bab iv yusri.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan
(Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan
mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut
merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi
dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies dentis kemudian diikuti
oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002).3
Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit tersebut
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal,
infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak
dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit yang
tersebar di seluruh dunia.1
Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health,
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral
secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun
sebesar 50% dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 60-90%. Berdasarkan laporan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI terdapat 70% penduduk menderita karies aktif
pada tahun 1990, selanjunta pada tahun 2003 mencapai 90%. Jika dilihat dari kelompok umur,
persentase karies dentis aktifnya pada kelompok umur 10-24 tahun adalah 66,8 – 69,5%, umur
45-64 tahun 53,3% dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8%. Hal tersebut menunjukkan
karies dentis aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif. 1-3
Karies dentis memiliki etiologi yang multifaktor yang terdiri atas interaksi tiga faktor
utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan substrat
(diet karbohidrat), dan faktor ke empat adalah waktu. Selain faktor yang ada di dalam mulut
yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang
merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies antara lain jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi. Tingginya prevalensi karies gigi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Bahar (2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat
mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat
mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan
mulut yang buruk (Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001
menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah, sebagian
besar penduduk Indonesia (61,5%) menggosok gigi kurang sesuai dengan anjuran program
menyikat gigi, yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menggosok gigi
(Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 1-3
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Selain itu, populasi anak
sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40-50%. Oleh sebab itu promosi atau
pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan
di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah. Pelaksanaan program UKS dilaksanakan pada semua
SD Negeri/Swasta yang ada (Notoadmodjo, 2005).1,2
Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut
anak akan meninggalkan sekolah dasar dan di banyak negara, usia tersebut merupakan kelompok
yang mudah dijangkau melalui sistem UKS, dan pada usia tersebut anak dapat lebih mudah
diajak berkomunikasi. Menurut SKRT (2001), prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12
tahun sebesar 44% dan indeks Decay, Missing, Filled Teeth (DMFT) pada usia ini sebesar 1,1.
Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks
DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004). Karies dentis banyak menyerang anak-anak maupun
dewasa, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Anak usia sekolah dasar, yaitu usia 6-12 tahun
merupakan kelompok usia rentan yang perlu mendapatkan perhatian karena pada periode
tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk,
2005). 1,3
Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat diukur
dengan menggunakan indeks DMFT. Indeks itu digunakan untuk melihat keadan gigi seseorang
yang pernah mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar (Missing), dan
tambalan (Filled) pada gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya penyebaran karies
yang kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal).1
Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI Jakarta jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta
sebanyak 2. 244 buah dengan jumlah peserta didik mencapai 670. 599 murid. Berdasarkan data tersebut
wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah SD terbanyak dengan jumlah peserta didik mencapai 306.482
murid dan salah satu SD yang terletak di Jakarta Timur adalah SDN 01 Pagi Cijantung. Berdasarkan data
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku
menggosok gigi murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies dentis di SDN 01 Pagi Cijantung
Jakarta Timur.1
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu:
berapa banyak kejadian karies dentis dan apakah ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku
menggosok gigi terhadap kejadian karies dentis pada murid SD kelas IV dan V di SDN 01 Pagi
Cijantung Jakarta Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang kejadian karies dentis dan
beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian karies dentis tersebut pada murid SD kelas IV
dan V di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
b. Tujuan khusus
Mendapatkan data kejadian karies dentis
Mendapatkan data tentang pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
Mendapatkan data tentang perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
Menganalisis hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Menganalisis hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berkaitan dengan kesehatan
gigi dan mulut.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies gigi di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
Memberi masukan tentang kejadian karies dentis serta hubungannya dengan pengetahuan
dan perilaku murid sekolah yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat
menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun program usaha kesehatan sekolah (UKS).
b. Bagi Mahasiswa Kedokteran.
Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa kedokteran tentang kesehatan
masyarakat berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Karies Dentis
Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson
(1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan
oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies
merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal,
1992; Wilkins, 2005).
WHO mendefenisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic process
of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of
a caviti” (Wilkins, 2005).
