bab iii revisi -...

27
43 BAB III GERAKAN DAKWAH PURIFIKASI MUHAMMADIYAH A. Sejarah Muhammadiyah 1. Latar belakang lahirnya Muhammadiyah Nama Muhammadiyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab Muhammad, yakni Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, mendapatkan ya nasabiyah berati menjeniskan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad SAW atau pengikut Nabi Muhammad. Semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah SWT yang terakhir. Dengan demikian, siapapun yang mengaku beragama Islam maka mereka orang Muhammadiyah, tanpa harus dilihat adanya perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis dan sebagainya. Secara terminologi, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, didirikan oleh KH Amad Dahlan 18 November 1912 di Yogyakarta, berazaskan Islam, bersumber pada Al Qur’an dan Sunah. Pemberian nama Muhammadiyah dengan maksud berpebgharapan baik (bertafa’ul), mencontoh dan menteladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Semua ditujukan demi terwujudnya kejayaan Islam, sebagai idealitas dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realitas. 1 1 Mustofa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban. 2000. Muhamadiyah sebagai Gerakan Islam (dalam Perspektif Historis dan Idiologis). Yogyakarta : LPPI, hlm. 70-71.

Upload: doanminh

Post on 05-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

43

BAB III

GERAKAN DAKWAH PURIFIKASI MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Muhammadiyah

1. Latar belakang lahirnya Muhammadiyah

Nama Muhammadiyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab

Muhammad, yakni Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, mendapatkan ya

nasabiyah berati menjeniskan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad

SAW atau pengikut Nabi Muhammad. Semua orang Islam yang mengakui

dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah SWT

yang terakhir. Dengan demikian, siapapun yang mengaku beragama Islam

maka mereka orang Muhammadiyah, tanpa harus dilihat adanya perbedaan

organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis dan sebagainya.

Secara terminologi, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam,

dakwah amar ma’ruf nahi munkar, didirikan oleh KH Amad Dahlan 18

November 1912 di Yogyakarta, berazaskan Islam, bersumber pada Al

Qur’an dan Sunah. Pemberian nama Muhammadiyah dengan maksud

berpebgharapan baik (bertafa’ul), mencontoh dan menteladani jejak

perjuangan Nabi Muhammad SAW. Semua ditujukan demi terwujudnya

kejayaan Islam, sebagai idealitas dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai

realitas.1

1 Mustofa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban. 2000. Muhamadiyah sebagai

Gerakan Islam (dalam Perspektif Historis dan Idiologis). Yogyakarta : LPPI, hlm. 70-71.

Page 2: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

44

Ditinjau dari faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya

Muhammadiyah, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua :

Pertama, faktor subyektif. Yaitu pendalaman Ahmad Dahlan 2 dalam

menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isi Al Qur’an. Dahlan

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan firman Allah sebagaimana

tersimpul dalam surat An Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24,

yakni melakukan taddabur atau memperhatikan, mencermati dengan

penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam setiap ayat. Sikap ini

sama ketika Ahmad Dahlan mengkaji surat Ali Imron ayat 104 :

“ Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian golongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ”(Ali Imran 104).

Kedua, faktor obyektif. Faktor ini diklasifikasikan menjadi faktor

internal, faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan

2 Muhammad Darwis nama kecil Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta tahun 1868. Beliau

adalah putra ketiga KH Abu Bakar dan Siti Fatimah, konon masih keturunan nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Syekh Maulana Malik Ibrahim (Walisongo). Pendidikan tradisional yang dipelajarinya memberikan kepada beliau pengetahuan agama yang luas, sedang ilmu pengetahuan lainnya, kecuali ilmu falak, kelihatannnya tidak dimiliki. Dua kali Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji, tahun 1890 selama satu tahun dan 1902 selama dua tahun. Dari perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan Islam, Rasyid Ridho dan karya-karya pendahulunya seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad ibnu Abul Wahhab, Muhammad Abdul, Jamaludin al Afghani, dan Rasyid Ridho. Di samping itu beliau juga belajar langsung dengan Syekh Ahmad Khatib, ulama penentang paham pembaharuan. Baca: Arbiyah Lubis. 1993. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, Studi Perbandingan. Jakarta : Bulan Bintang, hlm.14. Keinginannya yang dalam untuk memajukan Islam, membuat Dahlan aktif mencari ilmu diberbagai jamiah dan organisasi. Seperti di jamiah Khoir (kumpulan keturunan Arab), Budi Utomo, dan Serikat Islam. Baca : TPA dan Kemuhammadiyahan.1990. Muhammadiyah Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yogyakarta : UMM, hlm. 68-70 dan Alwi Shihab. 1998. Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Bandung : Mizan, hlm. 112-113. Dari perjalanan-perjalanan belajar dan dukungan dari berbagai pihak serta realita yang terjadi dalam umat saat itu, maka pada tanggal 1 November 1912 atau 8 Dzulhijah 1330 secara resmi Muhammadiyah berdiri. Tanggal 23 Februari 1923 Ahmad Dahlan meninggal dunia.

Page 3: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

45

masyarakat Islam Indonesia dan faktor eksternal, faktor-faktor penyebab

yang ada di luar tubuh masyarakat Indonesia.

Faktor obyektif bersifat internal disebabkan oleh dua hal, pertama,

ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al Qur’an dan

Sunah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian umat Islam Indonesia.

Tidak dipungkiri masuknya Islam di Indonesia sudah didahului berbagai

aliran dan agama lain, baik Hindu maupun Budha. Sehingga, seringkali

ajaran-ajaran tersebut tidak sengaja menempel pada tubuh ajaran Islam.

Dalam kehidupan beraqidah (keyakinan hidup), agama Islam mengajarkan

untuk memilih tauhid yang murni, bersih dari bermacam syirik, bid’ah dan

khurofah. Namun dalam prakteknya banyak orang Islam percaya pada

benda-benda keramat, sesajian, meminta berkah di kuburan, ramalan

dukun, bintang serta berbagai ritual yang tidak diajarkan oleh Nabi

Muhammad SAW. Dalam urusan doa, banyak umat Islam yang

menggunakan perantara (washilah) yang menghubungkan dirinya dengan

Allah SWT, seperti bertawasul pada Syaikh Abdul Qodir Jaelani, Nabi,

Malaikat, Wali dan lainnya. Padahal ini tidak ada dalam ajaran Islam, lihat

Qur’an Surat Az Zumar, ayat 3.

والذين اتخذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى )3:الزمر( في ما هم فيه يختلفونإن الله يحكم بينهم

Artinya :”Orang–orang yang mengambil pelindung selain Allah

mengatakan, Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya

Page 4: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

46

mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-

dekatnya, dan menjadi perantara bagi kami”.

