bab ii tinjauan umum tentang hak dan...

25
14 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI- ISTERI A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN Secara etimologis hak berarti milik: ketetapan dan kepastian, 1 seperti yang terdapat pada surah yassin (36) ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya telah berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman”. Ada pula pengertian hak yang dikemukakan oleh beberapa ulama’ fiqih. Menurut sebagian ulama’ muta’akhirin hak yaitu, suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara’. 2 Lalu Syekh Ali Al-Khafifi (ahli fiqih asal mesir) juga mengartikan bahwa hak adalah sebagai kemaslahatan yang diperoleh secara syara’. 3 Jadi pengertian hak adalah kewenangan yang di miliki oleh semua orang, dan orang itu dapat berbuat apa saja asal tidak bertentangan dengan Undang-undang yang berlaku, ketertiban umum dan keputusan. Wajib (Ar:Al-wajib = Tetap, mengikat dan pasti). Secara kebahasaan berarti perbuatan yang di tuntut untuk di kerjakan. 4 Istilah ini merupakan bentuk hukum taklifi (hukum yang bersifat membebani perbuatan.). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, wajib artinya harus melakukan dan tidak boleh 1 Dahlan, Abdul Azis, Hukum Islam, Ensiklopedi, Jakarta: PT Intermasa, 1997, hlm.486 2 Ibid 3 Ibid 4 Op.cit, hlm. 190

Upload: tranhanh

Post on 20-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI- ISTERI

A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN

Secara etimologis hak berarti milik: ketetapan dan kepastian,1 seperti

yang terdapat pada surah yassin (36) ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya telah

berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena

mereka tidak beriman”.

Ada pula pengertian hak yang dikemukakan oleh beberapa ulama’

fiqih. Menurut sebagian ulama’ muta’akhirin hak yaitu, suatu hukum yang telah

ditetapkan secara syara’.2 Lalu Syekh Ali Al-Khafifi (ahli fiqih asal mesir) juga

mengartikan bahwa hak adalah sebagai kemaslahatan yang diperoleh secara

syara’.3

Jadi pengertian hak adalah kewenangan yang di miliki oleh semua

orang, dan orang itu dapat berbuat apa saja asal tidak bertentangan dengan

Undang-undang yang berlaku, ketertiban umum dan keputusan.

Wajib (Ar:Al-wajib = Tetap, mengikat dan pasti). Secara kebahasaan

berarti perbuatan yang di tuntut untuk di kerjakan.4 Istilah ini merupakan

bentuk hukum taklifi (hukum yang bersifat membebani perbuatan.). Dalam

kamus besar bahasa Indonesia, wajib artinya harus melakukan dan tidak boleh

1 Dahlan, Abdul Azis, Hukum Islam, Ensiklopedi, Jakarta: PT Intermasa, 1997, hlm.486 2 Ibid 3 Ibid 4 Op.cit, hlm. 190

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

15

ditinggalkan.5 Jadi kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan atau

dikerjakan, dan sifatnya mengikat, apabila tidak dilaksanakan akan

mendapatkan sanksi.

B. Hak Dan Kewajiban Suami-Isteri Menurut Hukum Islam Dan Hukum

Positif

1. Hak dan Kewajiban Suami Isteri menurut Hukum Islam

Perkawinan merupakan suatu cara yang di syari’atkan Alloh S.W.T

sebagai jalan bagi Manusia untuk berkembangbiak dan untuk kelestarian

hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang

positif dalam rangka merealisir tujuan perkawinan.6 Jika akad nikah telah sah

maka akan menimbulkan akibat hukum dan dengan demikian akan

menimbulkan pula hak dan kewajiban dalam kapasitasnya sebagai suami-isteri.

Adapun hak dan kewajiban suami isteri dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Hak isteri atas suami

Diantara hak isteri atas suami adalah:

1) Mahar:

Mahar merupakan pemberian yang dilakukan seorang calon suami

kepada calon isterinya dalam bentuk apapun baik berupa uang maupun

barang (harta benda).7

5 Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hlm. 486 6 Sayid Sabiq, fiqh Al-Sunnah, Jilid 2, Kairo: Dar Al-Fath Li Al- A’lam Al-Araby, 1997,

hlm.5. 7 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar baru, cet.ke-22,t.t, hlm. 365.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

16

Allah berfirman:

وءاتوا النساء صدقاتهن نحلة فإن طبن لكم عن شيء منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا

Artinya:”Berikanlah mas kawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan”.8(Q.S An Nisa’:4)

Kuantitas mahar tidak ditentukan oleh syari’at Islam, hanya menurut

kemampuan suami yang disertai kerelaan dari sang isteri.9 Hal ini

disebabkan adanya perbedaan status sosial ekonomi masyarakat, ada yang

kaya ada yang miskin, lapang dan sempitnya rezeki, itulah sebabnya Islam

menyerahkan masalah kuantitas mahar itu sesuai dengan status sosial

ekonomi masyarakat berdasarkan kemampuan masing-masing orang atau

keadaan dan tradisi keluarganya.