2. Etiologi
Karies gigi memiliki etiologi multifaktor, yaitu ada interaksi tiga faktor utama
(mikroorganisme (plak), substrat (diet karbohidrat), host (gigi dan saliva)) dan waktu sebagai
faktor ke empat.
Gambar 1. Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.
a. Host (gigi dan saliva)
Struktur anatomi dari gigi terdiri atas lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan
dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam proses
terjadinya karies. Permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan terjadinya
karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang mengandung
bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu, bagian gigi yang
memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal, 1992). Peran
saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva mampu meremineralisasi
karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan
saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi PH
dalam mulut. Oleh karena itu, jika sekresi saliva berkurang akibatnya karies akan tidak
terkendali (Kidd & Bechal, 1992). Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada
jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung
dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan fluor tersebut di
dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar
fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam, akan tetapi
tersedianya fluor di sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses
remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses demineralisasi.
b. Substrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung
terlibat dalam penurunan pH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam bagi
mikroorganisme dengan sintesis polisakarida ekstrasel. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak
dan karbohidrat yang menempel gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang
kompleks, misalnya pati (polisakrida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara
sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti
gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga
makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat
sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama
beberapa waktu, untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh
karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di
bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.
Gambar 2. Tahapan terbentuknya karies dentis
c. Mikroorganisme
Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang merupakan
komunitas kompleks. Struktur dari komunitas tersebut terdiri atas suatu massa yang berupa
matriks lengket dan kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel mikroorganisme dan
menempel pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut
merupakan bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan
berkembang biak membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini yang disebut sebagai plak
gigi (Burnett, GW, 1980). Kolonisiasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor
etiologi kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi (Axelsson, 1999). Menurut
Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin,
sisa–sisa sel jaringan mulut, leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak
merupakan awal terjadinya karies gigi.
Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-produknya, yang
terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar di rongga
mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel
terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah
penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri
tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme
tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan
mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & Bechal, 1992)
d. Waktu
Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis, sebab lesi terjadi setelah beberapa
bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam
lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,
melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang
baik untuk menghentikan penyakt ini.
3. Klasifikasi
Status karies gigi atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil pengukuran dengan
menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T merupakan
indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk melihat keadaan
gigi seseorang yang mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar
yang akan dicabut (Missing) dan tambalan baik (Filled) yang disebabkan oleh penyakit
karies dan merupakan penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks ini digunakan untuk
mengukur keadaan pada gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil indeks DMF-T semakin
baik, dengan rumus :
ΣDMFT-T = D + M + F
DMF-T rata-rata = Σ DMF-T/N
D = Decayed (gigi berlubang)
M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)
F = Filling (gigi dengan tambalan baik)
T = Tooth (gigi tetap)
Tabel : KLASIFIKASI ANGKA KEPARAHAN KARIES GIGI MENURUT WHO
4. Pencegahan Karies Dentis
Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu memperoleh perhatian yang
lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan masalah yang paling ekonomis dan
dapat menjangkau masyarakat luas. Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-
dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab
karies, yaitu: plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara teori ada tiga
cara dalam mencegah karies dentis, yaitu: pertama menghilangkan substrat karbohidrat
dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua
dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor secara tepat, dan
ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Risiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan
karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak
dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikan/dipecah, makin
cepat terjadi proses demineralisasi jaringan keras gigi. Frekuensi konsumsi makanan yang
mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil di antara jam
makan.
Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi
secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.
Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat memperkuat gigi
(Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperlihatkan
adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di
daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada penduduk dari daerah yang
kandungan fluornya nol. Oleh karena itu, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor
harus dianjurkan pada semua orang (Kidd & Bechal, 1992). Pencegahan lain yang dapat
dilakukan adalah dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan faktor
utama penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama Streptokokus mutans dengan
fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi dan
merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu, diet karbohidrat terutama makanan
manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya karies gigi (Sutadi, 2000).
