pengkajian seruni

77
LAPORAN DEPARTEMEN MANAJEMEN Disusununtuk memenuhi tugas mata kuliah clinical study 2 Disusun Oleh: Kelompok X K3LN Defri Andrian Dwi Ardika 115070207131019 Siti Sulaicha 115070213131001 Putu Ayu Dian Kharismasanthi 115070213131002 Dina Mukmilah Maharika 115070201131024 Nurul Amborowati 115070205131001

Upload: geztu-sasori

Post on 09-Jul-2016

58 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian serunipengkajian seruni

TRANSCRIPT

Page 1: pengkajian seruni

LAPORAN DEPARTEMEN MANAJEMENDisusununtuk memenuhi tugas mata kuliah clinical study 2

Disusun Oleh:Kelompok X K3LN

Defri Andrian Dwi Ardika 115070207131019Siti Sulaicha 115070213131001Putu Ayu Dian Kharismasanthi 115070213131002Dina Mukmilah Maharika 115070201131024Nurul Amborowati 115070205131001

Page 2: pengkajian seruni

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan merupakan suatu integral penting dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengelolaan pelayanan

keperawatan yang dilakukan secara profesional mampu mewujudkan kepuasan pasien, khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat tentang pelayanan keperawatan profesional dan tuntutan global,

maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat

ditentukan oleh manajemen yang tepat.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di

mana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam, 2002).

Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode

pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional.

1.1 Rumusan Masalah1.1.1 Menganalisa proses manajemen di Ruang Kemuning Rumah Sakit paru Batu Meliputi: Controling dan Kenyamanan

Pasien, Actuating dan Kepuasan Pasien, Organizing dan indikator perawatan diri, Planning dan Angka Keselamatan

Page 3: pengkajian seruni

Pasien, Pengkajian Market, Operan, Pre dan Post Conference, Metode Penugasan, penelian evaluasi, penialain

kecemasan pasien, penialaian pengetahuan pasien, proses Penilaian Kinerja Perawat, Pengembangan Askep & Kinerja

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi analisis SWOT pada proses Controling dan Kenyamanan Pasien, Actuating dan

Kepuasan Pasien, Organizing dan indikator perawatan diri, Planning dan Angka Keselamatan Pasien, Pengkajian Market,

Operan, Pre dan Post Conference, Metode Penugasan, penelian evaluasi, penialain kecemasan pasien, penialaian

pengetahuan pasien, proses Penilaian Kinerja Perawat, Pengembangan Askep & Kinerja di Ruang Kemuning Rumah

Sakit paru Batu

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui hasil pengkajian pada proses penelian evaluasi, penialain kecemasan pasien, penialaian

pengetahuan pasien, proses Penilaian Kinerja Perawat, Pengembangan Askep & Kinerja di Ruang Kemuning Rumah

Sakit paru Batu

2. Mahasiswa mampu melakukan analisa SWOT dari hasil pengkajian

3. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan pengkajian

4. Mahasiswa mampu menentukan prioritas strategi penyelesaian masalah

Page 4: pengkajian seruni

BAB IIGAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum BatuRumah Sakit Paru Batu didirikan sejak tahun 1912 pada masa penjajahan Belanda dengan pelayanan Rawat Jalan untuk

penyakit paru yang berlokasi di Kota Batu. Selanjutnya pada tahun 1934 tepatnya tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang perawatan

(Rawat Inap) yang diresmikan oleh Mas Soemarto (Patih Kabupaten Malang), JA Seven (Poning Master),de Ruyter de Wild (Voorith

Bob) dan dikenal dengan nama Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda Rumah Sakit Paru Batu dikuasai oleh Pemerintah

Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda. Setelah Indonesia Merdeka Rumah Sakit Paru Batu diserahkan ke Pemerintah

Republik Indonesia khususnya Pemerintah Propinsi Jawa Timur.

