tinjauan hukum islam terhadap pengikraran...

84
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF (Studi Kasus Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: MUHAMMAD SYAH ROFIUDDIN 0 7 2 1 1 1 0 3 2 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Upload: phamanh

Post on 30-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF

(Studi Kasus Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

MUHAMMAD SYAH ROFIUDDIN

0 7 2 1 1 1 0 3 2

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

ii

DRS. H. AHMAD GHAZALI, M.S.I.

Jln. Suburan Barat 171 RT. 05/II Mranggen

Demak

AFIF NOOR, S.AG., S.H., M.H.

Bangetayu Ragency No. 16 RT. 09/I Genuk

Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Muhammad Syah Rofiuddin

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirimkan naskah Saudara:

Nama : Muhammad Syah Rofiuddin

Nomor Induk : 072111032

Jurusan : Ahwal Al-Syakhsiyah

Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengikraran

Kembali Tanah Wakaf

(Studi Kasus Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan)

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Ahmad Ghazali, M.S.I. Afif Noor, S.Ag., S.H., M.H.

NIP. 19530524 199303 1 001 NIP. 19760615 200501 1 005

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARI’AH Jl.Prof. Dr. Hamka, Kampus III Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Muhammad Syah Rofiuddin

NIM : 072111032

Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengikraran

Kembali Tanah Wakaf

(Studi Kasus Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan)

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat

cumlaude / baik / cukup, pada tanggal:

28 Juni 2012

dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun

akademik 2011/2012

Semarang, 28 Juni 2012

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Achmad Arief Budiman, M.Ag Afif Noor, S.Ag., S.H., M.H.

NIP. 19691031 199503 1 002 NIP. 19760615 200501 1 005

Penguji I Penguji II

Drs. Slamet Hambali, M.S.I. Rupi’i, M.Ag.

NIP. 19540805 198003 1 005 NIP.19730702 199803 1 002

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Ahmad Ghazali, M.S.I. Afif Noor, S.Ag., S.H., M.H.

NIP. 19530524 199303 1 001 NIP. 19760615 200501 1 005

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi

materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain

atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak

berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang

dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2012

Deklarator,

Muhammad Syah Rofiuddin

NIM. 072111032

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

v

ABSTRAK

Wakaf merupakan bagian hukum Islam yang mendapatkan pengaturan

secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sejak Islam

masuk di Indonesia, tata cara perwakafan cukup dilakukan berdasarkan ketentuan

fiqh yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh klasik. Menurut pendapat Imam Al-

Syafi’i, Malik, dan Ahmad, wakaf dianggap sah dengan adanya lafadz atau sighat

walaupun tidak ditetapkan oleh hakim. Namun dalam peraturan perundang-

undangan di Indonesia, wakaf dianggap sah apabila pihak yang mewakafkan

mengikrarkan kehendaknya secara jelas dan tegas kepada nadzir di hadapan

PPAIW yang kemudian menuangkannya dalam bentuk ikrar wakaf dan disaksikan

oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi dengan melengkapi syarat-syarat

administratif yang di antaranya adalah menyerahkan surat-surat tanda bukti

kepemilikan harta benda. Terdapat kasus pengikraran kembali tehadap tanah

wakaf yang terjadi di Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang

dilakukan oleh salah satu ahli waris wakif.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan (1)

bagaimana proses pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?, (2) bagaimana pandangan hukum Islam

terhadap pengikraran kmbali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang bermaksud memahami fenomena-fenomena yang menghasilkan

analisis dan tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantifikasi

lainnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

suatu penelitian yang meneliti obyek di lapangan untuk mendapatkan data dan

gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Data lapangan diperoleh secara langsung melalui

interview dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, dilihat dari proses pengikraran

kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan merupakan bentuk kesadaran wakif dan ahliwaris wakif

bahwa antara nilai ibadah wakaf (aspek vertikal) dengan nilai kemanusiaan (aspek

horizontal) harus berjalan berdampingan. Dilihat dari sudut wakif, wakaf

dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah yang terhindar dari sombong dan riya.

Sementara dari sudut administrasi wakaf dilakukan untuk menegakkan tertib

administrasi dan menjamin kepastian hukum serta pelestarian benda wakaf agar

pendayagunaannya dapat dilakukan secara maksimal dan terhindar dari upaya

pemindahan kepemilikan. Kedua, hukum Islam memandang bahwa pengikraran

kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan adalah tidak sah, karena adanya penghalang yaitu unsur

paksaan dan hak orang lain. Namun pengikraran kembali tersebut boleh dilakukan

demi mendapatkan suatu kemaslahatan umum dan menolak adanya kamadharatan

yang mungkin terjadi.

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

vi

KATA PENGANTAR

Tidak ada ungkapan hati yang lebih berharga dari rasa syukur penulis

kepada Allah SWT atas taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF (Studi Kasus

Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan). Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad

SAW.

Dalam susunan skripsi ini sudah barang tentu terdapat banyak kekurangan

atau kelemahan, tetapi itulah hasil ikhtiar yang telah penulis lakukan dalam

menyusun skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa usaha penyusunan skripsi ini

dapat terlaksana hingga selesai karena bantuan dari berbagai pihak, baik dalam

bentuk materi, saran, koreksi, motifasi, maupun do’a. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih secara tulus dan mendalam kepada:

1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang.

2. Ibu Anthin Lathifah, M. Ag. dan Ibu Nur Hidayati Setyani, S.H., M.H. selaku

ketua jurusan dan sekretaris jurusan Al-Ahwal Al- Syakhsiyah Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

3. Bapak Drs. H. Ahmad Ghozali, M.S.I dan Bapak Afif Noor, S.Ag., S.H.,

M.H. selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

vii

waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta staf dan

karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan fasilitas pelayanannya.

5. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, baik secara

materiil, moril, maupun spirituil.

6. Teman-teman yang telah dan selalu memberikan warna yang indah dalam

kehidupan penulis.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis maupun pembaca. Akhir kata, penulis berdoa semoga Allah SWT akan

membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

baik materi maupun moril kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semarang, 6 Juni 2012

Penulis,

Muhammad Syah Rofiuddin

NIM: 072111032

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

viii

MOTTO

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu

menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu

nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”1

(Q.S. Ali Imran: 92)

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Penerbit J-ART , h. 63

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

ix

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini sepenuhnya untuk orang-orang yang

memberi arti dalam perjalanan hudupku:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat

kepadaku.

2. Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan kecerian dalam kehidupanku.

3. Teman-teman se-Himpunan yang telah memberikan semangat perjuangan

(Yakin-Usaha-Sampai).

4. Teman-taman kos 41 yang telah menemaniku hidup di Semarang

5. Semua pihak yang telah ikut serta membantu dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ………………………………………. ii

Halaman Pengesahan ……………………………………………………… iii

Halaman Deklarasi ………………………………………………………… iv

Abstrak ……………………………………………………………………... v

Kata Pengantar .............................................................................................. vi

Halaman Motto .............................................................................................. viii

Halaman Persembahan ................................................................................. ix

Daftar Isi ……………………………………………………………………. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………... 6

D. Telaah Pustaka ……………………………………………. 7

E. Metode Penelitian ………………………………………… 11

F. Sistematika Penulisan …………………………………….. 14

BAB II : KONSEP UMUM TENTANG WAKAF

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf ……………………. 17

B. Rukun dan Syarat Sah Wakaf ……………………………. 22

C. Macam-Macam Wakaf …………………………………… 32

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

xi

BAB III : PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF

MUSHOLA AN-NUR DESA BOLOH KECAMATAN

TOROH KABUPATEN GROBOGAN

A. Gambaran Umum Tentang Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ………….. 34

1. Profil Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan ……………………………………………... 34

2. Sejarah Berdirinya Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ……………... 39

3. Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ……………... 40

B. Pengikraran Kembali Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ………….. 41

1. Proses Pengikraran Kembali Tanah Wakaf Mushola

An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan ……………………………………………... 41

2. Ketentuan Hukum Islam Terhadap Pengikraran

Kembali Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ……………... 43

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

xii

BAB IV : ANALISIS PENGIKRARAN KEMBALI TANAH

WAKAF MUSHOLA AN-NUR DESA BOLOH

KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

A. Analisis Proses Pengikraran Kembali Tanah Wakaf

Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan ……………………………………... 48

B. Analisis Ketentuan Hukum Islam Terhadap Pengikraran

Kembali Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan …………………. 54

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………….. 67

B. Saran-Saran ………………………………………………. 68

C. Penutup …………………………………………………… 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf adalah salah satu bagian hukum Islam yang mendapat

pengaturan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dengan

demikian wakaf merupakan salah satu lembaga hukum Islam yang telah

menjadi hukum positif di Indonesia.

Wakaf sebagai bagian dari hukum Islam di samping berfungsi sebagai

ibadah kepada Allah, wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai

ibadah, wakaf diharapkan menjadi bekal bagi kehidupan wakif (pemberi

wakaf) di hari akhir, karena pahalanya akan terus menerus mengalir selama

harta wakaf tersebut dimanfaatkan. Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW:

حدثىب حى ثه اة قتجة عىى اثه سعد اثه حجر قبلا حدثىب اسمعل اثه

وسلم قال إذا لى اهلل عليعه ابي ريرة ان رسول اهلل ص جعفر عه العالء عه اث

او علم يىتفع ب, او جارية صدقةاال مه ةاوقطع عى عمل إال مه ثالث مات االوسان

1 سلم. رواي مولد صالح يدعو ل

Artinya: Telah mengabarkan pada kami dari Yahya bin Ayub dan

QutaibahYa’ni bin Sa’id dan Ibn Hujrin dari Ismail ibn Ja’far dari

Al-Ala’ dari bapaknya dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah

SAW, telah bersabda: apabila mati anak Adam, putuslah amalnya,

kecuali tiga (perkara): shadaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat

atau anak shalih yang mendoakannya.

Hadis di atas bermakna bahwa amal anak Adam (manusia) yang telah

mati itu terputus pembaharuan pahalanya, kecuali di dalam ketiga perkara

1 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim

Jilid 3, Beirut, Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah, 1992, h.73

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

2

tersebut, karena ketiganya berasal dari satu nasabnya, yaitu anaknya, ilmu

yang ditinggalkannya, dan shadaqah jariyahnya itu senantiasa berasal dari

usahanya.2 Para ulama’ membelokkan arti shadaqah jariyah kepada wakaf,

bukan kepada semacam mewasiatkan kemanfaatan-kemanfaatan yang

mubah.3

Jelaslah bagi kita bahwa wakaf bukan hanya sedekah biasa, tetapi

lebih besar ganjaran dan manfaatnya terhadap diri yang berwakaf itu sendiri

karena ganjaran wakaf itu terus mengalir selama barang wakaf tersebut masih

berguna. Oleh karenanya syariat Islam melarang untuk menjual, mewariskan,

ataupun menghibahkan benda wakaf tersebut. Hal ini sebagaimana yang

diriwayatkan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW:

عه اثه عمر حدثىب حى ثه حى التمم أخجروب سلم ثه اخضر عه اثه عن عه وبفع

ستأمري فب, فقبل: صلى اهلل علي وسلمالىج ىقبل: اصبة عمر ارضب ثخجر, فبت

فمب تأمروى رسل اهلل, او اصجت ارضب ثخجر لم اصت مبال قط اوفس عىدي مى ب

قبل )ان شئت حجست اصلب تصدقت ثب( قبل: فتصدق ثب عمر: او الجبع ث؟

ى, ف ف الفقراء, ف القرث عمرفتصدق قبل: اصلب, ال رث, ال ت,

الرقبة, ف سجل اهلل اثه السجل, الضف, ال جىبح على مه لب ان أكل مىب

4 رواي مسلم .فغرمتمل بطعم صدقاثبلمعرف,

Artinya: “Telah mengabarkan pada kami dari Yahya bin Yahya Al-Tamim

dari Sulaim bin Ahdhar dari Ibn Aun dari Nafi’ dari Ibn Umar, ia

berkata: Umar ra. mendapat sebidang tanah di Khaibar kemudian ia

menghadap Nabi saw. untuk meminta petunjuk tentang

pemanfaatannya. Umar berkata: Wahai Rasulullah, saya mendapat

sebidang tanah di Khaibar yang belum pernah saya dapatkan harta

lain yang lebih berharga darinya. Apa saran engkau tentang hal ini?

Beliau bersabda: Jika kamu suka, kamu bisa mewakafkan asetnya

2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 4, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, hlm. 423

3 Aliy As’ad, Terjamah Fathul Mu’in jilid 2, Kudus: Menara Kudus, hlm. 344

4 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj, Op Cit., h.1255

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

3

dan bersedekah dengan hasilnya. Maka Umar bersedekah dengan

hasilnya atas dasar asetnya tidak boleh dijual, dibeli, diwarisi atau

dihibahkan. Umar bersedekah kepada fakir-miskin, kerabat, untuk

memerdekakan budak, jihad di jalan Allah, ibnu sabil serta tamu.

Tidak dosa bagi orang yang mengurusnya memakan sebagian

hasilnya dengan cara yang baik atau untuk memberi makan seorang

teman tanpa menyimpannya.

