laporan akhir do meter fix print semangat

Upload: tio-nugroho

Post on 09-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan do meter

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dissolved Oxygen(DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Cara mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO (Dissolved Oxygen), maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi (Hutagalung, 1985).Sumber oksigen terlarut dalam air adalah udara melalui difusi dan agitasi air, fotosintesis oleh makhluk hidup dalam air. Air yang mengalir memiliki kandungan oksigen yang cukup karena gerakannya menjamin berlangsungnya difusi antara udara dan air. Apabila ada pencemaran pada air, oksigen terlarut digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan pencemar tersebut.Pengurangan oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh respirasi organisme, menguraikan zat organik oleh mikroorganisme. Pelepasan oksigen terlarut secara otomatis dipengaruhi oleh reduksi gas lain, suhu, dan derajat kejenuhan. Pengukuran DO dapat melalui dua cara, yaitu metode Winkler dan DO meter.1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum pengukuran oksigen terlarut metode Winkler adalah :1. Bagaimana cara menganalisis DO dengan metode Winkler dan DO Meter?2. Besar DO dengan menggunakan winkler dan DO meter untuk mengetahuikandungan DO dalam air kran di laboratorium 226?3. Apa fungsi reagen yang digunakan dalam metode Winkler?1.3TujuanTujuan dari praktikum pengukuran oksigen terlarut metode Winkler untuk :1. Dapat melakukan analisis DO dengan metode Winkler dan DO Meter.2. Dapat mengetahui kandungan DO dalam air kran laboratorium 226 FST.

3. Mengetahui fungsi reagen yang digunakan dalam metode Winkler.1.4 Hipotesis

Hipotesis KerjaSemakin tinggi kandungan DO dalam suatu sampel, maka semakin baik kualitas air. Sebaliknya, semakin rendah kandungan DO dalam suatu sampel, maka kualitas air semakin menurun.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianOksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)Kandungan oksigen di dalam air merupakan salah satu faktor terpenting untuk kelangsungan hidup organisme dalam air. Oksigen dalam air diperoleh dari beberapa proses penting, antara lain aktivitas fotosintesis fitoplankton, difusi dan agitasi air. Oksigen yang dihasilkan organisme ini berupa oksigen terlarut yang disebut Dissolved Oxygen (DO). Kandungan DO dalam air dapat berkurang karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan perombakan bahan organik (Hutagalung, 1985). Besarnya oksigen yang berkurang tersebut dapat dihitung dengan melakukan uji Biochemical Oxygen Demand (BOD).

Kekurangan oksigen dapat dialami karena terhalangnya difusi akibat stratifikasi salinitas yang terjadi. Rendahnya kandungan DO dalam air berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan jika tidak ada DO sama sekali mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik dengan bau busuk dan permasalahan estetika (Hutagalung, 1985).Oksigen dalam air yang mengalir umumnya tercukupi karena gerakannya menjamin berlangsungnya difusi antara udara dan air. Bila pencemaran organik pada badan air, DO tersebut digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan pencemar organik tersebut. Komposisi populasi hewan dalam air sangat erat hubungannya dengan kandungan oksigen. Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar atau tawar berkisar dari 14,6 mg/liter pada suhu 0o C hingga 7,1 mg/liter pada suhu 35o C pada tekanan satu atmosfer (Canter, 1977).2.2Analisis Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) dengan Metode Winklerdan DO meter2.2.1 Metode Winkler

Metode Winkler adalah metode pengukuran kandungan oksigen terlarut dengan cara titrasi iodometri menggunakan reagen. Fungsi dari reagen adalah memunculkan karakteristik suatu zat yang terdapat dalam sampel yang di analisa. Reagen yang digunakan dalam metode Winkler adalah MnSO4 , NaOH + KI, H2SO4 pekat, dan amilum. Fungsi menambahkan MnSO4 adalah untuk membentuk endapan MnO4 pada sampel, NaOH + KI adalah untuk memunculkan senyawa iodium pada sampel, H2SO4 pekat untuk melarutkan endapan, dan amilum untuk mendeteksi adanya iodium dalam sampel. Sampel yang dianalisis ditambah larutan MnSO4 dan NaOH atau KI terlebih dahulu, sehingga akan terbentuk endapan MnO2. Penambahkan H2SO4 atan HCl akan membuat endapan yang terbentuk larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekuivalen dengan DO. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut (Hutagalung, 1985) :MnSO4 + NaOH ( Mn(OH)2 + Na2SO4