2) Nafkah

Para ulama’ sependapat bahwa diantara hak isteri terhadap suami

adalah nafkah.8 Hal ini berdasarkan firman Alloh Swt:

وعلى المولود له رزقهن وآسوتهن بالمعروفArtinya:”Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada

para ibu dengan cara yang ma’ruf”.10 (Q.S. Al –Baqoroh: 233)

Menurut Sayyid Sabiq, bahwa yang dimaksud dengan nafkah adalah

memenuhi kebutuhan makan tempat tinggal (dan kalau ia seorang yang

kaya maka pembantu rumah tangga dan pengobatan istri juga masuk

nafkah).11 Hal ini dikarenakan seorang perempuan yang menjadi isteri bagi

8 .Departemen Agama, Alquran dan Terjemahanya, Semarang: Cv. Al-Waah, 1993,

hlm.115. 9 Sulaiman Rasjid, Op.cit, hlm.107. 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Op.cit, hlm.57 11 Al-Sayyid Sabiq Op,cit, hlm115.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

17

seorang suami mempergunakan segala waktunya untuk kepentingan

suaminya dan kepentingan rumah tangganya.

Nafkah rumah tangga merupakan hal yang sangat penting dalam

membentuk keluarga yang sejahtera, sehingga kebutuha pokok manusia

terpenuhi. Adapun kuantitas nafkah yang diberikan suami kepada isterinya

adalah sesuai kemampuan suami.

Allah S.W.T berfirman:

من وجدآم أسكنوهن من حيث سكنتم Artinya: ”Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu”.12 (Q.S.At-Thalaq:6)

Nafkah diberikan suami kepada isteri dalam sebuah ikatan

perkawinan yang sah, yang masih berlangsung dan isteri tidak nusyuz

(durhaka). Atau karena hal-hal lain yang menghalangi istri menerima

belanja (nafkah).

3) Memperlakukan dan menjaga isteri dengan baik

Suami wajib menghormati, bergaul dan memperlakukan isterinya

dengan baik dan juga bersabar dalam menghadapinya.13 Bergaul dengan

baik berarti menjadikan suasana pergaulan selalu indah dan selalu diwarnai

dengan kegembiraan yang timbul dari hati kehati sehingga keseimbangan

rumah tangga tetap terjaga dan terkendali.14

Allah S.W.T. telah berfirman:

12 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm946 13 Al-Sayid Sabiq, Op,Cit, hlm.126 14 Rs. Abdul Azis, Rumah Tangga Bahagia Sejahtera, Semarang: CV. Wicaksana, cet.ke 1,

1990, hlm.65.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

18

وعاشروهن بالمعروف فإن آرهتموهن فعسى أن تكرهوا شيئا ويجعل الله فيه خيرا آثيرا

Artinya: ”Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Alloh menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.15(Q.S. An-nisa’:19)

Bergaul dengan cara yang baik berarti memperlakukan dan

menghormati dengan cara yang wajar, memperhatikan kebutuhan isterinya,

menahan diri dari sikap yang tidak menyenangkan iseteri dan tidak boleh

berlaku kasar terhadap isterinya.16 Hal ini telah diajarkan oleh nabi

Muhammad sebagai berikut:

حق المراء ة على الزوج ان يطعمها ادااطعم ويكسوهااداآتسى واليضربالوجهاواليقبح وال يهجراالفىالبيت

Artinya:”Hak isteri kepada suami adalah memberi makan kepada isterinya apabila ia makan, memberi pakaian kepadanya jika dia berpakaian, tidak memukul pada muka dan tidak berbuat jelek serta tidak memisahkan diri kecuali dari tempat tidur”. 17

Seorang suami tidak boleh memarahi isteri sekalipun sang isteri

memiliki kekurangan-kekurangan, namun suami tidak boleh mengungkit-

ungkit apa yang menjadi kelemahan isterinya karena dibalik kekurangan-

kekurangan yang ada pada isterinya terdapat kelebihan-kelebihan yang

15 Departemen Republik Indonesia, op,cit, hlm.119 16 Huzaimah Tahido, Hak dan kewajiban Pria dan Wanita”, Agus Tiarsa dalam tuntunan

Islam tentang kemitrasejajaranpria dan wanita (dalam perspektif islam), Jakarta: Majlis Ulama’

Indonesia, 1999, hlm.82. 17 Al-Khafidz Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Jilid 1,

Dar Al-Fikr, hlm.593-594, Abu dawud, Sunan Abi Dawud, Jilid 1,cet ke 1, Mesir: Isa Al-Babi Al-

Halabi WA Auladih, 1952, hlm. 494.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

19

dipunyai oleh isterinya. Di samping itu totalitas waktu isterinya tercurahkan

oleh ketaatanya kepada suami.

