bab ii 1199050 -...

41
BAB II DAKWAH DAN KHITTAH NU 1926 Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang dakwah dan khittah NU 1926. Dakwah disini akan menjelaskan tentang pengertian dakwah, tujuan, dasar hukum, metode dakwah, adapun khittah NU 1926 menjelasan tentang sebuah keputusan Muktamar NU berkaitan dengan kembalinya NU sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari bahasa Arab , , yang berarti seruan, panggilan, ajakan. 16 Pengertian dakwah secara istilah (terminologi), ada beberapa ahli yang telah mencoba untuk merumuskan istilah tersebut. Beberapa contoh perumusan yang dapat dikemukakan antara lain adalah : 1. Prof. Dr. Abu Bakar Aceh Dakwah ialah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik. 17 2. Prof. Dr. H. M. Thoha Yahya Omar Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 18 3. Drs. HM. Arifin M.Ed. 16 M. Aminuduin Sanwar, Ilmu dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1939, hlm. 1 17 Ibid., hlm. 1-3 18 Ibid., hlm. 3 16

Upload: ngotu

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

BAB II

DAKWAH DAN KHITTAH NU 1926

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang dakwah dan khittah NU

1926. Dakwah disini akan menjelaskan tentang pengertian dakwah, tujuan, dasar

hukum, metode dakwah, adapun khittah NU 1926 menjelasan tentang sebuah

keputusan Muktamar NU berkaitan dengan kembalinya NU sebagai organisasi

keagamaan dan kemasyarakatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

A. Pengertian Dakwah

Dakwah berasal dari bahasa Arab ���, ����, �������� yang berarti seruan,

panggilan, ajakan.16 Pengertian dakwah secara istilah (terminologi), ada

beberapa ahli yang telah mencoba untuk merumuskan istilah tersebut.

Beberapa contoh perumusan yang dapat dikemukakan antara lain adalah :

1. Prof. Dr. Abu Bakar Aceh

Dakwah ialah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.17

2. Prof. Dr. H. M. Thoha Yahya Omar

Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.18

3. Drs. HM. Arifin M.Ed.

16 M. Aminuduin Sanwar, Ilmu dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,

1939, hlm. 1 17 Ibid., hlm. 1-3 18 Ibid., hlm. 3

16

Page 2: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

17

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, maupun tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran dan sikap penghayatan serta mengamalkan terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.19

Dari ketiga pengertian tersebut dapat dipahami bahwa, dakwah pada

hakekatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia tetapi lebih dari itu,

yaitu mengubah manusia, baik sebagai individu maupun kelompok menuju

ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka konsep dakwah Islam

memuat juga konsep pembahasan individu dan transformasi sosial.

Perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksudkan adalah

perubahan dan transformasi dari kondisi yang kurang atau tidak baik menuju

kepada kondisi yang lebih baik. Oleh karena sifat individu dan lingkungan

sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.20

Dari uraian pengertian dakwah di atas baik secara etimologis maupun

secara terminologi, maka dakwah merupakan suatu usaha dalam rangka proses

Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh

kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat kelak. Dakwah adalah suatu istilah

khusus yang dipergunakan di dalam agama Islam, mungkin fungsinya ada

persamaan dengan fungsi penyebaran agama-agama lain.21

19 HM. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah, Jakarta : Bulan Bintang, 1982, hlm. 6 20 K.H. Irfan Helmy, Dakwah Bil Hikmah, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002, hlm. 11 21 Aminuddin Sanwar, Op.Cit. hlm. 3

Page 3: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

18

Dari penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa dakwah adalah

sesuatu kewajiban manusia (muslim) baik itu laki-laki maupun perempuan

untuk mengajak kejalan yang baik yakni kejalan agama Allah SWT, untuk

menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari demi menuju

kesuksesan dunia dan akherat.

B. Tujuan Dakwah

Setiap orang (da'i) dalam menjalankan dakwah haruslah mengerti

tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dakwah itulah yang akan menjadi sasaran

dan menjadi pengarah dari tindakan-tindakan dakwah tersebut. Disamping

sebagai pengarah atau sasaran, tujuan dakwah sendiri berfungsi sebagai

kreteria bagi pengetahuan metode yang tepat digunakan dalam kegiatan

berdakwah setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui

tujuan yang hendak dicapai.

Adapun tujuan dakwah dijelaskan sebagaimana firman Allah SWT

dalam surat al-Anfal ayat 24 :

���������������� ��� ��������� ����� �������������������

… (�� ���� : 24 )

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rasul, apabila dia telah menyeru kamu kepada apa yang akan menghidupkan kamu”. (QS. Al Anfal : 24).22

22 Departeman Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Al-Wa’ah, 2000,

hlm. 264.

Page 4: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

19

Melihat arti ayat di atas, bahwa menjalankan dakwah adalah sebuah

tujuan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam, melaksanakan dakwah sesuatu

ketaatan seseorang terhadap perintah Allah SWT dan Rasulnya. Dakwah

sebagai proses penyampaian pesan-pesan agama ini bukanlah tujuan final.

Penulis mengetahui bahwa tabligh dan dakwah tidaklah berakhir sampai

wafatnya yang punya risalah, yaitu Nabi SAW. Tabligh dan dakwah itu

berlangsung selama masih berdiri langit dan bumi, untuk menyampaikan

informasi mengenai agama Islam, agar semua orang memperoleh pengetahuan

tentang agama Islam dan mengerti apa Islam itu. Untuk hal ini diperlukan

dakwah yang tidak ada hentinya.

C. Dasar Hukum Dakwah

Telah dijelaskan bahwa dakwah merupakan suatu perintah, seruan

kepada manusia untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia agar

selalu berpegang pada ajaran Allah SWT guna memperoleh kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat, dilakukan dengan penuh bijaksana. Usaha

mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari satu situasi ke situasi

yang lain yaitu dari situasi yang jauh dari ajaran Allah SWT menuju situasi

yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran Allah SWT, adalah merupakan

kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat.

Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT di dalam surat An-

Nahl ayat 125 yang berbunyi :

Page 5: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

20

����� �������������������������������������������� ��!�

�"���� ����#��$�%����"���� ��&"����$���'�$���$��!���

( ������: 125 )

Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang lebih tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl: 125).23

Kata ud’u yang diterjemahkan dengan seruan, ajakan adalah fiil amar

yang menurut kaedah Ushul Fiqh, setiap fiil amar adalah perintah dan setiap

perintah adalah wajib dan harus di laksanakan selama tidak ada dalil lain

yang memalingkannya dari kewajiban itu kepada sunnah atau hukum lain. Jadi

melaksanakan dakwah adalah wajib hukumnya karena tidak ada dalil-dalil lain

yang memalingkannya dari kewajiban itu, dan hal ini di sepakati oleh para

ulama. Hanya saja terdapat perbedaan pendapat para ulama tentang status

kewajiban itu apakah wajib 'ain (fardlu 'ain atau wajib kifayah atau fardlu

kifayah).24

Para Ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah Islamiyah

adalah wajib. Kesepakatan itu adalah kesepakatan Ijma', yang terjadi di masa

sahabat, kemudian masa tabiin. Ijma' tidaklah gugur apabila kaum muslimin

mengabaikannya, berpangku tangan, tidak melakukan kegiatan dakwah.25

Di dalam firman Allah SWT surat Thaha ayat 132 yang berbunyi :

23 Depag RI, Op.Cit., hlm. 421 24 M. Aminuddin Sanwar, Op.Cit,. hlm. 34 25 Ahmad Subandi, Op.Cit., hlm. 57

Page 6: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

21

��" ��()*������"+��,���"-�.�/����"��(�01��2,(.�$�.���2

3�4!"����2��5�����6�789��:���&;�<

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberi rizki kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Surat Thaha : 132).26

Ayat ini mengandung perintah wajib bagi tiap-tiap orang mempunyai

keluarga agar mengajak, menganjurkan supaya kaum keluarganya

mengerjakan perintah Tuhan.

Ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mengerjakan dakwah

merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang muslim dapat dihukumi fardu

'ain. Kewajiban dalam berdakwah pertama yang dapat dilakukan terhadap

keluarga sendiri, sebelum mengadakan seruan kepada orang lain. Sebab

pembinaan agama dalam keluarga sangatlah penting dapat menanamkan nilai-

nilai agama terhadap anak- anak.

Sebagaimana sabda Nabi SAW disebutkan dalam hadist :

��=+���>�(�?�&����@�$)�&�����A=B���C(������

( �4������>��� )

Artinya : "Jika anak sudah mengenal kanan kirinya (lingkungan sekitarnya), maka surulah dia untuk mengerjakan shalat". ( H.R. al-Baihaqi ).

26 Depag RI, Op.Cit,. hlm. 492

Page 7: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

22

Bahwa orang tua sebagai pemimpin rumah tangga bertanggung jawab

baik yang bersifat kodrati maupun kagamaan. Dikatakan sebagai tanggung

jawab kodrati, karena orang tualah yang melahirkan anak, sehingga sudah

sewajarnya orang tua bertanggung jawab membina anaknya sendiri.

Sedangkan tanggung jawab yang bersifat keagamaan adalah tanggung jawab

yang berdasarkan ajaran agama, yakni agama Islam.

D. Metode dan Media Dakwah

Salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan dalam mencapai tujuan

dakwah adalah metode dan media dakwah. Unsur ini sangatlah mempengaruhi

dai dalam menuju kesuksesan dalam berdakwah. Oleh karena itu akan

dijelaskan metode dan media dakwah secara jelas.

1. Metode Dakwah

Dalam rangka mencapai tujuan dakwah perlu dibedakan antara

istilah metode dengan istilah-istilah yang berdekatan seperti sistem, media,

teori, dan teknik. Adapun didalam pengertian metode dakwah sebagai

berikut :

Didalam bahasa arab metode adalah uslub artinya cara, metode

atau seni. Jika dikatakan “ia berada pada salah satu uslub kaum” artinya ia

mengikuti metode mereka. “kaum menggunakan beberapa uslub dalam

berbicara”, artinya kaum menggunakan bermacam-macam seni.

Uslub dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara

berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.

Page 8: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

23

Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan para da’i

antara lain : Al-Qur’an, As-sunnah, sirah (sejarah) salafus shaleh dari

kalangan sahabat, tabi’in, dan ahli ilmu, serta iman.27

Metode dan teknik dakwah dalam Al-Quran ini tidak merupakan

tuntunan secara terinci, namun secara global. Hal ini memberi

kemungkinan kepada kita sekiranya dapat menjabarkan secara terinci

sesuai dengan perkembangan zaman.

Sedangkan pokok-pokok metode dan teknik dakwah dalam surat

An-Nahl ayat 125 ialah sebagai berikut :

�������������������������������������������� ���$�%��� ��!

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan dengan mauidlah yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik”.28

Pada ayat tersebut di atas dijumpai tiga pokok yang dapat dijadikan

sandaran bagi metode dan teknik dakwah, yaitu :

a. Dakwah Bil Hikmah

Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah kebijaksanaan.29

Sedangkan Al-Hikmah, menurut M. Natsir (1984: 165), merupakan

kebijaksanaan yang meliputi cara atau taktik dakwah, yang diperlukan

dalam menghadapi golongan manapun. Hikmah juga berarti perkataan

27 Sa’id bin Ali al-Qahthani , Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta : Gema Insani Press,

1994. hlm. 111 28 Depag RI, Op.Cit., hlm. 421 29 Dzikran Abdillah, Op.Cit,. hlm. 25

Page 9: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

24

yang jelas dan tegas, disertai dalil-dalil yang dapat memperjelas

kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan30.

Dalam pengertian yang sederhana, hikmah berarti adil dan

bijaksana. Hikmah juga bisa berarti sabar, cermat dan teliti. Itulah

sebabnya orang yang berbuat sesuatu dengan penuh keadilan,

bijaksana, cermat, teliti dan sabar biasa disebut dengan hakim. Hakim

juga bermakna orang yang mencegah kerusakan. Sedangkan kata

muhkamat, jika di tujukan kepada ayat-ayat Qur’an, berarti ayat-ayat

yang tercegah dari kerusakan dan penggantian.31

Secara terminologi, kata hikmah diartikan secara berbeda

tergantung perspektif tinjauannya. Para ulama fiqh mengartikan

hikamah sebagai Qur’an dan pemahaman terhadapnya, nasikh-

mansukh, muhkam-mutasyabih, muqaddam-muakhar, haram-halal dan

sebagainya. Sebagian mereka juga ada yang mengartikan hikmah

sebagai kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.

