laporan tutorial 19 a fix (1)

76
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 19 Disusun oleh : Kelompok 10 Zana Almira 04011281320007 Adif Syarifalim 04011281320011 Nur Haniyyah 04011381320021 Haidar Adif Balma 04011381320033 Nadya Aviodita 04011381320035 Ratu Rizki Ana 04011381320047 Dedi Yanto Husada 04011181320017 Felicia Linardi 04011181320041 Muhammad Mardian S 04011181320059 Eko Roharto Harahap 04011181320063 Abdiaman Putra Dawolo 04011181320075 Nilam Siti Rahmah 04011181320083 M Alex Januarsyah 04011181320109 Tutor: dr. Safyudin, M.Biomed PENDIDIKAN DOKTER UMUM

Upload: nur-haniyyah-syahab

Post on 12-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutor

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 19

Disusun oleh : Kelompok 10

Zana Almira 04011281320007

Adif Syarifalim 04011281320011

Nur Haniyyah 04011381320021

Haidar Adif Balma 04011381320033

Nadya Aviodita 04011381320035

Ratu Rizki Ana 04011381320047

Dedi Yanto Husada 04011181320017

Felicia Linardi 04011181320041

Muhammad Mardian S 04011181320059

Eko Roharto Harahap 04011181320063

Abdiaman Putra Dawolo 04011181320075

Nilam Siti Rahmah 04011181320083

M Alex Januarsyah 04011181320109

Tutor: dr. Safyudin, M.Biomed

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini berhasil kami selesaikan. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Laporan Tutorial.

Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat bantuan dari dr. Safyudin, M.Biomed selaku Tutor kami yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan laporan ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya .

Kami sadar laporan yang kami buat ini masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknik penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki sangatlah terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Palembang, 24 Agustus 2015

Penyusun

1

Page 3: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. 1Daftar Isi ........................................................................................................................... 2Petugas Kelompok............................................................................................................. 3

I. Skenario........................................................................................................ 4II. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 4

III. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5IV. Analisis Masalah .......................................................................................... 5V. Hipotesis ....................................................................................................... 13

VI. Sintesis .......................................................................................................... 24VII. Kerangka Konsep.......................................................................................... 51

VIII. Kesimpulan ................................................................................................... 51Daftar Pustaka................................................................................................................... 52

2

Page 4: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

TUTORIAL BLOK 17

Petugas Kelompok

Moderator : Muhamad Mardian safitra

Sekretaris : Eko Roharto Harahap

Anggota : Zana Almira

Adif Syarifalim

Nur Haniyyah

Haidar Adif Balma

Nadya Aviodita

Ratu Rizki Ana

Dedi Yanto Husada

Felicia Linardi

Abdiaman Putra Dawolo

Nilam Siti Rahmah

M Alex Januarsyah

3

Page 5: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

I. SKENARIO A

Seorang anak laki-laki, umur 10 tahun mengeluh mata kanannya kabur sejak 2 hari yang lalu sejak terkena bola bulu tangkis. Mata merah ada, keluar darah-, nyeri, muak muntah +, penderita dibawa ke mantri diberikan obat tetes Cendoxytrol dan obat makan. Keluhan tidak berkurang penderita dibawa ibu ke RS karena mata kanan makin kabur.

Pemeriksaan Oftalmologi:

AVOD:1/300

AVOS: 6/6 E

TIOD: 35,5 mmHg

TIOS: 18,5 mmHg

Plpebra blefarospasme +

Konjungtiva: subkonjungtiva bleeding +

Kornea oedema

Bilik mata depan terdapat darah + (Black Ball Eye)

Iris, pupil, lensa, dan segmen posterior tidak dapat dinilai.

II. KLARIFIKASI ISTILAH

4

Page 6: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

III. IDENTIFIKASI MASALAH

No Masalah Concern1. Seorang anak laki-laki, umur 10 tahun mengeluh mata

kanannya kabur sejak 2 hari yang lalu sejak terkena bola bulu tangkis.

V

2. Mata merah ada, keluar darah-, nyeri, mual muntah +3. Penderita dibawa ke mantri diberikan obat tetes

Cendoxytrol dan obat makan.4. Keluhan tidak berkurangpenderita dibaa ibu ke RS karena

mata kanan makin kabur

IV. ANALISIS MASALAHSeorang anak laki-laki, umur 10 tahun mengeluh mata kanannya kabur sejak 2 hari yang lalu sejak terkena bola bulu tangkis.

1. Apa saja organ yang terlibat dalam kasus ini?Mata, pembuluh darah iris dan badan siliar

5

No Istilah Arti1. Kabur tidak dapat melihat esuatu dengan jelas

2. Cendoxytrol Obat tetes mata yang mengandung kombinasi kortikosteroid( dexametason) dan antibiotik (neomisin dan polimisin)

3. Mata merah kondisi mata terlihat berwarna merah

4. AVOD (Acies Visus Okulus Dextra) tajam penglihatan mata kanan

5. AVOS (Acies Visus Okulus Sinistra) tajam penglihatan mata kiri

6. TIOD tekanan yng dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata kanan

7. TIOS tekanan yng dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata kiri

8. Plpebra blefarospasme

Plpebra blefarospasme: penutupan kelopak mata diluar konrol otot kelopak mata

9. Subkonjunctiva bleeding

pendarahan pada lapisan subkonjungtiva

10. Kornea oedema bertambahnya cairan pada stroma kornea11. Mantri perawat senior pembantu dokter

Page 7: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

2. Apa hubungan jenis kelamin, umur pada kasus ini?

Trauma okuler adalah penyebab umum dari kebutaan unilateral pada anak-anak dan dewasa muda terutama laki-laki. Aktivitas dan kegiatan bermain seperti kecelakaan, olahraga, dan perkelahian dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma okuler yang lebih tinggi.

3. Bagaimana struktur dan fungsi bola mata?(Terlampir Pada LI)

4. Bagaimana mekanisme melihat?

Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut refraksi.Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa sehingga bayangan jatuh tepat di retina. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dibantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan melalui nervus optikus ke korteks. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual untuk kemudian diinterpretasikan sebagai benda apa yang kita lihat.

5. Bagaimana mekanisme mata kanan kabur sejak 2 hari yang lalu?

Terganggunya drainase cairan aquos humorcairan aquos humor mengalami aliran balik ke anteriorPeningkatan tekanan intraokuler mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata pasokan darah ke saraf optikus berkurangsel-sel saraf opticus iskemia penglihatan kabur.