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal itu terjadi setelah orang melakukan
pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo,2003) :
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menjelaskan objek tersebut secara benar.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
bagian-bagian yang masih ada kaitannya antara satu sama lainnya.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian tertentu menjadi bentuk yang baru.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang
anak memperoleh pengetahuan bahwa jika tidak menggosokkan gigi secara teratur dapat
menyebabkan gigi berlubang berdasarkan pengalaman pribadinya.
6. Perilaku
Perilaku ditinjau dari segi biologisnya adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, bekerja, kuliah, menulis, dan sebagainya.18
Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan membedakan respons
kepada dua jenis, yaitu:18
1. Responden respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
yang terlalu terang menyebabkan mata tertutup. Responden respons juga mencakup
reaksi emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, misalnya apabila petugas
kesehatan melaksanakan tugas kesehatannya dengan baik kemudian memperoleh
penghargaan dari atasannya, petugas tersebut akan lebih baik lagi dalam menjalankan
tugasnya.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tertutup masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain, misalnya seorang murid tahu pentingnya menggosok gigi walau murid
tersebut jarang menggosok giginya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, misalnya seorang murid
Variable independen
datang ke dokter gigi untuk memeriksakan giginya karena murid tersebut
mengetahui itu hal yang sangat penting.
B. KERANGKA TEORI
C. KERANGKA KONSEP
1.Pendidikan orang tua2.Pekerjaan orang tua3.Usia4.Media Informasi
Pengetahuan murid
Perilaku murid
Status kejadian karies detis
Variable dependen
Usia Jenis kelaminPengetahuanTingkat pendidikanPerilakuLingkungan
KARIESDENTIS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik, yaitu penelitian yang, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi yang terletak di Jl. Pertengahan
Cijantung, Pasar Rebo Jakarta Timur pada bulan Desember 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan. Populasi penelitian ini
adalah murid SDN 01 Pagi kelas IV dan V Cijantung berjumlah 90 orang. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah murid SD yang di
ambil dari populasi. Berdasarkan Tabel Krejcie diperoleh besar sampel sejumlah 73
orang (lampiran 1)
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kiteria Inklusi :
1. Murid di SDN 01 Pagi kelas IV dan V
2. Bersedia menjadi responden
Kiteria Ekslusi :
1. Murid di SDN 01 Pagi yang bukan kelas IV dan V
2. Murid kelas IV dan V yang tidak masuk pada hari pengambilan Sampel.
3. Tidak mengisi kuisioner dengan lengkap
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat
kuesioner (lampiran 2)
F. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional ( potongan lintang ) yaitu
desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya satu kali.
G. Teknik Sampling
Teknik pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling, yaitu dimana
semua individu mempunyai kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel. Penentuan
sampel didasarkan pada hasil undian nomor absen.
H. Variabel penelitian
1. Variabel dependen: kejadian karies dentis
2. Variabel independen:
a. Pengetahuan murid kelas IV dan V
b. Perilaku murid kelas IV dan
I. Definisi operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Dependen
Kejadian karies dentis
Status karies dentis pada responden
Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Nominal
Independen
1. Karakteristik responden
1) Umur Adalah masa hidup responden (dalam tahun) yang dihitung berdasarkan ulang tahun yang terakhir.
Kuesioner Umur dalam tahun
Numerik
2) Jenis Jenis kelamin Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
3)
Kelamin
Pendidikan Orangtua
responden
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh Orangtua Murid yang dinyatakan dengan ijazah yang sah
Kuesioner
2. Perempuan
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Perguruan
Tinggi
Ordinal
2.2 Pengetahuan Responden
Segala sesuatu yang diketahui responden tentang perawatan gigi dan karies dentis
Kuesioner 1. Baik apabila menjawab 80% pertanyaan dengan benar
2.Kurang apabila menjawab < 80% pertanyaan dengan benar
Ordinal
2.3 Perilaku Responden
Tindakan dan kebiasaan yang dilakukan terkait menggosok gigi
Kuesioner 1. Baik apabila skor 80% sesuai dengan teori
2. Kurang apabila skor < 80% sesuai dengan teori
Ordinal
J. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data pimer baik untuk variabel independen maupun
variabel dependen. Pengambilan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner langsung
kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung.
