bab ii 3100035 -...

31
8 BAB II PERHATIAN ORANG TUA, KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR ANAK A. Perhatian Orang Tua 1. Pengertian Banyak konsep yang dimajukan oleh para ahli pendidikan mengenai arti perhatian, diantaranya adalah konsep perhatian yang diartikan oleh Soegarda Poerbakawatja dalam buku Ensiklopedi Pendidikan. Beliau mendefinisikan perhatian adalah “respon umum terhadap sesuatu yang merangsang dikarenakan adanya bahan-bahan apersepsi pada kita. Akibatnya maka kita menyempitkan kesadaran kita dan memusatkannya kepada hal-hal yang telah merangsang kita”. 1 Sedang menurut Sumadi Suryabrata perhatian diartikan “pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. 2 Perhatian menurut Kartini Kartono didefinisikan sebagai berikut yakni “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”. 3 Beragamnya pandangan para pakar psikologi pendidikan mengenai pengertian perhatian seperti diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya perhatian adalah pemusatan aktivitas psikis yang ditujukan pada suatu obyek yang merangsang. Dari pengertian perhatian tersebut, jika dikaitkan dengan peran orang tua yang mempunyai tanggungjawab dalam memberi perhatian untuk anak-anaknya maka dapat diartikan kemampuan orang tua untuk 1 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982) Cet. III, hlm. 276 2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984) Cet. I hlm. 16 3 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung : Mandar Maju, 1996) , Cet. III, hlm. 111

Upload: nguyendang

Post on 29-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

PERHATIAN ORANG TUA, KEDISIPLINAN BELAJAR

DAN PRESTASI BELAJAR ANAK

A. Perhatian Orang Tua

1. Pengertian

Banyak konsep yang dimajukan oleh para ahli pendidikan

mengenai arti perhatian, diantaranya adalah konsep perhatian yang

diartikan oleh Soegarda Poerbakawatja dalam buku Ensiklopedi

Pendidikan. Beliau mendefinisikan perhatian adalah “respon umum

terhadap sesuatu yang merangsang dikarenakan adanya bahan-bahan

apersepsi pada kita. Akibatnya maka kita menyempitkan kesadaran kita

dan memusatkannya kepada hal-hal yang telah merangsang kita”.1 Sedang

menurut Sumadi Suryabrata perhatian diartikan “pemusatan tenaga psikis

tertuju pada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai

sesuatu aktivitas yang dilakukan”.2

Perhatian menurut Kartini Kartono didefinisikan sebagai berikut

yakni “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan

kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi,

dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”.3

Beragamnya pandangan para pakar psikologi pendidikan mengenai

pengertian perhatian seperti diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada

dasarnya perhatian adalah pemusatan aktivitas psikis yang ditujukan pada

suatu obyek yang merangsang.

Dari pengertian perhatian tersebut, jika dikaitkan dengan peran

orang tua yang mempunyai tanggungjawab dalam memberi perhatian

untuk anak-anaknya maka dapat diartikan kemampuan orang tua untuk

1 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982) Cet.

III, hlm. 276 2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984) Cet. I hlm. 16 3 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung : Mandar Maju, 1996) , Cet. III, hlm. 111

9

dapat memusatkan seluruh aktivitas psikis yang ditujukan pada anak-

anaknya agar tercapai tujuannya. Perhatian orang tua mempunyai arti

perhatian pendidikan. Sebab orang tua merupakan pendidik yang utama

bagi anak-anaknya didalam lingkungan keluarga.

Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan

perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral

anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial,

disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan

kemampuan ilmiahnya.4 Orang tua tidak dapat dengan semena-mena

membiarkan anak-anaknya mencari jati dirinya maka dari itu perhatian

harus diberikan secara continue dari orang tuanya dengan jalan selalu

memperhatikan seluruh gerak-gerik dan tindak tanduk anaknya. Sehingga

apabila anak melalaikan kewajibannya dapat segera diingatkan dan apabila

melihat yang mungkar dapat segera dicegah serta sebaliknya apabila anak

berbuat yang baik maka orang tua patut mengucapkan terima kasih dan

selalu memberi motivasi agar melakukan perbuatan baik itu.

2. Macam-macam perhatian

Perhatian dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan dari

mana perhatian itu ditinjau. Adapun macam-macam perhatian dapat

disebutkan sebagai berikut.

Perhatian ditinjau dari segi timbulnya dibedakan menjadi :

a. Perhatian spontan yaitu perhatian yang tak sekehendak, perhatian tak

disengaja. Sehingga perhatian tersebut timbul begitu saja seakan-akan

tanpa usaha dan tanpa disengaja.

b. Perhatian tidak spontan (sekehendak) yaitu perhatian disengaja,

perhatian reflektif. Dapat dikatakan perhatian tersebut timbul karena

adanya usaha dan juga adanya kehendak.5

4 Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, (Jakarta : Pustaka Amani, 1999),

Cet. II, hlm. 275 5 Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 17

10

Dalam kehidupan, anak sangat membutuhkan bimbingan, bantuan

serta kasih sayang dari orang tua. Dapat dikatakan perhatian yang

diberikan orang tua merupakan perhatian tidak spontan karena timbul

dengan adanya usaha dan juga adanya kehendak. Sebagai orang tua harus

berusaha membangkitkan dirinya untuk mencurahkan seluruh

perhatiannya kepada anak. Tetapi pada saat-saat tertentu anak juga

membutuhkan perhatian yang khusus. Misalnya, apabila anak sedang

mengalami bahaya. Maka kewajiban pertama yang dilakukan orang tua

adalah menyelamatkan anak dari bahaya tersebut. Perhatian secara spontan

yang diberikan orang tua sangat dibutuhkan anak jika kesulitan itu datang

secara mendadak.

