pemanfaata atan alat-alat laboratorium...
TRANSCRIPT
PEMANFAATA
UNTUK MEN
BELAJAR PESER
SEMESTER GA
MAT
Diajukan un
guna
INSTITUT A
i
ATAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
ESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 MAN
R GASAL TAHUN PELAJARAN 2010/20
MATERI POKOK GERAK GETARAN
SKRIPSI
kan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Sy
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh:
Siti Nur Innayah
NIM: 063611009
FAKULTAS TARBIYAH
TUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISO
SEMARANG
2011
RIUM FISIKA
DAN HASIL
MAN 1 BLORA
010/2011 PADA
RAN
api Syarat
LISONGO
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Nur Innayah
NIM : 063611009
Jurusan/Program Studi : Tadris Fisika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 08 Juni 2011
Saya yang menyatakan,
materai
Siti Nur Innayah
NIM. 063611009
iii
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 08 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium Fisika untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2010 / 2011 Pada Materi Pokok Gerak Getaran.
Nama : Siti Nur Innayah
NIM : 063611009
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Fisika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 08 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium Fisika untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2010 / 2011 Pada Materi Pokok Gerak Getaran.
Nama : Siti Nur Innayah
NIM : 063611009
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Fisika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
vi
ABSTRAK
Judul : Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium Fisika untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora Semester Gasal Tahun Pelajaran
2010 / 2011 Pada Materi Pokok Gerak Getaran
Penulis : Siti Nur Innayah
NIM : 063611009
Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk meningkatkan keaktifan belajar
peserta didik kelas XI IPA 1 semester gasal MAN 1 Blora pada materi pokok
gerak getaran. 2) Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1
semester gasal MAN 1 Blora pada materi pokok gerak getaran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus. Pengumpulan data menggunakan tes tertulis pilihan ganda untuk mengukur
hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif, lembar observasi digunakan untuk
mengukur keaktifan peserta didik selama pelaksanaan proses pembelajaran. Data
hasil penelitian diolah dengan analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, pada pra siklus hasil belajar peserta didik
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 54,7 dengan ketuntasan klasikal 23,68%. Pada
siklus 1 nilai rata-rata hasil belajar peserta didik aspek kognitif adalah 65,43
dengan ketuntasan klasikal 51,43%, pada siklus 1 ini rata-rata peserta didik naik
7,73 poin dibanding dengan rata-rata pada pra siklus, sedangkan hasil keaktifan
peserta didik siklus I ini sebesar 71,7% dengan kategori baik. Pada siklus II, hasil
belajar kognitif adalah sebesar 81,39 dengan ketuntasan klasikal sebesar 94,44% ,
sedangkan hasil keaktifan peserta didik pada siklus II ini sebesar 79,5% dengan
kategori baik. Peserta didik dikatakan aktif ditandai dengan semua peserta didik
ikut terlibat dalam kelompoknya, peserta didik aktif bertanya dan memberikan
pendapat untuk pemecahan masalah, peserta didik dapat menyusun alat dengan
benar serta mengambil data dengan tepat, dan semua peserta didik dapat menarik
kesimpulan dengan benar.
Hasil analisis data di atas menunjukkan peningkatan keaktifan dan hasil
belajar peserta didik dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika pada materi
pokok gerak getaran. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari
persentase keberhasilan tiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan guru/dosen dalam melakukan
praktikum di laboratorium, untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
peserta didik.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam
yang telah memberikan beberapa rahmat, taufiq, hidayah, dan kenikmatan kepada
penulis berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi yang dilaksanakan di MAN 1 Blora. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, karena
berkat perjuangan beliau yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju
zaman yang terang benderang ini yaitu zaman islamiyah.
Dengan berbekal keikhlasan dan berniat dengan tulus serta dengan
tanggung jawab, Allah SWT telah meridhoi penyusunan skripsi di MAN 1 Blora,
tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan dalam menulis skripsi ini.
Namun semua itu dapat penulis jalani dengan baik dan penuh tanggung jawab
sehingga skripsi ini dapat penulis susun sebagaimana mestinya. Dengan
selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tadris IAIN Walisongo
Semarang.
3. Andi Fadllan, S.Si. M.Sc., selaku Ketua Prodi Tadris Fisika dan Pembimbing
I, yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi kepada
peneliti.
4. Dra. Ani Hidayati, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah berkenan
meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing,
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
5. Semua pengajar di IAIN Walisongo Semarang yang membekali berbagai
pengetahuan dan pengalaman.
6. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan
karyawan yang telah memberikan pelayanan yang baik.
7. Kepala perpustakaan TKPS Semarang beserta seluruh staf dan karyawan yang
telah memberikan pelayanan yang baik.
viii
8. Drs. Suhamto, M.Pd selaku kepala MAN 1 Blora yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di MAN 1 Blora.
9. Siswati, S.Pd, kepala TU beserta staf, karyawan dan siswa MAN 1 Blora
yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
10. Bapak Sutarno dan ibu Sariseh selaku bapak dan ibu tercinta terima kasih atas
do’a, nasihat, dan dukungan serta segala pengorbanan dan kasih sayang
selama ini dalam mendidik penulis dengan penuh kesabaran.
11. Kakakku dan keponakanku, Ahmad Sucipto dan Nurul Fadlliyah (Assyaima
Huzafa N.A), M. Arifin dan Siti Muniroh (Nailu Syifa’ A.N, Asroful Fadil
A.B), M. Nuzullaiman dan Marida (Ahza Nurrafa A.), Siti Muftihatul K. dan
Nur Sholeh (Azkia Aulia L.S) yang senantiasa membimbing dan mendo’akan,
beserta saudara-saudaraku tercinta.
12. Teman-teman Tadris Fisika 2006, hususnya sahabatku (anik, dika, eka) yang
telah menemani penulis dalam suka dan duka bersama selama melaksanakan
perkuliahan di kampus tercinta IAIN Walisongo Semarang.
13. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak, yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu, karena keterbatasan ruang.
Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“.
Semoga amal baik dan jasa-jasanya diberikan oleh Allah balasan yang sebaik-
baiknya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa sripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Semarang, 08 Juni 2011
Penulis
Siti Nur Innayah
NIM. 063611009
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --------------------------------------------------------------- i
PERNYATAAN KEASLIAN ----------------------------------------------------- ii
PENGESAHAN --------------------------------------------------------------------- iii
NOTA PEMBIMBING ------------------------------------------------------------ iv
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- vi
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- vii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang --------------------------------------------------- 1
B. Identifikasi Masalah -------------------------------------------- 4
C. Pembatasan Masalah ------------------------------------------- 4
D. Rumusan Masalah ---------------------------------------------- 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ------------------------------- 5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi -------------------- 7
1. Pengertian Belajar ------------------------------------------- 7
2. Hasil Belajar --------------------------------------------- ---- 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ---------------- 14
B. Keaktifan -------------------------------------------------------- 18
C. Alat-alat Laboratorium dan Fungsinya ---------------------- 21
D. Tinjauan Materi Gerak Getaran -------------------------------- 23
E. Kajian Penelitian yang Relevan -------------------------------- 25
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian --------------------------------- 28
B. Subjek Penelitian ----------------------------------------------- 28
C. Metode Penelitian ------------------------------------------------ 29
1. Pengertian PTK--------------------------------- -------------- 29
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian------------------------------- 29
ii
3. Prinsip-prinsip PTK--------------------------------- --------- 30
4. Langkah-langkah PTK--------------------------------- ------ 31
5. Rencana Penelitian PTK --------------------------------- --- 34
D. Metode Pengumpulan Data ------------------------------------ 36
E. Metode Analisis Data ------------------------------------------- 38
F. Indikator Keberhasilan ------------------------------------------ 39
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sekolah ----------------------------------------------- 41
B. Pra Siklus --------------------------------------------------------- 42
C. Hasil Penelitian--------------------------------- ----------------- 43
1. Siklus I --------------------------------------------------------- 43
2. Siklus II -------------------------------------------------------- 50
D. Pembahasan---------------------------------------------- -------- 55
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan --------------------------------------------------------- 59
B. Saran -------------------------------------------------------------- 59
C. Penutup ----------------------------------------------------------- 60
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR TABEL 64
DAFTAR GAMBAR 65
DAFTAR LAMPIRAN 66
RIWAYAT HIDUP 105
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nama Peserta Didik 67
Lampiran 2 : Silabus 69
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklu 70
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 73
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa Siklus I 76
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa Siklus II 78
Lampiran 7 : Kisi-kisi Soal Tes Siklus I 80
Lampiran 8 : Kisi-kisi Soal Tes Siklus II 81
Lampiran 9 : Tes Siklus I 82
Lampiran 10 : Tes Siklus II 85
Lampiran 11 : Perhitungan Validitas Soal 88
Lampiran 12 : Perhitungan Reliabilitas Soal 91
Lampiran 13 : Kunci Jawaban Tes 94
Lampiran 14 : Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I 95
Lampiran 15 : Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II 97
Lampiran 16 : Lembar Observasi Keaktifan Siklus I 99
Lampiran 17 : Lembar Observasi Keaktifan Siklus II 100
Lampiran 18 : Kriteria Penilaian Lembar Observasi 101
Lampiran 19 : Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran 103
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian ------------------------------------------------------------ 28
Tabel 4.1: Hasil Belajar Pra Siklus----------------------------------------------------- 43
Tabel 4.2: Hasil Analisis Keaktifan Siklus I------------------------------------------ 47
Tabel 4.3: Hasil Belajar Siklus I ------------------------------------------------------- 48
Tabel 4.4: Hasil Analisis Keaktifan Siklus II ---------------------------------------- 53
Tabel 4.5: Hasil Belajar Siklus II------------------------------------------------------- 54
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Bagan Proses Pembelajaran ---------------------------------------------- 15
Gambar 3.1: Skema Inti Penelitian------------------------------------------------------ 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, yang dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya agar
berfungsi dalam kehidupan masyarakat.1 Perwujudan masyarakat yang
berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam persiapan
peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan
dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional.2 Semuanya itu tidak
akan terlepas dari campur tangan pemerintah dalam menghadapi
permasalahan di dunia pendidikan sekarang ini. Untuk mengatasinya perlu
penataan terhadap sitem pendidikan secara kaffah (menyeluruh), terutama
berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja.3
Berdasarkan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sitem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pemerintah mencanangkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ditujukan untuk menciptakan tamatan
yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan
bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman belajar.4 Menurut filsafat konstruktivisme,
pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) peserta didik sendiri.
Pengetahuan hanya dapat ditawarkan kepada peserta didik untuk dikonstruksi
sendiri secara aktif oleh peserta didik itu sendiri. Fisika merupakan cabang
1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2008), Cet
VII, hlm.3. 2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), Cet. II, hlm. 2. 3 Ibid., hlm. 7-8.
4 Ibid., hlm 11.
2
IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan hidup harmonis
dengan alam. Orang belajar fisika untuk mengerti gejala dan peristiwa alam
fisis dengan hukum alam yang teratur. Maka belajar fisika yang ideal, terlebih
di tingkat SD-SMA bukan dengan membaca teks, tetapi berinteraksi dengan
alam yang bertolak dari kejadian nyata atau pengalaman. Peserta didik diajak
mempertanyakan dan mencoba mengukur, mencari data dan
menyimpulkannya.5 Maka model pendekatan praktikum, demonstrasi, inquiry
menjadi model yang cocok dalam belajar fisika.
Pemerintah berusaha memberikan laboratorium IPA bagi setiap SMA
Negeri. Akan tetapi sebagaian besar di sekolah-sekolah kita tidak
mempergunakan atau memanfaatkan secara maksimal. Banyak guru yang
menyampaikan bahan pelajaran dengan ceramah sehingga peserta didik tidak
dapat memahami apa yang dikatakan atau disampaikan oleh guru, maka
besar kemungkinan peserta didik tidak menguasai mata pelajaran terutama
fisika.6 Belajar fisika juga tidak dengan cara menghafal melainkan peserta
didik terlibat langsung, salah satunya dengan pratikum di laboratorium,
sehingga peserta didik dapat menyimpulkan, aktif dan lebih cepat menangkap
materi pelajaran.
Dalam menghadapi era kompetensi ini, guru perlu mempersiapkan
peserta didik agar mampu bertindak aktif, memiliki pengetahuan yang mantap
dan mampu berkomunikasi atau berinteraksi dengan pihak lain dalam
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Hal ini sesuai dengan salah satu
prinsip belajar adalah keaktifan. Dengan demikian belajar hanya dapat terjadi
apabila peserta didik mengalami sendiri. Dalam mewujudkan peserta didik
aktif perlu adanya aktivitas belajar. Menurut teori kognitif, peserta didik
yang mengalami sifat aktif, kognitif, dan mampu merencanakan sesuatu maka
peseta didik tersebut mampu mengindentifikasi masalah, mencari dan
5 Paul Suparno, Metodologi Fisika Konstruktivitas dan Menyenangkan, (Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 11. 6 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), Cet, XII, hlm. 42-43.
3
menemukan fakta, menganalisis dan menarik kesimpulan.7 Semua aktifitas itu
dapat dilakukan di laborotorium terutama pada saat praktikum fisika.
Hasil wawancara dengan Ibu Siswati selaku guru fisika di MAN I
Blora menyatakan bahwa pada proses pembelajaran fisika masih terdapat
beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga peserta
didik bosan dan malas mempelajari fisika.
