laporan fix tutorial b blok 19

92
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 19 Disusun oleh : Kelompok 6 Ajeng Mutia Oktrinalida 04011181320007 Maria Lisa Wijaya 04011181320015 Denara Eka Safitri 04011181320029 Rafika 04011181320037 Erika Resti Prahastika 04011181320067 Rikka Wijaya 04011281320037 Akbar Rizky Wicaksana 04011381320003 Stefanie Angeline 04011381320005 Jason Liando 04011381320013 Anusha G Perkas 04011381320081 Nurul Rizki Syafarina 04011181320105 1

Upload: anusha-prakash

Post on 11-Dec-2015

106 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

LAPORAN

TUTORIAL SKENARIO B BLOK 19

Disusun oleh : Kelompok 6

Ajeng Mutia Oktrinalida 04011181320007

Maria Lisa Wijaya 04011181320015

DenaraEka Safitri 04011181320029

Rafika 04011181320037

Erika Resti Prahastika 04011181320067

Rikka Wijaya 04011281320037

Akbar Rizky Wicaksana 04011381320003

Stefanie Angeline 04011381320005

Jason Liando 04011381320013

Anusha G Perkas 04011381320081

Nurul Rizki Syafarina 04011181320105

TUTOR : Dr. Hj. Ani, SpM (K)

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

1

Page 2: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, karena berkat limpahan rahmat

dan hidayah-Nya lah penyusun bisa menyelesaikan tugas laporan tutorial ini dengan baik

tanpa aral yang memberatkan.

Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas laporan tutorial skenario

B yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada Blok

Neurologi dan Sistem Sensoris Khusus.

Terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada dr.Hj. Ani, Sp M (K) yang telah

membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik dalam

memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan

tugas laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi

penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 3 September 2015

Penyusun Kelompok 6

2

Page 3: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………... 2

Daftar Isi…………………………………………………………… 3

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………… 4

BAB II : Pembahasan

2.2 Skenario Kasus…………………………………….. 5

2.3 Paparan

I. Klarifikasi Istilah………………………………………... 6

II. Identifikasi Masalah……………………………………... 7

III. Analisis Masalah………………………………………… 8

IV. Hipotesis…………………………………………………. 22

V. Learning Issue…………………………………………… 34

VI. Kerangka Konsep………………………………………... 59

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………… 60

Daftar Pustaka……………………………………………………… 61

BAB I

PENDAHULUAN

3

Page 4: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

1.1 Latar Belakang

Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok mengenai Neuorologi dan

Sistem Sensoris Khusus yang berada dalam blok 19 pada semester 5 dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran

untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK

di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

BAB II

PEMBAHASAN

4

Page 5: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

2.1 Skenario kasus

Tn. Amran, 38 tahun, seorang pekerja di pabrik Batubara, berobat ke poliklinik

THT dengan keluhan utama gangguan pendengaran pada telinga kiri yang makin lama

bertambah berat sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sulit untuk mendengar

percakapan terutama di tempat ramai, dan telinga kiri terasa berdenging terus-menerus.

Riwayat keluaran cairan dari telinga (-)

Riwayat trauma kepala dan telinga (-)

Riwayat menderita darah tinggi disangkal

Riwayat menderita kencing manis disangkal

Riwayat bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik sudah 9 tahun, dan tidak rutin menggunakan alat pelindung telinga di tempat kerja.

Status Generalisata:

Keadaan umum: Sens compos mentis

Tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,8oC

Status Lokalisata:

Pemeriksaan THT :

- Telinga kanan dan kiri: CAE lapang, membran timpani intak, reflex cahaya (+) nomal

- Hidung : Kavum nasi kiri dan kanan lapang. Konka licin, eutrofi, warna merah muda. Pasade hidung +/+

- Tenggorok: Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang, dinding posterior faring tenang

Pemeriksaan Penala

Telinga Kanan Telinga Kiri

Rinne (+) (+)

Schwabach Sama dengan pemeriksa memendek

Weber lateralisasi ke telinga kanan

2.2 Paparan

I. Klarifikasi Istilah

5

Page 6: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Istilah Definisi

Gangguan

pendengaran

Ketidakmampuan secara parsial atau total untuk

mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga

Berdenging Suara bising di telinga seperti deringan, dengung

raungan atau bunyi klik

Compos mentis Kesadaran normal, sadar sepenuhnya dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya

CAE lapang Saluran telinga luar

Membran timpani suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar

dan telinga tengah.

Eutrofi Keadaan nutrisi normal atau baik

Rinne Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan

hantaran melalui tulang pada teling yang diperiksa

Weber Tes pendengaran untul membandingkan hantaran tulang

telinga kiri dengan tulang telinga kanan

Schwabach Tes untuk membandingkan hantaran tulang orang

diperiksa dengan pemeriksaan yang pendengaran

normal

II. Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah Concern

6

Page 7: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tn. Amran, 38 tahun, seorang pekerja di pabrik Batubara,

berobat ke poliklinik THT dengan keluhan utama

gangguan pendengaran pada telinga kiri yang makin lama

bertambah berat sejak 4 bulan yang lalu

***

Pasien mengeluh sulit untuk mendengar percakapan terutama di tempat ramai, dan telinga kiri terasa berdenging terus-menerus.

**

Riwayat bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik sudah 9 tahun, dan tidak rutin menggunakan alat pelindung telinga di tempat kerja.

*

III. Analisis Masalah

7

Page 8: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

1. Tn. Amran, 38 tahun, seorang pekerja di pabrik Batubara, berobat ke

poliklinik THT dengan keluhan utama gangguan pendengaran pada telinga

kiri yang makin lama bertambah berat sejak 4 bulan yang lalu

a. Bagaimana seorang dapat dikatakan daripada mengalami gangguan

pendengaran ?

Jawab :

Ada 2 jenis gangguan pendengaran:

-Gangguan Pendengaran Konduktif terjadi apabila gelombang suara tidak dapat

ditransmisikan dengan benar dari lingkungan luar ke koklea/ rumah siput.

Masalahnya mungkin pada kanal telinga bagian luar, gendang telinga, tulang

telinga bagian tengah, ruang telinga bagian tengah.

Penyebab Umum Gangguan Pendengaran Konduktif meliputi:

Penyumbatan di kanal telinga bagian luar yang disebabkan oleh kotoran,

benda asing atau infeksi (otitis eksterna).

Perforasi pada gendang telinga – biasanya akibat trauma atau infeksi kronis.

Tulang pendengaran bergeser, rusak atau kaku (malleus, incus, atau stapes)

– akibat trauma atau penyakit kronis yang mengikis tulang pendengaran setelah

sekian lama, atau otosklerosis yang menyebabkan tulang rawan harus diperbaiki.

Otitis media – infeksi telinga bagian tengah, biasanya disertai cairan di

dalam ruang telinga bagian tengah.

-Gangguan Pendengaran Sensorineural terjadi apabila terdapat kerusakan pada

organ pendengaran (koklea/rumah siput) atau saraf pendengaran (saraf auditori).

Penyebab umum mencakup:

Penuaan (presbycusis)

Pemaparan yang akut dan kronis terhadap suara keras dapat menyebabkan

kerusakan pada sel sensor dalam koklea/rumah siput.