Rasulullah telah bersabda:

ال يفر ك مؤ من مؤ منة ان آره منها رضى منهااالخر

Artinya:”Janganlah Seorang Suami Mukmin memarahi seorang Isteri Mukminah. Jika tidak suka dengan salah satu perilakunya, Ia dapat menerima perilaku yang lain”.

b. Hak suami atas isteri

Adapun diantara hak suami atas isteri adalah sebagai berikut:

1) Suami ditaati oleh isteri

Isteri wajib mentaati suami selama dalam hal-hal yang tidak

maksiyat. Istri menjaga dirinya sendiri dan juga harta suaminya,

menjauhi diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan

suaminya, tidak cemberut dihadapan dan tidak menunjukkan keadaan

tidak disenangi oleh suaminya.18 Isteri hendaknya taat kepada suaminya

dalam melaksanakan urusan rumah tangganya selama suami menjalankan

ketentuan-ketentuan berumah tangga.19 Hal ini berdasarkan firman Allah

SWT sebagai berikut:

فالصالحات قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله

Artinya:”…Sebab itu maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah, lagi memelihara diri dibalik pembelakangan

18 Al-Sayyid Sabiq, op,cit, hlm.134 19 Huzaemah tahido, Hak dan Kewajiban Pria dan Wanita, Jakarta : Majlis Ulama’

Indonesia, 1999, hlm. 80-81

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

20

suaminya oleh karena Allah telah memelihara”.20(Q.S.An-Nisa’: 34)

Yang dimaksud taat dalam ayat ini ialah patuh kepada Allah SWT

dan kepada suaminya. Perkataan “taat” bisanya hanya digunakan oleh

Allah. Tetapi dalam ayat ini digunakan untuk suami juga, hal ini

menggambarkan bagaimana sikap isteri yang baik terhadap suaminya.

Allah menerangkan isteri harus berlaku demikian karena suami itu telah

memelihra isterinya dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan suami-

isteri.21

Yang dimaksud menjaga dirinya di belakang suaminya adalah

menjaga dirinya diwaktu suaminya tidak ada, tanpa berbuat khianat

kepadanya baik mengenai diri atau harta bendanya.22 Seorang isteri harus

mentaati serta berbakti dan mengikuti segala yang diminta dan

dikehendaki suaminya asalkan tidak merupakan suatu hal yang berupa

kemaksiyatan.23

2) Isteri tidak memasukkan orang yang dibenci oleh suaminya kedalam

rumahnya kecuali dengan izin suaminya, isteri wajib memelihara diri di

balik pembelakangan suaminya, terutama apabila suami bepergian,

jangan sekali-kali isteri melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan

20 Departemen Agama Republik Indonsia: op.cit,hlm.123 21 Departemen Agama, ilmu Fiqih, jilid II, Jakarta: Proyek Perguruan Tinggi Agama/ IAIN

Jakarta, hlm. 163-164. 22 Al-Sayyid Sabiq, Loc.cit. 23 Al-Alamah Almarhum Al-Syaikh Muhamad Jamaludin Al-Dimasyiqi, Mau’idhah Al-

Mu’minin,Indonesia: Dar Ihya’ Al-kutub Al-Araby, Jilid.1,hlm.117

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

21

kecurgaan suami, sehingga suami tidak merasa tenteram pikiranya dalam

bepergian. Sebagaimana hadits nabi Muhammad S.A.W. Sebagai berikut:

فاماحقكم على . االان لكم على نسائكم حقا و لنسا ئكم عليكم حقكم من تكرهون والياءدن فى بيو تكم لمن نسائكم فاليوطئن فرش

االوحقهن عليكم ان تحسنو االيهن فىكسوتهن وطعامهن. تكرهون

Artinya: ” ketahuilah…bahwa kalian punya hak terhadap Isteri-Isteri kalian dan isteri-isteri kalian punya hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap isteri-isteri kalian adalah tidak bersenang-senang di tempat tidurmu bersama orang yang kalian benci dan tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci di dalam rumah. Dan hak mereka terhadap kalian adalah kalian memberi pakaian dan makanan kepada mereka dengan baik”

