tutorial blok 14 skenario b kelpk 6
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
1/51
1 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 14
Disusun Oleh: Kelompok 6
Tutor : dr. Iskandar Z. A. DTM&H, M.Kes, SpParK.
Anggota Kelompok:
Karthik Sekaran 04111401097
Mutia Arnisa Putri 04121401004
Desiyanti 04121401006
Zahrunisa Al Jannah 04121401007
Indarwati 04121401030
Siti Rahma Anissya Kinanti 04121401031
Reijefki Irlastua 04121401032
Nur Annisa Faradina 04121401034
Ramitha Yulisman 04121401036
Ignatius Aldo Winardi 04121401049
Dina Fatma Dwimarta 04121401086
Moh. Wafa Adillah P 04121401093
Maghfira Ulfha 04121401098
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2013
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
2/51
2 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
Laporan Tutorial SkenarioABlok12ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian
dari skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur,
hormat, dan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusitutorial,
2. dr.Iskandar selaku tutor kelompok 6,3. Teman-teman sejawat FK Unsri,4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Palembang, 27 Desember 2013
Tim Penyusun
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
3/51
3 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
KEGIATAN TUTORIAL ......................................................................................................... 4
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Skenario B Blok 14................................................................................................................ 5
II. Klarifikasi Istilah .................................................................................................................. 6
III. Identifikasi Masalah .............................................................................................................. 7
IV. Analisis Masalah ................................................................................................................... 8
V. Kerangka konsep .............................................................................................................. ....30
VI. Learning Issues ................................................................................................................... 31
VII. Sintesis............................................................................................................................... 32
VIII.Kesimpulan.....................................................................................................................50
Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 51
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
4/51
4 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor : dr. Iskandar Z. A. DTM&H, M.Kes, SpParK.
Moderator : Ramitha Yulisman
Sekretaris Meja : Desiyanti dan Zahrunisa Al Jannah
Pelaksanaan : 23 Desember 2013 dan 27 Desember 2013
Pukul. 07.30 WIB s.d. selesai
Peraturan selama tutorial :
1. Sebelum nyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan.2. Alat komunikasi dan gadget hanya boleh digunakan untuk keperluan
diskusi, namun dalam mode silent dan tidak mengganggu
berlangsungnya diskusi.
3. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
5/51
5 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
I .SKENARIO B BLOK 14
Tn. D, 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidak
sadar sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarganya,pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun
yang lalu dan setiap hari mengonsumsi obat glibenklamid 5 mg. menurut keluarganya,
sebelum tidak sadar, Tn. D merasa dingin, berkeringat, jantung berdebar-debar, badan lemas
dan merasa cemas, setelah minum obat sebelum makan pagi.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran: koma, TD: 90/40 mmHg, nadi 124x/menit, suhu 36oC.
Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.
Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glucometer: 40 mg/dl.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
6/51
6 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. DM tipe 2 : sindrom kronik gangguan metabolism karbohidrat, protein, lemak,akibat resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak mencukupi.
2. Glibenklamid : obat anti diabetika oral golongan sulfonylurea yang bekerjameningkatkan sekresi insulin
3. Glukosa darah sewaktu : gula darah yang diperiksa pada keadaan yang tidakditentukan.
4. Glukometer : alat yang digunakan dalam menentukan proporsi glukosa dalamurin.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
7/51
7 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
III. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. D, 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidaksadar sejak 3 jam yang lalu.
2. Menurut keluarganya,pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiaphari mengonsumsi obat glibenklamid 5 mg.
3. Menurut keluarganya, sebelum tidak sadar, Tn. D merasa dingin, berkeringat, jantungberdebar-debar, badan lemas dan merasa cemas, setelah minum obat sebelummakan
pagi.
4. Pemeriksaan fisikKesadaran: koma, TD: 90/40 mmHg, nadi 124x/menit, suhu 36
oC.
Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.
Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glucometer: 40 mg/dl.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
8/51
8 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
IV. ANALISIS MASALAH1. Tn. D, 65 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena tidak
sadar sejak 3 jam yang lalu.
1.1.Apa yang menyebabkan tn. D tidak sadar pada kasus ini?Tn. D tidak sadar karena mengalami syok hipoglikemi (hipoglikemia berat) dimana
kadar gula darah menurun dengan mendadak yang diikuti dengan penurunan
kesadaran.
1.2.Apa yang menyebabkan hipoglikemi? Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas,
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepadapenderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya,
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan
obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia
terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi:
1) Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa2) Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain
(sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar
gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan, maka obat ini
bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat.
Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal
kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula
darah yang rendah.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
9/51
9 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama
bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.
Olahraga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit
lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi
sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan
sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa
menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem
enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam
makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami
hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis
hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap
sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang
tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
1.3.Bagaimana patofisiologi dari hipoglikemi?Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas,
otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu
dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak
sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam
jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf
tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
1.4.Berapa kadar glukosa darah normal?
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
10/51
10 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
70-110mg/dl setelah berpuasa untuk 8 jam dan kadar glukosa darah harus dibawah
200 mg/dl 2 jam setelah makan.
1.5.Bagaimana ciri- ciri dari orang yang mengalami hipoglikemi?Tanda-tanda dan gejala-gejala hipoglikemi dibagi dalam 2 kategori, yaitu : otonomik
dan neuroglikopenik. Tanda tanda dan gejala gejala otonomik terjadi akibat
aktivasi sistem saraf otonom melalui pelepasan epinefrin dari medulla adrenal ke
dalam sirkulasi dan norepinefrin dari ujung ujung saraf simpatis postganglionik ke
dalam jaringan2 target. Dalam keadaan normal, ambang glikemik bagi pelepasan
katekolamin lebih tinggi daripada ambangnya bagi induksi gejala gejala
neuroglikopenik. Sehingga gejala gejala otonomik mengawali timbulnya gejala
gejala neuroglikopenik. Gejala gejala dan tanda-tanda yang berhubungan dengan
pelepasan katekolamin dapat berupa tremor, muka pucat, palpitasi, takikardia, tekanan
nadi yang melebar dan rasa cemas (ansietas). Berkeringat, rasa lapar dan parestesia
juga umum ditemukan, yang biasanya dimediasi oleh adanya pelepasan asetilkholin.
Pada orang dewasa, pengeluaran keringat lebih mencolok, hal ini diduga akibat
stimulasi oleh saraf - saraf simpatis kolinergik post ganglionik.
Otonomik Neuroglikopenik
Gejala-
gejala
Tanda-tanda Gejala-gejala Tanda-
tanda
Rasa lapar Muka pucat Badan lemas,
rasa capek
Cortical
blindness
Berkeringat Takhikardia Dizziness Hypothermia
Rasa cemas Tekanan nadi
melebar
Sakit kepala Seizures
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
11/51
11 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Parestesia Bingung Coma
Palpitasi Perubahan
tingkah laku
Tremor Gangguan
fungsi kognitif
Penglihatan
kabur,
diplopia.
1.6.Apakah ada hubungan riwayat keluarga dengan penyakit tn. D?Pada diabetes tipe II, faktor genetik memegang peranan lebih penting dibandingkan
dengan pada diabetes tipe I. Di antara kembar identik, angka concordance (munculnya
sifat bawaan pada kedua pasangan anak kembar) adalah 60% sampai 80%. Pada
anggota keluarga dekat dari pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik)
risiko menderita penyakit ini lima hingga sepuluh kali lebih besar daripada subjek
(dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam
keluarganya.
1.7.Hubungan usia dengan penyakit tn. D?Terdapat hubungan usia terhadap penyakit Tn. D. Karena resiko terjangkit diabetes
mellitus tipe 2 akan meningkat pada usia >30 tahun. Hal ini terjadi salah satunyakarena aktivitas fisik cenderung berkurang ketika umur semakin tua.
2. Menurut keluarganya, pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiap harimengonsumsi obat glibenklamid 5 mg.