Kedua, lembaga pendidikan Islam belum mampu menyiapkan

generasi yang siap mengemban misi selaku “Khalifah di muka bumi “.

Ahmad Dahlan memandang Pondok Pesantren sebagai satu lembaga

pendidikan khas umat Islam Indonesia masih ada kekurangan. Kalau pada

awalnya sistem pondok pesantren hanya membekali para santrinya dengan

ilmu-ilmu agama, maka penyempurnaannya dengan memberikan ilmu-

ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian akan lahir dari lembaga

pendidikan ini manusia yang bertaqwa kepada Allah, cerdas dan terampil.

Dalam terminologi Al Qur’an disebut “ Ulul Albab “.

Faktor obyektif yang bersifat eksternal diakibatkan oleh tiga hal,

Pertama, semakin meningkatnya kristenisasi di tengah masyarakat

Indonesia.3 Masa penjajahan baik, Spanyol, Portugal dan Belanda sama-

sama mengibarkan panji-panji gold, glory dan gospel. Untuk gospel

sendiri, misionaris Kristen yang disebar bertujuan mengubah agama

penduduk yang Islam ataupun yang bukan menjadi Kristen. Tingginya

arus kristenisasi terjadi pada pemerintahan Hindia Belanda, Gubernur

Jenderal A.W.F Idenburg, (1909-1916), Idenburg melancarkan program

yang lebih popular dengan sebutan “Kristenisasi Politik “.

3 Di Yogyakarta sendiri pada tahun 1889 kesultanan Yogyakarta merasa dikecewakan

oleh pemerintah kolonial Belanda. Kesultanan yang lemah memaksa Belanda membuka kegiatan-kegiatan misionaris Kristen. Pada kesepakatan awal pemerintah kolonial dan Sultan mengizinkan beroperasinya misi Kristen tidak lebih dari satu tahun, namun secara sewenang-wenang dilanggar Belanda. Deliar Noer. 1980. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942. Jakarta : Pustaka, hlm. 172.

Page 5: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

47

Kedua, penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda di

Indonesia. Masuknya kebudayaan, peradaban dan keagamaan Eropa

setidaknya berpengaruh buruk pada bangsa Indonesia. Lahirnya sifat

Individualistik, diskriminatif dan dasar-dasar agama yang sekuler

menjadikan generasi baru bangsa Indonesia yang acuh tak acuh pada

ajaran Islam. Symbol keIslaman yang mereka pakai dirasa sebagai sesuatu

yang tidak modern.

Ketiga, pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia Islam.

Muhammadiyah dibangun dari mata rantai yang panjang dari gerakan

pembaharuan Islam. Dimulai dari Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibnu Abdul

Wahhab, Muhammad Abdul, Jamaludin Al Afghani dan Rasyid Ridha.

Lewat merekalah dan tokoh-tokoh lainnya yang sepaham, Ahmad Dahlan

mendapatkan arah pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam.4

Syaifullah mengklasifikasikan latar belakang lahirnya

Muhammadiyah menjadi empat. Pertama, aspirasi Islam Ahmad Dahlan.

Untuk mengetahui hal ini bisa dilihat dalam dua fase. Pertama setelah

Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji yang pertama (1889). Kedua,

setelah menunaikan haji yang kedua (1903).

Kedua, realitas sosial-agama di Indonesia. Munculnya kepercayan

dan agama-agama sebelum Islam di Indonesia menyebabkan proses

masuknya Islam melalui akulturasi dan sinkretisme. Ketiga, realitas sosio-

pendidikan. Muhammadiyah lahir sebagai penengah antara pendidikan

4 Mustofa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby. Muhammadiyah Sebagai…, hlm. 71-77.

Page 6: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

48

pesantren dan pendidikan sekelur. Keempat, realitas politik Islam Hindia

Belanda. Belanda menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar pribumi

beragama Islam, sehingga perlawanan penduduk yang timbul, seperti

perang Diponegoro, Padri, Aceh dan lain-lain, tidak lepas dari ajaran

Islam.5

Untuk melihat latar belakang lahirnya Muhammadiyah secara

menyeluruh, baik yang bersifat sama atau melengkapi bisa dilihat buku

Asep Gunawan dan Alwi Shihab.6

Adapun secara khusus proses lahirnya Muhamadiyah menurut

Saefullah, terbagi menjadi dua tahap. Pertama, prolog proklamasi yang

berkaitan dengan kontak Ahmad Dahlan dan organisasi Budi Utomo,

melalui Djojo Sumarto, 1909. Hubungan ini merupakan gerbang

berdirinya Muhammadiyah. Kedua, proses proklamasi lahirnya

Muhamadiyah. Dalam hal ini Ahmad Dahlan melakukan lima langkah

sebagai persiapan lahirnya Muhammadiyah. Pertama, Ahmad Dahlan

menemui dan berdiskusi dengan Budihardjo dan R Dwisewojo, guru

Kweekschool di Guperment Jetis. Kedua, Ahmad Dahlan mengadakan

pertemuan dengan orang-orang dekat dan memikirkan rencana berdirinya

organisasi tersebut, baik nama, maksud dan tujuan perkumpulan. Ketiga,

5 Syaifullah. 1997.Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. Jakarta : Pustaka

Utama, hlm. 25-27. 6 Asep Gunawan dan Dewi Nurjulianti, membagi latar belakang lahirnya Muhammadiyah

menjadi tiga, pertama, semaraknya praktek - praktek ketidak murnian Islam. Kedua, lembaga-lembaga pendidikan waktu itu yang kurang maju. Ketiga, giatnya kaum misionaris Kristen. Selain itu Alwi Shihab menambah satu poin lahirnya Muhamadiyah karena sikap masa bodoh para intelektual Islam . Baca : Asep Gunawan dan Dewi Nurjulianti. 1999. Gerak Keagamaan dalam Penguat Civil Society. Jakarta : LSAF, hlm. 47-48 dan Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm. 111).

Page 7: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

49

Ahmad Dahlan dengan keenam anggota baru Budi Utomo itu mengajukan

permohonan kepada HoofdBestuur Budi Utomo dengan mengusulkan

berdirinya Muhammadiyah Kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada 18

November 1912 permohonan dikabulkan. Keempat, Ahmad Dahlan

mengadakan rapat pengurus untuk yang pertama kalinya guna

mempersiapkan proklamasi berdirinya Muhammadiyah. Kelima, Ahmad

Dahlan memproklamasikan berdirinya Muhammadiyah. Deklarasi dihadiri

oleh sekitar enam puluh sampai tujuh puluh orang.7

Perjalanan dakwah Muhammadiyah, dalam pasang surut sejarah

Indonesia dari tahun 1912 (setelah Ahmad Dahlan) sampai sekarang, telah

melalui dua belas kali pergantian pucuk pimpinan. Untuk menggambarkan

perkembangan dan prestasi dakwah mereka dalam Muhammadiyah bisa

dilihat sebagai berikut.