8

Page 9: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Infeksi telinga bagian dalam oleh virus dan bakteri, seperti campak, cacar

dan infl uenza.

Penyakit Ménière – adalah penyakit yang menyebabkan tinitus, gangguan

pendengaran dan pusing.

Acoustic neuroma – tumor saraf vestibular, yang terletak dekat saraf

auditori dan mempengaruhi fungsinya.

Obat Ototoxic – Sebagian obat dapat merusak saraf yang berperan untuk

pendengaran atau sel sensor dalam koklea/rumah siput. Contohnya mencakup:

i. Antibiotik, termasuk aminoglikosida (gentamicin, vancomycin)

ii. Diuretik, termasuk frusemide

iii. Antineoplastik (obat kanker)

b. Apakah hubungan pekerjaan Tn Amran dengan keluhan pada kasus?

Jawab :

Hubungan pekerjaan Tn. Amran 38 tahun seorang pekerja di pabrik batubara

bagian mekanik dengan keluhan pada kasus adalah lokasi tempat kerja Tn Amran

memiliki pajanan bising yang melebihi nilai ambang batas terus menerus dalam

jangka waktu yang lama. Frekuensi tinggi lebih cepat menyebabkan kerusakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti; frekuensi bising, intensitas bising,

periode pejanan setiap hari, kepekaan individu, umur, jenis kelamin.

c. Bagaimana anatomi dan fisiologi THT?

Jawab :

Struktur dan Anatomi Telinga

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit. Indera

pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

9

Page 10: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui

bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan

telinga bagian dalam.

a. Telinga luar (outer ear)

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius

eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang

dinamakan membrana timpani (gendang telinga).

b. Telinga tengah (middle ear)

Telinga tengah merupakan sebuah rongga yang berisi udara. Telinga bagian

tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani (gendang telinga) yang

didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri atas tulang-tulang

pendengaran yang terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan) dan stapes

(sanggurdi).

c. Telinga dalam (inner ear)

Pada bagian ini terdapat :

Labirin

Terdiri dari:

o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan cairan

serebrospinal).

Terdiri dari 3 bagian:

Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea dengan

saluran semisirkular.

Saluran semisirkularis

S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal di

setiap sudut kanannya.

S. semisirkular lateral => terletak horizontal

10

Page 11: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor

pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi

berada di bagian depan

d. Bagaimana penyebab dan mekanisme daripada gangguan pendengaran yang

dialami olen Tn Amran?

Jawab :

a. Jawab: kebisingan → diatas normal batas ambang (>85dB) :

○ kerusakan sel rambut luar koklea → kekakuan, penciutan ukuran akar atau

kekacauan susunan stereosilia → fraktur akar sterosilia

○ kerusakan jaringan penyangga → kerusakan fibroblast membran basalis dan

dinding lateral koklea

○ kerusakan stria vaskularis

○ kerusakan serabut saraf koklea

○ eksitoksisitas glutamat → vakuolisasi dan edema pada area bawah sel

rambut dalam dan sel ganglion koklea

menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising

e. Mengapa keluhan Tn Amran bertambah parah sejak 4 bulan yang lalu?

Jawab :

Sesuai dengan yang terdapat pada kasus, Tn. Amran menderita gangguan

pendengaran tuli sensorineural pada telinga kiri akibat suara bising yang

berkepanjangan. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni

dengan berbagai frekwensi. Bising dengan intensitas 80 dB atau lebih dapat

mengakibatkan kerusakan reseptor pendengaran corti pada telinga dalam. Bekerja

di pabrik selama 9 tahun menyebabkan Tn. Amran terpapar suara bising secara

terus menerus sehingga terjadi degenerasi stereosilia yang berlangsung secara

kontinyu menjadikan sel-sel rambut mati, hal ini menimbulkan degenerasi pada

saraf yang dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Jadi,

11

Page 12: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

bertambahnya intensitas dan durasi paparan tanpa terapi inilah yang membuat

degenerasi terjadi terus menerus sehingga semakin lama pendengaran Tn.

Mahmud semakin memburuk.

2. Pasien mengeluh sulit untuk mendengar percakapan terutama di tempat

ramai, dan telinga kiri terasa berdenging terus-menerus.

a. Bagaiamana penyebab dan mekanisme telinga berdenging terus-menerus?

Jawab :

Penyakit atau gangguan pada telinga merupakan sebab yang paling banyak

sebagai etiologi tinnitus subyektif, yang kemudian disebut sebagai otologic

disorderatau gangguan otologik. Sebagian besar tinnitus sebyektif disebabkan

oleh hilangnya kemampuan pendengaran (hearing loss), baik sensorineural

ataupun konduktif. Gangguan pendengaran yang paling sering menyebabkan

tinnitus subyektif adalah NIHL (noise induced hearing loss) karena adanya

sumber suara eksternal yang terlalu kuat impedansinya(Crummer & Hassan,

2004).

Sumber suara yang terlalu keras dapat menyebabkan tinnitus subyektif

dikarenakan oleh impedansi yang terlalu kuat. Suara dengan impedansi diatas 85

dB akan membuat stereosilia pada organon corti terdefleksi secara lebih kuat atau

sudutnya menjadi lebih tajam, hal ini akan direspon oleh pusat pendengaran

dengan suara berdenging, jika sumber suara tersebut berhenti maka stereosilia

akan mengalami pemulihan ke posisi semula dalam beberapa menit atau beberapa

jam. Namun jika impedansi terlalu tinggi atau suara yang didengar berulang-ulang

(continous exposure) maka akan mengakibatkan kerusakan sel rambut dan

stereosilia, yang kemudian akan mengakibatkan ketulian (hearing loss) ataupun

tinnitus kronis dikarenakan oleh adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas sel

rambut yang berakibat adanya impuls terus-menerus kepa ganglion saraf

pendengaran (Folmer et. al., 2004).

12

Page 13: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

b. Mengapa di telinga kiri saja mengalami gangguan ?

Jawab : Tn. Amran mengalami tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan

c. Mengapa Tn Amran mengeluh sulit mendengar percakapan terutama di tempat

ramai ?

Jawab :

Tn. Amran adalah pekerja pabrik di bagian mekanik yang selalu terpapar oleh

bunyi bising mesin. Kurang taatnya dia menggunakan penutup telinga dapat

menyebabkan kerusakan sel rambut karena teterpapr suara yang terlalu keras

untuk jangka waktu yang lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan:

Intensitas kebisingan

Frekwensi kebisingan

Lamanya waktu pemaparan bising

Kerentanan individu (Mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap

telinga / obat ototoksik, seperti streptomisisn, kanamisin, garamisin, kina, dan

asetosal)

Jenis kelamin

Usia

Kelainan di telinga tengah

3. Riwayat bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik sudah 9 tahun, dan tidak

rutin menggunakan alat pelindung telinga di tempat kerja.

13

Page 14: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

a. Apa dampak bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik tanpa menggunakan alat

pelindung telinga?

Jawab :

Dampaknya pendengeran penderita lama-kelamaan menjadi terganggu karena,

karena selama bekerja 9 tahun di pabrik Tn. Amran mendengar suara-suara bising

yang melebihi ambang batas tingkat kebisingan yang telah ditetapkan. Kurang

taatnya dia menggunakan penutup telinga dapat menyebabkan kerusakan sel

rambut karena terpapr suara yang terlalu keras untuk jangka waktu yang lama.

