bab iv yusri.doc

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies dentis kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 3 Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi . Penyakit tersebut menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri , gigi tanggal, infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia. 1 Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health, World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun

Upload: yusriabidin

Post on 15-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab IV yusri.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan

(Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan

mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut

merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi

dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies dentis kemudian diikuti

oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002).3

Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit tersebut

menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal,

infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak

dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit yang

tersebar di seluruh dunia.1

Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health,

World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral

secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun

sebesar 50% dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 60-90%. Berdasarkan laporan

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI terdapat 70% penduduk menderita karies aktif

pada tahun 1990, selanjunta pada tahun 2003 mencapai 90%. Jika dilihat dari kelompok umur,

persentase karies dentis aktifnya pada kelompok umur 10-24 tahun adalah 66,8 – 69,5%, umur

45-64 tahun 53,3% dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8%. Hal tersebut menunjukkan

karies dentis aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif. 1-3

Karies dentis memiliki etiologi yang multifaktor yang terdiri atas interaksi tiga faktor

utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan substrat

(diet karbohidrat), dan faktor ke empat adalah waktu. Selain faktor yang ada di dalam mulut

yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang

merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies antara lain jenis

Page 2: bab IV yusri.doc

kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan gigi. Tingginya prevalensi karies gigi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Bahar (2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat

mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat

mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan

mulut yang buruk (Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001

menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah, sebagian

besar penduduk Indonesia (61,5%) menggosok gigi kurang sesuai dengan anjuran program

menyikat gigi, yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menggosok gigi

(Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 1-3

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku

untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Selain itu, populasi anak

sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40-50%. Oleh sebab itu promosi atau

pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan

di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah. Pelaksanaan program UKS dilaksanakan pada semua

SD Negeri/Swasta yang ada (Notoadmodjo, 2005).1,2

Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut

anak akan meninggalkan sekolah dasar dan di banyak negara, usia tersebut merupakan kelompok

yang mudah dijangkau melalui sistem UKS, dan pada usia tersebut anak dapat lebih mudah

diajak berkomunikasi. Menurut SKRT (2001), prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12

tahun sebesar 44% dan indeks Decay, Missing, Filled Teeth (DMFT) pada usia ini sebesar 1,1.

Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks

DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004). Karies dentis banyak menyerang anak-anak maupun

dewasa, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Anak usia sekolah dasar, yaitu usia 6-12 tahun

merupakan kelompok usia rentan yang perlu mendapatkan perhatian karena pada periode

tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk,

2005). 1,3

Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat diukur

dengan menggunakan indeks DMFT. Indeks itu digunakan untuk melihat keadan gigi seseorang

yang pernah mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar (Missing), dan

Page 3: bab IV yusri.doc

tambalan (Filled) pada gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya penyebaran karies

yang kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal).1

Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI Jakarta jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta

sebanyak 2. 244 buah dengan jumlah peserta didik mencapai 670. 599 murid. Berdasarkan data tersebut

wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah SD terbanyak dengan jumlah peserta didik mencapai 306.482

murid dan salah satu SD yang terletak di Jakarta Timur adalah SDN 01 Pagi Cijantung. Berdasarkan data

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku

menggosok gigi murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies dentis di SDN 01 Pagi Cijantung

Jakarta Timur.1

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu:

berapa banyak kejadian karies dentis dan apakah ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

menggosok gigi terhadap kejadian karies dentis pada murid SD kelas IV dan V di SDN 01 Pagi

Cijantung Jakarta Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang kejadian karies dentis dan

beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian karies dentis tersebut pada murid SD kelas IV

dan V di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

b. Tujuan khusus

Mendapatkan data kejadian karies dentis

Mendapatkan data tentang pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

Mendapatkan data tentang perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

Menganalisis hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Page 4: bab IV yusri.doc

Menganalisis hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berkaitan dengan kesehatan

gigi dan mulut.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies gigi di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

Memberi masukan tentang kejadian karies dentis serta hubungannya dengan pengetahuan

dan perilaku murid sekolah yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat

menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun program usaha kesehatan sekolah (UKS).

b. Bagi Mahasiswa Kedokteran.

Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa kedokteran tentang kesehatan

masyarakat berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

Page 5: bab IV yusri.doc

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Karies Dentis

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson

(1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan

oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies

merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang

disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.

Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta

penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal,

1992; Wilkins, 2005).

WHO mendefenisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic process

of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of

a caviti” (Wilkins, 2005).