Atas dasar intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang

menyertai sesuatu aktivitas atas pengalaman batin, maka perhatian

dibedakan menjadi :

a. Perhatian intensif yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyak

rangsang.

b. Perhatian tidak intensif yaitu perhatian yang kurang diperkuat oleh

rangsang.6

Anak dipandang sebagai amanat atau cobaan Allah SWT agar

dipelihara dengan sebaik-baiknya. Dengan amanat inilah, orang tua pada

umumnya dihadapkan pada dua alternatif yaitu memikul dosa karena

menyia-nyiakan amanat Allah atau menjaga amanat tersebut dengan

imbalan pahala dari Allah, sebagaimana firman Allah:

������������� ����������� ����������������������� ��������� ��� �!�"�#$%�&'�()"*�� �+��,�

”Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah-lah pahala yang besar.”7

6Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 35. 7A. Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm.

942.

11

Perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya dilakukan

secara intensif, yakni dengan terus menerus agar membawa kebaikan pada

diri anak. Sebab dengan berbuat baik kepada anak-anak dan gigih dalam

mendidik mereka, berarti telah memenuhi amanat dengan baik.

Sebaliknya, jika membiarkannya dan mengurangi hak-hak mereka berarti

telah melakukan penipuan dan pengkhianatan.8 Disamping itu juga agar

anak menjadi diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain yakni dapat

hidup secara mandiri. Maka orang tua jangan terlalu berlebihan dalam

memperhatikan anak. Sebab akan membawa dampak yang kurang baik

bagi anak, misalkan saja timbul sifat manja pada diri anak.

Atas dasar luasnya obyeknya, perhatian dibedakan menjadikan:

a. Perhatian terpencar (distributif) yaitu membagi-bagikan pikiran-

perasaan-kemauan pada beberapa atau banyak obyek.

b. Perhatian terpusat (konsentratif) yaitu memusatkan pikiran-perasaan-

kemauan kepada satu obyek saja.9

Segala aktifitas yang dilakukan anak mulai bangun tidur sampai

tidur kembali merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan oleh

orang tua. Sebab berbagai macam kejadian yang dialami anak dalam satu

hari itu, apabila salah satunya kurang diperhatikan orang tua maka akan

membawa dampak negatif bagi anak. Salah satu aktifitas yang perlu

diperhatikan secara konsentratif oleh orang tua yakni dalam masalah

pendidikan.Dalam hal ini perhatian orang tua diberikan pada saat anak

sedang dalam proses pembelajaran.

Dari uraian mengenai macam-macam perhatian di atas, dapat

dikatakan bahwa perhatian orang tua terhadap anaknya disesuaikan dengan

tuntutan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung. Jadi dari berbagai

macam perhatian tadi, yang digunakan bukan hanya salah satu saja tetapi

8 Muhammad Al- Hamd, Kesalahan Mendidik Anak Bagaimana Terapinya, (Jakarta: Gema

Insani, 2001) , Cet. III, hlm. 11 9 Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 112

12

secara bergantian dan bervariasi sesuai dengan keadaan yang sedang

terjadi.

3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua pada Anak

Perhatian dan segala bentuknya dapat diberikan secara langsung

maupun tidak langsung yang penting bagaimana perhatian tersebut dapat

berkesan dan selalu diingat oleh anak.

Diantara bentuk-bentuk perhatian orang tua pada anaknya, yaitu :

a. Nasehat

Menasehati seorang anak berarti memberi saran-saran percobaan

untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan keahlian (pengetahuan,

pengalaman dan pikiran sehat) atau pandangan yang lebih objektif.10

Nasehat dilakukan seseorang karena memiliki pengaruh yang

cukup besar dalam membuka mata anak-anak, kesadaran akan hakekat

sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur,

menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan

prinsip-prinsip Islam.11

Dicontohkan di sini mengenai pemberian nasehat yang

dilakukan Luqman al-Hakim dalam Al-Qur'an surat Luqman :

���-.������/�01� �23�&���"�)��/��1�4����$5���67�8���9�7����:����8���)����(#-;����<"�=�->�&��

��������'�(#;��+��,�

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Q.S. Luqman : 13)12

10 Charles Schaefer, alih bahasa R. Turman Sirait, Cara Efektif Mendidik dan

Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Mitra Utama, 1994), cet. I, hlm. 128. 11 Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 209. 12 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 654.

13

Metode ini dapat dilakukan dalam keluarga pada saat orang tua

(ayah dan ibu) berkumpul dengan anaknya dengan cara memberikan

kata-kata hikmah lewat penyajian cerita, nyanyian atau syair, ataupun

dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang kemudian diuraikan

kandungan isinya dengan bahasa dan cara yang dapat diterima oleh

anak. Selain itu juga nasehat dapat diberikan orang tua pada saat anak

belajar. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-

kesulitan anaknya dalam belajar. Karena dengan mengenai kesulitan-

kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya

dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

b. Pengawasan

Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab

tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar

kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar.13 Berkat

adanya pengawasan dari orang tuanya, maka anak akan terdorong untuk

belajar lebih baik dan lebih giat, sehingga anak dapat memperoleh

prestasi belajar yang lebih baik.

Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai

penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena

terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan

dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.

Pengawasan ini bukan berarti pengekangan terhadap kebebasan

anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan

kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah

mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang

bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan

tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang

mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya disini

contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk

13 Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Anak, (Jakarta : Gunung Mulia, 1989), cet. III, hlm. 42.

14

mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan memberi pengertian

kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak akan

terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.

c. Pemenuhan fasilitas belajar

Drs. Bimo Walgito menyatakan bahwa semakin lengkap alat-alat

pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya.

Sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan

gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami

gangguan.14 Tersedianya semua fasilitas belajar dan alat-alat pelajaran

seperti ruang belajar, buku pelajaran, alat tulis menulis, buku-buku

bacaan serta alat peraga lainnya sangat membantu anak untuk

memahami dan mempercepat anak dalam mengerti pelajarannya,

dibanding bila tidak tersedianya fasilitas belajar yang memadai.

Tempat belajar yang baik meliputi pencahayaannya yang cukup

terbebas dari gangguan suara dan gangguan pandangan, pengaturan meja

dan kursi belajar yang baik, dan pengaturan bahan pelajaran yang baik.15

Sehingga akan menimbulkan tempat belajar yang suasananya

menyenangkan.

Dengan tempat belajar yang menyenangkan akan membantu

membangkitkan semangat belajar dan membantu memusatkan

konsentrasi seseorang pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebaliknya,

tempat belajar yang tidak menyenangkan dapat mengakibatkan

seseorang tidak dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang akan dipelajari.

Dengan demikian pemenuhan fasilitas belajar harus diperhatikan

orang tua agar anak dalam belajar tidak ada gangguan dan lancar

mengerjakan tugas-tugasnya sehingga prestasi belajarnya akan

meningkat.

14 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995),

Cet. III, hlm. 123-124 15 Rudi Mulyatiningsih, dkk, Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar dan Karier, (Jakarta :

Grasindo, 2004), Cet. I, hlm. 52

15

d. Pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani.

Individu terbentuk dari fisik dan psikis yang masing-masing

tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Apabila ada gangguan

baik dalam fisik maupun psikis akan mempunyai pengaruh terhadap

prestasi belajar anak.

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang

memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif, seperti selalu

hadir di sekolah, dapat belajar dengan giat, tidak cepat lelah, dan tidak

cepat mengantuk. Kesehatan jasmani agar tetap sehat dan dapat berhasil

baik dalam belajar maka diperlukan pemeliharaan yang antara lain

dengan: makan makanan yang sehat, melakukan olah raga yang teratur,

tidur yang cukup, tidak belajar semalam suntuk dan menggunakan hari

libur untuk rekreasi.16

Selain pentingnya kesehatan jasmani, kesehatan rohani yang

biasa disebut psikis juga harus tetap terjaga selalu, kondisi psikis yang

positif dalam proses belajar misalnya adalah kerajinan dan ketekunan

dalam belajar, tidak mudah putus asa atau frustasi dalam menghadapi

kesulitan dan kegagalan, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar

berani bertanya dan selalu percaya pada diri sendiri.17

Disamping itu kondisi rohani juga berkaitan dengan kondisi

mental seseorang yang meliputi intelegensi atau tingkat kecerdasan

seseorang, kemauan, bakat, daya ingat, dan daya konsentrasi.18

Keadaan fisik dan psikis yang sehat menguntungkan perbuatan

belajar dan sebaliknya fisik dan psikis yang sakit atau terganggu akan

merugikan perbuatan belajar. Anak yang pikirannya tidak tenang

mengganggu perbuatan belajar, perasaan yang tidak menentu dan kacau

serta perhatian yang pecah belah mengganggu belajar itu sendiri. Oleh

karena itu orang tua diharapkan selalu memperhatikan kesehatan anak

16 Ibid., hlm. 60 17 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2001), Cet. II, hlm. 13 18 Ibid., hlm. 13-16

16

baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani, karena semua itu

sangat mempengaruhi belajar anak.

B. Kedisiplinan Belajar

1. Pengertian

Kedisiplinan secara etimologi (asal kata) menurut kamus besar

bahasa Indonesia, berasal dari kata “disiplin”, dengan mendapat tambahan

awalan ke-dan akhiran-an pada kata disiplin yang menunjukkan arti

ketaatan dan kepatuhan kepada aturan.19

Sedangkan pengertian disiplin secara istilah diartikan oleh

beberapa ahli sebagai berikut:

a. Menurut W.J.S. Poerwadarminta menyatakan bahwa disiplin adalah

“latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya

selalu mentaati tata tertib.”20

b. Dalam kamus psikologi mendefinisikan pengertian disiplin adalah

“Kontrol terhadap kelakuan baik oleh suatu kekuatan luar ataupun oleh

individu sendiri.”21

c. Sedangkan menurut pendapat Charles Schaefer, “inti dari disiplin ialah

untuk mengajar, atau seseorang yang mengikuti ajaran dari seorang

pemimpin”.22

Dari beberapa pengertian disiplin di atas, dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan adalah kontrol terhadap kelakuan seseorang agar selalu

menaati tata tertib dari orang lain maupun diri sendiri.

Disiplin merupakan kunci sukses karena dengan disiplin, orang

bisa berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan tepat pada waktunya

dan akan membawa hasil sesuai yang diinginkan.

19Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 208

20 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976), hlm. 254

21 James Drever, Terj. Nancy Simanjuntak, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1988) hlm. 110.

22 Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 3

17

Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan

disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan

kehidupan lainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit

termaktub dalam firman Allah swt dalam suat An-Nisa ayat 59:

?� � ��9���@�!� ����� !� �(�7�A2� � "�BC7�D7�������� � �� ?E- � F�����!��� �<���G$� � ��9���@�!���

'�H"I�� �+��,

“Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu”.(Q.S. An-Nisa : 59)23

Kedisiplinan dalam hal ini dikaitkan dengan belajar, sebab belajar

yang baik adalah belajar yang disertai dengan sikap disiplin yakni anak

dapat membagi waktu sesuai proporsinya dan menepati apa yang telah

dijadwalkan secara terus menerus. Ada berbagai makna mengenai

pengertian belajar yang antara lain sebagai berikut.