Dilihat dari lama bekerjanya, pada tinjauan kasus ini, 9 tahun, memakai alat

pelindung merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk

menyelamatkan pendengaran yang masih baik. Pendengaran yang telah

terganggu akibat bising tidak dapat disembuhkan. Usaha pengobatan dan

pencegahan ditujukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada sel

rambut luar dari koklea.

Pengaruh bising pada pekerja:

1. Pengaruh auditorial : tuli akibat bising

2. Pengaruh non auditorial : gangguan komunikasi, gelisah, rasa tidak

nyaman, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah.

b. Berapa ambang batas pendengaran normal pada manusia?

Jawab :

Tabel Batas Kemampuan Dengar Telinga Manusia

90 dB 8 jam

92 dB 6 jam

95 dB 4 jam

97 dB 3 jam

100 dB 2 jam

14

Page 15: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

105 dB 1 jam

110 dB 30 menit

115 dB 15 menit

Telinga kita mempunyai ambang batas pendengaran di angka 120dB, diangka

120dB telinga kita akan mulai merasakan sakit, angka 120dB ini juga disebut

dengan threshold of pain.

c. Apa tujan ditanyakan riwayat klinis ?

Jawab :

- Riwayat keluar cairan dan telinga (-)

Makna klinisnya adalah tidak ada riwayat infeksi telinga/otitis media yang

menyebabkan pembengkakan tuba eustachii dan menyumbat cairan pelindung dari

telinga tengah. Biasa terjadi pada anak-anak.

- Riwayat trauma kepala dan telinga (-)

Apabila ada riwayat trauma kepala dan telinga biasanya yang terjadi adalah tuli

mendadak (sudden deafness). Gejala klinis timbul mendadak, kadang-kadang

bersifat sementara atau berulang dalam serangan atau biasanya menetap, dapat

unilateral atau bilateral, tinnitus dan vertigo.

- Riwayat menderita darah tinggi disangkal

Karena adanya hipertensi akan mengakibatkan iskemia yang disebabkan spasme

pembuluh darah atau karena proses arteriosklerosis sehingga lumen dari

pembuluh darah menjadi sempit, dan otot dari lapisan media menjadi atrofi.

Penyempitan lumen pembuluh darah ini menyebabkan penurunan perfusi jaringan

dan penurunan kemampuan sel otot untuk beraktivitas, selanjutnya akan terjadi

hipoksia jaringan yang menyebabkan kerusakan sel-sel rambut. Mekanisme inilah

yang dianggap sebagai penyebab gangguan pendengaran sensorik pada hipertensi.

15

Page 16: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

- Riwayat menderita kencing manis disangkal

Diabetes melitus ditanyakan pada kasus ini karena DM dapat menyebabkan

gangguan pendengaran sensorineural akibat angiopati pada telinga dalam

mengakibatkan gangguan pendengaran baik secara langsung dengan melibatkan

suplai darah ke koklea akibat menurunnya transport nutrisi sebagai akibat

penebalan dinding kapiler maupun secara tidak langsung, dengan cara

menurunkan aliran darah melalui pembuluh darah yang menyempit atau

mengakibatkan degenerasi sekunder pada N. VIII (Taylor dan Irwin, 1978)

4. Status Lokalisata:

Pemeriksaan THT :

Telinga kanan dan kiri: CAE lapang, membran timpani intak, reflex cahaya (+)

nomal

Hidung : Kavum nasi kiri dan kanan lapang. Konka licin, eutrofi, warna merah

muda. Pasade hidung +/+

Tenggorok: Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang, dinding

posterior faring tenang

a. Bagaimana intrepretasi dari status lokalisata ?

Jawab :

Tn. Amran Interpretasi

Telinga kanan kiri

CAE lapang

Membran timpani

intak

Normal

16

Page 17: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Refleks cahaya (+)

Hidung

Kavum nasi kiri dan

kanan lapang

Konka Licin

Konka eutrofi

Konka warna merah

muda

Pasase hidung +/+

Normal

Tenggorok

Arkus faring simetris

Uvula di tengah

Tonsil T1-T1 tenang

Dinding posterior

faring tenang

Normal

5. Pemeriksaan Penala

Telinga Kanan Telinga Kiri

Rinne (+) (+)

Schwabach Sama dengan pemeriksa memendek

Weber lateralisasi ke telinga kanan

a. Bagaimana intrepretasi dan mekanisme abnormal?

Jawab :

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Mekanisme

Rinne +/+ Tes positif pada telinga yang

diperiksa menunjukkan bahwa

pasien bisa normal atau tuli

Pada tuli sensorineural AC>BC

namun waktunya lebih memendek

oleh karena itu dibutuhkan garpu

17

Page 18: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

sensorineural penala yang lebih besar pada tuli

sensorineural. Tidak terdapat

kerusakan pada telinga luar

maupun dalam oleh karena itu

tesnya positif

Weber lateralisasi ke

kanan

Laterisasi ke telinga kanan

memberikan dua interpretasi:

hantaran tulang menjauhi

telinga yang tuli sensorineural

(ke telinga yang normal atau

hantaran tulang menuju ke

telinga yang tuli konduktif

Saat dilakukan tes, terjadi hantaran

suara melalui tulang hantaran

sampai ke koklea dilanjutkan

oleh perilimfe lalu endolimfe

menuju organ korti yang dimana

stereosilia sel rambutnya telah

mengalami kerusakan

terganggunya defleksi stereosilia

sel–sel rambut terganggunya

sistem kanal ion depolarisasi

syaraf auditorius terganggu

perspektif sensasi di korteks

temporalis melemah sehingga

lenih terasa lateralisasinya ke

telinga yang normal

Schwabach memendek

di telinga kiri, telinga

kanan normal

Telinga kanan berarti normal

karena telah disingkirkan

kemungkinan – kemungkinan

yang lain dari pemeriksaan

rinne dan weber sedangkan

telinga kiri terbukti

mengalami ketulian

sensorineural.

Dilakukan tes scwabach yang

dimana suara dari garpu penala

akan semakin mengecil

intensitasnya scwabach

memendek di telinga kiri karena

mekanisme pendengaran yang

terjadi pada telinga dalam telah

rusak sehingga tidak dapat lagi

menangkap intensitas bunyi yang

rendah scwabach memendek

18

Page 19: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

b. Bagaimana cara pemeriksaan

i) Weber

Jawab :

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang

antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan

garputala512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.

Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika

telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi

lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar

atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,

sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE

atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya

cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala

getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a) Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai

ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. 

b) Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.

Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan

ebih hebat.

Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar

sebelah kanan.

Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada

sebelah kanan.

Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

19

Page 20: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

ii) Rinne

Jawab :

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang

dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus).

Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan

didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih

dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat

mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala

didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah

bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada

dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika

pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes

rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih

lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

● Normal : tes rinne positif

● Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih

lama)

● Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

1. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

2. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

3. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi

I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

20

Page 21: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa

maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak

tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala

mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid

pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah

tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum

mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita

memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

iii) Schwabach

Jawab :

Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa

(normal) dengan probandus.

Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh

hetaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,

khususnya osteo temporale

Cara Kerja :

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala

probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin

melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala

tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan

garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman

pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat

terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

IV. Hipotesis

21

Page 22: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tn amran 38 tahun menderita gangguan pendengaran akibat

bising pada telinga kiri

a. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?

Jawab :

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat pekerjaan, pemeriksaan

fisik, otoskopi, serta pemeriksaan penunjang untuk pendengaran seperti

audiometri.

1) Anamnesis :

- Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lamanya bekerja (pernah bekerja

atau sedang bekerja di lingkungan yang bising dalam jangka waktu cukup lama,

biasanya 5 tahun atau lebih, atau beraktifitas di luar rumah yang berhubungan

dengan kebisingan)

- Riwayat timbul ketulian dan progresifitasnya (gangguan pendengaran

terjadi perlahan-lahan atau tiba-tiba)

- Umur

- Riwayat penggunaan alat proteksi pendengaran saat terpapar kebisingan

- Riwayat gangguan pendengaran sebelumnya

- Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga

- Riwayat infeksi telinga

- Riwayat trauma kepala atau trauma telinga

- Riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau zat toksik lainnya

- Gejala-gejala gangguan pendengaran akibat bising :

a) Berkurangnya pendengaran, disertai tinitus atau tidak. Kadang disertai

kesulitan menangkap pembicaraan dengan kekerasan suara yang biasa

b) Bila sudah cukup berat, percakapan keras pun akan sulit untuk ditangkap

dan dimengerti.

c) Sangat terganggu dengan adanya background noise atau bising latar

belakang, sehingga bial orang tersebut berkomunikasi di tempat yang ramai akan

mendapat kesulitan mendengar dan mengeri percakapan. Keadaan ini disebut

sebagai cocktail party deafness.

22

Page 23: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

d) Lebih mudah berkomunikasi di tempat yang sunyi dan tenan tuli sensori

neural koklea

e) Pengaruh non-auditorial akibat bising : gelisah, rasa tidak nyaman, ganguan

tidur, peningkatan tekanan darah, dll.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Pada pemeriksaan otoskopi

akan didapatkan hasil yang normal.

- Liang telinga lapang (tidak terdapat sumbatan)

- Membran timpani intak (tidak ada perforasi)

- Refleks cahaya positif (+)

3) Pemeriksaan audiologi

Pemeriksaan penala/garpu tala

Didapatkan hasil kesan jenis ketuliannya yaitu tuli sensorineural.

- Rinne : positif (+)

- Webber : lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik

- Schwabach memendek

Pemeriksaan audiometri (bila terdapat fasilitas pemeriksaan audiometri)

Pada pemeriksaan audiometric nada murni, didapatkan hasil tuli sensorineural

pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz terdapat takik

(notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pada pemeriksaan

pendengaran dengan alat audiometer terdapat tanda khas yaitu penurunan di

frekuensi 4000 Hertz atau disebut sebagai ’Acoustic Notch’ (lihat gambar di

23

Page 24: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

bawah).

Pemeriksaan OAE (otoaukustik emission) untuk mengukur fungsi sel

rambut luar koklea. Gangguan pendengaran akibat bising disebabkan oleh

menurunnya fungsi koklea akibat kerusakan pada sel rambut luar. OAE cukup

sensitive untuk mendeteksi tanda-tanda awal terjadinya perubahan pada fungsi

pendengaran, mendeteksi perubahan sel rambut luar akibat bising.

Didapatkan hasil : refer

Audilogi khusus :

- Short increment sensitivity index (SISI)

- Alternate binaural loudness balance (ABLB)

- Monoaural loudness balance (MLB)

- Audiometri Bekesy

- Audiometri tutur (speech audiometry) hasil menunjukkan adanya

fenomena rekrutmen (recruitment) yang patognomonik untuk tuli sensori neural

koklea.

a. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penala

Tuli sensorineural ( rinne (+), weber lateralisasi ketelinga sehat, schwabach

memendek)

Pemeriksaan audiometri

24

Page 25: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tuli sensorineural pada frekuensi 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz

terdapat takik (notch), ini merupakan patognomonik untuk tuli sensorineural

akibat bising

Pemeriksaan OAE(otoacustic emissions)

Hasilnya refer. Pemeriksaan OAE untuk mengukur fungsi sel rambut luar koklea.

Gangguan pendengaran akibat bising diketahui disebabkan oleh menurunnya

fungsi koklea sebagai akibat kerusakan sel rambut luar. OAE cukup sensitive

untuk mendeteksi tanda-tanda awal terjadi perubahan pada fungsi pendengaran,

mendeteksi perubahan sel rambut luar akibat bising pada tahap awal

Audiologi khusus (SISI, ABLB,MLB,audiometri Bekesy, audiometri tutur)

Hasil:fenomena rekrutmen yaitu fatognomonik tuli sensorineural koklea

Rekrutmen

Yaitu fenomena pada tuli sensorineural koklea dimana telinga yang tuli menjadi

lebih sensitive terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi

tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya.

b. Apa saja diagnosis banding pada kasus?

Jawab :

1. gangguan pendengaran akibat bising

2. gangguan pendengaran akibat infeksi

3. gangguan pendengaran akibat trauma kepala dan telinga

4. gangguan pendengaran akibat darah tinggi

5. gangguan pendengaran akibat DM

c. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?

Jawab :

Pemeriksaan penala

25

Page 26: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tuli sensorineural ( rinne (+), weber lateralisasi ketelinga sehat, schwabach

memendek)

Pemeriksaan audiometri

Tuli sensorineural pada frekuensi 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz

terdapat takik (notch), ini merupakan patognomonik untuk tuli sensorineural

akibat bising

Pemeriksaan OAE(otoacustic emissions)

Hasilnya refer. Pemeriksaan OAE untuk mengukur fungsi sel rambut luar koklea.

Gangguan pendengaran akibat bising diketahui disebabkan oleh menurunnya

fungsi koklea sebagai akibat kerusakan sel rambut luar. OAE cukup sensitive

untuk mendeteksi tanda-tanda awal terjadi perubahan pada fungsi pendengaran,

mendeteksi perubahan sel rambut luar akibat bising pada tahap awal

Audiologi khusus (SISI, ABLB,MLB,audiometri Bekesy, audiometri tutur)

Hasil:fenomena rekrutmen yaitu fatognomonik tuli sensorineural koklea

Rekrutmen

Yaitu fenomena pada tuli sensorineural koklea dimana telinga yang tuli menjadi

lebih sensitive terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi

tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya.

d. Apa diagnosis pada kasus?

Jawab :

Tn amran 38 tahun menderita gangguan pendengaran sensorineural telinga

kiri akibat bising.

e. Apa definisi dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

26

Page 27: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tuli akibat bising (TAB) adalah tuli sensorineural yang terjadi akibat terpapar

oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

f. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpai

setelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian dengan

berbagai macam derajat, dimana 10 juta orang diantaranya mengalami ketulian

akibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya. Sedangkan Sataloff

(1987) mendapati sebanyak 35 juta orang Amerika menderita ketulian dan 8 juta

orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.

