6. bab iv pembahasan

15
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Safety Induction (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang menyababkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Sumber: Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut : Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di dalam 1 (satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan dan 30 (tiga puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600 (enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal tersebut. Piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa untuk (guna) mencegah kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan (mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas menuju kejadian kecelakaan fatal dan 49

Upload: getris-putra-malayu

Post on 29-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PKL

TRANSCRIPT

Page 1: 6. BAB IV Pembahasan

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Safety Induction (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang

tidak terencana dan terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu

objek, bahan, orang, atau radiasi yang menyababkan cidera atau kemungkinan

akibat lainnya (Sumber: Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980).

Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian)

kejadian yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat

permanen). Lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan

kerja sebagai berikut :

Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat

permanen) maka di dalam 1 (satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh)

kejadian kecelakaan ringan dan 30 (tiga puluh) kejadian kecelakaan yang

menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600 (enam ratus)

kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan

fatal tersebut. Piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa

untuk (guna) mencegah kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat

upaya untuk menghilangkan (mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di

tempat kerja sehingga probabilitas menuju kejadian kecelakaan fatal dan

49

Page 2: 6. BAB IV Pembahasan

50

kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu) kejadian fatal dapat

dikurangi (tidak ada).

Dilihat dari data aktual kecelakaan kerja di site KMO pada tahun 2013

maka dapat dibuat beberapa bentuk piramida kecelakaan kerja seperti berikut

ini :

(Sumber : Sefety Section)

4.2 Geoteknik

Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau

design tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan

kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk

dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.

Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit), sudut kemiringan

adalah satu faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi

dari dinding-dindingnya. Dikarenakan dari perbedaan dari keadaan geologinya,

maka kemiringan optimum dapat beragam diantara berbagai pit dan bahkan

dapat beragam pula dalam satu pit yang sama.

Page 3: 6. BAB IV Pembahasan

51

Lereng mempunyai Faktor Keamanan (F) yang dapat dihitung.

Berdasarkan penelitian Bowles (1989), hubungan Nilai Faktor Keamanan

Lereng dan Intensitas Longsor, sebagai berikut :

NILAI FAKTOR KEAMANAN KEJADIAN / INTENSITAS LONGSOR

F kurang dari 1,07

F antara 1,07 sampai 1,25

F diatas 1,25

Longsor terjadi biasa / sering. Lereng relatif labil

Longsor pernah terjadi. Lereng kritis

Longsor jarang terjadi. Lereng relatif stabil

Gambar 4.1

FK

Untuk menjaga stabilitaas lereng di KMO di pakai FK yaitu:

Single Slope = 1,3

Angular Slope = 1,5

Berikut adalah Anjuran untuk geometri single slope di PIT KMO

Gambar 4.2.

Page 4: 6. BAB IV Pembahasan

52

Tabel 4.1. Anjuran geometri lereng tunggal site KMO

Lokasi Jenis Material

H A BW B

(Minimum)

meter

(m)

Degree

(°)

meter

(m) meter (m)

PIT

Soil 3 30 5.2 3

Sand Loose (Putih) 3 40 3.6 3

Mudstone/Siltyclay 8 50 6.7 5

Claystone 10 50 8.4 8

Disposal/Tanggul Campuran 5 50 8.7 20

4.3 Environment

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,

agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.

Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana

reklamasi meliputi :

• Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan

kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan

yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian kembali

• Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan

permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air

• Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya

radiasi

• Karakteristik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau

limbah batuan yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan revegetasi

• Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang,

Page 5: 6. BAB IV Pembahasan

53

• Penanganan potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang

batubara

• Penanganan/penyimpanan bahan galian yang masih potensial untuk

menjadi bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ, berupa tailing atau

waste.

• Rekonstruksi Tanah Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan

upaya seperti rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk.

Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus ditata dengan

penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan

urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainage) yang

kemungkinan terganggu.

Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk teras, selain untuk menjaga

kestabilan lereng, diperuntukan juga bagi penempatan tanaman revegetasi.