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 37 Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur Nomor 26 Tahun 2002

Rumah Sakit Paru ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi

di Kota Batu yang secara geografis terletak didaerah dataran tinggi dengan ketinggian 700–1.100 m dari permukaan air laut dengan

Page 5: pengkajian seruni

kemiringain 0–450 C. Rumah Sakit Paru Batu memiliki luas tanah 41.490 m2 dan luas lahan bangunan 12.344 m2 dan masih ada

tanah kosong seluas 29.146 m2 yang memungkinkan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: YM.02.04.3.3.3228 Pada tanggal 4 Juli 2007

diberikan Ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus dengan nama “ Rumah Sakit Paru Batu” dan pada tangaal 29 Desember

2009 Nomor : 118/259/kpps/013/2009 Rumah Sakit Paru Batu di tetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berstatus

BLUD penuh serta tahun 2011 penetapan akreditas 5 pelayanan. Lokasi Rumah Sakit Paru Batu berada di jalur transportasi dan

komunikasi yang mudah dijangkau masyarakat sehingga dapat mendorong pihak rumah sakit untuk memberikan pelayanan dengan

cepat dan mudah untuk mengembangkan pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan. Namun untuk CT Scan pasien harus

dirujuk ke RS yang memiliki CT Scan misalnya RS Baptis. Di Rumah Sakit Paru Batu juga terdapat komite keperawatan.

RSP Batu merupakan RS milik pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan pada 4 bagian besar (bagian Anak,

Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan dan Kandungan) serta beberapa bagian kecil (Syaraf, Radiologi dll). Jumlah pasien yang

berkunjung juga cukup banyak. Dalam pendidikan RSP Batu telah digunakan sebagai wahana pendidikan bagi perawat. Mengingat

RSP Batu belum terakreditasi sebagai RS Pendidikan. Kepaniteraan Klinik yang dilakukan FKUB sistemnya terdiri dari; kegiatan

tahap pertama adalah orientasi Rumah Sakit dan pengenalan kasus pasien.

Jumlah tenaga perawat di RSP Batu sebanyak 81 orang, S1 berjumlah 10 orang, D4 berjumlah 2 orang, D3 berjumlah 65

orang, Perawat gigi 2 orang, dan perawat pembantu 4 orang. Saat ini RS sedang merekrut perawat dan sedang di tes di berbagai

ruangan. Ada juga perawat yang sedang profesi di RSP batu yaitu institusi dari Stikes Kepanjen dan dari Keperawatan FK

Universitas Brawijaya.

.

2.2 Profil RSP BatuRS Paru Batu adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

a. Ketersediaan tempat tidurTempat ini tersedia 104 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Timur yang tersedia rata-rata 53

tempat tidur inap.

Page 6: pengkajian seruni

b. Jumlah DokterTerdapat 27 dokter di rumah sakit Paru Batu.

c. Perlayanan Inap Kelas Tinggi18 dari 104 tempat tidur

di rumah sakit ini

berkelas VIP keatas.

d. Dokter Tersedia Lumayan LengkapRumah sakit ini tersedia 3 dari 5 categori besar dokter. Yang tidak ada di

rumah sakit ini:

Spesialis Gigi

Dokter Bedah

Page 7: pengkajian seruni

Tipe Dokter Jumlah Orang

Dokter Umum12 orang

+

Spesialis13 orang

Dokter Gigi2 orang

e. Perincian Tenaga Dukung

Tipe Tenaga Dukung Jumlah Orang

+

Perawat81 orang

+

Pegawai Khusus Terapi1 orang

+

Teknisi Medis7 orang

+

Pegawai Khusus Bidan9 orang

+

Pegawai Khusus Gizi5 orang

Page 8: pengkajian seruni

Tipe Tenaga Dukung Jumlah Orang

+

Pegawai Khusus

Kefarmasian

10 orang

+

Pegawai Non Kesehatan84 orang

f. Mayoritas Kamar Kelas IIIDari 104 tempat tidur inap di rumah sakit ini, 54 termasuk di kamar kelas III.