Hadis di atas menerangkan bahwa Umar menyedekahkan manfaatnya

dengan syarat tanah itu tidak akan dijual, tidak diberikan, dan tidak juga

diwariskan. Tanah itu diwakafkan untuk orang-orang fakir, kaum kerabat,

memerdekakan hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Tidak ada

halangan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagian darinya

dengan cara yang ma’ruf dan juga memakannya tanpa menganggap bahwa itu

tanahnya sendiri.5 Demikian halnya dalam Undang-Undang RI Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf, menyatakan bahwa “harta benda wakaf yang

sudah diwakafkan dilarang dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual,

diwariskan, ditukar, atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya”.6

Adapun suatu benda itu dapat dinyatakan sah dan berlaku sebagai

benda wakaf, apabila melalui salah satu dari dua perkara. Pertama, dengan

perbuatan yang menunjukkan hal tersebut, seperti jika seseorang membangun

masjid dan mengumandangkan adzan. Semua itu tidak memerlukan

keputusan hakim. Kedua, dengan ucapan, baik itu dengan tegas (sharih)

ataupun dengan tersembunyi (kinayah).7 Namun Al-Imam Al-Syafi’i

berpendapat bahwa wakaf itu suatu ibadat yang disyariatkan dan telah berlaku

5 Sayyid Sabiq, Op. Cit.,hlm. 426

6 Pasal 40 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

7 Sayyid Sabiq, Op. Cit.,hlm. 427

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

4

dengan sebutan lafad.8 Artinya bahwa dengan perbuatan saja tidaklah cukup,

bahkan belum dikatakan sebagai wakaf apabila tidak disertai dengan ucapan.

Apabila seseorang yang berwakaf melakukan sesuatu yang

menunjukkan makna wakaf atau mengucapkan dengan menggunakan kata-

kata wakaf, maka wakaf menjadi suatu keharusan dengan syarat orang yang

berwakaf adalah orang yang sah dalam tindakannya. Menurut pendapat Imam

Al-Syafi’i, Malik, dan Ahmad, wakaf dianggap sah dengan adanya lafadz

atau sighat walaupun tidak ditetapkan oleh hakim.9 Jika wakaf telah berlaku,

maka tidak boleh dijual, dihibahkan, diwariskan, dan diperlakukan dengan

sesuatu yang dapat menghilangkan kewakafannya.10

Wakaf sebagai bagian dari hukum Islam yang telah menjadi hukum

positif di Indonesia, maka untuk menghindari terjadinya sesuatu yang dapat

menghilangkan kewakafannya disusunlah aturan-aturan tentang wakaf. Salah

satunya dalam Instruksi Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyatakan bahwa “Pihak-pihak yang

mewakafkan harus mengikrarkan kehendaknya secara jelas dan tegas kepada

Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud

8 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan

Antar Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm.146 9 Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat

Mazhab,Terj. Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah, Bandung: Hasyimi, 2010, h. 306 10

Sayyid Sabiq, Loc. Cit.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

5

dalam pasal 215 ayat (6),11

yang kemudian menuangkannya dalam bentuk

ikrar wakaf dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 orang saksi”.12

Terdapat sebuah kasus perwakafan yang terjadi di Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang perwakafannya dilakukan

dengan ikrar wakaf sebanyak dua kali oleh orang yang berbeda terhadap

benda yang sama. Hal itu terjadi karena setelah ikrar oleh orang pertama yang

hanya dilakukan secara lisan atau menurut fiqh, bukti kepemilikan terhadap

benda wakaf tersebut telah berpindah nama dari orang pertama kepada orang

kedua. Sehingga demi mendapatkan pengakuan negara terhadap benda wakaf

tersebut orang kedua mengikrarkan kembali benda wakaf tersebut dihadapan

PPAIW.

Berdasarkan dari uraian singkat di atas, penulis tertarik untuk

mengkaji dan menganalisis kasus di atas dalam sebuah skripsi yang berjudul:

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN

KEMBALI TANAH WAKAF (Studi Kasus Tanah Wakaf Mushola An-

Nur Desa Boloh Kec. Toroh Kab. Grobogan).

11

KHI Pasal 215 ayat (6) menyebutkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

yang selanjutnya disingkat PPAIW adalah petugas pemerintah yang diangkat berdasarkan

peraturan-peraturan yang berlaku, berkewajiban menerima ikrar dan wakaf dan

menyerahkannya kepada Nadzir serta melakukan pengawasan untuk kelestarian perwakafan 12

Departemen Agama RI, Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam Pasal 218 ayat (1), Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, 2000, hlm. 101

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

6

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pengikraran kembali tanah

wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pengikraran kembali tanah wakaf Mushola

An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

b. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap pengikraran

kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

7

2. Manfaat Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis berharap agar karya ini dapat

memberikan manfaat untuk:

a. Secara teoritis, menambah wawasan keilmuan dan keagamaan dalam

masalah yang berhubungan dengan ikrar wakaf.

b. Secara praktis, memberikan kontribusi pemikiran sebagai bahan

pelengkap dan penyempurna bagi studi selanjutnya, khususnya

mengenai pengikraran wakaf.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam

suatu penelitian. Telaah pustaka ini berfungsi untuk menjelaskan kedudukan

atau posisi penelitian dari penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan.

Selain itu, telaah pustaka dapat menghindarkan peneliti dari pengulangan atau

duplikasi penelitian yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini adalah

bebarapa hasil pemikiran yang berhubungan dengan skripsi yang penulis

bahas:

1. Skripsi yang ditulis oleh Syamsul Huda, berjudul “Tata Cara Ikrar Wakaf

Studi Komparasi Fiqh Klasik dan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf” (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga,

2009). Salah satu usaha reformasi hukum yang dilaksanakan adalah

adanya pembaharuan dalam sistem pewakafan terutama dalam hal tata

cara ikrar wakaf. Ikrar wakaf dan sertifikat tanah wakaf sangat

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

8

mempengaruhi terhadap benda wakaf untuk menghindari hilangnya atau

penyalahgunaan harta wakaf dari tujuan semula yang menjadi obyek

persengketaan para pihak yang berkepentingan. Ketidakjelasan status

benda wakaf sehingga harta wakaf tidak dikelola secara baik dan benar

karena disebabkan tidak adanya bukti tertulis. Di dalam fiqh klasik,

perihal tata cara ikrar wakaf juga dijelaskan mengenai statemen agar

tercapainya perwakafan, akan tetapi permasalahannya berbeda dengan

tempat, situasi, dan kondisi perkembangan masyarakat pada saat ini

sehingga tidak relevan digunakan pada masa seperti sekarang ini. Hal ini

mengakibatkan banyak aset wakaf yang disalah gunakan, terbengkalai,

dan pindah tangan, padahal wakaf adalah amanah yang harus

disampaikan pada tujuannya sebagai amal jariyah wakif.

2. Skripsi yang ditulis oleh Inna Nurul Khalifah, berjudul “Analisis Faktor-

Faktor Penyebab Wakaf di Bawah Tangan Tahun 2001-2005 (Studi

Kasus di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora)”, (Semarang: Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo, 2007). Wakaf di bawah tangan mempunyai

pengertian bahwa secara legal formal (fikih) Islam dapat dinyatakan sah.

hal ini didasarkan pada alasan bahwa pada saat pelaksanaan wakaf di

bawah tangan semacam itu, semua syarat dan rukun wakaf yang telah

ditentukan telah terpenuhi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

dilakukanya wakaf di bawah tangan adalah kebiasaan (tradisi) lisan

dalam masyarakat, kurangnya pendidikan dan pemahaman tentang

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

9

pentingnya pencatatan demi kuatnya hukum atas tanah wakaf dan

mahalnya biaya sertifikasi tanah wakaf.

3. Skripsi yang ditulis oleh Ali Maghfur, berjudul “Kesadaran Hukum

Masyarakat dalam Sertifikasi Tanah Wakaf (Studi Kasus di Wilayah

KUA Ngaliyan Kota Semarang)”, (Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo, 2008). Pengetahuan dan pemahaman hukum masyarakat

tentang hukum sertifikasi tanah wakaf dipengaruhi oleh: pertama,

masyarakat tidak pernah secara nyata memperoleh pendidikan tentang

peraturan secara tertulis, khususnya masalah sertifikasi tanah wakaf.

Kedua, pensertifikatan tanah wakaf merupakan masalah yang jarang

terjadi, umumnya hanya pada masyarakat yang melakukan tindakan

hukum terhadap tanah wakaf. Ketiga, hukum sertifikasi tanah merupakan

berada pada hukum perdata sehingga peranan hukum dan perundang-

undangan tidak tampak jika tidak ada perkara yang diangkat. Sikap dan

pola perikelakuan masyarakat dalam hal ini merupakan sikap dan pola

perikelakuan yang berdasar pada hukum Islam yang selama ini menjadi

kebiasaan dalam melakukan perbuatan dan di sisi lain sikap dan pola

perikelakuan masyarakat merupakan sikap instrumental yang merupakan

sikap mempertimbangkan untung dan rugi suatu kaidah hukum.

4. Skripsi yang ditulis oleh Khasbuna, berjudul “Analisis hukum Islam

Tentang Pemaksaan Wakaf Jama’ah (Wakaf Khair) untuk Pembangunan

Masjid Al-Muttaqin Desa Rengas Pendawa Kec. Larangan Kab. Brebes”,

(Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2008). Proses pembelian

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

10

tanah yang dijadikan wakaf jama’ah di Desa Rengas Pendawa Kec.

Larangan Kab. Brebes menggunakan angket dan voting. Berdasarkan

hasilnya diketahui bahwa masyarakat tidak setuju mengingat harga yang

terlalu tinggi. Namun demi kemaslahatan bersama akhirnya proses

pembelian tanah tetap dilakukan. Hasil penelitian tersebut menghasilkan

bahwa menurut hukum Islam proses pelaksanaan wakaf jama’ah di Desa

Rengas Pendawa Kec. Larangan Kab. Brebes adalah sah menimbang

bahwa pelaksanaan wakaf jama’ah tersebut dilaksanakan untuk

kepentingan bersama, merujuk pada suatu maslahah amah, yaitu suatu

yang mengandung nilai manfaat dilihat dari kepentingan umat manusia

dan tiadanya nilai madharat yang terkandung di dalamnya, baik yang

dihasilkan dari kegiatan jalbul manfa’ah (mendapat manfaat) maupun

kegiatan daful mafsadah (menghindari kerusakan).

Dari beberapa telaah pustaka yang penulis lakukan di atas, menurut

penulis penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian-

penelitian yang telah ada dan dilakukan sebelumnya. Maka dalam skripsi ini,

secara garis besar penulis akan memfokuskan pada pembahasan tentang

pengikraran kembali tanah wakaf serta relevansinya dengan fiqh dan

peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

11

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan suatu metode

guna memperoleh data-data tertentu sebagai suatu cara pendekatan ilmiah

agar diperoleh suatu hasil yang baik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Adapun metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena-fenomena yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur

analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.13

Adapun jenis penelitian

ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian

yang meneliti obyek di lapangan untuk mendapatkan data dan gambaran

yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.14

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif

dengan pendekatan sosiologis. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan

secara rinci dan sistematis mengenai permasalahan yang ada dalam

pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Kemudian deskripsi ini akan

dianalisis menurut hukum Islam.

13

Anselm Straus, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Surabaya: PT. Bina Ilmu

Offset, 1997, hlm. 11 14

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992, hlm. 18

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

12

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh.15

Ada dua bentuk sumber data dalam

penelitian ini yang akan dijadikan penulis sebagai bahan informasi data

yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data pokok yang berkaitan dan diperoleh

secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data

primer adalah sumber data yang memberikan data penelitian secara

langsung.16

Sumber data primer yang digunakan penulis adalah data

yang diperoleh dari hasil wawancara (interview) terhadap nadzir, ahli

waris wakif, pengurus takmir Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, dan atau yang lainnya yang

berkaitan dengan obyek yang diteliti, yaitu tentang pengikraran

kembali tanah wakaf mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan. Selain data yang diperoleh dari interview,

penulis juga menggunakan data primer yang berupa dokumen yang

berkaitan dengan penelitian ini. Adapun dokumen tersebut adalah

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006, hlm. 129 16

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 1991, hlm. 87-88

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

13

akta ikrar wakaf dan sertifikat tanah wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan jenis data yang dapat dijadikan sebagai

pendukung data pokok. Data sekunder dapat diartikan sebagai

sumber data yang memberikan informasi atau data tambahan yang

dapat memperkuat data pokok.17

Data sekunder akan diperoleh dari

karya-karya atau tulisan-tulisan lain yang membahas permasalahan

yang dapat digunakan penulis untuk membandingkan atau

melengkapi data pokok.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis melakukan pengumpulan data melalui beberapa metode, antara

lain:

a. Metode Wawancara (interview)

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara nara sumber dan pewawancara. Tujuan dari

wawancara ini adalah untuk mendapatkan data dari informan yang

terkait dengan pengikraran kembali tanah wakaf mushola An-Nur

17

Sumardi Suryabrata, Op.Cit., hlm. 85

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

14

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Wawancara ini

akan dilakukan oleh peneliti kepada nadzir, ahli waris wakif,

pengurus takmir Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan, dan atau yang lainnya.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan lain

sebagainya.18

Dokumen yang akan dipenulis teliti adalah akta ikrar

wakaf dan sertifikat tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

4. Metode Analisis Data

Analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode analisis dengan

mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara

sistematis dan akurat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran-gambaran yang jelas serta

mempermudah dalam pembahasan, maka penulis membuat sistematika

sebagai berikut:

18

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 231

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

15

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : KONSEP UMUM TENTANG WAKAF

Pada bab ini membahas tentang pengertian dan dasar hukum

wakaf, rukun dan syarat sah wakaf, macam-macam wakaf.