Untuk menjaga kualitas dari data yang diambil maka peneliti secara langsung memimpin
penelitian sejak tahap awal (persiapan) sampai dengan tahap analisis data dengan
rangkaian kegiatan:
1. peneliti memberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, pelaksanaan,
kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pengertian dari setiap kuesioner
2. murid kelas IV dan V diminta mengisi kuesioner.
3. Memeriksa apakah seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner sudah diisi lengkap.
Jika belum, murid yang bersangkutan diminta untuk melengkapinya.
K. Protokol penelitian
Penelitian diawali dengan uji presampling untuk menguji validitas dan reliabilitas
kuesioner. Setelah diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel, dilanjutkan dengan
pengambilan data selanjutnya dilakukan analisis data penelitian
L. Rencana pengelolahan dan analisis data
1. data yang dikumpulkan diperiksa terlebih dahulu kelengkapan jawabannya bila
terdapat kekurangan dalam pengisian maka subjek penelitian diminta melengkapinya.
2. pengolahan data
setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan
program SPSS 17.0. ada 4 tahapan mengelolah data, yaitu:
Identifikasi perumusan masalah
Perumusan hipotesis
Pembuatan hipotesis
Pengambilan data kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Cijantung
Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for window versi 17.0
Hasil
Laporan
a. penyuntingan data (editing)
penyuntingan data dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam
pengisian jawaban, kejelasan jawaban dan adanya jawaban yang kosong.
b. penandaan data (coding)
data yang setelah ada setelah dilakukan ketepatan dan kelengkapannya, kemudian
dicoding agar memudahkan dalam proses entry data yang akan dilakukan.
c. memasukkan data (entry)
data yang telah dicoding kemudian dimasukkan ke dalam format tabulasi
pengolahan data dengan perangkat lunak komputer
d. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah
ada kesalahan atau tidak
M. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan menggunakan program SPSS
versi 17.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL SDN 01 PAGI CIJANTUNG
SDN (Sekolah Dasar Negeri) 01 Pagi terletak di Jalan Pertengahan Rt 06/07
Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1968 yang
merupakan sekolah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sebagai salah satu sekolah
milik Pemerintah, SDN 01 Pagi telah memberikan pelayanan Pendidikan kepada
masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur dan
sekitarnya.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 dan peneliti berhasil
mengumpulkan data sebanyak 73 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner kepada para responden.
Kuesioner yang telah diisi dicatat dalam tabel dan selanjutnya diolah dengan cara
menghitung distribusi frekuensi dan persentase, untuk mengetahui pengetahuan, perilaku
responden, terhadap hubungannya dengan kejadian karies dentis
I. Analisis Univariat
1) Usia Murid
Responden berusia antara 9 sampai dengan 12 tahun. Jika dikelompokkan
berdasarkan usia, dapat dilihat distribusi responden pada Tabel ...
Pada Tabel 2 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%) berusia 10 tahun.
(Lampiran 2.1).
2) Jenis Kelamin Murid
Responden terdiri dari Murid laki-laki dan perempuan. Jika dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat distribusi responden pada tabel..
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jenis kelamin murid SD kelas IV dan
V jumlahnya hampir sama. (Lampiran 2.5)
C. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Bapak) yang
memiliki persentase tertinggi (38,36%) memiliki tingkat pendidikan SLTA (Lampiran
2.4)
Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Ibu) yang memiliki
persentase tertinggi (36,62%) memiliki tingkat pendidikan SLTA (Lampiran 2.4)
D. Tingkat Pengetahuan Murid
Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pengetahuan responden (71,23%) memiliki
tingkat pengetahuan yang baik (Lampiran 2.4)
E. Tingkat Perilaku Murid
Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar perilaku responden (69,86%) memiliki
tingkat perilaku yang kurang baik (Lampiran 2.4)
F. Kejadian Karies
Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar responden (75,3%) menderita karies dentis.