RS Paru Batu tidak ada tempat tidur di kelas kamar tersebut:

Kelas VVIP

g. Jumlah rata-rata pasien di Rs Paru Batu

Page 9: pengkajian seruni

a. Jumlah pasien per tahun yang menerima perawatan di mana pasien diinapkan di rumah sakit sebanyak 4.204 orang/tahun.

b. Jumlah pasien per tahun yang menerima pelayanan medis tanpa mengharuskan dirawat inap atau rawat jalan sebanyak

35.157 orang/tahun. Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Paru Batu memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan dengan standar

tinggi bagi semua pasien.Pelayanan ini idukung oleh sumber daya manusia yang handal dan memiliki kompetensi

penanganan pasien gawat darurat dan tersertifikasi.

c. Jumlah pasien per tahun yang meneriwa perawatan Instalasi Gawat Darurat sebanyak 7.653 orang/tahun.

d. Jumlah tempat tidur di IGD sebanyak 5 tempat tidur

e. Jumlah tempat tidur di ruang operasi sebanyak 2 tempat tidur

f. Jumlah tempat tidur di ruang kamar bersalin sebanyak 3 tempat tidur

g. Jumlah tempat tidur di kamar bayi baru lahir sebanyak 7 tempat tdiru

Rasio tersebut menggambarkan tingkat efektivitas rumah sakit:

a. Bed Occupancy Ratio BOR: Ini adalah angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. BOR di

RSP Batu sebanyak 36,9%.

b. Turn Over Interval (TOI) : Ini adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi

berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI di RSP Batu sebanyak 5,57/ hari.

c. Gross Death Rate (GDR) Ini adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. GDR di RSP Batu tidak ada

atau 0%.

d. Net Death Rate (NDR): Ini adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar. NDR di RSP

Batu tidak ada atau sebanyak 0%.

e. Average Length of Stay (ALOS): Ini adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan

gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai ALOS yang ideal di antara 6-9 hari. ALOS di RSP Batu sebanyak 3/hari.

2.3 Profil Ruang Kemuning

Page 10: pengkajian seruni

Ruang kemuning adalah ruangan Non TBC yang ada di Rumah Sakit Paru Batu. Ruangan ini terdiri dari kelas I dengan 2

tempat tidur, kelas II dengan 3 tempat tidur, kelas III pria dengan 6 tempat tidur, dan kelas III wanita dengan 6 tempat tidur. Ruang

Kemuning Rumah Sakit Paru Batu memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

A. Visi dan Misi Visi dan Misi ruang kemuning adalah sebagai berikut:

VISI

Pelayaan kesehatan publik

Berstandar Nasional dan Internasional

Serta Berdaya saing Global

Ka. Instalasi Rawat Inap

dr. Wara Pertiwi, Sp.P

Administrasi

Sih Lini Pur

Kepala Ruangan

Mahfud Surya, S. Kep. Ns

Staf Pelaksana Keperawatan

1.Winaryo, Amd. Kep.2.Utari Ika, Amd. Kep.3.Ferawati, Amd. Kep.4.Mukhridatul Ulifah, Amd. Kep.5.Febri, Amd. Kep.

Page 11: pengkajian seruni

MISI

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna

Aman dan berkualitas

Menyelenggarakan pengembangan manajemen

Pengembangan sumber daya khususnya Sumber Daya Manusia Berbasis Teknologi Informasi

Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan

Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan pelanggan serta karyawan

B. Penyakit Terbanyak di ruang Kemuning

Page 12: pengkajian seruni

Ruang Kemuning merupakan ruang rawat inap yang memiliki jumlah pasien rawat inap sebanyak 10 orang per hari. Pasien

dengan kasus COPD atau PPOK biasanya akan di tempatkan di ruang Kemuning. Hasil tabulasi tahun 2010 penyakit Pnemonia

menempati urutan pertama dengan jumlah 64 pasien.

C. Grafik Jumlah Pasien

Berdasarkan catatan pasien masuk dan pulang di ruang rawat inap Kemuning selama priode tahun 2014, terdapat 388

pasien laki-laki dan 191 pasien perempuan. 7 pasien di rujuk kerumah sakit lain, 19 pasien meninggal.

