laporan tutorial 6 skenario a blok 13

32
Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Kasus Skenario A “Anemia Defisiensi Besi” Blok XIII” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. dr. Dwi Ris Andriyanto, selaku tutor kelompok 6 4. Teman-teman seperjuangan 5. Semua pihak yang membantu penulis. Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1

Upload: ridwan-permana

Post on 04-Jan-2016

117 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wkwkwkwkwkwwkwkw

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul

“Laporan Tutorial Kasus Skenario A “Anemia Defisiensi Besi” Blok XIII”

sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah

kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,

sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan di masa mendatang.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.

2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.

3. dr. Dwi Ris Andriyanto, selaku tutor kelompok 6

4. Teman-teman seperjuangan

5. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan

tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga

kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Juni 2010

Penulis

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1

Page 2: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

DAFTAR ISI

Halaman Kover ………………………………………………………………… 0

Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3

1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 4

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 5

2.2 Skenario ……………………………………………………… 5

2.3 Seven Jump Steps ……………………………………………

I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 8

II. Identifikasi Masalah …………………………………… 9

III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 10

IV. Hipotesis ……………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 2

Page 3: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Hematologi dan Lmfatik adalah blok keketiga belas pada semester 4

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A “Anemia

Defisiensi Besi” yang memaparkan kasus mengenai Tuan A, seorang laki-laki, 55

tahun datang kerumah sakit dengan keluhan mudah lelah. Dia sering mengeluh

nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun terakhir dan selalu minum antacid

untuk mengatasi nyeri tersebut. Dia menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus

mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 3

Page 4: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutorial 6 Blok 13 Skenario A

Tutor : dr. Dwi Ris Andriyanto

Moderator : Diah Permata Sari

Sekretaris Meja : Alham Wahyudin

Sekretaris Papan : Rara Prawita

Aturan :

1. Ponsel dalam keadaan silent.

2. Izin bila ingin keluar

3. Mengacungkan tangan bila ingin mengajukan pendapat

2.2 Skenario Kasus

A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan

mudah lelah. Dia sering mengeluh nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun

terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri tersebut. Dia menderita

nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid

(OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Kesan : Pucat , tampak kelelahan

Vital sign : Nadi : 90x/minute, RR : 22x/minute, Temp. 36,8 C, TD : 110/60 mmHg

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 4

Page 5: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Pemeriksaan khusus :

Kepala : konjungtiva palpebra pucat, Cheilitis (+)

Leher : JVP 5+0, pembesaran KGB (-)

Thorax : Jantung dan paru normal

Abdomen : Hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)

Ekstremitas : Koilonychias (+)

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 5,8 g/dL, MCV : 70 fL, MCH : 25, MCHC 30 %

Blood smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikylocytosis

Fecal occult blood (+)

Serum iron : 8 mg/dL (normal 50 – 150 mg/dL)

Iron binding capacity : 450 mg/dL (Normal : 250 – 370 mg/dL)

Transferin saturation : 1,7 % (Normal 20 – 45 %)

Serum feritin : 10 mg/L (Normal 15 – 400 mg/L)

2.3 Seven Jump Steps

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Lelah : kehilangan tenaga / kemampuan dalam menrespone rangsangan

2. Nyeri : perasaan sedih, menderita, sakit disebabkan rangsangan pada

ujung saraf

3. Epigastrium : Daerah perut bagian tengah atas terletak di bagian

angulus sterni

4. Antacid : Obat yang melawan keasaman / agen yang melawan

keasaman pada lambung

5. Arthritis : peradangan pada sendi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 5

Page 6: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

6. OAINS :

7. Pucat : keadaan terjadinya hiperferfusi pada kulit yang menjadikan

kulit tampak lebih putih dari biasa

8. Cheilitis : peradangan pada bibir (sudut bibir)

9. Koilochias : keadaan kuku cekung ; seperti sendok

10. MCV : Ukuran besar sel pada pemeriksaan apusan darah tepi

11. MCH : Ukuran jumlah rata-rata Hb dalam tiap satuan sel

12. MCHC : Kosentrasi Hb dalam tiap sel

13. Anisocytosis : Variasi / ragam bentuk ukuran sel darah merah

14. Hipokrom mikrositer : warna pucat dan ukuran sel kecil

15. Poikilocytosis : eritrosit yang berbentuk abnormal

16. Serum iron :

17. Fecal occult blood :

18. IBC :

19. Transferin Saturation :

20. Serum feritin :

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan

mudah lelah

2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun terakhir

dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri

3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi obat anti

inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.

4. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Kesan : Pucat , tampak kelelahan

Vital sign : Nadi : 90x/minute, RR : 22x/minute, Temp. 36,8 C, TD : 110/60 mmHg

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 6

Page 7: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Pemeriksaan khusus :

Kepala : konjungtiva palpebra pucat, Cheilitis (+)

Abdomen : Hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)

Ekstremitas : Koilonychias (+)

5. Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 5,8 g/dL, MCV : 70 fL, MCH : 25, MCHC 30 %

Blood smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikylocytosis

Fecal occult blood (+)

Serum iron : 8 mg/dL (normal 50 – 150 mg/dL)

Iron binding capacity : 450 mg/dL (Normal : 250 – 370 mg/dL)

Transferin saturation : 1,7 % (Normal 20 – 45 %)

Serum feritin : 10 mg/L (Normal 15 – 400 mg/L)

III. ANALISIS PERMASALAHAN

1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan

keluhan mudah lelah

a. Apa yang menyebabkan Tn. A mudah lelah ?

b. Bagaimana hubungan usia dengan mudah lelah ?

c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada Tn.A ?

2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun

terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri

a. Apa efek samping konsumsi antacid selama 3 tahun ?

b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?

c. Hubungan konsumsi antacid dengan mudah lelah pada Tn. A ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 7

Page 8: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

d. Organ apa yang terlibat pada nyeri daerah epigastrium Tn. A ?

3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi

obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang

lalu.

a. Apa efek samping konsumsi OAINS selama 5 tahun ?

b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?

c. Hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah

epigastrium ?

d. Obat yang dpt digunakan untuk mengatasi arthritis (Selain

OAINS) ?

4. Pemeriksaan Fisik :

Interpretasi dan mekanisme :

a. Keadaan umum Tn. A ?

b. Hasil pemeriksaan khusus pada Tn. A ?

5. Pemeriksaan Laboratorium :

Interpretasi dan mekanisme :

a. Hb, MCV, MCH, MCHC

b. Blood smear & focal occult blood

c. Serum iron, Iron binding capacitiy, transferin saturation, serum feritin

6. Bagaimana Metabolisme besi ?

7. Komposisi besi ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 8

Page 9: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

8. Absorpsi besi ?

9. Siklus besi dalam tubuh ?

10. Differential diagnosis ?

11. Penegakkan diagnosis ?

12. Diagnosis kerja ?

13. Etiologi ?

14. Epidemiologi ?

15. Patogenesis ?

16. Tatalaksana ?

17. Komplikasi ?

18. Prognosis ?

19. Preventif dan promotif ?

20. Level of competency ?

21. Pandangan islam ?

IV. KERANGKA KONSEP

A, laki-laki, 55 th,

Arthritis sejak 5 th lalu

OAINS

Nyeri epigastrium

Minum antacid Perdarahan

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 9

Page 10: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

selama 3 tahun kronik

Absorpsi besi Mudah lelah

Terganggun

MRS

Pemeriksaan Fisk & Pem. Laboratorium

Anemia Def. Besi

V. HIPOTESIS

Tn. A, 55 th datang dengan keluhan mudah lelah disebabkan anemia

defisiensi besi karena penggunaan OAINS jangka panjang

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 10

Page 11: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

SINTESIS

1. A, seorang laki-laki, 55 tahun datang kerumah sakit dengan

keluhan mudah lelah

a. Apa yang menyebabkan Tn. A mudah lelah ?

Jawab :

Mudah lelah yang dialami oleh Tn. A disebabkan adanya gangguan

absorpsi besi yang dikarenakan penggunaan jangka panjang OAINS

sehingga menimbulkan iritasi pada mukosa lambung Tn.A.

Mudah lelah yang terjadi pada Tn. A juga dapat disebabkan oleh

penuaan dan bisa berasal dari gaya hidup yang tidak sehat seperti

kurang tidur, stress, kurangnya aktifitas, pola makan dan pengobatan

tertentu.