Ulama tasawuf mengartikan hikmah dengan sikap wara’ dalam

arti menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, atau meletakkan sesuatu

pada tempatnya.32

b. Dakwah Bil Mau’idlah Hasanah

30 Ahmad Subandi, Op.Cit,. hlm. 97 31 Irfan hilmi, Op.Cit., hlm. 11-12 32 Ibid., hlm. 12

Page 10: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

25

Dakwah dengan mauidlah artinya dakwah yang dilakukan

dengan cara memberi ingat dan nasehat ataupun ceramah.33

Al Mau’idlah Hasanah, merupakan tutur kata yang baik,

nasihat yang baik dan harus dapat di rasakan oleh sasaran dakwah

sebagai suatu bimbingan, ajakan dan pengarahan yang penuh

perhitungan, bukan merupakan paksaan dan ancaman. Dengan

demikian, al-mau’idla hasanah juga merupakan manifestasi adanya

dalam pribadi seorang juru dakwah. Tutur kata yang baik ini, berarti

pelajaran yang baik, yang dapat masuk dengan lembut kedalam hati,

dan sekaligus mendalami perasaan dengan halus tanpa paksaan.34

c. Dakwah Mujadalah

Dakwah dengan cara mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya

dakwah dilakukan dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang

sebaik-baiknya.35

Mujadalah bi-allati hiya ahsan, dimaksudkan agar sasaran

dakwah dapat menaruh perhatian dan kepercayaan pada juru dakwah,

karena dia dapat berdiskusi dengan baik tanpa menekan pihak-pihak

yang menentang. Sedang diskusi dalam proses mujadalah ini, bukan di

tujukan untuk mengalahkan pihak tertentu, tetapi hanya untuk

memperingatkan, memberi pengertian dan untuk menemukan

kebenaran.

33 Dzikran Abdillah, Op.Cit., hlm. 26 34 Ahmad Subandi, Op.Cit., hlm. 97 35 Ibid., hlm. 28

Page 11: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

26

Metode mujadalah ini juga dimaksudkan dapat menjelaskan

dihadapan audiennya atau lawan bicaranya suatu kesimpulan-

kesimpilan dan prinsip-prinsip secara logis, agar orang yang

sebelumnya menentang, ia akan menerima dan memahami sekaligus

mendukung sepenuh pengertian. Tidak bantahan, menolak pertanyaan

yang dianggap telah terbiasa, sebab melihat perkembangan saat ini

tingkat kekritisan masyarakat sebagai objek kegiatan dakwah.36

Jelaslah bahwa orang berdakwah dengan jalan mengadakan

mujadalah tidak boleh berangggapan bahwa yang satu sebagai lawan

yang lain, tetapi harus beranggapan bahwa teman yang benar yang

tolong menolong dalam mencari kebenaran.

2. Media Dakwah

Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia

untuk mengikuti idiologi pengajaknya. Sedangkan pengajak (da’i) sudah

barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah

tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus

mengorganisir komponen-komponen dakwah secara baik dan tepat. Salah

satu komponen yang urgen adalah media dakwah. Dengan demikian dalam

mengaktualisasikan pesan dakwah dibutuhkan sebuah media, agar dakwah

dapat diterima oleh khalayak secara komprehensif.

Dengan demikian dalam proses dakwah media memiliki peran yang

sangat penting. Tanpa adanya media dalam proses dakwah sangat

36 Ahmad Subandi, Op.Cit., hlm. 97

Page 12: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

27

memungkinkan dakwah akan mengalami stagnan, sehingga perkembangan

dakwah ke depan tanpa adanya media yang memadai sulit untuk adaptasi

dan menjawab permasalahan-permasalahan yang berkembang di

masyarakat.

1. Pengertian Media Dakwah

Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologi)

berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantara.

Sedang kata media jamak dari kata median atau medium tersebut.37

Pengertian media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan

sebagai alat (perantara) untuk mencapai tujuan dakwah yang telah

ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat,

kondisi tertentu dan sebagainya.38

2. Peranan Media Dakwah

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat

bentuk dakwah. Atau yang populer didalam proses belajar mengajar

disebut “alat peraga”. Media dakwah memiliki peranan atau

kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan akhir proses dakwah.

Tanpa adanya media maka tidak dapat mencapai tujuan dengan

maksimal sebagaimana penulis jelaskan di atas.

37 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983. hlm.

163. 38 Ibid., hlm. 163

Page 13: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

28

Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat

bantu dakwah. Namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang

mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen atau dengan lainnya

saling terkait mengait, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka

media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama

dibanding dengan komponen yang lain seperti metode dakwah, obyek

dakwah, dan sebagainya.39

E. KHITTAH NU 1926

a. Pengertian NU

Sebelum membahas masalah dakwah dan khittah NU 1926, dalam

tulisan ini penulis memaparkan terlebih dahulu tentang gambaran umum

NU. Sebagaimana diketahui Nahdlatul Ulama sebagai jam’iah diniyah

adalah wadah bagi para Ulama sebagai pengikut-pengikutnya yang

didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 dengan tujuan untuk

memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran

Islam yang berhaluan ahlusunnah wal jamaah dan menganut salah satu

madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah An Nu’man, Imam

Maliki bin Annas, Imam Muhammad Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad

bin Hambal, untuk mempersatukan langkah para Ulama dan pengikut-

pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan untuk

39 Ibid., hlm. 163

Page 14: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

29

menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan Bangsa dan ketinggian

harkat dan martabat manusia.

Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan

yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan

masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak

mulia, tenteram, adil dan sejahtera.

Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui

serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang

membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang kemudian

disebut sebagai Khittah Nahdlatul Ulama.40

b. Pengertian Khittah NU 1926

Sesuai dengan hasil Keputusan Muktamar NU ke-27 No.02/MNU-

27/1984 diSitubondo, Khittah NU 1926 dapat artikan dan dijelaskan

sebagai berikut :

1. Pengertian Khittah NU

a. Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.

b. Landasan tersebut adalah paham Islam ahlussunah waljamaah yang diterapkan menurut kondisi masyarakat di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.

c. Khittah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa.41

40 Buku Panduan, Nahdlatul Ulama Kembali ke Khittah 1926, PBNU, Situbondo :

Risalah, 1995, hlm. 116-107 41 PBNU, Keputusan Alim Ulama dan Konbes NU di Bandar lampung Jakarta, 1992,

hlm. 28

Page 15: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

30

Beberapa Catatan Penjelasan tentang Pengertian Khittah

1. Khittah artinya “garis”. Dalam hubungan dengan Nahdlatul Ulama,

kata khittah berarti garis-garis pendirian, perjuangan dan

kepribadian Nahdlatul Ulama, baik yang berhubungan dengan

urusan keagamaan, maupun urusan kemasyarakatan, baik secara

perorangn maupun secara organisasi. Garis-garis termaksud,

sesungguhnya sudah dimiliki para ulama pengasuh pesantren

secara membudaya, memasyarakat dan mentradisi. Ketika dia

mendirkan jamiyah (organisasi) Nahdlatul Ulama, maka garis-garis

tersebut dituangkan di dalamnya, untuk dilestarikan, di pelihara

dan di kembangkan.