2.1. Apa yang dimaksud dengan DM tipe 2 ?Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
12/51
12 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
kadar glukosa darah yang tinggi karena terjadinya resistensi tubuh terhadap insulin
yang diproduksi oleh sel beta pankreas dan defisiensi insulin relatif
2.2. Jelaskan jenisjenis dari Diabetes Melitus !1) DM tipe 1
Disebut insulin dependent diabetes, atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas
sehingga terjadi kekurangan penghasilan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini
dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
2) DM tipe 2Non-insulin dependent, terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi
insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin. Yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal
abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada
tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun
semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
3) DM gestasionalMelibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon
insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa
pengakuan. DM tipe ini biasa diderita pada wanita hamil dan setelah
melahirkan.
2.3. Apa saja faktor resiko dari DM tipe 2 ? Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan
diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir
rendah < 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh >
23kg/m2), kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250 mg/dl) dan diet tinggi gula rendah serat.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
13/51
13 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom
ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin,
sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa
terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh
darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki)
2.4. Bagaimana patofisiologi dari DM tipe 2 ?DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama:
Gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, dan produksi glukosa hepatik berlebih.
Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan
pasien mengalami diabetes disertai peningkatan kadar glukosa darah puasa. Penanda
inflamasi seperti IL-6 dan CRP umumnya meningkat pada diabetes tipe 2.
Resistensi Insulin
Obesitas sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah
hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang
memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap
resistensi insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal karena
sel beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring
dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta pankreas tidak dapat
mempertahankan kondisi hiperinsulinemia. IGT (Impaired Glucose Tolerance)
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Resistensi terhadap insulin
disebabkan oleh penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada
jaringan target terutama otot dan hati. Resistensi insulin bersifat relatif. Tingginya
jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menormalkan kadar glukosa plasma
menandakan penurunan sensitivitas dan respon reseptor insulin. Penurunan reseptor
insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka merupakan efek sekunder
hiperinsulinemia dan bukan defek primer. Oleh karena itu, defek pada post reseptor
diduga mempunyai peranan yang dominan terhadap terjadinya resistensi insulin.
Polimorfik dari IRS-1 (Insulin Receptor Substrat) mungkin berhubungan dengan
intoleransi glukosa. Polimorfik dari bermacam-macam molekul post reseptor diduga
berkombinasi dalam menyebabkan keadaan resistensi insulin
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
14/51
14 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Gangguan Sekresi Insulin
Defek sekresi insulin berperan penting bagi munculnya diabetes melitus tipe 2. Pada
hewan percobaan, jika sel sel beta pankreas normal, resistensi insulin tidak akan
menimbulkan hiperglikemik karena sel ini mempunyai kemampuan meningkatkan
sekresi insulin sampai 10 kali lipat. Hiperglikemi akan terjadi sesuai dengan derajat
kerusakan sel beta yang menyebabkan turunnya sekresi insulin. Pelepasan insulin
dari sel beta pankreas sangat tergantung pada transpor glukosa melewati membran
sel dan interaksinya dengan sensor glukosa yang akan menghambat peningkatan
glukokinase. Induksi glukokinase akan menjadi langkah pertama serangkaian proses
metabolik untuk melepaskan granul-granul berisi insulin. Kemampuan transpor
glukosa pada diabetes melitus tipe 2 sangat menurun, sehingga kontrol sekresi
insulin bergeser dari glukokinase ke sistem transpor glukosa.
Produksi Glukosa Hepatik
Hati merupakan salah satu jaringan yang sensitif insulin. Pada keadaan normal,
insulin dan glukosa akan menghambat pemecahan glikogen dan menurunkan
glukosa produk hati. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi peningkatan
glukosa produk hati yang tampak pada tingginya kadar glukosa darah puasa (BSN).
Peningkatan produksi glukosa hati juga berkaitan dengan meningkatnya
glukoneogenesis akibat peningkatan asam lemak bebas.
2.5. Apa saja tipe obat untuk DM tipe 2 ?a. GolonganInsulin Sensitizing
Biguanid (metformin), glitazone (thiazolidinediones)
b. Golongan Sekretagok InsulinSulfonilurea generasi pertama adalah acetohexamide, tolbutamide, dan
chlorpropamide. SU generasi kedua adalah glibenclamide, glipizide, dan
gliclazide. SU generasi ketiga adalah glimepiride
c. Penghambat Glukosidased. Golongan Incretine. PenghambatDipeptidyl peptidaseIV / DPPIVf. GLP-1 Mimetik dan Analog
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
15/51
15 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
2.6. Bagaimana farmakodinamik dari obat glibenklamid ?Glibenklamid sering disebut insulin secretagogues, kerjanya merangsang
sekresi insulin dari granul-granul sel beta langerhans pancreas. Rangsangannya
melalui interaksinya denganATP-sensitive K Channelpada membrane sel-sel yang
menimbulkan depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca.
Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca akan masuk ke sel , merangsang granula
yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen
dengan peptide-C. Selain itu, sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan
hipoglikemia.
Glyburide atau glibenklamid, generasi kedua sulfonilurea agen antidiabetes,
menurunkan glukosa darah akut dengan merangsang pelepasan insulin dari pankreas,
efek tergantung pada fungsi sel beta dalam pankreas. Dengan administrasi kronis
pada pasien diabetes tipe II, sebagai efeknya terjadi penurunkan glukosa darah
meskipun penurunan bertahap dalam respon sekresi insulin terhadap obat tersebut.
Selain menurunkan glukosa darah, glyburide menghasilkan diuresis ringan.
Glyburide dua kali lebih kuat sebagai Glipizide generasi kedua agen terkait.
2.7. Bagaimana farmakokinetik dari obat glibenklamid ?Semua golongan sulfonilurea diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Dapat
diminum bersama makanan. Gliburid lebih efektif diminum 30 menit sebelum
makan. Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Gliburid
(glibenklamid), potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4
jam. Metabolismenya di hepar, pada pemberian dosis tungal hanya 25%
metabolitnya diekskresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan
obat dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira
kira 21% selama 1,5 tahun.
2.8. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi dari obat glibenklamid ?Indikasi:
DM tipe II (NIDDM), dimana kadar gula darah tidak dapat dikendalikan secara
adekuat dengan cara diet, latihan fisik, dan penurunan berat badan saja.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
16/51
16 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Kontra Indikasi:
Glibenklamid tidak boleh diberikan pada diabetes melitus juvenil, prekoma dan
koma diabetes, gangguan fungsi ginjal berat dan wanita hamil.
Gangguan fungsi hati, gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal.
Ibu menyusui:
- Diabetes militus dan komplikasi (demam, trauma, gangren).
- Pasien yang mengalami operasi.
2.9. Apa akibat pemberian glibenklamid 5 mg setiap hari sebelum makan pagi?Efek hipoglikemia sulfonilurea adalah dengan merangsang channel K yang
tergantung pada ATP dari sel beta pankreas. Bila sulfonilurea terikat pada reseptor
SUR channel tersebut maka akan terjadi penutupan. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya penurunan permeabilitas K pada membran sel beta, terjadi depolarisasi
membran dan membuka channel Ca tergantung voltase dan menyebabkan
peningkatan Ca intrasel. Ion Ca akan terikat pada Calmodulin dan menyebabkan
eksositosis granul yang mengandung insulin.
Pada kondisi belum makan yang normal, akan terjadi penekanan sekresi insulin.
Sumber energi akan lebih banyak dari lemak kecuali otak yang menggunakan
glukosa. Kadar glukosa yang tidak memadai tentunya akan mempengaruhi otak
karena otak bergantung sepenuhnya terhadap glukosa dari aliran darah. Otak tidak
bisa membuat glukosa atau menyimpan glikogen. Dengan adanya pemberian
glibenklamid akan memberi respon yang berbeda. Insulin tidak akan ditekan
sekresinya walau kadar glukosa darah tidak tinggi. Ini adalah efek dari obat
glibenklamid. Sehingga, glukosa darah basal akan diturunkan oleh insulin.
Terjadilah hipoglikemi. Asupan makanan individu yang tidak adekuat, kerja obat
yang lama, dan individu dengan usia lanjut akan semakin memungkinkan timbulnya
efek samping hipoglikemi yang dapat berujung pada kehilangan kesadaran atau
koma.