2. Pembelajaran cenderung searah.
3. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
4. Cukup banyak peserta didik yang kurang suka dengan fisika.
5. Laboratorium tidak dimanfaatkan secara maksimal.
6. Peserta didik tidak diberi kesempatan bertanya atau cenderung pasif.8
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru harus menerapkan strategi
pembelajaran aktif misalnya, dengan pemanfaatan labortorium. Peserta didik
diajak untuk bereksperimen di laboratorium agar peserta didik aktif atau
terlibat langsung, dapat menemukan fakta, menganalisis, dan menarik
kesimpulan. Kurangnya pembelajaran ini akan berdampak pada hasil belajar
peserta didik terutama pada ranah kognitif, psikomotorik dan efektif. Nilai
ulangan harian peserta didik kelas XI IPA I MAN 1 Blora masih rendah yakni
masih di bawah nilai Kriteria Ketentusan Minimal (KKM) sekolah sebesar
63.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium
untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA
1 MAN Blora Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010 / 2011 Pada Materi
Pokok Gerak Getaran”.
7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
Cet. III, hlm. 44. 8 Hasil Wawancara Dengan Ibu Siswati, (Guru Fisika MAN I Blora), Tanggal 31 Maret
2010.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
dalam pembelajaran fisika di MAN 1 Blora adalah sebagai berikut:
1. Guru belum menerapkan pembelajaran dengan pemanfaatan alat-alat
laboratorium.
2. Hasil belajar IPA pada aspek kognitif belum mencapai KKM.
3. Pembelajaran fisika lebih cenderung menghafal dan berlangsung satu
arah dari guru ke peserta didik.
4. Guru kurang memaksimalkan kemampuan bertanya peserta didik.
C. Pembatasan Masalah
Pelaksanaan pembelajaran fisika di MAN 1 Blora belum
memanfaatkan laboratorium secara maksimal yang dapat mengarahkan
peserta didik untuk belajar menemukan hal yang baru dengan menggunakan
metode ilmiah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti
membatasi masalah dalam penelitian ini pada keaktifan dan hasil belajar
peserta didik dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika pada materi
pokok gerak getaran di kelas XI IPA 1.
Dalam silabus fisika untuk SMA, kompetensi dasar pada materi pokok
gerak getaran adalah menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak
getaran dengan indikator sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan karakteristik gerak getaran pada pegas.
2. Menjelaskan hubungan antara periode getaran dengan masa beban
berdasarkan pada pengamatan.
3. Menganalisis gaya simpangan, kecepatan dan percepatan pada gerak
getaran.
Berdasarkan indikator di atas, pemanfaatan alat-alat laboratorium
fisika yang akan dilakukan adalah untuk memahami gerak harmonik
sederhana pada ayunan sederhana dan menjelaskan hubungan antara periode,
getaran dengan masa beban berdasarkan data pengamatan.
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika menggunakan model
pembelajaran aktif dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik
kelas XI IPA 1 semester gasal MAN 1 Blora pada materi pokok gerak
getaran?
2. Apakah pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika menggunakan model
pembelajaran aktif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI
IPA 1 semester gasal MAN 1 Blora pada materi pokok gerak getaran?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dengan pemanfaatan
alat-alat laboratorium fisika kelas XI IPA 1 semester gasal MAN 1 Blora
pada materi pokok gerak getaran.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan pemanfaatan alat-
alat laboratorium fisika kelas XI IPA 1 semester gasal MAN 1 Blora pada
materi pokok gerak getaran.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik MAN 1 Blora
a. Dalam mengikuti proses belajar mengajar, diharapkan peserta didik
mampu menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dalam kelompoknya.
b. Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik sehingga
dapat belajar tuntas.
c. Melatih ketrampilan proses dalam kegiatan laboratorium.
d. Meningkatkan tanggung jawab peserta didik melatih untuk dapat aktif
dalam belajar, menumbuhkan rasa senang belajar fisika, dan
6
menghargai pendapat orang lain serta mengurangi kebosanan para
peserta didik dalam proses pembelajaran fisika.
2. Bagi guru MAN 1 Blora
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
aktif.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam pemilihan strategi
pembelajaran menggunakan alat-alat laboratorium dan model
pembelajaran aktif.
c. Dapat meningkatkan pemahaman guru kolaborator tentang PTK.
3. Bagi pihak MAN 1 Blora
a. Diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
sumber pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas
pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika di MAN 1 Blora.
b. Pemanfaatan alat-alat laboratorium sesuai dengan fungsinya dalam
pembelajaran.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi
1. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut pengertian secara psikologi,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.1
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas,
dikemukakan oleh Cronbach bahwa ”learning is shown by change in
behavior as a result of experience”. Dengan demikian belajar yang efektif
adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi
langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya.
Satu definisi lagi yang dikemukakan oleh Howard L. kingsley yaitu
”learning is the proces by which behavior (in the broader sense) is
originated or changed through practice or training,” artinya belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan.2 Dalam islam, manusia juga dianjurkan untuk
selalu melakukan kegiatan belajar. Namun, dalam hal ini lebih ditekankan
pada signifikansi fungsi kognitif (aspek akliah) dan fungsi sensorik (indra-
indra) sebagai alat-alat penting untuk belajar. Allah berfirman dalam surat
Al-Isra’ ayat 36 :
Ÿωuρ ß#ø)s? $ tΒ }§øŠs9 y7 s9 ϵÎ/ íΟ ù=Ïæ 4 ¨βÎ) yìôϑ¡¡9 $# u�|Ç t7ø9 $#uρ yŠ# xσà�ø9 $#uρ ‘≅ ä.y
1 Slameto, Belajar dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), cet. V, hlm. 2. 2 Wasty Sumanto, Psokologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. III, hlm. 99.
8
7 Í×‾≈ s9 'ρé& tβ% x. çµ ÷Ψtã Zωθ ä↔ó¡tΒ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan ,dan
hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya”.3
Perintah belajar di atas, tentu saja harus dilaksanakan melalui
proses kognitif (tahapan-tahapan yang bersifat akliah). Dalam hal ini,
sistem memori yang terdiri atas memori sensori, memori jangka pendek
dan memori jangka panjang berperan sangat aktif dan menentukan berhasil
atau gagalnya seseorang dalam meraih pengetahuan dan keterampilan.4
Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui pengalaman. Belajar meliputi proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu.5 Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar
antara lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misal, ia menyadari
bahwa pengetahuan bertambah, kecakapannya bertambah dan
kebiasaannya bertambah.
3 Depertemen Agama RI, Al Qur;An, dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Alwaah,
1993), hlm. 439. 4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Logos, 1999), hlm. 77.
5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008), cet. IX, hlm. 28.
9
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis, suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan afektif
Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, semakin banyak
dan baik perubahan yang diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat
menetap. Misalnya seorang anak yang belajar memainkan piano, tidak
akan hilang begitu saja bahkan akan terus berkembang jika
dikembangkan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku yang tejadi karena adanya tujuan yang
ingin dicapai.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika sesorang belajar sesuatu, maka sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap
kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.6 Perubahan
perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan
lingkungannya, interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja.
Kebiasaan itu tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:
1) Kesiapan (readiness) yaitu kesiapan baik fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu
2) Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan
sesuatu.
3) Tujuan yang ingin dicapai.7
6 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 15-
16.
7 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2007), hlm. 15
10
2. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar adalah hasil dari
proses belajar yang berupa perubahan tingkah laku atau peningkatan
mental peserta didik berupa dampak pengajaran dan dampak pengiringan.
Dampak pengajaran yaitu hasil yang dapat diukur seperti tertulis dampak
angka rapor atau angka dalam ijazah. Dampak pengiringan adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.8
Menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar dapat diartikan
sebagai kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui kegiatan
belajar.9 Sedangkan menurut Purwanto, hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.10
Menurut Nana Sudjana dijelaskan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.11
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan, hasil belajar adalah suatu kemampuan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Pada hakikatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dengan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Penilaian proses dan hasil belajar saling
berkaitan satu dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat
dan proses belajar.12
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta
didik dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
8 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
3-4. 9 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), hlm. 37. 10
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 45. 11
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remadja Rosda Karya, 2000), hlm. 43. 12
Ibid, hlm. 3.
11
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat
dilihat dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.13
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga
ranah yaitu : ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Setiap mata ajar
selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu
berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotorik,
sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah
kognitif. Namun, kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.14
Ketiga
ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, berikut
penjelasannya:
a. Ranah kognitif
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik
untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau
prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Kognitif terdiri dari enam aspek antara lain :
1) Mengingat
Tujuan intruksional pada level ini menuntut peserta didik
untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima
sebelumnya, seperti misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi
pemecahan masalah, dan sebagainya.
2) Mengerti
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Dalam hal ini peserta didik diharapkan
menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri.
13
Ibid, hlm. 22. 14
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet. III, hlm. 22.
12
3) Memakai
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang
baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.15
4) Menganalisis
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen
suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan,
dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya
kontradiksi. Dalam hal ini peserta didik diharapkan menunjukkan
hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan
gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari.
5) Menilai
Menilai merupakan level kelima menurut revisi Anderson,
yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi lebih condong ke
bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi.
6) Mencipta
Mencipta disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh..16
b. Ranah afektif
Sikap atau tingkah laku menunjukkan kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian aspek kognitif
tidak dapat terlepas dari penilaian aspek afektif. Ada beberapa jenis
15
Martinis Yamin, Paradigma pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), hlm. 34-36. 16
Ibid, hlm. 36.
13
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari
tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada peserta didik
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.17
2) Responding atau jawaban, memberi reaksi terhadap suatu gejala (dan
sebagainya) secara terbuka, melakukan sesuatu sebagai respon
terhadap suatu gejala itu. Hasil belajar pada tingkat ini yaitu
menekankan diperolehnya respon, keinginan memberikan respon
atau kepuasan memberi respon. Peringkat tertinggi pada kategori ini
adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil
dan kesenangan pada aktivitas khusus.18
3) Valuing (menilai) melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap
yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat
rentangnya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan
untuk meningkatkan ketrampilan, sampai pada tingkat komitmen.
Valuing atau penilaian berbasis pada peringkat ini berhubungan
dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara
jelas. Dalam tujuan pembelajaran penilaian ini diklasifikasi sebagai
sikap atau apresiasi.19
4) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasi nilai-nilai yang
dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.
5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah
menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya
menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi
dalam perilaku sehari-hari.20
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, op. cit., hlm. 30. 18
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet. III, hlm.
70. 19
Mimin Haryati, op. cit., hlm. 37. 20
Purwanto, op.cit., hlm. 51.
14
c. Ranah psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan
bertindak. Menurut Simpson, hasil belajar psikomotorik dapat
diklasifikasikan menjadi enam antara lain :
1) Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik
yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu
gejala dengan gejala lain.
2) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai
suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri sebelum
memperagakan sholat, mendemonstrasikan penggunaan thermometer
dan sebagainya.
3) Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan
melakukan gerakan meniru model yang dicontohnya.
4) Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan
gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
5) Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.
6) Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-
gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan
gerakan-gerakan sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-
garakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinil.21
3. Faktor yang mempengarui hasil belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar, perlu dilakukan
analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat dalam
kegiatan belajar itu. Karena belajar merupakan suatu proses, sudah tentu
harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil pemrosesan
(keluaran atau output). Jadi, dalam hal ini kegiatan belajar dapat dianalisis
dengan pendekatan analisis sistem. Dengan demikian faktor yang
mempengaruhi belajar dan hasil belajar dapat dilihat dari pendekatan
21
Ibid, hlm. 52-53.
15
sistem ini. Dengan pendekatan sistem ini, kegiatan belajar digambarkan
sebagai berikut:22
Gambar 2.1 Bagan Proses Pembelajaran
Masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu
diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses
belajar mengajar (teaching - learning proces). Di dalam proses belajar
mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang
merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi
sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi (instrumental
input) guru menuju tercapainya keluaran yang dikehendaki (output).
Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan
keluaran tertentu.23
sehingga dari pendekatan analisis sistem itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdapat pada faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik .
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi
dua kategori yaitu:
a. Faktor faktor internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-
faktor internal ini meliputi:
22
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosydakarya, 2000), cet. XVI,
hlm. 106. 23
Ibid, hlm. 107.
INSTRUMENTAL INPUT
RAW INPUT TEACHING-LEARNING-PROCES OUTPUT
ENVIRONMENTAL INPUT
16
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya.
b) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi belajar. Peserta didik yang cacat
belajarnya akan terganggu.24
2) Faktor psikologis
Faktor psikologi, merupakan keadaan psikologi seseorang
yang dapat mempengaruhi proses belajar, meliputi:
a) Inteligensi atau kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting
dalam proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas
belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar.25
b) Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keaktifan kegiatan belajar peserta didik
c) Minat
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan seseorang yang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
24
Slameto, op.cit., hlm. 54. 25
Ngalim Puwanto, loc. cit., hlm. 103.
