6. bab iv struktur
TRANSCRIPT
53
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
4.1 Struktur Geologi
Struktur geologi daerah Sulawesi memperlihatkan keadaan yang sangat
komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik akibat
dari pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik yang
bergerak ke arah Barat , lempeng Australia yang bergerak ke Utara dan Eurasia
yang bergerak ke arah Selatan. Pergerakan tersebut mengakibatkan terbentuknya
struktur perlipatan dan pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro
yang memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif
sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750 kilometer ( Tjia dan
Zakaria,1973 dalam Sukamto,1975 ).
Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat
Palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat ( Sukamto, 1975).
Mandala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen
yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya
gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen –
Pliosen juga mencirikan mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai
dari jaman kapur, yaitu saat Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat
mengikuti gerakan tunjaman landai ke barat di bagian timur Mandala Sulawesi
Barat. Penunjaman ini berlangsung hingga hingga Miosen Tengah , saat kedua
53
T E L U K G O R O N T A L O
TELUK TOLOKEP. SULA
BANGGAI
SULAWESI
LAUT FLORES
118º 120º 122º 124º
0º
2º
4º
6º
8º 0 100 km
SELAT MAKASSAR
TELUK BO
NE
54
mandala tersebut bersatu pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi
pengendapan sedimen molase secara tak selaras di atas seluruh mandala geologi
di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan di Mandala Geologi Sulawesi
Barat . Pada Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi tercenanga. Di daerah
pemetaan diduga telah mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu
berarah Baratlaut – Tenggara, serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke
timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan membentuk bentang
alam seperti sekarang ini ( Sukamto dan Simandjuntak,1983 ).
Gambar 4.1. Struktur Geologi regional pulau Sulawesi ( Sukamto dan Simandjuntak, 1983 )
Lokasi Penelitian
55
Rangkaian struktur geologi pada daerah penelitian secara regional adalah
sesar geser yang berarah Barat Laut – Tenggara. Sesar geser tersebut melewati
Batuan Gunung api Lava ( Tolv ), Formasi Salowajo ( Tms ) ( Djuri, dkk ,1998 ).
4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Pembahasan mengenai struktur geologi daerah penelitian meliputi
pembahasan tentang indikasi pola struktur geologi yang dijumpai di lapangan,
jenis struktur yang dijumpai, umur dari struktur tersebut yang berhubungan
dengan kronologi urutan pembentukan struktur dan hubungannya dengan
stratigrafi daerah penelitian serta pada kondisi fisik, bagaimana struktur tersebut
terbentuk (mekanisme struktur geologi). Penentuan struktur geologi pada daerah
penelitian berdasarkan data-data struktur geologi baik primer maupun sekunder
yang dijumpai dilapangan dipadukan dengan data hasil interpretasi peta topografi.
Data primer berupa cermin sesar dan breksi sesar yang dipadukan dengan
pengukuran data kekar pada jalur sesar, sedangkan data sekunder berupa mata air.
Pembahasan elemen struktur geologi dilakukan secara deskriptif, meliputi
identifikasi, pengukuran orientasi, analisis data yang diperoleh serta rekonstruksi
yang digunakan sebagai penunjang interpretasi pola struktur geologi yang
berkembang.
Metode dan cara yang dilakukan dalam mengenali dan menganalisa struktur
pada daerah penelitian dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Mengamati dan mengenali jenis struktur yang dijumpai di lapangan.
56
Mengamati bentuk dan mengukur parameter terukur struktur yang dijumpai
dalam keadaan sebenarnya di lapangan seperti spasi dan bukaan kekar serta
dimensi cermin sesar yang dijumpai.
Melakukan pengukuran kedudukan dari unsur struktur yang dapat diukur,
misalnya kedudukan perlapisan batuan, kedudukan bidang yang diindikasikan
sebagai cermin sesar, arah pelamparan breksi sesar serta pengukuran secara
random data kekar.
Membuat sketsa atau foto dari struktur yang dijumpai di lapangan.