Salah satu dampak dari kegiatan penambangan yang sangat penting adalah

dampak terhadap badan air, terutama dari aspek kualitas air . Air asam

tambang – AAT (acid mine drainage - AMD atau air asam batuan – acid rock

drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi

dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai hasil dari

oksidasi mineral sulfida yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara dengan

kehadiran air. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan atau

kegiatan pertambangan batubara.

Page 6: 6. BAB IV Pembahasan

54

Tabel 4.2. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batu Bara

Berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup nomor 113 tahun 2003

Parameter Satuan Kadar Maksimum

PH 6-9

Residu Tersuspensi mg/l 400

Besi (Fe) Total mg/l 7

Mangan (Mn) Tota mg/l 4

Tabel 4.3. Standar baku mutu air limbah di KMO

Berdasarkan PERDA Kalimantan Timur nomor 2 tahun 2011

Parameter Satuan Kadar Maksimum

PH

6-9

Residu Tersuspensi mg/l < 300

Besi (Fe) Total mg/l 7

Mangan (Mn) Tota mg/l 4

Tabel 4.4. Data Aktual Air limbah di WMP 07 bulan Januari 2014 KMO

Parameter Satuan Kadar Maksimum

PH

7,36

Residu Tersuspensi mg/l 36

Besi (Fe) Total mg/l 0,096

Mangan (Mn) Total mg/l 0,743

Page 7: 6. BAB IV Pembahasan

55

4.4 Coal Processing Plant (CPP)

Coal Processing Plan atau CPP merupakan suatu departemen di PT.

Pesona Khatulistiwa Nusantara yang bertugas untuk mengelola batubara yang

ada di ROM dan stockpile. Pekerjaan yang dilakukan adalah menjaga kondisi

dan kualitas batubara agar tidak terbakar, memantau proses pengolahan mulai

dari proses crushing hingga proses barging, pengambilan sampel yang

kemudian akan diuji oleh geoservice.

1. Menjaga kondisi dan kualitas batubara.

Batubara merupakan bahan bakar padat yang terdiri dari senyawa

karbon, hidrogen, dan senyawa-senyawa lain. Unsur pembentuk batubara

yang paling dominan adalah unsur karbon, unsur ini berperan untuk

menghasilkan panas pada saat batubara dibakar.

Sama seperti bahan bakar-bahan bakar lainnya, batubara memiliki

sifat terbakar apabila terjadi proses oksidasi baik dengan cara dibakar

ataupun oksidasi akibat bereaksi dengan oksigen di udara. Reaksi batubara

dengan oksigen yang ada diudara akan menghasilkan panas yang sering

disebut self heating dan apabila pemanasan ini tidak terkontrol maka akan

terjadi pembakaran spontan yang sering disebut Spontaneous Combustion.

Untuk mengurangi kerugian akibat pembakaran spontan dilakukan

tindakan pencegahan yaitu dengan menerapkan sistem FIFO (first in first

out) dimana batubara yang pertama kali masuk harus dikeluarkan pertama

kali. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko penurunan dan

pemanasan batubara. Namun sistem FIFO ini tidak selalu diterapkan oleh

Page 8: 6. BAB IV Pembahasan

56

PT. PKN karena batubara yang akan dikeluarkan harus disesuaikan dengan

permintaan pembeli.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menentukan

bentuk stokcpile yang tepat. Dengan mempertimbangkan adanya angin,

PT. PKN menggunakan kemiringan stockpile yang tidak terlalu curam,

dan bagian atas permukaan stockpile diratakan dan dilakukan pemadatan

dengan tujuan agar ruang kosong didalam batubara semakin sedikit.

Penggunaan cairan kimia juga dapat digunakan untuk mengurangi

adanya pembakaran spontan. Di PT. PKN sendiri menggunakan larutan

nalco yang disemprotkan ke batubara. Larutan nalco berguna sebagai

cairan penghambat oksidasi sehingga batubara tidak mudah terbakar.

