bab iv. pelaksanaan pekerjaan

Upload: muhammad-rifai

Post on 09-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

pelaksanaan pekerjaan proyek

TRANSCRIPT

52

86

85

IV.PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan suatu konstruksi merupakan hal penting yang menentukan tercapainya tujuan dari perencanaan sebuah proyek. Kegiatan ini dilakukan setelah kontrak terhadap proyek tersebut selesai dilaksanakan. Pelaksanaan pekerjaan ini memerlukan manajemen yang baik agar tercipta lingkungan pekerjaan yang terarah, kondusif, serta efektif, baik dari segi waktu, biaya, dan juga keamanan kerja yang ada. Pelaksanaan pekerjaan ini memerlukan pengawasan dan pengontrolan semua kegiatan pelaksanaan agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan perencanaan, maka penyebab kendala tersebut harus segera dicari dan dievaluasi sehingga pelaksanaan pembangunan tidak terhambat.Pelaksanaan proyek pembangunan Boemi Kedaton Mall memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Setiap jenis pekerjaan tersebut merupakan hal penting dalam pembangunan suatu gedung bertingkat dan perlu mendapatkan perhatian yang baik agar proyek tersebut menghasilkan konstruksi yang kokoh dan berkualitas. Pada pelaksanaan kerja praktik ini penulis mengamati pelaksanaan beberapa pelaksanaan pekerjaan struktur, seperti pekerjaan pelat lantai, balok, dan kolom.A. Pekerjaan KolomKolom merupakan komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal yang berasal dari balok, pelat lantai, dinding, dan atap kemudian mendistribusikan ke pondasi. 1. Pemilihan Jenis KolomAda beberapa jenis kolom yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi, pada pembangunan Boemi Kedaton Mall, ukuran kolom yang digunakan berbeda-berbeda dan dengan penggunaan tulangan yang berbeda menurut kebutuhan dan perhitungan. Berdasarkan ukuran dan bentuknya, kolom yang digunakan yaitu kolom persegi berukuran 350 mm 600 mm, 600 mm 600 mm, 700 mm 700 mm, 400 mm 800 mm, 700 mm 800 mm, dan 800 mm 800 mm, serta kolom bundar dengan diameter 600 mm. Tulangan yang digunakan adalah baja tulangan ulir D25 mm, D22 mm, dan D19 mm, untuk kolom persegi, dan tulangan ulir D19 mm untuk kolom bundar. Sedangkan untuk sengkang digunakan baja tulangan polos 10 - 100 mm dan 12 - 100 mm. Mutu beton yang digunakan adalah K-300. Jenis kolom yang digunakan pada struktur bangunan ini adalah termasuk jenis kolom dengan sengkang ikat (tied colomn). Kolom dengan sengkang ikat (tied colomn) yaitu kolom yang biasanya berbentuk persegi atau bujur sangkar dengan tulangan utama memanjang diikat oleh sengkang persegi.

2. Tahap-tahap pekerjaan kolom Tahap-tahap pekerjaan kolom adalah sebagai berikut:1. Pembuatan tulangan oleh tukang besi di pabrikasiPembuatan tulangan dilakukan oleh tukang besi. Kegiatan ini meliputi pemotongan dan pembengkokan tulangan berdasarkan gambar struktur. Pemotongan dilakukan menggunakan bar cutter berdasarkan ukuran panjang pada gambar rencana. Baja tulangan terlebih dahulu diukur menggunakan meteran dan kemudian ditandai menggunakan kapur tulis, kemudian pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender sehingga tercapai bentuk tulangan yang diharapkan. Kegiatan ini dilakukan dalam pembuatan tulangan kolom, balok, sengkang, besi decking (kromo), dan tulangan lainnya (Gambar 35).

Gambar 35. Pabrikasi tulangan2. Pengangkutan tulangan dari area pabrikasi ke lokasi perakitan tulangan dilakukan dengan menggunakan secara manual oleh para pekerja (Gambar 36). Cara pelaksanaan ini masih kurang efektif karena pada proses pengangkutan tulangan ke lokasi pekerjaan akan mengganggu bagian pekerjaan lain yang sedang dikerjakan pada waktu yang bersamaan.