Pengertian belajar menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz

Abdul Madjid, sebagai berikut:

���"B���J �K����;)"G��LM�F.� N7��.9�O �(:>�P�Q�*4��:��.9�� �R3 � �7��� Q�*424�

“Sesungguhnya belajar merupakan perubahan didalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru”. Belajar juga mempunyai arti suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan daya

23 Soenarjo, Op. Cit, hlm. 128 24 Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, Al Tarbiyah wa Turaqu al Tadrisi, Juz I,

(Mesir : Darul Ma’arif, 1979), hlm. 169.

18

pikir.25 Selain itu juga belajar diartikan perubahan kelakuan berkat

pengalaman dan latihan.26

Jadi yang dimaksud dengan kedisiplinan belajar adalah kontrol

terhadap kelakuan seseorang agar selalu menaati tata tertib dari orang lain

maupun diri sendiri dalam proses perubahan kepribadian yang diperoleh

dari pengalaman dan latihan.

Proses yang dimaksudkan di sini adalah suatu proses belajar. Oleh

karena itu kedisiplinan dalam belajar yaitu ketaatan, kepatuhan serta sikap

tanggung jawab anak terhadap peraturan-peraturan yang berkenaan dengan

masalah belajar baik peraturan yang ditentukan oleh sekolah maupun

peraturan yang ditentukan diri sendiri, yang dengan hak itu dapat

menjadikan perubahan pada diri seseorang.

2. Faktor Pendorong Bersikap Disiplin

Kedisiplinan yang dilakukan anak tidak akan muncul begitu saja.

Kedisiplinan itu tumbuh di dalam jiwa anak dan akhirnya diwujudkan

dengan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari di mana didorong oleh

beberapa faktor yang sangat kuat dalam membentuk kedisiplinan anak.

Adapun faktor-faktor yang mendorong kedisiplinan anak diantaranya

adalah :

a. Diri Sendiri

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin

tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk

melalui dorongan dari dalam diri sendiri dengan suatu proses yang

membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk

kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

Latihan adalah belajar dan berbuat serta membiasakan diri

melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Dengan cara itu, orang

25 Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 1 26 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet. II, hlm.

34

19

menjadi terbiasa, terlatih, terampil dan mampu melakukan sesuatu

dengan baik.27

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan

kebiasaan. Artinya, melakukan disiplin secara berulang-ulang dan

membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Dengan

latihan dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk dalam diri anak.

Agar seorang anak dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin,

terutama disiplin dalam hal-hal berikut :

- Disiplin dalam menepati jadwal belajar (harus mempunyai jadwal

kegiatan belajar untuk diri sendiri).

- Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-

nunda waktu belajar.

- Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan

dan semangat belajar baik di sekolah maupun di rumah.

- Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit.28

Kedisiplinan dalam segala hal terutama dalam belajar

hendaknya dimiliki oleh setiap anak, yang akhirnya dapat menjadi

kebiasaan dalam setiap aktivitasnya. Apabila cara belajar yang teratur

dan disiplin itu sudah menjadi kebiasaan, maka akan terbentuk etos

belajar yang baik. Di mana kewajiban belajar bukan lagi menjadi

beban melainkan sudah dianggap sebagai kebutuhan hidupnya.

b. Orang Lain

Selain diri sendiri sebagai pendorong untuk tegaknya disiplin,

orang lain juga dapat mendorong untuk bersikap disiplin, yang antara

lain adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

Seorang anak, tumbuh dan berkembang di dalam keluarganya.

Sehingga keluargalah yang pertama mendidik dan mengenalkan

kepada anak tentang norma-norma yang baik, termasuk di dalamnya

27 Anton M. Moeliono, Op.Cit., hlm. 567. 28 Sofchah Sulistiyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan : Cinta Ilmu,

2001), hlm. 3.

20

penerapan kedisiplinan pada anak. Sehingga apabila anak memasuki

dunia sekolah maka akan terbiasa dengan sikap disiplin.

Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses

dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar.29 Hal itu dicapai dengan

merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, bagi

para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu.

Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen.

Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman,

tenang, tentram, tertib dan teratur.

Selanjutnya lingkungan yang sangat erat dengan anak adalah

masyarakat sekitar. Dalam hal ini pergaulan sehari-hari anak dengan

orang lain yakni keluarga, teman sekolah maupun teman bermain akan

menjadi pendorong bagi kedisiplinan anak.

Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan, sedangkan tiap

kebutuhan memiliki norma yang mengatur kepentingan anggota

masyarakat agar terpelihara ketertibannya. Dari sinilah terlihat bahwa

tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.

Demikian lingkungan masyarakat yang mendorong terhadap

terbentuknya pribadi seseorang, termasuk di dalamnya pembentukan

sikap disiplin. Jadi, jelasnya bahwa lingkungan masyarakat merupakan

salah satu faktor yang mampu membentuk sikap disiplin pada diri

seseorang khususnya anak didik.

3. Teknik pembentukan kedisiplinan belajar

Pembentukan sikap kedisiplinan dalam belajar, bukan merupakan

sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang.

Melainkan sikap tersebut terbentuk diawali dengan adanya disiplin pada

diri. Disiplin diri pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib

yang mengatur hidup seorang anak. Tata tertib disertai pengawasan dan

29 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),

cet.I, hlm. 43.

21

pemberian pengertian pada setiap pelanggaran, tentunya akan

menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri. Menurut Hamzah Ya’qub,

dalam bukunya Etika Islam, menjelaskan bahwa: “Salah satu kewajiban

terhadap diri sendiri adalah menempa dan melatih diri sendiri untuk

membina disiplin diri”.30 Adanya disiplin diri, terutama dalam hal belajar

dan bekerja akan memudahkan kelancaran belajar, karena dengan adanya

disiplin maka rasa enggan, rasa malas dalam belajar dapat dengan mudah

diatasi.

