laporan pendahuluan pneumonia

23
1. Pengertian Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru- paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000). Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007). Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu (Price, 2005): a. Pneumonia lobaris Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism penyebab tersering. b. Pneumonia nekrotisasi Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami nekrosis kaseosa dan membentuk kavitas. c. Pneumonia lobular/bronkopneumonia Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm yang mengelilingi.

Upload: sri-kuspartianingsih

Post on 06-Aug-2015

1.208 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh

bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan

community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000). Menurut Price (2005) pneumonia

adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus

respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007).

Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,

virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran

gas setempat.

Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi

empat, yaitu (Price, 2005):

a. Pneumonia lobaris

Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar.

Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism penyebab tersering.

b. Pneumonia nekrotisasi

Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami nekrosis

kaseosa dan membentuk kavitas.

c. Pneumonia lobular/bronkopneumonia

Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4

cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan Streptococcus adalah penyebab infeksi

tersering.

d. Pneumona interstitial

Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate dalam dinding

alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi.

disebabkan oleh virus atau mikoplasma.

Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara

lain :

a. Pneumonia sangat berat

Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus dirawat di rumah sakit.

b. Pneumonia berat

Page 2: Laporan Pendahuluan Pneumonia

Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum, di rawat

rumah sakit dan diberi antibiotic.

c. Pneumonia sedang

Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat, tidak perlu

dirawat, cukup diberi antibiotik oral.

d. Bukan pneumonia

Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu

antibiotik.

2. Etiologi

Menurut (Smeltzer and Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :

a. Pneumonia bakterial

Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia

Jenis yan lain :

- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus

- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella

- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas

- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza

b. Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering :

Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

Jenis lain :

- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires

- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus

- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)

- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi

- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)

- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

c. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker

payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini

menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin

atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi. Karena aspirasi/inhalasi

(kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang

Page 3: Laporan Pendahuluan Pneumonia

terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung

atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan

lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi.

3. Patofisiologi

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai

usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan

penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah

yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada

tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,

usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu

mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang

dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada

pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,

bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di

paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat

menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah

kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).

Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai

alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke

dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.

Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke

dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia

(Engram 1998).

Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas

terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 2005) :

1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein

keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,

disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.

2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir

setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,

Page 4: Laporan Pendahuluan Pneumonia

bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga

dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat

fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,

disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti

hepar).

3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin

yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru

tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di

dalam alveoli yang terserang.

4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan

direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan

mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali

pada strukturnya semula. (Underwood, 2000).

Pathway (terlampir)

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000):

a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,

gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.

b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi sputum,

cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar lebih suka

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus

melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.

d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah efusi, perkusi

pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction rub, nyeri dada karena iritasi

pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen

(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).

Sedangkan menurut (Price,2006), yaitu:

a. Pneumonia bacterial

Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak, disertai

menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang berwarna seperti karat.

Page 5: Laporan Pendahuluan Pneumonia

Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan yang terserang,

pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan

b. Pneumonia virus

Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit

kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan (bounding)

c. Pneumonia aspirasi

Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat, hipoksemia,

takikardi, demam, tanda infeksi sekunder

d. Pneumonia mikoplasma

Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.

5. Penatalaksanaan Medis

Menurut Misnadiarly (2008) penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada

penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup:

- Oksigen 1 – 2 L/menit

- IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan

- Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi

- jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik dengan feeding drip

- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta

agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community base:

- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

- kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base:

- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

- Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

6. Komplikasi

Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi menyertai

pneumonia adalah:

- abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,

- efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,

Page 6: Laporan Pendahuluan Pneumonia

- empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,

- gagal nafas,

- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,

- meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,

- pneumonia interstitial menahun,

- atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi

bronkus oleh penumukan sekresi

- rusaknya jalan nafas,

7. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan

Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan

gelisah (rewel)

b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

diatas normal, dan kulit terasa hangat.

c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan

penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.

8. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan

kreteria hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

pertukaran gas b.d.

perubahan membran

aveolar-kapiler

ditandai dengan Gas

Darah Arteri

abnormal, PH artery

abnormal,sianosis,n

afas cuping

hidung,dan gelisah

(rewel)

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan

pertukaran gas

adekuat dengan

kreteria hasil :

NOC label

Respiratory status

RR normal

(skla 5)

NIC label

Respiratory

Monitoring

1. Monitor laju

ritme dari nafas

2. Monitor suara

nafas tambahan

seperti snoring

3. Monitor

peningkatan

1. Untuk

mengetahui

status

pernapasan

pasien

2. Untuk

mengetahui

apabila adanya

kelainan pada

saluran

Page 7: Laporan Pendahuluan Pneumonia

Ritme

respiratory

normal (skala

5)

Kedalaman

nafas normal

(skala 5)

Akumulasi

sputum tidak

ada (skala 5)

Respiratory

status :Gas

exchange

Tekanan

parsial

karbondioksid

a pada darah

arteri normal

(skala 5)

pH arteri

normal (skala

5)

Tidak terjadi

sianosis (skala

5)

kelelahan

4. Monitor

peningatan

kegelisahan, dan

kekurangan

oksigen

5. Monitor sekresi

dari sistem

pernafasan

pasien

6. Berikan terapi

perawatan

nebulizer sesuai

kebutuhan

Oxigen therapy

7. Bersihkan skresi

mulut hidung

dan trakea sesuai

kebutuhan

8. Memeberikan

terapi oksigen

sesuai

kebutuhan

9. Monitor aliran

oksigen

10. Monitor

kerusakan kulit

dari gesekan

pernapasan

3. Utuk memantau

keadaan fisik

pasien

4. Untuk

memantau dan

mengurangi

kecemasan dari

pasien

5. Untuk

memantau

adanya sekret

pada saluran

napas klien

6. Untuk

mengencerkan

dan

mempermudah

sekret keluar

dari saluran

pernapasan

7. Untuk

mempermudah

jalan napas

8. Mengatasi

terjadinya defisit

O2

9. memastikan

kebutuhan

oksigen yang

sesuai untuk

klien

10. mencegah

Page 8: Laporan Pendahuluan Pneumonia

dengan selang

oksigen

terjadinya iritasi

pada kulit

2. Hipertermia b.d.

dehidrasi dan

penyakit ditandai

dengan peningkatan

suhu tubuh diatas

normal, dan kulit

terasa hangat.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan suhu

tubuh pasien

dalam batas

normal dengan

kriteria hasil :

NOC : Vital Signs

- Suhu tubuh dalam

batas normal (36-

37,50C) dengan

skala 5.

TTV dalam

rentang normal

(tekanan darah,

nadi, pernapasan)

dengan skala 5.

NIC : Vital Signs

Monitoring

1. Monitor TTV

pasien (tekanan

darah, nadi,

suhu, dan

pernapasan).

2. Monitor dan

laporkan tanda

dan gejala

hipertermi.

3. Kaji warna

kulit, suhu,

kelembapan.

4. Identifikasi

kemungkinan

penyebab

perubahan tanda

vital.

NIC : Temperatur

Regulation

5. Anjurkan

penggunaan

selimut hangat

untuk

menyesuaikan

perubahan suhu

tubuh.

6. Anjurkan

asupan nutrisi

1. Untuk

mengetahui

kondisi umum

pasien.

2. Untuk

memantau

adanya

peningkatan

suhu tubuh

pasien.

3. Untuk

mengetahui

adanya tanda

dan gejala

hipertermi.

4. Agar dapat

mengontrol

perubahan

TTV pasien.

5. Untuk

membuat tubuh

merasa

nyaman.

6. Untuk

menghindari

terjadinya

dehidrasi.

Page 9: Laporan Pendahuluan Pneumonia

dan cairan

adekuat.

NIC : Fever Treatment

7. Anjurkan

pemberian kompres

hangat.

7. Untuk

menurunkan panas

badan.