Gambar 36. Pengangkutan baja tulangan oleh pekerja.3. Setelah itu dilakukan pemasangan dan perakitan tulangan kolom berdasarkan gambar rencana (Gambar 37). Tulangan kolom diperkuat dengan memasang sengkang yang sebelumnya telah disesuaikan dengan ukuran kolom rencana. Perakitan sengkang dengan tulangan utama dibantu dengan menggunakan kawat bendrat yang berfungsi sebagai pengikat antar tulangan. Pertama-tama kawat dililit sampai membentuk ikatan yang kuat antara tulangan utama dengan sengkang. Sengkang diikat berdasarkan jarak yang telah diukur menggunakan meteran oleh tukang. Penggunaan kawat bendrat sebagai pengikat antara tulangan utama dengan sengkang bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pergeseran pada bagian tersebut. Pada pemasangan sengkang terdapat bengkokan pada ujung pertemuan sisi panjangnya. Pengait ini berfungsi sebagai pengait dan pengaku posisi sengkang. Panjang bengkokan harus sesuai dengan standar ketentuan pembengkokan tulangan menurut SNI-03-28472002.Pemasangan tulangan dilakukan dengan menyambung tulangan kolom dengan sisa tulangan pada kolom tersebut sebelumnya (sistem sambungan overlapping), panjang sambungan overlapping ditetapkan dengan ketentuan minimal 40 x diameter tulangan yang digunakan.

Gambar 37. Pemasangan dan perakitan tulangan kolom4. Pemasangan beton decking berfungsi untuk memberi ketebalan selimut beton pada kolom. Beton decking dipasang pada sisi tulangan kolom yang diikatkan dengan kawat (Gambar 38). Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall ini digunakan selimut kolom setebal 40 mm.

Gambar 38. Pekerjaan pemasangan beton decking5. Setelah kolom selesai terpasang, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sepatu kolom yang terbuat dari baja tulangan 10 cm (Gambar 39). Sepatu kolom dibuat seukuran dengan ukuran kolom rencana dan dipasang meneglilingi kolom bagian bawah dengan cara dilas.

Gambar 39. Pemasangan sepatu kolom6. Kemudian dilanjutkan dengan penyiraman cairan styrobond di permukaan beton yang sebelumnya telah mongering (Gambar 40). Hal ini berfungsi untuk merekatkan antara beton lama dengan campuran beton yang baru.

Gambar 40. Penyiraman styrobond7. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting kolom, dengan langkah-langkah pemasangan sebagai berikut:

a. Persiapan pemasangan bekisting1. Bekisting kolom pada proyek ini menggunakan multiplek dan balok 5/7. Sebelum dilakukan pemasangan, sebelumnya multiplek bekisting yang akan digunakan (Gambar 41) dibuat sesuai dengan ukuran kolom yang akan dikerjakan dan permukaannya telah dilumuri dengan pelumas berupa oli (Gambar 42) agar bekisting mudah dilepas pada saat beton kolom telah mengering.

Gambar 41. Pembuatan bekisting dari multiplek

Gambar 42. Pengolesan multiplek dengan pelumas (oli)2. Sebelum pekerjaan pemasangan bekisting kolom, sebelumnya perlu dipersiapkan alat-alat seperti palu, meteran, siku, benang, waterpass, dan unting-unting untuk mengukur tegak-lurusnya posisi bekisting kolom. Selain itu, dalam pemasangan kolom pada temapat yang tinggi perlu dipersiapkan penggunaan alat pengaman berupa safety belt, sarung tangan, sepatu safety, dan helm pengaman. Alat keamanan ini harus digunakan oleh pekerja agar terhindar dari kemungkinan terpukul, tergores, tertusuk, dan terkena material atau alat kerja.b. Proses pelaksanaan pemasangan bekisting1. Meletakkan bekisting kolom di keempat sisi kolom yang akan direncanakan.2. Menegakkan dan memasang bekisting. 3. Setelah itu dilakukan pengecekan terlebih dahulu agar bekisting kolom berada pada posisi tegak lurus. Pengecekan dilakukan dengan membuat titik tengah pada bagian atas dan bawah sebagai titik patokan, lalu memasang paku pada bagian atas kolom dan diujungnya diikatkan seutas benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting, kemudian memasang unting-unting (bandulan) pada sisi yang bersebelahan dan mengikatkan pada benang yang telah dipasang dengan jarak tertentu dari sisi bekisting (Gambar 43). Ukur jarak unting-unting bagian bawah dari sisi bekisting. Jika jarak unting-unting bagian bawah sama dengan bagian atas maka kolom tersebut telah tegak berdiri. Tetapi apabila ternyata jarak tersebut tidak sama maka bekisting digeser hingga diperoleh jarak yang sama antara unting-unting pada kedua sisi.