Adapun cara atau teknik yang dapat digunakan untuk menanamkan

sikap disiplin dalam belajar pada anak diantaranya adalah:

a. Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang

berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan

membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak.31 Pembiasaan

dan keteladanan mempunyai hubungan yang erat dalam proses

identifikasi. Oleh karena itu sudah tentu anak-anak akan senantiasa

menjadikan orang tuanya sebagai tokoh identifikasi, maka perbuatan

yang dilakukan orang tua selalu ditiru oleh anak.

Islam melihat pentingnya metode dengan keteladanan, untuk

itu Allah swt mengutus Muhammad saw sebagai teladan yang baik

bagi umat muslimin disepanjang sejarah. Dan bagi umat manusia

disetiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerang dan purnama

yang memberi petunjuk. Dalam firman Allah swt:

������;����������I�S��T���G� ��� ��<���G�U�F�����������3"'�V WS� ��+��,

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik”. (QS. Al-Ahzab: 21).32

30 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah, (Bandung : Diponegoro,

1993), cet. VI, hlm. 140 31 Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 142 32 Soenarjo, Op. Cit, hlm. 670

22

Pentingnya teladan yang baik karena anak merupakan individu

yang akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua orang

tuanya. Dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka,

hingga jika anak-anak mendapatkan orang tuanya bersikap disiplin,

maka hal itu akan membentuk mereka untuk menjadi orang yang

bersikap disiplin, dan demikian pula sebaliknya. Dari sini dapat dilihat

bahwa alasan anak berbuat kebajikan bukan lagi karena ingin berbuat

seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang disenanginya melainkan

karena ia memahami nilai perbuatan itu.33

Orang tua sebagai teladan dituntut untuk memberikan contoh

kepada anaknya misalkan tentang pengamalan sehari-hari dalam

melakukan shalat lima waktu, shalat jum’at, puasa Ramadhan, dan

lain-lain harus dilakukan dengan tertatur dan tepat waktu. Dengan

demikian sikap disiplin dapat ditanamkan bagi anak melalui teladan

orang tua.

Apabila kegiatan ibadah selalu ditanamkan sikap disiplin, maka

dalam berbuat apapun akan terbiasa dengan berdisiplin. Dalam

belajarpun anak tanpa disuruh bila sudah mengetahui jadwalnya maka

dengan kesadaran dia segera mempersiapkan segala sesuatunya untuk

belajar.

b. Pembiasaan

Pada dasarnya manusia dilahirkan atas dasar fitrah, yaitu

dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah, namun dalam

kehidupannya anak akan terbentuk kepribadian dan keyakinannya oleh

lingkungan. Anak adalah amanah Allah bagi kedua orang tuanya.

Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya, jika

dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang maka akan

celakalah dia, sedang memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan

dan mengajari akhlak yang baik.

33 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), Cet.

VIII, hlm. 85

23

Pada usia anak-anak pengajaran dan pembiasaan mempunyai

pengaruh besar karena anak mempunyai potensi dan daya tangkap

untuk menerima pengajaran dan pembiasaan. Untuk itu orang tua harus

mempunyai perhatian pada pengajaran yang mengacu pada

pembiasaan anak berbuat baik sejak anak memahami realita

kehidupan.

Kerutinan atau kebiasaan juga meningkatkan efisiensi belajar

dengan menyediakan suatu naskah atau daftar dari tindakan-tindakan

yang diharapkan, dengan begitu kehidupan yang kacau dari keluarga

dapat dihindari.34 Kebiasaan sehari-hari haruslah disusun dengan teliti

dan dilaksanakan secara konsisten untuk kejadian-kejadian kehidupan

yang biasa, seperti: waktu tidur, waktu bangun pagi, waktu belajar,

waktu makan, waktu mandi, waktu melaksanakan tugas, waktu

beriman, dan sebagainya. Dengan menepati jadwal yang sudah

disusun, berarti anak sudah dapat menanamkan sikap disiplin.

Apabila kebiasaan belajar dilaksanakan secara teratur setiap

hari dan tepat waktu sesuai yang dijadwalkan maka hal ini akan

menimbulkan kemudahan dan keentengan dalam melaksanakannya.

c. Hadiah

Hadiah dapat digunakan sebagai motivasi bagi anak agar lebih

giat dalam belajar. Sebab hadiah atau disebut juga ganjaran merupakan

alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang

karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.35

Adapun cara dalam pemberian hadiah ada dua macam menurut

Schaefer, yang pertama memberikan hadiah pada anak dengan

membuat suasana menyenangkan, imbalan ini diberikan setelah anak

menampilkan sikap yang diinginkan. Yang kedua hadiah dapat

diberikan kepada anak, ketika mereka dapat melakukan sesuatu yang

34 Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 74 35 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

Offset, 1995), Cet. XIV, hlm. 182.

24

sukar tanpa bantuan orang lain.36 Sedang bentuk dari hadiah yang

diberikan pada anak tidak hanya berupa materiil saja, melainkan dapat

berupa pujian dengan kata-kata yang menyenangkan.

Pada intinya, hadiah diberikan kepada anak setelah mereka

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam proses belajar,

jika anak dapat bersikap disiplin dengan menaati tata aturan yang telah

ditentukan maka hal ini patut diberi hadiah. Sebab dengan memberi

hadiah, anak akan menjadi lebih semangat kemauannya untuk belajar

atau berbuat yang lebih baik lagi. Sehingga dapat memperbaiki dan

mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.

d. Hukuman

Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan

meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang

sesuai dengan harapan.37

Hukuman memang perlu juga dilaksanakan, terutama bagi

anak-anak yang tidak berhasil dididik dengan cara lemah lembut dan

karena dalam kenyataan memang ada anak-anak yang setiap diberi

nasehat dengan lemah lembut dan dengan perasaan halus tetap

melakukan kesalahan, awal seperti itu perlu diberi sedikit hukuman

untuk memperbaiki perilakunya.