BAB III : PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF MUSHOLA

AN-NUR DESA BOLOH KECAMATAN TOROH

KABUPATEN GROBOGAN

Dalam bab ini penulis akan menggambarkan secara singkat

tentang gambaran umum tentang wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang berisi

tentang profil Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan, sejarah berdirinya Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, proses pengikraran

kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan, dan ketentuan hukum Islam

terhadap pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

16

BAB IV : ANALISIS PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF

MUSHOLA AN-NUR DESA BOLOH KECAMATAN TOROH

KABUPATEN GROBOGAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang analisis

terhadap pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, serta

analisis ketentuan hukum Islam terhadap pengikraran kembali

tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang menyajikan kesimpulan dari

pembahasan pada bab-bab sebelumnya, saran-saran, dan diakhiri

dengan penutup.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

17

BAB II

KONSEP UMUM TENTANG DAN WAKAF

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf

Wakaf berasal dari bahasa Arab al-waqf bentuk masdar dari waqofa -

yaqifu – waqfan yang artinya berdiri atau berhenti.1 Kata al-waqf mempunyai

makna yang sama dengan al-habs bentuk masdar dari habasa - yahbisu -

habsan yang artinya menahan.2 Maksud menahan di sini adalah yang

berkenaan dengan harta dalam pandangan hukum Islam.3

Sedangkan menurut peristilahan syara’, dalam fiqh klasik ulama‟

berbeda redaksi dalam memberikan rumusan. Dalam Fiqhus Sunnah, Sayyid

Sabiq mendefinisikan wakaf adalah menahan harta dan memberikan

manfaatnya di jalan Allah.4 Berbeda halnya dengan Syaikh Zainuddin bin

Abdul Aziz al-Malibariy dalam Fathul Mu’in yang menyebutkan bahwa

wakaf adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan dalam keadaan

barangnya masih tetap dengan cara memutus kepemilikan asal, untuk

diserahkan buat keperluan yang mubah dan berarah.5 Demikian halnya dalam

Fiqh Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah menyebutkan bahwa

wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan

1 Mahmud Junus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir Al-Qur‟an, 1973, h. 505 2 Ibid, h. 96

3 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005, h.7

4 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 4, Terj. Fiqhus Sunnah, Jakarta: Pena Pundi

Aksara, 2006, h. 423 5 Aliy As‟ad, Terjemah Fathul Mu’in Jilid 2, Kudus: Menera Kudus, tth, h. 344

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

18

menahan pemilikan asal (tahbisul asli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku

untuk umum.6

Selain definisi yang terdapat dalam fiqh klasik, di Negara Indonesia

juga terdapat rumusan wakaf sebagaimana terdapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 yang menyatakan bahwa;

“Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan

melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.7

Selain seperti yang terdapat dalam PP. No. 28 Tahun 1977, persoalan

wakaf telah diatur pula dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Definisi wakaf

tidak lagi dikhususkan pada tanah milik sebagaimana yang terdapat dalam PP.

No. 28 Tahun 1977. KHI menyebutkan dalam buku III tentang Hukum

Perwakafan dinyatakan;

“Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan

hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.8

Batasan yang terdapat dalam PP. No. 28 Tahun 1977 dan KHI

terdapat dua perbedaan, yaitu; pertama, dalam PP. No. 28 Tahun 1977 hanya

dikhususkan pada tanah milik, sedangkan KHI umum sifatnya tidak

mengkhususkan terhadap benda tertentu asalkan benda tersebut bersifat kekal,

tahan lama, dan melembagakannya untuk selama-lamanya. Kedua, hanya

perbedaan redaksionalnya saja. Sedangkan menurut Undang-Undang R.I.

6 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Terj. Al-Fiqh „ala Madzahib

Al-Khomsah, Jakarta: Basrie Press, 1994, h. 383 7 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik

pasal 1 ayat (1) 8 Kompilasi Hukum Islam pasal 215 ayat (1)

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

19

Nomor 41 Tahun 2004 definisi wakaf tidak hanya dapat melembagakannya

untuk selama-lamanya, tetapi juga dapat melembagakannya dalam jangka

waktu tertentu. UU. RI. No. 41 Tahun 2004 menyatakan bahwa;

“Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah”.9

Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalam ajaran Islam

tidak dijumpai secara tersurat dalam Al-Qur‟an. Namun demikian, terdapat

ayat-ayat yang memberi petunjuk dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum

wakaf. Ayat-ayat tersebut antara lain:

1. Q.S. Al-Baqarah [2]: 267

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari

apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah

kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan

daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.10

9 Undang-Undang R.I. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat (1)

10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Penerbit J-ART , h.

46

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

20

2. Q.S. Ali Imran [3]: 92

Artinya:“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang

kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka

Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.11

3. Q.S. Al-Hajj [22]: 77

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, agar kamu

beruntung”.12

Secara eksplisit dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan dengan tegas dan

jelas mengenai wakaf. Al-Qur‟an hanya menyebutkan dalam artian umum,

bukan khusus menggunakan kata-kata wakaf. Para ulama‟ fiqh menjadikan

ayat-ayat umum tersebut sebagai dasar wakaf dalam Islam seperti ayat-ayat

yang berbicara tentang sedekah, infaq dan amal jariyah. Para ulama‟

menafsirkannya bahwa wakaf sudah tercakup di dalam cakupan ayat

tersebut.13

11

Ibid, h. 63 12

Ibid, h. 342 13

Abdul Halim, Op Cit, h. 49

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

21

Meskipun Al-Qur‟an hanya menyebutkan wakaf secara umum, namun

dalam hadis menyebutkan wakaf secara umum dan khusus. Hadis tersebut

antara lain;

1. Hadis Nabi SAW:

حدثىب حى ثه اة قتجة عىى اثه سعد اثه حجر قبلا حدثىب اسمعل اثه

لى اهلل عىه سسى الل عه ابي ريرة ان رسول اهلل جعفر عه العالء عه اث

إذا ملت االوسلن اوقطع عى عمى إال مه ثالثة اال مه لداة جلرية اس عى يىتفع

14 . رساي مسى ب, اس سلد لللح يدعو ل

Artinya: Telah mengabarkan pada kami dari Yahya bin Ayub dan

QutaibahYa‟ni bin Sa‟id dan Ibn Hujrin dari Ismail ibn Ja‟far

dari Al-Ala‟ dari bapaknya dari Abu Hurairah, bahwasanya

Rasulullah SAW, telah bersabda: apabila mati anak Adam,

putuslah amalnya, kecuali tiga (perkara): shadaqah jariyah atau

ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakannya.

2. Hadis Nabi SAW:

حدثىب حى ثه حى التمم أخجروب سلم ثه اخضر عه اثه عن عه وبفع عه اثه

ستأمري فب, لى اهلل عىه سسى عمر قبل: اصبة عمر ارضب ثخجر, فبتى الىج

فقبل: برسل اهلل, او اصجت ارضب ثخجر لم اصت مبال قط اوفس عىدي مى

تصدقت ثب( قبل: فتصدق ثب عمر: فمب تأمروى ث؟ قبل )ان شئت حجست اصلب

او الجبع اصلب, ال رث, ال ت, قبل: فتصدق عمر ف الفقراء, ف

القرثى, ف الرقبة, ف سجل اهلل اثه السجل, الضف, ال جىبح على مه لب

15 رساي مسى ان أكل مىب ثبلمعرف, اطعم صدقب غرمتمل ف.

Artinya: “Telah mengabarkan pada kami dari Yahya bin Yahya Al-

Tamim dari Sulaim bin Ahdhar dari Ibn Aun dari Nafi‟ dari Ibn

Umar, ia berkata: Umar ra. mendapat sebidang tanah di Khaibar

kemudian ia menghadap Nabi saw. untuk meminta petunjuk

tentang pemanfaatannya. Umar berkata: Wahai Rasulullah, saya

14

Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim

Jilid 3, Beirut, Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah, 1992, h.73 15

Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj, Op Cit., h.1255

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

22

mendapat sebidang tanah di Khaibar yang belum pernah saya

dapatkan harta lain yang lebih berharga darinya. Apa saran

engkau tentang hal ini? Beliau bersabda: Jika kamu suka, kamu

bisa mewakafkan asetnya dan bersedekah dengan hasilnya.

Maka Umar bersedekah dengan hasilnya atas dasar asetnya tidak

boleh dijual, dibeli, diwarisi atau dihibahkan. Umar bersedekah

kepada fakir-miskin, kerabat, untuk memerdekakan budak, jihad

di jalan Allah, ibnu sabil serta tamu. Tidak dosa bagi orang yang

mengurusnya memakan sebagian hasilnya dengan cara yang

baik atau untuk memberi makan seorang teman tanpa

menyimpannya.

B. Rukun dan Syarat Sah Wakaf

Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan unsur pokok

dalam pembentukan suatu hal.16

Tanpa rukun sesuatu itu tidak akan tegak

berdiri. Begitu pula syarat-syarat yang menentukan sah atau tidaknya suatu

wakaf.

Khusus mengenai jumlah rukun wakaf terdapat pebedaan pendapat

antara madzab Hanafi dan jumhur fuqaha. Menurut ulama‟ madzab Hanafi

rukun wakaf itu hanya ada satu, yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan

wakif). Sedangkan menurut jumhur ulama‟ dari madzab Syafi‟i, Maliki, dan

Hanbali berpendapat rukun wakaf itu ada empat, yaitu adanya wakif (orang

yang berwakaf), maukuf alaih (orang yang menerima wakaf), maukuf (benda

yang diwakafkan), dan sighat.17

Berbeda pula dalam perundang-undangan di

Indonesia, yang menyatakan ada 6 (enam) unsur wakaf, yaitu wakif, nadzir,

16

Said Agil Husain Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Pena

Madani, 2004, h. 134 17

Abdul Halim, Op Cit, h. 16

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

23

harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf, dan jangka

waktu tertentu.18

1. Wakif (orang yang berwakaf)

Menurut sebagian besar ulama‟, seorang wakif harus memenuhi

syarat-syarat tertentu. Suatu perwakafan sah dan dapat dilaksanakan

apabila wakif mempunyai kecakapan untuk melakukan tindakan

tabarru’, yaitu melepaskan hak milik tanpa mengharapkan imbalan

material.19

Orang yang cakap melakukan tindakan tabarru’ ini artinya

sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam keadaan terpaksa atau

dipaksa, telah mencapai umur balig, dan wakif adalah benar-benar

pemilik harta yang diwakafkan.20

Oleh karenanya orang yang gila, anak-

anak, orang yang dipaksa atau terpaksa, wakafnya tidak sah.21

Pasal 215 ayat (2) KHI menyebutkan bahwa “wakif adalah orang

atau orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan benda

miliknya”.22

Syarat-syaratnya sebagaimana dikemukakan dalam pasal

217 adalah;

(1) Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang

telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak

terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atau kehendak sendiri

dapat mewakafkan benda miliknya dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal badan-badan hukum, maka yang bertindak untuk dan atas

namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum.23

18

Undang-Undang R.I. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 6 19

Said Agil Husain Al-Munawar, Op Cit, h.135 20

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Cet. Ke-3, 1998, h. 493 21

Ibid, h. 494 22

Kompilasi Hukum Islam pasal 215 ayat (2) 23

Kompilasi Hukum Islam pasal 217 ayat (1) dan (2)

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

24

2. Maukuf Alaih (orang yang menerima wakaf)

Rukun wakaf yang ke dua adalah muakuf alaih (orang yang

menerima wakaf). Maukuf alaih ialah orang yang menerima barang yang

diwakafkan. Bagi Maukuf alaih disyaratkan harus hadir sewaktu

penyerahan wakaf, harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan,

tidak durhaka terhadap Allah dan harus jelas tidak dikeragui

kebenarannya.24

Kehadiran maukuf alaih sewaktu terjadinya ikrar wakaf adalah

karena dalam pandangan ulama-ulama fiqh, tidak sah wakaf kepada

orang yang belum jelas orangnya atau kepada orang yang belum lahir

(masih dalam kandungan). Kemudian maukuf alaih disyaratkan pula ahli

untuk memiliki (menerima) harta, maksudnya maukuf alaih bisa

mempertanggungjawabkan atau memelihara harta wakaf itu dan melihat

wakaf sebagai amanah dari Allah yang harus dijaga, disyaratkan pula

maukuf alaih bukanlah orang yang pendurhaka dan suka berbuat maksiat

melawan hukum Allah.25

Dalam perundang-undangan di Indonesia, istilah maukuf alaih

lebih dikenal dengan istilah nadzir. Nadzir ialah pihak yang menerima

harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai

dengan peruntukannya.26

Adapun persyaratan sebagai nadzir dijelaskan

24

Abdul Halim, Op Cit, h. 18 25

Ibid, h 18-19 26

Undang-Undang R.I. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat (4)

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

25

dalam Undang-Undang R.I. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf pada

pasal 9 dan 10;

Pasal 9

Nadzir meliputi:

a. Perseorangan

b. Organisasi; atau

c. Badan hukum

Pasal 10

(1) Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a hanya

dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Beragama Islam;

c. Dewasa;

d. Amanah;

e. Mampu secara jasmani dan rohani; dan

f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

(2) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b hanya

dapan menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan:

a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan

nadzir perseoragan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1);

dan

b. Organisasi yang bergerak dibidang social, pendidikan,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c hanya

dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan:

a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan

nadzir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang social,

pendidikan, kemasyrakatan, dan/keagamaan Islam.27

3. Maukuf (benda yang diwakafkan)

Salah satu unsur terpenting dalam wakaf adalah benda yang

diwakafkan. Tanpa ada benda wakaf, maka wakaf tidak akan pernah

27

Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 9 dan 10

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

26

terealisasi. Dalam mewakafkan harta, agar dianggap sah, maka harus

memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Benda yang diwakafkan itu harus memiliki nilai (harga).

Benda yang ada nilainya adalah benda yang dimiliki oleh orang dan

dapat digunakan secara hukum (sah) dalam keadaan normal maupun

keadaan tertentu, seperti benda bergerak (uang, buku, dll.) dan benda

tidak bergerak (tanah). Benda yang tidak dimiliki oleh manusia tidak

bisa dikatakan sebagai benda yang bernilai karena benda tersebut

tidak dapat dimanfaatkan, baik dalam keadaan normal maupun

keadaan tertentu, seperti burung yang terbang di angkasa, ikan yang

berada di laut, dan lain sebagainya.28

b. Benda yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batas-

batasnya.