Gambar 43. Untingunting pada bekisting kolom4. Setelah pemeriksaan selesai, bekisting dirapatkan sisinya dengan bantuan kayu 5/7, kayu ini berfungsi sebagai pengunci bekisting kolom (sabuk kolom).5. Melakukan pemeriksaan kembali terhadap bekisting untuk mengetahui tegak atau tidaknya kolom.6. Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dinyatakan tegak, maka selanjutnya bekisting kolom dikencangkan dan dirapatkan dengan menggunakan tie rod di keempat sisinya (Gambar 44) untuk menghindari keluarnya beton pada saat pengecoran.

Gambar 44. Pemasangan tie rod7. Memasang penyangga pada kolom agar kolom tidak goyang pada saat pengecoran (Gambar 45).

Gambar 45. Pemasangan penyangga bekisting kolom8. Pengecoran kolomLangkah-langkah pengecoran kolom adalah sebagai berikut:a. Campuran beton dibuat dengan menggunakan molen (Gambar 46) dengan perbandingan campuran beton 1 pc : 2 ps : 3 kr.

Gambar 46. Pengadukan campuran beton dengan molenb. Kemudian campuran beton tersebut di antar menuju tempat kolom yang akan dicor dengan menggunakan rolley dorong (Gambar 47).

Gambar 47. Mengantar campuran beton dengan rolleyc. Campuran beton dimasukkan ke dalam sejumlah ember berukuran kecil, kemudian dituangkan ke dalam cetakan bekisting kolom sambil diratakan dengan menggunakan tongkat panjang (galah) dan dengan menggetarkan dinding bekisting menggunakan vibrator (Gambar 48). Hal ini bertujuan agar patikel-partikel butiran agregat di dalam adukan beton dapat saling mengisi, sehingga menjadi lebih padat dan tidak terdapat rongga di dalam cetakan bekisting kolom. Pemadatan dilakukan secara bertahap. Setelah kolom terisi 1/3 tinggi kolom, adukan dipadatkan dengan menggunakan vibrator. Pemadatan ini biasanya dilakukan selama 3-5 menit. Setelah pemadatan dilakukan, adukan kembali dimasukkan sampai 2/3 kolom dan pemadatan kembali dilakukan. Pengisian kembali dilakukan sampai kolom penuh pada batas yang telah ditentukan.

Gambar 48. Pengecoran kolom9. Pembongkaran bekisting kolomSetelah proses pengecoran selesai maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting pada umur beton tertentu (Gambar 49). Pembongkaran dapat dilakukan setelah beton mencapai 80% dari mutu beton K-300. Umumnya, adukan beton mencapai fc' 100% dalam waktu 28 hari. Pada proyek pembangunan gedung kantor Boemi Kedaton Mall, pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah kolom berumur 2-3 hari. Namun, kolom tidak diberikan pembebanan sebelum umur pengecoran 28 hari. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas balok-balok pengunci, tie rod, dan tiang-tiang penyangga. Kegiatan ini dilakukan dengan cermat serta hatihati agar tidak merusak struktur beton pada kolom.

Gambar 49. Pembongkaran bekisting kolom10. Setelah dilakukan pembongkaran bekisting, selanjutnya benda-benda sisa pembongkaran seperti balok kayu, tie rod, multiplek, dan tiang penyangga disekitar kolom dikumpulkan suatu ke tempat (Gambar 50). Setiap item dikumpulkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Hal ini bertujuan agar peralatan tersebut dapat dengan mudah digunakan apabila akan dilakukan pengecoran kolom lainnya.