3. Menurut keluarganya, sebelum tidak sadar, Tn. D merasa dingin, berkeringat, jantungberdebar-debar, badan lemas dan merasa cemas, setelah minum obat sebelummakan
pagi.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
17/51
17 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
3.1. Apa hubungan obat dengan keluhan yang dirasakan oleh tn. D?
Keluhan yang dirasakan Tn.D ini merupakan efek samping dari pemakaian
glibenklamid, karena glibenklamid akan merangsang sekresi insulin dan
menurunkan kadar glukosa puasa lebih besar daripada glukosa sesudah makan.
Hipoglikemi dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak
makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar. Kecenderungan hipoglikemia
pada orangtua disebabkan mekanisme kompensasi berkurang atau asupan
makanan cenderung kurang. Hipoglikemi pada orang tua cenderung menimbulkan
disfungsi otak sampai koma seperti gejalagejala yang dialami Tn. D.
3.2. Bagaimana mekanisme dari keluhankeluhan Tn. D ?
Merasa dingin
Hipoglikemia menyebabkan hormon kontraregulator insulin mengalami
peningkatan, salah satunya adalah peningkatan epinefrin yang diproduksi oleh
medula adrenal ke sirkulasi dan norepinefrin dari ujung saraf simpatis
postganglionik kedalam jaringan target. Katekolamin akan berikatan dengan
reseptor 1 yang berada di otot polos pembuluh darah perifer, dalam konsentrasi
yang tinggi akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Vasokonstriksi perifer bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke organ untuk
meningkatkan proses glikoneogenesis, peningkatan aliran darah ke organ
menyebabkan aliran darah di kulit akan berkurang dan menimbulkan keadaan
dingin.
Berkeringat
Hipoglikemia menyebabkan hormon kontraregulator insulin mengalami
peningkatan, salah satunya adalah peningkatan asetilkolin yang diproduksi oleh
serabut saraf simpatis kolinergik postganglionik. Saraf ini mempersarafi kelenjar
keringat yang ada di bagian dermis, sehingga peningkatan asetilkolin akan diikuti
dengan peningkatan produksi keringat oleh kelenjar keringat.
Palpitasi
Hipoglikemia menyebabkan peningkatan epinefrin yang diproduksi oleh medula
adrenal ke sirkulasi dan norepinefrin dari ujung saraf simpatis postganglionik
kedalam jaringan target. Katekolamin akan berikatan dengan reseptor 1 yang
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
18/51
18 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
berada pada sel otot jantung. Aktivasi reseptor 1 ini akan meningkatkan
kekuatan dan kecepatan denyut jantung sehingga akan menyebabkan terjadinya
takikardi yang menimbulkan efek berupa jantung berdebar-debar (palpitasi).
Badan lemas
Hipoglikemia yang dialami Tn. D menyebabkan glukosa yang masuk ke sel
menjadi sedikit, sehingga metabolisme tubuh di setiap sel termasuk seluruh
ekstremitas dan otot pun menurun. Hal ini dikarenakan glukosa merupakan
komponen penting untuk metabolisme energi yang akan menghasilkan ATP yang
akan digunakan untuk seluruh aktivitas dalam tubuh, akibatnya Tn. D menjadi
lemas.
Merasa cemas
Hipoglikemia terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Pada awalnya tubuh
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
mengaktifasi saraf simpatis sehingga meninmulkan gejala seperti cemas.
4. Pemeriksaan fisikKesadaran: koma, TD: 90/40 mmHg, nadi 124x/menit, suhu 36oC.
Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.
Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) dengan alat glucometer: 40 mg/dl.
4.1.Bagaimana cara mengukur tingkat kesadaran?
GCS (Glasgow Coma Scale)yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka
mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 16 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata):
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
19/51
19 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal):
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik):
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
EVM
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Kriteria: kesadaran baik/ normal> GCS 13-15
kesadaran turun> GCS 9-12
koma> GCS
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
20/51
20 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengansekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, responpsikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma),yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada responterhadap nyeri.
6. Coma (comatose),yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadaprangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
4.3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Indikasi Nilai normal Hasil pemeriksaan Interpretasi
Kesadaran Compos mentis Coma Abnormal, terjadi
penurunan kesadaran
Tekanan
Darah
120/80 mmHg 90/40 mmHg Hipotensi
Denyut Nadi 60100x/menit 124x/menit Meningkat
Suhu 3637 C 36C Normal
Glukosa Darah
Sewaktu
(GDS)
Normal: < 140
mg/dL
Prediabetes: 140
199 mg/dL
Hipoglikemia
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
21/51
21 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
4.4.Bagaimana mekanisme dari hasil pemeriksaan yang tidak normal ?
Koma
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, metabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas,
otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu
dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak,
otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke
dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65
mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl
(0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan koma.
Hipotensi
Tekanan darah pada penderita hipoglikemia dapat turun dikarenakan glukosa
yang terlalu sedikit di darah akan menyebabkan osmolaritasnya rendah. Selain itu
hipoglikemia akan merangsang sekresi epineprin yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah perifer . Akibatnya terjadi penurunan volume darah dan terjadi
penurunan tahanan perifer sehingga tekanan darah menjadi menurun.
Denyut nadi meningkat
Ini merupakan efek fisiologis sebagai kompensasi penurunan TD dengan
tujuan meningkatkan TD. Selain itu denyut nadi ini meningkat akibat adanya
rangsangan saraf simpatis yang kemudian merangsang pengeluaran epineprin.
Epineprin bekerja pada reseptornya di jantung dan menyebabkan peningkatan
denyut nadi
Hipoglikemia
Penurunan kadar glukosa darah dibawah 60mg/dl pada Tn.D disebabkan karena
mengkonsumsi glibenklamid yang merangsang sekresi insulin walaupun kadar
glukosa darah tidak tinggi, akibatnya terjadilah hipoglikemia pada Tn. D.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
22/51
22 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
4.5.Bagaimana cara pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dengan glucometer ?
1) Siapkan glucometer, alkohol, kasa/kapas, test strip, jarum penusuk (lancet)dan alat penusuk (lancing device) .
2) Untuk menghindari kontaminasi, cuci dan keringkan kedua tangan Andadengan kain bersih sebelum pengambilan sampel darah.
3) Masukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing device). Pastikanbahwa jarum yang Anda pakai steril dan masih baru. Ingat! Jarum penusuk
hanya digunakan sekali pakai.
4) Letakkan ujung jari Anda yang akan ditusuk. Kami sarankan Andamenggunakan ujung jari berbeda-beda sehingga tidak menimbulkan
pengerasan kulit. Jari yang direkomendasikan untuk digunakan adalah
telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
5) Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas beralkoholuntuk menghindari infeksi.
6) Tusukkan jarum ke ujung jari Anda. Darah pertama yang keluar dengankapas Anda lap terlebih dahulu lalu biarkan bulatan kecil darah terbentuk
di ujung jari. Tekan dengan pelan jari Anda untuk membantu mengeluarkan
darah, ingat jangan terlalu kuat agar sampel tidak bercampur dengan cairan
otot sehingga membuat hasil pengukuran menjadi tidak valid.
7) Bila darah tidak cukup keluar, Anda dapat menusukkan jarum di jari kedua.8) Masukkan test strip ke alat pengukur (glucosemeter). Anda sebaiknya
memastikan bahwa test strip yang Anda gunakan belum kedaluwarsa. Setiap
test strip mempunyai tanggal kedaluwarsa jadi bila terlewati akan membuat
hasil pengukuran menjadi tidak akurat.
9) Tempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untukmenghentikan perdarahan.
10)Lihat hasil pengukuran di glucometera. Kadar gula darah puasa (tidak mendapat asupan kalori 8-10 jam
sebelumnya):
o Normal = kadar gula < 100 mg/dlo Pre Diabetes = kadar gula 100-125 mg/dlo Diabetes = kadar gula > 125 mg/dl
b. Kadar gula darah sesaat (saat atau sesudah makan) :
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
23/51
23 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
o Normal = kadar gula < 140 mg/dlo Pre Diabetes = kadar gula 140-200 mg/dlo Diabetes = kadar gula > 200 mg/dl
5. Template5.1.Diagnosis banding
Hipoglikemia karena :
a. Obat ; ( sering ); insulin ,sulfonlurea,alcohol,
( kadang) ; kinin ,pentamidine
(jarang ) ; salisilat ,sulfonamide
b. Hiperinsulinisme endogen ; insulinoma, kelainan sel B jenis lain,sekretagogue ( sulfonylurea), autoimun, sekresi insulin ektopik.
c. Penyakit kritis: gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi dan inasasi.d. Defisiensi endokrin; kortisol, growth hormone, glukagon, epinefrin.e. Tumor non-sel B ; sarkoma ,tumor adrenokortikal, hepatoma, leukemia,
limfoma, melanoma
f. Pascaprandial; reaktif ( setelah operasi gaster) ,diinduksi alkohol.