(Lampiran 2.4)
G. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada Pie Chart Pengetahuan 1 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52% )
menjawab bahwa gigi berlubang dapat dicegah (Lampiran 2.4)
Dapat dilihat pada Pie Chart sebanyak 94.52 % responden mengetahui gigi berlubang
dapat dicegah tetapi dari hasil kejadian karies dentis sebanyak 75,3% hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan responden gigi berlubang dapat dicegah sudah cukup baik dikarenakan responden
banyak mendapat informasi dari sekolah dan orangtua.Sedangkan 5,48% responden tidak
mengetahui gigi berlubang dapat dicegah hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden
mengenai gigi berlubang dapat dicegah kurang baik dikarenakan responden tidak mendapat
informasi dari luar.
Pada Pie Chart pengetahuan 2 dapat dilihat 65,75% dari responden menjawab
dengan menyikat gigi teratur dan benar dan 46,58% responden menjawab dengan
mengurangi makanan manis dan lengket (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart pengetahuan 3 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52%)
menjawab pagi dan sebelum tidur (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart pengetahuan 4 dapat dilihat sebagian besar responden (97,26%)
menjawab semua permukaan gigi harus disikat. (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart pengetahuan 5 dapat dilihat sebagian besar responden (61,64%)
menjawab dirawat dan ditambal dan sebagian kecil (1,37%) responden menjawab
dibiarkan saja (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart Perilaku 1 dapat dilihat sebagian besar responden (65,75%)
menjawab pernah meskipun tidak sakit gigi dan sebagian kecil responden (23,29%)
menjawab pernah karena sakit gigi (Lampiran 2.4
Pada Pie Chart Perilaku 2 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)
menjawab ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali dan sebagian kecil responden (9,59%)
menjawab tidak pernah (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart Perilaku 3 dapat dilihat sebagian besar responden (58,90%)
menjawab memeriksakan ke dokter dan sebagian kecil responden (1,37%) menjawab
dibiarkan saja (Lampiran 2.4
Pada Pie Chart perilaku 4 dapat dilihat 43,84% responden menjawab buah-buahan
dan 17,81% responden menjawab kue-kue (Lampiran 2.4)
Pada Pie Chart dapat dilihat persentase sebagian besar responden (68,49%)
menjawab dengan menggosok gigi secara teratur meski bersih dan sebagian kecil
responden (31,51%) menjawab menggosok gigi apabila gigi kotor (Lampiran 2.4)
II. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
No Pengetahuan
Karies DentisTotal
Ya Tidak
N % N % N %
1 Baik 38 73,1 % 14 26,9 % 52 100%
2 Kurang 17 81,0 % 4 19,0% 21 100%Pearson Chi square = 0,480
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis
yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%) sedangkan pengetahuan kurang
sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 14 orang (26,9%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang
(19,0%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,480 (p>0,05) dengan kata lain
hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan
gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis.
2. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan
kejadian karies dentis
No Perilaku
Karies DentisTotal
Ya Tidak
N % N % N %
1 Baik 18 81,8 % 4 18,2 % 22 100%
2 Kurang 37 72,5% 14 27,5 % 51 100%Pearson Chi square = 0,399
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis
dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 37 orang (72,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 18
orang (81,8%). Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku
kurang sebanyak 14 orang (27,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 4 orang (18,2%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,399 (p>0,05) dengan kata lain
hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis.
3. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
No Pengetahuan
PerilakuTotal
Baik Kurang
N % N % N %
1 Baik 18 34,6 % 34 65,4 % 52 100%
2 Kurang 4 19,0% 17 81,0 % 21 100%Pearson Chi square = 0,189
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan tingkat perilaku kurang
dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%) sedangkan tingkat perilaku kurang
dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat
pengetahuan baik dan tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik
dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,189 (p>0,05) dengan kata lain
hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku
tentang kesehatan gigi dan mulut.
B.
Daftar Pustaka Pendahuluan
1. Warni, Linda. Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V Dan VI Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Medan. 2009
2. Situmorang Tampubolon, Nurmala. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Medan. 2005
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 :Studi Morbiditas dan Stabilitas.Dalam SUSKERNAS. Jakarta. 2002: 16.