3. Kekurangan volume

cairan b.d.

kehilangan cairan

keluarga aktif

ditandai dengan

penurunan turgor

kulit, memebran

mukosa kering, dan

peningkatan suhu

tubuh.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan

kebutuhan volume

cairan pasien

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

Noc label:

Hydrasi:

- Turgor kulit

kembali

normal (skala

5)

- Membrane

mukosa

tampak

lembab (skala

5)

- Intake cairan

yang adekuat

(skala 5)

- Tidak

terdapat diare

(skala 5)

NIC label: Fluid

management

1. Monitoring

status hidrasi

(kelembaban

membrane

mukosa, nadi

yang adekuat)

secara tepat

2. Atur catatan

intake dan output

cairan secara

akurat

3. Beri cairan

yang sesuai

Fluid monitoring:

4. Identifikasi

factor risiko

ketidakseimbang

an cairan

(hipertermi,

infeksi, muntah

dan diare)

5. Monitoring

tekanan darah,

1. Untuk

mengetahui

status hidrasi

pasien

2. Untuk

memastikan

jumlah cairan

yang masuk dan

keluar

3. Untuk

memenuhi

kebutuhan cairan

pasien

4. Untuk

mengetahui

factor risiko

ketidakseimbang

an cairan dan

mencegah secara

dini factor

tersebut

5. Komplikasi letal

dapat terjadi

selama awal

periode

Page 10: Laporan Pendahuluan Pneumonia

Fluid balance:

- Nadi normal

(skala 5)

- Intake dan

output cairan

seimbang

dalam

sehari(skala

5)

nadi dan RR

IV teraphy:

6. Lakukan 5

benar pemberian

terapi infuse

(benar obat,

dosis, pasien,

rute, frekuensi)

7. Monitoring

tetesan dan

tempat IV selama

pemberian

Diarrhea

managemenet:

8. Monitoring

tanda dan gejala

diare

9. Ketahui

penyebab diare

10. Evaluasi

mengenai

pengobatan

terhadap efek

gastrointestinal

pengobatan

antimikroba.

Kurva suhu

tubuh

memberikan

indeks respon

pasien terhadap

terapi. Hipotensi

yang terjadi dini

pada perjalanan

penyakit dapat

mengindikasikan

hipoksia atau

bakterimia.

Antipiretik

diberikan dengan

kewaspadaan,

karena

antipiretik dapat

mengakibatkan

penurunan suhu

dan dengan

demikian

mengganggu

evalusasi kurva

suhu

6. Untuk

memastikan

terapi diberikan

secara benar

7. Untuk

memastikan

pemberian terapi

Page 11: Laporan Pendahuluan Pneumonia

11. Instruksikan

keluarga untuk

memantau

warna, volume,

frekuensi dan

konsistensi feses

12. Monitoring kulit

dan perianal

pasien untuk

mengethui

adanya iritasi

dan ulserasi

diberikan secara

tepat

8. Untuk

mengetahui

tanda dan gejala

diare

9. Untuk

mengetahui apa

factor penyebab

dari diare

10. Untuk

mengetahui efek

obat terhadap

gastrointestinal

11. Untuk

mengetahui

perubahan

penyakit pasien

12. Untuk

mengetahui

adanya iritasi

dan perlukaan

pada kulit pasien

4. Ketidakefektifan

regimen terapeutik

keluarga b.d.

konflik keputusan

ditandai dengan

ketidakefektifan

aktifitas kluaraga

untuk memenuhi

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 4x 24 jam

diharapkan

regimen terapeutik

keluarga efektif

NOC label :

NIC label :

Family

Involvement

Promotion

1. Indentifikasi

kemampuan

keterlibatan

keluarga dalam

1. untuk

mengetahui

seberapa jauh

tingkat

pengetahuan

keluarga klien

Page 12: Laporan Pendahuluan Pneumonia

tujuan kesehatan Family

participation in

professtional care

Partisipasi

pada rencana

perawatan

(skala 5)