Seiring bertambahnya usia, stamina akan menurun. Pada masa

lewat paruh baya inilah kinerja menjadi menurun dan diperlukan usaha

lebih untuk mempertahankan kecepatan yang dimiliki layaknya

sewaktu muda. Tak jarang, ketika fisik terlalu banyak bekerja, badan

akan terasa sakit dan pegal, kurangnya energi, tenaga dan ketahanan

tubuh ketika menua merupakan hal yang wajar.

Hormon yang mempengaruhi proses penuaan pada pria dan wanita,

seperti hormon gonadal, adrenal, thyroid dan hormon pertumbuhan.

Dengan adanya penggantian hormon ini akan membantu pergantian

sel-sel tubuh dan mempertahankan fungsi tubuh.

Andropause berhubungan dengan kondisi mental, fisik dan seksual

pria yang berkaitan dengan tingkat testosteron yang rendah. Tingkat

testosteron yang semakin menrun akan meningkatkan munculnya

gejala andropause. Para ahli menyebut dengan istilah SLOH

(Symptomatic Late Onset Hypogonadism). Dan 50% pria mengalami

gejala ini pada usia 55 tahun.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 11

Page 12: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

b. Bagaimana hubungan usia dengan mudah lelah ?

Jawab :

c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada Tn.A ?

Jawab :

Secara umum, mudah lelah yang terjadi pada Tn. A disebabkan

adanya gangguan absoprsi besi dikarenakan penggunaan OAINS

jangka panjang sehingga mengiritasi mukosa lambung. Besi sendiri

berguna sebagai salah satu bahan pembentuk hemoglobin yang

berfungsi mengangkut nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh melalui sel

darah merah. Mekanisme secara lengkap dapat dilihat pada skema

halaman berikutnya :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 12

Penuaan Tingkat testosteron menurun

Gejala andropuase

Stamina menurun ; kinerja menurun

Kurangnya energi, tenaga dan ketahanan tubuh

Badan akan terasa mudah lelah

Membantu membentuk massa otot

Page 13: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Skema Mudah Lelah pada Tn. A

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 13

Penyakit degeneratif ;

Arthritis

Mengkonsumsi OAINS

Menghambat kerja enzim sikloosigenase dijalur asam arakidonat yang berujung pada penekanan produksi

prostaglandin

Sekresi mukus dan bikarbonat menurun

Daya tahan mukosa lambung

menurun

Asam lambung meningkat

Dalam jangka waktu lama dapat merusak mukosa lambung

Iritasi mukosa lambung

Perdarahan saluran cerna

Nyeri epigastrium

Konsumsi antacid

Gangguan absorpsi besi

Defisiensi besi

Gangguan glikolisis

Penumpukkan as. Laktat

Mudah lelah

Gangguan absorpsi besi

Hb menurun

Nutrisi dan oksigen untuk jaringan

berkurang

Penurunan pembentukan Hb

Penurunan jumlah besi dalam tubuh

Page 14: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

2. A, mengalami nyeri pada daerah epigastrium sejak 3 tahun

terakhir dan selalu minum antacid untuk mengatasi nyeri

a. Apa efek samping konsumsi antacid selama 3 tahun ?

Jawab :

Tidak ada antacid yang bebas efek samping, terutama pada

penggunaan dosis besar jangka lama. Efek samping yang timbul

antara lain :

Saluran Cerna. Penggunaan antasida yang mengandung magnesium

dapat menimbulkan diare dan yang mengandung aluminium

menimbulkan obstruksi terutama berbahaya pada orang tua dengan

perdarahan saluran cerna.

Endokrin & Metabolisme. Hipofosfatemia, hipomaghesemia,

hipokalsemia (pada gangguan ginjal) dan gangguan absorpsi besi dan

vitamin

Neurotoksisitas. Aluminium yang diabsorpsi dalam jumlah kecil

dapat tertimbun dalam otak, dan diduga mendasari sindroma

ensefalopati yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dan pasien

penyakit alzheimer.