Gambar 50. Pembersihan bekistingB. Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

Pelat merupakan bagian dari konstruksi yang memikul langsung beban yang bekerja pada suatu bangunan. Beban-beban yang diterima oleh pelat kemudian diteruskan ke balok. Dari balok kemudian beban-beban tersebut didistribusikan ke kolom setelah itu ke pondasi. Pada proyek pembangunan Boemi Kedaton Mall ini, pekerjaan balok dan pelat dilaksanakan secara bersamaaan. Balok merupakan beton persegi yang menghubungkan satu kolom dengan kolom lainnya dan salah satu fungsinya ialah memperkuat posisi pelat. Gaya-gaya luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan lentur pada balok. Oleh karena itu, ukuran balok harus diperhitungkan dan disesuaikan dengan beban yang akan diterimanya. Pada proyek pembangunan Boemi Kedaton Mall, balok yang digunakan adalah balok T.Adapun langkahlangkah pekerjaan balok dan pelat adalah sebagai berikut:1. Penentuan elevasi balok dan pelat lantai dilakukan dengan menggunakan bantuan theodolit (Gambar 51). Elevasi balok dan pelat lantai ditentukan pada salah satu kolom yang diukur menggunakan theodolit. Titik-titik acuan yang telah didapatkan, dihubungkan dengan garis lurus secara horizontal dari pandangan pada lensa theodolit dan dituliskan elevasinya pada setiap kolom untuk menjadi tanda titik as kolom. Elevasi yang telah didapatkan ini digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tinggi balok dan pelat lantai.

Gambar 51. Penentuan elevasi pelat dan balok dengan bantuan theodolit.2. Pengukuran ketinggian balok dan pelat lantai pada salah satu kolom ditentukan menggunakan meteran. Meteran ditarik dari tanda elevasi as kolom sesuai dengan ukuran tinggi pelat yang akan dikehendaki. Kegiatan ini dilakukan pada semua kolom agar elevasi ketinggian pelat dari tiap kolom benar-benar rata.3. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan perancah sebagai tumpuan awal bekisting balok dan pelat. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pekerja melakukan pekerjaan balok dan pelat, baik pemasangan tulangan dan pemasangan bekisting. Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall ini perancah yang digunakan adalah scaffolding. Pemilihan ini didasarkan karena scaffolding praktis dan mudah untuk dibongkarpasang. Selain itu, kemampuannya juga sangat baik dalam menopang beban saat pelaksanaan penulangan dan pengecoran pelat serta balok.Tiang-tiang scaffolding ditegakkan vertikal diantara setiap kolom struktur yang telah dicor dan telah mengeras. Scaffolding didirikan membentuk ikatan antara satu dengan yang lainnya (Gambar 52).

Gambar 52. Pemasangan scaffolding tahap awal4. Tiang-tiang scaffolding yang telah berdiri kemudian disusun secara teratur pada jarak yang tidak jauh antara satu dengan yang lain (Gambar 53). Setelah itu, rangkai scaffolding sesuai dengan jarak dan ketinggian yang akan dikehendaki. Pengaturan tinggi scaffolding dapat diatur dengan memutar dan mengencangkan bagian atas serta bagian bawah tiang. Sedangkan pengaturan jarak scaffolding dapat dilakukan dengan mengatur penyangga menyilang antar tiang scaffolding tersebut.

Gambar 53. Pengaturan penempatan scaffolding5. Memasang balok 6/12 diatas scaffolding yang telah disusun untuk menghindari kemungkinan terjadi lendutan (Gambar 54).

Gambar 54. Pemasangan balok 6/12 di atas scaffolding6. Memasang bekisting di atas balok 6/12 (Gambar 55). Bekisting ini terbuat dari multiplek dan diperkuat dengan balok berukuran 5/7 yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh pekerja kayu. Sebelum dipasang, permukaan bekisting diolesi pelumas (oli) terlebih dahulu agar mudah melepaskannya saat balok beton telah mengeras. Bekisting balok ini berukuran lebar 20 cm dan dipasang ke arah memanjang mengikuti posisi scaffolding (menghubungkan antara kolom yang satu dengan kolom yang lainnya). Setelah itu dilakukan pemeriksaan kelurusan, elevasi dan perkuatannya.

Gambar 55. Pekerjaan pemasangan bekisting balok7. Perakitan tulangan balok, baik balok induk dan balok anak (Gambar 56), disesuaikan dengan gambar rencana. Tulangan balok yang digunakan disesuaikan dengan jumlah dan dimensi tulangan yang direncanakan. Secara umum diameter tulangan utama yang digunakan adalah D22, D19, D16, dan D13 dengan sengkang 10. Jarak sengkang yang digunakan adalah 100 mm pada daerah tumpuan dan 150 mm pada daerah lapangan.