Melakukan perbuatan terlarang tidak hanya akan menghancurkan

rumah tangga tetapi juga akan mendapat siksa yang sangat berat dari Allah.

c. Hak bersama suami isteri

Diantara hak bersama suami dengan isteri adalah antara lain sebagai

berikut:

1) Halalnya pergaulan

Suami-isteri sama-sama mempunyai hak untuk menggauli sebagai

pasangan suami-isteri dan memperoleh kesempatan saling menikmati atas

dasar saling memerlukan.24 Hal ini tidak dapat dilakukan secara sepihak

saja.25

Allah Swt telah berfirman:

انتم لباس لهنهن لباس لكم و

24 Al-Tirmidzi, Sunan Al-tirmidzi, Jilid 2,Dar Al-Fikr, t,t,hlm.315. 25 Huzaemah Tahido, op.cit, hlm.81.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

22

Artinya: ”Mereka (para isteri) adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka”.26 (Q.S. Al- Baqrah: 187)

2) Hak saling memperoleh harta waris

Sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang sah bila salah

seorang meninggal dunia, suami sebagai pemimpin yang bertanggung

jawab dan mencukupi nafkah serta keperluan hidup isterinya maka bila

Istrinya mati dengan meninggalkan harta pusaka, sang suami berhak

mendapatkan harta warisan. Demikian pula isteri sebagai kawan hidup

yang sama-sama merasakan suka-duka hidup berumah tangga dan

berkorban membantu suaminya, maka adillah kiranya bila isteri diberi

bagian yang pasti dari harta peninggalan suaminya.27

3) Hak timbal balik

Dalam kehidupan rumah tangga, salah satu kriteria ideal untuk

mencapai keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah adalah suami

sebagai pemimpin bagi keluarganya memimpin istrinya untuk mendidik

dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

bahwa Allah S.W.T. telah menyebut laki-laki merupakan sosok pemimpin

bagi perempuan, hal ini tersebut dalam firmanNya:

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض وبما أنفقوا

Artinya: ”Laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”.28

26 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm.48. 27 Al-Sayyid Sabiq, Op.cit, hlm.48. 28 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 123.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

23

Sebagai pemimpin bagi isteri dan keluarganya maka suami wajib

memberikan bimbingan dan pendidikan kepada isterinya dan keluarganya

agar tidak terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan dan kehinaan.29Hal ini

telah jelas diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya:

يايهاالدين امنواقواانفسكم واهليكم نارا

Artinya:”Wahai Orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. 30

Sedangkan isteri sebagai seorang yang dipimpin oleh suaminya

hendaklah taat dan patuh terhadap perintah suaminya (selama perintah

suaminya tidak dalam hal kemaksiyatan), isteri hendaknya mengerjakan

perintah suami dengan sabar dan tenang.31

Demikian timbal-balik antara suami-isteri dalam memperoleh

haknya masing-masing secara proporsional yang tidak merugikan kedua

belah pihak. Inilah kriteria ideal sebagai simbiosis mutualisme (hubungan

ketergantungan yang saling menguntungkan) dalam rumah tangga.

2. Hak dan Kewajiban Suami-Istri Menurut Hukum Positif

a. Menurut Undang-Undang Perkawinan

Negara Indonesia merupakan negara yang mendasarkan segala

kegiatan kehidupan pada peraturan perundang-undangan hukum yang

berlaku dengan ancaman akan dikenakan suatu sanksi atau tindakan apabila

29 RS. Abd. Azis, op.cit, hlm.62. 30 Departeman Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm.951. 31 RS. Abdul Azis, op.cit,hlm.72.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

24

melanggarnya.32 Salah satu produk Nasional adalah pada tanggal 7 januari

tahun1974, disahkannya Undang-undang perkawinan, yaitu Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 yang dimuat dalam lembaran

negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, tambahan lembaran

negara republik Indonesia Nomor 3019 Tahun 1974. Undang-undang

perkawinan tersebut pada penerapanya dirasakan sudah mantap sekalipun

masih di perlukan upaya lain untuk mempertahankan eksistensinya dalam

pengakuan hukum perkawinan.33

Adapun dasar hukum di keluarkanya Undang-undang nomor 1 tahun

1974 tentang perkawinan diantaranya adalah Undang-undang dasar 1945

pasal 5 ayat 1(satu), pasal 20 ayat 1(satu) pasl 27 ayat 1(satu) dan pasal 29.