Fuqaha mengharuskan syarat sahnya harta wakaf adalah harus

diketahui secara pasti dan tidak mengandung sengketa.29

Syarat ini

dimaksudkan untuk menghindari perselisihan dan permasalahan

yang mungkin terjadi dikemudian hari setelah harta tersebut

diwakafkan.30

Dengan kata lain, persyaratan ini bertujuan untuk

memberikan kepastian hukum dan kepastian hak bagi yang

menerima untuk memanfaatkan benda wakaf tersebut.

28

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Terj. Ahkam Al-Waqf fi

Al-Syari‟ah Al-Islamiyah, Jakarta: Dompet Duafa Republika dan IIMaN Press, 2004, h. 248 29

Ibid., h. 249 30

Said Agil Husain Al-Munawar, Op Cit, h.137

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

27

c. Harta yang diwakafkan harus benar-benar kepunyaan wakif secara

sempurna (bebas dari segala beban)

Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan fuqaha bahwa wakaf tidak

sah kecuali jika wakaf itu berasal dari harta pemilik wakaf sendiri.

Sebab, wakaf merupakan satu tindakan yang menyebabkan

terbebasnya suatu kepemilikan menjadi harta wakaf.31

Menurut

golongan Hanafiyyah, seseorang boleh mewakafkan harta orang lain

dengan syarat pemilik harta yang bersangkutan mengizinkannya.32

d. Benda yang diwakafkan harus kekal.

Pada umumnya para ulama‟ berpendapat bahwa benda yang

diwakafkan zatnya kekal yang memungkinkan dapat dimanfaatkan

secara terus menerus, seperti benda tidak bergerak. Namun demikian

Imam Malik dan golongan Syi‟ah Imamiah menyatakan bahwa

wakaf itu boleh dibatasi waktunya.33

Menurut golongan Hanafiyyah,

benda bergerak juga dapat diwakafkan dalam beberapa hal;

1) Keadaan harta bergerak mengikuti benda tidak bergerak;

a) Barang tersebut mempunyai hubungan dengan sifat diam

ditempat dan tetap, misalnya bangunan dan pohon.

b) Benda bergerak yang dipergunakan untuk membantu benda

tidak bergerak, misalnya alat untuk membajak.

31

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Op Cit, h. 251 32

Said Agil Husain Al-Munawar, Op Cit, h. 138 33

Ibid, h. 139

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

28

2) Kebolehan wakaf benda bergerak itu berdasarkan asal yang

dibolehkan wakaf senjata dan binatang-binatang yang digunakan

untuk perang.

3) Wakaf benda bergerak itu mendatangkan pengetahuan, misalnya

kitab-kitab dan mushaf.34

Dalam pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 41 Tahun 2004

dikemukakan bahwa harta benda wakaf adalah harta benda yang

memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta

mempunyai nilai ekonomi menurut syari‟ah yang diwakafkan oleh

wakif.35

Lebih lanjut penjelasan mengenai harta benda wakaf diatur

dalam pasal 15 dan 16 UU No. 41 Tahun 2004 yang menyatakan

bahwa;

Pasal 15

Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan

dikuasai oleh wakif secara sah.

Pasal 16

(1) Harta benda wakaf terdiri dari:

a. Benda tidak bergerak; dan

b. Benda bergerak

(2) Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi:

a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun

yang belum terdaftar;

b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

34

Ibid, h. 139-140 35

Undang-Undang RI. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat (5)

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

29

c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan

syari‟ah dn peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari‟ah

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi,

meliputi:

a. Uang;

b. Logam mulia;

c. Surat berharga;

d. Kendaraan;

e. Hak atas kekayaan intelektual;

f. Hak sewa; dan

g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari‟ah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.36

Benda wakaf menurut para fuqaha dan hukum positif pada

prinsipnya adalah sama, yaitu kemestian benda wakaf itu bermanfaat dan

bernilai ekonomis, dalam arti sesuatu yang dapat diperjual belikan; tahan

lama, baik bendanya maupun manfaatnya; dan manfaatnya dapat diambil

oleh si penerima wakaf.37

4. Sighat

Sighat ialah pernyataan kehendak dari wakif yang dilahirkan

dengan jelas tentang benda yang akan diwakafkan, kepada siapa

diwakafkan dan untuk apa dimanfaatkan.38

Misalnya menggunakan kata

“aku wakafkan tanah milikku ini untuk orang miskin selama-lamanya;

36

Undang-Undang RI. Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 15 dan 16 37

Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum, dan

perkembangannya, Bandung: Yayasan PIARA, 1997, h. 57 38

Adijani Al-Albij, Perwakafan Tanah di Indonesia; Dalam Teori dan Praktek,

Jakarta: Rajawali, 1989, h.31

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

30

atau diwakafkan kepada Allah ta‟ala atau untuk tujuan kebaikan”, atau

menggunakan kalimat semakna lainnya.

Sighat disyaratkan diucapkan dengan ucapan yang menunjukkan

maksud akad dari orang yang mampu berbicara, karena kepemilikan

dalam akad wakaf tergantung kepada proses perpindahannya untuk orang

yang menerima wakaf melalui ucapan qabul. Wakaf merupakan

penghapusan hak milik dengan niat mendekatkan diri kepada Allah,

maka tidak sah tanpa ada ucapan sedangkan dia mampu.39

Para ulama‟ mazhab membedakan antara wakaf yang mu’ayyan

(untuk orang tertentu) dengan wakaf yang ghairu mu’ayyan (untuk

kepentingan umum). Mazhab empat sepakat apabila wakafnya ghairu

mu’ayyan, maka sighatnya cukup dengan ijab dan tidak memerlukan

qabul. Sedangkan apabila wakafnya mu’ayyan, golongan Hanafiyyah dan

Hanabilah berpendapat sama seperti wakaf ghairu mu’ayyan, yaitu cukup

dengan ijab dan tidak memerlukan adanya qabul. Sedangkan golongan

Malikiyyah, Syafi‟iyah, dan sebagian dari golongan Hanbilah

berpendapat jika maukuf alaihnya mu’ayyan maka harus dengan ijab dan

qabul.40

Dalam perundang-undangan di Indonesia, wakaf tidak dinyatakan

dengan sighat yang berupa ijab sebagaimana yang dikemukakan oleh

para ulama‟, tetapi menggunakan sebuah pernyataan yang berupa ikrar.

Sebagaimana yang termaktub dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI),

39

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat; Sistem Transaksi Dalam Fiqh

Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 407 40

Said Agil Husain Al-Munawar, Op Cit, h. 146

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

31

ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan benda

miliknya.41

Pengertian tersebut kemudian diperjelas lagi dalam Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang menyatakan bahwa

ikrar adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan

dan/atau tulisan kepada nadzir untuk mewakafkan harta benda

miliknya.42

Ikrar wakaf merupakan tindakan hukum yang bersifat deklaratif

(sepihak), untuk itu tidak diperlukan adanya qabul (penerimaan) dari

orang yang menikmati manfaat wakaf tersebut.43

Demi tertib hukum dan

administrasi guna menghindari penyalahgunaan benda wakaf, pemerintah

mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perwakafan. Sebagaimana dalam KHI pasal 218 dinyatakan bahwa;

(1) Pihak yang mewakafkan harus mengikrarkan kehendaknya secara

jelas dan tegas kepada Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta

Ikrar Wakaf sebagaimana dalam pasal 215 ayat (6), yang kemudian

menuangkannya dalam bentuk ikrar wakaf, dengan disaksikan oleh

sekurang-kurangnya 2 orang saksi.

(2) Dalam keadaan tertentu, penyimpangan dari ketentuan dimaksud

dalam ayat (1) dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat

persetujuan Menteri Agama.44

Untuk dapat melakukan ikrar wakaf, maka wakif harus

melengkapi syarat-syarat administratif sebagaimana yang termaktub

dalam KHI pasal 223 ayat (4);

41

Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat (3) 42

Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat (3) 43

Ahmad Rofiq, Op Cit, h. 497 44

Kompilasi Hukum Islam Pasal 218 ayat (1) dan (2)

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

32

Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang

mewakafkan diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut

dalam pasal 215 ayat (6), surat-surat sebagai berikut:

a. Tanda bukti kepemilikan harta benda;

b. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka

harus disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat

oleh Camat setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak

bergerak dimaksud;

c. Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda

tidak bergerak yang bersangkutan.45

C. Macam-Macam Wakaf

Wakaf secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu wakaf ahli

(keluarga) dan wakaf khairi (umum).

1. Wakaf ahli (keluarga) adalah wakaf yang tujuannya membantu keluarga

dari wakif.46

Jadi dalam wakaf ahli terkandung makna pengembangan

aset wakaf yang pada suatu saat nanti manfaatnya bisa dirasakan oleh

generasi yang akan datang, terutama kalangan tertentu yang berhak atas

wakaf tersebut.47

Sehingga wakaf ahli memiliki keuntungan, yakni dapat

menghindari penggunaan harta oleh ahli waris secara boros dan

menghindarkan dari kemungkinan pemusnahan harta secara cepat atau

tidak terkendali yang berarti menghindarkan keluarga agar tidak jatuh

miskin. Dengan pemberian manfaat atau hasil dari wakaf tersebut, pihak

mustahik akan terpelihara dan harta tersebut tetap utuh, sehingga mampu

melahirkan produktifitas dan menjamin kesejahteraan keluarga yang

45

Kompilasi Hukum Islam pasal 223 ayat (4) 46

Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008, h. 14 47

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Al-Waqf Al-Islami, Jakarta:

KHALIFA, 2004, h. 111

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

33

merupakan tiang penyangga utama berdirinya suatu masyarakat dan

negara yang bahagia.48

2. Wakaf khairi (umum) adalah wakaf yang tujuannya memberi manfaat

bagi masyarakat umum.49

Seperti masjid, mushala, madrasah, pondok

pesantren, perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Wakaf umum ini

sejalan dengan perintah agama yang secara tegas menganjurkan untuk

menafkahkan sebagian kekayaan umat Islam, untuk kepentingan umum

yang lebih besar dan mempunyai nilai pahala jariah yang tinggi.50

Artinya, meskipun wakif telah meninggal dunia, ia akan tetap

mendapatkan pahala dari wakaf tersebut sepanjang benda wakaf tersebut

masih dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

48

Juhaya S. Praja, Op Cit, h. 31 49

Jaih Mubarok, Loc Cit. 50

Ahmad Rofiq, Op Cit, h. 492

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

34

BAB III

PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF MUSHOLA AN-NUR

DESA BOLOH KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

A. Gambaran Umum Tentang Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

1. Profil Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

a. Letak Geografis dan Kepadatan Penduduk

Desa Boloh merupakan salah satu desa dari 16 (enam belas)

desa yang berada di wilayah Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

Jawa Tengah. Luas wilayahnya 852 Ha yang menurut penggunaannya

terbagi menjadi: pemukiman 176 Ha, persawahan 231 Ha,

Perkebunan187 Ha, kuburan 2 Ha, pekarangan 164 Ha, dan prasarana

umum lainnya seluas 92 Ha.1

Batas-batas daerah atau wilayah Desa Boloh Kec. Toroh

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kandangan Kec.

Purwodadi

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Genengsari Kec. Toroh

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tunggak Kec. Toroh, dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Plosoharjo Kec. Toroh.2

1 Data Arsip Pemerintah Desa Boloh Kecamatan Toroh, Februari 2012

2 Ibid.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

35

Wilayah Desa Boloh terbagi menjadi 6 (enam) dukuh, yaitu: Pejaren,

Boloh I, Boloh II, Kaluan, Kayen, dan Tlogo Mulyo. Desa Boloh

sampai dengan bulan Februari 2012 memiliki jumlah penduduk

sebanyak 2.668 KK atau 8.356 jiwa yang terdiri dari laki-laki 4.262

jiwa dan perempuan 4.094 jiwa.3

Tabel I

Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin4

No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-39

40-49

50-59

60-74

75+

323

341

321

329

347

305

683

469

454

462

228

299

297

294

298

279

286

665

465

480

495

236

622

638

615

627

626

591

1.348

934

934

957

464

Jumlah Keseluruhan 4.262 4.094 8.356

b. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Sebagai salah satu desa bagian timur dari Kecamatan Toroh,

Desa Boloh merupakan sebuah desa yang cukup maju dibanding desa-

desa lainnya, karena di desa inilah pusat kegiatan perekonomian dari

beberapa desa sekitar (seperti: Tunggak, Kenteng, Ngrandah,

Plosoharjo, dll). Di Desa Boloh ini terdapat salah satu dari tiga pasar

tradisional yang digunakan oleh beberapa desa sekitarnya untuk

3 Ibid.

4 Ibid.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

36

melakukan kegiatan ekonomi. Selain itu, di desa ini sudah terdapat

klinik dokter umum, puskesmas, koperasi, kantor unit BRI, pertokoan,

dan lain-lain. Namun demikian sektor pertanian masih tetap menjadi

sektor utama penunjang perekonomian di desa.5

Pertanian di Desa Boloh mampu mencapai tiga kali panen

dalam satu tahun. Hasil pertaniannya antara lain: padi, jagung,

kedelai, tembakau, ketela pohon, kacang tanah, dan lain-lain.

