laporan akhir fix(1)

Upload: hanung-puspita-aditya-s

Post on 18-Jul-2015

627 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM SEDIAAN SIRUP DENGAN METODE TITRASI ALKALIMETRI

Dien Puspita C Ning Uswiyatun

G1F009038 G1F009040

Tri Hajar Handayani G1F009041 Rikha Kurniawaty G1F009043

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2011

PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM SEDIAAN SIRUP DENGAN METODE TITRASI ALKALIMETRI

I.

TUJUAN Memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis obat sediaan semi solid

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang dipakai dalam praktikum adalah sebagai berikut : Labu erlenmeyer Gelas beaker Timbangan analitik Pipet tetes Pipet volum Gelas ukur Buret Statip Filler Labu volum Batang pengaduk Botol timbang

Adapun bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut : NaOH 0,1 N Asam Oksalat (C2H2O4) Aquades Indikator phenolpthalein (pp) Sampel sirup ibuprofen

III. PROSEDUR PERCOBAAN

IV. DATA PENGAMATAN Pembakuan larutan NaOH dengan asam oksalat Volume C2H2O4 (ml) 10 10 10 Normalitas C2H2O4 (N) 0,1 0,1 0,1 Rata-Rata Volume NaOH (ml) 14,405 14,358 14,252 Normalitas NaOH (N) 0,0694 0,0696 0,0701 0,0697

Penetapan kadar asam salisilat Banyaknya sampel (mg) 500 500 500 Volume NaOH (ml) 1,158 0,958 1,050 Rata-Rata Normalitas NaOH (N) 0,0697 0,0697 0,0697 3,17 % 2,60 % 2,90 % 2,89 % Kadar (%)

Uji Kualitatif 1. Bedak tabur + Etanol 95% + FeCl3H2SO4 Pekat

Warna ungu

2.

Asam atau garamnya + CH3OH

Bau Metil Salisilat

V. PERHITUNGAN Banyaknya C2H2O4 yang dibutuhkan : Mr C2H2O4 = 90 Volume = 50 ml

Massa = 0,45 gram Rumus Perhitungan Pembakuan V1 x N1 N1 = = V2 x N2

-

Pembakuan NaOH Percobaan 1 V1 . N1 10 . 0,1 N2 Percobaan 2 V1 . N1 10 . 0,1 N2 Percobaan 3 V1 . N1 10 . 0,1 N2 = = = V2 . N2 14,252 . N2 0,0701 = = = V2 . N2 14,358 . N2 0,0696 = = = V2 . N2 14,405 . N2 0,0694

Rata-rata

= = 0,0697 N

Rumus Kadar -

=

Penetapan Kadar ibuprofen Percobaan 1 Kadar 1 = = 3,17 % Percobaan 2 Kadar 2 = = 2,68 % Percobaan 3 Kadar 3 = = 2,22 %

Rata-rata

= = 2,56 %

X 2,78 2,68 2,22 = = =

d=| 0,22

|

)2 0,0484 0,0144 0,1156

2,56

0,12 0,34

0,226

SD

= =

= 0,298 Harga ditolak jika (untuk data 1) |

|

||

> =

2,5 1,450

Maka data 1 diterima sebab 1,450 < 2,5 (untuk data 2) | |

=

1,502

Maka data 2 diterima sebab 1,502 < 2,5 (untuk data 3) | | = 0,05

Maka data 3 diterima sebab 0,05 < 2,5

Jadi ketiga data diterima N= 3 ; t = 3,182 : = t.SD / = 2, 89 % ( 3,182 x 0,410 / ) = 2, 89 % 0, 753

Hasil akhir dapat dinyatakan Kadar ibuprofen

VI. PEMBAHASAN TITRASI ASAM BASA Prinsip Titrasi

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 2002). Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (Day, dkk, 2002).

-

Prinsip Titrasi Asam basa Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekivalen. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran (Harjadi, 1986). Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan disebut titik ekivalen. Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan volume titrasi larutan basa dan garam dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut asidimetri (Harjadi, 1986). Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah basa yang ada. Penentuan konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan asam dan garam dari basa lemah dengan larutan baku basa disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat ekivalen secara kimia ditentukan dengan jumlah asam yang ada (Harjadi, 1986).