Mn(OH)2 + O2( 2 MnO2 + 2 H2OMnO2 + 2 KI + 2 H2O ( Mn(OH)2 + I2 + 2 KOHI2 + 2 Na2S2O3( Na2S4O6 + 2 NaIKelebihan metode Winkler dalam menganalisis Dissolved Oxygen (DO), yaitu dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang akurat. Kelemahan metode Winkler dalam menganalisis Dissolved Oxygen (DO) adalah penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus I2 karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula dan proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan I2 mudah menguap (Anonim1, 2010).2.2.2 DO meter

DO meter adalah alat digital yang digunakan untuk mengukur kandungan oksigen terlarut di dalam air dengan satuan ppm atau mgO2/L. Hasil yang ditunjukkan oleh DO meter lebih akurat dari pada metode Winkler karena DO meter dapat menunjukkan hasil pengukuran sampai beberapa digit angka di belakang koma. Kelemahan dari DO meter adalah harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasi hasil pengukuran.Berdasarkanpengalamandilapangan, penentuan oksigen terlarut dengancaratitrasilebihdianjurkanuntuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Hariyanto1, 2008).Cara menggunakan DO meter cukup mudah yaitu dengan menyiapkan sampel air yang akan diuji kandungan DO, lalu menghubungkan elektroda ke konektor dan membilas elektroda dengan akuades terlebih dahulu. DO meter dinyalakan dengan menekan tombol ON/OFF, tunggu beberapa detik sampai muncul angka pada layar dan tekan tombol CAL. Setelah itu tekan tombol RANGE setelah menunggu beberapa saat dan hasil pengukuran DO meter bisa dicatat (Hariyanto2, 2008).2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Dissolved Oxygen(DO)2.3.1 Suhu

Suhu air adalah pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang diakibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).2.3.2 Kecepatan ArusArus air adalah suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan arus tergantung kemiringan dasar, lebar, kedalaman sungai dan debit air. Arus yang cukup tinggi akan memaksa organisme yang hidup di dalamnya melakukan adaptasi untuk dapat bertahan sehingga pada perairan yang berarus cepat mempunyai karakteristik tertentu dengan bentuk organisme yang biasa berada di air yang tergenang. Umumnya kandungan DO pada perairan berarus deras cukup tinggi (Burhan, 2003).2.3.3 Kekeruhan air (Turbiditas)

Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Nephelometric Turbidity Unit (NTU), dimana 1 NTU sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Turbiditas dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, disebabkan oleh bahan koloid dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Turbiditas dalam sungai yang mengalir, disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut rendah. Selain itu, turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya jika turbiditas meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas desinfeksi berkurang. Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material alamiah atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan (Canter, L.W., 1977).2.2.4 pH air

pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2, namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau di atas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (iCLEAN, 2007).

Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan karbondioksida dalam air. Pada siang hari jika oksigen naik akibat fotosintesis fitoplankton, maka pH juga naik. Jika pH kurang dari 7, ini berarti tambak atau kolam banyak mengandung bahan organik. Kestabilan pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air, mempengaruhi ketersediaan unsur P dalam air dan mempengaruhi daya racun amoniak dan H2S dalam air (Subarijanti, 2005).2.3 Alat yang digunakan

2.3.1 Buret dan botol WinklerBuret dan botol winkler adalah serangkaian alat yang digunakan untuk mengukur oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen dengan metode titrasi. Ketelitian buret 0.05 cm3 . Buret digunakan sebagai penitran sampel air yang diuji kandungan oksigen terlarutnya, sedangkan botol Winkler digunakan untuk mengambil air sampel (Subarijanti, 2005).2.3.2 DO MeterDO meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur oksigen terlarut dengan metode digital. DO meter memiki ketelitian sampai beberapa angka di belakang koma, tetapi DO meter harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil yang ditunjukkan lebih akurat. DO meter dapat digunakan untuk memperoleh hasil yang cepat dan akurat (Subarijanti, 2005).(Halaman ini sengaja dikosongkan)BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Ruang 226 Fakultas Sains danTeknologi, Kampus C Universitas Airlangga (koordinat : 715'56.2"S 11247'01.5"E) ketika musim panas.