5.2.Penatalaksanaan Hipoglikemia
Peranan keluarga sangat penting dalam mengenal gejala-gejala dan tanda-
tanda dini hipoglikemi pada pasien DM dirumah, terutama kelompok pasien usia
lanjut. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu.
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Jika hipoglikemianya berat dan
berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut
penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius.
Bila pasien masih sadar dan masih bisa makan / minum, dapat diberikan
karbohidrat oral atau air gula atau tablet glukosa. Bila pasien tidak sadar atau tidak
bisa makan/minum, berikan infus dextrose atau injeksi glukagon IM. Setelah
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
24/51
24 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
episode hipoglikemi teratasi, pemantauan kadar glukosa darah yang ketat terus
dilakukan sampai kadar glukosa darah benar-benar stabil. Selanjutnya dicari
faktor2 penyebab terjadinya hipoglikemi, dan bila memungkinkan ganti insulin
dengan obat oral yang tidak memberikan efek samping hipoglikemi.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
25/51
25 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
5.3.Prognosis
Koma dapat mengakibatkan kematian otak. Pada koma nontraumatik termasuk
koma hipoglikemia penentuan prognosis sangat sulit karena heterogenitas
penyakit. Tanda yang buruk dalam beberapa jam pasien masuk rumah sakit
adalah tidak adanya reflkeks pupil dari kedua matanya ,tidak adanya respon
kornea,atau tidak adanya respon okulivestibuler. Pada keadaan ini dapat terjadi
kematian jika tidak segera ditangani
5.4.Komplikasi Diabetes melitus
a. Komplikasi akut1) Koma hipoglikemia
Hipoglikemia pada pasien diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor
penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah
normal atau mendekati normal. Hipoglikemi secara harfiah berarti
kadar glukosa darah dibawah harga normal. Faktor utama mengapa
hipoglikemi perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan diabetes
melitus adalah karena adanya ketergantungan jaringan saraf terhadap
asupan glukosa yang terus menerus. Gangguan asupan glukosa yang
berlangsung beberapa menit menyebabkan gangguan fungsi sistem
saraf pusat (SSP) dengan gejala gangguan kognisi, bingung, dan koma.
Seperti jaringan lain, jaringan saraf dapat memanfaatkan sumber energi
alternatif, yaitu keton dan laktat. Pada hipoglikemi yang disebabkan,
insulin konsentrasi keton di plasma tertekan dan mungkin tidak
mencapai kadar yang cukup di SSP, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai sumber energi alternatif.
2) KetoasidosisKetoasidosis diabetik adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolute atau relatif dan peningkatan hormon kontraregulator
sehingga keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati
meningkat tetapi utilasi glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil
akhir hiperglikemia. Kombinasi keadaan ini mengaktivasi hormon
lipase sensitif pada jaringan lemak sehingga lipolisis meningkat terjadi
peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
26/51
26 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat
menyebabkan metabolik asidosis. Keton merupakan senyawa kimia
beracun yang dapat menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
3) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non KetotikKoma hiperosmolar hiperglikemik nonketotik (HNNK) merupakan
salah satu komplikasi akut atau emergensi pada penyakit diabetes
melitus. Sindroma hiperosmolar hiperglikemik nonketotik ditandai
dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis.
Faktor pencetus dapat dibagi menjadi enam kategori yaitu; infeksi,
pengobatan, noncompliance, diabetes melitus tidak terdiagnosis,
penyalahgunaan obat, dan penyakit penyerta. Infeksi dan compliance
yang buruk merupakan penyebab tersering dari komplikasi ini. Koma
ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak diekresi lewat urin
b. Komplikasi kronik1) Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak
Perubahan pada pembuluh darah besar dapat mengalami atherosclerosis
sering terjadi pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah
penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler
perifer.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik dannefropati diabetik
Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh
darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi
neuropati, nefropati, dan retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan
mikrovaskuler pada struktur dan fingsi ginjal yang menyebabkan
komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal
dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
27/51
27 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Ketika insulin tidak diproduksi maka glukosa tidak akan diubah
menjadi glikogen sebagai energi, hasilnya adalah glukosa akan terus
beredar di pembuluh darah. Sebagai alat filter dalam tubuh, ginjal
berfungsi untuk menyaring terlalu banyak darah. Gula dalam darah
yang terlalu banyak tentu saja memperkeras kerja ginjal. Kerja keras
ginjal yang terus menerus dapat membuat ginjal berhenti untuk bekerja
suatu saat nanti.
Retinopati adalah adanya perubahan dalam retina karena
penurunan protein dalam retina. Perubahan ini dapat berakibat
gangguan dalam penglihatan. Kadar gula darah yang tidak stabil dapat
menyebabkan kerusakan pada organ mata. Kadar gula darah yang
kerap kali berubah-ubah dapat menyebabkan masalah keseimbangan
cairan pada lensa mata. Lensa mata bisa saja menyerap terlalu banyak
cairan yang dapat membuat mata membesar dan membuat penglihatan
menjadi kabur. Saraf mata dan pembuluh darah yang mengirimkan
darah ke retina juga dapat rusak akibat adanya diabetes. Selain
glaukoma dan katarak, diabetes juga dapat menyebabkan kebutaan.
Retinopati terjadi akibat dari penebalan membrane basal kapiler,
yangmenyebabkan pembuluh darah mudah bocor ( perdarahan dan
eksudat padat ), pembuluh darah tertutup ( iskemia retina dan
pembuluh darah baru) dan edem macula.
Retinopati mempunyai dua tipe yaitu:
a. Retinopati back graund dimulai dari mikroneuronisma di dalampembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b. Retinopati proliferasi yang merupakan perkembangan lanjut dariretinopati background, terdapat pembentukan pembuluh darah baru
pada retina akan berakibat pembuluh darah menciut dan
menyebabkan tarikan pada retina dan perdarahan di dalam rongga
vitreum. Juga mengalami pembentukan katarak yang disebabkan
oleh hiperglikemi yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3) Neuropati diabetika
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
28/51
28 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4) Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih5) Kulit
Komplikasi diabetes biasanya menyerang kulit. Infeksi yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah hal utama pada
komplikasi diabetes yang menyerang kulit. Rasa gatal juga sering
timbul akibat adanya penyakit gula dan hal-hal ini diakibatkan oleh
adanya sirkulasi darah yang buruk. Komplikasi diabetes yang
menyerang kulit atau yang biasa disebut diabetes dermopathy
ditandai dengan adanya bercak merah kecoklatan pada kulit.
Komplikasi diabetes ini biasanya terjadi pada mereka yang telah
mengidap diabetes selama 10 hingga 20 tahun.
5.5.KDU
Diabetes melitus tipe II
4A : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Hipoglikemia berat
3B : Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
5.6.Komunikasi dan Edukasi
Pasien dan keluarganya diberikan edukasi yang jelas dan dalam bentuk tertulis
agar dapat dipelajari dengan seksama untuk mencegah terjadinya episode
hipoglikemi berulang. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pengenalan
dini gejala dan tanda-tanda hipoglikemi serta upaya penanggulangannya dirumah
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
29/51
29 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
merupakan hal yang paling penting dalam mencegah manifestasi kerusakan otak
yang irreversibel dan gejala sisanya.