Dilihat dari jumlah angkatan kerjanya, Desa Boloh memiliki

angkatan kerja (usia 18-56 tahun) sebanyak 4.310 orang dan 1.634

orang tercatat masih sekolah dan tidak bekerja. Dilihat dari struktur

mata pencariannya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel II

Mata Pencarian Penduduk (Usia 18-56 Tahun)6

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk

1. Petani 2.070 Orang

2. Buruh Tani 2.088 Orang

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 85 Orang

4. TNI 4 Orang

5. POLRI 3 Orang

6. Dukun/Para Normal 2 Orang

7. Guru Swasta 3 Orang

8. Notaris 1 Orang

9. Jasa Konsultan Manajemen & Teknis 1 Orang

10. Seniman 5 Orang

11. Buruh Migran 12 Orang

12. Wiraswasta lain 36 Orang

5 Desa Boloh , http://id.m.wikipedia.org/wiki/Boloh_Toroh_Grobogan¸diakses pada

12 Maret 2012. 6 Data Arsip Pemerintah Desa Boloh Kecamatan Toroh, Februari 2012

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

37

c. Kondisi Pendidikan dan Keagamaan Masyarakat

Kondisi pendidikan penduduk Desa Boloh berdasarkan data

yang diperoleh penulis dari data arsip di Balai Desa Boloh hanya

separuh dari keseluruhan penduduk desa dengan mayoritas penduduk

tidak sekolah dan tidak lulus SD. Berikut adalah data riwayat

pendidikan penduduk Desa Boloh:

Tabel III

Pendidikan Penduduk7

No. Riwayat Pendidikan Jumlah

L P

1. Usia 3-6 Th belum masuk TK/PG 124 130

2. Usia 3-6 Th sedang masuk TK/PG 59 50

3. Usia 7-18 Th tidak pernah sekolah 60 58

4. Usia 7-18 Th sedang sekolah 84 76

5. Usia 18-56 Th tidak pernah sekolah 905 1.120

6. Usia 18-56 Th pernah SD tapi tidak tamat 517 493

7. Tamat SD/Sederajat 23 14

8. Usia 12-56 Th tidak tamat SLTP 7 4

9. Usia 18-56 Th tidak tamat SLTA 9 6

10. Tamat SMP/SLTA/Sederajat 329 227

11. Tamat SMA/SLTA/Sederajat 23 37

12. Tamat D1 75 58

13. Tamat D2 - -

14. Tamat D3 2 1

15. Tamat S1 48 30

16. Tamat S2 3 3

17. Tamat S3 2 -

18. Tamat SLB A - -

19. Tamat SLB B 1 -

20. Tamat SLB C - -

Jumlah 2.271 2.307

7 Ibid.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

38

Tabel IV

Sarana dan Prasarana Pendidikan8

No. Jenis Sarana Pendidikan Jumlah

1. Play Group 1 buah

2. TK 4 buah

3. SD 4 buah

4. SMP 1 buah

5. MTs 1 buah

6. SMA 1 buah

Dari segi keagamaan, penduduk Desa Boloh mayoritas adalah

beragama Islam. Prosentasenya adalah 99,9% penganut agama Islam

dan sisanya 0,1% penganut agama Kristen dan Katolik. Kondisi

keagamaan penduduk Desa Boloh dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V

Keagamaan Penduduk9

No. Jenis Agama Laki-laki Perempuan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Islam

Kriten

Katholik

Hindu

Budha

Konghucu

Lainnya

4.258

4

3

-

-

-

-

4.090

4

3

-

-

-

-

Tabel VI

Sarana dan Prasarana Peribadatan10

No. Jenis Sarana Peribadatan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

Masjid

Mushola/Surau/Langgar

Gereja Kristen

Gereja Katholik

Wihara

7 buah

31 buah

-

-

-

8 Ibid

9 Ibid

10 Ibid

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

39

6.

7.

Pura

Klenteng

-

-

2. Sejarah Berdirinya Mushola An-Nur Desa Boloh

Mushola An-Nur merupakan salah satu dari 31 mushola yang

terdapat di Desa Boloh Kecamatan Toroh. Sebelum dibangun di Dukuh

Pejaren, semula mushola ini merupakan benda wakaf dari seseorang dan

telah berdiri di Dukuh Kayen Desa Boloh Kecamatan Toroh yang

kemudian dipindah di Dukuh Geri Desa Kandangan Kecamatan

Purwodadi hingga kemudian dipindah lagi ke Dukuh Pejaren Desa Boloh.

Perpindahan ini dikarenakan meninggalnya wakif atau pengelola wakaf

yang terdahulu.11

Awal berdirinya di Dukuh Pejaren, mushola ini menempati lahan

milik Mbah Kasban (mertua H. Munasir) dan kemudian dipindahkan ke

lahan milik H. Munasir sekitar pada tahun 1956.12

Sejak tahun 1956

sampai sekarang mushola tersebut tidak lagi berpindah tempat.

Mulai sejak berdirinya pada tahun 1956 sampai sekarang, mushola

An-Nur ini sempat mengalami renovasi sebanyak 3 (tiga) kali. Pertama

kali mushola An-Nur direnovasi pada tahun 1973, karena mushola An-

Nur yang pada saat itu masih bermodel panggung dengan ketinggian satu

meter tiba-tiba lantainya ambrol saat digunakan untuk berjamaah sholat

11

Hasil wawan cara dengan Bapak Nur Khalis (ahli waris H. Munasir sekaligus

Nadzir dan ketua Takmir Mushola An-Nur Desa Boloh) pada tanggal 7 Maret 2012 12

Ibid.

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

40

tarawih. Setelah kejadian tersebut bangunan mushola tersebut

panggungnya diperpendek, yaitu dengan ketinggian setengah meter.13

Sekitar tahun 1980 mushola ini direnovasi untuk kedua kalinya,

yaitu dengan menghilangkan model panggungnya dan menggunakan

pondasi dengan dinding tembok setengah badan. Kemudian pada tahun

2003 direnovasi lagi untuk ketiga kalinya secara permanen dengan

dinding tembok seluruhnya.14

3. Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Tanah wakaf Mushola An-Nur sebelumnya merupakan tanah

keras (tanah pekarangan) yang terletak di RT. 005 RW.001 Dukuh

Pejaren Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Tanah

wakaf tersebut mempunyai luas 199,12 m2, dengan panjang 13,5 m

2 dan

lebar 14,75 m2. Tanah wakaf ini memiliki batas-batas:

Sebelah Timur berbatasan dengan tanah/rumah milik Sri Fathonah

Sebelah Barat berbatasan dengan jalan raya

Sebelah Utara berbatasan dengan jalan kampung (lorong/gang)

Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah/rumah milik Hidayatur

Rohmah 15

13

Ibid. 14

Ibid. 15

Akta Ikrar Wakaf dan Sertifikat (Tanda Bukti Tanah Wakaf) Tanah Wakaf

Mushola An-Nur Desa Boloh No. 11.10.04.15.9.00448

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

41

B. Pengikraran Kembali Tanah Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan

1. Proses Pengikraran Kembali Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh

Tanah mushola An-Nur Desa Boloh secara resmi diwakafkan pada

tahun 1985. Wakaf tersebut diikrarkan oleh H. Munasir sebagai pemilik

tanah dihadapan anak-anaknya dengan menunjuk Bapak Nur Kholis

sebagai pengelola atau nadhirnya.16

Namun pada saat pewakafan tanah

tersebut tidak langsung disertifikatkan, karena pada saat itu sertifikat

dianggap tidak terlalu penting.17

Pada tahun 1993, H. Munasir berangkat menunaikan rukun Islam

yang kelima, yaitu ibadah haji. Sebelum keberangkatannya ke tanah suci

Makah, ia membagikan atau menghibahkan sebagian tanah yang dimiliki

kepada beberapa anaknya. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa ia

khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama menunaikan

ibadah haji, misalnya tidak bisa kembali ke kampung halaman karena

mengingat usia H. Munasir yang sudah tua.18

Pada saat pembagian atau penghibahan tanah tersebut, ada salah

satu anak beliau yang tidak mendapatkan bagian yang sama dengan yang

lain, yaitu yang bernama Hidayatur Rohmah hanya mendapatkan

separuhnya saja. Hal itu dikarenakan separuh bagian yang seharusnya

16

Hasil wawancara dengan Bapak Nur Khalis (ahli waris H. Munasir sekaligus

Nadzir dan ketua Takmir Mushola An-Nur Desa Boloh) pada tanggal 7 Maret 2012 17

Hasil wawancara dengan Ibu Hidayatur Rohmah (ahli waris H. Munasir) pada

tanggal 8 Maret 2012 18

Ibid.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

42

didapat sebelumnya telah diwakafkan untuk kepentingan mushola. Dalam

pembagian tanah tersebut karena dirasa tidak adil, maka H. Munasir

sempat akan menarik kembali ikrar wakaf tanah tersebut. Namun hal

tersebut tidak jadi dilakukan karena Bapak Nur Kholis sebagai anaknya

mengingatkan beliau bahwa tanah yang telah diikrar wakafkan tidak dapat

ditarik kembali. Tidak jadinya ditarik kembali ikrar wakafnya, maka H.

Munasir memberikan sebidang sawah seluas 1/8 bahu19

kepada anaknya

yang bernama Hidayatur Rohmah sebagai ganti dari separuh bagian yang

belum didapatkan tersebut, namun dengan membayarnya separuh harga,

yaitu Rp. 1.200.000,00.20

Sekitar tahun 1999, ada pemutihan sertifikat tanah milik. Pada

saat itu tanah yang semula atas nama H. Munasir kemudian diatas

namakan beberapa anaknya karena sebelumnya tanah tersebut telah

dipecah dan dibagikan kepada beberapa anaknya. Disaat itulah, tanpa

sengaja ternyata tanah yang telah diwakafkan untuk keperluan mushola

tersebut ikut tersertifikatkan menjadi tanah milik salah satu anaknya yang

bernama Hidayatur Rohmah. Mengetahui hal tersebut H. Munasir

membiarkan saja dan tidak mempermasalahkannya.21

Namun sebagian

anak beliau tidak setuju apabila tanah tersebut dibiarkan menjadi hak

19

Kata bahu atau bau berasal dari kata bahasa Belanda “bouw” yang berarti

garapan, dalam agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di beberapa tempat di Indonesia

terutama di Jawa. Ukuran bahu berfariasi, namun kebanyakan adalah 0,70 hingga 0,74 hektar

(7000-7400 meter persegi) dan adapula yang menyamakan dengan 0,80 hektar. Lihat dalam

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahu_(agraria) 20

Hasil wawancara dengan Bapak Nur Khalis (ahli waris H. Munasir sekaligus

Nadzir, dan ketua Takmir Mushola An-Nur Desa Boloh) pada tanggal 7 Maret 2012 21

Hasil wawancara dengan Ibu Hidayatur Rohmah (ahli waris H. Munasir) pada

tanggal 8 Maret 2012

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

43

milik pribadi. Maka pihak yang tidak setuju meminta agar tanah tersebut

dikembalikan menjadi tanah wakaf dengan mensertifikatkan tanah wakaf

tersebut karena mengingat bahwa tanah wakaf mushola tersebut sempat

akan ditarik kembali ikrar wakafnya.22

Sehingga pada 29 Januari 2003 dan bersamaan dengan

direnovasinya bangunan mushola An-Nur, tanah tersebut dikembalikan

menjadi tanah wakaf dengan mensertifikatkan menurut administrasi

hukum positif yang berlaku. Sebelumnya karena tanah tersebut telah

bersertifikat atas nama Hidayatur Rohmah, maka Ibu Hidayatur Rohmah

yang berikrar atas nama wakif dihadapan PPAIW.23

2. Ketentuan Hukum Islam teradap Pengikraran Kembali Tanah

Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Penulis menggunakan istilah hukum Islam di sini untuk menyebut

hukum yang dalam hal ini berupa fiqh klasik dan hukum positif Islam di

Indonesia yang berupa peraturan perundang-undangan. Hal ini karena

dalam permasalahan hukum wakaf disamping bagian dari pembahasan

dalam fiqh klasik, Pemerintah Indonesia juga telah menjadikan wakaf

sebagai salah satu hukum Islam yang mendapatkan pengaturan secara

khusus dalam perangkat undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Dengan kata lain, wakaf merupakan salah satu lembaga hukum Islam

22

Hasil wawancara dengan Bapak Nur Khalis (ahli waris H. Munasir sekaligus

Nadzir, dan ketua Takmir Mushola An-Nur Desa Boloh) pada tanggal 7 Maret 2012 23

Ibid.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

44

yang secara kongkrit berhubungan erat dengan peraturan yang berlaku di

Indonesia.24

Ikrar wakaf merupakan pernyataan kehendak dari wakif untuk

mewakafkan benda miliknya.25

Begitu pentingnya suatu pernyataan dalam

hukum wakaf sehingga ulama’ madzab Hanafi menyatakan bahwa rukun

wakaf itu hanya ada satu, yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan

wakif).26

Karena wakaf merupakan penghapusan hak milik dengan niat

mendekatkan diri kepada Allah, maka tidak sah tanpa ada ucapan

sedangkan dia mampu.27

Menurut pendapat Al-Imam Al-Syafi’i, Malik dan Ahmad, wakaf

dianggap telah terlaksana dengan adanya lafadz atau sigat, walaupun tidak

ditetapkan oleh hakim.28

Dengan demikian, hak milik yang semula berada

pada wakif telah hilang atau berpindah dengan terjadinya lafadz,

walaupun benda tersebut masih berada dalam kekuasaan wakif.

Pernyataan wakaf harus dinyatakan dengan tegas, misalnya dengan

menggunakan kata “aku mewakafkan” atau “aku menahan” atau kalimat

semakna lainnya.29

24

Said Agil Husain Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta:

PENAMADANI, 2004, h. 123-124 25

Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat (3) 26

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005, h.