Selain itu sebagai dasar hukum di keluarkanya undang-undang nomor 1

tahun 1974 tentang perkawinan adalah ketetapan MPR nomor:

IV/MPR/1978 tentang garis-garis besar halauan negara (GBHN) yang berisi

landasan, modal dasar agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, pembinaan keluarga sejahtera dan hukum.34

Sedangkan dasar pertimbangan yang digunakan dalam mengeluarkan

Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah sesuai

dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan hukum nasional

32 R. Badri, perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan dan KUHP, Surabaya: CV.

Amin, 1985, hlm.11 33 Ibid 34 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum di Indonesia, Cet.ke-18, Jakarta:

Balai pustaka, 1982, hlm 207

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

25

sehingga perlu dikeluarkanya Undang-undang tentang perkawinan yang

berlaku bagi seluruh warga Republik Indonesia.35

Undang-undang perkawinan terdiri dari 14 bab dengan 67 pasal.

Dalam Undang-undang perkawinan mengatur hak dan kewajiban suami-

isteri dalam bab V pasal 30 sampai dengan pasal 34.36

Undang-undang perkawinan tahun 30 menyatakan: ”Suami-istri

memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang

menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”.

Undang-undang perkawinan pasal 31 mengatur tentang kedudukan

suami-isteri yang menyatakan:

1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama

dalam masyarakat.

2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

3) Suami adalah kepala rumah tangga dan isteri adalah ibu rumah tangga.

Inilah yang membedakan antara hukum perkawinan dengan

Undang-undang hukum perdata. Di dalam Undang-undang perkawian

menyatakan secara tegas bahwa kedudukan suami isteri itu seimbang, dalam

melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam hukum perdata apabila izin

suami tidak diperoleh karena ketidak hadiran suami atau sebab-sebab lainya,

35 Ibid, hlm. 208. 36 R.subekti dan R.Tjitrosudibyo, Kitab Undang-undang hukum perdata dengan Tambahan

Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-undang Perkawinan,Cet.ke-18, Jakarta: pradnya

Paramita,1984,hlm.547-548.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

26

pengadilan dapat memberikan izin kepada isteri untuk menghadap hakim

dalam melakukan perbuatan hukum.37

Undang-undang perkawinan mengatakan dengan tegas bahwa suami

adalah kepala rumah tangga, berbeda dengan hukum adat dan hukum Islam.

Menurut R. Wirdjona Prodjodikoro yang dikutip oleh Lili Rasjidi,

menyatakan bahwa dalam hukum adat dan hukum Islam tidak menyatakan

secara tegas.38

Kemudian pasal 32 Undang-undang perkawinan menerangkan:

1) Suami-isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tepat.

2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

ditentukan oleh suami-isteri bersama.

Tempat kediaman dalam ayat (1) dalam artian tempat tinggal atau

rumah, yang bisa di tempati pasangan suami-isteri dan juga anak-anak

mereka.

Pasal 30 Undang-undang perkawinan merupakan prolog bagi pasal

32, Undang-undang perkawinan menyatakan bahwa: Suami-isteri memikul

kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi

dasar dari susunan masyarakat. Oleh karena itu, mereka (suami-isteri) harus

mempunyai tempat kediaman yang tetap yang ditentukan bersama, di

samping mereka (suami-isteri) harus saling mencintai, hormat-menghormati

dan saling memberi bantuan secara lahir dan batin. Suami sebagai kepala

37 Lili Rasjidi, hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaisia dan Indonesia, Cet ke-1,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1991,hlm.125-126 38 ibid.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

27

rumah tangga melindungi istrinya dan memberikan segala keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuan sang suami. Demikian pula isteri

dia wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Kemudian apabila

salah satu dari keduanya melalaikan kewajibannya, mereka dapat menuntut

ke pengadilan di wilayah mereka berdomisili.39 Hal ini sesuai dengan pasal

33 dan pasal 34 Undang-undang perkawinan.

Pada pasal 33 Undang-undang perkawinan menerangkan bahwa

suami-istri wajib saling cinta mencintai, hormat-menghormati, setia memberi

bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

Sedangkan pasal 34 Undang-undang perkawinan menegaskan:

1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya.

2) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya

3) Jika suami atau istrei melalaikan kewajibannya masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada pengadilan.

Kewajiban suami dalam pasal 34 ayat (1) menegaskan suami

wajib melindungi isteri dan keluarganya, yaitu memberikan rasa aman dan

nyaman, dan isteri wajib mengurus urusan rumah tangga sebaik mungkin.