Menganalisa parameter struktur yang terukur dari data kuantitatif dalam bentuk
statistik dan dibuat dalam bentuk diagram-diagram pola, untuk diketahui
gambaran umum pola strukturnya. Contohnya yaitu pengolahan data kekar
dengan menggunakan proyeksi stereografis, rock ware dan diagram roset.
Membuat rekontruksi struktur daerah penelitian dengan menggunakan
penampang.
Menganalisa dan mendiskusikan mekanisme struktur daerah penelitian dari
hasil pengolahan semua data yang ada.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas maka jenis struktur geologi yang
berkembang pada daerah penelitian terdiri dari :
1. Struktrur Kekar
2. Struktur Sesar
57
4.2.1 Struktur Kekar
Kekar atau joint merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran (Asikin, 1979). Sedangkan menurut Ragan
(1973), kekar merupakan suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak
mengalami pergeseran pada bidang rekahnya.
Hal – hal yang diamati dalam pengambilan data kekar di lapangan meliputi
pengukuran kedudukan kekar, lebar bukaan, spasi antar kekar, isian kekar dan
pemgambilan foto kekar.
Adapun penetuan jenis kekar yang terdapat pada daerah penelitian yaitu
berdasarkan bentuknya. Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya ( Hodgson
dalam Sukendar Asikin, 1979), terdiri atas :
a. Kekar Sistematik yaitu kekar yang umumnya selalu dijumpai dalam bentuk
pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau
hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
b. Kekar Tidak Sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya, dan biasanya
tidak memotong kekar yang lainnya dan permukaannya selalu lengkung dan
berakhir pada bidang perlapisan.
Berdasarkan bentuknya, kekar yang dijumpai pada daerah penelitian
adalah kekar sistematik. Kekar sistematik ditandai dengan kekar yang
berpasangan, saling berpotongan dan membentuk pola tertentu. Kekar jenis ini
dijumpai pada litologi basal porfiri (foto 4.1)
58
Foto 4.1 Kenampakan kekar sistematik pada litologi basal porfiri yang dijumpai pada stasiun 72 . Difoto N 270oE.
Penentuan jenis kekar pada daerah penelitian berdasarkan genetiknya
ditentukan berdasarkan jenis gaya pembentuknya berupa gaya tarikan, maka
struktur kekar yang dijumpai pada daerah penelitian diklasifikasikan sebagai
kekar tarik (release joint) (foto 4.2).
59
Foto 4.2 Kenampakan kekar tarik “release joint” pada litologi basalt porfiri yang dijumpai pada stasiun 67 .
Hasil pengukuran kekar pada litologi basalt porfiri di stasiun 72 sebanyak
100 kali memperlihatkan spasi kekar antara 4 – 18 cm, bukaan kekar 1 – 5 mm.
Hasil pengukuran kekar tersebut dapat pada tabel 4.1. Hasil pengukuran kekar
tersebut menunjukkan kekar yang sistematis dengan arah umum kekar Utara
Baratlaut – Selatan Menenggara , (kemiringan kekar relatif 20o – 60o (tabel 4.1
dan 4.2). Hasil analisis data dengan menggunakan diagram kipas diperoleh
tegasan utama maksimum ) menunjukkan Arah Tegasan Utama (σ1) N 345 0E,
Arah Tegasan Minimum (σ3) N 75 0E ( gambar 4.2 ).
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran kekar Pada Batuan Basal porfiri di Stasiun 72 Salo Lombok
60
No Kedudukan No Kedudukan No Kedudukan No Kedudukan No KedudukanN…..E/…. N…..E/…. N…..E/…. N…..E/…. N…..E/….