Asupan natrium. Hampir semua antasid mengandung natrium,

sehingga perlu diperhatikan penggunaanya pada pasien yang harus diet

rendah natrium, misalnya pada penyakit kardiovaskular.

Dalam penggunaan jangka lama, antasida juga akan menyebabkan

hipersekresi asam lambung dan terjadinya fenomena acid rebound

serta akan menyebabkan perdarahan pada sistem GI semakin

bertambah luas

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 14

Page 15: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?

Antasid ialah obat yang menetralkan asam lambung sehingga

berguna untuk menghilangkan tukak peptik. Antasid tidak mengurangi

volume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan

menurunkan aktivitas pepsin. Beberapa antasida misalnya aluminium

hidroksida, diduga menghambat pepsis secara langsung. Kapasitas

menetralkan asam dari berbagai antasid pada dosis terapi bervariasi, tetapi

umumnya pH lambung tidak sampai di atas 4, yaitu keadaan yang jelas

menurunkan aktivitas pepsis; kecuali bila pemberiannya sering dan terus

menerus. Mula kerja antacid sangat bergantung pada kelarutan dan

kecepatan netralisasi asam; sedangkan kecepatan pengosongan lambung

sangat menentukan masa kerjanya.

Umumnya antacid merupakan basa lemah. Senyawa oksi-

aluminium (basa lemah) sukar untuk meninggikan pH lambung lebih dari

4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara

teoritis dapat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi.

Semua antaid meningkatkan produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang

meningkatkan aktivitas gastrin.

Antasid dibagi dalam dua golongan yaitu anatasid sistemik dan

antasik non-sistemik. Antasid sistemik, misalnya natrium bikarbonat,

diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis.

Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik.

Penggunaan kronik natrium bikarbonat memudahkan nefrolitiasis fosfat.

Antasid non-sistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga

tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antacid non-sistemik ialah

sediaan magenesium, aluminium dan kalsium.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 15

Page 16: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

c. Hubungan konsumsi antacid dengan mudah lelah pada Tn. A ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 16

Antacid

Menurunkan keasaman lambung

Gangguan pembentukan besi

Fe3+ Fe2+

Anion antasida (ex. Bikarbonat & hidroksida) membentuk senyawa besi dengan kelarutan

yang rendah dan bioavailabilitas kurang

Penurunanan absopsi besi menurun

Penurunan absopsi besi untuk myoglobin

menurun

Perdarahan pada GI akibat efek NSAID

Cadangan besi ditubuh menurun

Penyediaan besi untuk eritropoeisis

menurun

Pembentukan Hb dan Hb menurun

Suplai oksigen dan pembentukan ATP

menurun

Mudah lelah

Metabolisme tubuh menurun

Page 17: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

3. A, menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi

obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang

lalu.

a. Apa efek samping konsumsi OAINS selama 5 tahun ?

Jawab :

OAINS atau Obat Anti Inflamasi Non Steroid selain

menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip aspirin juga

memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada

sistem biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat asam

sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam

misalnya dilambung, ginjal dan jaringan inflamasi.

Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi

tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertain

anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Beratnya efek

samping ini berbeda pada masing-masing obat. Dua mekanisme

terjadinya iritasi lambung ialah :

(1) iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi

kembali asam lambung ke mukosa yang

menyebabkan kerusakan jaringan

(2) iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat

sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan

PGI1. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa

lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam

lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus

yang bersifat sitoprotektif.

Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian parenteral. Uji

klinik dengan penghambat KOKS 2 menyimpulkan bahwa

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 17

Page 18: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

gangguan saluran cerna lebih ringan daripada penggunaan KOKS

1. Diantara penghambat KOKS yang selektif pun insidens

gangguan cerna berbeda. Maproksen, ibuprofen dan diklofenak

termasuk AINS yang kurang menimbulkan gangguan lambung

daripada piroksikam dan indometasin pada dosis terapi.

Efek samping lain ialah gangguan funsgi trombosit akibat

penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat

perpanjangan waktu perdarahan.

b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?

Jawab :

Obat Anti Inflamasi Non Steroid merupakan kelompok obat untuk

mendapatkan efek analgetika, antipiretika dan aintiinflamasi.