Gambar 56. Pengaturan letak baja tulangan pada balok

8. Setelah pengaturan posisi tulangan selesai, dilanjutkan dengan mengukur dan menandai jarak sengkang dengan cat penanda. Kemudian memasang sengkang menggunakan kawat bendrat menurut jarak yang sudah ditandai tersebut (Gambar 57). Setelah perakitan sengkang selesai, pada bagian bawah tulangan balok disangga dengan beton decking untuk memberikan ketebalan selimut beton yang diinginkan pada balok. Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall, tebal selimut beton yang digunakan adalah 25 mm.

Gambar 57. Pemasangan sengkang pada balok

9. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting sisi kanan dan kiri balok induk dan anak (Gambar 58). Bekisting terbuat dari balok kayu 5/7, dan multiplek tebal 12 mm yang sebelumnya telah dibuat dan dipersiapkan oleh tukang kayu. Pertama-tama, pekerja mengukur elevasi tinggi balok sebagai elevasi permukaan pelat beton dari elevasi as kolom struktur yang sebelumnya telah kita ukur dengan menggunakan theodolit. Setelah itu memasang bekisting di sisi kanan dan di sisi kiri menggunakan waterpass. Waterpass berguna untuk mendapatkan elevasi yang sama rata pada daerah tumpuan yang dihubungkan dengan sehelai benang sepanjang balok tersebut yang nantinya bekisting sisi kanan dan sisi kiri dikunci dengan potongan kasau yang dipakukan antara keduanya.

Gambar 58. Pemasangan bekisting bagian kiri dan kanan balok10. Pemasangan bekisting balok pada sisi lainnya dapat diluruskan dengan mengikuti benang tersebut (Gambar 59), sehingga diperoleh elevasi yang sama rata antara satu sengan yang lainnya.

Gambar 59. Penyamaan elevasi bekisting balok

11. Setelah pemasangan bekisting balok selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting pelat. Tetapi sebelumnya dilakukan pembuatan balok penyangga terlebih dahulu untuk menambah kemampuan bekisting pelat dalam menerima beban pelat beton nantinya (Gambar 60). Pembuatan balok penyangga dibuat berdasarkan jarak tertentu sesuai dengan ukuran lebar dan panjang bekisting pada pelat tersebut. Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall jarak antar penyangga bekisting pelat ialah 100 cm.

Gambar \60. Pemasangan penyangga bekisting pelat lantai

12. Kemudian dilakukan pemasangan gelagar di atas balok penyangga bekisting pelat (Gambar 61).

Gambar 61. Pemasangan gelagar13. Memasang bekisting pelat di atas gelagar (Gambar 62) dengan menggunakan multiplek yang sebelumnya telah diolesi dengan pelumas (oli) terlebih dahulu.

Gambar 62. Pemasangan bekisting pelat

14. Perakitan tulangan pelat dilakukan setelah pemasangan bekisting pelat lantai dan perakitan tulangan balok selesai. Pertama-tama, pekerja menghamparkan tulangan 10 di atas bekisting pelat lantai dalam dua arah, arah memendek dan arah memanjang (Gambar 63).

Gambar 63. Penghamparan tulangan 10

15. Setelah itu memasang tulangan pelat lantai dengan mengatur jarak 200 mm antar tulangan terlebih dahulu (Gambar 64). Pertemuan kedua tulangan tersebut diikat dengan kawat bendrat. Lalu bagian bawah tulangan diselipkan beton decking sebagai penambah jarak tebal selimut beton pelat lantai tersebut.

Gambar 64. Pemasangan tulangan pelat lantai

16. Apabila bentangan yang harus dipasang melebihi 12 m maka harus melakukan penyambungan tulangan yang harus memenuhi syarat pada bagian ujung sambungan harus di bengkokan sejarak 5D dan memiliki jarak 40D pada bagian sambungan (Gambar 65).

Gambar 65. Penyambungan tulangan pelat lantai

17. Menghamparkan tulangan wire mesh untuk lapisan kedua pada penulangan beton (Gambar 66). Tulangan ini dipasang pada tumpuan pelat pada balok. Tulangan wire mesh dipasang di atas tulangan balok dengan jarak pembagian 75 cm ke kedua arah pelat.

Gambar 66. Pemasangan wire mesh

18. Memasang tulangan kursi (stand bar) yang terbuat dari baja tulangan polos 10 mm yang dibentuk sedemikian rupa untuk menjaga jarak antara tulangan pelat lantai bagian bawah dengan wire mesh (tulangan pelat lantai atas bagian atas) (Gambar 67).