Pertama, periode K.H Ahmad Dahlan (1912-1923). Semasa

menjadi pendiri dan ketua Muhammadiyah prestasi-prestasi Dahlan antara

lain, mendirikan macam-macam sekolah-madrasah, meningkatkan derajat

kaum wanita, mendirikan Hizbul Wathon, menerbitkan majalah “Sworo

Muhammadiyah”, menganjurkan kesederhanaan, persatuan Islam

Indonesia, dan kepekaan terhadap kehidupan sosial.

Kedua, periode KH. Ibrahim (1923-1932). Selama sembilan tahun

memimpin Ibrahim telah menggalang “Fond Dahlan”, khitanan massal,

badan perbaikan perkawinan, mengirim putra-putri lulusan sekolah

7 Saefullah.Gerak Politik…, hlm. 68-79.

Page 8: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

50

Muhammadiyah keseluruh pelosok tanah air. Seperti, HAMKA ke

Makasar (1928) R.Z. Fanani ke Sumatera Selatan, A.R. Fakhrudin ke

Medan, Badilah Zuber ke Palembang, dan meyelenggarakan konggres

Muhammadiyah ke XV sampai XX dan terakhir konggres XXI di

Makassar 1932.

Ketiga, periode KH. Hisyam (1932-1936). Ia telah mengadakan

konggres Muhammadiyah ke XXIII 1934, dan menghasilkan keputusan-

keputusan diantaranya, pergantian nama-nama Belanda menjadi nama

Indonesia, konggres Muhammadiyah XXIV 1935 dan XXV 1936,

memutuskan berdirinya Perguruan Tinggi atau Sekolah Tinggi.

Keempat, periode Mas Mansur (1936-1942). Prestasi dakwah Mas

Mansur diantaranya, pengaktifan majelis tarjih, sehingga mampu

merumuskan masalah lima, (dunia, agama, qiyas, sabilillah, dan ibadah).

Kemudian lahirnya 12 langkah gerak Muhammadiyah, mengadakan

konggres XXVI-XXIX, dengan keputusan membentuk Bank

Muhammadiyah.

Kelima, periode Ki Bagus Hadi Kusuma (1942-1953). Beliau

mampu menyusun muqodimah AD Muhammadiyah dengan 7 pokok

idiologi Muhammadiyah, mengadakan Muktamar Darurat (1944),

silaturrahmi cabang-cabang Muhammadiyah se-Jawa dan sidang tanwir

yang memutuskan diperbolehkannya anggota Muhammadiyah masuk

partai politik yang beridiologi Islam dan menjadi DPR untuk kepentingan

Muhammadiyah.

Page 9: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

51

Keenam, periode A.R.Sutan Mansur (1952-1959). Dakwah

kepemimpinannya lebih menekankan pada ruh tauhid yang ditanamkan

kembali (Khittah Pelembang). Sidang tanwir 1955, membicarakan pokok-

pokok konsepsi negara Islam, dan penegasan kembali bahwa

Muhammadiyah bergerak dalam bidang kemasyarakatan, sedang masalah

aspirasi politik dianjurkan masuk Mashumi, sebagaimana hubungan baik

Muhammadiyah dan Mashumi.

Ketujuh, periode H.M. Yunus Anis (1959-1968). Sembilan tahun

memimpin Yunus telah merumuskan pedoman keputusan Muhammadiyah

sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang

kemasyarakatan.

Kedelapan, periode KH. Ahmad Badawi (1962-1968). Fatwa

dakwahnya yang terkenal, membubarkan PKI merupakan ibadah karena

menyelamatkan Muhammadiyah dari kehancuran, akibat perkawinan PKI

dan PNI pada Masyumi.

Kesembilan, periode kepemimpinan K.H Faqih Usman dan H.A.R

Fakhrudin ( 1968-1971 ). Faqih Usman meninggal dunia setelah satu

minggu diangkat menjadi ketua PP Muhammadiyah, sehingga pejabat

sementara dipegang A.R Fakhrudin. Selama periode pertama Fakhrudin,

melahirkan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.

Kesepuluh, periode A.R Fakhrudin (1971-1990). Bisa dikata Ia

memimpin Muhammadiyah selama dua periode dan paling lama. Prestasi

dakwah A.R. Fakhrudin antara lain, melakukan pendekatan dengan

Page 10: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

52

penguasa Orde Baru, membidani lahirnya Partai Muslimin Indonesia,

perubahan Anggaran Dasar Muhammadiyah dan terkonsolidasinya

berbagai majelis yang ada di tubuh Muhammadiyah.

Kesebelas, periode KH. Azhar Basyir, MA (1990-1995). Prestasi

dakwah Azhar diantaranya, perumusan tiga program persyarikatan jangka

panjang (25 tahun) Muhammadiyah yang meliputi, pertama, bidang

konsolidasi gerakan, kedua, bidang pengkajian dan pengembangan

organisasi dan ketiga, bidang dakwah pendidikan dan pembinanan

kesejahteraan umat.

Kedua belas, periode Prof. Dr.Amin Rais (1995–2000). Prestasi

dakwah yang dikembangkan dan dihasilkan oleh Amin diantaranya,

memajukan manajemen Muhammadiyah, pendidikan, pengkaderan,

dakwah masyarakat diberbagai bidang dan peningkatan dana organisasi.

Kepemimpinan Amin Rais hanya tiga tahun, meski dulu beliau pernah

berkomitmen untuk membawa Muhammadiyah sampai tahun 2000.

Namun pada 23 Agustus 1998, sehari setelah Rapat Pleno PP

Muhammadiyah, Amin Rais diberi izin untuk memimpin Partai Amanat

Nasional (PAN) dan melepaskan jabatan Ketua PP Muhammadiyah.8

Ketiga belas, periode Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif. (2000-2005).

Syafi’i tampil sebagai Pejabat Ketua PP Muhammadiyah dari hasil Sidang

Tanwir Muhammadiyah di Semarang tahun 1998, setelah lengsernya

8 Syafiq. A Mughni. 2001. Nilai–Nilai Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 117-

126 dan Mustofa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby. Muhammadiyah Sebagai…. hlm. 79-110. Untuk lebih jelas dalam melihat tipe, peran dan prestasi K.H..A. Azhar Basyir dan Prof. Dr .Amin Rais. Baca : Andi Wahyudi .1999. Muhammadiyah dalam Gonjang Ganjing Politik. Yogyakarta : Media Presindo, hlm. 87-116.