Maka supaya hukuman itu bersifat mendidik ada beberapa

syarat hukuman sebagai berikut:

1). Pendidikan anak menggunakan hukuman sebelum metode yang

lain berhasil digunakan.

2). Pendidik tidak menghukum ketika ia dalam keadaan marah.

3). Ketika memukul hendaknya pendidik hindari anggota badan yang

peka.

4). Pukulan janganlah terlalu keras dan membahayakan.

5). Tidak memukul anak sebelum ia berumur 10 tahun.

36Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 19. 37 Tulus Tu’u, Op.Cit., hlm. 49.

25

6). Tidak memukul anak pada kesalahan yang pertama.

7). Pendidik hendaklah memukul dengan tangan sendiri.

8). Boleh memukul lebih dari sepuluh kali kalau ia sudah menginjak

dewasa.38

Sedang menurut Ngalim Purwanto agar hukuman itu bersifat

mendidik maka:

1). Hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan.

2). Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian anak.

3). Hukuman harus dengan adil.

4). Memberikan maaf setelah hukuman dijalankan.39

Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil satu pengertian

yang mendasar bahwa hukuman itu harus senantiasa merupakan

jawaban dari suatu kesalahan yang dilakukan seseorang. Sehingga

apabila anak dalam proses belajar belum dapat berdisiplin, maka

metode hukuman ini dapat diterapkan. Sebab hukuman yang diberikan

kepada anak harus senantiasa bertujuan kearah perbaikan kesalahan

yang dilakukan anak. Sehingga hukuman itu mempunyai nilai normatif

bagi si anak.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian

Mengenai makna dari prestasi belajar yang merupakan satu

pengertian dan terdiri dari rangkaian dua kata yakni prestasi dan belajar.

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang prestasi belajar terlebih dahulu

akan diuraikan pengertian belajar itu sendiri. Pengertian belajar menurut

Clifford T. Morgan mengatakan bahwa learning is any relatively

permanent change in behavior which occurs as a result of experience or

38 Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 325-327 39 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 192

26

practice.40 (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang

terjadi akibat pengalaman atau latihan). Sedangkan prestasi merupakan

hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan

tertentu.41

Jadi, prestasi belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah

dicapai seorang anak setelah adanya aktivitas belajar yang telah

ditetapkan di sekolah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan pula.

Prestasi belajar anak terfokus pada nilai atau angka yang telah dicapai

anak dalam proses pembelajaran di sekolah. Kemudian untuk mengukur

hasil tersebut diselenggarakan evaluasi belajar yang nilainya dituangkan

dalam raport. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek

ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan

sebagai ukuran pencapaian hasil belajar anak. Dalam hal ini Nana Sudjana

mengatakan diantara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif dan

psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para

guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran.42

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Telah dijelaskan di atas bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku yang muncul karena adanya pengalaman. Sampai

dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil

baik atau tidaknya belajar itu dipengaruhi berbagai macam faktor. Secara

garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu

dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.43

40 Clifford T. Morgan, Introduction to Psycology, (New York : Mc. Grow-Hill, 1971), hlm.

63. 41 Tulus Tu’u, Op.Cit., hlm. 75. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1990), hlm. 23. 43 Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 11

27

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut

digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu

sendiri.44 Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

psikologis.

1). Faktor fisiologis

Faktor fisiologis meliputi segala sesuatu yang berhubungan

dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan.

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan

faktor fisiologis ini diantaranya sebagai berikut:

a). Kondisi panca indera

Panca indera yang paling penting dalam belajar adalah

penglihatan dan pendengaran.45 Seseorang yang penglihatan

atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang

baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Selain panca

indera, hal yang perlu diperhatikan yaitu keadaan otak, anggota

tubuh seperti tangan dan kaki, serta organ-organ tubuh bagian

dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.

Apabila salah satu mengalami gangguan maka proses

belajar akan terhambat dan prestasi belajar yang dihasilkan

kurang maksimal.

Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pada

mata dan telinga pada suatu lingkungan sekolah, maka selaku

guru yang profesional seyogyanya bekerja sama dengan pihak

sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin

(periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat.46

44 Ibid 45 Nana Syaodih Sukma Dinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2003), Cet. I, hlm. 162 46 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), Cet. V, hlm. 133

28

b). Kondisi fisik

Keadaan fisik atau jasmani pada umumnya dapat

melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar

akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang

segar, sehingga diperlukan gizi yang cukup untuk menunjang,

dalam belajar.47

Senada dengan pendapat di atas, badan yang sakit akan

mempengaruhi belajar anak sehigga diperlukan kondisi yang

sehat dalam belajar. Jadi dapat dikatakan bahwa kesehatan

merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.

2). Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi segala hal yang berkaitan

dengan kondisi mental yang mantap dan stabil pada diri seseorang,

faktor psikologi meliputi beberapa hal yang antara lain adalah:

a). Intelegensi/kecerdasan

Intelegensi ialah kemampuan dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang

tertentu.48 Intelegensi atau tingkat kecerdasan seseorang

memang bepengaruh besar terhadap keberhasilan belajar

seseorang. Tetapi intelegensi tanpa ditunjang dengan faktor lain

maka seorang anak dalam proses belajar tidak akan berhasil.

Seorang anak yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa

mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang dengan

faktor-faktor lain seperti kemauan, kerajinan, waktu atau

kesempatan dan fasilitas belajar. Sebaliknya, seseorang yang

intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja

mencapai prestasi belajar yang tinggi jika proses belajarnya

47 Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 255 48 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

Cet. XVI, hlm. 52

29

ditunjang dengan berbagai faktor lain-lain yang

memungkinkannya untuk mencapai prestasi belajar yang

maksimal.

b). Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang.49 Setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya

seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak

menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam

suatu bidang.