2. Etiologi

Karies gigi memiliki etiologi multifaktor, yaitu ada interaksi tiga faktor utama

(mikroorganisme (plak), substrat (diet karbohidrat), host (gigi dan saliva)) dan waktu sebagai

faktor ke empat.

Page 6: bab IV yusri.doc

Gambar 1. Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.

a. Host (gigi dan saliva)

Struktur anatomi dari gigi terdiri atas lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan

dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam proses

terjadinya karies. Permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan terjadinya

karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang mengandung

bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu, bagian gigi yang

memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal, 1992). Peran

saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva mampu meremineralisasi

karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan

saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Selain

mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi PH

dalam mulut. Oleh karena itu, jika sekresi saliva berkurang akibatnya karies akan tidak

terkendali (Kidd & Bechal, 1992). Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada

jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung

dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan fluor tersebut di

dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar

fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam, akan tetapi

tersedianya fluor di sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses

remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses demineralisasi.

Page 7: bab IV yusri.doc

b. Substrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung

terlibat dalam penurunan pH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam bagi

mikroorganisme dengan sintesis polisakarida ekstrasel. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak

dan karbohidrat yang menempel gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan

demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang

kompleks, misalnya pati (polisakrida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara

sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti

gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga

makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat

sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama

beberapa waktu, untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh

karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di

bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.

Gambar 2. Tahapan terbentuknya karies dentis

Page 8: bab IV yusri.doc

c. Mikroorganisme

Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang merupakan

komunitas kompleks. Struktur dari komunitas tersebut terdiri atas suatu massa yang berupa

matriks lengket dan kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel mikroorganisme dan

menempel pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut

merupakan bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan

berkembang biak membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini yang disebut sebagai plak

gigi (Burnett, GW, 1980). Kolonisiasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor

etiologi kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi (Axelsson, 1999). Menurut

Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin,

sisa–sisa sel jaringan mulut, leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak

merupakan awal terjadinya karies gigi.

Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-produknya, yang

terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan

melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar di rongga

mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel

terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah

penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri

tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme

tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan

mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & Bechal, 1992)

d. Waktu

Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis, sebab lesi terjadi setelah beberapa

bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode

perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam

lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,

melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang

baik untuk menghentikan penyakt ini.

Page 9: bab IV yusri.doc

3. Klasifikasi

Status karies gigi atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil pengukuran dengan

menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T merupakan

indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk melihat keadaan

gigi seseorang yang mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar

yang akan dicabut (Missing) dan tambalan baik (Filled) yang disebabkan oleh penyakit

karies dan merupakan penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks ini digunakan untuk

mengukur keadaan pada gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil indeks DMF-T semakin

baik, dengan rumus :

ΣDMFT-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = Σ DMF-T/N

D = Decayed (gigi berlubang)

M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)

F = Filling (gigi dengan tambalan baik)

T = Tooth (gigi tetap)

Tabel : KLASIFIKASI ANGKA KEPARAHAN KARIES GIGI MENURUT WHO

Page 10: bab IV yusri.doc

4. Pencegahan Karies Dentis

Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negara berkembang,

termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu memperoleh perhatian yang

lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan masalah yang paling ekonomis dan

dapat menjangkau masyarakat luas. Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-

dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab

karies, yaitu: plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara teori ada tiga

cara dalam mencegah karies dentis, yaitu: pertama menghilangkan substrat karbohidrat

dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua

dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor secara tepat, dan

ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Risiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan

karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak

dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikan/dipecah, makin

cepat terjadi proses demineralisasi jaringan keras gigi. Frekuensi konsumsi makanan yang

mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil di antara jam

makan.

Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi

secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.

Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat memperkuat gigi

(Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperlihatkan

adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di

daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada penduduk dari daerah yang

kandungan fluornya nol. Oleh karena itu, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor

harus dianjurkan pada semua orang (Kidd & Bechal, 1992). Pencegahan lain yang dapat

dilakukan adalah dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan faktor

utama penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama Streptokokus mutans dengan

fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi dan

merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu, diet karbohidrat terutama makanan

manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya karies gigi (Sutadi, 2000).

Page 11: bab IV yusri.doc

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal itu terjadi setelah orang melakukan

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo,2003) :

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima.

Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menjelaskan objek tersebut secara benar.

Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam

bagian-bagian yang masih ada kaitannya antara satu sama lainnya.

Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian tertentu menjadi bentuk yang baru.