3.1.2 Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Maret 2014, pada pukul 10.50 12.20 WIB.3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum pengukuran oksigen terlarut yaitu buret, botol Winkler, DO meter, gelas ukur, gelas beaker, erlenmeyer, dan statif.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran oksigen terlarut metode Winkler yaitu MnSO4, NaOH-KI, Na2S2O3 0,025 N, H2SO4, larutan kanji atau amilum, dan sampel air kran laboratorium 226.3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara Mengukur Oksigen Terlarut dengan Menggunakan DO MeterPertama yang dilakukan, yaitu mengambil 50 ml sampel air pada gelas beaker, kemudian menyalakan tombol ON/OFF dan mengkalibrasinya terlebih dahulu. Jika DO meter benar-benar siap digunakan, elektroda dicelupkan ke dalam sampel kemudian menekan tombol CAL setelah muncul angka pada layar. DO meter ditunggu sampai sekitar 1 menit, kemudian tekan tombol RANGE. Hasil pengukuran kemudian dicatat setelah angka yang muncul benar-benar stabil. Cara mengukur DO dengan DO meter dapat dilihat pada lampiran 1.

3.3.2 Cara Menggunakan Oksigen Terlarut dengan Menggunakan Metode WinklerPertama mengambil sampel yang dimasukkan ke dalam botol Winkler 250 mL dan memastikan tidak terjadi aerasi. Sampel yang ada di botol Winkler ditambah 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL NaOH+KI kemudian di homogenkan dan di endapkan selama 10 menit. Larutan yang telah endapkan ditambah dengan 2 mL H2SO4 kemudian dihomogenkan kembali sampai gumpalannya hilang dan berwarna coklat jernih. Larutan kemudian dititrasi sampai berwarna putih jernih, setelah itu ditetesi amilum sampai warna biru pertama dan dititrasi kembali sampai warnanya kembali putih jernih. Cara mengukur DO menggunakan metode Winkler dapat dilihat pada lampiran 2.BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan kandungan oksigen terlarut dari sampel air kran laboratorium ruang 226 FST Universitas Airlangga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Data hasil pengamatan dengan metode WinklerNo.Pengamatan Hasil pengamatan

Pengamatan 1Pengamatan 2

1Volume titran natrium tiosulfat (VN2S2O3)2,4 mL1,1 mL

2Normalitas larutan natrium tiosulfat (N)0,025 N0,025 N

3Volume botol winkler250 mL250 mL

4Jumlah sampel yang dititrasi50 mL50 mL

5Rata-rata75,61 mL75,281 mL

Tabel 2. Data hasil pengamatan dengan DO meter

Pengamatan DO Meter Ke-1Pengamatan DO Meter Ke-2

10,81 ppm11,06 ppm

4.2.2 Analisis Data

Berikut ini adalah hasil analisis data yang diperoleh dalam ppm :

Pada pengamatan pertama :

OT1 (Oksigen terlarut) == = = 9,67 ppm

OT2 (Oksigen terlarut) == = = 4,43 ppm

Jadi, rata-rata kandungan DO pada air kran laboratorium 226 FST yaitu :