Oetomo, A dkk (Semarang, 1993) dalam penelitiannya terhadap 105 karyawan

pabrik dengan intensitas bising antara 79 s/d 100 dB didapati bahwa sebanyak 74

telinga belum terjadi pergeseran nilai ambang, sedangkan sebanyak 136 telinga

telah mengalami pergeseran nilai ambang dengar, derajat ringan sebanyak 116

telinga (55,3%), derajat sedang 17 (8%) dan derajat berat 3 (1,4%). Kamal, A

(1991) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang berada di sekitar kota

Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,30 % dari pandai besi tersebut menderita

sangkaan NIHL (Noise Induced Hearing Loss). Sedangkan Harnita, N (1995)

dalam suatu penelitian terhadap karyawan pabrik gula mendapati sebanyak 32,2%

menderita sangkaan NIHL.

g. Apa etiologi dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Paparan kebisingan dapat menyebabkan pergeseran ambang batas pendengaran

yang bersifat sementara (temporary threshold shift/TTS) atau permanen

(permanent threshold shift/PTS), tergantung pada intensitas dan durasi suara.

Rentang waktu dari kerusakan sementara dapat beberapa hari atau bahkan minggu

setelah paparan kebisingan. Selama 16-48 jam setelah paparan kebisingan,

27

Page 28: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

umumnya akan terjadi pemulihan jika kondisi dan kerusakan tidak terlalu parah.

Jika tidak dapat pulih dalam jangka waktu beberapa minggu, kerusakan akan

bersifat permanen dan sel-sel akan mati, menghasilkan pergeseran ambang batas

permanen.

h. Apa saja faktor resiko dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Faktor risiko gangguan pendengaran sensori neural akibat bising :

a. Laki Laki : Perempuan 9,5 : 1

b. Biasa terjadi pada usia produktif, yaitu 20-50 tahun

Pekerja Pabrik/ Industri

i. Bagaimana patofisiologi dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-selrambut.

Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan

adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama

paparan.Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga

mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan

durasi paparanakan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.

Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya

stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi

intensitas paparanbunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.

Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi

pada saraf yangjuga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

j. Bagaimana patogenesis dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

28

Page 29: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.

Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan

adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.

Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi

respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan

akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang

pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel

rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan

bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin

luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang

juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising

Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris

meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak

disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel

penunjang disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat

paparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab

mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan

dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang

paling sering rusak.

Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang

memacu pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada pada membran

plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai

( shaft ), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian

atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling

atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ dan menghasilkan

depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup

saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi

mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler.

Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak

efferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar

29

Page 30: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan

meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana

neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari

bagian koklea yang rusak.

Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal

melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan

keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang

lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf

akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan bising

dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur

daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas

tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan

yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel.

Perubahan histopatologi telinga akibat kebisingan

Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan

adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan pada sel sensoris

a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis

b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris

c. anoksia

2. Kerusakan pada stria vaskularis

Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh

karena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan

ligamen spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.

3. Kerusakan pada serabut saraf dan “nerve ending“

Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini

merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.

4. Hidrops endolimf

k. Apa saja gejala klinis dari diagnosis pada kasus?

30

Page 31: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Jawab:

Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima

dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi

menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian

biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan

dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Secara

umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )

adalah :

a. Bersifat sensorineural

b. Hampir selalu bilateral

c. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )

Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

d. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

pendengaran yang signifikan.

e. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan

6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.

f. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000

dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.

Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga

mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara,

gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan

pendengaran yang terjadi.

l. Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan

kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat

dipergunakan alat pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ),

tutup telinga ( ear muffs ) dan pelindung kepala ( helmet ).

31

Page 32: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat

menetap (irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan

kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba

pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah

sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat

berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat

menerima keadaannya. Latihan pendengaran ( auditory training ) juga dapat

dilakukan agar pasien dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara

efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan

anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.

m. Bagaimana cara pencegahan dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah

terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.

Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu : 13

1. Pengukuran pendengaran

Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

2. Pengendalian suara bising

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff

( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet ( pelindung kepala).

b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara :

memasang peredam suara

C. -menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan yang

terpisah dari pekerja

3. Analisa bising

32

Page 33: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi

bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat

utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound

level meter .

n. Apa saja komplikasi dari diagnosis pada kasus?

Jawab:

1) Permanent hearing loss

2) High-frequency hearing loss

3) Deafness

o. Bagaimana prognosis dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Dubia et malam. Jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural

koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun

pembedahan, maka prognosisnya. Oleh karena itu yang terpenting adalah

pencegahan terjadinya ketulian. Namun, pada tanda vital prognosisnya adalah

dubia et bonam. Karena dari organ-organ pendengaran tidak terjadi

keabnormalan.

p. Bagaimana SKDI dari diagnosis pada kasus?

Jawab :

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan

menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

33

Page 34: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

V. Learning Issues

a. Anatomi dan fisiologi THT

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk

huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua

pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira – kira 2 ½ - 3

cm.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

(modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat

terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

- Batas luar : membran timpani

- Batas depan : tuba eustachius

- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars

vertikalis

- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- Batas dalam : berturut – turut dari atas ke bawah kanalis

semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap

bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida

(membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria).

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang

telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa

34

Page 35: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang

terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di

bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kea rah

bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang

dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua macam

serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflex

cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahay ini dinilai, misalnya

bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.

Membran timpani dibagi dalam empat kuadran, dengan menrik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah

belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di

daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam teling tengah terdapat

tulang – tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus

dan stapes.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesu longus

maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus

melekat pada stapes.stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang – tulang pendengaran merupakan

persendian.

Pada flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad

antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum

mastoid.

35

Page 36: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah

nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vetibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semi sirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut helikotrema, memnghubungkan perilimfa skala

timpani dengan skala vestibule.

Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala

vestibule sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus

koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran.

Dasar skala vestibule disebut sebagai membran vestibule (Reissner’s membrane)

sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak

organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.

Perdarahan

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang

berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang

merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.

Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :

1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula

sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian

dari utrikulus dan sakulus.

2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis

posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.

36

Page 37: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh

arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum

berakhir pada stria vaskularis.

Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna

mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis

mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus

petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis

sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus

sigmoid.

Persarafan

N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus

internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar

meatus akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak

ganglion spirale.

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke teling tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui

daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran

timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan

diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada

skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui mebrana Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara

membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik

yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel - sel rambut, sehingga kanal

ion terbukan dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan

ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada

37

Page 38: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran (area 39 – 40) di lobus tempolaris.

Gangguan Fisiologis Telinga

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabka tuli konduktif,

sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi

atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.

Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan teling tengah dan akan terdapa

tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa aneurisma akan

menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut jantung.

Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialis yang disebut korda timpani.

Bila terdapat radang di telinga tengah atau truma mungkin korda timpani terjepit,

sehingga timbul gangguan pengecap.

Di dalam telinga terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat – obat

dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli

sensorineural. Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan

terdapat gejala gangguan pendengaran dan gangguan keseimbangan.

Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness) serta tuli

campur (mixed deafness).

Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan

atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Pada tuli sensorineural (perseptif)

kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat

pendengaran, sedangkan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif

dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya

radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua

penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang

telinga tengah (tuli konduktif).