17
e) Sikap
Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya,
baik secara positif atau negatif.
f) Motif
Motif sangatlah perlu dalam belajar, untuk membentuk
motif yang kuat dapat dilaksanakan adanya latihan-latihan dan
pengaruh lingkungan.
g) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkah atau fase
pertumbuhan seseorang, karena alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Jadi, kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Agar peserta didik dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar,
sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.26
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang
belajar, yang meliputi:
1) Faktor sosial, terdiri atas faktor agama dan faktor sekolah.
2) Faktor masyarakat
3) Faktor budaya
4) Faktor lingkungan fisik
5) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.27
26
Slameto, op.cit., hlm. 58. 27
Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 32.
18
B. Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat.28
Keaktifan adalah
kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non fisik . Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh
aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti
mental, intelektual dan emosional . Keaktifan yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.29
Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya “kegiatan atau
keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas30
.
Menurut Dimyati dan Mudjiono keaktifan adalah kegiatan, kesibukan atau
perbuatan menjadi aktif. Keaktifan peserta didik dalam belajar memerlukan
latihan-latihan dan selalu ingin tahu.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya
adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang
belajar atau peserta didik. Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari kegiatan
fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan
fisik yang bisa diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca dan
mengukur. Sedangkan contoh-contoh kegiatan psikis seperti mengingat
kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya dan kegiatan psikis lainnya.31
Paul B Diedrich membuat daftar yang berisi macam-macam kegiatan
atau keaktifan peserta didik sebagai berikut:
28
Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 7. 29
Nawawi, “Pengertian Keaktifan” http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-
belajar.html, diakses 28 Juni 2011 30
Anton M. Mulyono, “Pengertian Keaktifan” http://id.shvoong.com/social-
sciences/1961162-aktifitas-belajar/#ixzz1QXpaw6E5, diakses 28 Juni 2011
31 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hlm. 114.
19
1. Visual Activities, seperti membaca dan memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan atau pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, seperti menyatakan, merumuskan bertanya, member saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan lain-lain.
3. Listening Activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, dan
pidato.
4. Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, tes, laporan dan
menyalin.
5. Motor Activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
bermain, berkebun dan sebagainya.32
Menurut Wina Sanjaya, kasus keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran dapat juga di lihat dari hal-hal berikut:
a. Keterlibatan peserta didik baik secara fisik, mental, maupun intelektual
dalam proses pembelajaran, hal ini dapat di lihat dari tingginya perhatian
terhadap motivasi peserta didik untuk menyelesaikan setiap tugas yang
diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Peserta didik belajar secara langsung , dalam proses pembelajaran secara
langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti
merasakan, meraba, mengoprasikan, melakukan sendiri dan lain
sebagainya.demikian juga pengalaman itu bias dilakukan dalam bentuk
kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
c. Adanya keinginan peserta didik untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif.
d. Keterlibatan peserta didik dalam melakukan prakarya seperti menjawab dan
mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang di ajukan atau
yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antara peserta didik dengan
peserta didik atau guru dengan peserta didik.33
32
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Peserta Didik, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), hlm. 85. 33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenata Media Group, 2004), hlm. 142.
20
Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, peserta didik dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah
perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan
belajarnya secara efektif, pendidik dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,
dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik yaitu menuntut
keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran.34
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa prinsip belajar yang dapat
menunjang cara belajar peserta didik aktif yaitu:
1) Prinsip motivasi
Motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar.
Tanpa adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai peserta didik tidak akan
maksimal. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi, antara lain
melalui cara mengajar yang variasi, mengadakan pengulangan informasi,
dan memberikan stimulus baru.35
2) Prinsip latar atau konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, bahwa
peserta didik yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula
mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan. Karena itu, pndidik perlu menyelidiki apa kira-kira
pengetahuan, perasaan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman yang telah
dimiliki para peserta didik.
3) Prinsip keterarahan kepada titik pusat atau fokus tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu
pelajaran.
4) Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi
Dalam belajar para peserta didik perlu dilatih untuk bekerja sama
dengan teman sebayanya, ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama.
34 Ibid, hlm. 51
35 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Sinar baru, 1989), hlm. 27.
21
5) Prinsip belajar sambil bekerja
Peserta didik perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan
nyata yang melibatkan otot dan pikirannya.36
6) Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi
Setiap peserta didik tentu saja memiliki perbedaan perorangan,
misalnya dalam kadar kepintaran, kegemaran, bakat, latar belakang
keluarga, sifat, dan kebiasaan.para pendidik sebaiknya tidak
memperlakukan anak-anak seolah-olah semua sama.
7) Prinsip menemukan
Para pendidik hendaknya tidak perlu menjejalkan seluruh informasi
ke dalam benak anak. Anak sendiri pada hakikatnya telah memiliki potensi
dalam dirinya untuk menemukan sendiri informasi itu.
8) Prinsip pemecahan masalah
Seluruh kegiatan peserta didik akan terarah jika didorong untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Maka, peserta didik dihadapkan dengan
situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. 37
C. Alat-alat Laboratorium dan Fungsinya
Alat adalah benda, perkakas atau perabot yang dipakai untuk
mengerjakan sesuatu.38
Sedangkan laboratorium adalah tempat atau kamar
yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan. Laboratorium
merupakan suatu bentuk mengajar yang menghadapkan peserta didik dengan
benda-benda dan peristiwa.39
Jadi alat-alat laboratorium adalah perkakas atau
perabotan yang dipakai untuk mengadakan percobaan di dalam laboratorium.
Laboratorium bermacam-macam jenisnya. Secara umum, jenis
laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan
36 Conny Semiawan, dkk, pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Gramedia
widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 10-11.
37
Ibid, hlm. 12-13. 38
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.
711. 39
S. Nasution., Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 201.
22
laboratorium tersebut. Karena itu, di sekolah-sekolah menengah untuk
pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal laboratorium fisika, laboratorium
kimia dan laboratorium biologi. Di SMP hanya ada laboratorium IPA saja.
Pada Perguruan Tinggi, dalam satu jurusan terdapat banyak laboratorium.
Misalnya, pada jurusan fisika terdapat laboratorium fisika teori dan komputasi,
laboratorium material dan energi, laboratorium elektronika dan instrumentasi,
laboratorium spektroskopi dan geofisika. Untuk pertimbangan efisiensi, suatu
ruangan laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk
proses belajar mengajar. Laboratorium jenis ini di kenal sebagai science
classroom laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multiguna.40
Fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan atau
memberi kepastian keterangan (informasi), menentukan hubungan sebab akibat
(kausalitas), membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-
fenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena apabila
sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktekkan sesuatu yang diketahui,
mangembangkan ketrampilan dan latihan.41
Adapun strategi pembelajaran pelatihan laboratorium memiliki dua
prinsip utama yaitu :
1. Kerja kelompok, kegiatan belajar harus dilakukan dalam bentuk
kelompok-kelompok. Melalui kelompok-kelompok belajar, peserta didik
diharapkan dapat saling bertukar pikiran antar anggota kelompok.
2. Menekankan pengembangan empat area kepribadian, yaitu intrapersonal,
interpersonal, dinamisasi kelompok, dan pengarahan diri (self direction).
Kemampuan belajar secara interpersonal dan intrapersonal terfokus pada
tumbuhnya hubungan yang dinamis antar pesersa didik seperti
kemampuan mengatasi konflik, kemampuan kepemimpinan, kemampuan
40
Wira Bahari Nurdin, Peranan Laboratorium Fisika Di Perguruan Tinggi”, dalam
http://pusat panduan. com, diakses 17 Mei 2011. 41
Ibid. hlm.5
23
komunikasi, kemampuan memberi umpan balik, kemampuan saling
memberi dan menerima.42
Berdasarkan uraian di atas terdapat sinkronisasi antara hasil dan
manfaat yang diperoleh dari kegiatan praktikum dengan ayat Al Qur’an yang
berbunyi :
ô̈Β r& uθ èδ ìMÏΖ≈ s% u !$ tΡ#u È≅ ø‹©9 $# # Y‰É`$y™ $ VϑÍ←!$ s%uρ â‘x‹øts† nοt� ÅzFψ$# (#θ ã_ ö�tƒ uρ sπ uΗ÷qu‘ ϵÎn/u‘ 3
ö≅è% ö≅ yδ “Èθ tGó¡o„ tÏ%©!$# tβθ çΗs>ôètƒ t Ï%©!$#uρ Ÿω tβθ ßϑn=ôètƒ 3 $ yϑ‾ΡÎ) ã�©.x‹ tGtƒ (#θä9 'ρé& É=≈ t7ø9 F{ $#
“ (Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar : 9).43
Dari uraian tersebut jelas bahwa kegiatan praktikum di laboratorium
sangat penting dan secara langsung dapat meningkatkan pemahaman konsep-
konsep fisika, serta dapat mengembangkan ketrampilan proses sains dan
keaktifan peserta didik sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
D. Tinjauan Materi Gerak Getaran
Gerak adalah peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali
maupun berkali-kali.44
Gerak itu relatif, benda dikatakan bergerak tergantung
pada titik acuan. Getaran atau osilasi adalah gerakan terulang sediri, ke depan
dan belakang, pada lintasan yang sama secara periodik. Semua sistem yang
bergetar di mana gaya pemulih berbanding lurus dengan negatif simpangan
maka dikatakan melakukan gerak harmonik sederhana (GHS).45
42
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm. 131-132. 43
Depertemen Agama RI, op., cit, hlm. 747. 44
Tim Penyusun, op. cit., hlm. 356. 45
Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 365-376.
24
Suatu sistem yang menunjukkan gejala gerak harmonik sederhana adalah
sebuah benda yang tertambat ke sebuah pegas. Pada keadaan setimbang, pegas
tidak melakukan gaya pada benda. Apabila benda disimpangkan sejauh x dari
kedudukan setimbangnya, pegas mengerjakan gaya –kx, seperti yang diberikan
oleh hukum Hooke.
kxF −=
Tanda minus pada hukum Hooke yang timbul karena gaya pegas ini
berlawanan arah dengan simpangan.46
Di mana k adalah konstanta pegas, dan x
adalah perubahan posisi terhadap titik setimbang. Penyebutan kata “sederhana”
di atas menunjukkan tidak ada gaya disipasif, misalnya gaya gesek dengan
udara, atau gaya gesek antar komponan sistem, sehingga bentuk fungsi GHS
adalah fungsi sinus/cosinus biasa. Artinya, jika sebuah bandul diberi
simpangan awal dan kemudian berayun atau pegas yang diberi beban kemudian
diberi simpangan awal dengan cara di tarik, maka sistem akan berosilasi tanpa
henti.
Untuk membahas gerak getaran perlu didefinisikan beberapa istilah
yaitu:
1. Amplitudo adalah jarak maksimum/simpangan maksimum dari titik
setimbangnya.47
2. Frekuensi adalah jumlah getaran yang dilakukan dalam waktu satu detik.
Satuan untuk frekuensi adalah seperdetik atau dikenal dengan Hertz (Hz).
3. Periode adalah waktu yang dibutuhkan benda untuk mengalami satu
getaran. Definisi satu getar adalah ketika benda mengalami keadaan (posisi
dan fasa yang sama) yang sama pada saat berikutnya.48
Jika frekuensi sudut
ω berhubungan dengan konstanta pegas k dan massa m melalui m
k=
2ω ,
maka frekuensi dan periode adalah :
m
kf
ππ
ω
2
1
2==
46
Paul A. Tippler, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 426. 47
Muhammad Ishaq, Fisika Dasar, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007), hlm. 152-154. 48
Ibid. hlm. 155.
25
k
m
fT π2
1==
Dalam hasil ini dapat dilihat bahwa suatu m yang lebih besar, dengan
inersianya yang lebih besar pula, akan memiliki percepatan yang lebih kecil,
bergerak lebih lambat, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk satu
siklus sempurna. Sebaliknya untuk pegas yang lebih kaku (pegas dengan
konstanta gaya k lebih besar), yang memberikan gaya lebih besar pada
deformasi x tertentu, menyebabkan percepatan lebih besar, laju lebih besar, dan
waktu T lebih pendek per siklusnya.49
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya kajian penelitian ini adalah sebagai bahan kritik terhadap
penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus
sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Beberapa karya
ilmiah yang menjadi rujukan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian Johan Jaya Krisna mahasiswa UNNES tahun 2009 dengan judul
skripsi “Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium pada Pokok Bahasan Listrik
Dinamis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Ketuntasan Belajar Siswa
SMAN 2 Blora”. Penelitian ini menghasilkan bahwa pemanfaatan alat
laboratorium dengan metode pembelajaran aktif dapat meningkatkan
keaktifan siswa dan ketuntasan belajar siswa pada pokok materi listrik
dinamis SMAN 2 Blora.50
2. Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Kegiatan
Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Massa Jenis
(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII A MTs N 1
Ketanggungan Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010)” oleh Anis Tri
49
Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, Fisika Universitas, (Jakarta: Erlangga, 2002),
hlm. 394.
50
Johan Jaya Krisna,”Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium pada Pokok Bahasan Listrik
Dinamis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Ketuntasan Belajar Siswa SMAN 2 Blora”, Skripsi
Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2009.