Inisial Nama Kelas Diagnosa Medis Tingkat Ketergantungan

Tn. S III Suspect Tumor Paru Partial

Tn. M III Anemia + Ikterik +

Massa Abdomen +

Suspect Abses

Partial

Ny. SP III Asma Partial

Tn. W II Sirosis Partial

Ny. Pr I COPD EA, CHF Partial

Ny. Pa III CHF Partial

Tn. U III DHF Partial

Tn. MA I GE + Dehidrasi Partial

Page 13: pengkajian seruni

Ny. E III Suspect Asma Partial

Ny. S III COPD EA Partial

Rasio tersebut menggambarkan tingkat efektivitas ruang rawat inap dirumah sakit

BAB 3ANALISA

3.1 HASIL PENGKAJIAN MANA. Staffing

a) Jumlah seluruh tenaga perawat di ruangan Seruni RST Supraoen

Page 14: pengkajian seruni

Total jumlah perawat yang ada di ruangan adalah sebanyak 14 orang yang terdiri dari 1 kepala ruangan dan 13 perawat.

Tenaga perawat di ruang Seruni dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim 1 dan tim 2. Berikut ini merupakan table nama perawat di

ruang Seruni beserta jenjang pendidikannya.

No Nama Perawat Pangkat/Gol Pendidikan

1. Kepala Ruangan :Sugito

PELDA DIII

2. Ketua Tim 1 : Siti Patoyah

PNS IIIA S1 (Ners)

3. Dwi Wahyuni PNS IID S1

4. Nur Chamid HR SPK

5. Mu’affa HR S1

6. Shinta Magang DIII

7. Zulfa HR DIII

8. Ketua Tim 2:Taufik

SERMA S1

9. Abd. Rohman PNS IIC S1

10. Eni W HR DIII

11. Dwi Susanti HR DIII

12. Nurfiana Magang DIII

13. Ika R Magang DIII

Page 15: pengkajian seruni

14. Novia Putri Magang DIII

Selain itu, di ruang seruni juga terdapat tenaga non medis sebanyak 2 orang yaitu sebagai berikut:

No Nama Pangkat/Gol Pendidikan

1. Sulami HR SMA

2. Retno HR SMA

b) Proses rekrutmen pegawai di ruangan Kemuning RSUP Batu

Ruang kemuning

menentukan

kebutuhan perawat

Dikirim ke badan

kepegawaian

rumah sakit

Badan kepegawaian

menirimkan kebutuhan

tenaga ke pimpinan

Rumah sakit

mengirimkan

kebutuhan tenaga

ke dinas kesehatan

Dinas kesehatan

mengirimkan

kebutuhan ke BKD

Rumah sakit

membuka lowongan

tenaga perawat

Dilakukannya

seleksi

administrasi

Tidak Lolos seleksi

administrasi

Page 16: pengkajian seruni

BKD mengirimkan

kebutuhan tenaga ke

provinsi

Gubernur menentukan tenaga

yang dibutuhkan dan dikirim

surat putusan ke rumah sakitLolos seleksi

administrasi

Mengikuti tes tulis

S1: 75 soal

D3: 60 soal

Lolos tes tulis Tes wawancara

Lolos Tes

wawancara

Tes skill 1

mingggu pada

5 departemen

Lolos tes skill

Orientasi 1 bulan

pada 5 departemen

Diterima sebagai

pegawai RSUP

Ditempatkan di ruang

kemuning

berdasarkan skill

yang dimiliki

Tidak Lolos

tes tulis

Tidak Lolos tes

wawancaraTidak Lolos

tes skill

Page 17: pengkajian seruni

c) Tenaga honorer di ruangan Seruni RST Supraoen

Terdapat 5 tenaga honorer di ruang seruni RST Suparoen

d) Kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruang Seruni RST Supraoen

Kriteria pegawai yang di tempatkan di ruang kemuning adalah berdasarkan

skill dan sertifikat yang dimiliki baik pelatihan atau pendidikan lainnya, namun

tetap mengacu pada standar pelayanan minimal (SPM) yang mana di rumah

sakit umum paru batu malang ini SPMnya masih disusun

e) Cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru

cara mengorientasikan pegawai baru berdasarkan kebijakan rumah sakit

yaitu mengorientasikan pegawai baru sela 1 bulan pada 5 departemen.