Jadi jenis ketulian sesuai letak kelainan.

Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising.

Bunyi (frekuensi 20 Hz – 18.000 Hz) merupakan frekuensi nada murni yang dapat

didengar oleh telinga normal.

Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari garpu tala, piano.

38

Page 39: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Bising (noise) dibedakan antara: NB (narrow band), terdiri atas beberapa

frekuensi, spektrumnya terbatas dan WN (white noise), yang terdiri dari banyak

frekuensi.

TULI AKIBAT BISING

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu dan tidak dikehendaki. Hal ini

menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari

masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara

audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi.

Bising dengan intensitas 80 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan

reseptor pendengaran corti pada telinga dalam. Hilangnya pendengaran sementara

akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2

jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 – 15

tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi

destruksi total organ Corti. Hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat

terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi,

lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat

menimbulkan ketulian.

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.

Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan

adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.

Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi

respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan

akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang

pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel

rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan

bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin

luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang

juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

39

Page 40: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

b. Tuli

Menurut Khabori dan Khandekar, gangguan pendengaran menggambarkan

kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan

gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat, dan

sangat berat.

Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan

campuran. Menurut Centers for Disease Control and Prevention pada gangguan

pendengaran konduktif terdapat masalah di dalam telinga luar atau tengah,

sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga

bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli campuran disebabkan oleh

kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Menurut WHO-SEARO (South

East Asia Regional Office) Intercountry Meeting (Colombo, 2002) faktor

penyebab gangguan pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK),

tuli sejak lahir, pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.

Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif

40

Page 41: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat

mencapai telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan

atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah,

fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva. Pada bentuk yang murni

(tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada telinga dalam, maupun

jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).

Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:

1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga

sebelumnya.

2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan

perubahan posisi kepala.

3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).

4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara

lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis.

5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.

Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret

dalam kanal telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari

telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput gendang telinga tampak normal

pada otosklerosis. Pada otosklerosis terdapat gangguan pada rantai tulang

pendengaran.

Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat

mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang

mengandung nada rendah. Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan

menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran tulang lebih baik dari hantaran

udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan

menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang

(Soepardi dan Iskandar, 2001).

Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural

Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Penyebab tuli

sensorineural dibagi menjadi:

A. Koklea

41

Page 42: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

1. Labirinitis (oleh bakteri/ virus)

Merupakan suatu proses radang yang melibatkan telinga dalam, palingsering

disebabkan oleh otitis media kronik dan berat. Penyebab lainnya bisadisebabkan

oleh meningitis dan infeksi virus. Pada otitis, kolesteatom palingsering

menyebabkan labirinitis, yang mengakibatkan kehilangan pendengaranmulai dari

yang ringan sampai yang berat

2. Obat ototoksik 

Obat ototoksik merupakan obat yang dapat menimbulkan gangguanfungsi dan

degenerasi seluler telinga dalam dan saraf vestibuler. Gejala utamayang dapat

timbul akibat ototoksisitas ini adalah tinnitus, vertigo, dan gangguan pendengaran

yang bersifat sensorineural.Ada beberapa obat yang tergolong ototoksik,

diantaranya:

- Antibiotik - Aminogliksida : streptomisin, neomisin, kanamisin,

gentamisin,Tobramisin, Amikasin dan yang baru adalah Netilmisin dan

Sisomisin.- Golongan macrolide: Eritromisin- Antibiotic lain: kloramfenikol

- Loop diuretic : Furosemid, Ethyrynic acid, dan Bumetanides

- Obat anti inflamasi: salisilat seperti aspirin

- Obat anti malaria: kina dan klorokuin

- Obat anti tumor : bleomisin, cisplatin

Kerusakan yang ditimbulkan oleh preparat ototoksik tersebut antara lain:1.

Degenerasi stria vaskularis. Kelainan patologi ini terjadi pada penggunaan semua

jenis obat ototoksik, 2. Degenerasi sel epitel sensori. Kelainan patologi ini terjadi

pada organkorti dan labirin vestibular, akibat penggunaan

antibiotikaaminoglikosida sel rambut luar lebih terpengaruh daripada sel

rambutdalam, dan perubahan degeneratif ini terjadi dimulai dari basal kokleadan

berlanjut terus hingga akhirnya sampai ke bagian apeks, 3. Degenerasi sel

ganglion.

Kelainan ini terjadi sekunder akibat adanyadegenerasi dari sel epitel sensori

Umumnya efek yang ditimbulkan bersifat irreversible, kendatipun bila dideteksi

cukup dini dan pemberian obat dihentikan, sebagian ketulian dapat dipulihkan.

42

Page 43: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

3. Presbikusis

Merupakan tuli sensorineural frekuensi tinggi yang terjadi pada orangtua, akibat

mekanisme penuaan pada telinga dalam. Umumnya terjadi mulai usia65 tahun,

simetris pada kedua telinga, dan bersifat progresif.Pada presbikusis terjadi

beberapa keadaan patologik yaitu hilangnya sel-sel rambut dan gangguan pada

neuron-neuron koklea. Secara kilnis ditandaidengan terjadinya kesulitan untuk

memahami pembicaraan terutama pada tempatyang ribut/ bising.

Presbikusis ini terjadi akibat dari proses degenerasi yang terjadi secara bertahap

oleh karena efek kumulatif terhadap pajanan yang berulang.Presbikusis

dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor lingkungan, dandiperburuk oleh

penyakit yang menyertainya. Adapun faktor- faktor tersebutdiantaranya adalah

adanya suara bising yang berasal dari lingkungan kerja, lalulintas, alat-alat yang

menghasilkan bunyi, termasuk musik yang keras. Selain itu, presbikusis juga bisa

dipengaruhi oleh faktor herediter, dan penyakit-penyakitseperti aterosklerosis,

diabetes, hipertensi, obat ototoksik, dan kebiasaan makanyang tinggi lemak.

4. Tuli mendadak 

Tuli mendadak merupakan tuli sensorineural berat yang terjadi tiba-tibatanpa

diketahui pasti penyebabnya.Tuli mendadak didefinisikan sebagai penurunan

pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit tigafrekuensi berturut-

turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalamwaktu kurang dari tiga

hari. Iskemia koklea merupakan penyebab utama tulimendadak, keadaan ini dapt

disebabkan oleh karena spasme, trombosis atau perdarahan arteri auditiva interna.

Pembuluh darah ini merupakan suatu end artery, sehingga bila terjadi gangguan

pada pembuluh darah ini koklea sangatmudah mengalami kerusakan. Iskemia

mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligamen

spiralis, kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan ikat dan penulangan.

Kerusakan sel-sel rambut tidak luasdan membrana basilaris jarang terkena.

5. Kongenital

43

Page 44: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Menurut Konigsmark, pada tuli kongenital atau onset-awal yangdisebabkan oleh

faktor keturunan, ditemukan bahwa 60-70 % bersifat otosomresesif, 20-30%

bersifat otosom dominan sedangkan 2% bersifat X-linked.