16 27

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat; Sistem Transaksi Dalam Fiqh

Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 407 28

Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat

Mazhab,Terj. Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah, Bandung: Hasyimi, 2010, h. 306 29

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Cet. Ke-3, 1998, h. 497

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

45

Dalam kasus pengikraran kembali tanah wakaf yang terjadi di

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan tersebut telah jelas

bahwa benda wakaf tersebut seharusnya telah berlaku secara sah dengan

terjadinya ikrar wakaf yang pertama menurut ketentuan hukum Islam

secara fiqh. Hal ini di dasarkan bahwa H. Munasir telah mengikrarkan

tanahnya untuk dijadikan sebagai wakaf. Namun menurut hukum positif

Indonesia, ikrar wakaf H. Munasir belum dianggap sebagai perbuatan

perwakafan, karena tidak dilakukan menurut peraturan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hukum positif Indonesia untuk dapat melakukan

perwakafan, pihak yang mewakafkan harus mengikrarkan kehendaknya

secara jelas dan tegas kepada Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta

Ikrar Wakaf yang kemudian menuangkannya dalam bentuk ikrar wakaf,

dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.30

Untuk dapat

melakukan ikrar wakaf, maka wakif harus melengkapi syarat-syarat

administratif sebagaimana yang termaktub dalam KHI pasal 223 ayat (4);

Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang

mewakafkan diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut

dalam pasal 215 ayat (6), surat-surat sebagai berikut:

a. Tanda bukti kepemilikan harta benda;

b. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka

harus disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat

oleh Camat setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak

bergerak dimaksud;

c. Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda

tidak bergerak yang bersangkutan.31

30

Lihat Pasal 218 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam 31

Pasal 223 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

46

Adanya peraturan perundang-undangan yang mengatakan

sebagaimana di atas, maka secara hukum positif Indonesia H. Munasir

tidak dapat melakukan tindakan perwakafan tanah miliknya. Hal itu

dikarenakan bukti kepemilikan tanah yang sebelumnya atas namanya

telah berpindah atas nama salah satu anaknya yang bernama Hiayatur

Rohmah. Terjadinya perpindahan bukti kepemilikan tersebut secara

hukum seharusnya tidak diperbolehkan, mengingat bahwa benda yang

telah diwakafkan secara hukum tidak boleh dijual, dihibahkan,

diwariskan, atau perpindahan kepemilikan dalam bentuk yang lainnya.

Terjadinya perpindahan bukti kepemilikan tersebut, secara tidak

langsung telah menimbulkan adanya kehawatiran dari beberapa pihak jika

suatu saat nanti terjadi pengingkaran terhadap tanah yang telah

diwakafkan tersebut. Sehingga atas desakan beberapa pihak, tanah

tersebut diikrar wakafkan kembali oleh Hidayatur Rohmah di hadapan

PPAIW guna mendapatkan kepastian hukum di Indonesia.

Terjadinya pengikraran kembali tanah wakaf tersebut secara nyata

telah melahirkan dualisme hukum yang saling bertentangan, yakni

menurut fiqh dan hukum positif Indonesia. Menurut fiqh status wakif

berada pada H. Munasir, sedangkan menurut hukum positif Indonesia

status wakif berada pada anaknya yang bernama Hidayatur Rohmah.

Dalam pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur,

menurut hukum positif Indonesia secara sah adalah yang dilakukan oleh

Hidayatur Rohmah. Namun keabsahan tersebut hanyalah menurut

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

47

administrasi pencatatannya saja. Sedangkan ikrar wakafnya adalah tidak

sah atau batal demi hukum. Hal ini sejalan dengan salah satu kaidah:

32ما ثبت بالشرع مقدم على ما ثبت بالشرط

Artinya: “Sesuatu yang ditetapkan dengan syara’ itu didahulukan atas sesuatu

yang ditetapkan dengan syarat”

Kaidah di atas menunjukkan bahwa dalam kasus pengikraran

kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur adalah sah ikrar wakaf

yang pertama, karena telah sesuai berdasarkan ketentuan syara’.

Sedangkan ikrar wakaf yang kedua adalah tidak sah, karena hanya

dilakukan sebagai syarat kelengkapan administrasi negara.

Selain itu juga, tidak sahnya ikrar yang kedua ini didasarkan pada

terhalangnya akad wakaf dalam wilayah muamalah. Terhalangnya akad

ini karena adanya unsur paksaan (ikrah) dan hak orang lain (haqqul

ghair).33

Secara substansi bukti kepemilikan tanah tersebut masih berada

pada H. Munasir dan bukti kepemilikan benda tersebut yang berada pada

Hidayatur Rohmah hanyalah pinjam nama.

32

Moh. Adib Bisri, Terjemah Al Faraidul Bahiyah; Risalah Qawa’id Fiqh, Kudus:

Menara Kudus, 1977, h. 59 33

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999, h. 53

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

48

BAB IV

ANALISIS PENGIKRARAN KEMBALI TANAH WAKAF MUSHOLA AN-

NUR DESA BOLOH KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

A. Analisis Proses Pengikraran Kembali Tanah Wakaf Mushola An-Nur

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

Dari data yang telah disajikan di Bab III penulis telah memaparkan

tentang proses pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Pengikraran wakaf yang dilakukan

sebanyak dua kali oleh orang yang berbeda terhadap benda yang sama. Yaitu

tanah Mushola An-Nur Desa Boloh yang diikrar wakafkan hanya secara lisan

oleh orang pertama dan ikrar wakaf menurut hukum positif Indonesia dilakukan

oleh orang kedua. Pengikraran tersebut dikarenakan telah berpindahnya bukti

kepemilikan benda wakaf dari orang pertama kepada orang kedua setelah

terjadinya ikrar wakaf yang pertama.

Ikrar wakaf merupakan pernyataan kehendak dari wakif untuk

mewakafkan benda miliknya.1 Begitu pentingnya suatu pernyataan dalam

hukum wakaf sehingga ulama’ madzab Hanafi menyatakan bahwa rukun

wakaf itu hanya ada satu, yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan wakif).2

Karena wakaf merupakan penghapusan hak milik dengan niat mendekatkan

diri kepada Allah, maka tidak sah tanpa ada ucapan sedangkan dia mampu.3

1 Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat (3)

2 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005, h. 16

3 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat; Sistem Transaksi Dalam Fiqh

Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 407

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

49

Pentingnya akad dalam hukum wakaf karena wakaf termasuk dalam

wilayah muamalah, yaitu seseorang yang mewakafkan harta bendanya

dilakukan secara horizontal dan pemenuhan kebutuhan akan fasilitas umum

umat Islam. Di samping wilayah muamalah, wakaf juga termasuk dalam

wilayah ibadah, yaitu seseorang yang mewakafkan benda miliknya untuk

mendekatkan diri kepada Allah agar mendapat ridha-Nya.

Wakaf dalam wilayah ibadah diyakini umat Islam sebagai kegiatan

untuk mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu prinsip dalam beribadah

adalah istikhfa’ (dilakukan secara sembunyi-sembunyi).4 Prinsip ini tidak

lepas dari pemahaman ulama’ yang mengatakan bahwa wakaf adalah bagian

dari sedekah (shadaqah jariyah). Muhammad Daud Ali menjelaskan

sebagaimana dikutip oleh Jaih Mubarok bahwa sedekah secara fiqhiyah

dibedakan menjadi dua, yaitu sedekah yang hukumnya wajib dan sedekah

yang hukumnya sunah.5 Sedekah yang hukumnya wajib misalnya zakat,

sedangkan sedekah yang hukumnya sunah misalnya wakaf.

Prinsip istikhfa’ dalam beribadah ini di dasarkan pada dua dasar

hukum, yaitu:

1. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 271

Artinya: “Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik

sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan

4 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008, h. 38

5 Ibid.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

50

kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan itu lebih baik

bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian

kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.6

2. Hadis riwayat Abu Hurairah:

حدثى زهير تي حرب وهحود تي الوثى. جويعا عي يحيى القطاى. قال زهير:

حدثا يحيى تي سعيد عي عثيداهلل. أخثرى خثية تي عثد الرحوي عي حفص تي

صلى اهلل عليو سلن, لال )سثعح يظلين اهلل فى عاصن, عي أتى هريرج, عي الثى

يم ال ظل إال ظلو: اإلهام العادل شاب نشأ تعثادج اهلل رجل للثو هعلك فى ظلو

الوساجد رجالى ذحاتا فى اهلل, اجروعا عليو ذفرلا عليو رجل دعرو اهرأج ذاخ

ذعلن هنصة جوال, فمال: إنى أخاف اهلل رجل ذصدق تصدلح فأخفاىا حرى ال

7خاليا, ففاضد عيناه( راه هسلنيوينو ها ذنفك شوالو رجل ذكر اهلل

Artinya: “Telah mengabarkan pada kami Zuhair bin Harbi dan

Muhammad bin Al-Musanna bersama denganYahya Al-Qattani.

Zuhair berkata: telah mengabarkan pada kami Yahya bin Sa’id

dari Ubaidillah dari Khubaib bin Abdirrohman dari Hafsin bin

Asim, dari Abi Hurairah dari Nabi saw. bersabda: Ada tujuh

golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-

Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,

yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah

kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya

bergantung kepada mesjid (selalu melakukan salat jamaah di

dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah,

keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang

diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi

ia mengatakan: Aku takut kepada Allah, seseorang yang

memberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan

kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan

seseorang yang berzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian,

lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (H.R. Muslim)

6 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tejemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-ART,

2004, h. 47 7 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim

Jilid 2, Beirut, Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah, 1992, h. 815

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

51

Dua dasar itulah yang dijadikan alasan bahwa wakaf sebaiknya

dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal itu yang menunjukkan keikhlasan

dan terhindar dari sifat riya (ingin dipuji oleh orang lain karena telah

melakukan perbuatan baik).

Sedekah yang dilakukan dengan riya, sedekah yang sering disebut-

sebut dengan menyinggung perasaan orang lain adalah suatu sedekah orang

yang telah beriman, sama-sama pahalanya batal di sisi Allah. Hal itu

dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 267

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan

(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti

(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya

karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan

hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang

di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu

menjadilah dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai

sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang kafir.8

Inilah yang dijadikan dasar dalam ikrar wakaf pertama terhadap tanah

Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang

dilakukan oleh H. Munasir yang mewakafkan tanahnya hanya secara lisan

8 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tejemahnya, Op Cit, h. 46

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

52

dengan diketahui pihak internal keluarga saja, tanpa diketahui oleh pihak luar

dan tanpa ada usaha pengadministrasiannya. Pelaksanaan wakaf semacam itu

cukup didasarkan atas adanya rasa keikhlasan seseorang yang menyerahkan

wakaf (wakif) karena ibadah kepada Allah semata sehingga dirasa lebih dapat

mencegah diri dari sifat riya (ingin dipuji oleh orang lain kerena telah

melakukan suatu perbuatan baik).

Pelaksanaan wakaf seperti itu, di satu sisi memiliki kelebihan yaitu

pelaksanaan wakaf terasa lebih mudah karena tiada prosedur dan tatacara

yang rumit dan berbelit-belit, tetapi disisi lain juga memiliki kelemahan yaitu

sebagai akibat dari pelaksanaan wakaf dengan tidak adanya

pengadministrasian, maka hal ini dapat mengancam kekekalan dan keabadian

benda wakaf tersebut, karena keberadaannya tidak dilindungi oleh alat bukti

yang kuat. Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan H. Munasir yang sempat

akan menarik kembali tanah yang telah diwakafkan. Hal itu dikarenakan H.

Munasir merasa adanya ketidak adilannya dalam pembagian tanah kepada

beberapa anaknya secara tidak merata. Namun penarikan tanah wakaf dapat

dicegah meskipun bukti kepemilikan tanah tersebut telah berpindah tangan

kepada salah satu anaknya.

Dalam sejarah Islam, pada masa Nabi dan Shahabat perwakafan

secara administratif belum dikenal. Namun dalam urusan muamalah, Al-

Qur’an menganjurkan untuk dicatat dan disaksikan oleh dua orang saksi laki-

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

53

laki.9 Ayat Al-Qur’an yang bermakna umum itu, juga berarti Islam

menghendaki masalah wakaf dengan tertulis atau memakai administrasi serta

saksi karena masalah wakaf juga termasuk muamalah yang diatur oleh

Allah.10

Oleh karena itu lahirnya peraturan wakaf di Indonesia seperti PP No.

28 Tahun 1977, KHI Buku III, dan UU No. 41 Tahun 2004 dapat dikatakan

sebagai implementasi terhadap ayat Allah SWT, sehingga wakaf dalam

konteks muamalah di Indonesia, keberadaan wakif, nadzir, saksi, dan PPAIW

merupakan sebuah keniscayaan demi menjamin kepastian hukum dan

pelestarian benda wakaf agar pendayagunaannya dapat dilakukan secara

maksimal dan optimal.

Atas dasar itulah dilakukan pengikraran kembali terhadap benda

wakaf yang dilakukan oleh Hidayatur Rohmah yang sebelumnya telah

diikrarkan oleh orang tuanya, yakni H. Munasir. Terjadinya ikrar wakaf yang

kedua tersebut merupakan hasil desakan beberapa saudara Hidayatur

Rohmah, yang menginginkan benda wakaf tersebut dicatatkan menurut

administrasi negara. Hal ini dilakukan demi menjamin adanya kepastian

hukum dan pelestarian tanah wakaf tersebut guna menghindari adanya

kemungkinan terjadinya pengingkaran terhadap benda wakaf tersebut.

Dengan terjadinya pengikraran kembali terhadap tanah wakaf

Mushola An-Nur ini berarti benda yang telah diwakafkan secara administrasi

negara telah mendapatkan suatu kepastian hukum menurut hukum positif

Indonesia. Dengan dituangkannya ikrar wakaf tersebut dalam bentuk Akta

9 Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 282, Lihat dalam Departemen Agama, Al-Qur’an

dan Tejemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2004, h. 49 10

Abdul Halim, Op Cit., h. 104

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

54

Ikrar Wakaf oleh PPAIW setidaknya telah menghilangkan adanya

kehawatiran apabila suatu saat terjadi pengingkaran terhadap benda wakaf

tersebut. Meskipun dalam AIW tersebut yang bertindak sebagai wakif adalah

Hidayatur Rohmah dan bukan H. Munasir.