2. Fungsi garis-garis itu di rumuskan sebagai “landasan berfikir,

bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus

dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi

serta dalam setiap proses pengambilan keputusan”. Artinya :

a. Fikiran, sikap dan tindakan warga NU harus berlandaskan atas

khittah NU, baik secara perorangan maupun secara

organisatoris.

b. Demikian pula, setiap kali mengambil keputusaan, maka

proses, prosedur dan hasil keputusan itu hanya sesuai dengan

khittah NU. Contohnya, NU menghadapi masalah Negara

Republik Indonesia. Sebagai jam’iyah diniyah (organisasi

keagamaan) yang pertama kali dipertanyakan adalah : Apakah

Page 16: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

31

NKRI itu sah menurut hukum Islam atau tidak ? bagaimana

sikap dan tindakan NU menghadapinya : dibela kehadirannya,

disempurnakan kekurangan-kekurangannya, diluruskan

kekeliruan-kekeliruan pengelolanya, didukung program-

programnya atau bagaimana ? semuanya diambil keputusan

melalui jalur musyawarah, dengan mempertimbangkan segala

kepentingan secara seimbang dengan menggunakan dalil-dalil

dan kaidah-kaidah keagamaan. Tidak hanya mengikuti emosi

atau kepentingan sesaat, mengabaikan berbagai pertimbangan

yang wajar dan proporsional (wadl’u syai-in fi masailihi :

meletakkan sesuatu pada tempatnya).

c. Materi, landasan atau garis-garis termaksud (khittah) adalah :

“faham Islam ahlussunnah wal jama’ah yang diterapkan

menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-

dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan”.

d. Faham ahlussunah wal jama’ah atau Islam menurut

pemahaman ahlussunah wal jama’ah, bagi NU tidak hanya

terbatas pada bidang atau urusan aqidah saja, tetapi juga

mengenai bidang-bidang fiqh, tashawuf atau akhlak, bahkan

meluas, tercermin di dalam sikap-sikap kemasyarakatan

tertentu. Seperti : Tawassuth (sikap tegas), I'tidal (tegak lurus)

dan sebagainya. Mungkin ini merupakan salah satu ciri khas

Page 17: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

32

NU di dalam memahami, menghayati dan mengamalkan Islam

ahlussunah wal jama’ah42.

3. Khittah NU juga digali dari intisari perjalanan sejarah

kehidupannya dari masa ke masa, artinya khittah NU secara

terwujud” Islam ahlussunah wal jama’ah yang diterapkan menurut

kondisi kemasyarakatan di Indonesia”, juga dilengkapi dan

diperkaya dengan intisari pelajaran dari pengalamannya selama

berjuang (berkhidmah), sepenjang sejarah. Dengan demikian

khittah NU menjadi bersifat jelas, kenyal, luwes dan dinamis.43

c. Isi Khittah NU 1926

Secara garis besar isi khittah NU 1926 yang merupakan prinsip

gerak Nahdliyiah hasil muktamar ke-27 1984 terdiri dari :

1. Dasar-dasar faham keagamaan Nahdlatil Ulama

a. Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaannya kepada

sumber ajaran Islam: al-Qur’an, As- Sunnah, Al- Ijma’ dan al-

Qiyas.

b. Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya

tersebut di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham ahlussunnah

wal jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-Madzhab)

sebagai berikut :

42 Ibid., hlm. 128 43 Ibid., hlm. 130

Page 18: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

33

1) Bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti faham ahlus sunnah

wal jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan

Iman Abu Mansur al-Maturidi.

2) Bidang fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-

Madzhab) salah satu dari badzhab Abu Hanifah An- Nu’man Imam

Maliki bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i dan

Imam Ahmad bin Hambal.

3) Dibidang tashawuf mengikuti antara lain Imam al-Junaid al-

Bagdadi dan Imam al-Ghazali serta Imam-imam yang lain.

c. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama

yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang

sudah dimiliki oleh manusia. Faham yang di anut oleh Nahdlatul

Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah

ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia

seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai-

nilai tersebut.

2. Adapun Ikhtisar-ikhtisar yang dilakukan Nahdlatul Ulama sebagai

berikut :

Sejak berdirinya Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang

utama kegiatannya sebagai ikhtisar mewujudkan cita-cita dan tujuan

berdirinya, baik tujuan yang berfifat keagamaan maupun

kemasyarakatan. Ikhtisar-ikhtisar tersebut adalah :

Page 19: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

34

a. Peningkatan silaturrahim/komunikasi/ interrelasi antar ulama.

(Dalam statoetan Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan mengadakan

perhubungan di ntara ulama-ulama yang bermadzhab)

b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian pendidikan

(dalam statoeten Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan memeriksa

kitab-kitab sebelumnya dipakai untuk mengajar supaya diketahui

apaka itu dari pada kitab-kitab yang ahli sunnah wal jama’ah atau

kitab-kitab ahli bid’ah, memperbanyak madrasah-madrasah yang

berdasar agama Islam)

c. Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana

peribadatan dan pelayanan sosial. (dalam statoeten Nahdlatul

Ulama 1926 disebutkan : menyiarkan agama Islam dengan jalan

apa saja yang halal, memperhatikan hal-hal yang berhubungan

dengan masjid-masjid, sueraoe-sueraoe, pondok-pondok, begitu

juga dengan hal ihwalnya nak-anak Yatim, dan orang-orang yang

fakir miskin)

d. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan

yang terarah (dalam statoeten Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan :

mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian,

perniagaan dan perusahaan yang tiada dilarang oleh syara’ agma

Islam)

Kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh Nahdlatul Ulama pada

awal berdiri dan khidmahnya menunjukan pandangan dasar yang peka

Page 20: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

35

terhadap pentingnya terus-menerus berhubungan dan komunikasi antar

para ulama sebagai pemimpin masyarakat, serta adanya keprihatinan

atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan dan

kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat masalah ini

sebagai bidang garapan yang harus dilaksanakan melalui kegiatan-

kegiatan nyata.