6. Apa saja etiologi mata kabur?

6

Page 8: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Kondisi refraksi mata: mengindikasikan perlunya koreksi lensa

Miopia: kabur jarak jauh

Presbiopia: menurunnya kemampuan untuk melihat fokus

Kondisi mata lainnya: glaukoma, katarak, degenerasi makula

Mata kering: penglihatan yang kabur adalah gejala dari sindorm ini

Migrain: beberapa orang mengalami penglihatan kabur sebelum muncul migrain

Katarak: menyebabkan lensa keruh

Lensa kontak: lensa kontak kotor atau rusak yang menyebabkan kaburny penglihatan

Konsumsi obat-obatan: beberapa antikolinergik, antihipertensi, obat psikotropika, konstrasepsi oral, kortison, antidepresan, beberapa obat-obatan jantung

7. Apa saja penyakit yang menyebabkan mata kabur?

Hypermetrop/ presbiop, Post Operasi, Katarak, Trauma, Gejala Peningkatan TIO, Uveitis, Pembedahan mata, Penggunaan kortikostiroid maupun topikal jangka panjang

Mata merah ada, keluar darah-, nyeri, mual muntah +,1. Bagaimana mekanisme

a. Mata merah ada,

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar. Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak, dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraocular.

b. keluar darah-,

7

Page 9: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Pada kasus ini perdarahan terjadi di bilik mata anterior dan subkonjungiva. Karena darah nya terkumpul di bilik mata anterior (Camera Oculi Anterior/COA) yaitu daerah di antara kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur dengan aqueous humor (cairan mata hyang jernih). Karena perdarahan terkumpul di bilik mata anterior, sehingga tidak ada darah yang menetes keluar.

c. nyeri,

Karena adanya perdarahan di COA (Hifema) yang disebabkan oleh trauma benda tumpul. Perdarahan terutama berasal dari pembuluh darah corpus siliar dan sebagian kecil dari pembuluh iris. Butiran/gumpalan darah dapat menyumbat trabecular meshwork, sehingga aliran aquous humor akan terganggu. Akibatnya tekanan bola mata meningkat dan terjadi nyeri pada mata karena menekan saraf N V.1.

d. mual muntah +,

Rangsangan nyeri pada mata karena Tekanan Intra Okuler yang meningkat yang berpengaruh pada saraf simpatis n. Vagus karena n. Vagus adalah saraf yang paling luas distribusinya dari semua saraf kranialis, nyeri pada mata kanan menyebabkan tekanan peristaltik meningkat lalu membuka pompa proton yang akan mengaktifkan ion H, ion H kemudian berikatan dengan Ion Cl pada gaster yang menghasilkan senyawa HCl, didalam gaster HCl meningkat sehingga mengiritasi gaster, respon ini menyebabkan nausea. Jika pH gaster semakin asam, oleh gaster akan dikompensasi dengan mengeluarkan isi gaster melalui nervus aferen dan nervus vagus dan impuls syaraf simpatis dibawa ke pusat vomitus di medulla oblongata. Kemudian dibawa oleh saraf eferen nervus V, VII, XI, X, XI ke traktus gastrointestinal bagian atas, nervus vagus dan saraf simpatis ke traktus gastrointestinal yang lebih bawah dan melalui saraf spinalis menuju diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi kontraksi dan peningkatan tekanan di gaster, maka akan terjadi vomitus yang proyektil.

2. Mengapa mata merah tapi tidak keluar darah?

Mata merah yang terjadi akibat pelebaran pembuluh darah konjungtiva sebagai reaksi dari trauma pada bola mata. Darah terdapat di antara konjungtiva dan sclera. Pada kasus ini perdarahan terjadi di bilik mata anterior dan subkonjungiva. Karena darah nya terkumpul di bilik mata anterior (Camera Oculi Anterior/COA) yaitu daerah di antara kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah

8

Page 10: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur dengan aqueous humor (cairan mata hyang jernih).Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan silier arterikoroidali, dan vena-vena badan siliar sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan

Penderita dibawa ke mantri diberikan obat tetes Cendoxytrol dan obat makan.1. bagaimana aspek hukum mantri yang memberikan obat pada kasus?

Menururt Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, mantri (perawat) hanya dapat memberikan obat yang tergolong obat bebas (bulat biru) atau obat bebas terbatas (bulat hijau). Namun, cendoxytrol merupakan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Maka mantra (perawat) yang memberikan obat ini telah melanggar peraturan praktik keperawatan. Terdapat peringatan jika obat ini dipakai tidak sesuai indikasi yang bahkan dapat memperburuk keadaan yaitu :

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme resisten.

Tidak boleh diberikan untuk iritasi mata yang dicetuskan oleh lensa kontak. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui. Tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.

2. Bagaimana mekanisme kerja cendoxytrol?

Farmakologi (kerja obat)Cendoxytrol adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi obat kortikosteroid (deksametason) dan antibiotik (neomisina dan polimiksina). Deksametason mempunyai kerja utama adalah untuk menekan proses peradangan akut. Awitankerja dari obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara oral danintramuskular memiliki lama kerja yang panjang. Sedangkan neomisina dan polikmisina mempunyai efek antibakterial

3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat?

IndikasiInfeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap neomisina dan polimiksina, blefaritis tidak bernanah, konjungtivitis tidak bernanah, skleritis, tukak kornea, dan keratitis.Kontraindikasi Penderita yang hipersensitiif atau alergi terhadap salah satu komponen obat. Penderita tuberkulosis mata, infeksi mata yang disebabkan jamur dan virus, cacar air, konjungtivitis atau blefaritis akut yang bernanah.Dosis dan aturan pakai4-6 kali sehari sebanyak 1-2 tetes.

9

Page 11: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

4. Bagaimana efek samping pemberian obat?

Reaksi hipersensitifitas atau alergi dapat terjadi meskipun jarang. Iritasi mata, rasa terbakar, tersengat, gatal, pnurunan ketajaman penglihatan. Katarak subskapsulat posterior, dan glaukoma pada penggunaan jangka panjang dan terus menerus.

Penderita dibawa ibu ke RS karena mata kanan makin kabur.1. Mengapa keluhan semakin berat meskipun sudah diberi obat?

Ada berbagai alas an yang bisa menyebabkan keluhan tidak berkurang meskipun telah diberi obat

a. Penggunaan cendoxytrol tidak sesuai dengan indikasi sehingga tidak efektif dalam proses penyembuhan keluhan penyakit.

b. Efek samping dari cendoxytrol yang justru memperparah kondisi mata seperti peningkatan tekanan intraokuli dan penurunan visus.