Rata-rata= = = 7,05 ppm4.2.3 PembahasanPraktikum kali ini akan mengukur kandungan oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dalam air dengan dua metode. Metode pertama adalah menggunakan DO meter. DO meter adalah alat digital yang digunakan untuk mengukur DO secara cepat dan akurat setelah dikalibrasi dahulu. Prosedur pertama yang dilakukan yaitu mengambil 50 mL sampel air pada gelas beaker, kemudian menyalakan tombol ON/OFF dan mengkalibrasinya terlebih dahulu. Jika DO meter benar-benar siap digunakan, elektroda dicelupkan ke dalam sampel kemudian menekan tombol CAL setelah muncul angka pada layar. DO meter ditunggu sampai sekitar 1 menit, kemudian tekan tombol RANGE. Hasil pengukuran kemudian dicatat setelah angka yang muncul benar-benar stabil. Terus hasilnya? belomMetode kedua adalah metode Winkler. Metode Winkler diciptakan oleh Clemens Alexander Winkler. Metode ini menggunakan prinsip titrasi iodometri karena melibatkan iodium dalam reaksinya. Metode Winkler memerlukan beberapa reagen untuk mengukur kandungan DO. Reagen-reagennya antara lain MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, dan larutan kanji atau amilum. MnSO4 (Mangan II Sulfat) berfungsi untuk mengikat oksigen dalam sampel yang diuji kandungan DO nya. NaOH+KI berfungsi membuat gumpalan-gumpalan dalam air yang nantinya gumpalan itu akan dilarutkan oleh H2SO4. Selain itu, fungsi H2SO4 adalah membebaskan senyawa iodium yang ekivalen dengan oksigen. Reagen terakhir yaitu larutan kanji atau amilum yang berfungsi mengindikasi adanya iodium dalam kandungan sampel. Metode Winkler mempunyai prosedur kerja yang lebih rumit dari pada DO meter. Prosedur pertama dalam menggunakan metode Winkler yaitu mengambil sampel air yang akan diuji kandungan DO nya sebanyak 250 mL dalam botol Winkler dan memastikan bahwa tidak terjadi aerasi. Aerasi yaitu air yang mengandung oksigen. Tau darimana? Sampel yang digunakan pada praktikum yaitu air kran laboratorium 226. Sampel air yang diambil kemudian ditambahkan 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL NaOH+KI, lalu ditutup untuk dihomogenkan selama 10 menit. Larutan yang telah dihomogenkan akan membentuk gumpalan-gumpalan karena bereaksi dengan NaOH+KI. Gumpalan-gumpalan tersebut diendapkan selama 10 menit. Larutan yang talah benar-benar mengendap dicampur dengan H2SO4 sebanyak 2 mL dan ditutup untuk dihomogenkan lagi. Tujuan dari penghomogenan ini yaitu gumpalan-gumpalan tersebut dapat larut dan larutan berubah warna menjadi coklat bening. Selanjutnya, supernatan diambil 50 mL dengan gelas ukur dan dituang ke dalam erlenmeyer. Supernatan dititrasi dengan larutan natirium tiosulfat (Na2S2O3) sampai tepat bening pertama, lalu ditambahkan indikator amilum sampai warna biru pertama. Terakhir larutan dititrasi lagi sampai bening pertama dan volume cairan titrasi dicatat, sehingga diketahui bahwa kandungan oksigen terlarut pada air kran laboratorium 226 yaitu sebesar 7,05 ppm.Reaksi yang digunakan dalam penggunaan metode Winkler yang dihasilkan oleh reagen-reagen yang digunakan adalah sebagai berikut :MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O

MnO2 + KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 SO32- S4O6- + 2I

Kandungan DO dapat dihitung dengan menggunaan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

V = volume cairan titrasi

N = normalitas cairan titrasi

F = V= volume botol Winkler (250 mL)