Pilihan akan ikhtisar yang dilakukan mendasari kegiatan

Nahdlatul Ulama dari masa kemasa dengan tujuan untuk melakukan

perbaikan, perubahan dan pembaharuan masyarakat, terutama dengan

mendorong swadaya masyarakat sendiri.

Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan

kesatuan para ulama dan pengikutnya masalah pendidikan dakwah

Islamiyah, kegiatan sosial, serta perekonomian adalah masalah yang

tidak dapat dipisahkan untuk membahas masyarakat yang terbelakang,

bodoh dan miskin menjadi masyarakat yang maju, sejahtera dan

berakhlak mulia.

Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut sekaligus

menumbuhkan sikap partisipatif terhadap setiap usaha yang bertujuan

membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat.

Setiap kegiatan Nahdlatul Ulama untuk kemaslahatan manusia

dipandang sebagai perwujudan amal ibadah yang di dadarkan pada

faham keagamaan yang di anutnya.

Page 21: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

36

3. Perilaku yang dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap

kemasyarakatan Nahdlatul Ulama, dasar-dasar keagamaan (angka 3)

dan sikap kemasyarakatan (angka 4) tersebut membentuk perilaku

warga Nahdlatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan maupun

organisasi yang :

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam

b. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi

c. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah dan berjuang

d. Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwwah), persatuan (al-

ittihad serta kasih mengasihi

e. Meluhurkan kemuliaan moral (al-Akhlak al-karimah) dan

menjunjung tinggi kejujuran (ash- Sidqu) dalam berfikir, bersikap

dan bertindak.

f. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama berbangsa

dan bernegara

g. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian

dari ibadah kepada Allah SWT

h. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.

i. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang

membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia

j. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu

dan mempercepat perkembangan masyarakatnya

Page 22: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

37

k. Menjunjung tinggi kebersamaan ditengah kehidupan berbangsa

dan bernegara.

4. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama

Dasar-dasar pendirian faham keagamaan Nahdlatul Ulama

tersebut menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada :

a. Sikap tawasuth dan I’tidal

Sikap tegas yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung

tinggi keharusan berlaku adil yang lurus di tengah-tengah

kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan

selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak

lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala

bentuk pendekatan yang bersifat tathanuf (ekstrim)

b. Sikap tasamuh

Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah

keagamaan terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi

masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan

kebudayaan.

c. Sikap tawazun

Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah

kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia serta

khidmah kepada lingkungan hidupnya. menyelaraskan kepentingan

masa lalu, masa kini dan masa mendatang.

d. Amar ma’ruf nahi munkar

Page 23: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

38

Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik,

berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak

dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan

merendahkan nilai-nilai kehidupan.

5. Fungsi Organisasi dan Kepemimpinan Ulama

Dalam rangka melaksanakan ikhtiar-ikhtiarnya Nahdlatul

Ulama membentuk organisasi yang mempunyai struktur tertentu yang

berfungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi bagi tercapainya

tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat

keagamaan maupun kemasyarakatan.

Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah jam’iyah

diniyah yang membawakan faham keagamaan, maka ulama sebagai

mata rantai pembawa faham Islam ahlussunnah wal Jama’ah, selalu di

tempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas dan

pembimingutama jalannya organisasi.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya, Nahdlatul Ulama

menempatkan tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya untuk

menanganinya.

6. Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Berbangsa

Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak

terpisahkan dari keseluruhan bangsa Indonesia, Nahdlatul Ulama

senantiasa menyatakan diri dengan perjuangan nasional bangsa

Indonesia. Nahdlatul Ulama secara sadar mengambil posisi yang aktif

Page 24: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

39

dalam proses perjuangan mencapai dan mempertahankan

kemerdekaan, serta ikut aktif dalam penyusunan UUD 1945 dan

perumusan Pancasila sebagai dasar negara.

Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri

dengan perjuangan bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan

segenap warganya untuk senantiasa aktif mengambil bagian dalam

pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang di

ridlai Allah SWT. Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama harus

menjadi warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi pancasila

dan UUD 1945.

Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan

bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia yang senantiasa

berusaha memegang teguh prinsip persaudaraan (al-ukhuwh), toleransi

(al-tasamuh), kebersamaan dan hidup berdampingan baik dengan

sesama umat Islam maupun dengan sesama warga negara yang

mempunyai keyakinan / agama lain untuk bersama-sama mewujudkan

cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.

Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan,

Nahdlatul Ulama senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan

warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya terhadap

bangsa dan negara.

Page 25: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

40

Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara organisatoris tidak

terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan

manapun juga.

Setiap warga Nahdlatul Ulama adalah warga negara yang

mempunyai hak-hak politik yang dilindungi oleh Undang-Undang.

Didalam hal warga Nahdlatul Ulama menggunakan hak-hak politiknya

harus dilakukan secara bertangngungjawab, sehingga dengan demikian

dapat di tumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, tata

hukum dan mampu mengembangkan mekanisme musyawarah dan

mufakat dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi bersama.

7. Khittah

Khittah Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan dan patokan-

patokan dasar yang perwujudannya dengan ijin Alllah SWT, terutama

tergantung pada semangat pemimpin warga Nahdlatul Ulama. Jamiyah

Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-cita jika

pemimpin dan warganya benar-benar meresapi dan mengamalkan

khittah Nahdlatul Ulama selama ini44.

Adapun menurut kyia Ahmad Sidiq dalam pandangan dan

pemikirannya tentang ulama dan pancasila sebagai berikut :

1. Politik, merupakan hak asasi setiap warga negara termasuk warga

Nahdliyah. Akan tetapi NU bukanlah suatu wadah kegiatan politik

praktis.

44 PBNU, Op. Cit. hlm. 118-127.

Page 26: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

41

2. Oleh karena itu NU menghargai setiap warga negara untuk

mengunakan hak politiknya. Berdasarkan hal itu, maka NU

memberi kebebasan warganya untuk masuk atau tidak masuk satu

organisasi politik dan menyalurkan aspirasi politiknya melalui

organisasi tersebut selama hal itu bermanfaat bagi perjuangan

Islam.

3. Pancasila merupakan dasar negara sebagai hasil konsensus

Nasional yang diupayakan oleh umat Islam melalui pemimpinnya.

Oleh karena itu umat Islam mempunyai kewajiban memenuhi nilai-

nilai Pancasila sesuai dengan pemahaman menurut bunyi dan

makna yang terkandung dalam undang-undang dasar 1945.