-

Cara Mengetahui Titik Ekivalen Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu: 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen 2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. (Khopkar,1990)

-

Indikator Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen (Bassett, 1991). Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin (Bassett, 1991). Pemilihan indikator sangat menentukan titik akhir titrasi. Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk flouresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar,1990). Tabel indikator yang biasa digunakan dalam asidi-alkalimetri

Indikator Kuning metil Biru bromfenol Jingga metal Hijau bromkresol Merah metal Ungu bromkresol Biru bromtimol Merah fenol Merah kresol Biru timol Fenolftalein Timolftalein

Trayek pH 2,4 4,0 3,0 4,0 3,1 4,1 3,8 5,4 4,2 6,3 5,2 6,8 6,1 7,6 6,8 8,4 7,2 8,8 8,0 9,3 8,2 10,0 9,3 10,5

Warna Asam Merah Kuning jingga Kuning Merah Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Tak berwarna Tak berwarna Basa Kuning Biru Metil Biru Kuning Ungu Biru Merah Merah Biru Merah Biru (Gandjar,2010)

Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein (pp) dalam keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna (colorless) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi (dalam larutan basa). Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda (Anonim, 2009) .

-

Larutan Baku Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu: 1. Larutan baku primer Suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer : mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah 2. Larutan baku sekunder Suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan larutannya relatif stabil dalam penyimpanan MONOGRAFI BAHAN 1. Natrium Hidroksida (NaOH) Berfungsi sebagai larutan standar untuk mentritrasi sampel ibuprofen. Sifat Fisika : Densitas dan fase : 2.100 g cm3, cairan Titik lebur : 318 C Titik didih : 1390 C Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna (Basset, 1994)

Sifat kimia : NaOH sangat mudah menyerap gas CO2 Senyawa ini sangat mudah larut dalam air Merupakan larutan basa kuat

-

Sangat korosif terhadap jaringan Organik Tidak Berbau (Mulyono, 2006)

2. Asam oksalat (C2H2O4) Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Larutan ini dipakai dalam pembakuan larutan standar sekunder NaOH, dimana asam oksalat merupakan larutan standar primer. Asam dikarboksilat ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor (Mulyono, 2006). Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan (Mulyono, 2006).

3. Aquades (H2O) Berfungsi sebagai pelarut kristal NaOH Sifat fisika : Massa molar : 18.0153 g/mol Densitas dan fase : 0.998 g/cm, cairan 0.92 g/cm, padatan Titik lebur : 0 C (273.15 K) (32 F) Titik didih : 100 C (373.15 K) (212 F) Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau

Sifat Kimia Air : Pelarut yang baik Memiliki pH 7 (netral) Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat Lebih bersifat reduktor daripada oksidator Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah. (Mulyono, 2006)

4. Indikator Phenolpthalein

Indikator Phenolphtalein (PP) berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen). Rumus molekulnya yaitu C20H14O4. Padatan Kristal tak berwarna dengan massa jenis : 1,227. Indikator ini berbentuk larutan dan merupakan asam lemah yang dapat larut dalam air. Trayek pH 8,2 10. Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indicator (Mulyono, 2006). Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 2002). PERCOBAAN Sebelum dalam menentukan kadar suatu obat, pertama kali yang dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian dilakukan pembuatan suatu larutan standar. Hal ini merupakan proses dimana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat. Suatu larutan standar terkadang dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang volumenya diukur secara akurat (Day, 2002). Larutan baku pada percobaan ini adalah larutan NaOH. Larutan NaOH mudah teroksidasi di udara yang menyebabkan perubahan kepekatannya. Oleh karena itu, dalam menimbang NaOH sebanyak 4 gram (sesuai perhitungan) dilakukan dalam botol timbang. Kemudian ditambahkan aquades hingga 1000 ml dalam labu volum dan kocok hingga homogen dan akan menghasilkan larutan NaOH 0,1 N. Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder sehingga diperlukan proses pembakuan. Larutan baku NaOH 0,1 N ditentukan kembali kepekatan (konsentrasi) yang sebenarnya dengan titrasi asam basa (Day, 2002). Pembakuan NaOH 0,1 N dilakukan mula-mula dengan menimbang 0,45 gram asam oksalat (C2H2O4) lalu dilarutkan dengan aquades ke dalam labu ukur hingga 50 ml, dikocok hingga homogen. Kemudian larutan dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambah 3 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi langsung dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda. Terjadi reaksi sebagai berikut : C2H2O4.2H2O + NaOH C2NaHO4.2H2O + H2O Pembakuan NaOH dilakukan sebanyak tiga kali, didapatkan normalitas sebesar 0,102 N; 0,098 N; 0,101 N. Maka didapat rata-rata normalitas NaOH sebesar 0,1