f) Pelatihan khusus di bidang keperawatan yang pernah diikuti staff

Semua pegawai di ruang Seruni sudah pernah mengikuti pelatihan khusus di

bidang keperawatan, diantaranya seperti pelatihan BLS,BCLS, pencegahan

infeksi nosocomial, dan berbagai macam seminar serta workshop di bidang

keperawatan.

g) Syarat/kriteria pegawai yang mendapat tugas belajar ataupun pendidikan

dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan

- untuk mengikuti pelatihan tidak ada kriteria khusus, karena semua

perawat diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan, dan

penunjukkannya dengan cara digilir.

- untuk pendidikan : Perawat cukup meminta izin untuk melanjutkan

pendidikannya

h) Subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan

staf di Kemuning RSUP Batu

Belum ada subsidi yang diberikan rumah sakit atau pemerintah untuk

peningkatan pendidikan staff

Page 18: pengkajian seruni

i) perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di ruangan Kemuning

RSUP Batu

- jumlah rata-rata pasien per januari dan februari adalah 90 orang

- jumlah tempat tidur 18

- jumlah perawat 6 orang

B. Directing a) Berapa kali kepala ruanganan merencanakan pertemuan dengan staf

Kepala ruangan melakukan pertemuan rutin minimal 1 kali dalam satu

bulan, namun kadang dilakukan sesuai kebutuhan. Apabila ada masalah

atau suatu kepentingan yang harus mengumpulkan staff maka dilakukan

segera. Namun, pada dasarnya pertemuan dilakukan situasional

b) rencanakan peningkatan SDM staf di ruangan Seruni RST Supraoen

Perencanaan peningkatan SDM dilakukan dengan pelatihan berjenjang

yang disusulkan setiap tahunnya sehingga dilakukan secara berkala

C. Controlling a) Pelaksanaan sistem penilaian perawat di ruang Seruni RST Supraoen

Sistem penilaian terhadap kinerja perawat di ruangan dilakukan langsung

oleh kepala ruangan yang mana kepala ruangan mengikuti format yang

ada yang telah ditetapkan oleh sub komite mutu kemudian melakukan

follow up dengan berkoordinasi bersama tim management rumah sakit

3.2 HASIL PENGKAJIAN MATERIALS AND MACHINE

3.2.1 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Seruni

Kapasitas : 17 TTNo Nama Alat Jumlah

inventaris/KebutuhanKondisi Standar

Baik Rusak1 Alas kasur 17/17 17 - 1:22 Baju Operasi 10/10 10 - 5/ruangan3 Bungkus Kasur

perlak17/17 17 - 1:2

4 Handuk kecil/lap cuci tangan

39/39 39 - 80/ruangan

5 Korden jendela hijau

28/28 28 - 1:2

6 Korden 6 6 - 1:3

Page 19: pengkajian seruni

lurus/sekat7 Manset tensi

dewasa3/3 - 3 1:3

8 Perlak hijau 20/20 20 - 1:39 Sarung bantal

hijau28/28 28 - 1:3

10 Sarung Kasur 17/17 17 - 1:211 Selimut lorek 30/30 30 - 1:312 Selimut wool 10/10 10 - 1:313 Skort Perawat 20/20 20 - 12/ruangan14 Sprei hijau 60/60 60 - 1:315 Stik laken hijau 20/20 20 - 1:316 Tutup tabung

oksigen hijau4/4 4 - 6/ruangan

17 Over laken 23/23 23 - 1:3Jumlah 353 349 4 502Rata-rata (349/502) x 100% = 70 %

3.2.2 Daftar Inventaris Alsatri Ruang Seruni

Kapasitas : 17 TTNo Nama Alat Jumlah

inventaris/KebutuhanKondisi Standar

Baik Rusak1 Bantal melamin 21/21 21 02 Bantal dewasa 20/20 20 1:13 Bel pasien 17/17 17 1:14 Ceret plastic/

