laporan tutorial 6 skenario a blok 13
DESCRIPTION
wkwkwkwkwkwwkwkwTRANSCRIPT
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario A “Anemia Defisiensi Besi” Blok XIII”
sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Dwi Ris Andriyanto, selaku tutor kelompok 6
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Juni 2010
Penulis
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
DAFTAR ISI
Halaman Kover ………………………………………………………………… 0
Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 5
2.2 Skenario ……………………………………………………… 5
2.3 Seven Jump Steps ……………………………………………
I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 8
II. Identifikasi Masalah …………………………………… 9
III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 10
IV. Hipotesis ……………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 2
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Hematologi dan Lmfatik adalah blok keketiga belas pada semester 4
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A “Anemia
Defisiensi Besi” yang memaparkan kasus mengenai Tuan A, seorang laki-laki, 55
tahun datang kerumah sakit dengan keluhan mudah lelah. Dia sering mengeluh
nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun terakhir dan selalu minum antacid
untuk mengatasi nyeri tersebut. Dia menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus
mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 3
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial 6 Blok 13 Skenario A
Tutor : dr. Dwi Ris Andriyanto
Moderator : Diah Permata Sari
Sekretaris Meja : Alham Wahyudin
Sekretaris Papan : Rara Prawita
Aturan :
1. Ponsel dalam keadaan silent.
2. Izin bila ingin keluar
3. Mengacungkan tangan bila ingin mengajukan pendapat
2.2 Skenario Kasus
A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
mudah lelah. Dia sering mengeluh nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun
terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri tersebut. Dia menderita
nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Kesan : Pucat , tampak kelelahan
Vital sign : Nadi : 90x/minute, RR : 22x/minute, Temp. 36,8 C, TD : 110/60 mmHg
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 4
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Pemeriksaan khusus :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat, Cheilitis (+)
Leher : JVP 5+0, pembesaran KGB (-)
Thorax : Jantung dan paru normal
Abdomen : Hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)
Ekstremitas : Koilonychias (+)
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 5,8 g/dL, MCV : 70 fL, MCH : 25, MCHC 30 %
Blood smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikylocytosis
Fecal occult blood (+)
Serum iron : 8 mg/dL (normal 50 – 150 mg/dL)
Iron binding capacity : 450 mg/dL (Normal : 250 – 370 mg/dL)
Transferin saturation : 1,7 % (Normal 20 – 45 %)
Serum feritin : 10 mg/L (Normal 15 – 400 mg/L)
2.3 Seven Jump Steps
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Lelah : kehilangan tenaga / kemampuan dalam menrespone rangsangan
2. Nyeri : perasaan sedih, menderita, sakit disebabkan rangsangan pada
ujung saraf
3. Epigastrium : Daerah perut bagian tengah atas terletak di bagian
angulus sterni
4. Antacid : Obat yang melawan keasaman / agen yang melawan
keasaman pada lambung
5. Arthritis : peradangan pada sendi
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 5
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
6. OAINS :
7. Pucat : keadaan terjadinya hiperferfusi pada kulit yang menjadikan
kulit tampak lebih putih dari biasa
8. Cheilitis : peradangan pada bibir (sudut bibir)
9. Koilochias : keadaan kuku cekung ; seperti sendok
10. MCV : Ukuran besar sel pada pemeriksaan apusan darah tepi
11. MCH : Ukuran jumlah rata-rata Hb dalam tiap satuan sel
12. MCHC : Kosentrasi Hb dalam tiap sel
13. Anisocytosis : Variasi / ragam bentuk ukuran sel darah merah
14. Hipokrom mikrositer : warna pucat dan ukuran sel kecil
15. Poikilocytosis : eritrosit yang berbentuk abnormal
16. Serum iron :
17. Fecal occult blood :
18. IBC :
19. Transferin Saturation :
20. Serum feritin :
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
mudah lelah
2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun terakhir
dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri
3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi obat anti
inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.
4. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Kesan : Pucat , tampak kelelahan
Vital sign : Nadi : 90x/minute, RR : 22x/minute, Temp. 36,8 C, TD : 110/60 mmHg
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 6
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Pemeriksaan khusus :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat, Cheilitis (+)
Abdomen : Hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)
Ekstremitas : Koilonychias (+)
5. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 5,8 g/dL, MCV : 70 fL, MCH : 25, MCHC 30 %
Blood smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikylocytosis
Fecal occult blood (+)
Serum iron : 8 mg/dL (normal 50 – 150 mg/dL)
Iron binding capacity : 450 mg/dL (Normal : 250 – 370 mg/dL)
Transferin saturation : 1,7 % (Normal 20 – 45 %)
Serum feritin : 10 mg/L (Normal 15 – 400 mg/L)
III. ANALISIS PERMASALAHAN
1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan
keluhan mudah lelah
a. Apa yang menyebabkan Tn. A mudah lelah ?
b. Bagaimana hubungan usia dengan mudah lelah ?
c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada Tn.A ?
2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun
terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri
a. Apa efek samping konsumsi antacid selama 3 tahun ?
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?
c. Hubungan konsumsi antacid dengan mudah lelah pada Tn. A ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 7
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
d. Organ apa yang terlibat pada nyeri daerah epigastrium Tn. A ?
3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang
lalu.
a. Apa efek samping konsumsi OAINS selama 5 tahun ?
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?
c. Hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah
epigastrium ?
d. Obat yang dpt digunakan untuk mengatasi arthritis (Selain
OAINS) ?
4. Pemeriksaan Fisik :
Interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan umum Tn. A ?
b. Hasil pemeriksaan khusus pada Tn. A ?
5. Pemeriksaan Laboratorium :
Interpretasi dan mekanisme :
a. Hb, MCV, MCH, MCHC
b. Blood smear & focal occult blood
c. Serum iron, Iron binding capacitiy, transferin saturation, serum feritin
6. Bagaimana Metabolisme besi ?
7. Komposisi besi ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 8
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
8. Absorpsi besi ?
9. Siklus besi dalam tubuh ?
10. Differential diagnosis ?
11. Penegakkan diagnosis ?
12. Diagnosis kerja ?
13. Etiologi ?
14. Epidemiologi ?
15. Patogenesis ?
16. Tatalaksana ?
17. Komplikasi ?
18. Prognosis ?
19. Preventif dan promotif ?
20. Level of competency ?
21. Pandangan islam ?
IV. KERANGKA KONSEP
A, laki-laki, 55 th,
Arthritis sejak 5 th lalu
OAINS
Nyeri epigastrium
Minum antacid Perdarahan
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 9
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
selama 3 tahun kronik
Absorpsi besi Mudah lelah
Terganggun
MRS
Pemeriksaan Fisk & Pem. Laboratorium
Anemia Def. Besi
V. HIPOTESIS
Tn. A, 55 th datang dengan keluhan mudah lelah disebabkan anemia
defisiensi besi karena penggunaan OAINS jangka panjang
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 10
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
SINTESIS
1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan
keluhan mudah lelah
a. Apa yang menyebabkan Tn. A mudah lelah ?
Jawab :
Mudah lelah yang dialami oleh Tn. A disebabkan adanya gangguan
absorpsi besi yang dikarenakan penggunaan jangka panjang OAINS
sehingga menimbulkan iritasi pada mukosa lambung Tn.A.
Mudah lelah yang terjadi pada Tn. A juga dapat disebabkan oleh
penuaan dan bisa berasal dari gaya hidup yang tidak sehat seperti
kurang tidur, stress, kurangnya aktifitas, pola makan dan pengobatan
tertentu.