Gambar 67. Pemasangan tulangan kursi (stand bar)

19. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan besi rail yang berfungsi untuk menjaga ketinggian atau ketebalan pelat lantai pada saat dilakukan pengecoran (Gambar 68). Besi rail ini diikat dengan kawat pada besi penghubung 10 mm yang telah dilas dengan tulangan pelat lantai. Besi penghubung dipasang tegak lurus tulangan pelat lantai dengan jarak masing 100 cm.

Gambar 68. Pemasangan besi rail

20. Sebelum dilakukan pengecoran, dilakukan pembersihan area yang akan dicor dari kotoran-kotoran sisa pekerjaan (Gambar 69). Hal ini bertujuan agar beton terhindar dari benda-benda yang akan berpengaruh terhadap kekuatannya, misalnya kayu, potongan kawat, paku, pelastik.

Gambar 69. Pembersihan pelat dan balok21. Selain itu, sebelum pengecoran juga perlu diperhatikan bahwa permukaan beton yang telah dicor sebelumnya harus diberi styrobond sebagai perekat beton (Gambar 70). Penggunaan perekat beton ini bertujuan agar mendapatkan sambungan beton yang monolit.

Gambar 70. Penyiraman styrobond22. Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan beton ready mix mutu K-250 yang didatangkan dari pabrik pengolahan beton siap pakai. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pekerjaan. Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall ini menggunakan ready mix dari PT. Surento Nusantara Lampung.Pengangkutan beton dari lokasi pembuatan pengecoran menggunakan mobil khusus pengangkut adukan beton yang disebut ready mix truck berkapasitas 6 m3. Hal penting yang dilakukan sebelum pengecoran adalah uji slump beton. Uji slump dilakukan menggunakan kerucut Abrams dengan ukuran diameter lubang bagian atas 4 inchi (102 mm) dan diameter lubang bagian bawah 8 inchi (203 mm) (Gambar 71). Beton sebagai bahan uji slump diambil langsung dari mixer truck. Pelaksanaan di lapangan, setiap satu mixer truck diambil 2 benda uji untuk test slump, yang dipadatkan dengan cara penusukan sebanyak 25 kali. Akan tetapi untuk mempermudah pekerjaan, test slump dilakukan hanya diawal saja (pada mixer truck pertama).

Gambar 71. Uji slumpSelain itu, diperlukan juga pembuatan sampel uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 untuk pengujian kuat tekan beton (Gambar 72). Beton sebagai bahan uji ini diambil langsung juga dari mixer truck. Campuran beton dibentuk menjadi dua buah sampel kubus dan diambil dari mixer truck di awal saja. Setelah benda uji mengering maka dilakukan pembongkaran cetakan lalu direndam dalam bak air dengan suhu 25C. Setelah 28 hari dilakukan pengujian di laboratorium Universitas Lampung.

Gambar 72. Sampel kubus

23. Mobil ready mix menumpahkan adukan beton ke dalam bak penampungan beton yang ada pada mobil concrete pump (Gambar 73). Selanjutnya beton disemprotkan ke area yang akan dicor dimulai pada daerah terjauh terlebih dahulu hingga ke area terdekat dengan concrete pump.

Gambar 73. Menumpahkan adukan Ready mix ke dalam concrete pump.

24. Para pekerja menghampar adukan beton dengan menggunakan papan perata dan cangkul agar semua bagian terisi dengan adukan beton. Dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibrator (Gambar 74).

Gambar 74. Pengecoran pelat dan balok25. Setelah pengecoran selesai, selanjutnya dilakukan perataan permukaan campuran beton pelat lantai dengan alat perata (Gambar 75).

Gambar 75. Perataan permukaan pelat lantai

26. Setelah mendapatkan tebal pelat yang dikehendaki, kemudian dilakukan pelepasan besi rail (Gambar 76).

Gambar 76. Pelepasan besi rail

27. Kemudian dilakukan pengacian, lalu merapikan permukaan pelat lantai dengan menggunakan mesin trowel (Gambar 77).

Gambar 77. Merapikan permukaan pelat lantai dengan mesin trowel

28. Setelah proses pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting pada umur beton 28 24 jam. Pembongkaran bekisting balok dilakukan oleh pekerja menggunakan linggis. Pembongkaran harus dilakukan dengan hatihati agar tidak merusak struktur beton dan multiplek agar dapat digunakan kembali untuk bekisting balok dan pelat selanjutnya (Gambar 78).

