubahan tanda vital telah terlihat.

Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik

tenang/berbincangan.

Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan

ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.

Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan

upaya batuk.

Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi

Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan

mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

1. F.     Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

inflamasi

 Tujuan: Nutrisi  tubuh dapat teratasi

 Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

Pasien mempertahankan meningkat BB

 Intervensi :

Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.

Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini

Page 23: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)

makanan yang menarik oleh pasien.

Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk

kembali.

Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya

tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

 Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat

misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :

Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.

Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan

kehilangan cairan untuk evaporasi.

Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)

Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa

mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.

Catat laporan mual/muntah

Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral

Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.

Ukur berat badan sesuai indikasi.

Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan

penggantian.

Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual

Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan

Page 24: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan

penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

D.  EVALUASI

1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :

A. Batuk teratasi

B. Nafas normal

C. Bunyi nafas bersih

D. Tidak terjadi sianosis

E. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :

i. Tidak nampak sianosis

ii. Nafas normal

iii. Tidak terjadi sesak

iv. Tidak terjadi hipoksia

v. Klien tampak tenang

vi. Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :

a. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat

b. Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

vii. Toleran terhadap  aktivitas sehari-hari ditandai dengan :

a. Nafas normal

b. Sianosis tidak terjadi

c. Irama jantung normal

viii. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :

a. Nyeri dada teratasi

b. Sakit kepala terkontrol

c. Tampak tenang

ix. Nutrisi adekuat ditandai dengan :

a. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.

b. Pasien mempertahankan meningkat BB.

Page 25: Patofisiologi Infeksi Pneumonia
Page 26: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Bab III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 27: Patofisiologi Infeksi Pneumonia

Menurut pembahasan dari kelompok kami, penyakit ini termasuk penyakit yang sangat

mematikan karna dampaknya sangat berpengaruh kepada semua kalangan manusia mulai

dari bayi, balita,anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia(lanjut usia).

B. Daftar pustaka

1. Amin, Hardi ,(2013).Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda

Nic Noc. Yogyakarta: Media Action Publishing.

2. PNEUMONIA_R-Wildan-Prasetya.htm

3. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

4. .Syilfia A. Price , Lorrane M wilson . Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit, Edisi 6, Vol2, 2005, EGC, Jakarta