Pemeriksaan Oftalmologi:

AVOD:1/300

AVOS: 6/6 E

TIOD: 35,5 mmHg

TIOS: 18,5 mmHg

Plpebra blefarospasme +

Konjungtiva: subkonjungtiva bleeding +

Kornea oedema

Bilik mata depan terdapat darah + (Black Ball Eye)

Iris, pupil, lensa, dan segmen posterior tidak dapat dinilai.

1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan oftalmologi?

a) AVOD&AVOS Visus mata kanan menurun.

Jawab: AVOD :1/300, pada orang normal dapat melihat 300 meter, tapi pasien hanya

dapat melihat 1 meter. Mekanisme nya karena adanya sel-sel darah merah di bilik

anterior sehingga mengganggu media refraksi, penglihatan turun.

b) TIOD & TIOS tek. Intraokuler kanan meningkat.

10

Page 12: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Jawab: TIO Normal : 10-21 mmHg TIOD : 35,50 mmHg Abnormal (tinggi)

Mekanisme : trauma merobek pembuluh darah di iris dan merusak sudut bilik mata

depan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat

(hifema). Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel

atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan blokade pupil yang akan

mengakibatkan TIO meningkat.

Pada traumatic hifema, TIO bisa meningkat karena beberapa alasan. Pada onset yang

akut, peningkatan TIO berhubungan dengan 1) oklusi dari anyaman trabekular oleh

bekuan darah, sel sel inflamasi, ataupun debris aritrosit; atau 2) blok pupil sekunder

terhadap bekuan darah berbentuk tombol yang terdapat pada bilik mata depan dan

bilik mata belakang.

TIOS : 18,5 mmHg Normal

c) Blefarospasme (+)

Jawab: Interpretasi: Positif, jika ditemukan kedipan mata yang kuat melebihi normal

(yaitu 10-15 kali) dalam satu menit. Mekanisme: Adanya gangguan pada ganglia

basalis yang menyebabkan produksi asetilkholin yang berlebihan.

d) Subkonjungtiva bleeding (+)

Jawab: Interpretasi: Tidak normal Normal: tidak ada perdarahan.

Mekanisme: Di konjungtiva banyak terdapat saraf dan pembuluh darah kecil yang

rapuh, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pembuluh darah yang rapuh ini

bisa pecah dan mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva (daerah dibawah

konjungtiva) yang tampak sebagai patch merah terang (paling banyak) atau merah

gelap.

e) Kornea edema (+)

Jawab: Trauma tertutup ( bola bulu tangkis ) robeknya pembuluh darah iris atau

badan siliar darah berpindah ke bilik mata depanblokade trabekular oleh sel

darah merah cairan aquos humor tidak bisa dikeluarkan (gangguan aliran aquos

humor)akumulasi cairan pada bilik mata depan kornea edema

11

Page 13: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

f) black ball eye

Jawab: Tidak normal karena ada akumulasi darah di camera occuli anterior yang

disebabkan robeknya pembuluh darah iris/badan siliar yang akan bercampur dengan

aquous humor yang jernih.

Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) :

1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA

2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA

3. Grade III : darah mengisi hampir total COA

4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA

g) iris, pupil, lensa, segmen posterior tidak dapat dinilai.

Jawab: Normalny semua dapat dilihat. Akan tetapi pada kasus ini terjadi pendarahan

di bilik anteriornya sehingga lensa yang seharusnya bening, menjadi tertutupi dan

tidak dapat dinilai. Begitu juga dengan iris, dan pupil. Sedangkan segmen posterior

tidak dapat dinilai karena terjadi edema.

2. Keadaan apa saja yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan intraokular?

Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar

Berkurangnya pengeluaran cairan mata didaerah sudut bilik mata atau di celah pupil

Adanya gangguan aliran aquos humor yang disebabkan oleh kelainan sistem drainase sudut camera anterior ( glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aquos humor ke sistem drainase ( gloukoma sudut tertutup)

V. HIPOTESISSeorang anak laki-laki 10 tahun menderita hyfema diakibatkat trauma benda tumpul diserta glaucoma sehingga mata kabur.

a. Cara menegakkan diagnosis

AnamnesisPada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi trauma dan benda yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah

12

Page 14: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

datangnya benda yang mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu, besi, atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.Pemeriksaan mataPemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan dengan cedera bola mata ditanyakan. Dilakukan pemeriksaa hifema dan menilai perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata luar, hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan kelainan berupa trauma tembus seperti ekmosis, laserasi kelopak mata, proptosis, enoftalmus, fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata.Kadang-kadang kita menemukan kelainan berupa defek epitel, edema kornea dan imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah didalam bilik mata depan.

Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea karena akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada ditempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan  lensa. Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata. Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit sehingga perlu ditunggu sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan untuk mengetahui akiba trauma pada segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat darah pada media penglihatan.

b. Diagnosis banding

13

Page 15: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Glaukoma Sekunder Akut Sudut Tertutup

Neuropati optic yang progresif Hilang lapangan pandang Tajam penglihatan menurun mendadak Mata merah TIO sangat tinggi

o Prodormal: Mual, muntah, sakit kepala, sakit pada sisi mata yang akut

o Herpes Simplex Keratitis

Cairan Mata Nyeri mata Pembengkakan kornea

o Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada bagian putih mata,

yang menyebabkan mata terlihat merah Penglihatan kabur Robek secara berlebihan Sensitif terhadap cahaya

o Erosi Kornea

Visus menurun Terlihatnya pelangi disekitar sumber cahaya yan dilihat Kornea terlihat keruh dengan uji placebo

o Defek epithel kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan

berwarna hijau Sangat sakit Mata berair Blepharospasme Lakrimasi Fotofobia Penglihatan terganggu oleh media kornea yang keruh

c. Pemeriksaan penunjang

Tonometri, untuk memeriksa tekanan intra okuler.USG untk menyingkirkan adanya perdarahan vitreus atau ablasio retina.Skrining sickle cell untuk menyingkirkan adanya kemungkinan kelainan hemodinamik.X-ray dan CT-scan orbita untuk mengevaluasi keadaan intraokular maupun ekstraokular.Gonioskopi untuk memeriksa keadaan sudut yang dibentuk ujung kornea dan iris pada camera oculi anterior sehingga dapat membedakan antara glaukoma sudut terbuka atau tertutup.

d. Diagnosis kerja Hyphema grade IV et causa trauma tumpul tertutup disertai glaucoma