Jika keduanya malakukan sesuatu yang akibatnya melalaikan kewajibanya

maka baik isteri atau suaminya maka dapat mengajukan gugatan ke

pengadilan.

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam

39 Ibid, hlm. 127.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

28

Menurut HM.Tahir Azhari sebagai mana dikutip oleh Eman

Sulaeman dalam hasil penelitianya “hukum kewarisan dalam KHI di

Indonesia-studi tentang sumber-sumber hukum” bahwa yang dimaksud

dengan KHI adalah suatu himpunan kaidah-kaidah hukum Islam yang di

susun secara sistematis selengkap mungkin dengan berpedoman pada

rumusan kalimat-kalimat atau pasal-pasal yang lazim digunakan dalam

peraturan perundang-undangan.40

Salah satu sebab kemunculan KHI adalah, karena hukum materiil dari

peradilan Agama masih variatif dalam berbagai kitab fiqih sebagai

pedoman dalam mengambil keputusan oleh para hakim. Hal ini membuka

peluang bagi terjadinya pembangkangan bagi orang yang kalah dalam

berperkara seraya menanyakan pendapat yang dipakai dengan menunjukkan

kitab lain sebagai penyelesaian perkara untuk memenangkan perkaranya.41

Inilah sebab kemunculan KHI agar orang dalam berperkara memiliki

hukum positif dan kongkrit, karena pada hakekatnya peradilan Agama itu

sendiri telah lahir dari lebih dari se-abad lamanya.42

Kemunculan Kompilasi Hukum Islam mengatur hak dan kewajiban

suami-isteri dalam bab VII pasal 77 sampai dengan pasal 84.

Pasal 77 Kompilasi Hukum Islam menyatakan:

40 Eman Sulaeman, Hukum Kewarisan Dalam KHI di Indonesia (Study Tentang sumber-

Sumber Hukum), Semarang: Balai Penelitian IAIN Wali Songo,t.t, hlm.47,t,d. 41 Ibid,hlm.48-50. 42 HM. Djamil Latif, Kedudukan dan kekuasaan peradilan agama Di Indonesia,cet ke 1,

Jakarta: bulan Bintang,1983, hlm.9-10.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

29

1. Suami-isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan keluarga

yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari

susunan masyarakat”.

2. Suami-istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan

memberi bantuan lahir batin yang satu dengan yang lain.

3. Suami-isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-

anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun

kecerdasa dan pendidikan agamanya.

4. Suami-istri wajib memelihara kehormatanya

5. Jika suami atau isteri melalaikan kewajibanya, masing-masing dapat

mengajukan gugatan ke pengadilan agama.

Adapun pasal 78 KHI menjelaskan:

1) Suami-istri harus mempunyai kediaman yang sah.

2) Rumah kediaman yang dimaksud oleh ayat (1) ditentukan oleh suami

isteri bersama.

Dalam Kompilasi Hukum Islam yang mengatur tentang kedudukan

Suami-isteri terdapat dalam pasal 79, yaitu:

1) Suami adalah kepala rumah tangga dan istri ibu rumah tangga.

2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama

masyarakat.

3) Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

30

Pasal 80 KHI menjelaskan tentang kewajiban suami terhadap isteri

dan keluarganya, yaitu:

1) Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan

tetapi mengenai hal-hal urusan rumah- tangga yang penting di putuskan

oleh suami-isteri bersama.

2) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan sesuatu keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya.

3) Suami wajib memberikan pendidikan dan kesempatan belajar pengetahuan

yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

4) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung:

(a) Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.

(b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri

dan anak.

(c) Biaya pendidikan anak.

5) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut dalam ayat (4) huruf a

dan b diatas berlaku sesudah ada tamkin dari istrinya.

6) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri

nusyuz.

KHI Pasal 81 terdiri atas empat ayat yang menjelaskan tentang

tempat kediaman yang menyatakan:

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

31

1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya

atau bekas isteri yang masih dalam masa iddah

2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama

dalam ikatan atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya

dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram.

Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta

kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah-tangga.

4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik

berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

Dalam pasal 82 KHI menerangkan tentang kewajiban suami yang

beristeri lebih dari seorang, yaitu:

1) Suami yang mempunya isteri lebih dari seorang berkewajiban memberi

tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing isteri secara

berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung

masing-masing isteri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.

2) Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya

dalam satu tempat kediaman.