26
Wulandari, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Pada penelitian ini
menunjukan peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok
massa jenis. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari
persentase keberhasilan ketiga aspek, yaitu hasil belajar kognitif sebesar
81,21 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%, aspek psikomotorik
menunjukan kenaikan persentase keberhasilan sebesar 79% dengan
kategori baik, dan pada aspek afektif persentase kebarhasilan sebesar 87%
dengan kategori keberhasilan amat baik. 51
3. Skripsi yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan
Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Proses Sains,
dan Hasil Belajar Siswa SMA” oleh Tri Retno Setiowati, mahasiswa
Universitas Negeri Semarang 2008. Pada penelitian ini pembelajaran
fluida dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat
di jadikan suatu metode alternatif dalam pembelajaran guna menambah
variasi metode mengajar dalam upaya meningkatkan ketrampilan proses
sains siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.52
Dari ketiga contoh skripsi penelitian tindakan kelas yang telah
dipaparkan di atas, semuanya membahas mengenai kegiatan laboratorium.
Adapun, skripsi yang serupa dengan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan peneliti adalah skripsi yang berjudul Pemanfaatan Alat-alat
Laboratorium pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Ketuntasan Belajar Siswa SMA N 2 Blora. Namun
perbedaannya, penelitian tindakan kelas ini menitikberatkan pada pemanfaatan
alat-alat laboratorium yang diterapkan pada materi gerak getaran.
51Anis Tri Wulandari,”Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Kegiatan Laboratorium
Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Massa Jenis (Penelitian Tindakan Kelas
terhadapSiswa Kelas VII A MTs N 1 Ketangguhan Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010)”, Skripsi
Program Pendidikan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
52
Tri Retno Setiowati,”Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Kegiatan
Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa SMA”,
Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008.
27
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pemanfaatan alat-alat
laboratorium fisika dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta
didik kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora pada materi pokok gerak getaran.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Blora yang
beralamat di jalan Gatot Subruto Km.04 Telp. (0296) 533453 Blora, Jawa
Tengah. Dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober sampai 15 Nopember 2010
dengan rincian penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
N0 Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian
1 Observasi ke sekolah 9 Oktober 2010
2 Observasi pembelajaran di kelas XI IPA 1 11 Oktober 2010
3 Observasi laboratorium IPA 11 Oktober 2010
4 Penyusunan instumen penelitian 22 Oktober 2010
5 Persiapan sumber belajar 28 Oktober 2010
6 Persiapan laboratorium 29 Oktober 2010
7 Pemantapan alat, bahan dan instrumen
untuk penelitian
30 Oktober 2010
8 Pelaksanaan siklus I 1 Nopember 2010
9 Pelaksanaan siklus II 15 Nopember 2010
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa MAN
1 Blora kelas XI IPA 1 yang berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 11 siswa dan
27 siswi.
29
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan rincian penjelasan sebagai berikut :
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Desain
penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang didasarkan atas empat
konsep pokok yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), refleksi (reflecting). Dalam bahasa inggris PTK disebut dengan
Classroom Action Research, disingkat CAR.1 Dari namanya sudah
menunjukkan isi di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di
kelas.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek
pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input (silabus, materi, dan lain-
lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-
hal yang terjadi di dalam kelas.2
2. Tujuan dan manfaat penelitian
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki layanan kependidikan yang harus di selenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah
secara keseluruhan. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara
berkesinambungan.
Dengan bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak
bawaan dari pelaksanaan PTK secara berkesinambungan, maka PTK
1 Zaenal aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hlm. 12-13.
2 Suharsimi Arikunto, dkk, penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 2-3.
30
bermanfaat sebagai inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di
tingkat sekolah dan ditingkat kelas serta peningkatan profesionalisme guru.3
3. Prinsip – prinsip PTK
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan kelas adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang
diterapkannya, sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai
pengajar.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus reliabel, sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi
kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk
“menjawab” hipotesis yang dikemukakannya.
d. Masalah penelitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang
cukup merisaukannya, dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya,
guru sendiri memiliki komitmen terhadap pemecahannya.
e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten
menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
f. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat
terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan
dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.4
3 Zaenal Aqib, op.cit., hlm. 18.
4 Ibid, hlm. 17.
31
4. Langkah – langkah PTK
Langkah-langkah dalam PTK merupakan daur ulang yang terdiri dari
4 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Pada tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau
fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung. Secara rinci, pada tahap perencanaan terdiri dari kegiatan
sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
2) Menerapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan dan yang
akan melatarbelakangi PTK.
3) Merumuskan masalah secara jelas.
4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban,
berupa rumusan hipotesis tindakan.
5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai
instrumen pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis
indikator keberhasilan itu.
6) Membuat secara rinci rancangan tindakan.
b. Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan di kelas. Dalam pelaksananya guru harus
berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Pada tahapan ini rancangan
strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
32
Rancangan strategi yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan laboratorium dalam
pembelajaran fisika pada materi gerak gerak getaran.
2) Menerapkan langkah-langkah kegiatan laboratorium dalam
pembelajaran fisika pada materi gerak getaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang disusun.
3) Mengadakan tes setiap akhir siklus untuk mengukur pengetahuan
peserta didik terhadap materi yang telah di berikan.
c. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Yang menjadi pengamat adalah peneliti itu sendiri. Kegiatan
pengamatan dapat dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Pada tahapan perencanaan peneliti melakukan
pengamatan atau mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah
disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanan skenario
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan
hasil belajar peserta didik.5
d. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata
bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian bersama
peneliti mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terhadap
masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang,
5 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 19.
33
tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat
teratasi.6
Berdasarkan langkah-langkah PTK di atas, maka PTK terdiri
dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS 1
SIKLUS II
Gambar 3.1 Skema Inti Penelitian7
6 Ibid, hlm. 20.
7 Ibid, hlm. 16.
Pra siklus
(Observasi awal
sebelum dilakukan
tindakan)
Perencanan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/pen
gumpulan data I Refleksi I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
tindakan II
Pengamatan/pen
gumpulan data II
Refleksi II
Permasalahan
belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Pelaksanaan
tindakan II
34
5. Rencana penelitian PTK
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pra siklus
Pada pelaksanaan pra siklus peneliti belum memberikan metode
yang akan ditawarkan pada guru sehingga pengajaran yang digunakan
masih murni belum tercampur oleh peneliti, guru masih menggunakan
metode yang konvensional atau metode ceramah. Hasil belajar peserta
didik ini diperoleh dari data ulangan mid semester. Hal ini dilakukan
sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran
menggunakan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika pada siklus I dan
siklus II .
b. Siklus I
1) Perencanaan
a) Guru dan Peneliti menyiapkan materi dengan menerapkan
pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika, materi tersebut
diinformasikan kepada peserta didik.
b) Guru dan Peneliti secara kolaboratif menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada materi yang telah disiapkan.
c) Peserta didik mempelajari materi gerak pada ayunan sederhana
tersebut secara mandiri di rumah.
d) Guru dan Peneliti menyiapkan lembar observasi, alat dokumentasi,
lembar refleksi dan evaluasi.
2) Tindakan
a) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan
jelas. Peneliti bertindak sebagai pengamat.
b) Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam praktikum.
c) Guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
35
d) Guru membentuk kelompok belajar (4-5 peserta didik) dan
menagatur tempat duduk peserta didik.
e) Guru menganjurkan kepada peserta didik dalam kelompok agar
dapat membagi tugas dan mengerjakan bersama-sama sebagaimana
aktivitas praktikum di laboratorium.
f) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.
g) Bila salah satu anggota ada yang tidak mau bekerja, maka anggota
lain dalam kelompok yang bertanggung jawab untuk menegur.
h) Pada saat praktikum berlangsung peserta didik boleh mengajukan
pertanyaan kepada guru bila dalam praktikum mengalami kesulitan.
i) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya kepada
guru.
j) Guru dan peserta didik membahas hasil praktikum tersebut.
k) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil dari praktikum dan kelompk yang lain
boleh mengajukan pertanyaan dan menanggapinya.
l) Guru memberikan tes formatif yang sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
3) Pengamatan
a) Peneliti mengawasi aktivitas/kinerja peserta didik dan keberhasilan
peserta didik dalam praktikum.
b) Peneliti mengawasi jalannya proses pembelajaran.
c) Mengamati kekompakan antar peserta didik dalam menyajikan
penyelesaian.
d) Mengamati atau mencatat peserta didik yang aktif, berani bertanya
dan berani mengutarakan pendapatnya pada lembar observasi.
4) Refleksi
a) Secara kolaboratif, guru dan peneliti menganalisis hasil
pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
36
b) Mendiskusikan hasil praktikum untuk perbaikan pada pelaksanaan
siklus II.
c. Siklus II.
Pada prinsipnya, semua kegitan siklus II hampir sama dengan
kegiatan pada siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I,
terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
1. Tahapnya terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
2. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II ini sama
dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I, letak perbedaannya
hanya pada materi yang akan dibahas, materinya adalah gerak getaran
pada pegas.
3. Diharapkan tingkat efektivitas kerja peserta didik harus semakin
tinggi.
4. Peneliti memberikan tes di akhir siklus II.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data adalah dari subjek penelitian itu sendiri, yakni peserta
didik kelas XI IPA I MAN I Blora melalui hasil pengamatan, hasil refleksi
dari penelitian dan hasil tes.
2. Jenis Data
Jenis data adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri atas:
a. Hasil belajar
b. Data tentang keaktifan peserta didik selama pelaksanaan proses
pembelajaran.
37
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh keterangan atau kenyataan yang benar mengenai objek yang
diteliti sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
peserta didik setelah menerapkan pemanfaatan alat-alat laboratorium
fisika. Tes yang akan digunakan adalah tes obyektif bentuk pilihan
ganda. Penilaian tes pilihan ganda dengan menggunakan penskoran.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen artinya barang-barang
tertulis.9 Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta
didik, jumlah peserta didik, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang
dialami guru maupun peserta didik saat proses belajar mengajar, serta
untuk mendapatkan data awal hasil belajar peserta didik sebelum adanya
pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika. Adapun data-data mengenai
alat- alat laboratorium fisika yang digunakan dalam prktikum gerak
getaran adalah neraca ohaous, statif, stopwatch, benang, pegas, beban
pengganti,gunting, Selain itu juga digunakan untuk pengambilan
gambar peserta didik pada saat penelitian berlangsung.
c. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 158.
9Ibid, hlm. 150.
38
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.10
Teknik observasi dalam penelitian adalah structured or controlled
observation yang dilakukan dengan lembar observasi. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui data-data tentang pembelajaran yang
dilakukan kelas XI IPA 1, khususnya pada saat pelaksanaan
pembelajaran fisika dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika.
Pengamatan ini dilakukan setiap siklus untuk membuat kesimpulan
pelaksanaan pembelajaran yang akan direfleksikan pada siklus
berikutnya.
E. Metode Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode penelitian
deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum
diberikan tindakan dengan hasil belajar setelah diberi tindakan. Berikut akan
diberikan metode analisis data hasil belajar peserta didik.
1. Analisis ketentuan hasil belajar
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, digunakan daftar
nilai kognitif yakni nilai tes akhir siklus yang berupa tes tertulis.
Kemudian dari data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan percentages correction.11
a. Ketuntasan individu
Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
100xN
RS =
S = Nilai yang ditampilkan
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes tersebut
10 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remadja Rosda Karya, 2000), hlm. 149.
11
Ibid, hlm. 112.
39
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar
jika peserta didik memperoleh nilai sesuai atau lebih besar dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu minimal 63.
b. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus:
���������� ���� ������� ����� ����� ������
��� ���� ������� ������ 100%
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase peserta
didik yang tuntas belajar atau nilai peserta didik lebih besar atau sama
dengan 85% dari jumlah seluruh peserta didik di kelas.12
c. Analisis data hasil observasi
Untuk mengetahui tentang keaktifan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 5 aspek
pengamatan yang meliputi: Aktif bertanya, memberikan pendapat untuk
pemecahan masalah, menyusun alat dengan benar, mengambil data dengan
tepat, menarik kesimpulan. Kemudian dilakukan analisis pada instrumen
lembar observasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:13
%100xN
FP =
Keterangan:
F = Frekuensi/jumlah skor perolehan.
N = Jumlah kegiatan keseluruhan/jumlah skor maksimum.
P = Jumlah nilai dalam persen (nilai relatif).
F. Indikator Keberhasilan
1. Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas jika mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi, atau mencapai tujuan pembelajaran
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 99.
13
Saiful B. Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 226.
40
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan
kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau
mencapai KKM sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang
ada di kelas.
2. Peningkatan keaktifan peserta didik yang ditandai dengan:
a. Semua peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan kelompoknya.
b. Peserta didik aktif bertanya dan memberikan pendapat untuk pemecahan
masalah.
c. Peserta didik dapat menyusun alat dengan benar serta mengambil data
dengan tepat.
d. Semua peserta didik dapat menarik kesimpulan dengan benar.
e. Persentase keaktifan peserta didik ≥ 75%.14
14 E. Mulyasa, op.cit., hlm.102.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI SEKOLAH
Latar belakang berdirinya MAN 1 Blora yaitu pada tahun 1979 Pengurus
Ma’arif Cabang Blora dibawah Naungan Nahdlatul Ulama Kabupaten Blora
mendirikan Madrasah Aliyah “ Ma’arif “ Blora. Setelah berjalan beberapa tahun
melihat perkembangan yang memprihatinkan maka dari Pengurus sepakat untuk
di Filialkan MAN Purwodadi pada tahun 1985. Tokoh Pendiri MAN Blora: K.H
Zaenuddin Zahid BA (Ketua Cabang NU Blora), Lasimin Muchsan, B.Sc,
(Sekretaris Cabang NU Blora), Masrum Achmadi BA, (Bendahara PC NU
Blora), Drs. Chudlori Supa’at (Ketua LP Ma’arif Blora), Mahmudi BA,
(Pembantu Umum).