4. Menerima NU terhadap Pacasila bukan sekedar taktik, akan tetapi

merupakan suatu prinsip.

5. Nilai-nilai luhur yang dirumuskan dalam dasar negara atau

Pancasila dapat disepakati dan dibenarkan menurut pandangan

Islam, oleh karena umat Islam ikut aktif merumuskan pancasila

tersebut.

6. Pancasila sebagai dasar negara sejalan dengan agama Islam dan

tidak bertentangan. Oleh karena itu keduanya tidak harus dipilih

dengan menafikan (meniadakan) yang lain.

7. Menurut pandangan NU, Indonesia dalam arti budaya (bukan

secara politis) adalah wilayah Islam. pandangan itu didasarkan

pada kenyataan bahwa orang yang secara tidak terus terang

Page 27: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

42

menyatakan agamanya dianggap sebagai orang Islam. disamping

itu perjuangan kemerdekaan bagi umat Islam (NU) hukumnya

fardu ain, sehingga negara Indonesia sah menurut hukum Islam.

8. Sila pertama pancasila yang menjiwai sila lainnya merupakan

cermin rumusan tauhid yang merupakan inti akidah Islam menurut

pengertian keimanan dalam Islam. oleh karena itu pengamalan

pancasila merupakan wujud dari usaha umat Islam merealisasikan

syariat Islam.

9. Sesuai dengan sejarah kelahirannya, NU merupakn gerakan para

Ulama yang tercermin dalam nama Nahdlatul Ulama. Oleh karena

itu kepemimpinan dalam NU adalah kepemimpinan ulama dalam

lembaga pengurus Syuriyah.

10. Paham keagamaan NU menyatakan bahwa sumber utama ajaran

Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasul sesuai dengan paham

ahlussunnah wal jamaah yang dipahami dengan mengikuti

pendapat ulama madzahibul arba’ah.

11. Kembali kepada khittah 1926 berarti meletakkan ulama (Syuriyah)

sebagai pemimpin, pengelola, pengendali dan pembimbing

pemikiran dan ide Islam.

12. Khittah 1926 merupakan pedoman pemikiran warga dan pengarah

gerak NU.45

45 Ibid., hlm. 59-61

Page 28: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

43

Pemikiran kyia Ahmad Sidiq di atas merukan gambaran bahwa

lembaga Syuriyah merupakan lembaga yang menetapkan pola

kebijakan NU dalam berbagai masalah kehidupan baik persoalan intern

warga NU maupun masyarakat secara umumnya. Lembaga ini

sangatlah penting peranannya dalam mencapai kehidupan yang

harmonis dan lembaga ini pula sebagai benteng dalam menjaga,

mencegah sebuah persolan-persolan yang ada di Indonesia.

Adapun teori-teori di atas dapat dijelaskan pada Muktamar NU

ke-28 di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta 1989 yang

menghasilkan ada sembilan rumusan politik bagi NU sebagai berikut;

1. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan

bahwa negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara

menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan

kebangsaan dan menuju integrasi bangsa dengan langkah-langkah

yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan untuk

mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang

adil dan makmur lahir dan batin, dan dilakukan sebagai amal

ibadah menuju kebahagiaan di dunia dan kehidupan di akhirat.

3. Politik bagi NU adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan

yang hakiki dan demokratis, mendidiuk kedewasaan bangsa untuk

menyadari hak, kewajiban dan tanggung jawab untuk mencapai

kemaslahgatan bersama.

Page 29: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

44

4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan

moral, etika, dan budaya yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,

berperikemanusiaan yang adil dan berdab, menjunjung tinggi

persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam per5musyawaratan/perwakilan, dan

berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan

kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional ,adil, sesuai

dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati, serta dapat

mengembangkan mekanisme dalam memecahkan masalah

bersama.

6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh

konsensus-konsensus nasional, dan dilaksanakan sesuai dengan

akhlakul karimah sebagai pengamalan ajaran Islam Ahlussunah

Wal Jamaah.

7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun, tidak boleh

dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan

memecah belah persatuan.

8. Perbedaan pandangan di antara aspiran-aspirtan politik warga NU

harus tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadlu, dan

saling menghargai satu sama lain, sehingga diu dalam berpolitik itu

tetap dijaga persatuan dan kesatuan di lingkunan Nahdlatul Ulama.

Page 30: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

45

9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menurut adanya komunikasi

kemasyarakatan timbal balik dalam pembangunan nasional untuk

m enciptakan iklim yang memungkinkan perkembangan organisasi

kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu melaksanakan

fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat menyalurkan

aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.46

Dengan konsep politik diatas berarti hubungan NU dengan

organisasi politik baik secara suprastruktur akan lebih berlangsung

secara informal. Kalau tidak demikian yakni warga NU yang aktif

organisasi politik tertentu atau di dalam suprastruktur politik, di beri

kebebasan untuk berlaku demikian asal tidak termasuk dalam pengurus

harian sebagaimana ditentukan.

Dalam hasil Muktamar NU ke-29 di Cipasung 1994,

menghasilkan salah satu hal dalam pandangan bidang politik sebagai

berikut; mempertegas kembali dan menyerukan kepada segenap umat

Nahdliyin menggunakan hak-hak politik pribadi yang diatur oleh

keputusan Muktamar ke-27/ 1984 di Situbondo agar memupuk

kredibilitas pribadinya selaku insan politik yang dewasa dan

bertanggung jawab untuk menumbuhkan budaya politik yang sehat,

demokratis dan konstitusional. Untuk itu ,"Sembilan Pokok Pedoman

Berpolitik " yang dihasilkan oleh Muktamar ke-28 1989 di Yogyakarta

hendaknya dijadikan pedoman, sehingga warga NU tidak akan

46 Kacung Marijan, Quo Vadis NU Setelah kembali ke Khittah 1926, Jakarta, Erlangga,

1992, hlm 187-188D

Page 31: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

46

terombang–ambing sikap dan perilaku politiknya oleh arus perubahan

dan pembaruan yang sedang berlangsung.47

Hasil-hasil keputusan Muktamar NU diatas merupakan

pegangan, pedoman warga NU dalam menjalankan sebuah organisasi

NU maupun dalam aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

d. Struktur Organisasi NU

Sesuai dengan AD/ART bahwa struktur NU terdiri dari: pengurus

mustasyar, Pengurus Syuriah, Pengurus Tanfidziyah, Pengurus Badan

otonom,Pengurus Lajnah, dan Pengurus Lembaga. Adapun penjelasannya

sebagai berikut :

1. Pengurus Mutasyar adalah bertugas menyelenggarakan pertemuan

setiap kali dianggap perlu untuk secara kolektif memberikan nasehat

kepada Pengurus Nahdlatul Ulama menurur tingkatannya dalam

rangka menjaga kemurnian Khittah Nahdiyah dan ishlahu dzati bain (

arbitrase).