1 8/36 21 138/45 41 41/31 61 92/35 81 32/462 13/33 22 52/34 42 21/30 62 317/39 82 18/223 198/40 23 315/25 43 106/21 63 267/51 83 184/224 192/45 24 236/28 44 117/36 64 8/33 84 26/205 217/55 25 247/27 45 19/24 65 71/30 85 137/246 83/35 26 45/40 46 195/24 66 336/25 86 148/357 251/25 27 316/56 47 96/38 67 191/27 87 318/558 312/23 28 63/36 48 227/39 68 305/33 88 178/479 275/34 29 162/45 49 81/27 69 135/23 89 176/45
10 327/40 30 278/58 50 103/45 70 301/27 90 134/5511 158/34 31 156/54 51 205/26 71 287/38 91 345/5812 291/53 32 114/36 52 14/60 72 66/38 92 166/6013 179/48 33 132/54 53 333/36 73 208/50 93 149/3514 143/37 34 124/35 54 348/50 74 48/26 94 87/4715 137/34 35 129/53 55 13/39 75 126/29 95 198/1516 242/49 36 134/25 56 214/45 76 174/30 96 5/3017 211/54 37 138/38 57 269/38 77 248/34 97 184/2618 105/45 38 325/20 58 307/49 78 142/32 98 186/3619 65/45 39 172/27 59 36/38 79 352/32 99 236/28
Tabel 4.2 Akumulasi frekuensi kekar pada stasiun 72
Interfal Kelas(N..E)Frekuensi
Interfal Kelas(N..E)Frekuensi
Turus Jumlah Turus Jumlah0-10/181-190 IIIII I 6 91-100/271-280 IIII 4
11-20/191-200 IIIII IIIII 10 101-110/281-290 IIIII 521-30/201-210 IIII 4 111-120/291-300 III 331-40/211-220 IIIII I 6 121-130/301-310 IIIII I 641-50/221-230 IIIII 5 131-140/311-320 IIIII IIIII II 1251-60/231-240 IIII 4 141-150/321-330 IIIII 561-70/241-250 IIIII I 6 151-160/331-340 IIII 4
61
Gambar 4.2. Diagram kipas kekar pada batuan beku basalt porfiri stasiun 72 dengan Arah Tegasan Utama (σ1) N 345 0E, Arah Tegasan Minimum (σ3) N 75 0E
4.2.2 Struktur Sesar
Sesar merupakan suatu rekahan di sepanjang batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian bagian yang berhadapan,
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan (Billing, 1968).
Berdasarkan pergerakan relatif (Relative movement) dan jenis gaya yang
menyebabkannya (Billing, 1968), struktur sesar terbagi atas tiga yaitu :
1. Sesar naik, merupakan sesar yang “hanging wall”nya relatif bergerak naik dan
diakibatkan oleh gaya kompresi.
2. Sesar normal, merupakan sesar yang “hanging wall”nya relatif bergerak turun,
diakibatkan oleh gaya tension.
62
3. Sesar geser, merupakan sesar dimana kedua blok yang patah bergerak secara
mendatar, diakibatkan oleh gaya kompresi, terbagi atas sesar geser menganan
(“dextral”) dan sesar geser mengiri (“sinistral”).
Berdasarkan teori kekandasan batuan, struktur geologi berupa sesar akan
terjadi apabila suatu bahan/batuan dikenai suatu gaya yang melebihi batas
elastisitasnya sehingga akan mengalami pergeseran (Asikin, 1979).
Sesar dapat dikenali melalui indikasi atau ciri berdasarkan kenampakan
secara langsung di lapangan baik itu ciri primer ataupun sekunder, kenampakan
morfologi, serta interpretasi pada peta topografi. Kenampakan morfologi secara
langsung dilapangan serta pada peta topografi dapat dikenali seperti dengan
adanya pelurusan sungai, kelokan sungai yang sangat tajam, dan perbandingan
kerapatan kontur yang menyolok. Sedangkan pengamatan singkapan di lapangan
dapat dikenali berupa, adanya zona hancuran perubahan kedudukan batuan,
adanya mata air, adanya air terjun, kontak litologi yang berbeda umur dan
genetiknya. Selain itu identifikasi struktur sesar juga harus tetap mengacu
terhadap setting tektonik regional yang mempengaruhi daerah penelitian.
Berdasarkan hasil analisa terhadap data lapangan berupa data primer
ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar yang
bekerja pada daerah penelitian berupa sesar geser , dan berdasarkan pergerakan
relatif serta daerah yang dilaluinya maka sesar pada daerah penelitian adalah Sesar
Geser Lombok
63
Sesar geser Lombok memanjang relatif pada arah Tenggara – Barat laut.