Selain mempertimbangkan bentuk stockpile dan penggunaan cairan

kimia, PT.PKN juga mempertimbangkan adanya saluran drainase berupa

paritan yang ada di sekitar stockpile. Hal tersebut bertujuan untuk

mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan batubara yang

terjadi karena hujan akan mengalir ke parit dari batubara ataupun melewati

celah-celah tanah.

Page 9: 6. BAB IV Pembahasan

57

2. Proses crushing dan barging

Gambar 4.3. Proses crushing dan barging

3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dapat dikatakan baik apabila proses

pengambilan sebagian kecil contoh batubara dari suatu coal komoditi yang

besar dapat mewakili sifat-sifat batubara dalam jumlah yang besar

tersebut.

Selama penulis melakukan orientasi di departemen CPP PT.PKN,

metoda pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non insitu

sampling yaitu mengambil sampel batubara setelah batubara tersebut

berpindah tempat yang biasanya dilakukan setelah proses penambangan.

Salah satu metoda non insitu yang digunakan adalah metoda stockpiles

samples.

Page 10: 6. BAB IV Pembahasan

58

4.5 Survey

Departemen survey bertugas melakukan pengukuran di lapangan dengan

tujuan untuk mendapatkan peta topografi terbaru yang berguna sebagai data

pendukung untuk departemen lainnya. Adapun tahapan kegiatannya dapat

dilihat pada bagan alir dibawah ini.

Gambar 4.4. Tahapan kegiatan survey

Kegiatan survey diawali dengan melakukan pengukuran di lapangan

menggunakan alat total station Leica 06 dan prisma pantul. Dari kegiatan

pengukuran tersebut didapat hasil berupa data-data yang tersimpan didalam

total station. Data tersebut kemudian dipindahkan kedalam komputer untuk

diolah dalam bentuk modeling surface menggunakan software minescape.

Page 11: 6. BAB IV Pembahasan

59

Tahapan selanjutnya yaitu melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai

volume dengan menggunakan minescape. Hasil dari perhitungan tersebut

dikeluarkan dalam bentuk berita acara. Selanjutnya hasil dari seluruh rangkaian

kegiatan tersebut dikeluarkan dalam bentuk layout peta sebagai data

pendukung untuk pengukuran selanjutnya.

4.6 Evaluasi Water Management

Kondisi topografi daerah tambang Kelubir Mine Operation merupakan

daerah perbukitan yang landai, dengan adanya perbedaan ketinggian tersebut

maka air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kondisi tambang Kelubir

Mine Operation pada tahun 2014 akan mencapai level 15 pada lapisan

batubara, sehingga pada saat memasuki musim penghujan air akan menjadi

masalah karena air yang berasal dari sekitar lokasi tambang akan mengalir

menuju ke dalam tambang yang merupakan level terendah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi sampai saat ini tambang Kelubir

Mine Operation belum memiliki sistem penirisan yang baik, sehingga pada saat

hujan datang atau turun sangat mengganggu aktivitas tambang yang dapat

mengakibatkan turunnya produksi tambang, dimana sump yang ada sekarang

dengan luas 0,5 ha dan tinggi 1,5 meter. Oleh karena itu diperlukan suatu

sistem penirisan yang baik sehingga kerugian yang timbul dapat diminimalisir.

Bila dilihat dari kondisi tambang saat ini maka sistem penirisan yang cocok

untuk diterapkan adalah sistem represif kuratif, yaitu suatu sistem dengan cara

mengendalikan aliran air yang masuk kedalam tambang ditampung di dalam

Page 12: 6. BAB IV Pembahasan

60

sumuran atau sump kemudian dipompakan keluar areal tambang menuju kolam

pengendapan lumpur.