2. Pengurus Syuriah adalah selaku pimpinan tertinggi yang berfungsi

sebagai pembina, pengendali, pengawas dan penentu kebijaksanaan

Nahdlatul Ulama.

3. Pengurus Tanfidziyah adalah sebagai pelaksana tugas sehari-hari

mempunyai kewajiban memimpin jalannya organisasi sesuai dengan

kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pengurus Syuriah.

47PBNU, Hasil-Hasil Muktamar Ke-29 Nahdlatul Ulama, Jakarta, 1994.hlm 4

Page 32: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

47

4. Badan otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang

bewrfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama,

khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu yang

beranggotakan perseorangan.

Badan otonom terdiri dari :

a. Jamiyyah Ahli Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdiyah adalah Badan

otonom yang menghimpun pengikut aliran tarekat yang mutabar di

lingkungan Nahdlatul Ulama.

b. Muslimat Nahdlatul Ulama adalah Badan otonom yang menghimpun

anggota perempuan Nahdlatul Ulama

c. Fatayat Nahdlatul Ulama adalah Badan otonom yang menghimpun

anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama.

d. Gerakan Pemuda Ansor ( GP Ansor ) adalah Badan otonom yang

menghimpun anggota pemuda Nahdlatul Ulama.

e. Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah Badan Otonom yang

menghimpun pelajar laki-laki, santri lako-laki dan mahasiswa laki-laki.

f. Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), adalah Badan Otonomi

yang menghimpun pelajar perempuan, santri perempuan dan

mahasiswa perempuan.

g. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), adalah Badan Otonom yang

menghimpun para sarjana dan intelektual Nahdlatul Ulama

Page 33: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

48

5. Lanjah adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama untuk

melaksanakan progam Nahdlatul Ulama yang memerlukan penanganan

khusus.

Lajnah terdiri dari :

a. Lanjah Falakjiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru'yah

b. Lajnah Ta'lif Wan Nasyr, bertugas dalam bidang penerjemahan,

penyusunan, dan penyebaran kitab-kitab menurut paham ahli

sunnah wal jammaah.

c. Lajnah Auqof Nahdlatul Ulama, bertugas menghimpun mengurus

dan mengelola tanah serta bangunan yang diwakafkan kepada

Nahdlatul Ulama.

d. Lajnah Zakat, Infaq, dan Shodaqoh, bertugas menghimpun,

mengelola dan mentasharufkan zakat, infaw dan shodaqoh.

e. Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas

dan memecahkan masalah-masalah yang maudlu'iyyah dan

waqi'iyyahah yang harus segera mendapat kepastian hukum.

6. Lembaga adalah perangkat departemenitasi organisasi nahdlatul ulama

yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama,

khususnya yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.

Lembaga NU terdiri dari :

a. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), yang bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang penyiaran

agama Islam ahlussunnah wal jamaah.

Page 34: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

49

b. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU,

bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang

pendidikan dan pengajaran, baik formal maupun non-formal, selain

pondok pesantren.

c. Lembaga Sosial Mabarrot Nahdlatul Ulama (LS Mabarrat NU),

bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang sosial

dan kesehatan.

d. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan

ekonomi warga Nahdlatul Ulama.

d. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP-2 NU),

bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang

pengambangan pertanian dalam arti luas, termasuk eksploitas

kelautan.

e. Rabithah Ma'aahid al-Islamiyyah (RMI), bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan pondok

pesantren.

f. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK-NU),

bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang

kemaslahatan keluarga, kependudukan dan lingkungan hidup.

g. Haiah Ta'mirif Masajid Indonesia (HTMI), bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan dan

pemakmuran masjid.

Page 35: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

50

h. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Lakpesdam), bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama

dibidang pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia.

i. Lembaga Seni-Budaya Nahdlatul Ulama (LASNU) , bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengambangan

seni dan budaya termasul seni hadrah.

j. Lembaga Pengembangan Tenaga Kerja (LPTK NU, Bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan

ketenagakerjaan.

k. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH NU), bertugas

melaksanakan penyuluhan dan memberikan bantuan hukum.

l. Lembaga Pencak silat (LPS) Pagar Nusa, bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengambangan seni bela diri

pencak silat.

m. Jam'iyyatul Qurra wal Hufadz, bertugas melaksanakan kebijakan

Nahdlatul Ulama dibidang pengambangan tilawah, metode

pengajaran dan hafalan al-Qur'an.

F. Dakwah dan Khittah NU 1926

a. Organisasi Dakwah

Organisasi berasal dari bahasa Yunani “orgon” dan bahasa lainnya

“organum” berarti alat bagian anggota atau badan. Menurut istilah

organisasi adalah sebagai suatu ikatan kerja sama manusia untuk mencapai

Page 36: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

51

tujuan bersama.48 Menurut Herbert A. Simon sebagaimana dikutip oleh

Sutarto “Organization is the complex pattern of communication and other

relations in a group of human being” (organisasi adalah pola komunikasi

yang kompleks dan hubungan-hubungan lain didalam suatu kelompok

manusia).49

Berdasarkan pengertian di atas maka organisasi atau pengorganisa-

sian dakwah dapat dikatakan sebagai suatu tindakan menghubungkan

aktifitas-aktifitas dakwah secara efektif dalam wujud kerja sama di antara

para da’i. Ma ka perlu adanya pembagian tugas secara tepat sesuai dengan

program-program yang akan dikelola.