Sesar geser ini memotong satuan basalt porfiri, dan batu lempung
karbonatan .Sesar geser ini bersifat menganan( dekstral strike-slip fault).
Penentuan struktur sesar geser Lombok yang bekerja di daerah penelitian
ini didasarkan dengan adanya data primer dan data sekunder yang dijumpai di
lapangan yaitu :
Dijumpai cermin sesar yaitu pada stasiun 67,73 dan76 (foto 4.3 dan 4.4).
Dijumpai breksi sesar pada jalur sesar yaitu pada stasiun 66 dan 72 ( foto 4.5,
dan 4.6 ).
Dijumpai adanya penjajaran mata air pada stasiun 73 dan 76
Pola aliran sungai yang bertipe Rectangular pada Salo Lombok
Pada peta topografi dijumpai pelurusan garis kontur.
Foto 4.3 Kenampakan Cermin Sesar pada litologi basalt yang dijumpai pada stasiun 67 . Difoto pada arah N 115oE.
64
Foto 4.4 Kenampakan Cermin Sesar pada litologi basalt yang dijumpai pada stasiun 73 . Difoto pada arah N 95oE.
Foto 4.5 Kenampakan Breksi Sesar dijumpai pada stasiun 67 . Difoto pada arah N 270 oE.
65
Foto 4.6 Kenampakan Breksi Sesar dijumpai pada stasiun 72 . Difoto pada arah N 270 oE.
Foto 4.7 Kenampakan mata air dijumpai pada stasiun 73 . Difoto pada arah N 30o E
66
Foto 4.8 Kenampakan mata air dijumpai pada stasiun 76 . Difoto pada arah N 175o E
Penentuan umur pembentukan Sesar geser Lombok didasarkan pada umur
satuan batuan yang dipengaruhinya berupa satuan basal porfiri dan batulempung
karbonatan yaitu Miosen Tengah – Miosen Akhir
4.3 Mekanisme Struktur Geologi Daerah Penelitian
Mekanisme pembentukan struktur geologi daerah penelitian didasarkan
pada teori Harding dalam James D. Lowell, 1985 ( Gambar 4.3) . Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa mekanisme pembentukan struktur geologi yang
terdapat pada daerah penelitian terjadi dalam satu periode arah tegasan utama.
67
Gambar 4.3 Mekanisme pembentukan struktur geologi berdasarkan pola strain elipsoide, menurut Harding and Hill dalam James D Lowell, 1985
Penentuan arah tegasan utama pada daerah penelitian didasarkan pada
hasil perhitungan kekar yang dilakukan dan selanjutnya dimasukkan kedalam
diagram kipas sehingga didapatkan hasil akhir berupa arah tegasan utama.
Adapun hasil pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut; Hasil
perhitungan kekar pada stasiun 72 menunjukkan kekar yang sistematis dengan
arah umum kekar Utara Baratlaut – Selatan Menenggara , (kemiringan kekar
relatif 20o – 60o (tabel 4.1 dan 4.2). Hasil analisis data dengan menggunakan
diagram kipas diperoleh tegasan utama maksimum ) menunjukkan Arah Tegasan
Utama (σ1) N 345 0E, Arah Tegasan Minimum (σ3) N 75 0E ( gambar 4.2 ).
Berdasarakan arah perkembangan sesar dan hasil analisis data kekar diatas
maka diketahui bahwa struktur geologi yang ada di daerah penelitian, terbentuk
oleh adanya gaya kompresi yang berarah Utara Baratlaut – Selatan Menenggara ,
dimana tekanan yang menyebabkan terjadinya perlipatan pada daerah penelitian.
karena tegasan ini terus berlanjut sampai melampaui batas elastisitas dari batuan,
akan membentuk kekar – kekar pada daerah penelitian. Terhentinya gaya yang
berkerja mengakibatkan terjadinya release sehingga mengakibatkan terbentuknya
68
sesar geser pada daerah Lombok hingga memajang ke barat melewati Salo
Lombok .