1. Perkiraan debit air yang masuk tambang

Dari hasil pengamatan, debit air yang masuk ke dalam lokasi

tambang merupakan air yang berasal dari limpasan (run off) permukaan

air hujan. Untuk menghitung debit air yang masuk ke lokasi tambang

maka ada beberapa parameter yang harus diketahui yaitu luasan daerah

tangkapan hujan (catchment area) dan intensitas curah hujan. Untuk

luasan catchment area, penulis menentukan sendiri luasan catcment area

dengan menggunakan software minescape berdasarkan data topografi

terbaru maka didapat luas catchment area sebagai berikut :

Tabel 4.5. Catchment area

Daerah Catchment Area (km2)

PIT 1.16

Paritan 0.26

Settling Pond 0.06

Data curah hujan maksimum selama 5 tahun terakhir adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6. Data curah hujan maksimum

Tahun Curah Hujan Maksimum (mm)

2009 126,00

2010 81,00

2011 94,00

2012 106,00

2013 92,00

Page 13: 6. BAB IV Pembahasan

61

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk nilai intensitas curah

hujan tertinggi dengan durasi 24 jam ditahun 2014 menggunakan curah

hujan rencana kala ulang 5 tahun di site Kelubir Mine Operation maka

didapat intensitas curah hujan sebesar 5,24 mm/jam. Dari parameter

tersebut maka dapat diketahui volume air yang masuk :

a. Air yang masuk ke pit

Q = 0,278 x C x I x A

Q = 0,278 x 0,9 x 5,24 mm/jam x 1,16 km2

Q = 1,52 m3/detik

b. Air yang masuk ke paritan dan settling pond

Q = 0,278 x C x I x A

Q = 0,278 x 0,9 x 5,24 mm/jam x 0,32 km2

Q = 0,42 m3/detik

2. Kapasitas Pompa

Untuk mengeluarkan air yang masuk ke lokasi penambangan maka

kita membutuhkan pompa. Ada 3 buah pompa yang dipakai oleh PT.

Pesona Khatulistiwa Nusantara yaitu KSB, Mutiflo, dan Selwood. Namun

pompa yang digunakan juga memiliki waktu standby dan breakdown.

Untuk UA aktual rata-rata bulan Januari 2014 sebesar 77% yang berarti

produktivitas ketiga pompa tersebut selama satu bulan hanya mampu

bekerja selama 572 jam. Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan

Page 14: 6. BAB IV Pembahasan

62

alat pengukur debit air aktual (lampiran --), maka didapat debit air yang

dikeluarkan oleh pompa antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.7. Debit pompa

Unit Pompa Panjang x (mm) Debit (liter/jam)

Pompa Selwood 110 508.000

Pompa KSB 69 186.000

Pompa Multiflo 76 347.000

Total 1.041.000

Pengukuran debit aktual pompa menggunakan bowplank

(Sumber : Dokumentasi Penulis)

Debit yang dikeluarkan oleh pompa :

Volumepump= WHefek x Qpump

Berdasarkan perhitungan tersebut maka di dapat volume air yang

dikeluarkan oleh pompa sebesar 19.193.285 liter/hari.

Page 15: 6. BAB IV Pembahasan

63

3. Kapasitas Sump

Berdasarkan data sekunder luas sump 0,5 ha dengan kedalaman

1,5 m maka volume air yang bisa ditampung sump adalah sebesar

7.884.000 liter. Dengan memperhitungkan volume air yang masuk dan

volume air yang dikeluarkan oleh pompa maka dapat diketahui

kemampuan sump antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.8. Kapasitas sump

Volume air (liter/hari) Kemampuan Sump (liter)

Masuk Keluar Volume Status Vol. tidak bisa

ditampung

131.399.626 19.193.285 7.884.000 Kurang 104.870.767

4. Kapasitas Paritan dan Setling Pond

Berdasarkan hasil pengukuran aktual dilapangan maka didapat

volume paritan dan setling pond adalah sebesar 30.683.000 liter. Untuk

debit air yang dikeluarkan oleh settling pond adalah sebesar 48.003.840

liter/hari, maka dari data tersebut kita dapat mengetahui kemampuan

puritan dan setling pond antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.9. Kapasitas paritan dan setling pond

Volume air (liter/hari) Kemampuan Paritan &

Settling Pond (liter)

Masuk Keluar Volume Status

55.328.182 48.003.840 30.683.000 Cukup