Page 11: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

53

Amin Rais. Kemudian diangkat menjadi Ketua PP Muhammadiyah pada

periode lima tahun selanjutnya melalui Muktamar Muhammadiyah.

Prestasi dakwah beliau pada dasarnya melanjutkan program kerja periode

sebelumnya. Iklim reformasi dan euforia politik yang muncul di Indonesia,

mengharuskan beliau mengerem, agar anggota-anggota Muhammadiyah

tidak terjebak pada demam partai, tapi mengarahkan pada aturan main

organisasi.9

Perjalanan panjang dakwah Muhammadiyah sebagaimana paparan

di muka telah melahirkan berbagai tanggapan dan komentar dari berbagai

pihak. Pendeknya, gerakan Muhammadiyah masuk kedalam kombinasi

berbagai penamaan dan pensifatan. Muhammadiyah sebagai gerakan

puritan, modernis, salafi dan sosial–politik, yang lebih memfokuskan

kepada berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Ia tidak membatasi diri

kepada dakwah dalam pengertian sempit, tetapi mengambil peran dalam

segala aspek perkembangan masyarakat. Alfian memberi komentar,

Muhammadiyah sedikitnya memiliki peran dalam tiga dataran, sebagai

gerakan pembaharuan, sebagai agen perubahan sosial dan sebagai

kekuatan politik.10

2. Sejarah Singkat Dakwah Muhammadiyah

Berbicara sejarah singkat dakwah Muhammadiyah, tentulah kita

akan sedikit balik kebelakang, melihat dua alur yang saling berkaitan.

9 Andi Wahyudi. Muhammadiyah dalam… , hlm. 137 – 138. 10 Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm. 107.

Page 12: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

54

Pertama, gagasan dakwah Ahmad Dahlan dan kedua, aplikasi gagasan

tersebut dalam Muhammadiyah.

Alur pertama, gagasan dakwah Ahmad Dahlan. Gagasannya

muncul diilhami dari semangat pemurnian (purifikasi) dan pembaharuan

(Reformasi) ajaran agama serta pemahaman yang mendalam terhadap Al

Qur’an.

Semangat purifikasi Dahlan lahir setelah menunaikan haji yang

pertama (1889) dan reaksi terhadap fenomena degredasi tauhid dan moral

yang terjadi pada masyarakat Islam, khususnya Jawa. Umat dilanda

praktek-praktek keagamaan yang mengarah pada syirik, khurafat, tahayul,

dan bid’ah,11 seperti pergi kedukun, tempat keramat, meramal bintang,

memakai jimat, menyembah pepohonan dan lain-lain.

Usaha pembaharuan Dahlan berkembang setelah menunaikan

Ibadah haji yang kedua (1903). Dia menemukan cara yang efektif dalam

memahami ajaran Islam dan Islam yang sebenarnya. Dari perjalanan ini,

Dahlan banyak berguru dan berdialog dengan ulama-ulama kenamaan.

Dengan ulama Indonesia, seperti K.H Mukhtarom (Banyumas), K.H

Mahful (Pacitan) dan ulama Mekah, Syaikh Ali Muhri. Selain itu Dahlan

juga membaca karya ulama-ulama klasik seperti, Ibnu Taimyah,

Muhammad Ibnu Abdul Wahhab, Muhammad Abduh, Jamaludin Al

11 Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang syah dari Al Qur’an dan As Sunah

shahih dan hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka. Sedang bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ibadah ( ritual ), tetapi pengetahuan keIslamanya kurang, sehingga yang dilakukan sebenarnya bukan bersumber pada ajaran Islam, Baca : Saefullah.Gerak Politik…, hlm. 41.

Page 13: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

55

Afghani dan Rasyid Ridho, dimana kitab-kitab mereka jarang ada di

Indonesia.12

Gagasan pembaharuan Ahmad Dahlan13 meliputi lima hal.

Pertama, pembetulan arah kiblat, yang biasanya menghadap arah barat

diubah menjadi arah barat laut sesuai dengan perhitungan ilmu falaq.

Kedua, penghitungan 1 Syawal atau hari raya Idhul Fitri. Masyarakat

sering menggunakan sistem ABOGE, yaitu sistem perhitungan Jawa, yang

menggabungkan tiga kata, A-alif (huruf pertama Hijaiyah) , BO-Rebo

(nama hari Jawa) GE-Wage (pasaran hari Jawa). Setelah itu Dahlan

mengubahnya berdasarkan perhitungan ilmu hisab dan disetujui oleh

Sultan. Ketiga, penolakan sagala praktek bid’ah dan khurafat. Keempat,

mensintesiskan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat yang sesuai

jiwa Islam. Kelima, peka terhadap kehidupan masyarakat sebagaimana

digariskan dalam surat Al Maun 1-7. 14

Selain semangat permurnian (purifikasi) dan pembaharuan

(reformasi) Gagasan dakwah Ahmad Dahlan juga didorong gairah

memahami teks Al Qur’an, khususnya ayat-ayat yang berhubungan dengan

anjuran untuk berdakwah, seperti surat Ali Imron ayat 104, yang artinya.

“ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan

12 Saefullah. Gerak Politik…, hlm. 29-30. 13 Pembaharuan identik dengan modernisasi atau tajdid yang berarti pemikiran, aliran

gerakan dan usaha untuk mengubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana atau keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Harun Nasution. 1996. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah, Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan Bintang, hlm.11.

14 Weinata Sairin. 1995. Gerakan Pembaruan Muhammadiyah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, hlm. 44-50.

Page 14: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

56

mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. “

dan surat An Nahl 125,

“Ajaklah kepada agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan pelajaran, (nasehat) yang baik serta berdebatlah dengan cara yang baik pula, sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalanNya dan Dia lebih mengetaui orang–orang yang diberi petunjuk.”15

Alur kedua, Aplikasi pemikiran Ahmad Dahlan dalam

Muhammadiyah. Secara eksplisit maupun implisit, gagasan Dahlan

kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai khotib

Masjid Kauman, guru di KweekSchool, anggota jamiah Al Khoir,

penasehat agama Budi Utama maupun Serikat Islam.