Gambar 78. Pembongkaran bekisting balok dan pelat

C. Pengawasan Proyek

1. Tinjauan UmumPengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadi penyimpangan pelaksanaan terhadap peraturan dan perencanaan yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak, program pelaksanaan proyek, perintah dari pengelola proyek, dan ketentuanketentuan lain. Selama proses pekerjaan masih berjalan, pengawasan proyek berfungsi sebagai alat untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang sesuai dengan rencana pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai, pengawasan proyek berfungsi sebagai alat evaluasi proyek tersebut.Pengendalian proyek dilakukan dengan cara cermat, efisien, dan teliti agar dapat diperoleh system pelaksanaan dan perencanaan biaya yang tepat guna. Sehingga diharapkan konsep pengawasan tersebut dapat membawa perencanaan proyek menjadi lebih terarah dan berkembang. Secara umum pengawasan proyek meliputi halhal sebagai berikut:a. Penentuan StandarSemua kriteria proyek sebagai tolak ukur dalam menilai hasil karya pembangunan dari segi mutu, biaya, dan waktu harus senantiasa disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS). b. PemeriksaanPelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek harus diperiksa dengan melihat kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditetapkan evaluasi atau pengamatan terhadap hasilhasil pemeriksaan, untuk menjadi bahan pertimbangan dan sebagai acuan pada pelaksanaan proyek selanjutnya. c. Tindakan korelatifSuatu tindakan tegas harus dilakukan jika ternyata terdapat penyimpangan terhadap rencana semula. Hal ini ditujukan untuk mengadakan perbaikan, memperbaiki penyimpangan, dan mengantisipasi keadaan yang tidak terduga.Pengendalian proyek meliputi:1. Pengawasan mutu material.2. Pengawasan mutu beton.3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan.4. Evaluasi kemajuan pekerjaan.

2. Pengawasan Mutu MaterialPada proyek ini tidak dilakukan pengawasan terhadap mutu material yang digunakan agar material-material yang digunakan dapat memenuhi standar perencanaan yang telah ditetapkan. Sebelum di gunakan pada pekerjaan di lokasi proyek, material diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh pengawas proyek, apakah telah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Jika mutu dan spesifikasi material yang masuk tidak sesuai dengan RKS maka pengawas proyek berhak untuk menolak dan mengeluarkannya dari lokasi proyek. Keputusan diambil setelah dilakukan konsultasi antara pengawas dengan kontraktor, sehingga dapat dicari alternatif penggantinya. Material yang perlu diawasi antara lain:a. SemenPengawasan semen dilakukan dengan memeriksa apakah merk, jumlah, dan kondisi kemasan yang tiba di lokasi berada dalam keadaan baik dan sesuai dengan pesanan. Bila belum digunakan, semen harus disimpan di tempat yang terjaga suhu dan kelembaban udaranya. Pada pembangunan Boemi Kedaton Mall ini, penyimpanan semen ditaruh di gudang dengan tinggi penumpukan tidak lebih dari 1,5 m dengan memakai alas pada bagian bawahnya agar terhindar dari kelembaban yang dapat menurunkan kualitas semen tersebut.b. Agregat Halus (Pasir)Pengawasan material pasir dapat dilakukan dengan melihat warna, variasi butiran, mengandung lumpur atau tidak, dan kadar air yang dimiliki pasir tersebut tinggi atau tidak. Pada pelaksanaan proyek ini, agregat halus (pasir) yang digunakan memenuhi kriteria tersebut. Akan tetapi sebelum digunakan dalam pekerjaan, pasir hanya dihampar begitu saja tanpa diberi lapisan penutup. Cara penyimpanan ini kurang baik, karena apabila terjadi hujan, kadar air pasir akan meningkat dan banyak butiran yang terhanyut begitu saja.