Materi edukasi dasar ini meliputi (1) hubungan antara makan dan waktu bersantap
terhadap gula darah, obat, serta kegiatan fisik; (2) pemantauan jumlah (gram)
asupan karbohidrat; (3) panduan perencanaan makan dan jenis santapan; (4)
penaatan jadwal bersantap dan mengudap (ngemil) setiaphari; (5) pengenalan,
pengobatan, dan pencegahan hipoglisemia; (6) pengawasan gula darah; serta (7)
penanganan sakit.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
30/51
30 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
V. KERANGKA KONSEPTn. D (65 th)
menderita DM tipe 2
Sel kekurangan energi
dan O2
Gangguan saraf pusat
(neuroglikopenik)
Vasodilatasi perifer
Koma hipoglikemia
Pelepasan asetilkolin oleh
saraf simpatis kolinergik post
ganglionik
Pelepasan epinefrin
Aktivasi saraf simpatis
Hipoglikemia
Mengonsumsi glibenklamid 5 mg
setiap hari sebelum sarapan
GDS 40 mg/dLTidak diimbangi dengan
asupan makanan yang
cukup
Badan lemas
Aktivasi reseptor
adrenergik
Berkeringat
Suhu agak turun PalpitasiHipotensi
Pemberian dextrose,
monitoring 30 menit
sekali sampai GDS 120
m /dL
Takikardi Cemas
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
31/51
31 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
VI. LEARNING ISSUES1. DM Tipe II2. Homeostasis Glukosa Dalam Tubuh3. Obat Anti Diabetika (Glibenklamid)
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
32/51
32 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
VII. SINTESISDIABETES MELITUS TIPE II
Diabetes mellitus tipe II ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien diabetes tipe II
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif terhadap
insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsic. Ketidaknormalan postreseptor
dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya timbul kegagalan sel beta dengan
menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia.
Etiologi
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ? tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Faktor risiko
Faktor risiko seseorang terkena DM:
a. Individu dengan IMT 25kg/m2b. Aktivitas fisik kurangc. Riwayat keluarga mengidap DM pada turunan pertamad. Masuk kelompok etnik risiko tinggi (African American, Latino, Native American,
Asian American, Pasific Islander)
e. Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat 4000 gram atau riwayatdiabetes gestational
f. Hipertensi(tekanan darah 140/90 mmHg)
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
33/51
33 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
g. Kolesterol HDL < 35mg/dL atau trigliserida 250 mg/dLh. Wanita dengan sindrom polikistik ovariumi. Riwayat toleransi Glukosa terganggu
j. Keadaan lain yang berhubungan dengan resistensi insulin(obesitas, acanthosisnigricans)
k. Riwayat penyakit kardiovaskular
Patofisiologi
Secara patofisiologi, DM tipe 2 ini bisa disebabkan karena dua hal yaitu
1) Penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin. Peristiwa tersebut dinamakanresistensi insulin, dan
2) Penurunan kemampuan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin sebagai responterhadap beban glukosa.
Sebagian besar DM tipe 2 diawali dengan kegemukan. Sebagai kompensasi, sel beta
pankreas merespon dengan mensekresi insulin lebih banyak sehingga kadar insulin
meningkat (hiperinsulinemia). Konsentrasi insulin yang tinggi mengakibatkan reseptor
insulin berupaya melakukan pengaturan sendiri (self regulation) dengan menurunkan jumlah
reseptor atau down regulation. Hal ini membawa dampak pada penurunan respon reseptornya
dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Di lain pihak, kondisi
hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desensitisasi reseptor insulin pada tahap
postreseptor, yaitu penurunan aktivasi kinase reseptor, translokasi pengangkut glukosa dn
aktivasi glikogen sintase. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.
Dua kejadian tersebut terjadi pada permulaan proses terjadinya DM tipe 2. Hal tersebut
mngindikasikan telah terjadi defek pada reseptor maupun postreseptor insulin. Pada resistensi
insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemik).
Seiring dengan kejadian tersebut, pada permulaan DM tipe 2 terjadi peningkatan kadar
glukosa dibanding normal, namun masih diiringi dengan sekresi insulin yang berlebihan
(hiperinsulinemia). Hal tersebut menyebabkan reseptor insulin harus mengalami adaptasi
sehingga responnya untuk mensekresi insulin menjadi kurang sensitif, dan pada akhirnya
membawa akibat pada defisiensi insulin. Pada DM tipe 2 akhir telah terjadi penurunan kadar
insulin akibat penurunan kemampuan sel pankreas untuk mensekresi insulin, dan diiringi
dengan peningkatan kadar glukosa dibandingkan normal
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
34/51
34 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Penatalaksanaan
a. NonfarmakologisStrategi terapi nonfarmakologis untuk diabetes melitus tipe 2 adalah dengan diet, gerak
badan, dan mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi penderita
yang merokok). Diet dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan berat badan.
Makanan juga dipilih secara bijaksana, terutama pembatasan lemak total dan lemak
jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa darah, dan juga hindari makan
makanan yang banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan secara teratur dapat
dilakukan, yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga. Berhenti untuk tidak
merokok, karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh
sel.
b. FarmakologisPada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan DM tipe
II, yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, -glukosidase inhibitor, dan agonis receptor
(thiazolidin atau glitazon). Obat hipoglikemik oral diindikasikan untuk pengobatan
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
35/51
35 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
pasien DM tipe II yang tidak mampu diobati dengan melakukan diet dan aktivitas fisik.
Biguanid dan thiazolidinedion dikategorikan sebagai sensitizer insulin, dengan cara
menurunkan resistensi insulin. Sulfonilurea dan meglitinid dikategorikan sebagai
insulin secretagogueskarena kemampuannya merangsang pelepasan insulin endogen.
Contoh :
1) Sulfonilurea : sulfonilurea generasi pertama (acetohexamid, clorproramid,tolbutamid, talazamid) dan generasi kedua (glimepirid, gilipizie, dan glibenklamid)
2) Meglitinid : nateglinid, repaglinid3) Biguanid : metformin4) Thiazolidinedion : pioglitazon dan resiglitazon5) Alfa glukosidase inhibitor : acarbose dan miglitol.6) Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan
pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe 2.
Komplikasi
Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :
a. Komplikasi akut1) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi
dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa
yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
2) KetoasidosisMinimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternatif
untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka benda-benda
keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu
pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang mengakibatkan asidosis.
3) Koma hiperosmolar nonketotikKoma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena
banyak diekresi lewat urin
b. Komplikasi kronik1) Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
36/51
36 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Perubahan pada pembuluh darah besar dapat mengalami atherosclerosis sering
terjadi pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler
otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik dan nefropatidiabetik
Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada
penderita DMTI/IDDM yang terjadi neuropati,nefropati, dan retinopati. Nefropati
terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fingsi ginjal yang
menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit
ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.
Ketika insulin tidak diproduksi maka glukosa tidak akan diubah menjadi
glikogen sebagai energi, hasilnya adalah glukosa akan terus beredar di pembuluh
darah. Sebagai alat filter dalam tubuh, ginjal berfungsi untuk menyaring terlalu
banyak darah. Gula dalam darah yang terlalu banyak tentu saja memperkeras kerja
ginjal. Kerja keras ginjal yang terus menerus dapat membuat ginjal berhenti untuk
bekerja suatu saat nanti.
Retinopati adalah adanya perubahan dalam retina karena penurunan protein
dalam retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan. Kadar
gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan kerusakan pada organ mata.
Kadar gula darah yang kerap kali berubah-ubah dapat menyebabkan masalah
keseimbangan cairan pada lensa mata. Lensa mata bisa saja menyerap terlalu
banyak cairan yang dapat membuat mata membesar dan membuat penglihatan
menjadi kabur. Saraf mata dan pembuluh darah yang mengirimkan darah ke retina
juga dapat rusak akibat adanya diabetes. Selain glaukoma dan katarak, diabetes
juga dapat menyebabkan kebutaan.
Retinopati terjadi akibat dari penebalan membrane basal kapiler,
yangmenyebabkan pembuluh darah mudah bocor ( perdarahan dan eksudat padat ),
pembuluh darah tertutup ( iskemia retina dan pembuluh darah baru ) dan edem
macula
Retinopati mempunyai dua tipe yaitu:
a. Retinopati back graund dimulai dari mikroneuronisma di dalam pembuluhretina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
37/51
37 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
b. Retinopati proliferasi yang merupakan perkembangan lanjut dari retinopatibackground, terdapat pembentukan pembuluh darah baru pada retina akan
berakibat pembuluh darah menciut dan menyebabkan tarikan pada retina dan
perdarahan di dalam rongga vitreum. Juga mengalami pembentukan katarak
yang disebabkan oleh hiperglikemi yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3) Neuropati diabetikaAkumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan
fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensori mengakibatkan
penurunan persepsi nyeri.
4) Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih5) Ulkus diabetikum
Komplikasi diabetes biasanya menyerang kulit. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri adalah hal utama pada komplikasi diabetes yang menyerang
kulit. Rasa gatal juga sering timbul akibat adanya penyakit gula dan hal-hal ini
diakibatkan oleh adanya sirkulasi darah yang buruk. Komplikasi diabetes yang
menyerang kulit atau yang biasa disebut diabetes dermopathy ditandai dengan
adanya bercak merah kecoklatan pada kulit. Komplikasi diabetes ini biasanya
terjadi pada mereka yang telah mengidap diabetes selama 10 hingga 20 tahun.
OBAT ANTIDIABETIKA
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur,
kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum, atau suntikan insulin.
Pada diabetes tipe 1, mutlak memerlukan suntikan insulin setiap hari; sedangkan pada
diabetes tipe 2, kadang dengan diet dan olahraga saja glukosa darah bisa menjadi normal,
namun umumnya perlu minum obat anti diabetes secara oral atau tablet, pada keadaan
tertentu diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin, atau bahkan perlu kombinasi suntikan
insulin dan tablet. Di negara yang sudah maju, telah dipikirkan upaya cangkok pankreas
untuk mengganti pankreas yang sudah rusak, hanya saja hasilnya sampai saat ini belum ada
yang memuaskan. Kemajuan teknologi dewasa ini telah menemukan banyak obat tablet jenis
baru dengan hasil yang cukup menggembirakan, demikian pula bermacam-macam insulin
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
38/51
38 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
baru telah dipasarkan. Sehingga disamping angka kejadian diabetes yang terus meningkat,
kemajuan dalam pengobatan diabetes juga terus berpacu untuk mengantisipasinya.
Dalam Bab ini akan dibicarakan tentang bermacam-macam tablet oral untuk menurunkan
glukosa darah. Obat tablet ini disebut sebagai Oral Anti Diabetes (OAD) atau Oral
Hypoglycemic Agents (OHA). Hingga kini dikenal ada lima macam OAD yang dipasarkan,
tiap macam OAD mempunyai susunan kimia yang berbeda dan cara menurunkan glukosa
yang berlainan. Ada yang merangsang pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak,
yang lain bekerja mengurangi resistensi terhadap insulin, sedangkan yang lainnya
menghambat penyerapan karbohidrat dari usus.
Pasien diabetes tipe 2, pada permulaan pengobatan biasanya memakai satu jenis OAD,
namun untuk lebih efektif menurunkan glukosa darah, kadang diperlukan lebih dari satu
macam OAD.
SULFONYLUREA
Sulfonylurea adalah tablet OAD yang paling banyak dikenal dalam puluhan tahun terakhir
ini. Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas
masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe
2.
Kebanyakan pasien diabetes mengenal obat golongan sulfonylurea ini, yaitu antara lain :
* Chlorpropamide
* Glibenclamide atau Glyburide
Saat ini yang paling banyak dipakai adalah glimepiride, glibenclamide, dan glipizide.
Pemberian obat sulfonylurea biasanya 15 sampai 30 menit sebelum makan.
Glibenclamide adalah OAD yang cukup kuat menurunkan glukosa darah, pada dosis yang
tinggi bisa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini di pasaran dikenal dengan nama dagang
Daonil atau Euglucon, masih ada lagi buatan lokal, seperti Glimel, Renabetic, Prodiamel,
atau yang generik Glibenclamide buatan Indo Farma.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
39/51
39 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Glimepiride diberikan satu kali sehari, yang ada di pasaran bisa 1 mg, 2 mg, 3 mg, atau 4 mg.
Obat ini aman bagi penderita dengan komplikasi ginjal, karena tidak mengganggu absorpsi
maupun kerja obat. Obat orisinal adalah Amaryl, yang buatan lokal antara lain Metrix,
Gluvas, Amadiab, atau Glamarol.
Glipizide relatif lebih ringan dan lebih jarang menimbulkan hipoglikemia, tinggal dalam
peredaran darah hanya beberapa jam, kecuali yang tipe XL, beredar dalam darah sampai 24
jam. Contoh yang orisinal adalah Minidiab atau Glucotrol dan Glucotrol XL, ada sediaan 5
mg atau 10 mg.
Efek Samping
Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3 4 bulan
pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum
obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena lebih
mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa
darah.
Yang Harus Diperhatikan
Semua usaha menurunkan glukosa darah diluar obat seperti olahraga lebih dari biasanya,
tidak makan atau makan terlalu sedikit, apabila dilakukan bersamaan dengan minum
sulfonylurea, mudah menyebabkan hipoglikemia.
Demikian bila menggunakan beberapa obat pilek decongestan, atau alkohol, bisa menurunkan
glukosa.
Sebaliknya pada pemakaian steroid, penyekat beta, niacin, atau obat jerawat retin-A, dapat
mengurangi efek obat sehingga glukosa tidak mau turun.
Anda dianjurkan membuat pencatatan semua data obat yang dipakai, semua copy resep dari
semua dokter anda, serta catatan bila terjadi kemungkinan efek samping obat.
BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara mengurangi resistensi
insulin.
Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal.
Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
40/51
40 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun. Karena cara kerja yang
demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya biguanides yang beredar di pasaran adalah Metformin, contohnya Glucophage,
masih ada lagi produk lokal misalnya Diabex, Glumin, Glucotika, Formell, Eraphage,
Gludepatic, dan Zumamet.
Ada satu keuntungan obat ini adalah tidak menaikkan berat badan, jadi sering diresepkan
pada diabetes tipe 2 yang gemuk. Obat ini juga sedikit menurunkan kolesterol dan
trigliserida.
Obat ini biasanya diminum dua sampai tiga kali sehari sesudah makan. Ada kemasan
Glucophage XR yang bekerja 24 jam, diminum sekali sehari.
* Gliquidone
* Gliclazide
* Glipizide
* Glimepiride.
Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa
timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :
* Gangguan pengecapan
* Nafsu makan menurun
* Mual, muntah
* Kembung, sebah, atau nyeri perut
* Banyak gas di perut, atau diare
* Pada beberapa penderita, dilaporkan bisa menimbulkan ruam atau bintik-bintik di kulit.
Efek samping di atas biasanya timbul pada beberapa minggu pertama penggunaan obat, yang
akan berangsur berkurang. Untuk menghindari efek samping ini, dianjurkan minum obat
bersama atau sesudah makan, dan dimulai dari dosis kecil yang kemudian dosis ditingkatkan.
Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya sulfonylurea, meglitinide, atau insulin, obat
metformin bisa menimbulkan hipoglikemia.
Yang Harus Diperhatikan
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
41/51
41 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Hati-hati jangan minum alkohol, bila alkohol dan metformin diminum bersama, bisa terjadi
penimbunan obat dalam tubuh dan timbul lactic acidosis, keadaan ini bisa berbahaya, dengan
keluhan sebagai berikut:
* Rasa capek
* Nyeri otot
* Sukar bernafas
* Nyeri perut
* Pusing, mengantuk, sampai gangguan kesadaran.
Keluhan perut akibat obat metformin bisa diatasi dengan obat simetidin atau obat perut lain
untuk mengatasi keluhan mual, muntah, kembung, dan diare. Bila terjadi lactic acidosis
(meskipun jarang), harus menghentikan obat metformin, dan dokter perlu memberi suntikan
iv dye (obat kontras yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan radiologi).
ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan
karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Hasil
akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan
glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.
Termasuk obat golongan ini kita kenal dengan Acarbose dan Miglitol. Acarbose ada di
pasaran dengan nama Glucobay, dalam kemasan 50 mg dan 100 mg, yang diminum
bersamaan dengan makanan, ditujukan terutama untuk mengatasi kenaikan glukosa darah
sesudah makan.
Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang mengganggu,
yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare. Keluhan ini biasanya
timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang.