teko2 2 1/ruangan

5 Dispencer 1/1 1 1/ruangan6 Gelas pasien 24/24 24 127 Jam dinding 3/3 3 1/kamar

pasien8 Gayung 5/5 5 1/kamar

mandi9 Kasur pasien

bayi busa17/17 17 11

10 Kereta makan 1/1 1 1/ruangan11 Kulkas 1/1 1 1/ruangan12 Kursi penunggu

panjang kayu2/2 2 7/ruangan

13 Kursi penunggu kotak

17/17 17 - 1:1

14 Kursi petugas jaga

6/6 6 - 7/ruangan

15 Lap dapur 5/5 5 3/ruangan16 Loker petugas 12/12 12 1/ruangan17 Papan tulis 1/1 1 2/ruangan18 Rak handuk 7/7 7 1/ruangan19 Meja pasien 17/17 17 1:1

Page 20: pengkajian seruni

20 Tempat sampah kecil terbuka

1/1 1 3

21 Sendok 45/45 45 1:222 Tempat sampah

tanggung tertutup

3/3 3 3

23 Troli baju kotor 1/1 1 124 Rak formulir 2/2 2 225 Almari linen 1 1 126 Almari ruangn

ukuran3/3 3 1/ruangan

27 Kipas angin gantung

4/4 4 1

28 Kompor listrik 1 1 129 Piring snack

melamin18/18 18

30 Meja kepala ruangan

1 1 1

31 Meja perawat 1/1 1 132 Piring snack

lonjong28/28 28

33 Telepon fleksi 1 1 134 Telepon

permanen1 1 1

35 Televisi 14 inchi 1 1 136 Meja 2/2 237 Tempat tidur

pasien17 17 1:1

38 Piring lauk melamin

29/29 29 1:1

39 Piring makan melamin

39/39 39 1:1

Jumlah 225 221 4 245Rata-rata (221/245) x 100% = 90%

3.2.3 Nurse StationPada nurse station dengan luas 36m2 terdapat beberapa peralatan medis,

dengan kondisi sebagai berikut :

Infus set, tensi, ECG, nebulizer, suction, kassa, handschoon, kom,

bengkok, baki, tabung oksigen, tempat linen kotor

Terdapat wastafel (1)

Alat transportasi kursi roda (2), branchard (1)

Atap lembab

Televisi (1)

Terdapat papan informasi dan ventilasi sudah cukup baik

Page 21: pengkajian seruni

3.3 HASIL PENGKAJIAN METHODE

Metode yang digunakan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu untuk

pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah metode alokasi di

karenakan tenaga perawat yang terbatas. Karu berkeinginan untuk merubah

metode alokasi menjadi metode tim dengan di rencanakan penggabungan ruang

perawatan R. Kemuning dan R. Mawar. Jumlah tenaga perawat lulusan jenjang

S1 hanya 1 orang dan lainnya D3 yang jumlahnya disesuaikan dengan

ketersediaan tenaga keperawatan pada shift pagi. Metode yang digunakan

merujuk pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan.

Tindakan Keperawatan di Ruang Kemuning a) Operan

NO Langkah – Langkah

TANGGAL

08/04/15 09/04/15

P S P S

Persiapan

1. Buku laporan shift sebelumnya V V V V

2. Membaca laporan shift sebelumnya. V V V V

3. Shift yang akan mengoperkan, menyiapkan

hal-hal yang akan di sampaikan.

V V V V

4. Shift yang akan menerima membawa buku

catatan operan / catatan harian

V V V V

5. Kedua petugas sudah siap V V V V

Prosedur Pelaksanaan:1. Perawat yang bertugas mengucapkan salam

(selamat pagi/ assalamu’alaikum) dan

menyampaikan akan segera di lakukan

- - - -

Page 22: pengkajian seruni

operan.

2. Perkenalkan diri dan perawat yang akan

bertugas selanjutnya.

V V V V

3. Kegiatan di mulai dengan menyebut /

mengidentifikasi secara satu persatu

(berurutan tempat tidur / kamar) :

Identifikasi Klien: nama, alamat, no register

V V V V

4. Jelaskan kondisi / keadaan umum klien. V V V V

5. Jelaskan tindakan keperawatan yang telah dan

belum dilakukan

V V V V

6. Jelaskan hasil tindakan. masalah teratasi

sebagian belum atau muncul masalah baru.