Metode Winkler dan DO meter mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Keuntungan metode Winkler yaitu hasil yang diperoleh lebih akurat jika dilakukan sesuai prosedur dan standarisasi yang tepat, sedangkan pada DO meter kalibrasi akan sangat menentukan dalam keakuratan hasil pengukuran. Suhu dan salinitas juga sangat berpengaruh terhadap DO meter, dengan menggunakan DO meter pengukuran kandungan DO lebih cepat dan akurat. Keduanya juga memiliki kekurangan dan didominasi oleh pengukuran menggunakan metode Winkler, antara lain yaitu penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus I2karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula dan proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin karena I2mudah menguap, sedangkan kelemahan pada DO meter adalah pada kalibrasinya yang harus dilakukan secara tepat karena jika tidak, hasil pengukuran tidak akan akurat.Faktor yang mempengaruhi pengukuran oksigen terlarut pada pengamatan ke-1 dan ke-2 antara lain yaitu pengambilan sampel. Pengambilan sampel air hendaknya dilakukan dengan pelan-pelan dan memastikan bahwa tidak terjadi aerasi dan tempat sampel hendaknya dibilas 2-3 kali dengan air sampel karena air pembilas ini akan melarutkan oksigen atmosferik yang terdapat dalam botol. Ketika air pembilas di buang, sejumlah kecil air pembilas masih tetap tertinggal dalam botol. Air yang tertinggal ini jenuh dengan oksigen atmosferik. Oleh karena itu pembilasan botol akan menghasilkan kesalahan positif (Hutagalung, 1985).Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, bab III pasal 7 menyebutkan bahwa ada empat golongan air menurut peruntukannya, yaitu: Air golongan A, adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan lebih dulu; Air golongan B, adalah air yang dapat digunakan sebagai air baku batas aku/tio ngerjain selanjutnya purnomo. air minum; Air golongan C, adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; dan Air golongan D, adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan 10 pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air pada golongan A memiliki batas minimum DO 6 mg/L, air pada golongan B memiliki batas minimum DO 4 mg/L, air pada golongan C memiliki batas minimum DO 3 mg/L, dan air pada golongan D memiliki batas minimum DO 0 mg/L. Dibandingkan dengan hasil pada pengamatan DO pada air kran laboratorium ruang 226, maka air kran tersebut termasuk pada golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu karena air kran tersebut memiliki DO sebesar 7,05 ppm. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dapat dilihat pada lampiran 3, dan kriteria mutu air dapat dilihat pada lampiran 4.(Halaman ini sengaja dikosongkan)

BAB VKESIMPULANBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Cara mengukur kandungan oksigen terlarut menggunakan metode Winkler yaitu pertama mengambil sampel yang dimasukkan ke dalam botol Winkler 250 mL dan memastikan tidak ada aerasi yang masuk. Sampel yang ada di botol Winkler ditambah 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL NaOH+KI kemudian di homogenkan dan di endapkan selama 10 menit. Larutan yang telah endapkan ditambah dengan 2 mL H2SO4 kemudian dihomogenkan kembali sampai gumpalannya hilang dan berwarna coklat jernih. Larutan kemudian dititrasi sampai berwarna putih jernih, setelah itu ditetesi amilum sampai warna biru pertama dan dititrasi kembali sampai warnanya kembali putih jernih, sedangkandengan menggunakan DO meter, pertama yang dilakukan yaitu mengambil 50 mL sampel air pada gelas beaker, kemudian menyalakan tombol ON/OFF dan mengkalibrasinya terlebih dahulu. Jika DO meter benar-benar siap digunakan, elektroda dicelupkan ke dalam sampel kemudian menekan tombol CAL setelah muncul angka pada layar. DO meter ditunggu sampai sekitar 1 menit, kemudian tekan tombol RANGE. Hasil pengukuran kemudian dicatat setelah angka yang muncul benar-benar stabil.

2. Oksigen terlarut pada air kran laboratorium 226 yaitu 7,05 ppm.

3. Fungsi reagen MnSO4 (Mangan II Sulfat) yaitu untuk mengikat oksigen dalam sampel yang diuji. NaOH+KI berfungsi membuat gumpalan-gumpalan dalam air. Gumpalan itu akan dilarutkan oleh H2SO4. Fungsi H2SO4 adalah membebaskan senyawa iodium yang ekivalen dengan oksigen, sedangkan larutan kanji atau amilum berfungsi mengindikasi adanya iodium dalam kandungan sampel.

(Halaman ini sengaja dikosongkan)DAFTAR PUSTAKAAnonim1. 2010. Pencemaran Air. Medan : USU

Barus, T.A. 1996. Metodologi Ekologis Untuk Menilai Kualitas Perairan Lotik. Jurusan biologi. FMIPA. USU.Burhan, Latief. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Surabaya : Airlangga University Press.Canter, L.W,. dan Soemarno.1977. Beberapa Parameter Kualitas Sumberdaya Air. Malang : Universitas Brawijaya.Harianto, S., Irawan, B, dan Soedarti, T. 2008. Teori dan Praktek Ekologi. Surabaya : Airlangga University Press.