N. Konsentrasi NaOH ini digunakan untuk menentukan kadar ibuprofen. Pembakuan dilakukan karena konsentrasi larutan NaOH dapat berubah disebabkan karena larutan NaOH mudah teroksidasi dalam udara sehingga larutan NaOH perlu distandarisasi. Perubahan warna tersebut khusus untuk indikator fenolftalein yang berwarna merah muda dalam bentuk basa dan dalam bentuk asamnya tidak berwarna dengan kisaran pH 8,3 sampai 10,10. Dalam suatu larutan indikator membentuk kesetimbangan : H2O + HIn H3O+ + In (Bird, 1993)

Perubahan warna larutan yang dititrasi menandakan larutan titran (basa) yang ditambahkan sudah melebihi titik ekivalen, yaitu titik dimana jumlah ekivalen basa sama dengan jumlah ekivalen asam (asam dan basanya sudah bereaksi dengan tepat). Indikator fenolftalein sangat peka terhadap perpindahan proton dengan menunjukan perubahan warna yang tajam. Indikator ini sukar larut dalam air, tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang tidak berwarna. Lepasnya proton pertama dari molekul fenolptalein tidak banyak mengubah kerangka molekulnya. Tetapi lepasnya proton kedua menyebabkan perubahan besar pada molekulnya (Rivai, 1995). Penetapan kadar ibuprofen suspensi dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 ml dengan pipet ukur kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan dilakukan titrasi. Sebelum dititrasi, ditetesi indicator fenolftalein terlebih dahulu. Titrasi dihentikan hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna sampai berwarna merah muda. Penetapan kadar dilakukan sebanyak 3 kali. Adapun reaksinya adalah,

+

NaOH

+

H2O

HASIL Dari percobaan telah didapat kadar ibuprofen dalam sirup tersebut sebesar 2,78 % b/v; 2,68% b/v; dan 2,22% b/v. Rata-rata kadar yang diperoleh sebesar 2,56% b/v. Hasil perhitungan kadar tersebut berbeda namun hampir mendekati dengan kadar yang seharusnya seperti yang tertera pada kemasan yaitu 2 % b/v, yang mana tertera bahwa setiap 5 ml suspensi mengandung 100 mg ibuprofen, pengambilan sampel yang akan diukur = 10 ml, maka sampel tersebut bila disesuaikan dengan kadar yang tertera dalam kemasan adalah :

(

)

x

100 mg

= 200 mg

Kita ubah ke dalam bentuk persen : = = 2 % b/v

Hasil pengukuran kadar ibuprofen yang dilakukan pada percobaan kami masih bisa diterima sesuai dengan perhitungan dan masih dalam batas wajar, dimana simpangan hasilnya pun tidak terlalu besar. Adapun faktor yang mempengaruhi berlebihnya kadar yang didapat adalah terutama faktor dari praktikan itu sendiri. Kurangnya ketelitian dalam membaca skala buret maupun perbedaan pengamatan dalam hal menentukan titik akhir. Selain itu juga kesalahan dapat berasal dari sampel yang digunakan, dimana dalam sampel terdapat partikel-partikel yang dapat mengganggu analisis.

VII.

KESIMPULAN Pengukuran kadar ibuprofen dalam sirup dilakukan dengan metode analisis titrasi alkalimetri. Metode ini sesuai dengan kondisi sampel yaitu ibuprofen bersifat asam. Pengukuran dengan metode ini dapat dikatakan berhasil karena hasil yang didapat mendekati kadar yang tertera dalam kemasan sampel. Kadar sampel yang tertera adalah 2 %, dan hasil dari percobaan yang kami lakukan adalah 2,56 %.

VIII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Titrasi Asidi Alkalimetri. http://www.anehnie.com/2009/07/larutanbaku.html. Diakses tanggal 08 Desember 2011. Bassett, J. dkk. 1991. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Gramedia, Jakarta. Day, RA dan A.L Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta. Gandjar, I.G. dan A. Rohman. 2010. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara, Jakarta Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta. Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Ui-press, Jakarta. Lentinen, H.A dan W.E. Harris.1975. Chemical Analysis : An Advanced Text And Reference. McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo. Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-press, Jakarta.

IX.

LAMPIRAN

a. Hasil pembakuan NaOH 0,1 N

Gambar 1. Dari kiri ke kanan (Pembakuan 1, Pembakuan 2, dan Pembakuan 3) merupakan hasil pembakuan NaOH oleh Asam Oksalat

b. Pengukuran Kadar Sirup Ibuprofen

Gambar 2. Dari kiri ke kanan (Sampel 1, Sampel 2, dan Sampel 3) merupakan hasil pengukuran kadar ibuprofen dalam sirup. Sampel yang telah dititrasi berwarna merah muda lama kelamaan akan berubah kembali ke warna asalnya yaitu larutan putih