Pasal 83 dan pasal 84 KHI menjelaskan tentang kewajiban isteri

terhadap suaminya, yaitu:

Pasal 83

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

32

1) Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan batin di

dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam

2) Isteri menyelanggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-

hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84

1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika Ia tidak mau melaksanakan

kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1)

kecuali dengan alasan yang sah.

2) Selama isteri dalam keadaan nusyuz, kewajiban suami terhadap

isterinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku

kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.

3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah

isteri tidak nusyuz.

4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus

didasarkan atas bukti yang sah.

Agar tidak dianggap nusyuz maka isteri harus melaksanakan

kewajiban dalam rumah tangga yaitu, berbakti lahir dan batin kepada suami

di dalam batas-batas yang di benarkan oleh hokum Islam. Di samping itu

isteri berkewajiban pula menyelenggarakan pula dan mengatur keperluan

rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

C. Terwujudnya Keluarga Sakinah dalam Pemenuhan Hak dan Kewajiban

Suami-Isteri

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

33

Tujuan utama kehidupan rumah tangga ialah mencapai ketenangan,

kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan hidup lahir batin di atas jalinan kasih

sayang antara suami-isteri.43 Keluarga sakinah adalah sebuah keadaan rumah

tangga yang para anggotanya memperoleh ketenangan dan kebahagiaan lahir

batin, mengantar kemungkinan berkembangnya cinta dan sayang dalam

keluarga. Sebagaimana firman Allah S.W.T. dalam surat Ar-ruum: 21

ومن ءاياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.44 (Q.S. Ar-ruum : 21)

Dalam pembentukan keluarga yang sakinah didasarkan pada dua unsur

pokok, yaitu moril dan materiil.45 Unsur moril menggambarkan sikap pergaulan

antara suami-isteri yang meliputi:

Pertama, Tahabub yakni sikap saling mencintai, mengasihi dan

menghargai satu sama lain, bila sikap ini ada maka segala beban yang harus di

emban menjadi ringan.

43 Swara Rahima, risalah Perempuan Bekerja, Jakarta: No. 12 Th. IV, September, 2004,

hlm. 34 44 Departemen Agama, Alquran dan Terjemahanya, Semarang: Cv. Al-Waah, 1993,

hlm.367 45 Rindang, Antara Idealita dan Realita, “Sikap Santun dalam Keluarga” Semarang: CV.

Aneka Ilmu, No. 05, Th. XXX Desember 2004, hlm. 37

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

34

Kedua, Taawun yakni sikap tolong menolong, isi mengisi dan saling

melengkapi. Tidak ada manusia yang sempurna, maka suami-isteri harus

menyadari hal ini serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, Tasyawur yakni apabila suami-isteri akan berbuat sesuatu,

mereka hendaknya saling terbuka dan musyawarah dengan akal sehat untuk

mencari kata mufakat dan bukan memaksa kehendak sendiri. Hasil kesepakatan

itulah yang seharusnya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan

bertawakal kepada Allah.

Keempat, Taaffi yakni saling memaafkan, di mana suami-isteri asalnya

sama-sama orang lain yang berbeda keinginan yang kadangkala satu sama lain

sering bertentangan. Agar bahtera rumah tangga berjalan dengan baik, maka

suami-isteri hendaknya tidak mengumpulkan perbedaan, akan tetapi memilih

persamaan-persamaan. Karena itu suami-isteri harus terjalin sikap saling

memaafkan.

Adapun unsur materiil banyak menggambarkan kebendaan yang

dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga demi terbinanya keluarga yang

kekal, bahagia dan sejahtera. Unsur ini meliputi pangan, sandang papan /

tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan hiburan.

Semua orang pasti merindukan kebahagiaan, rumah tangga yang ideal

(sakinah) sebagaimana gambaran di atas, keluarga yang senantiasa dihiasi

gelaktawa, kemesraan, kelembutan, hubungan yang harmonis antara suami-

isteri, orang tua dan anak serta adanya kasih sayang yang satu dengan yang

lain. Namun betapa sering suasana rumah tangga telah menjadi ‘neraka’ dunia

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

35

sebab tidak ada persesuaian di dalam rumah tangga, tiada lagi sikap tahabub,

taawun, tasyawur dan taaffi, sehingga makin lama makin retak.46

Banyak langkah yang bisa dipahami dan dilakukan untuk memperoleh

keluarga sakinah. Memperbaiki komunikasi adalah salah satu langkah untuk

memegang peranan, yaitu dengan sopan santun dalam berkomunikasi, sebab

ketidak sopanan akan menimbulkan berbagai salah pengertian. Ketika masih

dalam taraf penjagaan, calon suami isteri sangat peka sakali dalam hal ini,

mereka berbicara sesopan mungkin jangan sampai menyinggung perasaan

calonnya, sudah semestinya kepekaan ini diteruskan dalam rumah tangga,

jangan sampai menyakiti suamiatau isteri.