14

Page 16: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

e. Definisi

Hyphema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam bilik mata depan  yang bersal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah yang dapat terjadi akibat trauma  ataupun secara spontan, sehinnga darah terkumpul di dalam bilik mata, yang hanya  mengisi sebagian ataupun seluruh isis bilik mata depan.Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

f. Etiologi ratu HifemaBerdasarkan penyebabnya, hifema terbagi menjadi tiga yakni:

1. Hifema traumatik2. Hifema iatrogenik3. Hifema spontan

Hifema traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan hifema akibat terjadinya trauma pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh benda tumpul, misalnya bola, batu, projektil, mainan anak-anak, pelor mainan, paint ball, maupun tinju.1 Trauma tumpul yang menghantam bagian depan mata misalnya, mengakibatkan terjadinya perubahan bola mata berupa kompresi diameter anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intraokular secara transien yang mengakibatkan terjadinay penekanan pada struktur pembuluh darah di uvea (iris dan badan silier). Pembuluh darah yang mengalami gaya regang dan tekan ini akan mengalami ruptur dan melepaskan isinya ke bilik mata depan (camera oculi anterior).2

Hifema iatrogenik adalah hifema yang timbul dan merupakan komplikasi dari proses medis, seperti proses pembedahan. Hifema jenis ini dapat terjadi intraoperatif maupun postoperatif. Pada umumnya manipulasi yang melibatkan struktur kaya pembuluh darah dapat mengakibatkan hifema iatrogenik.

Hifema spontan sering dikacaukan dengan hifema trauma. Perlunya anamnesis tentang adanya riwayat trauma pada mata dapat membedakan kedua jenis hifema. Hifema spontan adalah perdarahan bilik mata depan akibat adanya proses neovaskularisasi, neoplasma, maupun adanya gangguan hematologi.

1. Neovaskularisasi, seperti pada diabetes melitus, iskemi, maupun sikatriks. Pada kondisi ini, adanya kelainan pada segmen posterior mata (seperti retina yang mengalami iskemi, maupun diabetik retinopati) akan mengeluarkan faktor tumbuh vaskular (misal: VEGF)2 yang oleh lapisan

15

Page 17: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

kaya pembuluh darah (seperti iris dan badan silier) dapat mengakibatkan pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi). Pembuluh darah yang baru pada umumnya bersifat rapuh dan tidak kokoh, mudah mengalami ruptur maupun kebocoran. Kondis ini meningkatkan kerentanan terjadinya perdarahan bilik mata depan.2. Neoplasma, seperti retinoblastoma dan melanoma maligna pada umumnya juga melibatkan neovaskularisasi3 seperti yang telah dijelaskan pada poin pertama.3. Hematologi, seperti leukemia, hemofilia, penyakit Von Willebrand yang mana terjadinya ketidakseimbangan antara faktor pembekuan dan faktor anti-pembekuan. Dengan demikian terjadi proses kecenderungan berdarah.4. Penggunaan obat-obatan yang mengganggu sistem hematologi, seperti aspirin dan warfarin.

Gambar 1 – Proses trauma dari arah anterior bola mata dapat mengakibatkan distorsi dimensi antero-posterior dan ekuatorial yang

mengakibatkan perubahan tekanan intraokular mendadak dan menyebabkan ruptur pembuluh darah (Kanski, 2011)

Salah satu literatur menyebutkan bahwa pada anak-anak dengan retinoblastoma, hifema merupakan 0,25% presentasi klinis dari seluruh gejala retinoblastoma. Meskipun jarang, hifema dapat menjadi salah satu tanda terjadinya kelainan intraokular khususnya pada bayi dan anak-anak tanpa riwayat trauma yang signifikan.

Sebagian besar hifema yang terjadi di masyarakat merupakan hifema grade I, predisposisi pada laki-laki (sekitar 75%), serta insidens tertinggi pada usia sekolah4. 40% hifema yang terjadi terjadi perlekatan dengan stroma iris, sedangkan 10% mengalami perlekatan dengan endotel kornea. Pada umumnya hifema tanpa komplikasi dapat diresoprsi dan menghilang

16

Page 18: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

secara spontan dalam waktu kurang dari satu minggu (lima hingga enam hari).

Glaucoma, Infeksi, Hypermetrop/ presbiop, Post Operasi, Katarak, Heriditer, Trauma, Gejala Peningkatan TIO, Uveitis, Pembedahan mata, Penggunaan kortikostiroid maupun topikal jangka panjang

g. Epidemiologi

Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 % kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa galukoma menyumbang 0,4 5 atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan. Kondisi ini semakin diperparah dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah akan bahaya penyakit ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan analisa kepustakaan mengenai prevalensi, insiden dan derajat dari berbagai jenis glaukoma. Dengan menggunakan data tahun1980-1990, WHO melaporkan jumlah populasi di dunia dengan tekanan bola mata yang tinggi (>21 mmHg) sekitar 104,5 juta orang Prevalensi kebutaan untuk semua jenis glaukoma diperkirakan mencapai 5,2 juta orang. Glaukoma bertanggung jawab atas 15 % penyebab kebutaan, dan menempatkan glaukoma sebagai penyebab ketiga kebutaan di dunia setelah katarak dan trakhoma.

Pathopisiologi

Elemen darah dapat bertumpuk di kamera okuli anterior dan timbulah hifema (bila banyak mengandung sel darah merah) dan hipopion (yang terkumpul banyak mengandung sel darah putih). Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada pupil dapat juga mengalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada lensa. Perlengketan ini disebut sinekia posterior. Bila seluruh iris menempel pada lensa disebut seklusio pupil sehingga cairan yang dari kamera okuli posterior tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke kamera okuli anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut kamera okuli anterior menyempit, dan timbullah glaucoma sekunder.

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.

17

Page 19: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada 10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intraokular.

h. Faktor resiko

olah raga yang mengakibatkan trauma tumpul ataupun trauma tembus

leukimia dan retinoblastoma yang menyebabkan pendarahan spontan pada anak

paska pembedahan

i. Manifestasi klinik

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.

Penglihatan pasien akan sangat menurun.

Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak.

18

Page 20: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Bila pasien duduk, hifema akanterlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.

Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intra ocular, sebuah keadaan yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaucoma

j. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan iridodialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.

1. Perdarahan sekunderKomplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkaninsidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya. Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma.

2. Glaukoma sekunderTimbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan olehtersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/ gumpalan darah. Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata.

3. Hemosiderosis korneaPada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalambentuk

sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.

Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun).