Jadi, apabila seluruh faktor yang mempengaruhi proses

belajar, telah diperoleh anak, tapi ternyata tidak berhasil juga

dalam mempelajari suatu bidang ilmu, dapat dikatakan bahwa

anak tersebut kurang berbakat dalam ilmu tersebut. Sebaliknya,

jika anak berhasil mencapai prestasi dalam bidang ilmu

tersebut, berarti anak tersebut berbakat.

c). Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.50 Dapat

dikatakan bahwa minat sebagai faktor utama penentu

keberhasilan belajar seseorang. Sebab dengan adanya minat

sebagai motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan

seseorang dalam setiap segi kehidupannya.

Jadi, supaya anak dalam melaksanakan suatu proses

belajar mendapat prestasi yang memuaskan maka anak tersebut

harus mempunyai kemauan atau minat yang keras.

49 Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 135 50 Ibid., hlm. 136

30

d). Motivasi

Motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong

untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu

tujuan.51 Karena belajar merupakan suatu proses timbul dari

dalam maka faktor motivasi memegang peranan pula.

Tujuan motovasi adalah untuk menggerakkan atau

memacu anak agar timbul keinginan dan kemauannya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan

pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di

dalam kurikulum sekolah.52

Apabila anak dalam belajar mempunyai motivasi yang

tinggi, maka diharapkan akan memperoleh suatu prestasi

belajar yang terbaik.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu itu sendiri.53 Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan

keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan

faktor waktu.

1). Lingkungan Keluarga

Aktivitas belajar anak sangat dipengaruhi oleh kondisi

keluarga yang berupa :

a) Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang kurang memperhatikan belajar anaknya akan

mengakibatkan prestasi belajarnya kurang memuaskan.

b) Relasi antar Anggota Keluarga

Relasi atau hubungan antar anggota keluarga yang terpenting

adalah relasi orang tua dengan anaknya. Hubungan yang baik

51 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. I, hlm. 77 52 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Op.Cit., hlm. 73 53 Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 17

31

adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih saying

disertai bimbingan untuk mensukseskan belajar anaknya.

c) Suasana Rumah

Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana

rumah yang tentram dan tenang, sehingga anak akan betah

tinggal di rumah dan dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Anak yang sedang belajar harus dipenuhi kebutuhan pokok dan

fasilitas belajarnya. Jika anak yang hidup dalam keluarga

miskin, kebutuhan pokok tidak terpenuhi akibatnya kesehatan

anak terganggu sehingga belajarnya juga terganggu.

e) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila

anak belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika

anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi

pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin

kesulitan yang dialami anak di sekolah.

f) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong

semangat anak untuk belajar.54

2). Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah yang dapat menunjang dalam

keberhasilan belajar diantaranya adalah :

a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus

dilalui di dalam mengajar, metode mengajar ini sangat

mempengaruhi belajar siswa. Oleh karena itu, agar siswa dapat

54 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,

1993), hlm. 60-64.

32

belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan

yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak

baik terhadap belajar siswa, maka akan berpengaruh pula pada

hasil belajarnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik

hendaknya kurikulum mementingkan kebutuhan siswa.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

Maka agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik

hendaknya relasi antara guru dan siswa dapat terjalin dengan

akrab.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu, agar

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar

siswa.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Dengan demikian agar

siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar,

baik di sekolah maupun di rumah.

f) Alat Pelajaran

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah

perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa

dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar

dengan baik pula.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar

di sekolah. Waktu itu dapat pagi, siang, sore atau malam. Agar

33

siswa dalam belajar dapat berjalan dengan baik, hendaklah

memilih waktu sekolah yang tepat.

h) Standar Pelajaran di atas Ukuran

Agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik, hendaknya

guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing, yang penting tujuan yang

telah dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Agar siswa dapat belajar dengan enak, hendaknya keadaan

gedung harus memadai di dalam kelas sesuai dengan jumlah

siswa.

j) Metode Belajar

Belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang

baik, memilih cara yang tepat dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

k) Tugas Rumah

Guru dalam memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah

jangan terlalu banyak, sehingga anak tidak mempunyai waktu

lagi untuk kegiatan yang lain.55

3). Masyarakat.

Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap siswa yang

berupa :

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

perkembangan pribadinya. Namun perlu kiranya membatasi

kegiatan dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu

belajarnya.

55 Ibid., hlm. 64-69.

34

b) Mass Media

Mass media yang baik memberi pengaruhnya baik terhadap

siswa sendiri dan juga terhadap belajarnya, begitu juga

sebaliknya. Maka siswa perlu mendapatkan bimbingan dan

kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan

pendidik.

c) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan

agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan

pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan

pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga

jangan lengah).

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Oleh karena itu, perlu untuk

mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi

pengaruh yang positif terhadap anak sehingga dapat belajar

dengan sebaik-baiknya.56

D. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Anak.

Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak

selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga

menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam

masyarakat.57

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, keluarga terutama orang

tua harus dapat membimbing, mengarahkan memotivasi serta memberikan

56 Ibid., hlm. 69-72. 57 M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Op. Cit., hlm. 79

35

perhatian yang sangat berguna bagi anaknya, sebab keluarga merupakan

lingkungan pertama dalam dunia anak dan pendidikan anak.

Perhatian orang tua terhadap anaknya dengan dilandasi rasa tanggung

jawab yang besar, serta pentingnya pendidikan dan perhatiannya yang sangat

menunjang kesuksesannya dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai hadits

Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

������ � �8�% �0X ���7� ��� � �8�% ��0��B�7� �� ���)�D��� �T�-N�Y-� � F�.�� �������7� 2�� � Z�������� � �(� � "�

��8�%"�I0[�#�7'�.I �� �U, 58�

“Tidaklah anak itu dilahirkan kecuali telah membawa fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun majusi”. (H.R. Muslim).