Dari sini kemudian muncul reaksi dari berbagai pihak untuk

menyatukan gagasan-gagasan dakwah Dahlan yang tercecer dan belum

terorganisir. Saran-saran muncul paling banyak dari murid-muridnya di

Kweek school Jetis,16 dari keluarga, rekan-rekan sesama guru, seperti

Sosro Sugondo dan Mas Raji dan beberapa anggota Budi Utomo. Mereka

berkeinginan agar sekolah yang didirikan di rumah Ahmad Dahlan dan

ide-ide pembaharuannya bisa berkesinambungan di esok hari. Oleh karena

itu perlu adanya organisasi permanen yang menaungi semuanya, maka

15 Weinata Sairin. Gerakan… , hlm. 51. 16 Ahmad Dahlan mengajarkan pendidikan keagamaan Islam kepada para siswa

Kweekschool yang dilakukan pada setiap Sabtu sore. Para siswa ini menganut keyakinan yang bermacam-macam, ada Islam, Kristen, Katolik, dan Teosofi lain. Secara umum mereka cerdas dan kritis, seperti yang diharapkan Ahmad Dahlan. Mereka tidak mau menerima informasi apapun yang tidak sesuai akal pikir mereka. Dalam pertemuan Ahad pagi inilah Ahmad Dahlan mempunyai kesempatan untuk mendiskusikan ajaran Islam. Baca : Saefullah. Gerak Politik…, hlm. 71 dan 73.

Page 15: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

57

berdirilah Muhammadiyah dan secara otomatis menyatulah gagasan-

gagasan dakwah Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah.17

Rumusan awal organisasi, tujuan dan maksud berdirinya

Muhammadiyah mencakup dua hal. Pertama, menyebarkan pengajaran

kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Bumi Putera di dalam

residen Yogyakarta. Kedua, memajukan hal-hal agama Islam kepada

Anggota-anggotanya.18

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak

bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah

normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya. Realita ini, kemudian coba

penulis gali dan arahkan untuk melihat dakwah purifikasi Muhammadiyah.

B. Corak Dakwah Purifikasi Muhammadiyah

Pengertian dakwah Islam Muhammadiyah sesuai Anggaran Dasar

organisasi pada intinya sama dengan artian terminologi dan etimologi dakwah

itu sendiri. Da’a, yad’u, da’watan yang berarti seruan, ajakan atau panggilan.

Dalam mendiskripsikan terminologi dakwah, Muhammadiyah mempunyai

beberapa definisi yang telah dirumuskan.

1. Dakwah adalah segala aktifitas dan usaha untuk mengubah satu situasi

tertentu kearah situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam.

2. Dakwah merupakan usaha menyeru dan menyampaikan kepada

perorangan dan seluruh umat. Konsepsi Islam tentang pandangan dan

17 Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm. 113 dan Deliar Noer. Gerakan Modern…,

hlm. 84. 18 Asep Gunawan dan Dewi N ( Penyunting ). Gerak Keagamaan dalam Penguat…,

hlm. 49.

Page 16: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

58

tujuan hidup di dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan

berbagai media dan cara yang diperbolehkan Allah SWT. Membimbing,

mengamalkan dalam peri kehidupan perorangan, rumah tangga (urwah),

masyarakat dan peri kehidupan bernegara.

3. Dakwah adalah mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada

ajaran Islam, dengan memberikan pengertian dan kesadaran akan

kebenaran ajaran Islam, sehingga manusia atau masyarakat dapat

menginsyafi akan kebaikan, kelebihan dan keutaman Islam bagi

pembentukan pribadi utuh.19

Puritan adalah sebutan lain untuk aliran yang ingin memurnikan Islam

sesuai dengan Al Qur’an dan Sunah, sering disebut purifikasi Islam Purifikasi

berasal dari bahasa Inggris, asal kata pure (kata sifat yang berarti bersih). Ia

merupakan kata benda yang berarti pembersihan, penyaringan dan pemurnian

terhadap hal-hal yang merusak tata susila.20

Gerakan dakwah purifikasi dalam sejarah merupakan fenomena

penting pemikiran dan gerak Islam. Ia seringkali muncul secara periodik,

dalam situasi dimana banyak terjadi “penyimpangan” baik dalam moral,

pemahaman maupun pengamalan agama. Tema-tema yang biasa menjadi

acuan gerakan purifikasi ialah : pertama, korupsi agama (bid’ah) telah

melanda umat, sehingga agama yang mereka anut bukan Islam yang murni

dan benar; kedua, korupsi kekuasaan merupakan akibat pengaruh non Islam;

19 Mutofa Kamal Pasya dan Ahmad Adaby. Muhammadiyah Sebagai…, hlm. 186. 20 W.J.S. Purwadarminta. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka, hlm. 731.

Page 17: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

59

ketiga, harus kembali pada Al Qur’an dan Sunah; keempat, tipe masyarakat

yang ideal menurut mereka adalah generasi salaf. 21

Perjalanan dakwah purifikasi Islam pertama kali dilakukan oleh

Hanbali yang dipelopori oleh Abu Muhammad Al Barbahari. Beberapa

penyimpangan yang terjadi pada pada masa itu antara lain :pertama,

penyimpangan aqidah, akibat pengaruh filsafat Yunani, sehingga muncul

penyimpangan dalam masyarakat Islam dalam bentuk ilmu kalam dan filsafat.

Penyimpangan ini dilakukan oleh Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Kedua,

menjamurnya bid’ah dan khurafat dalam ritual umat Islam. Penyimpangan ini

dilakukan oleh Syiah. Kedua tokoh abad 10 ini menyerukan untuk melakukan

perlawanan terhadap penyimpangan dan kembali pada aqidah salaf.

Tokoh purifikasi kedua adalah Ibnu Taimiyah. Dia memandang Islam

telah dikotori oleh tasawuf dan tarekat. Tarekat yang dimaksud

mengetengahkan konsep wali, wasilah, dan karamah yang mengandung unsur

khurafat dan syirik. Oleh karena itu Taimiyah mengajak umat menghilangkan

penyimpangan-penyimpangan yang ada dan kembali kepada tauhid.

Muhammad Ibnu Abdul Wahhab merupakan tokoh purifikasi

selanjutnya yang terinspirasi oleh dua tokoh sebelumnya. Dia memandang

kepercayaan umat Islam telah banyak diwarnai dengan syirik, bid’ah dan

khurafat. Di Indonesia gerakan purifikasi masuk dalam gerakan Paderi yang

diikuti oleh Muhammadiyah, Al Irsyad dan Persatuan Islam.