Menurut Abdul Rosyad Shaleh, pengorganisasian dakwah dapat

dirumuskan sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang

menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan

membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta

menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan

organisasi atau petugasnya.50

Di dalam pengorganisasian dakwah, pekerjaan yang paling penting

untuk dilakukan oleh seorang kader dakwah dalam kesatuan tertentu

adalah saling menyusun dan menetapkan jalinan kerja sama. Paling tidak

48 Muhtar Setiadi, Studi Analisis Tentang Penerapan Manageman Dakwah Organisasi

NU dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Islam di Daerah Kabupaten Boyolali, Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1997, hlm. 46

49 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1978. hlm. 29

50 Abdul Rosyad Shaleh , Op.Cit., hlm. 77

Page 37: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

52

terdapat empat komponen dasar yang harus dikerjakan dalam

pengorganisasian dakwah, yaitu :

a. Membagi-bagi dan menggolong-golongkan tindakan-tindakan dakwah

dalam kesatuan-kesatuan tertentu.

b. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan,

serta menempatkan pelaksana atau (da’i) untuk melakukan tugas

tersebut.

c. Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana.

d. Menetapkan jalinan hubungan.51

Dengan empat langkah dalam rangka pengorganisasian tersebut,

maka akan tersusun suatu pola atau bentuk kerjasama dakwah, dimana

masing-masing orang yang mendukung usaha kerjasama itu mengetahui

pekerjaan apa yang harus dilaksanakan, sampai sejauh mana wewenang

masing-masing serta jalinan hubungan antara satu dengan yang lain dalam

rangka usaha kerja sama itu. Pola atau bentuk kerja sama sebagai hasil

dari proses pengorganisasian tersebut disebut organisasi.

b. Dakwah NU Pasca Khittah 1926

Yang dimaksud NU kembali ke khittah 1926 adalah kembalinya

eksistensi NU dari organisai politik kedalam bentuk asal (organisasi sosial

kemasyakarakatan) keagamaan. Dengan kata lain NU menghentikan

segala aktivitas politik praktis dan kembali menggalakkan kegiatan sosial,

pendidikan dan dakwah.

51 Ibid., hlm. 90

Page 38: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

53

Adapun tujuan perjuangan NU untuk masing-masing tugas utama

tersebut di atas adalah salah satunya adalah bidang dakwah sebagaimana

dijelaskan bahwa dalam bidang dakwah NU, pelaksanaan dakwah makin

hari makin terasa penting untuk dikelola dengan teknik penyampaian

risalah secara teratur, sistematik, dan baik. pelaksanaan tugas dakwah

dilakukan dengan prinsip : lemah lembut, lapang dada, pemaaf, do’a dan

tawakal.52

Sebagai jamiyyah, tugas lain NU adalah memberikan panduan dan

bimbingan agar perubahan kebutuhan maupun cara dalam memecahkan

kebutuhan tersebut, tidak mengakibatkan goncangang pada moral

masyarakat dengan terus melakukan pembinaan akhlaqul karimah dengan

demikian NU disatu pihak terus melakukan perbaikan dan perubahan

dalam melakukan amal bakti dan khitmatnya kepada umat dan Bangsa,

dipihak lain NU terus berusaha agar menjaga masyarakat berpegang teguh

pada sifat dan sikap yang mencerminkan akhlak karimah yang bersumber

dari ajaran Islam.

Sedangkan dalam salah satu pasal pada anggaran Dasar NU

disebutkan bahwa tujuan NU adalah berlakunya ajaran Islam yang

berhaluan ahlussunah wal jamaah dan mengikuti salah satu dari empat

mazhab ditengah-tengah kehidupan, didalam wadah negara kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan undang undang dasar

1945.

52 Abdul Munir dan Ahmad Arwan Bauis, Op.Cit., hlm. 53

Page 39: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

54

Adapun tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.

Sebagaimana didalam Ikhtiar-ikhtiar NU sebagai berikut :

1. Peningkatan silaturrahim/komunikasi/interrelasi antar ulama. (Dalam

statoetan Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan mengadakan perhubungan

diantara ulama-ulama yang bermadzhab)

2. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian pendidikan

(dalam statoeten Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan memeriksa kitab-

kitab sebelumnya dipakai untuk mengajar supaya diketahui apaka itu

dari pada kitab-kitab yang ahli sunnah wal jama’ah atau kitab-kitab

ahli bid’ah, memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasar agama

Islam)

3. Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana

peribadatan dan pelayanan sosial. (dalam statoeten Nahdlatul Ulama

1926 disebutkan : menyiarkan agama Islam dengan jalan apa saja yang

halal, memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-

masjid, sueraoe-sueraoe, pondok-pondok, begitu juga dengan hal

ihwalnya anak-anak yatim, dan orang-orang yang fakir miskin)

4. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang

terarah (dalam statoeten Nahdlatul Ulama 1926 disebutkan :

mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian,

perniagaan dan perusahaan yang tiada dilarang oleh syara’ agama

Islam).53

53 PBNU, Keputusan Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama, Op.Cit., hlm. 138

Page 40: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

55

Kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh Nahdlatul Ulama pada awal

berdiri dan khidmahnya menunjukan pandangan dasar yang peka terhadap

pentingnya terus-menerus berhubungan dan komunikasi antar para Ulama

sebagai pemimpin masyarakat, serta adanya keprihatinan atas nasib

manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan.

Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat masalah ini sebagai bidang

garapan yang harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan nyata.

Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut diatas dilakukan

adalah serangkaian iktiar yang diwujudkan dalam program dasar

pengembangan NU. Adapun aktivitas atau realisasi program dasar

pengembangan NU yaitu :

a. Kegiatan dakwah Islamiyah yang meliputi peningkatan silahturahmi

antara para ulama, pelestarian majelis-majelis pengajian, dan

pengkajian pada berbagai permasalahan keagamaan yang sedang

berkembang. Juga aktivitas perluasan kiprah dakwah, pembaruan,

metode dakwah, penerbitan literatur dan media dakwah serta

melakukan koordinasi kepada para mubaligh atau da'i.

b. Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang meliputi berbagai aspek

kegiatan pendidikan. Baik dalam bentuk pindidikan formal maupun

pendidikan informal. Baik pendidikan di bidang keagamaan, maupun

pendidikan non keagamaan, serta pendidikan ketrampilan. Selain

mendirikan pesantren dan madrasah, dalam menggelar pendidikan NU

juga telah mendirikan berbagai macam sekolah lanjutan pertama,

Page 41: BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi

56

sekolah lanjutan atas serta unversitas kesemua sekolah ini dikelolah

oleh lembaga Ma'arif NU.

c. Kegiatan peningkatan mabarrat atau sosial ekonomi dengan tujuan

untuk meningkatkan taraf hidup warga NU serta meningkatkan taraf

hidup Bangsa Indonesia secara makro. Aktivaitas yang dilakukan

diantaranya menangani berbagai problem sosial , seperti memberi

bantuan kepada kaum fakir miskin serta anak yatim piatu.54

54 Khorul Fathoni dan Muhammad Zen, NU PASCA KHITTAH Prospek Ukhuwah

Dengan Muhammadiyah, Yogyakarta : Media Widya Karya, 1992, hlm. 13-14