Tuli sensorineural kongenital dapat berdiri sendiri atau sebagai salah satu gejala

darisuatu sindrom, antara lain Sindrom Usher (retinitis pigmentosa dan

tulisensorineural kongenital), Sindrom Waardenburg (tuli sensorineural

kongenitaldan canthus medial yang bergeser ke lateral, pangkal hidung yang

melebar,rambut putih bagian depan kepala dan heterokromia iridis) dan Sindrom

Alport(tuli sensorineural kongenital dan nefritis)

6. Trauma

Trauma pada telinga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu traumaakustik dan

trauma mekanis. Trauma tertutup ataupun langsung pada tulangtemporal bisa

mengakibatkan terjadinya tuli sensorineural. Diantara semuatrauma, trauma

akustik merupakan trauma paling umum penyabab tulisensorineural.Fraktur

tulang temporal dapat menyebabkan tuli sensorineural unilateraldan tuli konduksi.

Tuli sensorineural terjadi jika fraktur tersebut melibatkanlabirin. Trauma dapat

menimbulkan perpecahan pada foramen ovale sehingga perilymph bocor ke

telinga. Pasien tiba-tiba mengalami kehilangan pendengaran, bersama dengan

tinnitus dan vertigo.

7. Tuli akibat bising

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu dan tidak dikehendaki.Hal ini

menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantungdari

masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkansecara

audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi.

Bising dengan intensitas 80 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakanreseptor

pendengaran corti pada telinga dalam. Hilangnya pendengaransementara akibat

pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam (1 – 2 jam ).

Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama( 10 – 15 tahun )

akanmenyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi

totalorgan Corti. Hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat

terpapar  bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi,

44

Page 45: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

lebihlama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang

dapatmenimbulkan ketulian.Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di

koklea terutama sel-sel rambut.Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut

luar yang menunjukkanadanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan

intensitas dan lama paparan.

Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga

mengurangirespon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi

paparanakan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.

Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya

stereosilia, sel-selrambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi

intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.

Dengansemakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi

padasaraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

B. Retrokoklea

1. Penyakit Meniere

Penyakit Meniere merupakan penyakit yang terdiri dari trias atausindrom Meniere

yaitu vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural. Gejala klinis penyakit ini disebabkan

adanya hidrops endolimfe padakoklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi

mendadak dan hilang timbul didugadisebabkan oleh:

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri

2. Meningkatnya tekanan osmotik ruang kapiler 

3. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler 

4. Tersumbatnya jalan keluar sakus endolimfatikus sehingga terjadi

penimbunancairan endolimfe.

Hal-hal di atas pada awalnya menyebabkan pelebaran skala mediadimulai dari

daerah apeks koklea kemudian dapat meluas mengenai bagiantengah dan basal

koklea. Hal inilah yang menjelaskan terjadinya tulisensorineural nada rendah

penyakit Meniere.

2. Neuroma Akustik

45

Page 46: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Neuroma akustik adalah tumor intrakrania yang berasal dari selubung sel

Schwann nervus vestibuler atau nervus koklearis. Lokasi tersering berada

dicerebellopontin angel. Tuli akibat neuroma akustik ini terjadi akibat:a. trauma

langsung terhadap nervus koklearis b. gangguan suplai darah ke koklea.

Gangguan Pendengaran Jenis Campuran

Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis

konduktif dan gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan

pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian

berkembang lebih lanjut menjadi gangguan sensorineural. Dapat pula sebaliknya,

mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian disertai

dengan gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis

media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma

kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso,

Mewengkang dan Aritomoyo, 1985).

Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala

gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik

atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan

pendengaran jenis sensorineural. Pada tes bisik dijumpai penderita tidak dapat

mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik

yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes garputala Rinne negatif.

Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek (Bhargava,

Bhargava and Shah, 2002).

Pemeriksaan dan Diagnosis Gangguan Pendengaran

Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung

dan tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri

dan pemeriksaan penunjang. Tes bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan

memberikan suara bisik berupa kata-kata kepada telinga penderita dengan jarak

tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan

penderita di mana suara bisik masih dapat didengar enam meter. Pada nilai normal

tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.

46

Page 47: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi

suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes Rinne

adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah

tidak terdengar penala dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih

terdengar disebut Rinne positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.

Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala

diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu).

Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut

Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling

mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala

diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian

tangkai garputala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa

yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut

Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan

diulang dengan cara sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus

mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi

disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-

sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa (Medicastore,

2006).

Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik. Tes ini

meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur. Audiometri nada murni

dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan hantaran tulang penderita

dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat menghasilkan nada-nada tunggal

dengan frekuensi dan intensitasnya yang dapat diukur. Untuk mengukur nilai

ambang hantaran udara penderita menerima suara dari sumber suara lewat

heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran tulangnya penderita menerima

suara dari sumber suara lewat vibrator.

Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi pendengaran

masing-masing telinga secara kualitatif (pendengaran normal, gangguan

pendengaran jenis hantaran, gangguan pendengaran jenis sensorineural, dan

gangguan pendengaran jenis campuran). Dapat mengetahui derajat kekurangan

47

Page 48: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

pendengaran secara kuantitatif (normal, ringan, sedang, sedang berat, dan berat)

(Bhargava, Bhargava dan Shah, 2002).

c. Gangguan pendengaran akibat bising

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL ) adalah

tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup

lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising

merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah

presbikusis.

Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang

intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor

pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea

dan biasanya terjadi pada kedua telinga.

Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising

antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama

terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan

ketulian.

Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa

ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat

menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena itu untuk

mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan terhadap

pendengaran para pekerja secara berkala.

DEFINISI

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari

definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif,

48

Page 49: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising.

Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan

berbagai frekuensi.

Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing

loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang

bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising

terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin

tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang

dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan

pada para pekerja tersebut.

EPIDEMIOLOGI

Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpai

setelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian dengan

berbagai macam derajat, dimana 10 juta orang diantaranya mengalami ketulian

akibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya. Sedangkan Sataloff dan

Sataloff (1987) mendapati sebanyak 35 juta orang Amerika menderita ketulian

dan 8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.

Oetomo, A dkk ( Semarang, 1993 ) dalam penelitiannya terhadap 105 karyawan

pabrik dengan intensitas bising antara 79 s/d 100 dB didapati bahwa sebanyak 74

telinga belum terjadi pergeseran nilai ambang, sedangkan sebanyak 136 telinga

telah mengalami pergeseran nilai ambang dengar, derajat ringan sebanyak 116

telinga (55,3%), derajat sedang 17 ( 8% ) dan derajat berat 3 ( 1,4% ).

Kamal, A ( 1991 ) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang berada di

sekitar kota Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,30 % dari pandai besi tersebut

menderita sangkaan NIHL.

Sedangkan Harnita, N ( 1995 ) dalam suatu penelitian terhadap karyawan pabrik

gula mendapati sebanyak 32,2% menderita sangkaan NIHL.

ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :

a. Intensitas kebisingan

49

Page 50: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

b. Frekuensi kebisingan

c. Lamanya waktu pemaparan bising

d. Kerentanan individu

e. Jenis kelamin

f. Usia

g. Kelainan di telinga tengah

PENGARUH KEBISINGAN PADA PENDENGARAN

Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekuensi bunyi,

intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :

1. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu

oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu

lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

2. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan

kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa

jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang

pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila

pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran

sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan

lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.

Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas

masing-masing individu.