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang

anak memperoleh pengetahuan bahwa jika tidak menggosokkan gigi secara teratur dapat

menyebabkan gigi berlubang berdasarkan pengalaman pribadinya.

Page 12: bab IV yusri.doc

6. Perilaku

Perilaku ditinjau dari segi biologisnya adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, bekerja, kuliah, menulis, dan sebagainya.18

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan membedakan respons

kepada dua jenis, yaitu:18

1. Responden respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan

tertentu, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

yang terlalu terang menyebabkan mata tertutup. Responden respons juga mencakup

reaksi emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, misalnya apabila petugas

kesehatan melaksanakan tugas kesehatannya dengan baik kemudian memperoleh

penghargaan dari atasannya, petugas tersebut akan lebih baik lagi dalam menjalankan

tugasnya.

Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi dua

bentuk, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tertutup masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain, misalnya seorang murid tahu pentingnya menggosok gigi walau murid

tersebut jarang menggosok giginya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, misalnya seorang murid

Page 13: bab IV yusri.doc

Variable independen

datang ke dokter gigi untuk memeriksakan giginya karena murid tersebut

mengetahui itu hal yang sangat penting.

B. KERANGKA TEORI

C. KERANGKA KONSEP

1.Pendidikan orang tua2.Pekerjaan orang tua3.Usia4.Media Informasi

Pengetahuan murid

Perilaku murid

Status kejadian karies detis

Variable dependen

Usia Jenis kelaminPengetahuanTingkat pendidikanPerilakuLingkungan

KARIESDENTIS

Page 14: bab IV yusri.doc

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik, yaitu penelitian yang, menganalisis dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi yang terletak di Jl. Pertengahan

Cijantung, Pasar Rebo Jakarta Timur pada bulan Desember 2010.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan. Populasi penelitian ini

adalah murid SDN 01 Pagi kelas IV dan V Cijantung berjumlah 90 orang. Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah murid SD yang di

ambil dari populasi. Berdasarkan Tabel Krejcie diperoleh besar sampel sejumlah 73

orang (lampiran 1)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kiteria Inklusi :

1. Murid di SDN 01 Pagi kelas IV dan V

2. Bersedia menjadi responden

Kiteria Ekslusi :

1. Murid di SDN 01 Pagi yang bukan kelas IV dan V

2. Murid kelas IV dan V yang tidak masuk pada hari pengambilan Sampel.

3. Tidak mengisi kuisioner dengan lengkap

Page 15: bab IV yusri.doc

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat

kuesioner (lampiran 2)

F. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional ( potongan lintang ) yaitu

desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya satu kali.

G. Teknik Sampling

Teknik pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling, yaitu dimana

semua individu mempunyai kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel. Penentuan

sampel didasarkan pada hasil undian nomor absen.

H. Variabel penelitian

1. Variabel dependen: kejadian karies dentis

2. Variabel independen:

a. Pengetahuan murid kelas IV dan V

b. Perilaku murid kelas IV dan

I. Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Dependen

Kejadian karies dentis

Status karies dentis pada responden

Kuesioner 1. Ya

2. Tidak

Nominal

Independen

1. Karakteristik responden

1) Umur Adalah masa hidup responden (dalam tahun) yang dihitung berdasarkan ulang tahun yang terakhir.

Kuesioner Umur dalam tahun

Numerik

2) Jenis Jenis kelamin Kuesioner 1. Laki-laki Nominal

Page 16: bab IV yusri.doc

3)

Kelamin

Pendidikan Orangtua

responden

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh Orangtua Murid yang dinyatakan dengan ijazah yang sah

Kuesioner

2. Perempuan

1. SD

2. SLTP

3. SLTA

4. Perguruan

Tinggi

Ordinal

2.2 Pengetahuan Responden

Segala sesuatu yang diketahui responden tentang perawatan gigi dan karies dentis

Kuesioner 1. Baik apabila menjawab 80% pertanyaan dengan benar

2.Kurang apabila menjawab < 80% pertanyaan dengan benar

Ordinal

2.3 Perilaku Responden

Tindakan dan kebiasaan yang dilakukan terkait menggosok gigi

Kuesioner 1. Baik apabila skor 80% sesuai dengan teori

2. Kurang apabila skor < 80% sesuai dengan teori

Ordinal

J. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data pimer baik untuk variabel independen maupun

variabel dependen. Pengambilan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner langsung

kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung.