Seiring bertambahnya usia, stamina akan menurun. Pada masa
lewat paruh baya inilah kinerja menjadi menurun dan diperlukan usaha
lebih untuk mempertahankan kecepatan yang dimiliki layaknya
sewaktu muda. Tak jarang, ketika fisik terlalu banyak bekerja, badan
akan terasa sakit dan pegal, kurangnya energi, tenaga dan ketahanan
tubuh ketika menua merupakan hal yang wajar.
Hormon yang mempengaruhi proses penuaan pada pria dan wanita,
seperti hormon gonadal, adrenal, thyroid dan hormon pertumbuhan.
Dengan adanya penggantian hormon ini akan membantu pergantian
sel-sel tubuh dan mempertahankan fungsi tubuh.
Andropause berhubungan dengan kondisi mental, fisik dan seksual
pria yang berkaitan dengan tingkat testosteron yang rendah. Tingkat
testosteron yang semakin menrun akan meningkatkan munculnya
gejala andropause. Para ahli menyebut dengan istilah SLOH
(Symptomatic Late Onset Hypogonadism). Dan 50% pria mengalami
gejala ini pada usia 55 tahun.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 11
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
b. Bagaimana hubungan usia dengan mudah lelah ?
Jawab :
c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada Tn.A ?
Jawab :
Secara umum, mudah lelah yang terjadi pada Tn. A disebabkan
adanya gangguan absoprsi besi dikarenakan penggunaan OAINS
jangka panjang sehingga mengiritasi mukosa lambung. Besi sendiri
berguna sebagai salah satu bahan pembentuk hemoglobin yang
berfungsi mengangkut nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh melalui sel
darah merah. Mekanisme secara lengkap dapat dilihat pada skema
halaman berikutnya :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 12
Penuaan Tingkat testosteron menurun
Gejala andropuase
Stamina menurun ; kinerja menurun
Kurangnya energi, tenaga dan ketahanan tubuh
Badan akan terasa mudah lelah
Membantu membentuk massa otot
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Skema Mudah Lelah pada Tn. A
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 13
Penyakit degeneratif ;
Arthritis
Mengkonsumsi OAINS
Menghambat kerja enzim sikloosigenase dijalur asam arakidonat yang berujung pada penekanan produksi
prostaglandin
Sekresi mukus dan bikarbonat menurun
Daya tahan mukosa lambung
menurun
Asam lambung meningkat
Dalam jangka waktu lama dapat merusak mukosa lambung
Iritasi mukosa lambung
Perdarahan saluran cerna
Nyeri epigastrium
Konsumsi antacid
Gangguan absorpsi besi
Defisiensi besi
Gangguan glikolisis
Penumpukkan as. Laktat
Mudah lelah
Gangguan absorpsi besi
Hb menurun
Nutrisi dan oksigen untuk jaringan
berkurang
Penurunan pembentukan Hb
Penurunan jumlah besi dalam tubuh
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun
terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri
a. Apa efek samping konsumsi antacid selama 3 tahun ?
Jawab :
Tidak ada antacid yang bebas efek samping, terutama pada
penggunaan dosis besar jangka lama. Efek samping yang timbul
antara lain :
Saluran Cerna. Penggunaan antasida yang mengandung magnesium
dapat menimbulkan diare dan yang mengandung aluminium
menimbulkan obstruksi terutama berbahaya pada orang tua dengan
perdarahan saluran cerna.
Endokrin & Metabolisme. Hipofosfatemia, hipomaghesemia,
hipokalsemia (pada gangguan ginjal) dan gangguan absorpsi besi dan
vitamin
Neurotoksisitas. Aluminium yang diabsorpsi dalam jumlah kecil
dapat tertimbun dalam otak, dan diduga mendasari sindroma
ensefalopati yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dan pasien
penyakit alzheimer.
Asupan natrium. Hampir semua antasid mengandung natrium,
sehingga perlu diperhatikan penggunaanya pada pasien yang harus diet
rendah natrium, misalnya pada penyakit kardiovaskular.