21 Syafiq.A. Mughni. Nilai-nilai…, hlm .3 - 4.

Page 18: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

60

Gerakan purifikasi yang muncul dalam kontek Islam biasanya disebut

dengan pembaharuan (tajdid). Adapula yang mengartikan gerakan Ishlah,

yaitu gerakan yang berusaha untuk memperbaiki kondisi umat yang lemah

akibat praktek dan kepercayaan yang salah. Terakhir ada yang mengartikan

sebagai gerakan salaf atau gerakan lampau. 22 Muhammadiyah sendiri,

membedakan penggunaan istilah atau sebutan yang ada. Tajdid dalam

pengertian pemurnian disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam

pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Hubungannya dengan

salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah

dapat dinyatakan sebagai gerakan purifikasi sekaligus gerakan reformasi.23

Corak dakwah lebih diartikan sebagai keseluruhan pola, warna atau

kecenderungan dakwah Muhammadiyah. Adapun corak dakwah puritan

Muhammadiyah diharapkan akan tampak dan mewarnai berbagai pola

dakwah yang ada. Corak dakwah Muhammadiyah meliputi aspek teologi,

fiqh, gerakan sosialnya, respon terhadap misionaris Kristen dan komparasi

dakwah dengan organisasi Islam Indonesia lainnya.

Aspek teologi Muhammadiyah.24 Awal pertumbuhan organisasi yang

didirikan oleh Ahmad Dahlan lebih berorientasi pada ulama salaf yang

ortodok dengan gerakan purifikasinya.25 Sejalan kemudian Muhammadiyah

22 Syafiq. A. Mughni. Nilai-nilai…, hlm 5-7. 23 Mustofa Kamal Pasha. Muhammadiyah Sebagai…, hlm 115. 24 Teologi adalah pembahasan tentang wujud Tuhan, sifat-sifatnya, soal-soal kenabian

dan hubungan Tuhan dengan Manusia. Penekanannya pada kemampuan manusia berkaitan dengan kekuasaan Allah. Teologi Muhammadiyah merupakan sintesa antara Jabariyah dan Qodariyah. Baca : G.F. Pijper. 1985. Beberapa Study Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Tadjimah dan Yessy .A (Penerjemah). Jakarta : UI Press, hlm. 112.

25 Yusro.M.Asrofie. 1983. KH Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya. Yogyakarta : Yogyakarta Offset, hlm. 33.

Page 19: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

61

tidak mengikatkan diri pada salah satu aliran yang ada, baik Mu’tazilah,

Asy’ariyah maupun Maturidiyah. Meski sebagian besar umat Islam Indonesia

secara teologis bermadzhab Asy’ariyah. Organisasi ini lebih memilih

memotong garis madzhab dan bebas untuk menentukan jalan pikirannya

sendiri (berijtihad) sebagai gerakan pemikiran yang dinamis.26

Untuk aspek fiqh, bisa dikatakan sama dengan urusan teologi, tidak

bermadzhab kepada madzhab fiqh manapun, meski muslim Indonesia

kebanyakan Syafi’iyah. Muhammadiyah mengakui secara penuh Al Qur’an,

Sunah, Qiyas dengan menerima penggunaan takwil terhadap Al Qur’an dalam

masalah hukum bukan Aqidah dan mengakui ijma dalam batasan-batasan

sempit, sebagaimana Hanabilah. Pada saat yang sama Muhammadiyah juga

menerima dan menggunakan Ikhtisan Abu Hanifah, maslahat mursalah Imam

Malik dan saddu al Zariah Imam Syafi’i.27

Sebagai gerakan sosial, Muhammadiyah bisa dikatakan berangkat dari

sebuah gerakan puritan salafi kemudian menjadi modernis setelah mengadopsi

cara memahami Islam secara benar. Organisasi ini kemudian menjadi

kompleks, memfokuskan perhatian dan kepedulian diberbagai aspek

kehidupan sosial, baik pendidikan, kesejahteraan umat, politik dan lain-lain..

Ia juga tidak membatasi diri kepada dakwah dalam arti sempit, tetapi

26 Jazim Hamidi dan Husnu Abadi. 2001. Intervensi Negara terhadap Agama.

Yogyakarta : UII Press, hlm.84 dan Syafiq. A .Mughni. 2001. Nilai-nilai Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm,12.

27 Maryadi dan Abdullah Aly (Ed.). 2000. Muhammadiyah dalam Kritik. Surakarta: UMS Press, hlm. 10.

Page 20: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

62

mengambil peran dalam semua aspek perkembangan masyarakat bergantung

pada atmosfer yang sedang berlangsung.28

Sikap Muhammadiyah terhadap misionaris Kristen bisa dibedakan

dalam tiga era. Pertama, pra kemerdekaan saat kepemimpinan Dahlan. Meski

sebagai gerakan puritan, hubungan antara Muhammadiyah dan Kristen baik

dan harmonis. Indikasi mengenai terjadinya permusuhan antara keduanyapun

kecil. Menyikapi para misionaris, Dahlan tidak melakukan konfrontasi

langsung, tetapi membangkitkan kesadaran kaum Muslimin mengenai akibat-

akibat yang muncul dari kegiatan misi tersebut.

Kebencian terhadap Kristen sangat kelihatan pada masa kepemimpinan

AR.Fakhrudin. Dalam hal ini Muhammadiyah mengubah haluan secara drastis

dalam sikapnya terhadap misi Kristen. Hal ini kemudian ditindak lanjuti

dalam Konggres 1924 di Yogyakarta, dimana banyak suara-suara yang

muncul dari tokoh Muhammadiyah untuk memperingatkan para kader agar

tidak mudah dibujuk oleh para misionaris Kristen. Puncak ketegangan terjadi

ketika kelompok Kristen mengambil jatah subsidi Muhammadiyah dari

Residen Belanda. Selanjutnya peristiwa Ten Berge 1931, sebuah komentar

pastor dalam dua artikel, terhadap Al Qur’an yang secara terang-terangan

menyerang rasa keagamaan kaum muslimin.

Kedua, era Sukarno dimana hak-hak kemerdekaan beragama dibuka.

Ketegangan terjadi saat perumusan Pancasila, antara Nasionalis, Islam dan

Kristen. Ketiga, era Suharto. Pada masa ini terjadi benturan antara keduanya,

28 Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm. 107.

Page 21: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

63

dimana orde baru membiarkan misi Kristen menampung atau memberi

perlindungan kepada orang-orang bekas PKI untuk masuk Kristen.