Setelah di Filialkan dari tahun ke tahun jumlah pendaftar kelas I MAN
Purwodadi Filial di Blora ternyata peningkatannya dapat diharapkan, sehingga
pada tahun 1993 MAN Purwodadi Filial di Blora mendapat SK. Penegrian dari
Menteri Agama RI menjadi MAN BLORA.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 244 Tahun 1993
tanggal 25 Oktober 1993 , MAN PURWODADI Filial di BLORA berubah
status menjadi MAN BLORA. Dengan mengangkat Drs. Chudlori Supa’at
sebagai kepala MAN Blora pertama kali.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di MAN 1 Blora adalah sebagai
berikut:
1. Kamad+ kantor TU = 1 buah
2. Guru = 1 buah
3. Teori / Kelas = 17 buah
4. Laboratorium = 2 buah
42
5. Perpustakaan = 1 buah
6. Ketrampilan = 1 buah
Untuk fasilitas yang ada di laboratorium IPA yang mendukung yaitu meja
demonstrasi, meja siswa, lemari penyimpanan alat dan bahan, penerangan cukup,
ventilasi, air cukup. Alat-alat laboratorium fisika meliputi boiling tube, power
supply, bunsen burner, gunting, evaporating dish, thermometer, galvanometer,
magnet, KIT Optik, statif, penggaris, massa beban, pegas, neraca Ohaus, lup,
mikroskop, ampere meter, kompas dan lain-lain. Adapun alat- alat laboratorium
yang digunakan untuk materi gerak getaran yaitu statif 8, beban (massa) 16,
penggaris 8, benang, gunting, pegas 16, neraca ohaus 2.1
B. PRA SIKLUS
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, terdapat masalah
dalam pembelajaran di kelas XI IPA 1 di antaranya:
1. Peserta didik tidak mampu menangkap materi pembelajaran secara sempurna.
Hal ini terlihat dari banyaknya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal fisika.
2. Alat-alat laboratorium tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam proses
belajar mengajar.
Data kondisi awal peserta didik diambil dari data hasil belajar peserta
didik pada mid semester seperti pada tabel di bawah ini:
1 Dokumentasi tentang profil sekolah MAN 1 Blora.
43
Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus
No Keterangan Sebelum Tindakan
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai terendah 33
3 Nilai rata-rata 54,7
4 Jumlah peserta didik yang tuntas 9
5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 29
6 Ketuntasan klasikal 23,68 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum mendapat
pembelajaran dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium, ketuntasan belajar
klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yaitu 85%.
C. HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 MAN 1
Blora pada materi pokok Gerak Getaran tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari:
perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi.
1. Siklus I
Adapun penjelasan pelaksanan tindakan pada siklus I dijelaskan dalam
empat tahap yaitu:
a. Perencanaan
1) Guru bersama peneliti menyusun RPP sesuai Kompetensi Dasar yaitu
menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran sedangkan
indikator yang ingin dicapai adalah mendiskripsikan karakteristik
gerak pada ayunan sederhana dan menjelaskan hubungan antara
frekuensi dan periode suatu ayunan sederhana.
44
2) Guru bersama peneliti mendiskusikan RPP, lembar observasi, lembar
tes siklus I, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
3) Guru bersama peneliti mempersiapkan alat dokumentasi, lembar
observasi dan evaluasi.
4) Guru bersama peneliti menyiapkan alat dan bahan yaitu: menyiapkan
statif, neraca, beban pengganti (berbentuk bola), benang, gunting,
stopwatch, dan penggaris.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 1 Nopember 2010 pukul 10.15 WIB sampai dengan 11.45 WIB.
Pembelajaran laboratorium ini dilakukan di ruang laboratorium IPA
MAN 1 Blora. Sebelum pelaksanaan siklus I dimulai, peneliti membagi
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing kelompok. Pembelajaran
pada siklus I dilaksanakan 10 menit setelah bel berbunyi yaitu pukul
10.25 WIB, keterlambatan ini terjadi karena gedung sekolah direnovasi
kemudian untuk kelas XI IPA 1 mendapat giliran masuk siang yaitu pukul
10.15 WIB dan kebiasaan peserta didik yang tidak bisa tepat waktu.
Kegiatan pendahuluan dilakukan selama 10 menit, pada kegiatan
pendahuluan ini guru melakukan beberapa kegiatan di antaranya:
memberi motivasi dan apersepsi, menyampaikan prasyarat pengetahuan
dan pra eksperimen, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran pada kegiatan pendahuluan ini dimulai dengan guru
memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta
didik, pertanyaan yang diajukan yaitu apakah semua benda itu bergetar?
dan apa yang menyebabkan benda bergetar? Kemudian, guru memberikan
motivasi dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yaitu pada
waktu kecil pasti kalian pernah naik ayunan, setelah beberapa saat apa
yang terjadi dan apa kaitannya dengan materi gerak pada ayunan
45
sederhana? Pertanyaan yang diajukan guru bertujuan untuk memancing
peserta didik agar memahami materi yang akan dipraktekkan. Setelah itu
guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengarahkan peserta didik
untuk menggunakan alat sesuai dengan kegunaannya. Kemudian guru
memberikan arahan kepada peserta didik untuk berhati-hati dalam
melakukan pratikum dan menggunakan alat secara baik dan benar.
Langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah melaksanakan
kegiatan inti, yaitu:
1) Guru menjelaskan materi tentang gerak getaran pada ayunan
sederhana.
2) Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan tentang gerak getaran
pada ayunan sederhana.
3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok dengan pembagian
3 kelompok terdiri dari 5 peserta didik dan 5 kelompok terdiri dari 4
peserta didik. Setelah pembagian kelompok guru mempersilahkan
peserta didik untuk menempatkan diri pada kelompok dan mejanya
masing-masing.
4) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan percobaan sampai
memperoleh data. Kegiatan praktikum yang dilakukan peserta didik
meliputi: mengukur massa dan panjang tali ayunan, mengukur waktu
yang diperlukan beban untuk bergerak bolak balik (sebanyak 10 atau
20 kali), mencatat hasil percobaan, dan menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam LKS.
5) Guru mengobservasi kegiatan peserta didik dalam melakukan
percobaan ayunan sederhana untuk melihat keaktifan peserta didik.
6) Guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik.
7) Guru membimbing peserta didik dalam melakukan diskusi kelompok,
menganalisis data hasil percobaan untuk mendapatkan kesimpulan
dari hasil percobaan.
46
8) Peserta didik mempresentasikan hasil percobaan yang dilakukan.
9) Guru dibantu peneliti mengajukan pertanyaan kepada masing-masing
kelompok, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik
mendapatkan kesimpulan yang benar.
10) Setelah semua kegiatan dilakukan, masing-masing kelompok
mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.
Kegiatan inti pada pembelajaran di siklus I dilakukan selama 65
menit. Kemudian dilanjutkan kegiatan penutup yang dilakukan guru
selama 15 menit yaitu memberikan tes tertulis untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipraktekkan.
c. Pengamatan
Pada tahap observasi dilakukan pengamatan keaktifan peserta
didik dan dilakukan tes hasil belajar siklus I. Dari pengamatan pada siklus
I diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan Keaktifan
Pengamatan keaktifan peserta didik diambil dari lembar
observasi penilaian keaktifan belajar peserta didik selama proses
pembelajaran pada siklus I. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan
pada tabel 4.2.
47
Tabel 4.2 Hasil analisis lembar observasi keaktifan siklus
No Aspek Keaktifan yang Diamati Skor Persentase (%)
1 Aktif bertanya 77 55
2 Memberikan pendapat untuk
pemecahan masalah
55 39,3
3 Menyusun alat dengan benar 140 100
4 Mengambil data dengan tepat 136 97,1
5 Menarik kesimpulan 94 67,1
6 Nilai rata-rata 100,4 71,7
7 Kategori Baik
Berdasarkan tabel analisis di atas, rata-rata keberhasilan
klasikal 71,7% dengan kategori Baik. Hasil pengamatan keaktifan
peserta didik ini tentunya masih jauh dari harapan yaitu kurang dari
75%, karena ada 19 peserta didik yang nilai keaktifannya masih
dalam kategori kurang. Aspek-aspek yang masih rendah yaitu aspek
aktif bertanya, memberikan pendapat untuk pemecahan masalah,
dan menarik kesimpulan. Dengan demikian masih diperlukannya
perlakuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada siklus
II.
2) Pengamatan Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik pada siklus I ditunjukkan pada
tabel 4.3.
48
Tabel 4.3 Hasil belajar siklus I
No keterangan Siklus I
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai terendah 50
3 Nilai rata-rata 65,43
4 Jumlah peserta didik yang tuntas 18
5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 17
6 Ketuntasan klasikal 51,43%
Berdasarkan hasil analisis tes pada siklus I menunjukkan
adanya peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dibanding
dengan rata-rata nilai peserta didik sebelum dilakukan tindakan.
Pada pra siklus nilai rata-rata peserta didik adalah sebesar 54,7 dan
pada siklus I nilai rata-rata peserta didik sebesar 65,4. Untuk
ketuntasan klasikal pada pra siklus sebesar 23,68% dan pada siklus
I sebesar 51,43%.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat pelaksanaan tindakan
pembelajaran laboratorium, peneliti bersama guru melakukan refleksi
hasil belajar pada siklus I. Sebelum tindakan refleksi dilakukan, peneliti
melakukan analisis hasil belajar peserta didik yang berupa tes tertulis dan
lembar keaktifan peserta didik. Nilai rata-rata peserta didik naik 10,73
poin dari rata-rata data awal sebesar 54,7 dan pada kondisi pra siklus
peserta didik yang tuntas sebanyak 9 peserta didik dan peserta didik yang
tuntas pada siklus I sebanyak 18 peserta didik. Jumlah peserta didik ada
35 karena yang 3 tidak berangkat (sakit).
Pada hasil pembelajaran siklus I mengalami peningkatan tetapi
masih banyak peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM dan
49
ketuntasan klasikal masih dibawah 85%. Untuk itu perlu adanya
perbaikan pada proses pembelajaran siklus II. Setelah pelaksanaan dan
pengamatan siklus I, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan pada siklus I. Kelemahan utama pada
siklus I adalah peserta didik masih belum aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan proses belajar mengajar,
masih banyak peserta didik yang malu untuk bertanya, guru belum
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan atau menanggapi pertanyaan dari temannya, terbatasnya alat
sehingga pembelajaran tidak efektif karena peserta didik harus bergantian
dalam praktikum.
Proses pembelajaran terlambat 10 menit ini disebabkan karena
banyak peserta didik yang datang terlambat. Hal ini juga berdampak pada
berkurangnya waktu dalam mengerjakan tes sehingga peserta didik
kurang fokus dalam mengerjakan. Dalam kegiatan praktikum,
kekompakan di dalam kelompok juga belum berjalan, hanya 2 atau 3
peserta didik saja yang melakukan praktikum, dan masih banyak peserta
didik yang kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
Berdasarkan beberapa kekurangan di atas, peneliti bersama guru
berdiskusi untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Perbaikan
yang dilakukan pada siklus berikutnya adalah:
1) Persiapan dan pengadaan alat sebelum praktikum dimulai lebih
ditingkatkan.
2) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya dan menanggapi pertanyaan dari temannya.
3) Peserta didik harus sudah siap sebelum praktikum dimulai.
4) Guru dan peneliti lebih intensif dalam memberikan bimbingan pada
saat praktikum berlangsung.
50
5) Guru memandu peserta didik dalam menganalisis data hasil percobaan
sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan dengan benar.
2. Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II dijelaskan dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi gerak
getaran pada pegas dengan menerapkan pemanfaatan alat-alat
laboratorium fisika.
2) Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai Kompetensi Dasar
menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran, dengan
tujuan yang ingin dicapai adalah memahami gerak harmonik pada pegas
dan menentukan periode getaran pada pegas.
3) Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi
dan lembar observasi.
4) Menyiapkan tes tertulis untuk mengevaluasi hasil pembelajaran.
5) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II ini dilaksanakan hari Senin, tanggal 15 Nopember
2010 pukul 08.30 WIB. Setelah semua peserta didik memasuki
laboratorium kemudian peserta didik dikondisikan di dalam laboratorium.
Pada awal pembelajaran guru memberikan motivasi dan apersepsi,
menjelaskan tujuan pembelajaran, dan melakukan pengarahan peserta didik
sebelum melakukan praktikum. Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit,
rincian kegiatan pendahuluan ini meliputi: 1) memberikan motivasi dan
51
apersepsi, 2) menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
memberikan pengarahan kepada peserta didik untuk melakukan praktikum
secara baik dan benar.