Partisipasi

pada

penyediaan

perawatan

Evaluasi dari

efektifitas dari

perawatan

perawatan

pasien

2. Identifikasi

harapan

keluarga

terhadap pasien

3. Ajak anggota

keluarga dan

pasien untuk

ikut dalam

perencanaan

perawatan

mencakup hasil

yang diharapkan

dan tindakan

dari rencana

keperawatann

4. Identifikasi

mekanisme

koping yang

digunakan oleh

keluarga

5. berikan

informasi krusial

pada keluarga

pasien tentang

kondisi pasien

2. untuk

mengetahui

tingkat

kepedulian

keluarga

terhadap pasien

3. keterlibatan

keluarga dalam

perawatan akan

menambah

motifasi klien

4. mengetahui

mekanisme

koping keluarga

berkaitan

dengan

pemberian

asuhan

keperawatan

5. pemberian

informasi yang

benar kepada

keluarga

bertujuan untuk

mengurangi

kecemasan

keluarga

terhadap pasien

Resiko keterlambatan

perkembangan b.d

Child development

: 2 month

NIC Label :

Developmental

Page 13: Laporan Pendahuluan Pneumonia

nutrisi yang tidak

adekuat, dan

prematuritas

- anak tersenyum

(skala 5)

- refleks

menggenggam

(skala 5)

- menampilkan

ketertarikan dalam

rangsang suara

(skala 5)

- menampilkan

ketertarikan dalam

rangsangan visual

(skala 5)

- Berinteraksi

dengan gembira

terutama dengan

tenaga (skala 5)

- Family

functioning

(kekuatan dari

system keluarga

untuk mencapai

kebutuhan anggota

keluarga selama

transisi

perkembangan

mental)

- Meregulasi

kebiasaan anggota

keluarga (skala 5)

Care

1. Ciptakan

hubungan

terapeutik dan

mendukung

dengan keluarga

2. Ssediakan

keluarga dengan

akurat, informasi

yang actual

berkenaan

dengan kondisi,

pengobatan dan

kebutuhan anak

3. Iinformasikan

keluarga tentang

pentingnya

perkembangan

dan persoalan

anaknya

4. Monitor

stimulus

(contohnya

cahaya,

kegaduhan),

lingkungan anak

dan kurani

sebagaimana

mestinya

1. teciptanya

hubungan yang

terapeutik dan

ssaling

mendukung

dengan keluarga

bertujuan untuk

mempermudah

perawat dalam

pemberian

intervensi

2. agar

keluarga

mengetahui apa

saja yang perlu

dilakukan untuk

mendukung

pemenuhan

kebutuhan dan

kelancaran

tumbuh

kembang anak

3. agar

keluarga

mengetahui

tentang

pentingnya

menjaga

perkembangan

anak

4. stimulus

yang berlebihan

akan dapat

mengganggu

Page 14: Laporan Pendahuluan Pneumonia

5. Sediakan

tempat duduk

yang nyaman di

area yang tenang

untuk menyusui

6. Gunakan

gerakan yang

lambat, lemah

lembut ketika

menggendong,

menyusui dan

merawat anak

7. Pertimbangkan

partisipasi

keluarga dalam

menyusui

8. Dukung

keinginan ibu

untuk menyusui

9. Sediakan

stimulasi

menggunakan

rekaman music

instrumental dan

lain-lainnya

sebagaimana

mestinya

perkembangan

anak

5. menyediaka

n tempat yang

nyaman untuk

ibu menyusui

6. Memberika

n sentuhan yang

lembut untuk

mnciptakan

kenyaman bagi

anak

7. Partisipasi

keluarga penting

dalam menyusui

8. Pemberian

ASI sangan

penting dalam

pembentukan

anti body anak

9. Meningkatk

an stimulasi

perkembangan si

anak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes

RI

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit

Page 15: Laporan Pendahuluan Pneumonia

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,

EGC, Jakarta.

Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC

Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Depkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta

Doenges, Marilynn, E. dkk (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arief dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,

Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka

Obor Populer.

Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Prize, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2006. Infeksi Pada Parenkim Paru: Patofisiologi Konsep

Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC