bab ii dakwah islam melalui media -...

23
16 BAB II DAKWAH ISLAM MELALUI MEDIA A. Kajian Tentang Dakwah Islam 1. Pengertian Dakwah Islam Islam datang sebagai rahmat yang diturunkan Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk memberikan jalan terang dari kesesatan dan untuk memberikan petunjuk bagi seluruh alam. Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada dasarnya sama dengan agama yang diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya. Namun yang membedakan dari ajaran itu adalah bahwa setiap Nabi diutus kepada masing- masing umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad diutus untuk memberi petunjuk tersebut kepada seluruh umat manusia, dan ajaran yang dibawa ini berlaku sepanjang masa. 22 Secara etimologis, kata Islam adalah bentuk mashdar (kata benda asal) dari kata aslama, yuslimu, islam yang berarti menyerah penuh, yakni kepada petunjuk Allah SWT. Orang yang bersifat atau melakukan penyerahan ini (isim fa’ilnya) dinamakan muslim. Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan didapati rumusan yang berbeda-beda. 23 Menurut Harun Nasution, Islam didefinisikan sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran- ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. 22 Ebrahim, El-Khouly, Lois Lamya’ Al Faruqi, Hussein Nasr, Islam Dalam Masyarakat Kontemporer, terj. Hamud LA. Basamalah (Bandung: Gema Risalah Press, 1988), hlm. 1-2 23 Bustanuddin Agus, Al Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 59. Lihat pula Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 61-63

Upload: dobao

Post on 08-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

16

BAB II

DAKWAH ISLAM MELALUI MEDIA

A. Kajian Tentang Dakwah Islam

1. Pengertian Dakwah Islam

Islam datang sebagai rahmat yang diturunkan Allah SWT kepada seluruh

umat manusia untuk memberikan jalan terang dari kesesatan dan untuk

memberikan petunjuk bagi seluruh alam. Sebagai agama terakhir, Islam

diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama

yang datang sebelumnya.

Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada dasarnya

sama dengan agama yang diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya. Namun yang

membedakan dari ajaran itu adalah bahwa setiap Nabi diutus kepada masing-

masing umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad diutus untuk memberi petunjuk

tersebut kepada seluruh umat manusia, dan ajaran yang dibawa ini berlaku

sepanjang masa.22

Secara etimologis, kata Islam adalah bentuk mashdar (kata benda asal)

dari kata aslama, yuslimu, islam yang berarti menyerah penuh, yakni kepada

petunjuk Allah SWT. Orang yang bersifat atau melakukan penyerahan ini (isim

fa’ilnya) dinamakan muslim. Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan

didapati rumusan yang berbeda-beda.23

Menurut Harun Nasution, Islam didefinisikan sebagai agama yang

ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi

Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-

ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi

dari kehidupan manusia.

22 Ebrahim, El-Khouly, Lois Lamya’ Al Faruqi, Hussein Nasr, Islam Dalam Masyarakat

Kontemporer, terj. Hamud LA. Basamalah (Bandung: Gema Risalah Press, 1988), hlm. 1-2 23 Bustanuddin Agus, Al Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 59. Lihat

pula Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 61-63

17

Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan didapati rumusan yang

berbeda-beda.

Menurut Harun Nasution, Islam didefinisikan sebagai agama yang

ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi

Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-

ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi

dari kehidupan manusia.24

Sedangkan Bustanuddin Agus mendefinisikan Islam sebagai ajaran

Allah SWT untuk pedoman hidup manusia guna keselamatan dan kebahagiaan

mereka hidup di dunia dan di akherat yang telah diturunkan-Nya, kepada

semua Rasul-Nya, semenjak Nabi Adam, sampai Nabi dan Rasul terakhir, yaitu

Nabi Muhammad SAW.25

Dari dua sisi dalam memahami Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi

peristilahan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah agama terakhir yang

diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia melalui Nabi

Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir yang memerintahkan manusia agar

patuh kepada ajaran Allah SWT supaya mendapatkan keselamatan dan

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sebagai agama dakwah, Islam mengajarkan pokok-pokok serta ajaran-

ajarannya kepada seluruh umat manusia. Ini berarti bahwa dakwah yang

dilakukan oleh umat Islam tidak hanya terbatas bagi pemeluknya saja, tetapi

Islam juga mengajarkan nilai-nilai universalitas yang menjadikan ajaran Islam

dapat diterima oleh semua kalangan.

Ditinjau dari asal kata (bahasa), dakwah berasal dari bahasa arab, yang

berarti panggilan, ajakan, atau seruan. Kata dakwah tersebut berbentuk sebagai

“isim mashdar”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “da’a-yad’u” yang

artinya memanggil, mengajak atau menyeru.26

24 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas

Indonesia, 1985), hlm. 24. 25 Bustanuddin Agus, Op Cit., hlm. 61. 26 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),

hlm. 17.

18

Sedangkan secara istilah para ahli ilmu dakwah memberikan pendapat

yang beraneka ragam dalam mendefinisikannya.

Menurut Thoha Yahya Umar, dakwah merupakan usaha mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akherat.27

Sedangkan Muhammad Nasir memberikan pengertian dakwah sebagai

usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan

seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di

dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam

media.28

Menurut M. Arifin, dakwah memiliki arti sebagai suatu kegiatan ajakan

baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan

secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara

individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu

pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajakan

agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya

unsur-unsur paksaan.29

Dari definisi dakwah yang telah disebutkan. Dakwah mengandung dua

pengertian. Pertama, dakwah yang ditujukan kepada seluruh umat manusia di

dunia tanpa terkecuali. Kedua, dakwah yang ditujukan khusus bagi umat Islam.

Namun, pada hakekatnya dakwah merupakan segala usaha manusia yang

dilakukan secara sadar dan terencana baik dalam bentuk lisan, tulisan, dan

sebagainya dalam rangka mengajak untuk beramar ma’ruf nahi mungkar30

dengan tanpa adanya unsur paksaan.

27 M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo, 1986), hlm. 3. 28 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm.

8.

29 Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan Yang Qurani, (Wonosobo: Amzah, 2001), hlm. 18.

30 Ma’ruf adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan Mungkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan diri kepada Allah. Lihat A. Hasimi, Dustur Da’wah Menurut Al Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 261-263.

19

2. Dasar Hukum Dakwah

Islam adalah agama yang berkembang melalui sebuah proses. Sejak

awal kehadirannya Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk menyebarkan

ajaran Islam kepada seluruh umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan berbantahlah mereka dengan cara yang baik

sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl: 125).31

Kata ud’u yang diterjemahkan dengan seruan adalah fiil amar yang

dalam kaidah ushul fiqh artinya perintah. Setiap perintah adalah wajib dan

harus dilaksanakan selama tidak ada dalil lain yang memalingkannya dari

kewajiban itu kepada sunnah atau hukum lain. Jadi melaksanakan dakwah

hukumnya wajib.Hanya saja terdapat perbedaan pendapat ulama tentang

kewajiban dakwah itu apakah wajib ain (fardlu ain) atau wajib kifayah (wajib

kiifayah).32

Perbedaan pendapat para ulama ini karena perbedaan penafsiran

terhadap ayat 104 dari surat Ali Imron yang berbunyi:

31 Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah Al Quran, 1971), hlm. 421. 32 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 34. Lihat pula Asmuni Syukir, Op Cit.,hlm. 19

20

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah

dari yang mungkar; merekalah orang yang beruntung”. (Ali ‘Imran:

104) 33

Perbedaan penafsiran terletak pada kata minkum “Min” diberikan

pengertian “littabidh” yang berarti sebagian, sehingga menunjukkan kepada

hukum fardhu kifayah. Sedangkan pendapat lainnya mengartikan dengan

“littab yin” yang artinya menerangkan sehingga menunjukkan kepada hukum

fardhu ain.34

Dari ayat-ayat tersebut, dapat diketahui bahwa hukum melaksanakan

dakwah adalah wajib baik bagi muslim maupun muslimat. Hanya saja dalam

berdakwah harus disesuaikan dengan ukuran kemampuan masing-masing.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh

Imam Muslim:

Artinya: “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka

hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu,

maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mapu rubahlah dengan

hatinya dan itu adalah paling lemahnya iman.” (HR. Muslim)35

Dari dalil-dalil tersebut jelas bahwa agama Islam mewajibkan kepada

umatnya untuk berdakwah kepada siapapun tanpa pandang muslim maupun

non-muslim, sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Yang terpenting

adalah cara dakwah yang dilakukan dengan cara yang baik, dan dakwah yang

dilakukan dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

33 Departemen Agama, Op Cit., 93. 34 M. Aminudin Sanwar, Op Cit. 35. 35 Syekh Al Islam Mukhyiddin, Riyadhus Sholikhin, (Surabaya: Al Hidayah, tth), hlm.

110.

21

3. Unsur-Unsur Dakwah

1. Subyek dakwah

Subyek dakwah atau dai adalah pelaksana dari kegiatan dakwah,

baik secara individu maupun kelembagaan. Dai adalah setiap muslim

laki-laki dan wanita yang baligh dan berakal baik ulama maupun bukan

ulama, karena kewajiban berdakwah adalah kewajiban yang dibebankan

kepada mereka seluruhnya.

2. Obyek dakwah

Obyek dakwah atau mad’u adalah seluruh umat manusia baik

pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin,

maupun rakyat biasa. Karena hakekat dari diturunkannya agama Islam

berlaku secara universal untuk seluruh umat manusia.

3. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian proses untuk mencapai

suatu tujuan tertantu. Tanpa adanya tujuan, kegiatan dakwah tidak akan

terarah bahkan dapat menyebabkan proses transformasi pesan-pesan

agama menjadi gagal. Oleh karena itu, tujuan dakwah merupakan salah

satu faktor terpenting dalam pelaksanaan dakwah.

Asmuni Syukir membagi tujuan dakwah dalam dua kategori:36

a. Tujuan umum dakwah (major obyektif)

Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia

(meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada

jalan yang benar yang diridlai Allah SWT. Agar dapat hidup bahagia

dan sejahtera di dunia maupun di akherat.

Tujuan umum tersebut menunjukkan pengertian bahwa

dakwah ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai

tujuan hidup mereka yaitu kebahagiaan di dunia dan di akherat.

36 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 55-59.

22

b. Tujuan khusus dakwah (minor obyektif)

Tujuan khusus dakwah merupakan perincian dari tujuan

umum dakwah.Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan

dakwah dapat diketahui arahnya secara jelas.

4. Materi Dakwah

Materi dakwah atau maadatud dakwah adalah semua bahan atau

sumber yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh da’i

kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk menuju kepada

tercapainya tujuan dakwah. Karena dakwah merupakan aktifitas

lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan disampaikan

dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa oleh

Rasullullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh umat

manusia.37

Adapun ajaran yang di bawa oleh rasul adalah ajaran Islam,

sehingga materi dakwahnya tidak lain adalah ajaran Islam yang

bersumber dari al- Quran dan al-Hadits. Adapun isi pesan dakwah

dalam materi tersebut merupakan ajakan dan anjuran dalam rangka

mencapai tujuan dakwah.

Menurut Asmuni Syukir dalam buku Dasar-Dasar Strategi

Dakwah Islam, materi dakwah dibagi menjadi tiga meliputi aqidah,

syariah, dan budi pekerti.38

a. Masalah aqidah

Aqidah dalam Islam bersifat batiniyah yang mencakup

masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman, serta

masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya meliputi syirik

(menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan, dan

sebagainya.

37 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 75. 38 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 61-63.

23

b. Masalah syari’ah

Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah

SWT guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya

dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Artinya

bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan syari’ah bukan

hanya terbatas pada hubungan ibadah dengan Allah SWT, tetapi

masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara

sesama manusia diperlukan juga.

c. Masalah akhlaqul karimah

Sebagai materi dakwah, masalah akhlak diperlukan untuk

menyempurnakan keimanan dan keislaman.

Sedangkan Barmawie Umary membagi materi dakwah lebih

rinci lagi, yaitu menjadi sepuluh materi, melipti: aqidah, akhlaq,

akhkam, ukhuwah, pendidikan, sosial, kebudayaan, kemasyarakatan,

amar ma’ruf, dan nahi mungkar.39

1) Aqidah

Menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islamiyah

yang berpangkal dari rukun iman dan segala perinciannya.

2) Akhlak

Menerangkan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk

dengan segala dasar, hasil, dan akibatnya.

3) Ahkam

Menjelaskan aneka hukum meliputi ibadah, al ahwalusy

syakhsiyah, muamalah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.

4) Ukhuwah

Menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam

antar penganutnya sendiri, serta sikap pemeluk Islam terhadap

golongan lain.

39 Barmawie Umary, Azas-Azas Ilmu Dakwah, (Sala: Ramdani, 1969), hlm. 56-58

24

5) Pendidikan

Melukiskan sistem pendidikan yang telah dipraktekkan oleh

pendidik Islam di masa lampau dan bagaimana penerapan teori

pendidikan Islam di masa sekarang.

6) Sosial

Mengemukakan solidaritas menurut tuntunan agama, tolong

menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-

Hadits.

7) Kebudayaan

Mengembangkan kebudayaan yang tidak bertentangan dengan

norma-norma agama.

8) Kemasyarakatan

Menguraikan konstruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran

Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

9) Amar Ma’ruf

Mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh

kebahagiaan di dunia dan di akherat.

10) Nahi Mungkar

Melarang manusia dari perbuatan jahat agar terhindar dari

malapetaka yang akan menimpa di dunia dan di akherat.

5. Media Dakwah

Media dakwah atau wassailud dakwah adalah alat yang dipakai

sebagai perantara untuk melaksanakan kegiatan dakwah.40

Aminuddin Sanwar dalam buku Pengantar Ilmu Dakwah membagi

alat-alat tersebut dalam enam macam.41

a. Dakwah melalui saluran lisan

Yang dimaksud dengan dakwah melalui saluran lisan adalah

dakwah secara langsung dimana da’i menyampaikan ajaran

40 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 77. 41 Ibid., hlm. 77-78

25

dakwahnya kepada mad’u. Adapun peralatan yang dipakai untuk

berdakwah melalui saluran lisan adalah radio, TV, dan sebagainya.

b. Dakwah melalui saluran tertulis

Dakwah melalui saluran tertulis adalah kegiatan dakwah yang

dilakukan melalui tulisan-tulisan. Kegiatan dakwah secara tertulis ini

dapat dilakukan melalui surat kabar, majalah, buku-buku, brosur-

brosur, selebaran, buletin, spanduk, dan lain sebagainya.

c. Dakwah melalui saluran visual

Berdakwah melalui saluran visual adalah kegiatan dakwah

yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat oleh mata

manusia atau dapat ditatap dalam menikmatinya. Alat-alat visual ini

dapat berupa kegiatan pentas pantomim, seni lukis, seni ukir,

kaligrafi dan lain sebagainya.

d. Dakwah melalui saluran audio

Berdakwah dengan menggunakan media audio adalah dakwah

yang dilakukan dan dipakai dengan perantaraan pendengaran. Yang

termasuk dalam media audio ini adalah radio, kaset (rekaman), dan

sebagainya.

e. Dakwah melalui saluran audio visual

Dakwah melalui media ini merupakan gabungan dari media

audio dan media visual. Dengan media ini, dakwah dapat dinikmati

mad’u dengan mendengar dan melihat secara langsung. Peralatan

audio visual ini antara lain TV, seni drama, wayang kulit, video, dan

lain-lain.

f. Dakwah melalui keteladanan

Penyampaian dakwah melaui keteladanan adalah penampakan

konsekuensi da’i antara pernyataan dan pelaksanaan. Dengan

keteladanan ini, memudahkan mad’u untuk meniru perbuatan yang

dilakukan oleh da’i.

26

Jadi yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat yang

digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya kepada

mad’u.

6. Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang

da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Metode dakwah yang terdapat

di dalam al-Quran adalah hikmah, nasihat yang baik (mauidhoh

khasanah), dan berbantah dengan cara yang paling baik (mujadalah).

Sedangkan dalam hadist metode dakwah meliputi kekuatan anggota tubuh

(tangan), dengan mulut (lidah), dan apabila tidak mampu keduanya maka

dengan kekuatan hati. Seiring dengan perkembangan zaman, metode ini

terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan peralatan yang

digunakan.42

B. Tinjauan Tentang Media Massa

1. Media Massa Sebagai Unsur Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

primer. Dengan komunikasi manusia bisa melakukan pentransferan ide yang

menjadi kelangsungan kehidupannya, dengan komunikasi pula manusia bisa

mempengaruhi bahkan bisa merubah tingkah laku komunikan lainnya.

Secara harfiah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, yang

bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sedangkan dalam bahasa

Inggris dikenal dengan istilah communication.43 Kata sama dalam pengertian

ini berarti kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Komunikasi

disebut efektif apabila antara komunikator dan komunikan memiliki kesamaan

makna terhadap pesan yang disampaikan. Sehingga dalam proses tersebut

tercipta kesamaan pikiran, dalam tingkat yang lebih tinggi komunikasi dapat

merubah prilaku dari komunikan.

42 Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logis, 1977), hlm. 34-

35. 43 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1992), hlm. 9.

27

Adapun mengenai pendapat para ahli, banyak yang mendefinisikan arti

komunikasi sesuai dengan latar belakang para tokoh yang mendefinisikannya.

Onong menuliskan bahwa Harrold Laswellseorang sarjana hukum pada

Yale University di Amerika Serikat menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which

channel to whom with what effect”.44 Sementara sarjana psikologi kenamaan

Amerika Carl I. Hovland memberikan definisi komunikasi sebagai proses “the

process by which an individual (the communicator) transmits stimully (usually

verbal symbols) to modiify the behaviour of other individuals”.45

Sebagai ilmu sosial, komunikasi senantiasa berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman. Semula komunikasi dipahami sebagai pertransferan ide

antara komunikator dan komunikan yang berlangsung antar pribadi atau tatap

muka (face to face communication). Pada umumnya komunikator berkenalan

dengan penerima pesan atau penerima informasi (komunikan). Media massa

yang digunakan juga masih sederhana, misalnya, kentongan atau memanjat

pohon digunakan sebagai alat untuk memanggil penduduk.46

Seiring dengan modernnya suatu masyarakat semakin kompleks pula

sistem komunikasinya. Dengan perkembangan tersebut, komunikasi mendapat

perhatian serius dari berbagai kalangan. Bahkan dalam tingkat yang lebih luas,

komunikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengetahui kebijakan

pemerintah dalam menetapkan peraturan ataupun instruksi lainnya. Untuk

menyampaikan ide ini, maka dibutuhkan sebuah sarana. Dalam hal demikian,

media massa baik cetak maupun elektronik memegang peranan yang penting

dalam menyampaikan ide tersebut. Dengan melalui media ini, seorang

komunikator akan lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya kepada

komunikan. Sehingga dalam waktu yang singkat, pesan dapat menjangkau

keberadaan khalayak yang menjadi sasarannya. Oleh karena itu, media massa

mempunyai peran yang sangat signifikan dalam proses komunikasi.

44 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1999), hlm.

25. 45 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., hlm. 4. 46 A. Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 4.

28

2. Ciri-Ciri Media Massa

Sebagaimana media komunikasi lainnya, media massa mempunyai ciri

dan karakteristik yang dapat dibedakan dengan media lainnya.

Mafri Amir memberikan karakteristik media massa sebagai berikut:47

1. Komunikasinya berlangsung satu arah

Artinya bahwa antara komunikator dan komunikan tidak dapat

merasakan reaksi masing-masing. Dimana respon yang terjadi tidak dapat

dilihat langsung sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi persona.

2. Komunikatornya melembaga

Informasi yang disampaikan bersumber dari institusi atau lembaga.

Informasi yang disampaikan oleh komunikator telah diproses dalam

lembaga tersebut, dengan melalui tahapan-tahapan yang dilakukan di

lembaga tersbut.

3. Pesan komunikasi bersifat umum

Pesan yang disampaikan bukan bersifat pribadi melainkan pesan

yang sifatnya umum dan menyangkut orang banyak.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Artinya dalam waktu yang bersamaan, masyarakat dapat mengetahui

informasi yang sama dalam waktu yang serentak.

5. Komunikannya heterogen

Komunikan pada media ini tidak hanya untuk kalangan tertentu,

tetapi memberikan porsi untuk semua orang tanpa memandang umur,

jenis kelamin, bangsa, dan siapa saja yang menjadi penerima informasi

dari media tersebut.

3. Pesan dalam Media Massa

Charles Wright, dalam buku karangan Wiryanto yang berjudul Teori

Komunikasi Massa, memberikan karakteristik pesan-pesan media massa

sebagai berikut:48

47 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1999), hlm. 29-30.

29

1. Publicy

Pesan-pesan komunikasi massa tidak ditujukan kepada perorangan,

melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua orang

menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicly.

2. Rapid

Pesan dibuat secara massal dan dirangcang untuk mencapai

audiens yang luas dan dalam waktu yang sangat singkat.

3. Transient

Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk untuk

memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali saja. Namun, ada

pengecualian, seperti buku-buku perpustakaan, film, dan rekaman

lainnya yang merupakan kebutuhan dokumentatif.

Sedangkan bentuk pesan terbagi menjadi tiga, yaitu informatif,

persuasif, dan koersif.49

1. Pesan berbentuk informatif yaitu pesan yang bersifat memberikan

keterangan-keterangan (fakta-fakta) kemudian komunikan mengambil

kesimpulan dan keputusan sendiri.

2. Pesan berbentuk persuasif yaitu pesan yang berisikan bujukan,

membangkitkan pengertian, dan kesadaran manusia bahwa pesan yang

disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini

adalah atas kehendak sendiri bukan dipaksakan.

3. Pesan berbentuk koersif yaitu pesan yang bersifat memaksa dengan

menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk dari

penyampaian koersif biasanya berupa perintah-perintah yang bersifat

memaksa dan menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan

publik.

48 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grafindo, 2000), hlm. 6. 49 H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

hlm. 32.

30

Selain itu, pesan yang disampaikan harus mengena dalam diri

komunikan. Untuk itu pesan harus memenuhi syarat-syarat:50

1. Pesan harus direncanakan dengan baik, serta disesuaikan dengan

kebutuhan komunikan.

2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah

pihak (komunikator dan komunikan).

3. Pesan harus menarik minat komunikan dan menimbulkan kepuasan.

4. Efek Media Massa

Untuk mengetahui pesan komunikasi sampai kepada komunikan atau

tidak maka dapat dilihat dari efek yang terjadi dalam diri komunikan. Efek

tersebut terdapat pada tiga aspek, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek

behavioral.51

a. Efek kognitif

Efek kognitif adalah efek komunikasi yang timbul pada

komunikan. Komunikasi yang terjadi merupakan informasi saja bagi

dirinya. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran

si komunikan. Tujuan komunikator hanya pada upaya memberi tahu.

Efek kogitif terjadi apabila komunikan dalam komunikasi massa

merasa mendapatkan banyak pengetahuan dari komunikator komunikasi

tersebut. Seorang pembaca media cetak akan merasa mendapat

pengetahuan baru setelah membaca pesan yang dituliskan dalam media

tersebut. Sedangkan penonton televisi akan mendapatkan pengetahuan

setelah menonton dan mendengar tayangan yang disajikan oleh media

audiovisual tersebut. Apabila media tersebut telah mampu memberikan

tambahan pengetahuan bagi komunikannya, berarti media tersebut telah

menimbukan efek kognitif bagi penerima pesan yang disampaikan.

50 Ibid. hlm. 94. 51 Mafri Amir, Op Cit., 31-32.

31

b. Efek afektif

Efek afektif memiliki kadar yang lebih tinggi daripada efek kognitif.

Tujuan komunikator bukan hanya komunikan menjadi tahu, tetapi

menggerakkan hatinya.

Efek kognitif memberikan dampak yang lebih mengena dalam

perasaan komunikannya. Ketika pembaca membaca tulisan yang sedih,

maka dalam diri komunikan akan muncul perasaan iba, kasihan, dan

sebagainya. Seorang penonton akan tertawa ketika menyaksikan tontonan

lawak atau komedi lainnya. Jika komunikan telah dapat ikut merasakan

suasana yang dicipta oleh komunikator berarti komunikasi yang

dilakukan telah memiliki efek kognitif dalam proses komunikasi.

c. Efek behavioral

Efek behavioral merupakan dampak yang timbul pada komunikan

dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.

Setelah mendapatkan tambahan pengetahuan, dan ikut merasakan

kondisi yang disampaikan komunikator, maka efek yang terakhir adalah

berubahnya prilaku dari komunikan. Jika komunikan telah melakukan

perubahan prilaku atau melakukan apa yang disampaikan oleh

komunikator berarti proses komunikasi tersebut telah mencapai efek

behavioral dalam diri komunikan.

5. Fungsi Media Massa

Secara garis besar fungsi media massa ada tiga yaitu, (1)

menyiarkan informasi (to inform), (2) mendidik (to educate), (3) menghibur

(to entertain).

Onong Uchjana Efendi membagi fungsi media massa menjadi empat

macam.52

a. Fungsi Menyiarkan Informasi (to inform)

Menyiarkan informasi merupakan fungsi media massa yang

pertama dan utama. Khalayak memerlukan informasi tentang apa yang

52 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., 149-150.

32

terjadi, pikiran atau gagasan orang lain, apa yang dikatakan, dan

sebagainya

b. Fungsi Mendidik (to educate)

Sebagai sarana pendidikan massa, media massa memuat hal-hal

yang mengandung pengetahuan sehingga komunikan bertambah

pengetahuannya.

c. Fungsi Menghibur (to entertain)

Media massa juga perlu untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan

dengan hiburan. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh komunikan

ketika menikmati sajian yang membutuhkan banyak konsentrasi.

Hal-hal yang bersifat hiburan biasanya disajikan dalam cerita, dan tak

jarang pula memuat sisi-sisi minat insani (human interest).

d. Fungsi Mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan media massa

memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan

adanya media massa komunikator akan lebih mudah untuk mengajak dan

membangkitkan emosi komunikan yang manjadi sasarannya.

Harold D. Lasswell, sebagaimana dikutip Wiryanto dalam buku

Teori Komunikasi Massa menyebutkan fungsi media massa sebagai

berikut:53

1. Surveillance of the environtment

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Sebagai pengamat

dalam komunikasi massa, media berperan dalam mengamati siklus yang

terjadi dalam dinamika masyarakat. Dengan adanya media ini,

komunikator akan lebih berhati-hati dalam membuat pesan yang akan

disampaikan, karena dalam proses pembuatannya akan selalu diamati

oleh media ini. Sehingga pesan tersebut mengandung unsur yang selalu

memperhatikan kebutuhan dan keinginan khalayak yang menjadi

sasarannya.

53 Wiryanto, Op Cit., hlm. 50.

33

2. Correlation of the parts of society in responding to the environment

Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar

sesuai dengan lingkungannya. Sebagai penghubung dari lingkungan

masyarakat, media massa diharapkan mampu untuk menjadi mediator

dalam proses komunikasi antara pembuat kebijakan dengan masyarakat.

Dengan adanya media, masyarakat yang menjadi sasaran dalam proses

komunikasi massa dapat menyampaikan aspirasinya melalui media ini

tanpa harus bertemu langsung dengan pihak yang membuat kebijakan.

3. Transmission of the social heritage from one generation to the next

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke

generasi selanjutnya. Keberadaan media massa dapat juga berfungsi

sebagai pencatatan sejarah. Dengan didokumentasikannya tulisan

ataupun sajian yang berkaitan dengan kondisi zaman pada saat tayangan

itu disampaikan, maka di masa yang akan datang tulisan atau sajian

tersebut dapat dijadikan sebagai bukti otentik bagi kehidupan masyarakat

di lain waktu.

6. Metode Media Massa

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi massa disebut juga

dengan media cetak atau media elektronik. Disebut media cetak karena

media yang digunakan adalah barang hasil cetakan, seperti majalah, surat

kabar, buletin. Sedangkan media elektronik mempergunakan alat-alat yang

bersifat elektro, seperti radio, televisi.54

a. Media Cetak.

Penulisan pada media cetak merupakan hasil pemikiran

terhadap suatu ide dan pengamatan terhadap obyek tertentu yang

diungkapkan secara tertulis. Agar hasil dari pemikiran dan pengamatan

itu dapat dimengerti secara tepat oleh pembacanya, maka pemilihan

54 Mafri Amir, Op Cit., hlm. 25-26.

34

bahasa dan katanya harus tepat pula. Berdasarkan fungsinya, ada lima

jenis tulisan, yaitu:55

1) Narasi atau cerita

Jenis tulisan narasi adalah tulisan yang berbentuk cerita yang

berfungsi sebagai pengungkapan kisah atau peristiwa yang terjalin

secara runtut. Dalam hal ini, penulis bertindak sebagai pencerita yang

berada di luar kejadian, dan bersikap netral, tidak memihak, dan tidak

boleh melibatkan emosi.

2) Deskripsi atau penggambaran

Dalam penulisan ini lebih memberikan keleluasaan bagi

penulisnya untuk menyampaikan ide atau gagasan yang ada dalam

dirinya, baik kejadian yang dijumpainya dan juga kesan-kesannya.

Penulis bahkan dapat mengungkapkan perasaannya dengan peribahasa

atau ungkapan, personifikasi dan pengandaian agar pembaca bisa

mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu peristiwa.

3) Eksposisi atau keterangan

Jenis tulisan ini memuat keterangan dan gagasan penulis.

Eksposisi berfungsi mengungkapkan atau memaparkan pikiran penulis

tentang sesuatu hal. Dalam jenis ketiga ini pendapat penulis hampir

mewarnai tulisan sedangkan fakta yang disajikan oleh penulisan

sangat sedikit dan cenderung hanya merupakan contoh atau bahan

yang diolah.

4) Argumentasi atau perbantahan

Jenis tulisan ini mempunyai kaitan dengan jenis eksposisi.

Dalam penulisan jenis argumentasi, penulis memaparkan pendapatnya

sehubungan dengan pendapat atau komentar orang lain tentang

sesuatu hal. Masing-masing pihak terlibat dalam adu argumentasi

yang bertolak dari olah pikirnya sendiri atau orang lain sehingga

55 Patmono SK, Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Untuk Menjadi Seorang Wartawan,

(Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 12-16.

35

terjadi polemik. Dalam berpolemik, penulis hanya diperbolehkan

untuk memaparkan pendapatnya tentang pokok persoalan.

5) Refleksi atau renungan

Refleksi atau renungan adalah jenis tulisan yang mengajak

pembaca untuk merenungkan sesuatu hal. Dalam hal ini, pembaca

diajak bukan hanya mengolah pikirannya saja, tetapi juga

perasaannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu membawa

perasaan pembacanya untuk mengandaikan dirinya pada peristiwa

atau kejadian tersebut. Dengan demikian, penulis harus sudah

mempunyai kesimpulan tentang hal-hal yang menjadi tujuan dari

penulisannya.

b. Media Elektronik

1.Media Audio

Melalui media ini komunikan hanya akan dapat mendengarkan

pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media dengar.