Dapat dikatakan bahwa orang tualah yang berperan membentuk dan

mendidik pribadi anak-anaknya. Jika anak mendapat perhatian yang cukup,

maka perilaku mereka akan menjadi baik. Dan sebaliknya jika mendapat

perhatian yang kurang, maka merekapun akan menjadi orang yang jauh dari

kebaikan.

Perhatian orang tua terhadap anaknya besar pengaruhnya terhadap

prestasi belajar anaknya, orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan

anaknya, misalnya mereka tidak peduli terhadap cara belajar anaknya, tidak

mengatur waktu belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau

tidak, tidak mau tahu kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam belajar, ini

yang dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

Selanjutnya supaya anak dapat belajar dengan baik, perlu dibiasakan

untuk bersikap disiplin dalam bertindak. Kedisiplinan sangat dibutuhkan

dalam segala hal termasuk dalam kegiatan belajar. Kedisiplinan belajar sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Semakin tinggi disiplin

belajar anak maka prestasi belajarnya akan semakin tinggi.

58 Imam Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz,

II, (Beirut, Libanon : Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1992), hal. 2047.

36

Dengan demikian perhatian orang tua terhadap anaknya yang

diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung, serta ditunjang dengan

anak yang selalu disiplin dalam belajar sehingga akan membawa pengaruh

pada tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

E. Kajian Pustaka yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mencoba menjelaskan

tentang isi skripsi dengan menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada

kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu Pengaruh Perhatian Orang Tua dan

Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak di MI NU Banat Kudus

Kelas III-V Tahun Ajaran 2003 / 2004.

Pertama, buku Pendidikan Anak dalam Islam oleh Abdullah Nashih

Ulwam.59 Dalam buku ini menjelskan tentang beberapa metode pendidikan

yang berpengaruh terhadap anak yang antara alin adalah pendidikan dengan

perhatian. Menurut Nashih Ulwan, pendidikan dengan perhatian adalah

senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek

akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan

sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan

kemampuan ilmiahnya.

Kedua, buku Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak oleh

Charles Schaefer.60 Buku ini menjelaskan bahwa inti dari disiplin ialah

mengikuti ajaran dari seorang pemimpin. Sehingga dalam bukunya, Charles

membagi menjadi dua bagian yaitu “memimpin anak” dan “membimbing

anak” (“Child Management” and “Child Guidance”). Adapun cara efektif

untuk mendisiplinkan anak antara lain dengan menggunakan keteladanan,

pembiasaam, hadiah dan hukuman.

59 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Amani, 1999),

cet. II, hlm. 275. 60 Charles Schaefer, alih bahasa R. Turman Sirait, Cara Efektif Mendidik dan

Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Mitra Utama, 1994), cet. I, hlm. 3.

37

Ketiga, buku Belajar Secara Efektif oleh Thursan Hakim.61 Dalam

buku ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar. Menurut Thursan Hakim, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar ada dua faktor, yaitu faktor intern (faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar) dan faktor ekster (faktor yang ada di luar individu yang

sedang belajar).

Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian ini, perlu ditinjau

beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis

laksanakan.

Pertama, skripsi saudari Siti Nur Qomar, NIM : 3197147. Skripsi

tersebut berjudul Pengaruh Perhatian dan Motivasi Orang Tua Terhadap

Kreativitas Belajar Anak di SD H. Isriati Kota Semarang Tahun 2000-2001.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang perhatian yang ditujukan pada

kreativitas belajar anak. Di samping perhatian, motivasi juga diperlukan oleh

anak untuk mewujudkan potensinya yaitu kreativitas belajar anak. Motivasi di

sini bisa datang dari anak itu sendiri maupun dari orang tua. Sedangkan skripsi

yang penulis bahas adalah pengaruh perhatian orang tua, perhatian di sini

salah satu aspeknya adalah motivasi yang datang dari orang tua saja dan tidak

membahas motivasi yang datang dari anak itu sendiri, selain itu perhatian

orang tua ditujukan pada prestasi belajar yang dicapai anak, bukan pada

kreativitas belajar anak.

Kedua, skripsi karya saudari Siti Puji Astuti, NIM : 3197187. Skripsi

tersebut berjudul Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Santri

Kelas V KMI Pondok Putri Pondok Pesantren Modern Gontor Darussalam

Sambirejo Mantingan Ngawi Jawa Timur Periode 2000/2001. Dalam skripsi

tersebut, membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sikap

disiplin yakni mematuhi seluruh aturan yang diterapkan dalam pondok

pesantren dan sekolah tersebut. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah

61 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2001), cet. II, hlm. 11.

38

kedisiplinan yang dikhususkan pada belajar anak yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar di sekolah.

Dari masing-masing judul skripsi yang penulis tampilkan

menunjukkan adanya perbedaan dalam segi pembahasan dengan skripsi yang

penulis susun. Adapun yang menjadi perbedaan antara skripsi penusli dengan

skripsi di atas adalah perhatian yang diberikan oleh kepada anak dan

kedisiplinan dalam belajar difokuskan pada prestasi belajar anak, bukan pada

kreativitas belajar anak.

Demikianlah beberapa kajian pustaka yang penulis temukan tentang

perhatian orang tua, kedisiplinan belajar dan prestasi belajar anak. Selain

kajian pustaka tersebut, penulis juga menampilkan beberapa judul skripsi yang

berkaitan dengan judul skripsi penulis sebagai bahan perbandingan. Dari

masingo-masing judul skripsi yang penulis tampilkan menunjukkan adanya

perbedaan dalam segi pembahasan dengan skripsi yang penulis susun.

F. Pengajuan Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui

data yang terkumpul.62

Berdasarkan deskripsi teoritis kerangka berpikir tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh positif

antara perhatian orang tua dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar

anak.

62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka

Cipta, 1993), hlm. 62