Dalam penggunaan jangka lama, antasida juga akan menyebabkan
hipersekresi asam lambung dan terjadinya fenomena acid rebound
serta akan menyebabkan perdarahan pada sistem GI semakin
bertambah luas
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 14
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?
Antasid ialah obat yang menetralkan asam lambung sehingga
berguna untuk menghilangkan tukak peptik. Antasid tidak mengurangi
volume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan
menurunkan aktivitas pepsin. Beberapa antasida misalnya aluminium
hidroksida, diduga menghambat pepsis secara langsung. Kapasitas
menetralkan asam dari berbagai antasid pada dosis terapi bervariasi, tetapi
umumnya pH lambung tidak sampai di atas 4, yaitu keadaan yang jelas
menurunkan aktivitas pepsis; kecuali bila pemberiannya sering dan terus
menerus. Mula kerja antacid sangat bergantung pada kelarutan dan
kecepatan netralisasi asam; sedangkan kecepatan pengosongan lambung
sangat menentukan masa kerjanya.
Umumnya antacid merupakan basa lemah. Senyawa oksi-
aluminium (basa lemah) sukar untuk meninggikan pH lambung lebih dari
4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara
teoritis dapat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi.
Semua antaid meningkatkan produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang
meningkatkan aktivitas gastrin.
Antasid dibagi dalam dua golongan yaitu anatasid sistemik dan
antasik non-sistemik. Antasid sistemik, misalnya natrium bikarbonat,
diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis.
Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik.
Penggunaan kronik natrium bikarbonat memudahkan nefrolitiasis fosfat.
Antasid non-sistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga
tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antacid non-sistemik ialah
sediaan magenesium, aluminium dan kalsium.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 15
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
c. Hubungan konsumsi antacid dengan mudah lelah pada Tn. A ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 16
Antacid
Menurunkan keasaman lambung
Gangguan pembentukan besi
Fe3+ Fe2+
Anion antasida (ex. Bikarbonat & hidroksida) membentuk senyawa besi dengan kelarutan
yang rendah dan bioavailabilitas kurang
Penurunanan absopsi besi menurun
Penurunan absopsi besi untuk myoglobin
menurun
Perdarahan pada GI akibat efek NSAID
Cadangan besi ditubuh menurun
Penyediaan besi untuk eritropoeisis
menurun
Pembentukan Hb dan Hb menurun
Suplai oksigen dan pembentukan ATP
menurun
Mudah lelah
Metabolisme tubuh menurun
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang
lalu.
a. Apa efek samping konsumsi OAINS selama 5 tahun ?
Jawab :
OAINS atau Obat Anti Inflamasi Non Steroid selain
menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip aspirin juga
memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada
sistem biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat asam
sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam
misalnya dilambung, ginjal dan jaringan inflamasi.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi
tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertain
anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Beratnya efek
samping ini berbeda pada masing-masing obat. Dua mekanisme
terjadinya iritasi lambung ialah :
(1) iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi
kembali asam lambung ke mukosa yang
menyebabkan kerusakan jaringan
(2) iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat
sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan
PGI1. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa
lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam
lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus
yang bersifat sitoprotektif.
Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian parenteral. Uji
klinik dengan penghambat KOKS 2 menyimpulkan bahwa
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 17
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
gangguan saluran cerna lebih ringan daripada penggunaan KOKS
1. Diantara penghambat KOKS yang selektif pun insidens
gangguan cerna berbeda. Maproksen, ibuprofen dan diklofenak
termasuk AINS yang kurang menimbulkan gangguan lambung
daripada piroksikam dan indometasin pada dosis terapi.
Efek samping lain ialah gangguan funsgi trombosit akibat
penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat
perpanjangan waktu perdarahan.
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?
Jawab :
Obat Anti Inflamasi Non Steroid merupakan kelompok obat untuk
mendapatkan efek analgetika, antipiretika dan aintiinflamasi.