Yang termasuk dalam media ini adalah radio. Media ini mempunyai

kelebihan tersendiri, sebab komunikan akan akan dapat menikmati

proses komunikasi dengan tetap menjalankan aktifitas lain yang

sedang dilakukannya.

2.Media Audio-Visual

Dibandingkan dengan media radio, media ini lebih mampu

untuk menyajikan pesan dengan sempurna. Seorang komunikan

tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat melihat secara

langsung kondisi riil yang sedang terjadi. Media ini sekarang juga

telah menjadi kebutuhan primer di lingkungan masyarakat.

C. Dakwah Melalui Buletin

Dakwah Islam melalui media cetak merupakan salah satu cara dakwah

dalam bentuk tulisan telah terdapat sejak zaman Rasul, walaupun dakwah yang

dilakukan sebatas pengiriman surat-surat pribadi Rasul kepada penguasa di

36

sekitarnya. Kegiatan dakwah secara tertulis ini dapat dilakukan melalui surat

kabar, majalah, buku, brosur, buletin, dan lain sebagainya.56

Akhir-akhir ini banyak dijumpai pelaksanaan dakwah melalui media

buletin. Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta

singkat atau pernyataan tertulis yang ditebitkan secara periodik oleh suatu

organisasi atau lembaga.57

Dipilihnya media ini karena buletin memiliki kelebihan, antara lain: 58

1. Buletin mudah untuk dimiliki oleh masyarakat karena harganya relatif

murah dibanding dengan media cetak lainnya.

2. Sesuai dengan karakteristiknya media ini dapat menyampaikaan

keanekaragaman informasi, seperti artikel, konsultasi agama, serta ajaran-

ajaran Islam lainnya dapat dimasukkan kedalamnya.

3. Buletin dapat dibaca berulang kali sehingga dapat dipahami sampai

mendetail.

Sedangkan yang menjadi kelemahan berdakwah melalui media media

buletin adalah:59

1. Tidak semua pembaca buletin mampu memahami bahasa yang digunakan

oleh penulis dalam menyampaikan pesan dakwahnya..

2. Komunikasi yang dilakukan oleh buletin bersifat pasif, sehingga reaksi

pembaca tidak dapat diketahui secara langsung.

Saat ini telah cukup banyak buletin-buletin yang terbit setiap Jumat

yang berkaitan dengan pelaksanaan dakwah Islamiyah. Dengan media buletin,

pesan dakwah yang disampaikan dapat langsung sampai kepada pembaca, dan

dapat dikaji ulang untuk meningkatkan pemahaman keagamaan pembacanya.

Bahkan dengan ukuran buletin yang kecil, menjadikan media ini dapat dibawa

kemana saja dan dapat juga dikumpulkan untuk menjadi bahan referensi pada

lain waktu bilamana diperlukan.

56 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam: Teknik Dakwah Dan Leadership, (Bandung: CV.

Diponegoro, 1992), hlm. 85. 57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Loc. Cit. 58 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 178-179. 59 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., hlm. 205.

37

Dakwah melalui buletin merupakan wujud dari pelaksanaan dakwah

dalam rangka menjadi sarana bagi perubahan sosial. Keberadaan media ini

dapat berperan sebagai upaya memperluas cakrawala pengetahuan

pembacanya. Dengan penyajian materi yang singkat dan berisi dengan muatan-

muatan dakwah, pesan yang disampaikan dapat memberikan tambahan

informasi, sehingga pembaca memperoleh tambahan informasi setelah

membaca buletin tersebut. Dalam pelaksaan yang lebih lanjut, materi dalam

buletin dapat dijadikan bahan diskusi bagi pembacanya. Dengan berubahnya

pola pikir masyarakat dan diikuti dengan berubahnya sikap masyarakat berarti

buletin telah mampu membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik dari

kondisi sebelumnya.

Penyajian materi yang singkat, dan mudah dicerna bagi pembacanya

membuat buletin akan senantiasa ditunggu kehadirannya. Bagi penulis buletin,

media ini akan memacu semangat para penulis untuk selalu menyajikan materi-

materi yang diperlukan oleh pembaca, ataupun disesuaikan dengan kebutuhan

pada saat materi tersebut disampaikan. Misalnya pada bulan Ramadhan,

penulis buletin menyajikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bulan

suci, sehingga pembaca menjadi lebih mengerti tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan bulan Ramadan secara lengkap tanpa harus membeli buku

yang harganya relatif lebih mahal.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, buletin dianggap mampu

memberikan nuansa lain dalam pelaksanaan dakwah.

38