Bila diminum bersama dengan suntikan insulin atau tablet sulfonylurea, kadang bisa
menyebabkan hipoglikemia. Apabila efek samping ini terjadi, maka dianjurkan minum susu
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
42/51
42 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
atau suntik glukosa, karena makanan gula atau buah manis akan dihambat penyerapannya
oleh acarbose.
Yang Harus Diperhatikan
Karena kerap timbul keluhan perut, maka acarbose jangan diberikan pada keadaan sebagai
berikut :
* Irritable bowel syndrome
* radang usus kronis, ulcerative colitis atau Crohns disease
* gangguan penyerapan usus yang kronis, chronic malabsorption disorder.
Dosis yang tinggi dari acarbose dapat menggangu fungsi hati, tetapi bila dosis obat
diturunkan atau dihentikan maka hati akan pulih (reversible).
MEGLITINIDES
Obat ini secara susunan kimiawi berbeda dengan sulfonylurea, namun cara kerjanya sama.
Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan dalam waktu singkat.
Sehubungan dengan sifat cepat dan singkat ini, maka obat ini harus diminum bersama dengan
makanan. Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide
(Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping hipoglikemia
boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin
hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi. Yang Harus Diperhatikan Seperti halnya dengan
sulfonylurea, hati-hati bila minum alkohol atau efek interaksi dengan obat lain.
THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja dengan
merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga insulin bisa
bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel,
dan kadar glukosa darah akan turun.
Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak banyak memproduksi
glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini bisa menurunkan trigliserida darah.
Termasuk kelompok obat ini adalah Pioglitazone (Actos) dan Rosiglitazone (Avandia). Dulu
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
43/51
43 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
ada Troglitazone (Rezulin), yang ditemukan pada tahun 1997, namun beberapa tahun yang
lalu telah ditarik dan dilarang beredar, karena menimbulkan kerusakan hati.
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa
capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati, sehingga pada pemakaian
pioglitazone atau rosiglitazone, perlu pemeriksaan faal hati terutama pada tahun pertama
pemakaian obat. Keluhan gangguan hati yang mungkin terjadi antara lain:
* Mual dan muntah
* Nyeri perut
* Rasa capai
* Nafsu makan turun
* Warna urin kuning tua
* Warna kulit kuning
Yang Harus Diperhatikan
Obat ini baik sekali diserap bila diminum bersama dengan makanan, dan tidak menyebabkan
hipoglikemia. Akan tetapi bila dikombinasikan dengan sulfonylurea atau insulin, maka
mungkin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Tabel 24. Obat Anti Diabetes Oral
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
44/51
44 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
KOMBINASI OBAT
Obat anti diabetes oral bisa dikombinasikan satu dengan kelompok yang lain, atau kadang
perlu dikombinasikan dengan insulin. Tujuan kombinasi ini adalah agar efek obat lebih
optimal dalam mengontrol glukosa darah.
Apabila dua obat kombinasi masih belum berhasil baik, dokter bahkan boleh meresepkan tiga
jenis obat sekaligus, karena cara kerjanya bisa bersama saling menguntungkan untuk
menurunkan glukosa.
Sulfonylurea dan Metformin
Golongan sulfonylurea paling banyak atau paling sering dikombinasikan dengan obat anti
diabetes kelompok lain, karena efek kombinasi bisa memperbaiki dan menambah kerja
insulin.
Kombinasi sulfonylurea dan metformin lebih baik daripada bila kedua obat dipakai secara
terpisah sendiri. Metformin bahkan baik karena tidak menaikkan berat badan bahkan kadang
menurunkannya.
Efek samping kombinasi ini adalah gangguan perut seperti mual atau diare, kadang bisa
menimbulkan hipoglikemia.
Kini telah dipasarkan kombinasi dua kelompok obat ini, contohnya adalah tablet Glucovance,
yang tersedia dalam tiga kemasan, yaitu mengandung metformin/glibenclamide 500 mg/5
mg, 500 mg/2.5 mg, dan 250 mg/1.25 mg.
Dalam waktu dekat akan beredar pula kombinasi glimepiride dan metformin dalam satu
tablet.
Sulfonylurea dan Alpha-Glucosidase Inhibitor
Pada kasus dimana glukosa darah meningkat banyak pada 2 jam sesudah makan, maka
pemakaian sulfonylurea yang dikombinasikan dengan acarbose akan lebih berhasil baik.
Efek samping yang bisa terjadi adalah kram perut, banyak gas atau diare. Kadang juga bisa
timbul hipoglikemia.
Sulfonylurea dan Thiazolidinediones
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
45/51
45 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Bila penggunaan sulfonylurea sudah maksimal dan masih belum berhasil baik, mungkin
penyebabnya adalah resistensi insulin karena kegemukan, bisa dicoba kombinasi baru ini
dengan menambahkan thiazolidinediones. Sulfonylurea akan merangsang produksi insulin
sedangkan thiazolidinediones memperbaiki kerja insulin.
Metformin dan Alpha-Glucosidase Inhibitor
Penambahan acarbose atau miglitol pada metformin adalah lebih baik dalam menurunkan
glukosa darah daripada pemakaian metformin secara tunggal.
Efek samping adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut.
Metformin dan Thiazolidinediones
Telah diakui efek menguntungkan dari kombinsai pioglitazone atau rosiglitazone dengan
metformin.
Sekarang sudah beredar di pasaran satu obat yang berisikan kombinasi dua kelompok obat
tersebut di atas, yaitu rosiglitazone (avandia) dengan metformin dalam bentuk Avandamet,
dan pioglitazone (actos) dengan metformin dalam satu tablet Actos-met.
HOMEOSTASIS GLUKOSA DALAM TUBUH
Homeostasis metabolik adalah keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan.
Cara utama diperlukan oleh integrasi antar jaringan agar homeostasis metabolik dapat
tercapai yaitu konsentrasi zat gizi atau metabolit dalam darah mempengaruhi kecepatan
penggunaan dan penyimpanan zat-zat tersebut dalam jaringan yang berbeda. Diperlukan
hormon membawa pesan untuk masing-masing jaringan mengenai status fisiologis tubuh dan
pasokan atau kebutuhan gizi. Diperlukan juga sistem saraf pusat menggunakan sinyal saraf
untuk mengontrol metabolisme jaringan, secara langsung atau melalui pelepasan hormon
(Bell D. S., 2001).
Peran khusus glukosa dalam homeostasis metabolik bergantung pada glikolisis untuk
memenuhi semua atau sebagian kebutuhan akan energi dan secara terus-menerus memerlukan
akses yang tidak terganggu terhadap glukosa atas dasar detik-ke-detik untuk memenuhi
tingginya kecepatan penggunaan ATP. Pada orang dewasa diperlukan sekitar 150 g glukosa
untuk otak dan sekitar 40 g glukosa untuk jaringan lain. Penurunan bermakna mencetuskan
timbulnya gejala hipoglikemik, yang diperkirakan karena proses keseluruhan fluks glukosa
melalui sawar darah-otak, ke dalam cairan interstisium, dan kemudian ke dalam sel neuron,
telah berlangsung lambat (Marks D. B. et al.,2000).
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
46/51
46 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Sistem syaraf pusat sangat tergantung pada oksidasi glukosa sebagai sumber energi
utamanya. Gangguan suplai glukosa akan mengakibatkan gangguan fungsi otak
(neuroglikopenia), dan bila berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan syaraf otak yang
irreversibel dan kematian. Pada orang dewasa sehat dengan BB 70 kg, kebutuhan glukosa
otak diperkirakan sebanyak 1 mg/kg/menit atau sebanyak 100 g/hari. Ambilan glukosa otak
difasilitasi oleh 2 transporter glukosa yaitu GLUT 1 dan GLUT3 yang tidak tergantung
dengan insulin. Dalam keadaan hipoglikemia, sistem transportasi glukosa ini mengalami
gangguan. Sedangkan pada hipoglikemia kronik akan terjadi up regulasi transporter glukosa,
suatu fenomena penting yang berperan dalam terjadinya hypoglycemia unawareness.