Hutagalung, Horas P., Abdul rozak, dan Irman Lutan. 1985. Beberapa Catatan Tentang Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut Berdasarkan Metode Winkler. Oseana, volume X, nomor 4: 138-149. www.oseanografi.lipi.go.id. Diakses pada 27 Maret 2014.iCLEAN. 2007. pH. http://www.mysaltz.net. Diakses tanggal 15 Juni 2013.

Irianto Koes. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid II. Bandung :

Yrama Widya; 2006. Halaman 171.Subarijanti, H. U. 2005. Pemupukan dan Kesuburan Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Lampiran 1. Cara mengukur oksigen terlarut dalam air kran laboratoriumPengamatanKeterangan

Masukkan sampel ke dalam gelas ukur dan pastikan tidak ada aerasi yang masuk.

Hubungkan elektroda ke konektornya

Nyalakan DO meter dengan menekan tombol ON/OFFhingga muncul angka pada layar, lalu tekan tombol CAL

Tunggu beberapa saat, lalu tekan tombol RANGE. Catat hasinya setelah angka stabil

Gambar 1. Prosedur penggunaan DO meter

Dimasukkan ke dalam wadah

Elektroda dihubungkan ke konektor

DO meter dinyalakan dengan menekan tombol ON/OFF Ditunggu hingga beberapa menit hingga muncul angka pada lavar

Menekan tombol CAL Menekan tombol RANGE Angka yang muncul pada DO meter dicatat

DO meter dimatikan dengan menekan tombol ON/OF

Lampiran 2. Cara mengukur oksigen terlarut metode Winkler

PengamatanKeterangan

Mengisi tabung Winkler sampai penuh (250 ml) dan pastikan tidak ada aerasi yang masuk

Menambahkan 1 ml MnSO4

Menambahkan 1 ml NaOH-KI

Botol Winkler ditutup kemudian dihomogenkan 10 menit sampai larutan berwarna coklat dan terbentuk gumpalan

Endapkan larutan selama 10 menit atau sampai benar-benar mengendap

Menambahkan 2 ml H2SO4

Larutan dihomogenkan sampai gumpalannya hilang atau sampai larutan berwarna coklat jernih

50 ml sampel yang telah dihomogenkan di masukkan ke dalam erlenmeyer

Dititrasi dengan Na2S2O3sedikit demi sedikit sambil dikocok sampai warnanya bening. Sebelum dan sesudah titrasi catat tinggi larutan Na2S2O3pada buret

Menetesi larutan dengan amilum sampai warna biru pertama

Larutan dititrasi lagi dengan Na2S2O3sampai warnanya kembali putih jernih dan catat hasil yang ditunjukkan oleh buret

Gambar 2. Prosedur pengukuran oksigen terlarut metode Winkler

Dimasukkan ke dalam botol Winkler sebanyak 250 ml.

Ditambah 1 ml MnSO4.

Ditambah 1 ml NaOH + KI.

Botol Winkler ditutup dan dihomogenkan.

Gumpalan diendapkan selama 10 menit.

Ditambahkan 2 ml H2SO4.

Botol Winkler ditutup dan dihomogenkan.

Supernatan diambil 50 ml.

Dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.

Dititrasi dengan Na2S2O3.

Ditetetsi amilum hingga warna biru pertama.

Dititrasi dengan Na2S2O3.

Lampiran 3. Peraturan Pemerintah Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran AirPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 82 TAHUN 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIRBAB II

PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Bagian Pertama

Wewenang

Pasal 5

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas

batas negara.(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas air lintas

Kabupaten/Kota.(3) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di

Kabupaten/Kota.

Pasal 6

Pemerintah dalam melakukan pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat menugaskan Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Pendayagunaan Air

Pasal 7

(1) Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota menyusun rencana pendayagunaan air.

(2) Dalam merencanakan pendayagunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memperhatikan fungsi ekonomis dan fungsi ekologis, nilai-nilai agama serta adat istiadat yang hidup dalam masyarakat setempat.

(3) Rencana pendayagunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi potensi pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitas dan atau fungsi ekologis.

Bagian Ketiga

Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air

Pasal 8

(1) Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(2) Kriteria mutu air dari setiap kelas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.

Lampiran 4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Sampel

Hasil

Sampel

Gumpalan cokelat

Endapan larut

Biru bening

Hasil: jernih

15