OAINS sering disebut juga sebagai obat-obat mirip aspirin. Dibagi
dalam 5 golongan :
1. Salisilat dan salisilamid , derivatnya yaitu asetosal (aspirin),
salisilamid diflunisal
2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin
3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin,
fenibutazin dan turunannya
4. Antirematik non steroid dan analgetik lainnya yaitu asam
mefenamat dan meklofenamat, ibuprofen, naproksen,
indometasin
5. Obat pirai : obat yang menhentikan proses inflamasi akut
misalnya fenilbutazin, oksifenbutazon dan obat yang
mempengaruhi kadar asam urat misalnya probenesid,
alupurinol dan sulfinpirazon
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 18
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS :
1. OAINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam) yaitu aspirin,
asam flufenamat, asam meklofenamat, asam memfenamat dan
ketoprofen
2. OAINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam) yaitu fenbufen
dan piroprofen
3. OAINS dengan waktu paruh tengah (lebih kurang 12 jam) yaitu
diflunisal dan naproksen
4. OAINS dengan waktu paruh panjang (24 – 45 jam) yaitu
piroksikam dan tenoksikam
5. OAINS dengan waktu paruh sangat panjang ( +60 jam) yaitu
fenibutazon dan oksifenibutazon)
Farmakokinetik :
Pada pemberian oral, sebagain OAINS diabsorpsi dengan cepat
dalam bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar di usus halus
bagian atas. Kecepatan absorpsi tergantung dari kecepatan disintegrasi
dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan
lambung. Absoprsi pada pemberian rektal lebih lambat dan tidak
sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan.
Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan
tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan didalam carian
sinovial, cairan spinalm cairan peritoneal, liur dan air susu. Obat ini
mudah menembus sawar otak dan sawar uri.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 19
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Farmakodinamik :
Obat-obat anti inflamasi non steroid memiliki efek
farmakodinamik yaitu :
Efek analgesik. Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya
efektik terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang
Efek antipiretik. Sebagai antipiretik, OAINS akan menurunkan
suhu badan hanya pada keadaan demam
Efek anti-inflamasi. Kebanyakan OAINS lebih dimanfaatkan
sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal
seperti artritis rheumatoid.
c. Hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah epigastrium
Jawab : Arthritis
Konsumsi OAINS (5 tahun)
Menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) dijalur as.arakidonat yang berujung pd penekanan prostglandin (untuk
pertahanan mukosa)
Gangguan barrier mukosa lambung
Sekresi mukus dan bikarbonat menurun
Asam lambung meningkat merusak mukosa
Iritasi mukosa lambung
Perdarahan lambung
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 20
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Nyeri epigastrium
d. Obat yang dpt digunakan untuk mengatasi arthritis (Selain OAINS) ?
Jawab :
4. Pemeriksaan Fisik :
Interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan umum Tn. A ?
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pem. Tn.A Interpretasi
b. Hasil pemeriksaan khusus pada Tn. A ?
5. Pemeriksaan Laboratorium :
Interpretasi dan mekanisme :
a. Hb, MCV, MCH, MCHC
b. Blood smear & focal occult blood
c. Serum iron, Iron binding capacitiy, transferin saturation, serum feritin
6. Bagaimana Metabolisme besi ?
7. Komposisi besi ?
8. Absorpsi besi ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 21
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
9. Siklus besi dalam tubuh ?
10. Differential diagnosis ?
11. Penegakkan diagnosis ?
12. Diagnosis kerja ?
13. Etiologi ?
14. Epidemiologi ?
15. Patogenesis ?
16. Tatalaksana ?
17. Komplikasi ?
18. Prognosis ?
19. Preventif dan promotif ?
20. Level of competency ?
21. Pandangan islam ?
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 22
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13
Davey, Patrick. 2003. At a Glance MEDICINE. Jakarta : Erlangga
Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Ikatan Dokter Anak Indonesia Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi jilid 1. Jakarta : EGC
Staf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Binarupa
Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price, Sylvia
A. Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 23