c. Agregat Kasar (Kerikil/Split)Pengawasan material kerikil dapat dilakukan dengan melihat tekstur, kadar air, dan kadar lumpurnya. Kerikil yang baik memiliki tekstur yang kasar, runcing (bersudut), berwarna hitam, serta memiliki kadar air dan lumpur yang rendah. Pada pelaksanaan proyek ini, agregat kasar (kerikil) dihampar di atas tanah. Hal ini memungkinkan terdapatnya sampah pada tumpukan kerikil tersebut yang dapat mempengaruhi kualitas kekuatan campuran beton nantinya. Sehingga jika kerikil tersebut akan digunakan, sebaiknya sampah-sampah berupa kayu, pelastik, dan lumpur harus dibuang terlebih dahulu. d. Baja TulanganPengawasan terhadap baja tulangan meliputi jenis dan diameter tulangan, apakah telah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Sebaiknya baja tulangan diletakkan di tempat yang tidak lembab dan terlindung dari hujan. Pada Proyek ini baja tulangan diletakkan di lokasi terbuka, sehingga langsung terkena cuaca panas maupun hujan. Sebaiknya perlu dilakukan penanganan yang lebih baik agar baja tulangan tetap dalam kondisi layak digunakan dan tahan terhadap korosi.e. KayuPengawasan material kayu dilakukan dengan memeriksa apakah kondisi fisik, ukuran, dan jenis kayu telah sesuai dengan pemesanan. Material kayu yang baik untuk digunakan dalam pekerjaan proyek ialah yang berada dalam kondisi tidak terdapat retak, kadar air rendah, tidak terserang rayap, dan tidak terdapat mata kayu. Pada pelaksanaan proyek ini, material kayu yang digunakan ialah jenis gelam (kayu kelas kuat II). Kayu ini tahan terhadap kandungan air yang tinggi, sehingga dapat tahan lama jika digunakan sebagai balok kerangka bekisting kolom, balok, dan pelat lantai.f. AirPengawasan air dalam pekerjaan proyek ini dilakukan dengan melihat apakah kondisi warna dan zat yang terlarut di dalamnya. Air yang baik harus bersih dari kotoran, seperti lumpur, minyak, dan sampah. Pada pelaksanaan proyek ini, air yang digunakan berasal dari sumur bor di lokasi proyek.

3. Pengawasan Mutu BetonPengawasan beton ready mix dapat dilakukan dengan melakukan uji slump di lokasi proyek dan uji kuat tekan beton di laboratorium. Pada uji kuat tekan beton digunakan sampel berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada masing-masing sisinya (Gambar 79). Dari uji slump dapat diperoleh tingkat kelecakan beton dalam pengecoran, sedangkan dari uji kuat tekan beton dapat diketahui apakah beton ready mix telah memenuhi persayaratan nilai kuat tekan yang direncanakan atau tidak. Pada proyek pembangunan Boemi Kedaton Mall ini, pengujian sampel beton dilakukan di laboratorium Universitas Lampung.

Gambar 79. Benda uji kubus untuk pengujian kuat tekan beton di laboratoium

4. Pengawasan Pelaksanaan PekerjaanPengawasan berupa peninjauan dan pemeriksaan secara langsung di lokasi proyek terhadap kualitas material, kondisi pelaksanaan di lapangan, serta cara dan hasil pekerjaan.Pengawasan pada proyek ini meliputi pelaksanaan beberapa pekerjaan, antara lain pekerjaan tanah, pekerjaan sub structure (struktur bagian bawah), pekerjaan beton bertulang, pekerjaan drainase, dan proses finishing.Pekerjaan tanah meliputi pembersihan lahan, cut and fill (galian dan timbunan), pengolahan kualitas tanah, dan pemadatan tanah. Pekerjaan sub structure meliputi pekerjaan pondasi sumuran, pekerjaan pondasi batu kali, dan sloof. Pekerjaan beton bertulang meliputi pekerjaan bekisting, pekerjaan penulangan, pengecoran kolom, balok, dan kolom beton, serta perawatan beton. Pekerjaan drainase meliputi pembuatan saluran air bersih, saluran pembuangan, gorong-gorong, dan pemipaan. Proses finishing antara lain meliputi penataan interior dan eksterior, seperti pemasangan keramik, pemasangan lampu, dan pengecatan. Selain itu dilakukan pula penyiapan untuk lahan terbuka, seperti penataan halaman dan area parkir. Secara keseluruhan proses pelaksanaan pekerjan telah berjalan dengan cukup baik.5. Evaluasi Kemajuan PekerjaanUntuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah dicapai dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa laporan kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume pekerjaan yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang dilakukan, kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan cara mengatasinya.