Kegiatan pertama yang dilakukan guru adalah memberikan motivasi
dan penguatan materi dari hasil kegiatan pada siklus I. Penguatan materi
yang disampaikan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik memahami konsep gerak getaran. Kemudian, guru memberikan
apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah pegas termasuk
benda yang bergetar? Sedangkan motivasinya dengan mengajukan
pertanyaan, pernahkah kamu mengendarai sepeda kemudian tiba-tiba
mengeremnya, apa yang terjadi?. Dari kegiatan tersebut setiap peserta didik
sudah memiliki gambaran.
Setelah itu, guru menjelaskan tujuan dari percobaan yang akan
dilakukan. Adapun tujuan dari percobaan pada siklus II ini adalah peserta
didik dapat memahami gerak harmonik pada pegas dan menentukan
periode getaran pada pegas. Langkah selanjutnya adalah guru memberikan
pengarahan kepada peserta didik untuk melakukan praktikum secara baik
dan benar, dan menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kegiatan praktikum.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yang berlangsung selama
65 menit. Rincian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi gerak getaran pada pegas.
2) Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan.
3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok dengan pembagian 4
kelompok terdiri dari 5 peserta didik dan 4 kelompok terdiri dari 4
peserta didik. Setelah pembagian kelompok guru mempersilahkan
peserta didik untuk menempatkan diri pada kelompok dan mejanya
masing-masing.
52
4) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing
kelompok.
5) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan percobaan untuk
memperoleh data. Kegiatan praktikum yang dilakukan peserta didik
meliputi: mengukur massa dan mengukur waktu yang diperlukan
beban untuk bergerak bolak balik (sebanyak 10 atau 20 kali), mencatat
hasil percobaan, menghitung periode pegas dan menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam LKS.
6) Guru mengobservasi kegiatan peserta didik dalam melakukan
percobaan gerak getaran pada pegas untuk melihat keaktifan peserta
didik.
7) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan dari temannya dan guru membenarkan dan
menanggapi.
8) Guru membimbing peserta didik dalam melakukan diskusi kelompok,
menganalisis data hasil percobaan untuk mendapatkan kesimpulan dari
hasil percobaan.
9) Peserta didik mempresentasikan hasil percobaan yang dilakukan.
10) Guru dibantu peneliti mengajukan pertanyaan kepada masing-masing
kelompok, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik
mendapatkan kesimpulan yang benar.
11) Setelah semua kegiatan dilakukan, masing-masing kelompok
mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.
Kegiatan yang dilakukan guru berikutnya adalah kegiatan penutup
yang berlangsung selama 15 menit. Pada kegiatan ini guru memberikan
penguatan dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada
kesimpulan. Setelah itu guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui
tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipraktekkan.
53
c. Pengamatan
1) Pengamatan Keaktifan
Hasil observasi terhadap keaktifan kegiatan laboratorium peserta
didik diukur dengan menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil
analisis pada lembar observasi keaktifan peserta didik di peroleh data
sebagaimana pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Keaktifan Siklus II
No Aspek Keaktifan yang Diamati Skor Persentase (%)
1 Aktif bertanya 96 66,7
2 Memberikan pendapat untuk
pemecahan masalah
77 53,5
3 Menyusun alat dengan benar 144 100
Mengambil data dengan tepat 134 93,1
4 Menarik kesimpulan 121 84
5 Nilai rata-rata 114,4 79,5
6 kategori Baik
Berdasarkan pada analisis data di atas menunjukkan bahwa secara
keseluruhan keaktifan peserta didik pada pembelajaran di laboratorium
pada siklus II telah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I.
Pada siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan
persentase 79,5%.
Hasil pengamatan peneliti pada saat berlangsungnya kegiatan pada
siklus II didapatkan bahwa peserta didik pada masing-masing kelompok
sudah dapat melakukan praktikum dengan baik, aktif bertanya dan dapat
memberikan pendapat dalam pemecahan masalah, bisa menyusun alat
54
dengan benar, serta dapat mengambil data dengan tepat dan menarik
kesimpulan.
2) Pengamatan Hasil Belajar
Pada siklus II ini, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan. Pada siklus I rata-rata tes sebesar 65,43 sedangkan rata-
rata hasil tes pada siklus II sebesar 81,39 dengan persentase
keberhasilan 94,44%. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil analisis
data tes pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siklus II
No Keterangan Siklus II
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai terendah 60
3 Nilai rata-rata 81,39
4 Jumlah peserta didik yang tuntas 34
5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 2
6 Ketuntasan klasikal 94,44%
d. Refleksi
Setelah peneliti dan guru menganalisis keaktifan peserta didik dan
hasil belajar peserta didik, kemudian membandingkannya dengan siklus I
dan II. Pada siklus II ini menunjukkan hasil yang baik dan dibuktikan
dengan analisis hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses
pembelajaran menunjukkan hasil yang baik.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diselesaikan pada
siklus II. Perbaikan tersebut di antaranya adalah:
55
1) Peserta didik datang tepat waktu
2) Guru sudah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
dan memberikan pendapat
3) Alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum sudah lengkap,
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
4) Guru meningkatkan pengelolaan kelas dan memberikan bimbingan
kepada peserta didik secara lebih efektif.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pemanfaatan alat-alat
laboratorium fisika pada materi pokok gerak getaran telah menunjukkan
hasil yang baik. Sehingga, peneliti dan guru memutuskan bahwa pada
pembelajaran ini dicukupkan hanya sampai pada siklus II.
D. PEMBAHASAN
1. Pembahasan Hasil Penelitian pada Siklus I
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada pra siklus,
peneliti menemukan kekurangan dalam proses pembelajaran di kelas.
Kekurangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik tidak mampu menangkap materi pembelajaran secara
sempurna. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal fisika ini dibuktikan dengan lembar jawab soal banyak
yang tidak diisi dan nilai peserta didik yang masih di bawah KKM.
b. Alat-alat laboratorium tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam proses
belajar mengajar ini ditunjukkan dengan banyak alat-alat laboratorium
yang tidak terawat dan rusak karena tidak dipakai. Alat – alat laboratorium
digunakan hanya pada saat ujian praktik sekolah kelas XII.
Dengan demikian, peneliti berkolaborasi dengan guru menerapkan
pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika pada materi pokok gerak getaran.
Pada saat pembelajaran peserta didik kelihatan tidak siap karena peserta didik
56
merasa berbeda dengan pembelajaran biasanya sehingga peserta didik perlu
penyesuaian.
Penerapan kegiatan pada siklus I pada materi pokok gerak getaran
dengan menerapkan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika bertujuan untuk
menjelaskan karakteristik gerak harmonik sederhana, menentukan frekuensi
dan periode suatu ayunan sederhana dan menentukan hubungan antara periode
dengan panjang tali. Berikut ini akan dipaparkan hasil belajar yang diperoleh
dari pelaksanaan tindakan pada siklus I, di antaranya sebagai berikut:
1) Hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora sebelum diberi
tindakan sebesar 54,7 dengan ketuntasan klasikal 23,68%, rata-rata tersebut
masih jauh dari harapan yaitu kurang dari 85%. Untuk siklus I rata-rata
hasil belajar peserta didik sebesar 65,43 dengan ketuntasan klasikal
51,43%. Hal ini terbukti bahwa dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium
hasil belajar peserta didik dapat meningkat karena, peserta didik terlibat
langsung melakukan praktikum sendiri sehingga peserta didik lebih paham
dan dapat menarik kesimpulan. Tetapi, pada siklus I ini peserta didik belum
dapat menarik kesimpulan dengan benar.
2) Keaktifan peserta didik pada tahap ini sebesar 71,7%, berdasarkan nilai
tersebut menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik baik. Tetapi, untuk
aspek aktif bertanya dan memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi.
Pada hasil pembelajaran siklus I mengalami peningkatan tetapi masih
kurang dari KKM yaitu 63. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada proses
pembelajaran siklus II. Kelemahan yang utama pada siklus I adalah peserta
didik masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam
pengamatan proses belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu
untuk bertanya, guru belum memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menjawab pertanyaan atau menanggapi pertanyaan dari temannya,
terbatasnya alat sehingga pembelajaran tidak efektif karena peserta didik
57
harus bergantian dalam praktikum. Dengan demikian, perlu diadakan tindakan
pada siklus II untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta
didik.
2. Pembahasan Hasil Penelitian pada Siklus II
Berdasarkan kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II
diadakan tindakan perbaikan pada pembelajaran di kelas sehingga dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Perbaikan yang
dilakukan pada siklus II ini di antaranya adalah:
a. Meningkatkan pengelolaan kelas yang dilakukan guru dari awal kegiatan
pembelajaran sampai pada menarik kesimpulan di akhir pembelajaran.
b. Guru sudah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
dan memberikan pendapatnya sehingga peserta didik bisa lebih aktif.
c. Guru dan peneliti menyiapkan dan mengadakan alat dan bahan agar tidak
bergantian.
d. Peserta didik harus datang tepat waktu karena dapat mengganggu proses
belajar mengajar
Dari proses perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini menunjukkan
adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik . Peningkatan
hasil belajar tersebut adalah:
1) Rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus II adalah 81,39 dan
ketuntasan klasikal 94,44%. Dari hasil belajar yang diperoleh pada siklus II
ini menunjukkan adanya peningkatan dibanding dengan rata-rata pada
siklus I. Pada siklus II ini, rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 15,96
poin. Jumlah peserta didik yang belum tuntas ada 2 orang kemudian untuk
perbaikan diberikan remidi.
2) keaktifan belajar peserta didik pada siklus II menunjukkan tingkat
keberhasilan sebesar 79,5% dengan kriteria baik.
58
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak terlepas
dari pengelolaan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian, pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika pada materi pokok gerak getaran
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik yang ditandai dengan:
a. Semua peserta didik ikut terlibat dalam kelompoknya.
b. Peserta didik aktif bertanya dan memberikan pendapat untuk pemecahan
masalah.
c. Peserta didik dapat menyusun alat dengan benar serta mengambil data
dengan tepat.
d. Semua peserta didik dapat menarik kesimpulan dengan benar.
2. Dengan menerapkan pemanfaatan alat-alat laboratorium pada materi pokok
gerak getaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, yang ditandai
dengan peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari 54,7 pada pra
siklus menjadi 65,43 pada siklus I, dan 81,39 pada siklus II, dengan
ketuntasan klasikal berturut-turut 23,68 %, 51,43 %, dan 94,44 %.
B. SARAN
Pembelajaran fisika tidak dapat terlepas dari kegiatan praktikum di
laboratorium. Bagi guru, walaupun semakin berkembang model-model
pembelajaran tetapi pada penyampaian materi fisika akan lebih mengena jika
diterapkan dengan kegiatan praktikum. Bagi peserta didik dengan melakukan
praktikum peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep, prinsip, atau
hukum yang terdapat pada materi fisika, serta peserta didik terlibat langsung di
dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,
60
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pemanfaatan alat-alat laboratorium
fisika dapat diterapkan dan dikembangkan dalam kegiatan praktikum.
C. PENUTUP Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan
pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis memenjatkan doa kepada Allah SWT, semoga
penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya. Amin.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999.
Al-Barry, Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2007.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Aqib, Zaenal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2008.
Arikunto, Suharsimi, dkk., penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Djamaroh, Saiful B., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
_______________, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
Depertemen Agama RI, Al Qur’an, dan Terjemahannya, Semarang: CV. Alwaah,
1993.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006.
Dokumentasi tentang profil sekolah MAN 1 Blora.
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik dan Implementasi,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Giancoli, Douglas C., Fisika, Jakarta: Erlangga, 2008.
Haryati, Mimin, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Hasil Wawancara Dengan Ibu Siswati, Guru Fisika MAN I Blora, Tanggal 31
Maret 2010.
62
Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, Fisika Universitas, Jakarta: Erlangga,
2002.
Ishaq, Muhammad, Fisika Dasar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Khairudin, dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Yogyakarta: Nuansa
Aksara, 2007.
Krisna, Johan Jaya,”Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium pada Pokok Bahasan
Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Ketuntasan Belajar
Siswa SMAN 2 Blora”, Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas
FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2009.
Mufarokah, Anisatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009.
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008.
__________, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Nurdin, Wira Bahari,“Peranan Laboratorium Fisika Di Perguruan Tinggi”, dalam
http://pusat panduan. com, diakses 17 Mei 2011.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
Remadja Rosda Karya, 2000.
_______________, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosydakarya, 2000.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Prenata Media Group.
Semiawan, Conny, dkk., Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta: Gramedia
widiasarana Indonesia, 1992.
Setiowati, Tri Retno,”Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Kegiatan
Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Proses Sains dan
Hasil Belajar Siswa SMA”, Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas
FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008.
Silberman, Melvi L, Active Learning, 101 Cara Belajar Aktif, Bandung: Nusa
Media, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010.
63
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remadja
Rosdakarya, 1990.
___________, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008.
___________, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar baru, 1989.
Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Susilo, Muhammad Joko, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Suparno, Paul, Metodologi Fisika Konstruktivitas dan Menyenangkan,
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007.
Tippler, Paul A., Fisika, Jakarta: Erlangga, 1998.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Wulandari, Anis Tri,”Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Kegiatan
Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Massa
Jenis (Penelitian Tindakan Kelas terhadapSiswa Kelas VII A MTs N 1
Ketangguhan Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010)”, Skripsi Program
Pendidikan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Yamin, Martinis, Paradigma pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008.