-hydroksi-butirat
dan aseto asetat) sebagai sumber energi alternatif. Ambilan benda2 keton oleh otak
proporsional dengan kadarnya didalam darah. Oksidasi benda benda keton dapat menjadi
sumber energi hanya bila kadarnya didalam sirkulasi mengalami peningkatan, seperti terjadi
dalam keadaan puasa yang lama. Jadi bila kadar glukosa darah rendah, sedangkan kadar
keton sangat tinggi, maka otak sebagian terlindung dari efek buruk hipoglikemia. Namun bila
kadar glukosa dan keton rendah, seperti terjadi pada hipoglikemi akibat pemberian insulin
dan gangguan oksidasi asam lemak, otak akan sangat rentan terhadap gangguan metabolik.
Kadar glukosa didalam sirkulasi ditentukan oleh keseimbangan antara asupan glukosa
(absorpsi + produksi) dan utilisasi/ penggunaannya oleh berbagai jaringan. Dalam keadaan
puasa, produksi glukosa tergantung pada ketersediaan substrat2 yang diperlukan bagi proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Sementara utilisasi glukosa ditentukan oleh ambilan
glukosa dan ketersediaan sumber energi alternatif terutama bagi jaringan otot. Mekanisme
utama yang berperan dalam pencegahan hipoglikemia ditunjukkan dalam gambar dibawah
ini :
Dalam keadaan puasa (post absorptive state), kadar insulin menurun, sehingga
menurunkan ambilan glukosa oleh hepar, otot dan lemak. Glikogenolisis didalam hati
merupakan proses paling penting untuk memenuhi kebutuhan glukosa dalam keadaan puasa
selama 12 sampai 24 jam.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
47/51
47 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Gambar 1. Homeostasis glukosa
Bila puasa berlangsung lebih lama, setelah simpanan glikogen hati berkurang, akan terjadi
lipolisis dan pemecahan protein untuk mempertahankan kadar asam lemak, gliserol dan asam
amino didalam aliran darah. Asam lemak akan digunakan oleh otot sebagai sumber energi
dan oleh hati untuk memproduksi benda2 keton yang akan digunakan sebagai sumber energi
alternatif bagi jaringan2 tubuh lain. Gliserol dan asam amino akan diambil oleh hati dan
ginjal yang akan digunakan sebagai bahan utama bagi proses glukoneogenesis. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa produksi glukosa pada laki-laki sehat sekitar 1,8 mg/kg/menit
selama dalam keadaan puasa sampai 40 jam. Kontribusi proses glukoneogenesis terhadap
produksi glukosa basal meningkat dari 41% setelah 12 jam sampai 92% setelah 40 jam puasa.
Dalam keadaan puasa yang lama, ginjal memproduksi 25% atau lebih dari total kebutuhan
akan glukosa, terutama melalui proses glukoneogenesis dari glutamine, laktat dan gliserol.
Pada insufisiensi ginjal kronik yang berat akan terjadi gangguan produksi glukosa renal
sehingga akan menimbulkan hipoglikemi puasa. Bila kadar glukosa plasma berada dibawah
nilai ambang hipoglikemi, akan terjadi pelepasan hormon2 kontra regulasi, sebagai usahauntuk meningkatkan produksi glukosa. Nilai ambang ini diperkirakan pada kadar 67 mg/dl.
Bagian ventromedial hypothalamus merupakan organ utama yang berperan dalam respons
kontra regulasi.
Hormon utama pada homeostasis metabolik
Hormon homeostasis metabolik berespons terhadap perubahan yang terjadi dalam
asupan makanan dan status fisiologis dengan cara sedemikian sehingga ketersediaan bahan
bakar dapat disesuaikan. Insulin dan glukagon secara terus-menerus berfluktuasi sebagai
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
48/51
48 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
respon terhadap pola makan kita sehari-hari maka dianggap sebagai hormon yang utama
dalam homeostasis metabolik di samping hormon-hormon tambahan lain seperti epinefrin,
norepinefrin, dan kortisol. Homeostasis metabolik juga dipengaruhi oleh kadar metabolit
yang beredar dalam darah dan sinyal neuron (Cranmer H. et al., 2009).
Insulin
Insulin adalah hormon yang bersifat anabolik yang mendorong penyimpanan glukosa
sebagai glikogen di hati dan otot, perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di hati dan
penyimpanannya di jaringan adiposa, serta penyerapan asam amino dan sintesis protein di
otot rangka. Insulin meningkatkan sintesis albumin dan protein darah lainnya oleh hati dan
meningkatkan penggunaan glukosa sebagai bahan bakar dengan merangsang transpor glukosa
ke dalam otot dan jaringan adiposa. Insulin juga bekerja menghambat mobilisasi bahan bakar.
Pelepasan insulin ditentukan terutama oleh kadar glukosa darah, terjadi dalam beberapa menit
setelah pankreas terpajan oleh kadar glukosa yang tinggi. Ambang untuk pelepasan insulin
adalah sekitar 80 mg/dl. Kadar tertinggi insulin terjadi sekitar 30-45 menit setelah makan
makanan tinggi karbohidrat. Kadar insulin kembali ke tingkat basal seiring dengan penurunan
kadar glukosa darah, sekitar 120 menit selepas makan
Insulin disintesis oleh sel pada pankreas endokrin yang terdiri dari kelompok
mikroskopis kelenjar kecil, atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh pankreas eksokrin.
Perangsangan insulin oleh glukosa menyebabkan eksositosis vesikel penyimpanan insulin,
suatu proses yang bergantung pada ion K+
, ATP, dan ion Ca2+
. Fosforilasi glukosa dan
metabolisme selanjutnya mencetuskan pelepasan insulin melalui suatu mobilisasi Ca2+
intrasel. Pulau Pankreas dipersarafi oleh sistem autonom, termasuk cabang nervus vagus,
yang membantu mengkoordinasi pelepasan insulin dengan tindakan makan (Aswani V.,
2010).
Hasil kerja insulin adalah insulin melawan fosforilasi yang dirangsang oleh glukagon,
insulin bekerja melalui jenjang fosforilasi yang merangsang fosforilasi beberapa enzim,
insulin menginduksi dan menekan sintesis enzim spesifik, insulin bekerja sebagai faktor
pertumbuhan dan memiliki efek perangsangan umum terhadap sintesis protein, dan insulin
merangsang transpor glukosa dan asam amino ke dalam sel (Aswani V., 2010).
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
49/51
49 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
Glukagon
Glukagon berfungsi untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar apabila tidak tersedia
glukosa makanan dengan merangsang pelepasan glukosa dari glikogen hati. Glukagon
merangsang glukoneogenesis dari laktat, gliserol, dan asam amino, dan, bersama dengan
penurunan insulin, glukagon memobilisasi asam lemak dari triasilgliserol adiposa sebagai
sumber bahan bakar alternatif. Bekerja terutama di hati dan jaringan adiposa dan hormon ini
tidak memiliki pengaruh terhadap metabolisme otot rangka (Cranmer H. et al., 2009).
Pelepasan glukagon dikontrol terutama melalui supresi oleh glukosa dan insulin. Kadar
terendah glukagon terjadi setelah makan makanan tinggi karbohidrat. Karena semua efek
glukagon dilawan oleh insulin, perangsangan pelepasan insulin yang disertai tekanan sekresi
glukagon oleh makanan tinggi karbohidrat, lemak, dan protein yang terintegrasi (Cranmer H.et al., 2009).
Glukagon disintesis oleh sel pada pankreas endokrin yang terdiri dari kelompok
mikroskopis kelenjar kecil, atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh pankreas eksokrin.
Hormon tertentu merangsang glukagon seperti katekolamin, kortisol, dan hormon saluran
cerna tertentu (Aswani V., 2010 ).
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
50/51
50 |T U T O R I A L S K E N A R I O B B L O K 1 4
VIII.KESIMPULANTn. D, 65 tahun mengalami koma hipoglikemi karena pemberian glibenklamid
(sulfonylurea) yang tidak diimbangi dengan asupan makanan cukup dan memiliki
riwayat DM tipe 2.
-
7/22/2019 Tutorial Blok 14 Skenario B Kelpk 6
51/51
IX. DAFTAR PUSTAKA1. Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28.
Jakarta : EGC
2. Nafrialdi; Setiabudy, R. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta :Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editor. 2009.BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-V. Jakarta : Interna Publishing.
4. Guyton AC, Hall JE. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC5. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2008. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit.6thed. Jakarta: EGC