Terjadinya pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-

Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh merupakan upaya yang dilakukan oleh

ahli waris wakif demi menjamin kelanggengan tanah wakaf tersebut. Hal ini

juga merupakan bentuk kesadaran wakif, nadzir, dan ahli waris wakif bahwa

antara nilai ibadah wakaf (aspek vertikal) dengan nilai kemanusiaan wakaf

(aspek horizontal) harus berjalan seimbang. Oleh karenanya praktek

perwakafan selain dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah dan

menghindarkan diri dari sifat sombong dan riya, juga harus tertib administrasi

guna mendapatkan kepastian hukum yang dapat menjamin kelanggengan

harta benda wakaf sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

B. Analisis Ketentuan Hukum Islam terhadap Pengikraran Kembali Tanah

Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan

Konsep Islam sebagai agama (al-din), yang bersumber dari Al-

Qur’an, meliputi pengaturan semua aspek kehidupan manusia, baik

pengaturan hubungan manusia dengan Tuhannya, yakni hubungan makhluk

dengan khalik (habl min Allah), maupun pengaturan hubungan antar makhluk

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

55

(habl min al-Nas).11

Konsep Din al-Islam mencakup hukum tentang sistem

keyakinan (ahkam i’tiqadiyah), hukum yang berhubungan dengan pengaturan

ucapan, perbuatan dan hubungan antara manusia (ahkam ‘amaliyah) dan

hukum yang berhubungan dengan keutamaan, kesempurnaan dan keindahan

bagi diri manusia (ahkam khuluqiyah). Esensi kandungan Din al-Islam, tidak

hanya mengatur masalah ibadah ritual saja, yaitu ibadah dalam bentuk

pengaturan hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur

kepentingan hubungan manusia dalam hidup kemasyarakatannya, seperti

masalah kehidupan rumah tangga, pendidikan, ekonomi, ketatanegaraan,

politik, dan hukum.12

Hukum Islam merupakan sistem hukum yang bersumber dari wahyu

agama, sehingga istilah hukum Islam secara jelas mencerminkan konsep yang

jauh berbeda dengan konsep, sifat, dan fungsi hukum biasa.13

Secara teologis,

hukum Islam adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah sekaligus

bersifat transenden. Akan tetapi dilihat dari perspektif sosiologis, hukum

Islam merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial dalam

kehidupan manusia. Dalam realitas sosialnya, hukum Islam tidak saja sekedar

sejumlah aturan yang bersifat menzaman dan menjagat raya (universal),

tetapi juga mengejawantahkan diri dalam institusi-institusi sosial yang

dipengaruhi oleh situasi dan dinamika ruang dan waktu, sehingga hukum

Islam yang bersifat transeden dan universal tersebut pada tingkat sosial tidak

11

Suparman Usman, Hukum Islam; Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam

dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h.12 12

Ibid, h. 13 13

Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah; Implikasinya pada Perkembangan

Hukum Islam, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2000, h. 45

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

56

dapat menghindarkan diri dari sebuah kenyataan, yakni perubahan yang

menjadi karakter dasar kehidupan sosial.14

Wakaf merupakan bagian dari hukum Islam yang tidak luput dari

perubahan yang menjadi karakter dasar kehidupan sosial tersebut. Hukum

wakaf ini bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi, namun sangat sedikit

sekali hukum-hukum wakaf yang ditetapkan berdasarkan kedua sumber

tersebut sehingga ajaran wakaf ini diletakkan pada wilayah yang bersifat

ijtihadi, khususnya yang berkaitan dengan aspek pengelolaan, jenis wakaf,

syarat, peruntukan, dan lain-lain. Oleh karenanya, ketika suatu hukum

(ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi, maka hal tersebut menjadi

sangat fleksibel, terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru, dinamis, dan

fururistik (berorientasi pada masa depan).15

Oleh karenanya wakaf merupakan

sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan zaman.

Setiap permasalahan menurut pandangan Islam tentu ada hukumnya.

Hanya kebanyakan masalah, terutama masalah dalam wilayah muamalah

tidak ditetapkan secara terinci hukumnya. Bahkan tidak sedikit masalah-

masalah seperti wakaf secara teknis pelaksanaannya tidak ada nasnya dalam

Al-Qur’an dan Sunnah. Bukan karena kealpaan atau kelengahan dari syari’,

yakni Allah dan Rasul-Nya. Sebab masalah perwakafan semacam itu dapat

berubah dan berkembang dengan cepat sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan kemajuan zaman. Oleh karena itu, Islam cukup memberikan

14

Ibid, h. 45-46 15

Departemen Agama, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta:

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003, h. 59

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

57

pedoman pokok dan prinsip-prinsipnya saja, sedangkan pengaturannya

diserahkan kepada ulil amri, yakni pemerintah, ulama’ atau ahlul hilli wal

aqdi (orang-orang yang mampu menganalisa dan menyimpulkan masalah).16

Wakaf sebagai produk ijtihad menjadikan wakaf tidak lepas dari

perhatian para ulama. Berdasarkan perspektif historis dapat dilihat bahwa

para ulama’ fiqh kita terdahulu dengan mengambil petunjuk dari prinsip-

prinsip dasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi telah mampu mengembangkan

suatu sistem hukum yang luar biasa. Namun sebagus apapun rumusan-

rumusan hukum para fuqaha generasi terdahulu, kesemuanya adalah hasil

interpretasi yang tidak bersifat final dan memang tidak pernah dimaksudkan

oleh para pembina madzhab sebagai sifat final.17

Secara teknis, pelaksanaan wakaf menurut para ulama’ secara sah

dilakukan apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. Salah satu rukun

wakaf tesebut adalah dengan adanya sighat, yakni pernyataan kehendak dari

wakif yang dilahirkan dengan jelas tentang benda yang akan diwakafkan,

kepada siapa diwakafkan dan untuk apa dimanfaatkan.18

Menurut pendapat

Al-Imam Al-Syafi’i, Malik dan Ahmad, wakaf dianggap telah terlaksana

dengan adanya lafadz atau sighat, walaupun tidak ditetapkan oleh hakim.19

Berdasarkan pendapat para ulama yang telah tersebar dalam kitab-

kitab fiqh klasik, tata cara perwakafan cukup dengan adanya sighat atau akad

16

Masjfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah, Cet. Ke-2 Jakarta: CV. HAJI

MASAGUNG, 1990, h. 128 17

Musahadi HAM, Op Cit, h. 73-74 18

Adijani Al-Albij, Perwakafan Tanah di Indonesia; Dalam Teori dan Praktek,

Jakarta: Rajawali, 1989, h.31 19

Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat

Mazhab,Terj. Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah, Bandung: Hasyimi, 2010, h. 306

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

58

dari wakif. Pelaksanaan wakaf seperti ini sebagaimana yang telah dilakukan

oleh H. Munasir yang hanya dilakukan secara lisan tanpa adanya

pengadministrasian menurut hukum positif Indonesia. Namun hal ini

membawa konsekuensi bahwa kekekalan dan keabadian tanah wakaf tersebut

kemungkinan akan terganggu dan terancam, karena keberadaannya tidak

dilindungi atau didukung oleh bukti yang kuat.

Untuk generasi pertama selama wakif masih hidup, kemungkinan

terjadinya masalah masih bisa diatasi, tetapi apabila wakif telah meninggal

dunia, permasalahan akan menjadi lain. Timbulnya interest seseorang untuk

memiliki tanah wakaf tersebut sangat mungkin terjadi, misalnya setelah wakif

meninggal dunia, ahli waris tidak mengakui adanya wakaf karena tidak

adanya bukti-bukti perwakafan.

Kasus perpindahan bukti kepemilikan tanah wakaf dari H. Munasir

kepada salah satu anaknya yang bernama Hidayatur Rohmah merupakan

sebuah indikasi kemungkinan adanya pengingkaran terhadap tanah wakaf,

karena tidak adanya bukti-bukti perwakafan terhadap tanah wakaf. Ketika

suatu saat Hidayatur Rohmah telah meninggal dunia, interest (ketertarikan)

dari ahli warisnya untuk memiliki tanah wakaf tersebut sangat mungkin

terjadi dengan menggap tanah tersebut sebagai harta waris yang harus dibagi.

Atas dasar kehawatiran yang mungkin terjadi di kemudian hari, maka

beberapa ahli waris H. Munasir yang lain (saudara-saudara Hidayatur

Rohmah) mendesak agar tanah wakaf tersebut didaftarkan (dicatatkan)

menurut administrasi negara. Sehingga pada tahun 29 Januari 2003,

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

59

Hidayatur Rohmah mendaftarkan tanah wakaf tersebut dengan mengikrarkan

wakaf terhadap tanah dihadapan PPAIW.20

Dengan terjadinya pengikraran

kembali terhadap tanah wakaf tersebut, secara hukum jelas melahirkan

adanya dualisme hukum, yaitu antara fiqh dan hukum positif Indonesia.

Sejak Islam datang ke Indonesia, pengaturan wakaf tunduk pada

hukum Islam. Tata cara perwakafan tanah cukup dilakukan berdasarkan

ketentuan-ketentuan fiqh yang terdapat dalam kitab-kitab kuning. Namun,

dengan terbentuknya pemerintahan di bawah kekuasaan Belanda pada waktu

itu, setiap perwakafan tanah harus diketahui oleh negara.21

Indonesia sebagai bekas jajahan Belanda, tidak dapat dipungkiri

bahwa setelah kemerdekaannya, Indonesia masih menjalankan hukum

warisan Belanda (hukum positif). Sebagai akibatnya, wakaf sebagai bagian

dari hukum Islam yang semula hanya dilakukan berdasarkan ketentuan-

ketentuan fiqh juga harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan

di Indonesia. Oleh karena itu berlakunya peraturan tentang wakaf di

Indonesia seperti PP No. 28 Tahun 1977, KHI Buku III, dan UU No. 41

Tahun 2004 adalah sebuah keniscayaan demi menjamin kepastian hukum dan

pelestarian tanah wakaf agar pendayagunaannya dapat dilakukan secara

maksimal dan optimal.

Pemberlakuan perwakafan secara administratif menurut hukum positif

ini juga merupakan interpretasi pemerintah dalam urusan muamalah dalam

Islam sebagaimana Al-Qur’an yang menganjurkan untuk dicatat dan

20

Lihat dalam Akta Ikrar Wakaf (AIW) Tanah Wakaf Mushola An-Nur. 21

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset,

h. 9

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

60

disaksikan oleh dua orang saksi laki-laki.22

Ayat Al-Qur’an yang bermakna

umum itu, juga berarti Islam menghendaki masalah wakaf dengan tertulis

atau memakai administrasi serta saksi karena masalah wakaf juga termasuk

muamalah yang diatur oleh Allah.23

Meskipun dalam sejarah Islam praktek

perwakafan secara administratif belum dikenal.

Pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur secara

hukum memang telah melahirkan dualisme hukum yang saling bertentangan.

Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsep pelaksanaan perwakafan

menurut fiqh dan hukum positif Indonesia. Secara fiqh, seseorang dapat

melakukan wakaf terhadap benda miliknya meskipun tidak mempunyai bukti

tertulis terhadap kepemilikan benda tersebut. Namun menurut hukum positif

Indonesia, bukti tertulis terhadap kepemilikan suatu benda adalah syarat

administratif yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melakukan

perwakafan.24

Dengan demikian, pengikraran kembali terhadap tanah wakaf

Mushola An-Nur yang dilakukan oleh Hidayatur Rohmah tidak dapat

dihindarkan. Terjadinya pengikraran kembali tanah wakaf ini di dasarkan

pada beberapa alasan, antara lain:

1. Setelah terjadinya ikrar wakaf oleh H. Munasir terhadap tanah Mushola

An-Nur, H. Munasir sempat akan menarik lagi tanah yang telah

22

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 282, Lihat dalam Departemen Agama, Al-

Qur’an dan Tejemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2004, h. 49 23

Abdul Halim, Op Cit., h. 104 24

Lihat dalam Pasal 223 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

61

diwakafkan dan sempat akan diberikan kapada salah satu anaknya yang

bernama Hidayatur Rohmah. Namun hal tersebut tidak jadi dilakukan.

2. Bukti kepemilikan tanah wakaf tersebut telah beralih kepemilikan dari H.

Munasir kepada salah satu anaknya yang bernama Hidayatur Rohmah

setelah terjadinya ikrar wakaf oleh H. Munasir.

3. Adanya desakan dari pihak ketiga agar tanah wakaf tersebut dicatatkan

menurut administrasi negara. Hal itu dikarenakan tidak adanya bukti-

bukti perwakafan terhadap tanah tersebut, sehingga timbul kehawatiran

ketika suatu saat Hidayatur Rohmah sudah tidak ada (telah meninggal

dunia), kemungkinan timbul interest (ketertarikan) dari ahli warisnya

untuk memiliki tanah wakaf tersebut dengan menggap tanah tersebut

sebagai harta waris yang harus dibagi. Sehingga diperlukan adanya suatu

kepastian hukum yang menjamin kekekalan tanah wakaf tersebut.

4. Dalam pengikraran wakaf tanah Mushola An-Nur secara administrasi

negara bisa saja dilakukan oleh H. Munasir, yakni dengan cara

pemindahan bukti kepemilikan tanah tersebut dari Hidayatur Rohmah

kembali ke H. Munasir. Namun hal itu akan menjadi sesuatu yang agak

berlebihan, karena dengan dilakukannya perpindahan kembali bukti

kepemilikan kepada H. Munasir akan menyita banyak tenaga, pikiran dan

biaya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu prinsipil. Mengingat

bahwa secara substansi perwakafan adalah kekekalan benda wakaf dan

manfaatnya yang berlaku untuk kesejahteraan umum guna keperluan

ibadah. Adapun perwakafan secara administrasi hanya sebagai pelengkap

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

62

guna menjamin kepastian hukum dan pelestarian tanah wakaf agar

pendayagunaannya dapat dilakukan secara maksimal dan optimal.

Pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan menurut hukum Islam, sebagai

kelangsungan suatu hukum taklifi25

memiliki kaitan terhadap tiga hal, yaitu:

sabab (sebab), syarat, dan mani’ (penghalang). Bila sesuatu perbuatan

dituntut ada sebabnya, juga telah memenuhi syarat-syaratnya dan telah

terhindar dari segala mani’ (penghalang), maka perbuatan itu dinyatakan

sudah memenuhi ketentuan hukum. Ditinjau dari segi hasil suatu perbuatan

hukum dalam hubungannya terhadap tiga hal di atas, para ahli memasukkan

ke dalam hukum wadh’i26

tiga hal lagi, yaitu: shah, fasid, dan batal.27

Pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh adalah sah menurut hukum positif Indonesia, karena dilakukan sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku. Namun menurut hukum Islam

sebagai kelangsungan hukum taklifi pengikraran kembali terhadap tanah

wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh adalah batal atau fasid karena adanya

mani’ (penghalang). Terhalangnya akad ini karena adanya unsur ikrah

25

Hukum taklilifi adalah hukum yang berhubungan dengan tingkah laku mukalaf

dalam bentuk tuntunan dan pemberian pilihan untuk berbuat atau tidak berbuat. Lihat Amir

Syarifuddin, Ushul Fiqh jilid 1,Cet. 4, Jakarta: Kencana, 2009, h. 394 26

Hukum wadh’i merupakan titah Allah yang berhubungan dengan sesuatu yang

berkaitan dengan hukum-hukum taklifi. Lihat Ibid. 27

Fasid dan batal merupakan kebalikan dari shah. Kedua istilah ini menurut jumhur

ulama’ mempunyai arti yang sama baik dalam bidang ibadah maupun muamalah, tetapi

menurut ulama’ hanafiyah kedua istilah ini mempunyai makna yang berbeda dalam bidang

muamalah, yakni fasid terdapat kekurangan atau kesalahan dalam syarat suatu akad,

sedangkan batal terdapat kekurangan atau kesalahan rukun akad. Lihat Ibid. h.411-412

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

63

(paksaan) dan haqqul ghair (hak orang lain)28

, karena pelaksanaan ikrar

wakaf yang kedua ini merupakan hasil desakan (paksaan) dari pihak ketiga,

bukan atas kehendak sendiri. Selain itu juga kepemilikan tanah tersebut

bukanlah milik Hidayatur Rohmah dan bukti kepemilikan tanah tersebut yang

berada pada Hidayatur Rohmah hanyalah pinjam nama. Oleh karenanya,

seharusnya dalam pengikraran kembali tersebut Hidayatur Rohmah tidaklah

bertindak sebagai wakif, tetapi sebagai kuasa dari wakif (H. Munasir) dengan

menyatakan benda yang akan diikrar wakafkan adalah bukan miliknya dan

bukti kepemilikan yang berada atas namanya hanyalah pinjam nama.

Namun, dalam peraturan hukum positif Indonesia tentang syarat

administrasi perwakafan tidak diatur tentang bukti kepemilikan yang diatas

namakan orang lain boleh diwakafkan oleh pemilik asli. Demi mendapatkan

kepastian hukum dan pelestarian wakaf tanah Mushola An-Nur Desa Boloh,

pengikraran kembali terhadap tanah wakaf tersebut oleh Hidayatur Rohmah

mengharuskan untuk dilakukan demi mendapatkan kemaslahatan.

Secara umum, tujuan Pencipta hukum (syari’) dalam menetapkan

hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan serta

kebahagiaan manusia seluruhnya, baik kehidupan dunia maupun kehidupan

akhirat kelak.29

Tujuan hukum Islam yang demikian itu dapat dipahami antara

lain dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 201-202

28

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999, h. 53 29

Suparman Usman, Op Cit, h. 67

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

64

.

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami,

berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah Kami dari siksa neraka". mereka Itulah orang-orang yang

mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah

sangat cepat perhitungan-Nya.”30

Tujuan hukum Islam sebagaimana di atas, dapat dirinci kepada lima

tujuan yang disebut al-maqasid al-khamsah atau al-kulliyat al-khamsah. Lima

tujuan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal,

memelihara harta, dan memelihara keturunan. Cara pencapaiannya adalah

dengan menarik kemaslahatan, baik itu dengan cara menarik kamanfaatannya

atau dengan cara menolak kemadharatan.31

Memperhatikan kemaslahatan masyarakat dalam urusan muamalah,

seperti terjadinya pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-

Nur Desa Boloh merupakan dasar asasi dalam pembinaan hukum. Pembinaan

hukum (syari’) menerangkan illat hukum yang disyari’atkannya agar hukum-

hukum itu berkisar sekitar illatnya, dan untuk mengingatkan kita kepada

keharusan memelihara kemaslahatan dan tidak membeku pada praturan

hukum yang telah ada. Namun jika kemaslahatan-kemaslahatan itu

bertentangan satu sama lain, maka didahulukan maslahat umum atas maslahat

30

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tejemahnya, Op. Cit., h. 32 31

Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syari’ah, Jakarta: AMZAH, 2009, h.

xv

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

65

khusus dan diharuskan kita menolak kemadharatan yang lebih besar dengan

jalan mengerjakan kemadharatan yang lebih kecil. 32

Dengan demikian terjadinya pengikraran kembali terhadap tanah

wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh secara hukum adalah boleh dilakukan.

Kebolehan ini demi mewujudkan suatu kemaslahatan umum agar tidak

menimbulkan suatu kemadharatan yang mungkin terjadi. Hal ini sejalan

dengan kaidah fiqhiyah yang menyatakan bahwa:

33الضرر يسال

Artinya: “Madharat itu dapat dihapus”.

34درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

Artinya: “Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kebaikan”.

Kaidah di atas merupakan sebagian dari kaidah-kaidah pokok.

Kepadanya kembali sebagian besar dari masalah-masalah fiqh dan dari

padanya diistinbathkan berbagai hukum.35

Salah satunya adalah kasus

terjadinya pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur

tersebut dilakukan demi mendapatkan kepastian hukum atau pengakuan dari

negara. Tidak adanya kepastian hukum atau pengakuan negara merupakan

sebuah kemadharatan yang dapat menimbulkan kerusakan, yakni dengan

tidak adanya kepastian hukum memungkinkan terjadinya pengingkaran

32

Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h 79-

80 33

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam

Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2007, h. 9 34

Ibid, h. 11 35

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam jilid II, Jakarta: Bulan Bintang,

1981, h. 109

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

66

terhadap tanah wakaf tersebut. Oleh karenanya pengikraran kembali terhadap

tanah wakaf Mushola An-Nur yang dilakukan oleh Hidayatur Rohmah ini

demi menolak adanya kerusakan yang mungkin timbul dikemudian hari.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

67

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari seluruh uraian, pembahasan, serta analisis yang telah penulis

paparkan dalam sripsi ini, maka sebagai akhir dari kajian ini penulis

simpulkan sebagai berikut:

1. Proses pengikraran kembali terhadap tanah wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan merupakan bentuk

kesadaran wakif dan ahli waris wakif bahwa antara nilai ibadah wakaf

(aspek vertikal) dengan nilai kemanusiaan wakaf (aspek horizontal) harus

berjalan seimbang. Dari sudut wakif, wakaf dilakukan untuk

mendapatkan ridha Allah yang terhindar dari sombong dan riya.

Sementara dari sudut nadzir dan PPAIW, administrasi wakaf dilakukan

untuk menegakkan tertib administrasi dan menjamin kepastian hukum

serta menjamin kelanggengannya sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

2. Hukum Islam memandang bahwa pengikraran kembali terhadap tanah

wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan adalah tidak sah karena adanya penghalang yaitu unsur

paksaan dan hak orang lain. Namun pengikraran kembali tersebut boleh

dilakukan demi mendapatkan suatu kemaslahatan umum dan menolak

adanya kamadharatan yang mungkin terjadi.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

68

B. Saran-Saran

Dari pembahasan secara menyeluruh terhadap permasalahan

pengikraran kembali tanah wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Perlunya peningkatan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat luas

terhadap pentingnya pelaksanaan wakaf secara administratif guna

melestarikan dan mengembangkan manfaat harta agama tersebut.

2. Perlunya peningkatan kerja sama antara pemerintah dengan para alim

ulama, pemuka masyarakat dan para ahli lainnya dalam rangka

mengadakan penyuluhan dan penerangan tentang peraturan perundang-

undangan perwakafan tanah, baik melalui ceramah-ceramah, khutbah-

khutbah, pengajian-pengajian, maupun yang lainnya.

3. Perlunya memberi peluang terhadap pengikraran wakaf dengan bukti

kepemilikan yang diatas namakan orang lain (pinjam nama) sebagai

syarat administrasi pelaksanaan perwakafan.

C. Penutup

Dalam susunan skripsi ini sangat mungkin terdapat kekurangan atau

kelemahan, tetapi itulah hasil ikhtiar maksimal yang telah penulis lakukan

dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran

yang positif dari para pembaca, sebagai masukan yang berharga.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

DAFTAR PUSTAKA

Akta Ikrar Wakaf (AIW) Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa Boloh Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan, 2003

Alabij, Adijani, Perwakafan Tanah di Indonesia; Dalam Teori dan Praktek,

Jakarta: Rajawali, 1989

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006

As’ad, Aliy, Terjemah Fathul Mu’in Jilid 2, Kudus: Menara Kudus, tth

Azzam, Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat; Sistem Transaksi Dalam Fiqh

Islam, Jakarta: Amzah, 2010

Bisri, Moh. Adib, Terjamah Al-Faraidul Bahiyah; Risalah Qawa’id Fiqh, Kudus:

Menara Kudus, 1977

Data Arsip Pemerintah Desa Boloh Kecamatan Toroh, Februari 2012

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tejemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-ART,

2004

__________, Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi

Hukum Islam, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,

2000

__________, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003

__________, Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Wakaf, Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam, 2006

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3 – cet.4,

Jakarta: Balai Pustaka, 2007

Dimasyqi, Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman, Fiqh Empat Mazhab,Terj.

Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah, Bandung: Hasyimi, 2010

Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

Masalah-Masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2007

Djunaidi, Achmad dan Al-Asyhar, Thobieb, Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah

Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat, Jakarta: Mitra Abadi

Pers, 2006

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

Halim, Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005

HAM, Musahadi, Evolusi Konsep Sunnah; Implikasinya pada Perkembangan

Hukum Islam, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2000

Huda, Syamsul, Tata Cara Ikrar Wakaf Studi Komparasi Fiqh Klasik dan

Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Skripsi S1

Fakultas Syari’ah, Yogyakarta, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,

2009).

Jauhar, Ahmad Al-Mursi Husain, Maqashid Syari’ah, Jakarta: AMZAH, 2009

Junus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 1973

Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, Terj. Ahkam Al-Waqf fi Al-

Syari’ah Al-Islamiyah, Jakarta: Dompet Duafa Republika dan IIMaN

Press, 2004

Khalifah, Inna Nurul, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Wakaf di Bawah Tangan

Tahun 2001-2005 (Studi Kasus di Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora), Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Semarang, Perpustakaan IAIN

Walisongo, 2007

Khasbuna, Analisis hukum Islam Tentang Pemaksaan Wakaf Jama’ah (Wakaf

Khair) untuk Pembangunan Masjid Al-Muttaqin Desa Rengas

Pendawa Kec. Larangan Kab. Brebes, Skripsi S1 Fakultas Syari’ah,

Semarang, Perpustakaan IAIN Walisongo, 2008

Maghfur, Ali, Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Sertifikasi Tanah Wakaf

(Studi Kasus di Wilayah KUA Ngaliyan Kota Semarang)”, Skripsi S1

Fakultas Syari’ah, Semarang, Perpustakaan IAIN Walisongo, 2008

Mubarok, Jaih, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Mazhab, Terj. Al-Fiqh ‘ala Madzahib

Al-Khomsah, Jakarta: Basrie Press, 1994

Naisaburi, Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi, Shahih Muslim

Jilid 2, Beirut, Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah, 1992

___________, Shahih Muslim Jilid 3, Beirut, Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah,

1992

Munawar, Said Agil Husain, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta:

PENAMADANI, 2004

Praja, Juhaya S., Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum, dan

perkembangannya, Bandung: Yayasan PIARA, 1997

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Cet. Ke-3, 1998

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 4, Terj. Fiqhus Sunnah, Jakarta: Pena Pundi

Aksara, 2006

Sertifikat (Tanda Bukti Tanah Wakaf) Tanah Wakaf Mushola An-Nur Desa

Boloh No. 11.10.04.15.9.00448

Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 1999

__________, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975

__________, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2001

__________, Pengantar Hukum Islam jilid II, Jakarta: Bulan Bintang, 1981

Sayuti, Imam Jalaluddin, Al-Jaami’ Ash-Shaghiir, Berut: Darul Kitab Al-

Alamiyah, 2009

Straus, Anselm, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Surabaya: PT. Bina Ilmu

Offset, 1997

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992

Subagyo, Joko P., Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 1991

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh jilid 1,Cet. ke- 4, Jakarta: Kencana, 2009

Usman, Rachmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2009

Usman, Suparman, Hukum Islam; Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam

dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Al-Waqf Al-Islami, Jakarta:

KHALIFA, 2004

Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Hukum Syariah, Cet. ke-2 Jakarta: CV. HAJI

MASAGUNG, 1990

Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGIKRARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--muhammadsy... · secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di ... Adapun

Hasil Wawancara dengan Bapak Ahmad Nur Khalis (7 Maret 2012)

Hasil Wawancara dengan Ibu Hidayatur Rohmah (8 Maret 2012)

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Boloh_Toroh_Grobogan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahu_(agraria)