____________, Kiat Membelajarkan Peserta Didik, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007.
105
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Siti Nur Innayah
2. Tempat /Tanggal Lahir : Blora, 15 Nopember 1988
3. NIM : 063611009
4. Alamat Rumah : Trembul rejo, Ngawen, Blora
HP : 085325113601/085727226472
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal:
a. SD N Trembul rejo II, Ngawen, Blora, Lulus Tahun 2000
b. SLTP N 1 Ngawen, Blora, Lulus Tahun 2003
c. SMA N 1 Ngawen, Blora, Lulus Tahun 2006
d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tadris Fisika
Lulus Tahun 2011
2. Pendidikan Non-Formal:
a. Madrasah Diniyah Mambaul Huda, talokwoh mojo, Ngawen, Blora
1997-2006
Semarang, 08 Juni 2011
Siti Nur Innayah
NIM: 063611009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 UC-8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 14
2 UC-24 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 13
3 UC-33 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14
4 UC-20 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 13
5 UC-3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 11
6 UC-11 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 12
7 UC-4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 14
8 UC-13 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 9
9 UC-29 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 9
10 UC-22 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 10
11 UC-18 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 11
12 UC-12 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 9
13 UC-17 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 9
14 UC-15 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 10
15 UC-6 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
16 UC-9 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8
17 UC-26 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10
18 UC-32 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 7
19 UCC-35 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7
20 UC-2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8
21 UC-31 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 9
22 UC-7 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 7
23 UC-14 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9
24 UC-30 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 10
25 UC-16 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 7
26 UC-28 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 9
27 UC-1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
28 UC-23 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
29 UC-19 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 8
30 UC-10 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6
31 UC-5 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5
32 UC-25 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 433 UC-21 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
34 UC-34 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 UC-27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 17 20 8 21 24 24 5 33 20 22 1 1 2 20 17 16 18 5 3 301
ΣΣΣΣXY 336 238 280 112 294 336 336 70 462 280 308 14 14 28 280 238 224 252 70 42rxy 0,563 0,490 0,332 -0,039 0,623 0,425 0,543 0,026 0,087 0,498 0,526 0,296 -0,033 -0,087 0,554 0,526 0,484 0,515 0,313 0,072rtabel 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334
Kriteria Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Tidak Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak TidakBA 15 13 14 2 14 15 15 2 17 13 14 1 0 0 14 11 12 13 4 2BB 9 4 6 6 7 9 9 3 16 7 8 0 1 2 6 6 4 5 1 1JA 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18JB 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17DP 0,30 0,49 0,42 -0,24 0,37 0,30 0,30 -0,07 0,00 0,31 0,31 0,06 -0,06 -0,12 0,42 0,26 0,43 0,43 0,16 0,05
64
169
169121
100
81
81
81
64
1
25
49
Daya Pembeda
2931
Validitas
16
100
36
100
64
1
8136
49
49
36
Kode
81
49
81
64
Y
100
49
Y2
196
No Soal
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL
196
196
81
121
144
No
Kriteria Cukup Baik Baik Jelek Cukup Cukup Cukup Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Jelek Jelek Baik Cukup Baik Baik Jelek Jelek
B 24 17 20 8 21 24 24 5 33 20 22 1 1 2 20 17 16 18 5 3
TK 0,69 0,49 0,57 0,23 0,60 0,69 0,69 0,14 0,94 0,57 0,63 0,03 0,03 0,06 0,57 0,49 0,46 0,51 0,14 0,09
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar
p 0,69 0,49 0,57 0,23 0,60 0,69 0,69 0,14 0,94 0,57 0,63 0,03 0,03 0,06 0,57 0,49 0,46 0,51 0,14 0,09
q 0,31 0,51 0,43 0,77 0,40 0,31 0,31 0,86 0,06 0,43 0,37 0,97 0,97 0,94 0,43 0,51 0,54 0,49 0,86 0,91
pq 0,216 0,250 0,245 0,176 0,240 0,216 0,216 0,122 0,054 0,245 0,233 0,028 0,028 0,054 0,245 0,250 0,248 0,250 0,122 0,078
Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang DibuangKriteria soal
Daya
Tingkat
Kesukaran
Reliabilita
s
1 UC-8
2 UC-24
3 UC-33
4 UC-20
5 UC-3
6 UC-11
7 UC-4
8 UC-13
9 UC-29
10 UC-22
11 UC-18
12 UC-12
13 UC-17
14 UC-15
15 UC-6
16 UC-9
17 UC-26
18 UC-32
19 UCC-35
20 UC-2
21 UC-31
22 UC-7
23 UC-14
24 UC-30
25 UC-16
26 UC-28
27 UC-1
28 UC-23
29 UC-19
30 UC-10
31 UC-5
32 UC-25
33 UC-21
34 UC-34
35 UC-27
ΣΣΣΣXYrxyrtabelKriteriaBABBJAJBDP
Daya Pembeda
Validitas
KodeNo39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 500 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 10 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 00 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 10 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 10 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 00 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1
0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1
0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 00 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 00 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 00 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 00 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
6 9 19 7 4 19 14 1 7 20 8 18
84 126 266 98 56 266 196 14 98 280 112 126
-0,087 0,263 0,506 -0,210 0,218 0,506 -0,045 0,132 -0,027 0,295 0,070 0,223
0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334
Tidak Tidak Valid Tidak Tidak Valid Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
4 7 17 3 3 17 7 1 2 13 6 12
2 2 2 4 1 2 7 0 5 7 2 6
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17
0,10 0,27 0,83 -0,07 0,11 0,83 -0,02 0,06 -0,18 0,31 0,22 0,31
Kriteria
B
TK
Kriteria
p
q
pq
Kriteria soal
Daya
Tingkat
Kesukaran
Reliabilita
s
Jelek Cukup
Baik
sekali Jelek Jelek
Baik
sekali Jelek Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup
6 9 19 7 4 19 14 1 7 20 8 18
0,17 0,26 0,54 0,20 0,11 0,54 0,40 0,03 0,20 0,57 0,23 0,51
Sukar Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang
0,17 0,26 0,54 0,20 0,11 0,54 0,40 0,03 0,20 0,57 0,23 0,51 k = 50
0,83 0,74 0,46 0,80 0,89 0,46 0,60 0,97 0,80 0,43 0,77 0,49 Σpq = 5,704
0,142 0,191 0,248 0,160 0,101 0,248 0,240 0,028 0,160 0,245 0,176 0,250 Vt = 9,783
Dibuang Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang r11 = 0,425
Rumus:
Kriteria:
Butir soal valid jika rXY > r tabel
35
35235
2
=
Pada α = 5% dengan n = 35 diperoleh r tabel =
Karena rXY > r tabel, maka soal no 1 valid
0 10 1 035 UC-27 0 1 0 1 034 UC-34
0 16 033 UC-21 1 1 49
UC-10 0 360 6UC-5 0
0,334
=235 24
0,563
293124 301
301
Contoh Perhitungan Validitas Tes
Berikut perhitungan validitas butir untuk no 1, untuk butir soal yang lain
dihitung dengan cara yang sama.
No Kode X1 UC-8 1 14 1 196
169 13
Y X2
Y2
XY
1 14 1 196
142 UC-24 1 13 1
144 UC-20 1 13 1 169 133 UC-33
144 125 UC-3 1 11 1 121
1 14 1 196
116 UC-11 1 12 1
148 UC-13 1 9 1 81 97 UC-4
100 109 UC-29 1 9 1 81
1 11 1 121
910 UC-22 1 10 1
1112 UC-12 0 9 0 81 011 UC-18
100 1013 UC-17 0 9 0 81
0 8 0 64
014 UC-15 1 10 1
016 UC-9 1 8 1 64 815 UC-6
1 49 717 UC-26 1 10 1 100
1920
UCC-35 0UC-2
1018 UC-32 1 7
7 0 491
08 1 64 8
49 721 UC-31 1 9 1 81
1 9 1 81
922 UC-7 1 7 1
924 UC-30 1 10 1 100 1023 UC-14
81 025 UC-16 0 7 0 49
1 6 1 36
026 UC-28 0 9 0
628 UC-23 1 6 1 36 627 UC-1
UC-19 1 8 64
UC-25 0 405
8
301 24 2931 235
025 0
77
rxy
Σ 24
24
1
32
29
3130
( )( )
( ){ } ( ){ }2222XY
YYNXXN
YX -XYNr
∑−∑∑−∑
∑∑∑=
Rumus
Keterangan:
: Tingkat kesukaran
: Jumlah siswa yang menjawab benar
: Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kriteria
< <
< <
< <
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
0,70 IK 1,00 Mudah
IK 0,30 Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
0,00
Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
P
B
Js
Interval P Kriteria
JS
B P =
+
=
UC-26 1 17 UC-27 017
1
0
UC-21
UC-34
UC-32
0,69
Jumlah
16
18
15
16
0
1
UC-2 1
UC-33 1 3
15
0
0
UC-17 0
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang sedang
P =15 9
35
9
0
1
13 13
UC-18 1
UC-12
UC-6
UC-9
UC-23
11
12 UC-10
15 Jumlah
1
UC-16UC-4 1 7
1
UC-28 0
UC-1 1
0
UC-30 1
5
6 UC-11 1 6
5UC-3
3
UC-14 1
4 UC-7 1
UC-31 1
4UC-20
UCC-35 0
2
1 UC-8 1 1
UC-24 1 2
seperti pada tabel analisis butir soal.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
14
7
9
10
8
11
12
1
1
9
8
UC-29 1
UC-13 1
0UC-15 1 UC-2514
UC-22 1 10
UC-5
UC-19
JS
B P =
Rumus
Keterangan:
: Daya Pembeda
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria
<
< <
< <
< <
< <
Perhitungan
0,00
0,20
0,40
0,70
Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal
Jelek
Cukup
Baik
Sangat BaikDP 1,00
Interval DP
0,00
0,20
0,70
DP
DP
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
Sangat jelekDP
DP
0,40
D
BA
BB
JA
JB
Kriteria
JB
BB
JA
BA D −=
17 UC-26 1 17 UC-27 0
1
1
0
UC-21
UC-34UC-9
UC-32
15
16
18
15
16
0
1
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda
cukup
9Jumlah Jumlah15
= 0,30
DP18 17
=
12 UC-12
UC-22
15
14 UC-15
UC-17
UC-18
UC-6
13
0
10 1 10
11
6
1
UC-5
UC-23
UC-29 1
UC-13
7
8
9
0
UC-2514
0
0
1 11
13
0
1
12
1
UC-19 1
0UC-10
9 UC-1
1 8
UC-30
UC-28
1
UC-4 1 7 UC-16 0
UC-11 1 6
UC-7 1
UC-3 1 5 UC-14 1
UC-20 1 4
UC-2 1
UC-33 1 3 UC-31 1
Skor1 UC-8 1 1 UCC-35 0
2
No Kode
UC-24 1
Kelompok Bawah
9
seperti pada tabel analisis butir soal.
No
2
3
4
5
Skor
Kelompok Atas
Kode
Rumus:
Keterangan:
: Banyaknya butir soal
: Jumlah dari pq
: Varians total
Kriteria
Apabila r 11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
= + +
= + +
=
2
50 1
Pada α = 5% dengan k = 50 diperoleh r tabel =
Perhitungan Reliabilitas Tes
k
Σpq
s2
pq 50+ . . .+
0,2498
Σ pq pq 1 pq 2 pq 3
9,78335
35
0,2155 0,2498 0,2449 + . . .+
5,7045
s2 =
2931301
=
Karena r 11 > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut reliabel
5,704
9,783
= 0,425
r 11 =50 9,783
0,334
∑−
=
2
2
11s
pqs
1-k
k r
82
Lampiran 9
TES SIKLUS I
Nama :
Kelas / Semester :
Mata Pelajaran :
Hari / Tanggal :
Berilah tanda silang (x) salah satu huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban
yang paling tepat!
1. Gerakan bolak balik secara berkala disebut ….
A. Amplitudo
B. Frekuensi
C. Periode
D. Getaran
E. Gravitasi
2. Di bawah ini yang bukan merupakan salah satu contoh benda bergetar adalah
….
A. Gerak ayunan bandul
B. Drum yang dipukul
C. Senar gitar yang dipetik
D. Gerak air sungai
E. Osilator
3. Getaran bolak balik pada sebuah bandul ayunan disebabkan karena adanya
….
A. Daya
B. Getaran
C. Gaya
D. Gravitasi
E. Energi
4. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya satu getaran disebut ….
A. Amplitudo
B. Frekuensi
83
C. Periode
D. Getaran
E. Gravitasi
5. Dalam waktu 5 detik terjadi 10 getaran, maka periode getarannya adalah ….
A. 0,5 detik
B. 2 detik
C. 5 detik
D. 15 detik
E. 20 detik
6. Jika dalam waktu 0,5 detik terjadi 10 getaran, maka frekuensinya adalah ….
A. 0,05 Hz
B. 0,5 Hz
C. 10 Hz
D. 20 Hz
E. 50 Hz
7. Perhatikan tabel !
No Amplitudo (cm) Waktu (sekon) Banyak getaran
1
2
3
4
5
15
20
25
10
20
30
40
20
40
60
80
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan ….