OAINS sering disebut juga sebagai obat-obat mirip aspirin. Dibagi

dalam 5 golongan :

1. Salisilat dan salisilamid , derivatnya yaitu asetosal (aspirin),

salisilamid diflunisal

2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin

3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin,

fenibutazin dan turunannya

4. Antirematik non steroid dan analgetik lainnya yaitu asam

mefenamat dan meklofenamat, ibuprofen, naproksen,

indometasin

5. Obat pirai : obat yang menhentikan proses inflamasi akut

misalnya fenilbutazin, oksifenbutazon dan obat yang

mempengaruhi kadar asam urat misalnya probenesid,

alupurinol dan sulfinpirazon

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 18

Page 19: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS :

1. OAINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam) yaitu aspirin,

asam flufenamat, asam meklofenamat, asam memfenamat dan

ketoprofen

2. OAINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam) yaitu fenbufen

dan piroprofen

3. OAINS dengan waktu paruh tengah (lebih kurang 12 jam) yaitu

diflunisal dan naproksen

4. OAINS dengan waktu paruh panjang (24 – 45 jam) yaitu

piroksikam dan tenoksikam

5. OAINS dengan waktu paruh sangat panjang ( +60 jam) yaitu

fenibutazon dan oksifenibutazon)

Farmakokinetik :

Pada pemberian oral, sebagain OAINS diabsorpsi dengan cepat

dalam bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar di usus halus

bagian atas. Kecepatan absorpsi tergantung dari kecepatan disintegrasi

dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan

lambung. Absoprsi pada pemberian rektal lebih lambat dan tidak

sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan.

Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan

tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan didalam carian

sinovial, cairan spinalm cairan peritoneal, liur dan air susu. Obat ini

mudah menembus sawar otak dan sawar uri.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 19

Page 20: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Farmakodinamik :

Obat-obat anti inflamasi non steroid memiliki efek

farmakodinamik yaitu :

Efek analgesik. Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya

efektik terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang

Efek antipiretik. Sebagai antipiretik, OAINS akan menurunkan

suhu badan hanya pada keadaan demam

Efek anti-inflamasi. Kebanyakan OAINS lebih dimanfaatkan

sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal

seperti artritis rheumatoid.

c. Hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah epigastrium

Jawab : Arthritis

Konsumsi OAINS (5 tahun)

Menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) dijalur as.arakidonat yang berujung pd penekanan prostglandin (untuk

pertahanan mukosa)

Gangguan barrier mukosa lambung

Sekresi mukus dan bikarbonat menurun

Asam lambung meningkat merusak mukosa

Iritasi mukosa lambung

Perdarahan lambung

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 20

Page 21: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Nyeri epigastrium

d. Obat yang dpt digunakan untuk mengatasi arthritis (Selain OAINS) ?

Jawab :

4. Pemeriksaan Fisik :

Interpretasi dan mekanisme :

a. Keadaan umum Tn. A ?

Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pem. Tn.A Interpretasi

b. Hasil pemeriksaan khusus pada Tn. A ?

5. Pemeriksaan Laboratorium :

Interpretasi dan mekanisme :

a. Hb, MCV, MCH, MCHC

b. Blood smear & focal occult blood

c. Serum iron, Iron binding capacitiy, transferin saturation, serum feritin

6. Bagaimana Metabolisme besi ?

7. Komposisi besi ?

8. Absorpsi besi ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 21

Page 22: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

9. Siklus besi dalam tubuh ?

10. Differential diagnosis ?

11. Penegakkan diagnosis ?

12. Diagnosis kerja ?

13. Etiologi ?

14. Epidemiologi ?

15. Patogenesis ?

16. Tatalaksana ?

17. Komplikasi ?

18. Prognosis ?

19. Preventif dan promotif ?

20. Level of competency ?

21. Pandangan islam ?

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 22

Page 23: Laporan Tutorial 6 Skenario a Blok 13

Laporan Tutorial 6 Skenario A Blok 13

Davey, Patrick. 2003. At a Glance MEDICINE. Jakarta : Erlangga

Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC

Ikatan Dokter Anak Indonesia Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan

Penerbit IDAI

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi jilid 1. Jakarta : EGC

Staf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Binarupa

Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price, Sylvia

A. Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 23