50

Page 51: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

3. Peningkatan ambang dengar menetap

Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan,

terutamaterjadi pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan

dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran

yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada

yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita

mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru

diketahui setelah dilakukan pemeriksaan audiogram.

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh

setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam

waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel

rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum

jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam

waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga

terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya

terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekuensi pendengaran

yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 – 6000 Hz dan

kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekuensi

4000 Hz (4 K notch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi,

sehingga padatahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat

dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas

tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya

pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekuensi percakapan ( 500 –

2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat

mendengar pembicaraan sekitarnya.

KLASIFIKASI

Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2

kategori yaitu :

1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS )

2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPT

51

Page 52: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

a. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( NITTS )

Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai

perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah

tinggi pada frekuensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai “ notch “

yang curam pada frekuensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch.

Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat

sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan

bising biasanya pendengaran dapat kembali normal.

b. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )

Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran

akibat suara bising, dan hal ini disebut dengan “occupational hearing loss“ atau

kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat

bising industri.

Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu

bekerja dilingkungan bising selama 10 – 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga

kepada :

a. tingkat suara bising

b. kepekaan seseorang terhadap suara bising

NIPTS biasanya terjadi disekitar frekuensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat

dan menyebar ke frekuensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi

apabila sudah menyebar sampai ke frekuensi yang lebih rendah (2000 dan 3000

Hz) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan

untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar

ke frekuensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar

suara yang sangat lemah. Notch bermula pada frekuensi 3000 – 6000 Hz, dan

setelah beberapa waktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekuensi yang

lebih tinggi. Kehilangan pendengaran pada frekuensi 4000 Hz akan terus

bertambah dan menetap setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya

menjadi lebih lambat.

52

Page 53: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

PATOGENESIS

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.

Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan

adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.

Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi

respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan

akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang

pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel

rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan

bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin

luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang

juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising

Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris

meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak

disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel

penunjang disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat

paparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab

mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan

dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang

paling sering rusak.

Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang

memacu pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada pada membran

plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai

( shaft ), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian

atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling

atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ dan menghasilkan

depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup

saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi

mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler.

53

Page 54: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak

efferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar

berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan

meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana

neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari

bagian koklea yang rusak.

Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal

melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan

keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang

lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf

akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan bising

dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur

daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas

tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan

yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel.

Perubahan histopatologi telinga akibat kebisingan

Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan

adalah sebagai berikut:

5. Kerusakan pada sel sensoris

a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis

b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris

c. anoksia

6. Kerusakan pada stria vaskularis

Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh

karena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan

ligamen spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.

7. Kerusakan pada serabut saraf dan “nerve ending“

Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini

merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.

8. Hidrops endolimf

54

Page 55: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

GAMBARAN KLINIS

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech

discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat

menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan.

Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon

dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus

merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu

ketajaman pendengaran dan konsentrasi.

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing

loss) adalah :

1. Bersifat sensorineural

2. Hampir selalu bilateral

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )

Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

pendengaran yang signifikan.

5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000, 4000 dan

6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekuensi 4000 Hz.

6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekuensi 3000, 4000

dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun. Selain

pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga

mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara,

gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan

pendengaran yang terjadi.

DIAGNOSIS

Didalam menegakkan diagnosis NIHL, harus dilakukan anamnesis yang teliti,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat

penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang

cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik

tidak ditemukan kelainan.

55

Page 56: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

Pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke

telinga yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis

ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga.

Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang

biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama paparan.

Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi

tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat

takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.

Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short Increment

Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan Speech

Audiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas

untuk tuli saraf koklea.

Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising dan

hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan

faktor-faktor berikut :

1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.

2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.

3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.

4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi

bising yang menyebabkan ketulian.

5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.

Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan

melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram

menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran

tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.

6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non

industrial seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit

sebelumnya.

PENATALAKSANAAN

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari

lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat

56

Page 57: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear

muffs ) dan pelindung kepala ( helmet ).

Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap

(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan

berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat

bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga

dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat, perlu

dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima keadaannya. Latihan

pendengaran ( auditory training ) juga dapat dilakukan agar pasien dapat

menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan

membaca ucapan bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan anggota badan serta

bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.

PROGNOSIS

Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang

sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun

pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting

adalah pencegahan terjadinya ketulian.

PENCEGAHAN

Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah

terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.

Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Pengukuran pendengaran

Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

2. Pengendalian suara bising

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff

( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet ( pelindung kepala ).

b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara :

57

Page 58: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

i. memasang peredam suara

ii. menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan yang terpisah

dari pekerja

3. Analisa bising

Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi

bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat

utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.

Sound level meter ( slm )

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang

terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya.

Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000

Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard

Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi

yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut.

Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk

suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan

mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 – 85 dB. Sedangkan jaringan

frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.

58

Page 59: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

VI. Kerangka Konsep

59

Tn. Amran, 38 tahun

Bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik sudah 9 tahun

Paparan bising berintensitas >85dB, terus menerus selama 9 tahun

Kerusakan sel rambut koklea

Kerusakan jaringan penyanggar

Kerusakan serabut saraf koklea

Stereosilia sel-sel rambut luar menjadi kaku

Tuli sensorineural

Menaikkan ambang pendengaran

Rinne (+). Weber (lateralisasi ke

telinga kanan), dan Schwabach

(memendek)

Hiperakustik / tinnitus

Page 60: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Tn. Amran, 38 tahun, seorang pekerja di pabrik Batubara bagian mekanik sudah 9 tahun

dengan keluhan utama gangguan pendengaran pada telinga kiri dan bertambah berat sejak

4 bulan yang lalu menderita gangguan pendengaran akibat bising dengan tuli tipe

sensorineural koklea.

60

Page 61: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

DAFTAR PUSTAKA

1. Jacky Munilson, Yan Edward, Al Hafiz, Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah

Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil

Padang

2. Jenny B. dan Indro S. 2007. Tuli Mendadak dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke 5: Jakata : FK UI

3. Mathur NN, Carr MM. Inner sudden hearing loss. E-medicine.medscape.com.2009

4. Oetomo A, Suyitno S. Studi kasus gangguan pendengaran akibat bising dibeberapa

pabrik di kota Semarang. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30

Oktober,1993

5. Rambe, d. Y. (n.d.). Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Fakultas Kedokteran

Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan Universitas Sumatera

Utara.

6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h. 16;22.

7. https://imanprabawa.wordpress.com/2012/12/13/batas-pendengaran-telinga-

manusia/

8. http://nrkamri.blogspot.com/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html

9. http://www.dokterkreatif.com/2015/02/mengenal-gangguan-pendengaran-jenis-tuli-

sensorik-dan-gejalanya.html

10. http://intanrisna.blogspot.com/2012_05_01_archive.html

11. file:///C:/Users/User/Downloads/Standar%20Kompetensi%20Dokter

%20Indonesia.pdf

61

Page 62: Laporan Fix Tutorial b Blok 19

12. Fox, M. S., 2007. Pemaparan Bising Industri dan Kurang Pendengaran. Dalam:

Ballenger, J. J., Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid dua.

Alih bahasa: Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa

Aksara, Jakarta..

13. Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

62