Pada keseluruhanya maka sakinah itu memang ketenteraman jiwa dan

ketenangan bathin. Jadi satu kondisi yang sangat dibutuhkan manusia agar ia

bisa hidup bahagia dan sejahtera, tenteram dalam kancah keluarga. Sebab untuk

hidup bahagia dan sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati dan jiwa

yang aman dan damai. Inilah hakekat perkawinan muslim yang disebut

“sakinah”. Jadi tegasnya keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia dan

sejahtera. Keluarga yang berdiri di atas sendi kasih sayang atau mawaddah

warahmah.47

D. Hukum Meninggalkan Hak dan Kewajiban Suami-Isteri

Dalam menjaga kelangsungan hidup dan meneruskan keturunannya,

manusia disyari’atkan untuk menikah sebagai jalan dalam rangka mewujudkan

keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Sebagaimana firman Allah :

46 Ibid 47 Op., cit, hlm. 39.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

36

ومن ايته ان خلق لكم من انفسكم ازو اجالتسكنوااليهاوجعل بينكم مودة ان فى دلك اليت لقوم يتفكرون‘ ورحمة

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasanNYA ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNYA, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu bener-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.48

Sebagai pasangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami isteri

dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawahdah dan rahmah, maka hak

dan kewajiban suami dan isteri harus dijalankan secara proporsional. Dalam

kaitannya dengan hak dan kewajiban suami isteri, baik di dalam Undang-

undang perkawinan atau di dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa

suami merupakan kepala keluarga sedang isteri merupakan ibu rumah tangga.49

sekalipun suami berperan disektor publik, sedangkan isteri berperan dalam

sektor domestik,50 namun hal tersebut tidak dipahami secara dogmatis. Hal ini

berdasarkan firman Allah S.W.T sebagai berikut:

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض اوبما أنفقو

Artinya: “laki-laki itu adalah pemimpin bagi permpuan kaerena Allah telah melebihkan bagaimina mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”51 (Q.S An Nisa’: 34)

48 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya, Semarang:

CV.Al waah, 1993, hlm. 644 49 Undang-undang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 79 ayat

1 50 Bagus Hariyono, Kekuasaan Isteri Tergantung Suami, Surakarta: Yayasan Pustaka

Cakra, cet.1 2000, hlm.15 51 Deparemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit, hlm.951

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

37

Dalam kaitannya dengan isteri yang bekerja untuk mencari nafkah,

menurut Sayyid Sabiq yang mengutip pendapat Ibnu Abidin, salah satu ulama

Imam Hanafi berpendapat bahwa apabila isteri bekerja untuk mencari nafkah

keluarga selama tidak merugikan hak suami maka hal itu diperbolehkan.52

Hal ini senada dengan para ulama’ NU dalam hasil muktamarnya yang

ke-14 di magelang. Kebolehan istri yang bekerja disamakan dengan mahar,53

yang telah disebutkan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNYA sebagai berikut:

وءاتوا النساء صدقاتهن نحلة فإن طبن لكم عن شيء منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا

Artinya: ”Kemudian jika (isteri-isteri) menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”56 (Q.S. AnNissa’: 4)

Dalam bukunya Ibrahim Muhammad Al-Jamal terjemahan Anshori Umar

Sitanggal yakni fiqih wanita dalam kaitanya dengan hak dan kewajiban suami

isteri salah satunya pergi ke luar negeri untuk suatu tugas (bekerja) dengan

adanya izin oleh pihak yang bersangkutan maka diperbolehkan. Karena

nantinya akan membawa oleh-oleh dan uang yang cukup banyak.57

Dari uraian tersebut di atas maka maka pengertian bahwa suami berperan

di bidang publik sedangkan isteri berperan di bidang domestik tidak dipahami

52 Al Sayyid Sabyq, Op.Cit,hlm. 131 53 KH.A Azis Masyuri, Masalah Keagamaan Hasil Muktamar NU, Surabaya: PP, Rabithah

Ma’hadil islamiyah, 1997, hlm.179 56 Deparemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit, hlm115. 57 Ibid.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1... · dan memperlakukan isterinya secara proporsional sebagai perintah syari’at

38

secara dogmatis, diantara suami- isteri dalam sebuah rumah tangga di

perbolehkan untuk melakukan pertukaran peran selama masing-masing pihak

tidak merasa terganggu haknya.