4. Sinekia PosteriorSinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi iniakibat dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat

19

Page 21: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema.Peripheral anterior synechiae anterior synechiae terjadi pada pasien dengan hifema pada COA dalam waktu yang lama, biasanya 9 hari atau lebih.Patogenesis dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis yang lama akibat trauma atau dari darah pada COA. Bekuan darah pada sudut COA kemudian bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang menyebabkan sudut bilik mata tertutup.

5. Atrofi optikAtrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.

6. UveitisPenyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak.Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma. Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan intra okular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.

k. Tatalaksana ( farmako dan non farmako )

Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya penatalaksanaan hifema ditujukan untuk :

Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang Mengeluarkan darah dari bilik mata depan Mengendalikan tekanan bola mata Mencegah terjadinya imbibisi kornea Mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi

20

Page 22: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic hyphaema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu

(1) Perawatan dengan cara konservatif / tanpa operasi, dan

(2) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.

Perawatan Konservatif / Tanpa Operasi

Tirah baring sempurna (bed rest total)

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala di angkat (diberi alas bantal) kurang dari 600, hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila mengenai kasus traumatic hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan tirah baring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.

Pemakaian obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:

Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K, dan vit C.

Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan.

Ocular Hypotensive Drug

Semua sarjana menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.

Kortikosteroid dan Antibiotika

21

Page 23: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotik.

Obat-obat lain

Sedatif diberikan bilamana penderita gelisah. Bila ditemukan rasa sakit diberikan analgetik aau asetozalamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata naik. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti asetaminofen dengan atau tanpa kodein.

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan:

Glaukoma sekunder yang berkurang / menghilang dengan pengobatan konservatif  Kemungkina timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hariAtas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan  traumatic hyphaema, sedang Rakusin menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi perdarahannya ¾ bilik depan bola mata. Tindakan operasi yang dikerjakan adalah:

Paracentesa: mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata melalui lubang yang kecil di limbus Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneoscleranya sebesar 1200

l. Prognosis

Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam bila mata depan, maka darah ini akan hilang dan jernih dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan dengan hifema sebagian.

Prognosa dari hifema sangat bergantung pada: Tingginya hifema Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan/traumanya Cara perawatan Keadaan dari penderitanya sendiri

22

Page 24: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

m. Preventif

Pakailah pelindung mata untuk menghindari mata dari cidera saat beraktivitas di luar ruangan atau saat berolahraga

n. SKDI

3B. Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

VI. SINTESIS

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.Pada kelopak terdapat bagian-bagian:

-Kelenjar: kelenjar sebasea,kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

- Otot: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak.

- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.

23

Page 25: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Gambar 1. Gambar kelopak mata atas

Sistem Lakrimal

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:

-Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita.

- Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.

Gambar 2. Sistim Saluran air mata

Bola Mata

Lapisan mata:

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut

24

Page 26: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapismembran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn.

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva.

Kornea

25

Page 27: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:

1. Epitel

- Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.

- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

-Lapis ini tidakmempunyai daya regenerasi

3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stromakomea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

- Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel

- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya.

26

Page 28: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

Gambar 4. Penampang melintang kornea

Uvea

Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.1

Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang.

Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas otot-otot siliar dan proses siliar.

Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung.

Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos.

Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.

27

Page 29: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Sudut bilik mata depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.

Retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Retina terdiri atas lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).

28

Page 30: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Gambar 5. Fundus okuli normal

Badan kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.

Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.

Lensa mata

Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan padaekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks.

Rongga Orbita

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang :

1. Atap atau superior : os.frontal

2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid

3. Inferior :os. zigomatik, os. maksila, os. palatina

4. Nasal :os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid

29

Page 31: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Otot Penggerak Mata

1. Oblik inferior, aksi primer - ekstorsi dalam abduksi

sekunder - elevasi dalam aduksi

- abduksi dalam elevasi

2. Oblik superior, aksi primer- intorsi pada abduksi

sekunder - depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi

3. Rektus inferior, aksi primer - depresi pada abduksi

sekunder - ekstorsi pada abduksi

- aduksi pada depresi

4. Rektus lateral, aksi - abduksi

5. Rektus medius, aksi - aduksi

6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi

sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi

HYFEMA

DEFINISI HIFEMAHifema adalah terkumpulnya darah dalam bilik depan boIa mata (camera oculi anterior). Perdarahan bilik depan bola mata akibat rudapaksa ini merupakan akibat yang paling sering dijumpai karena persentuhan mata dengan benda tumpul. Berat ringannya traumatic hyphaema ini selain tergantung pada tingginya perdarahan juga tergantung pada ada tidaknya komplikasi yang menyertainya. Perdarahan bilik depan bola mata ini terutama berasal dari pembuluh darah corpus ciliare dan sebagian kecil dari pembuluh darah iris. Sedang penyerapan darahnya, menurut Cahn dan Rakusin, sebagian besar akan diserap melalui trabecular meshwork dan selanjutnya ke kanal SchIemm, sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.

ETIOLOGIPenyebab tersering dari hifema adalah trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tembus. Hifema juga dapat disebabkan oleh perdarahan spontan. Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau perdarahan terjadi 5-7 hari sesudah trauma disebut perdarahan sekunder. Hifema sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata

30

Page 32: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

dengan rubeo iridis, tumor pada iris, retinoblastoma dan kelainan darah. Hal ini mungkin akibat terjadinya kelemahan pada dinding-dinding pembuluh darah.

PATOFISIOLOGITrauma merupakan penyebab tersering dari hifema. Oleh karena itu hifema sering terutama pada pasien yang berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan tekanan yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga terjadi perenggangan-perenggangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea, badan siliar yang dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan sekunder dapat terjadi oleh karena resorbsi dari pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau perdarahan terjadi 5-7 hari setelah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Hifema sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada iris, retinoblastoma, dan kelainan darah yang mungkin diakibatkan karena terjadi suatu kelemahan dinding-dinding pembuluh darah. Pada proses penyembuhan, hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui sudut bilik mata depan atau kanal scelemn dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui dataran depan iris dipercepat oleh enzim proteolitik yang dapat berlebihan di dataran depan iris.Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin berlebihan di dalam bilik mata depan, dapat terjadi penimbunan pigmen ini ke dalam lapis kornea. Penimbunan ini menimbulkan kekeruhan kornea terutama di bagian sentral sehingga terjadi perubahan warna kornea menjadi coklat yang disebut imbibisi kornea.Sementara itu darah dalam bilik mata depan tidak sepenuhnya berbahaya, namun bila jumlahnya memadai maka dapat menghambat aliran humor aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder.

Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata depan

31

Page 33: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata depan

Gambar hifema, menunjukkan gambar hifema spontan

Gambar hifema,  menunjukkan darah hampir memenuhi seluruh seluruh bilik mata depan

KLASIFIKASITingkatan dari hyphaema ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik depan bola mata. Pembagian mengenai tingginya hyphaema sangat berbeda-beda dari berbagai pengarang.Tetapi pembagian yang cukup berguna dan paling sering digunakan adalah pembagian menurut :- Edward & Layden :• Hyphaema tmgkat 1: bila perdarahan kurang dari 1/3 bilik depan mata. • Hyphaema tingkat II: bila perdarahan antara 1/3 sampai 1/2 bilik depan mata.• Hyphaema Tingkat III bila perdarahan lebih dari ½ bilik depan mata.

32

Page 34: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

- Rakusin membaginya menurut :• Hyphaema tk I: perdarahan mengisi 1/4 bagian bilik depan mata.• Hyphaema tk II : perdarahan mengisi 1/2 bagian bilik depan mata.• Hyphaema tk III: perdarahan mengisi 3/4 bagian bilik depan mata.• Hyphaema tk IV : perdarahan mengisi penuh biIik depan mata.

GEJALA KLINISBiasanya pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epiforia dan blefaropasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun , bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi

seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.Gambaran klinik dari penderita dengan traumatic hyphaema adalah :• adanya anamnesa trauma, terutama mengenai matanya.• ditemukan perdarahan pada bilik depan bola mata (diperiksa dengan flashlight)• kadang-kadang ditemukan gangguan tajam penglihatan.• ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal.• penderita mengeluh nyeri pada mata, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar),sering disertai blepharospasme.• kemungkinan disertai gangguan umum yaitu lethargia, disorientasi, somnolent

DIAGNOSISUntuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat, terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan. AnamnesisPada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi trauma dan benda yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah, atau dari

33

Page 35: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

arah lain dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu, besi, atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.Pemeriksaan mataPemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan dengan cedera bola mata ditanyakan. Dilakukan pemeriksaa hifema dan menilai perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata luar, hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan kelainan berupa trauma tembus seperti ekmosis, laserasi kelopak mata, proptosis, enoftalmus, fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata.Kadang-kadang kita menemukan kelainan berupa defek epitel, edema kornea dan imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah didalam bilik mata depan.

Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea karena akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada ditempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan  lensa. Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata. Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit sehingga perlu ditunggu sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan untuk mengetahui akiba trauma pada segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat darah pada media penglihatan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tonometri, untuk memeriksa tekanan intra okuler USG untk menyingkirkan adanya perdarahan vitreus atau ablasio retina Skrining sickle cell X-ray CT-scan orbita Gonioskopi

PENATALAKSANAAN

34

Page 36: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya penatalaksanaan hifema ditujukan untuk : Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang Mengeluarkan darah dari bilik mata depan Mengendalikan tekanan bola mata Mencegah terjadinya imbibisi kornea Mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadiBerdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic hyphaema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu (1) Perawatan dengan cara konservatif / tanpa operasi, dan (2) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.

Perawatan Konservatif / Tanpa Operasi

Tirah baring sempurna (bed rest total)Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala di angkat (diberi alas bantal) kurang dari 600, hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila mengenai kasus traumatic hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan tirah baring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.Pemakaian obat-obatanPemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:KoagulansiaGolongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K, dan vit C:

Midriatika MiotikaMasih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan.Ocular Hypotensive DrugSemua sarjana menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.Kortikosteroid dan Antibiotika

35

Page 37: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotik.Obat-obat lainSedatif diberikan bilamana penderita gelisah. Bila ditemukan rasa sakit diberikan analgetik atau asetozalamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata naik. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti asetaminofen dengan atau tanpa kodein.

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan: Glaukoma sekunder yang berkurang / menghilang dengan pengobatan konservatif  Kemungkina timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari

Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan  traumatic hyphaema, sedang Rakusin menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan tinggi perdarahannya ¾ bilik depan bola mata. Tindakan operasi yang dikerjakan adalah: Paracentesa: mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata melalui lubang yang kecil di limbus. Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma, hifema penuh dan bewarna hitam atau bila darah setelah 5 hari tidak memperlihatkan tanda-tanda berkurang. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneoscleranya sebesar 1200

Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila : Tekanan bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5 hari Tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari

Untuk mencegah imbibisi kornea,dilakukan pembedahan bila : Tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari Bila terdapat tanda-tanda dini imbibisi kornea

Untuk mencegah sinekia posterior perifer dilakukan pembedahan bila : Hifema total bertahan selama 5 hari Hifema difus bertahan selama 9 hari 

KOMPLIKASIKomplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatic hifema adalah perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis, selain komplikasi dari traumanya

36

Page 38: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan irido dialysis.Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hyphaema.

Perdarahan SekunderKomplikasi ini sering terjadi pada hari ketiga sampai keenam. Sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 10-40 persen. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya.

Glaukoma SekunderTimbulnya glaukoma sekunder pada traumatic hyphaema disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah. Residensinya 20 persen.

Hemosiderosis KorneaHemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (dua tahun). Insidensinya 1-10 persen.

PROGNOSISDikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam bila mata depan, maka darah ini akan hilang dan jernih dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan dengan hifema sebagian.Prognosa dari hifema sangat bergantung pada: Tingginya hifema Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan/traumanya Cara perawatan Keadaan dari penderitanya sendiri

GLAUCOMA

AnatomiAqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork.

37

Page 39: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan tipis jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola berukuran besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradient tekanan intraokuli . Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.

FisiologiAqueous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi bilik anterior sebanyak 250 μL serta bilik posterior sebanyak 60 Μl. Aqueous humor berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam amino) kepada jaringan-jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea dan trabecular meshwork. Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti asam piruvat dan asam laktat) juga dibuang dari jaringan-jaringan tersebut. Fungsi yang tidak kalah penting adalah menjaga kestabilan tekanan intraokuli, yang penting untuk menjaga integritas struktur mata. Aqueous humor juga menjadi media transmisi cahaya ke jaras penglihatan.

Tekanan IntraokuliTekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan fluktuasi harian. Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan yang normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina. Homeostasis tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendirinya .Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan intraokuli, antara lain keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi permeabilitas kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuhirama sirkadian tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan obat-obatan.