Untuk menjaga kualitas dari data yang diambil maka peneliti secara langsung memimpin

penelitian sejak tahap awal (persiapan) sampai dengan tahap analisis data dengan

rangkaian kegiatan:

1. peneliti memberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, pelaksanaan,

kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pengertian dari setiap kuesioner

2. murid kelas IV dan V diminta mengisi kuesioner.

Page 17: bab IV yusri.doc

3. Memeriksa apakah seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner sudah diisi lengkap.

Jika belum, murid yang bersangkutan diminta untuk melengkapinya.

K. Protokol penelitian

Penelitian diawali dengan uji presampling untuk menguji validitas dan reliabilitas

kuesioner. Setelah diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel, dilanjutkan dengan

pengambilan data selanjutnya dilakukan analisis data penelitian

L. Rencana pengelolahan dan analisis data

1. data yang dikumpulkan diperiksa terlebih dahulu kelengkapan jawabannya bila

terdapat kekurangan dalam pengisian maka subjek penelitian diminta melengkapinya.

2. pengolahan data

setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan

program SPSS 17.0. ada 4 tahapan mengelolah data, yaitu:

Identifikasi perumusan masalah

Perumusan hipotesis

Pembuatan hipotesis

Pengambilan data kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Cijantung

Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for window versi 17.0

Hasil

Laporan

Page 18: bab IV yusri.doc

a. penyuntingan data (editing)

penyuntingan data dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam

pengisian jawaban, kejelasan jawaban dan adanya jawaban yang kosong.

b. penandaan data (coding)

data yang setelah ada setelah dilakukan ketepatan dan kelengkapannya, kemudian

dicoding agar memudahkan dalam proses entry data yang akan dilakukan.

c. memasukkan data (entry)

data yang telah dicoding kemudian dimasukkan ke dalam format tabulasi

pengolahan data dengan perangkat lunak komputer

d. Cleaning

Pada tahap ini dilakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah

ada kesalahan atau tidak

M. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan menggunakan program SPSS

versi 17.

BAB IV

Page 19: bab IV yusri.doc

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL SDN 01 PAGI CIJANTUNG

SDN (Sekolah Dasar Negeri) 01 Pagi terletak di Jalan Pertengahan Rt 06/07

Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1968 yang

merupakan sekolah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sebagai salah satu sekolah

milik Pemerintah, SDN 01 Pagi telah memberikan pelayanan Pendidikan kepada

masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur dan

sekitarnya.

B. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 dan peneliti berhasil

mengumpulkan data sebanyak 73 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara

membagikan kuisioner kepada para responden.

Kuesioner yang telah diisi dicatat dalam tabel dan selanjutnya diolah dengan cara

menghitung distribusi frekuensi dan persentase, untuk mengetahui pengetahuan, perilaku

responden, terhadap hubungannya dengan kejadian karies dentis

I. Analisis Univariat

1) Usia Murid

Responden berusia antara 9 sampai dengan 12 tahun. Jika dikelompokkan

berdasarkan usia, dapat dilihat distribusi responden pada Tabel ...

Page 20: bab IV yusri.doc

Pada Tabel 2 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%) berusia 10 tahun.

(Lampiran 2.1).

2) Jenis Kelamin Murid

Responden terdiri dari Murid laki-laki dan perempuan. Jika dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat distribusi responden pada tabel..

Page 21: bab IV yusri.doc

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jenis kelamin murid SD kelas IV dan

V jumlahnya hampir sama. (Lampiran 2.5)

C. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Bapak) yang

memiliki persentase tertinggi (38,36%) memiliki tingkat pendidikan SLTA (Lampiran

2.4)

Page 22: bab IV yusri.doc

Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Ibu) yang memiliki

persentase tertinggi (36,62%) memiliki tingkat pendidikan SLTA (Lampiran 2.4)

D. Tingkat Pengetahuan Murid

Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pengetahuan responden (71,23%) memiliki

tingkat pengetahuan yang baik (Lampiran 2.4)

E. Tingkat Perilaku Murid

Page 23: bab IV yusri.doc

Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar perilaku responden (69,86%) memiliki

tingkat perilaku yang kurang baik (Lampiran 2.4)

F. Kejadian Karies

Pada Tabel 5 dapat dilihat sebagian besar responden (75,3%) menderita karies dentis.