A. Semakin besar amplitudo, periode semakin besar
B. Semakin besar amplitudo, frekuensi semakin besar
C. Periode tidak tergantung amplitudo
D. Periode tidak tergantung frekuensi
E. Semakin kecil amplitudo, periode semakin besar
8. Besarnya periode pada bandul sederhana sebanding dengan ….
A. Panjang tali
B. Frekuensi
C. Getaran
D. Gravitasi
E. Massa
84
9. Sebuah benda bergetar harmonis, pada saat di titik setimbang nilai
kecepatannya ….
A. Nol
B. Maksimum
C. Sama dengan di titik terjauh
D. Tidak menentu
E. Lebih kecil di titik terjauh
10. Maksud pemain gitar yang sering memindahkan tangannya pada saat
memainkan gitar adalah ….
A. Untuk mengubah suara
B. Untuk mengubah frekuensi nada
C. Mengubah amplitudo nada
D. Mengubah tempo nada
E. Mengubah energi
Lampiran 7
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I
Satuan pendidikan : MAN 1 Blora
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI IPA 1
Materi Pokok : Gerak Pada Ayunan Sederhana
Bektuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam
cakupan mekanika benda titik.
Kompetensi
Dasar
Materi Indikator Nomor Soal Bentuk
Tes
Menganalisis
hubungan
antara gaya
dengan
gerak
getaran
Gerak pada
Ayunan
Sederhana
• Mendikripsikan karakteristik gerak
pada ayunan
sederhana
• Menjelaskan hubungan antara
frekuensi dan
periode suatu
ayunan sederhana
1, 2, 3, 9, 10
4, 5, 6,7, 8,
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Lampiran 8
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS II
Satuan pendidikan : MAN 1 Blora
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI IPA 1
Materi Pokok : Gerak Getaran Pada Pegas
Bektuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam
cakupan mekanika benda titik.
Kompetensi
Dasar
Materi Indikator Nomor Soal Bentuk
Tes
Menganalisis
hubungan
antara gaya
dengan
gerak
getaran
Gerak pada
Ayunan
Sederhana
• Mendikripsikan karakteristik gerak
pada getaran pegas
• Menjelaskan hubungan antara
periode getaran
dengan massa beban
berdasarkan data
pengamatan
1, 2, 3, 8
4, 5, 6,7, 9,
10
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
101
Lampiran 18
KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR
PESERTA DIDIK SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
1. Keaktifan bertanya
- Skor 4 jika selama pembelajaran selalu mendengarkan penjelasan guru,
kemudian bertanya sebanyak 3 kali.
- Skor 3 jika selama pembelajaran selalu mendengarkan penjelasan guru,
kemudian bertanya sebanyak 2 kali.
- Skor 2 jika selama pembelajaran selalu mendengarkan penjelasan guru,
kemudian bertanya sebanyak 1 kali.
- Skor 1 jika sama sekali tidak bertanya.
2. Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
- Skor 4 jika selama pembelajaran memberikan pendapat pada orang yang
bertanya sebanyak 3 kali.
- Skor 3 jika selama pembelajaran memberikan pendapat pada orang yang
bertanya sebanyak 2 kali.
- Skor 2 jika selama pembelajaran memberikan pendapat pada orang yang
bertanya sebanyak 1 kali.
- Skor 1 jika selama pembelajaran tidak pernah memberikan pendapat.
3. Menyusun alat dengan benar
- Skor 4 jika dapat merangkai alat dan bahan tanpa bantuan guru.
- Skor 3 jika dapat merangkai alat dan bahan namun dengan bantuan guru.
- Skor 2 jika dapat merangkai alat dan bahan tanpa bantuan guru namun
masih ada 1-2 alat yang rangkaiannya salah
- Skor 1 jika tidak dapat merangkai alat dan bahan.
4. Mengambil data dengan tepat
- Skor 4 jika peserta didik dapat mengambil semua data dengan tepat
- Skor 3 jika peserta didik dapat mengambil semua data, namun hanya
sebagian data yang tepat
- Skor 2 jika peserta didik dapat mengambil sebagian data dengan tepat
- Skor 1 peserta didik tidak memperoleh data.
102
5. Membuat kesimpulan
- Membuat kesimpulan tentang gerak getaran berdasarkan analisa dari
keseluruhan data yang ada
- Membuat kesimpulan tentang prinsip gerak getaran berdasarkan analisa dari
keseluruhan data, namun hanya sebagian data yang tepat
- Membuat kesimpulan tentang prinsip gerak getaran berdasarkan analisa dan
hanya sebagian data yang diperoleh
- Tidak dapat membuat kesimpulan tentang prinsip gerak getaran
Perhitungan skor nilai peserta didik
Nilai % = ������ �� �� � �������� ������� ����
������ �� ������� � 100%
Peserta didik dikatakan aktif belajar jika nilai persentase keberhasilan ≥ 75 %
85
Lampiran 10
TES SIKLUS II
Nama :
Kelas / Semester :
Mata Pelajaran :
Hari / Tanggal :
Berilah tanda silang (x) salah satu huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang
paling tepat!
1. Getaran yang merambat disebut…..
A. Usikan
B. Gelombang
C. Energi
D. Bunyi
E. Amplitudo
2. Setiap getaran memiliki besaran seperti di bawah ini, kecuali…..
A. Amplitudo
B. Frekuensi
C. Periode
D. Massa jenis
E. Massa
3. Sebuah pegas jika ditekan kemudian dilepaskan akan melakukan getaran.
Getaran yang dilakukan pegas tersebut termasuk getaran…..
A. Selaras
B. Pegas
86
C. Tunggal
D. Sempurna
E. Ganda
4. Frekuensi getaran suatu benda 0,25 Hz, maka periodenya adalah….
A. 0,004 Hz
B. 0,04 Hz
C. 0,4 Hz
D. 4 Hz
E. 40 Hz
5. Frekuensi suatu getaran 0,2 Hz untuk bergetar 6 kali diperlukan waktu….
A. 0,05 menit
B. 0,5 menit
C. 5 menit
D. 6 menit
E. 7 menit
6. Masa berbanding terbalik dengan….
A. Periode
B. Amplitudo
C. Gravitasi
D. Gaya
E. Frekuensi
7. Suatu benda dalam 3 sekon dapat bergetar 15 kali, maka frekuensinya adalah….
A. 1/5 Hz
B. 1/3 Hz
C. 0,5 Hz
87
D. 3 Hz
E. 5 Hz
8. Sebuah penggaris ditekan kemudian salah satu ujungnya digetarkan, maka
getaran yang terjadi adalah….
A. Getaran selaras
B. Getaran pegas
C. Getaran tunggal
D. Getaran sempurna
E. Getaran ganda
9. Rumus umum konstanta pegas adalah….
A. � � ��
��
��
B. � � �
��
��
C. � � ��
��
�
D. � � ��
��
�
E. � � �
��
�
10. Sebuah benda 0,3 kg menggantung pada ujung pegas, jika diketagui konstanta
pegas 40 N/m berapa periode getaran yang terjadi….
A. 0,054 detik
B. 0,54 detik
C. 5,4 detik
D. 54 detik
E. 540 detik
DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1
MAN 1 BLORA
No Nama Jenis Kelamin
1 Anggun Wahyu Wuryanto Laki-Laki
2 Ari Andriani Istiqomah Perempuan
3 Arik Ismawan Laki-Laki
4 Bagus Listiyono Laki-Laki
5 Devy Herawati Perempuan
6 Dewi Andriani Perempuan
7 Dina Melani Perempuan
8 Gumelar Ristiyaningsih Perempuan
9 Hanik Latifah Munawaroh Perempuan
10 Irawati Perempuan
11 Istik Sarofah Perempuan
12 Mohammad Khoirudin Laki-Laki
13 Mu’alifah Perempuan
14 Muh. Sutarman Laki-Laki
15 Mustiko Cahyo Purnomo Laki-Laki
16 Nur Huda Laki-Laki
17 Nur Imawati Perempuan
18 Rahendarto Raharjo Laki-Laki
19 Ratna Ning Putri S. Perempuan
20 Rian Candra Laki-Laki
21 Shara Maulana Perempuan
22 Siti Ahsanah Nurul A. Perempuan
23 Siti Hidayatun Nafi’ah Perempuan
24 Siti Masrunik Perempuan
25 Siti Rifaul Maisaroh Perempuan
26 Siti Rundiyah Perempuan
27 Sri Hartutik Perempuan
28 Sri Wahyuni Perempuan
29 Sulistya Ria Yunita Perempuan
30 Susi Listyani Perempuan
31 Susi Wulandari Perempuan
32 Suyanti Perempuan
33 Tungki Yuli Yuri Y. Perempuan
34 Ulinuha Khoirur R. Laki-Laki
35 Unika Praba Niscahyani Perempuan
36 Wahyu Andriyana Laki-Laki
37 Winda Novitasari Perempuan
38 Yunitha Annas Perempuan
Kunci Jawaban Tes Siklus I
Nomor Soal Jawaban
1 D
2 D
3 C
4 C
5 A
6 D
7 C
8 A
9 B
10 B
Kunci Jawaban Tes Siklus II
Nomor Soal Jawaban
1 B
2 D
3 A
4 D
5 B
6 E
7 E
8 C
9 A
10 B
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 U1 v v v v v 14 70 Tidak Tuntas
2 U2 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
3 U3 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
4 U4 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
5 U5 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
6 U6 v v v v 14 60 Tidak Tuntas
7 U7 v v v v v 14 60 Tidak Tuntas
8 U8 v v v v v 15 75 Tuntas
9 U9 v v v v v 15 75 Tuntas
10 U10 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
11 U11 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
12 U12 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
13 U13 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
14 U14 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
15 U15 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
16 U16 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
17 U17 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
18 U18 v v v v v 14 75 Tuntas
19 U19 v v v v v 15 75 Tuntas
20 U20 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
21 U21 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
22 U22 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
23 U23 v v v v v 12 60 Tidak Tuntas
24 U24 v v v v v 18 90 Tuntas
25 U25 v v v v v 18 90 Tuntas
26 U26 v v v v 15 75 Tuntas
27 U27 v v v v 15 75 Tuntas
28 U28 v v v v v 18 90 Tuntas
29 U29 v v v v v 17 85 Tuntas
30 U30 v v v v v 18 90 Tuntas
31 U31 v v v v v 17 85 Tuntas
32 U32 v v v v v 18 90 Tuntas
33 U33 v v v v v 17 85 Tuntas
34 U34 v v v v v 18 90 Tuntas
35 U35 v v v v v 15 75 Tuntas
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK
SELAMA PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I
Aspek Penilaian
No Nama siswa KelJumlah
skor
Skor
maks
Keaktifan
bertanya
Memberikan
pendapat untuk
pemecahan
masalah
Menyusun alat
dengan benar
Mengambil data
dengan tepat
Membuat
kesimpulan
1
2
3
Nilai
%Ketuntasan
4
5
6
7
8
20
6
7
8
20
20
20
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 U1 v v v v v 17 85 Tuntas
2 U2 v v v v v 16 80 Tuntas
3 U3 v v v v v 15 75 Tuntas
4 U4 v v v v v 17 85 Tuntas
5 U5 v v v v v 13 65 Tidak Tuntas
6 U6 v v v v v 17 85 Tuntas
7 U7 v v v v v 15 75 Tuntas
8 U8 v v v v v 15 75 Tuntas
9 U9 v v v v v 15 75 Tuntas
10 U10 v v v v v 15 75 Tuntas
11 U11 v v v v v 17 85 Tuntas
12 U12 v v v v v 15 75 Tuntas
13 U13 v v v v v 12 60 Tuntas
14 U14 v v v v v 18 90 Tuntas
15 U15 v v v v v 15 75 Tuntas
16 U16 v v v v v 17 85 Tuntas
17 U17 v v v v v 16 80 Tuntas
18 U18 v v v v v 16 80 Tuntas
19 U19 v v v 16 80 Tuntas
20 U20 v v v 15 75 Tuntas
21 U21 v v v 15 75 Tuntas
22 U22 v v v 17 85 Tuntas
23 U23 v v v v 12 60 Tidak Tuntas
24 U24 v v v 18 90 Tuntas
25 U25 v v v 18 90 Tuntas
26 U26 v v v v 15 75 Tuntas
27 U27 v v v v 15 75 Tuntas
28 U28 v v v 18 90 Tuntas
29 U29 v v v v 17 85 Tuntas
30 U30 v v v v 18 90 Tuntas
31 U31 v v v v 17 85 Tuntas
32 U32 v v v v 18 90 Tuntas
33 U33 v v v v v 17 85 Tuntas
34 U34 v v v v v 18 90 Tuntas
35 U35 v v v v v v 15 75 Tuntas
36 U36 v v v v v 15 75 Tuntas
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK
SELAMA PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II
No Nama siswa Kel
Aspek Penilaian
Jumlah
skor
Skor
maks
Nilai
%Ketuntasan
Membuat
kesimpulanKeaktifan bertanya
Memberikan
pendapat untuk
pemecahan
masalah
Menyusun alat
dengan benar
Mengambil data
dengan tepat
1
20
20
2
3
4
20
20
20
5
8
6 20
7 20
20
Lampiran 19
DOKUMENTASI
TASI PESERTA DIDIK PADA SAAT PEMBEL
Peserta didik sedang melakukan praktek
Peserta didik sedang melakukan praktek
103
MBELAJARAN
Peserta didik mengerjakan tes
Peserta didik mengerjakan tes
104