GlaukomaDefinisiGlaukoma adalah sekelompok penyakit yang memiliki karakteristik berupa kerusakan saraf/ optic neuropathy dan berkurangnya/ terjadi penyempitan luas lapangan pandang serta biasanya disertai adanya peningkatan tekanan intraokuli.Etiologi dan Faktor Resiko

38

Page 40: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, miopia, ras kulit hitam, pertambahan usia dan pascabedah.KlasifikasiBerdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuli, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan glaucoma sudut tertutup adalah gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase .Glaukoma sudut terbuka terdiri dari kelainan pada membran pratrabekular (seperti glaukoma neovaskular dan sindrom Irido Corneal Endothelial), kelainan trabekular (seperti glaukoma sudut terbuka primer, kongenital, pigmentasi dan akibat steroid) dan kelainan pascatrabekular karena peningkatan tekanan episklera. Sedangkan glaukoma sudut tertutup terdiri dari glaukoma sudut tertutup primer, sinekia, intumesensi lensa, oklusi vena retina sentralis, hifiema, dan iris.

Patogenesis dan PatofisiologiGlaukoma Sudut TerbukaGlaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Glaukoma sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran keluar aqueous humor, sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat memicu proses degenerasi trabecular meshwork, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm.Glaukoma Sudut TertutupGlaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Serangan akut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi spontan di malam hari, saat pencahayaan kurang .1) Glaukoma Sudut Tertutup AkutPada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan bola mata dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous humor secara mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah, kornea keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi disekitar lampu). Glaukoma sudut tertutup akut merupakan suatu keadaan darurat.2) Glaukoma Sudut Tertutup Kronis.Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut antara iris dan jalur keluar aqueous humor. Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat herediter dan lebih sering pada hipermetropia. Pada pemeriksaan didapatkan bilik mata depan dangkal dan pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea.Glaukoma Kongenital

39

Page 41: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan. Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan struktur anatomi mata yang menghalangi aliran keluar aqueous humor. Kelainan tersebut antara lain anomali perkembangan segmen anterior dan aniridia (iris yang tidak berkembang). Anomali perkembangan segmen anterior dapat berupa sindrom Rieger/ disgenesis iridotrabekula, anomali Peters/ trabekulodisgenesis iridokornea, dan sindrom Axenfeld .Glaukoma SekunderGlaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa, fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan episklera .Glaukoma Tekanan-NormalBeberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami peningkatan tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau mekanis di kaput nervus optikus, atau bisa juga murni karena penyakit vaskular. Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara genetik, keluarga yang memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen optineurin kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang menandakan progresivitas penurunan lapangan pandang .

DiagnosisPemeriksaan TonometriPemeriksaan tekanan intraokuli dapat dilakukan dengan menggunakan tonometri. Yang sering dipergunakan adalah tonometri aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Rentang tekanan intraokuli yang normal adalah 10-21 mmHg. Namun, pada usia yang lebih tua tekanan intraokulinya lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan menunjukkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa, sehingga diperlukan pula pemeriksaan diskus optikus glaukomatosa ataupun pemeriksaan lapangan pandang .Pemeriksaan Gonioskopi.Pada pemeriksaan gonioskopi, dapat dilihat struktur sudut bilik mata depan. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata depan. Apabila keseluruhan trabecular meshwork, scleral spur dan prosesus siliaris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya Schwalbe’s line atau sebagian kecil dari trabecular meshwork yang dapat terlihat, dinyatakan sudut sempit. Apabila Schwalbe’s line tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup .Penilaian Diskus OptikusDiskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya (depresi sentral). Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainan-kelainan diskus khas yang terutama ditandai oleh pembesaran cawan diskus optikus dan pemucatan diskus di

40

Page 42: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

daerah cawan. Selain itu, dapat pula disertai pembesaran konsentrik cawan optik atau pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus. Kedalaman cawan optik juga meningkat karena lamina kribrosa tergeser ke belakang dan terjadi pergeseran pembuluh darah di retina ke arah hidung. Hasil akhirnya adalah cekungan bean-pot, yang tidak memperlihatkan jaringan saraf di bagian tepinya. Pada penilaian glaukoma, rasio cawan-diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus. Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokuli, rasio cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa

Gambar 2.3 Pencekungan Glaukomatosa yang Khas (Hollowed out).Sumber: Riordan-Eva dalam Salmon, 2009.

Pemeriksaan Lapangan PandangGangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Perluasan akan berlanjut ke lapangan pandang Bjerrum (15 derajat dari fiksasi) membentuk skotoma Bjerrum, kemudian skotoma arkuata. Alat-alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan pandang pada glaucoma adalah automated perimeter (misalnya Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent .

41

Page 43: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Gambar 2.4 Kelainan Lapangan Pandang pada Glaukoma.Sumber: Harrington dalam Salmon, 2009.

TerapiTerapi MedisObat-obatan yang diberikan bekerja dengan cara supresi pembentukan aqueous humor (seperti beta-adrenergic blocker, apraclonidine, brimonidine, acetazolamide, dichlorphenamide dan dorzolamide hydrochloride), meningkatkan aliran keluar (bimatoprost, latanoprost, pilocarpine dan epinefrin), menurunkan volume vitreus (agen hiperosmotik) serta miotik, midriatik dan sikloplegik.Terapi Bedah dan Laser

42

Page 44: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Trabekulotomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aqueous humor dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.

TRAUMA PADA MATA

 Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7

Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu

A. Fisik atau Mekanik1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup

botol tidak dengan alat, ketapel.2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,

terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

B.  Khemis1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,

lem (perekat).2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

C.  Fisis1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

 Epidemologi

Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai

43

Page 45: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.

 Etiologi

Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :

A. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asingdidalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. BendAberacun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu.Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksijika tercemar oleh kuman.

B. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatansementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

C. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada traumA khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.

D. Trauma Mekanik- Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel.- Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.

- Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

Patofisiologi

Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma

44

Page 46: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.

Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

A. PalpebraMengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanent

B. Saluran LakrimalisDapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

C. CongjungtivaDapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva

D. SkleraBila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.

E.  KorneABila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus

F.  LensaBila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.

G.  IrisBila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.

H. PupiLBila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis

I.  RetinaDapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retina.

MANIFESTASI KLINIS

A. Hematoma palpebra

45

Page 47: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kraniiPenanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.

B. Ruptura korneaKornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

C.  Ruptura membran descementDi tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol

D.  HifemaPerdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.Pembagian hifema:-  Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.-  Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.- Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okulerPenanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.

E.  Iridoparese-iridoplegiAAdalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

F.  IridodialisisIalah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan  di sebut dengan pseudopupil.Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

G.  IrideremiaIalah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.

Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk

mengurangi silau.

H. Subluksasio lentis- luksasio lentisLuksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi

46

Page 48: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.