(Lampiran 2.4)

Page 24: bab IV yusri.doc

G. Distribusi Jawaban Responden terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pada Pie Chart Pengetahuan 1 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52% )

menjawab bahwa gigi berlubang dapat dicegah (Lampiran 2.4)

Dapat dilihat pada Pie Chart sebanyak 94.52 % responden mengetahui gigi berlubang

dapat dicegah tetapi dari hasil kejadian karies dentis sebanyak 75,3% hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan responden gigi berlubang dapat dicegah sudah cukup baik dikarenakan responden

banyak mendapat informasi dari sekolah dan orangtua.Sedangkan 5,48% responden tidak

mengetahui gigi berlubang dapat dicegah hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden

mengenai gigi berlubang dapat dicegah kurang baik dikarenakan responden tidak mendapat

informasi dari luar.

Pada Pie Chart pengetahuan 2 dapat dilihat 65,75% dari responden menjawab

dengan menyikat gigi teratur dan benar dan 46,58% responden menjawab dengan

mengurangi makanan manis dan lengket (Lampiran 2.4)

Page 25: bab IV yusri.doc

Pada Pie Chart pengetahuan 3 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52%)

menjawab pagi dan sebelum tidur (Lampiran 2.4)

Pada Pie Chart pengetahuan 4 dapat dilihat sebagian besar responden (97,26%)

menjawab semua permukaan gigi harus disikat. (Lampiran 2.4)

Page 26: bab IV yusri.doc

Pada Pie Chart pengetahuan 5 dapat dilihat sebagian besar responden (61,64%)

menjawab dirawat dan ditambal dan sebagian kecil (1,37%) responden menjawab

dibiarkan saja (Lampiran 2.4)

Pada Pie Chart Perilaku 1 dapat dilihat sebagian besar responden (65,75%)

menjawab pernah meskipun tidak sakit gigi dan sebagian kecil responden (23,29%)

menjawab pernah karena sakit gigi (Lampiran 2.4

Page 27: bab IV yusri.doc

Pada Pie Chart Perilaku 2 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)

menjawab ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali dan sebagian kecil responden (9,59%)

menjawab tidak pernah (Lampiran 2.4)

Pada Pie Chart Perilaku 3 dapat dilihat sebagian besar responden (58,90%)

menjawab memeriksakan ke dokter dan sebagian kecil responden (1,37%) menjawab

dibiarkan saja (Lampiran 2.4

Page 28: bab IV yusri.doc

Pada Pie Chart perilaku 4 dapat dilihat 43,84% responden menjawab buah-buahan

dan 17,81% responden menjawab kue-kue (Lampiran 2.4)

Pada Pie Chart dapat dilihat persentase sebagian besar responden (68,49%)

menjawab dengan menggosok gigi secara teratur meski bersih dan sebagian kecil

responden (31,51%) menjawab menggosok gigi apabila gigi kotor (Lampiran 2.4)

Page 29: bab IV yusri.doc

II. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

No Pengetahuan

Karies DentisTotal

Ya Tidak

N % N % N %

1 Baik 38 73,1 % 14 26,9 % 52 100%

2 Kurang 17 81,0 % 4 19,0% 21 100%Pearson Chi square = 0,480

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis

yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%) sedangkan pengetahuan kurang

sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 14 orang (26,9%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang

(19,0%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,480 (p>0,05) dengan kata lain

hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan

gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis.

2. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan

kejadian karies dentis

No Perilaku

Karies DentisTotal

Ya Tidak

N % N % N %

1 Baik 18 81,8 % 4 18,2 % 22 100%

2 Kurang 37 72,5% 14 27,5 % 51 100%Pearson Chi square = 0,399

Page 30: bab IV yusri.doc

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis

dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 37 orang (72,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 18

orang (81,8%). Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku

kurang sebanyak 14 orang (27,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 4 orang (18,2%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,399 (p>0,05) dengan kata lain

hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku berkaitan dengan

kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis.

3. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

No Pengetahuan

PerilakuTotal

Baik Kurang

N % N % N %

1 Baik 18 34,6 % 34 65,4 % 52 100%

2 Kurang 4 19,0% 17 81,0 % 21 100%Pearson Chi square = 0,189

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan tingkat perilaku kurang

dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%) sedangkan tingkat perilaku kurang

dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat

pengetahuan baik dan tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik

dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,189 (p>0,05) dengan kata lain

hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku

tentang kesehatan gigi dan mulut.

B.

Daftar Pustaka Pendahuluan

Page 31: bab IV yusri.doc

1. Warni, Linda. Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V Dan VI Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Medan. 2009

2. Situmorang Tampubolon, Nurmala. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Medan. 2005

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 :Studi Morbiditas dan Stabilitas.Dalam SUSKERNAS. Jakarta. 2002: 16.