Secara umum ketegangan dan perselisihan antar keduanya terjadi

karena sejarah panjang kecurigaan dua belah pihak, masalah universalistis

(klaim kebenaran antar keduanya sebagai agama Tuhan) dan semakin

banyaknya gereja menjadi penetrasi dalam setiap kehidupan masyarakat.29

Perbedaan dakwah Muhammadiyah dengan Serikat Islam (SI) terletak

pada bentuk dan cara berkompromi dengan Belanda. Kalau Muhammadiyah

dengan cara mendirikan sekolah-sekolah model Belanda, menerima bantuan

dari pemerintah Kolonial dan melakukan pendekatan budaya terhadap

masyarakat. SI malah sebaliknya, melakukan pendekatan politik, tidak

kooperatif dengan Belanda dan lebih terfokus pada masalah perdagangan dan

perekonomian.30

Muhammadiyah dengan NU sama-sama sebagai gerakan kelas

menengah. Dimana NU sebagai gerakan dan ortodok, yang menerima respons

dari kalangan haji-haji kaya di desa. Sedang Muhammadiyah sebagai gerakan

puritan dan reformis, mendapat respon dari kalangan pedagang dan

pegawai.31. Dalam dimensi keIslaman Muhammadiyah tidak bermazhab,

sedang NU mempertahankan salah satu dari empat madzahab fiqh

29 Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm 159-188. 30 Sujarwanto & Haedar (Ed.).1990. Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan:

Dialog Intelektual. Yogyakarta : Tiara Wacana, hlm. 421-422 dan Mustofa Kamal Pasha. Muhammadiyah Sebagai…, hlm.56.

31 W. Van Houve.1987.Indonesia Di bawah Kekuasaan Jepang. Jakarta : Dunia Pustaka, hlm.70

Page 22: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

64

(Syafi’iyah). Untuk masalah I’tiqad NU berpegang pada Ahlus Sunah

Waljama’ah. 32

Sumatera Thawalib (ST) dan Muhammadiyah merupakan dua

organisasi berbasis pendidikan. Sumatera Thawalib lahir sebagai respon para

santri madrasah, surau Jembatan Besi Padang Panjang dan Surau Parabek

Bukit Tinggi. ST bercorak nasionalis dan radikal, karena berusaha meneruskan

perjuangan Paderi yang terbengkalai. Gerakan ini kemudian berpindah haluan

menjadi partai politik, Partai Muslim Indonesia (PERMI), yang bertujuan

meciptakan kemerdekaan Indonesia dan Islam jaya.33

Muhammadiyah dalam beberapa aspek gerakan hampir sama dengan

Al Irsyad, baik pendidikan, purifikasi ajaran, sosial maupun dakwah Islam.

Bisa dikatakan antara keduanya dan PERSIS merupakan Trio Pembaharuan

awal abad 20 yang paling dikenal.34

Persatuan Islam (PERSIS) lebih radikal dalam berdakwah daripada

Muhammadiyah. Dia menyerang kelompok tradisonalis, nasionalis dan

sekuleris. Gaya pemikirannya mirip dengan Ibnu Taimiyah. Dari sisi

pemurnian tauhid dan fiqh, hampir sama dengan Muhammadiyah.35

C. Cakupan Dakwah Purifikasi Muhammadiyah

32 Mustofa Kamal Pasha.Muhammadiyah Sebagai…, hlm.58. 33 Burhanuddin Daya. 1990. Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam Sumatera

Thawalib. Yogyakarta : Tiara Wacana, hlm 93 dan 369-370. 34 Syafiq A. Mughni. Nilai-Nilai…, hlm. 5-6 dan Mustofa Kamal Pasya & Adaby.

Muhammadiyah sebagai…, hlm. 56 35 Syafiq A. Mughni. Nilai-Nilai…, hlm.132 dan Mustofa Kamal Pasya & Adaby.

Muhammadiyah sebagai…, hlm. 58.

Page 23: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

65

Kajian cakupan dakwah purifikasi Muhamadiyah menurut penulis bisa

diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama, doktrin Aqidah (teologi),

kedua, Fiqh dan ketiga, sufisme-filsafat. Pembagian ini dilakukan untuk

mensamakan pokok-pokok ajaran yang ada pada Muhammad Ibnu Abdul

Wahhab.

Pertama, doktrin aqidah. Secara total dakwah Muhammadiyah

memerangi penyimpangan ajaran Islam seperti, syirik, bid’ah khurafat dan

taklid. Semua merupakan benalu yang dapat merusak aqidah dan ibadah

seseorang. Dalam hal lain dakwah purifikasi Muhammadiyah juga mengalami

perkembangan tidak hanya memurnikan ajaran Islam saja tetapi melakukan

pembaharuan diberbagai sektor kehidupan, semacam penyantunan fakir

miskin, pengelolaan Rumah Sakit, Qurban dan sebagainya.36

Dalam pandangan Ahmad Dahlan Aqidah adalah sebuah kepercayaan

dekat dengan Allah, kembali pada Al Qur’an, mengorbankan harta dan jiwa

pada Allah serta mantap dalam menegakkan agama Islam. Gambaran tentang

hal ini bisa disimak dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 45 dan Al Hujurot

ayat 15. 37.

Agar lebih spesifik dalam melihat doktrin aqidah Muhammadiyah,

maka arah kajian akan melibatkan sisi teologi menurut putusan Majelis Tarjih

Muhammadiyah. Adapun kajian teologi dapat dibagi dalam tiga hal.

36 Mustofa Kamal Pasha & Adaby. Muhammadiyah sebagai…, hlm. 115. 37 K.R.H.Hadjid. 1996. Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat Al

Qur’an. Semarang : PW. Muhammadiyah Jawa Tengah, hlm. 36-37.

Page 24: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

66

Pertama, membahas tentang perbuatan manusia. Majelis Tarjih

Muhammadiyah mengenai hal ini berpendapat dalam bab qadla dan Qadar

sebagai berikut,

Adapun segala yang dilakukan manusia itu segalanya atas qadla dan qadarNya. Sedang manusia sendiri hanya dapat berikhtiar. Dengan demikian segala ketentuan adalah dari Allah dan usaha adalah bagian manusia. Perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan hasil usaha sendiri. Tetapi dilihat dari segi kekuasaan Allah perbuatan manusia itu adalah ciptaan Allah.

Kedua, tentang kada dan kadar, Majelis Tarjih berpandangan,

Kita wajib percaya bahwa Allahlah yang telah menciptakan segasla sesuatu dan Dia telah menyuruh dan melarang. Dan perintah Allah adalah kepastian yang telah ditentukan. Bahwasannya Allah telah menetukan sesuatu sebelum Dia menciptakan segala kejadian dan mengatur segala yang ada dengan pengetahuan, ketentuan, kebijaksanaan dan kehendak. Adapun segala yang dilakukan manusia itu semua atas Qadla dan Qadar-Nya.