I. Hemoragia pada korpus vitreumPerdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

J. GlaukomaDi sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.Penanganan di lakukan secara operatif.

K. Ruptura scleraMenimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.

L. Ruptura retinaMenyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan,

harus di lakukan operasi

Adapun manifestasi klinisnya pada klasifikasi trauma adalah sebagai berikut:

A. Trauma TumpulRongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.

B. Palpebra : Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, sertamengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak(lagoftalmos) akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).

C.  Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.

D. Kornea : Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak saraf.

47

Page 49: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.

E. Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini ber gabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 – 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.

F.  Lensa : Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di tempatnya.Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan tempat).

G. Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.H. Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran

daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber diameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea. Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.

I.  Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaanTERAPI

 Trauma tumpul

A. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna membantukeluarnya hifema dari mata.

B. Berikan kompres es.C. Pemnatauan tajam penglihatan.D.  Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan perdarahan

ulang.E. Batasi membaca dan melihat TV.F.  Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.G. Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.

48

Page 50: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

CYNDOXYTROL

CENDOXITROL

Cendoxitrol (Neomisina, Polimiksina, Deksametason)

Cendoxitrol merupakan obat tetes mata / eye drops

a) Mekanisme kerjaCendo Xitrol adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi obat kortikosteroid (deksametason) dan antibiotik (neomisina dan polimisina). Deksametason mempunyai kerja utama adalah untuk menekan proses peradangan akut. Awitankerja dari obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara oral dan intramuskular memiliki lama kerja yang panjang. Sedangkan neomisina dan polikmisina mempunyai efek antibakterial.

Farmakokinetik

Tiap 1 ml Cendo Xitrol Eye Drops mengandung Deksametason 0,1%, Neomisina 3,5 mg, dan Polimiksina 6000 IU.

a. DeksametasonMetabolisme kortikosteorid sintetis sama dengan kortikosteroid alami. Kortisol (juga disebut hydrocortisone) memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk reulasi metabolism perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan, dan imuniatas. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat olehs sistem saraf pusat yang sangat sensitive terhadap umpan balik negative yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen (sintesis). Neomisin

49

Page 51: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

ABSORPSI: Secara oral, mencapai kadar puncak dalam darah 1-4 jam setelah dikonsumsi secara oral.DISTRIBUSI: Volume distribusi tubuh adalah 0,36l/kg.METABOLISME: Dimetabolisme di hati.EKSKRESI: Melalui feses (97% dari yang dikonsumsi secara oral, diekskresi dalam bentuk utuh), melalui urine (30-50% dari yang diabsorpsi, diekskresi dalam bentuk utuh).

b) IndikasiObat ini digunakan untuk mengobati infeksi mata yang meradang, konjungtivitis

akut/kronis tidak bernanah, blefarokonjungtivitis dan keratokonjungtivitis. Juga berfungsi untuk pencegahan infeksi.

- Infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap neosmisina dan polimiksina

- Blefaritis tidak bernanah- Skleritis- Tukak kornea- Keratitis

c) KontraindikasiPenderita yang hipersensitif atau alergi terhadap salah satu komponen

obat. Penderita tuberkulosis mata, infeksi mata yang disebabkan jamur dan virus, cacar air, konjungtivitis akut yang berananah, atau blefaritis akut yang bernanah. 

d) Efek samping obatReaksi hipersensitivitas atau alergi meskipun jarang. 

Selain itu pada penggunaan obat ini dapat terjadi iritasi mata, rasa terbakar, tersengat, gatal, dan penurunan ketajaman mata.  Katarak subkapsular posterior dan glaukoma dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang dan terus menerus.

e) Komposisi / kandunganTiap 1 ml Cendo Xitrol mengandung Deksametason 0,1%, Neosimina 3,5mg, dan Poliminiksina 6000 IU.

f) Dosis Dosis yang lazim diberikan adalah 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes.

g) kemasanCendro Xitrol Tetes Mata, botol @ 5ml dan @ 15 ml.

h) Keterangan dan peringatan- Harus dengan resep dokter

50

Page 52: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

- Simpan di tempat yang kering dan sejuk- Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan

pertumbuhan mikroorganisme resisten. Tidak boleh diberikan untuk iritasi mata yang dicetuskan oleh lensa kontak. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui. Tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.

ASPEK HUKUM MANTRI (HAK DAN KEWENANGAN MANTRI DALAM MEMBERI OBAT)

Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat. Permenkes ini dikeluarkan menimbang dari pasal 23 ayat (50 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam peraturan menteri yang dimaksud perawat dan bagaimana ketentuan umum praktik perawat terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut :1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan atau berkelompok4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan satndar prosedur operasional6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh tanpa resep dokter7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat diperoleh tanpa resep dokterBerikut Pada BAB II Perizinan pasal 2 menyatakan bahwa;“Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan atau praktik mandiri.Perawat yang menjalankan praktik mandiri minimal berpendidikan Diploma III (D III) Keperawatan”.

VII. KERANGKA KONSEP

51

Page 53: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

VIII. KESIMPULANSeorang anak laki-laki 10 tahun mengalami pendarahan subconjuntiva dan hyfema grade IV et causa trauma tumpul dengan komplikasi glaucoma sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2003. “Hifema”, dalam Ilmu Penyakit Mata edisi 2. Jakarta: FKUI

52

Page 54: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

Nash, David L. 2014. “Hyphema”. http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview#showall, diakses pada 24 Agustus 2015Soeroso, Admadi. “Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa (Traumatic Hyphaema)”. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret 

Ilyas, Sidharta. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta.2009.

avserver.lib.uthsc.edu:8080/Medicine/eye_exam/HyphemaWeb.jpg

Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya. 1984. Amadi, A., et al., (2009). Common Ocular Problems in Aba Metropolis of Albia State, Eastern Nigeria.

Federal Medical Center Owerri. Available from: http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/32-35.pdf.

Duvall, B., dan Kershner R. 2006. Ophtalmic Medications And Pharmacology, Second Edition. New Jersey: Slack Incorporated.

Junqueira, L.C., Carneiro, J.,( 2007). Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Dalam: Junqueira, L.C., Carneiro, J (ed). Histologi Dasar: Text & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Katzung, Bertram G. 1997. Farmakologi dasar dan klinik. Ed.6. Jakarta: EGC.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2008. Obat-obat Penting, Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Computindo.

Vaughan, D. (2010). Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mason H.Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S.Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton Publishers, London, 1999. p:30-38.

53

Page 55: Laporan Tutorial 19 a Fix (1)

54