Ketiga, tentang sifat-sifat Tuhan. Dalam bagian ini Majelis Tarjih menjelaskan

pula pandangannya tentang sifat sifat Tuhan, peran akal dan corak aqidah

Muhammadiyah. Untuk masalah sifat-sifat Tuhan, Majelis Tarjih

berpandangan sama terhadap konsep sifat-sifat Allah pada umumnya. Masalah

akal di jelaskan sebagai berikut,

Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai akal dalam hal kepercayaan. Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang zat Allah dan hubungannya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah engkau bicarakan hal itu. Tidak ada kesangsian tentang adanya. Adakah orang ragu tentang Allah yang menciptakan langit dan bumi?.

Himpunan Putusan Tarjih tentang aqidah Muhammadiyah menjelaskan,

Inilah pokok-pokok aqidah yang benar yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits yang dikuatkan oleh pemberitaan-pemberitaan yang mutawatir. Maka barang siapa percaya akan semuanya itu dengan keyakinan yang

Page 25: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

67

teguh, maka masuklah ia dalam golongan yang berpegang pada kebenaran dan tuntunan Nabi serta lepas dari ahli bidah dan kesesatan. 38

Kedua, doktrin fiqh. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa

dalam urusan fiqh, Muhammadiyah sama dengan aqidah dan teologi, tidak

bermadzhab kepada madzhab fiqh manapun. Meski umat muslim Indonesia

kebanyakkan Syafi’iyah.

Arah bidikan fiqh Muhammadiyah tentu tidak bisa lepas dari syariah

(Al Syariat), yaitu peraturan-peraturan, hukum-hukum yang ditetapkan oleh

Allah dan terdapat dalam Al Qur’an serta Sunah. Untuk masalah syariah

Muhammadiyah juga menyerahkan fiqh pada ijtihad majelis tarjih. Berbagai

masalah yang dikaji seputar syariah dan fiqh sebagai produk antara lain

masalah kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam dan metode istinbath

yang diterapkan.

Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang mutlak bagi

Muhammadiyah. Sedang dalam masalah hadits majelis tarjih Muhammadiyah

bersifat selektif. Ia mengambil hampir semua jenis hadits untuk dijadikan

dalil, baik yang daif mursal, mauquf dan sebagainya, meskipun dengan

persyaratan tertentu.39

Metode istinbath mencakup hukum antara lain qiyas, istihsan dan al

maslahat wal mursalat. Tiap-tiap madzhab mempunyai perbedaan tersendiri

38 Arbiyah Lubis. Pemikiran Muhammadiyah…, hlm. 74-78 39 Beberapa hadits yang diperdebatkan dan dijadikan hujjah oleh Muhammadiyah.

Pertama, hadits mauquf, mursal thabii, mursal shahab dan hadits dlaif. Keempat hadits ini bila tidak ada qorinahnya maka tidak bisa dijadikan hujjah. Kedua,Jarh ( cela ) didahulukan dari pada ta’dil sesudah ada keterangan yang jelas dan sah menurut anggapan syara. Baca : PP. Muhammadiyah. 1972. Himpunan Putusan Majelis Tarjih. Jakarta : PP Muhammadiyah Press, hlm 300-301.

Page 26: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

68

terhadap metode ini, khususnya untuk mencari kepastian hukum.

Muhammadiyah dalam masalah ini menyerahkan sepenuhnya pada majelis

tarjih dengan ijtihadnya.40

Ketiga, doktrin tasawuf dan filsafat. Sebagaimana telah disebutkan

dimuka bahwa kedua doktrin ini tidak digambarkan secara jelas dalam diri

Muhammadiyah. Data yang ditemukan hanya seputar tanggapan beberapa

tokoh Muhammadiyah tentang tasawuf, sedang masalah filasafat sangat

minim.

Ahmad Dahlan tumbuh dalam lingkungan intelektual dan kultural yang

berakar pada tradisi sufi. Menurutnya, dalam tasawuf kita harus bisa membuat

perbedaan tegas antara ritual ekstatis, tarekat-tarekat, dan sufi popular. Pada

sisi lain karakteristik tasawuf yang sehat, lebih banyak dipraktekkan oleh

beberapa kelompok dan elit tertentu. Dari gambaran ini Dahlan lebih mencari

jalan tengah dalam menyikapi masalah tasawuf 41.

Tasawuf dalam pandangan HAMKA lebih diarahkan pada tasawuf

modern. Dimana spiritualitas baik dalam bentuk tasawuf, ihsan, maupun ahlak

menjadi kebutuhan sepanjang hidup manusia dalam semua tahap

perkembangan masyarakat. Untuk masyarakat yang masih berkembang,,

spiritualisme harus berfungsi sebagai pendorong untuk meningkatkan etos

kerja dan bukan pelarian dari ketidakberdayaan masyarakat untuk mengatasi

tantangan hidupnya. Sedang bagi masyarakat maju-industrial, spiritualisme

berfungsi sebagai tali pengghubung dengan Tuhan. Namun demikian, tasawuf

40 Arbiyah Lubis. Pemikiran Muhammadiyah…, hlm. 84-89 41 Alwi Shihab. Membendung Arus…, hlm 134-135

Page 27: bab III REVISI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perjalanan ibadah tersebut beliau bertemu dengan tokoh pembaharuan

69

tidak bisa dipisahkan dari kerangka pengamalan agama, dan karena itu harus

berorientasi pad Al Qur’an dan Sunah.42

42 Syafiq.A. Mughni Nilai-nilai…, hlm. 195. Untuk pandangan Muhammadiyah tentang

tasawuf, bisa melihat pada pendapat DR. Simuh dan DR Amin Abdullah. Menurutnya ada tiga hal yang melandasi Muhammadiyah cenderung menolak tasawuf. Pertama, spiritualitas sufisme membawa ekstrimitas pada spiritualitas kasfyi, yakni kontemplasi spiritual-religius yang sering kali berakhir pada wahdat alwujud. Sedang spiritualitas Islam sejati berdasar pada syar’i. Kedua, spiritualitas sufisme tidak bisa melepaskan diri dari ekstrimitas yang berorientasi pada pemenuhan nafsu egosentris dalam melakukan hubungan dengan Allah. Dalam spiritualitas Islam sejati ada keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Ketiga, tasawuf dahulunya adalah praktek zuhud yang bersifat terbuka, kemudian dilegalkan secara eksklusif menjadi lembaga dan tarekat. Muhammadiyah melihat tasawuf bukanlah bentuk spiritualitas yang representatif dari ajaran Islam (Al Qur’an dan sunah). Baca : Haedar Nasir.2000. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Biograf, hlm 22-23.