- - - -

7. Jelaskan secara singkat dan jelas rencana

kerja dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau

kolaborasi)

V V V V

8. Memberikan kesempatan anggota shift yang

menerima operan untuk melakukan klarifikasi /

bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang

kurang jelas.

V V V V

9. Perawat yang menerima operan mencatat hal-

hal penting pada buku catatan harian

V V V V

10. Lakukan prosedur 1 – 7 untuk pasien

berikutnya sampai seluruh pasien dioperkan.

V V V V

11 Perawat yang mengoperkan menyerahkan

semua berkas catatan perawatan kepada

perawat yang akan menjalankan tugas

berikutnya.

V V V V

Penutup1. Perawat yang melakukan operan kembali ke

Nurse Station

V V V V

2. Berdoa bersama yang di pimpin oleh kepala

ruang/ketua Tim.

V V V V

3. Mengucap salam. V V V V

4. Mengucapkan selamat istirahat bagi anggota V V V V

Page 23: pengkajian seruni

tim / shift sebelumnya.

5. Mengucapkan selamat bekerja untuk tim / shift

berikutnya

V V V V

TOTAL 66 16 16 16

Presentase 66% 66% 66% 66%

Keterangan : : Dilakukan

: Tidak Dilakukan

P : Operan Malam ke Pagi

S : Operan Pagi ke Sore

Menurut hasil observasi metode operan yang di lakukan di R. Kemuning

adalah metode tradisional, namun menurut wawancara dengan perawat yang

bertugas adalah metode bedside handover. Metode operan tradisional, yaitu

operan yang dilakukan diruangan perawat dan tidak melibatkan pasien dan

keluarga, kemudian menggunakan komunikasi satu arah sehingga tidak

memungkinkan untuk adanya diskusi baik antar perawat maupun perawat

dengan pasien. Menurut Kassean dan Jagoo (2005) bedside handover

adalah operan yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan

pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.

Namun pada R. Kemuning bedside handover yang di lakukan di samping tempat

tidur hanya pada pasien kelas III, untuk pasien kelas I dan II dilakukan di depan

ruangan pasien. Komunikasi perawat dengan pasien dan keluarga saat operan

tidak di lakukan secara langsung sehingga feedback dari pasien dan keluarga

kurang.

b) Confrence

NO Langkah – Langkah

TANGGAL

08/04/15 09/04/15

D T D T

Persiapan

Page 24: pengkajian seruni

1. Kepala ruang/Ketua Tim salam V V

2. Jelaskan tujuan konferens awal V V

3. Berikan pengarahan kepada anggota tim

tentang rencana kegiatan pada shift pagi.

V V

4. Lakukan pembagian tugas kepada tim V V

5. Berikan kesempatan pada masing – masing

ketua tim untuk menjelaskan pasien

kelolaannya serta membagi tugas kepada

anggota tim

V V

6. Memberikan kesempatan kepada Tim untuk

mempresentasikan kasus special yang

menjadi prioritas, meliputi :

Identifikasi Klien: nama, umur, no register

Diagnosa medis.

Diagnosa keperawatan dan data focus

yang menunjang

Tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan dan hasilnya.

Rencana tindak lanjut

Masalah yang di hadapi

V V

7. Berikan kesempatan kepada Tim yang lain

untuk mendiskusikan/ bertanya/ menanggapi,

memberikan masukan.

V V

8. Karu / Katim mencatat hasil diskusi anggota

Tim.

V V

9. Karu memberikan kesimpulan dari diskusi

yang telah di lakukan.

V V

10. Karu memberikan penekanan pada hal-hal

yang perlu di perhatikan atau membacakan

SOP untuk pelaksanaan tindakan.

V V

11. Tanyakan kesiapan anggota tim untuk

melakukan kegiatan pelayanan keperawatan.

V V

12. Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan

Page 25: pengkajian seruni

post konferens

13. Mengucapkan salam V V

14. Mengucapkan selamat bekerja V V

TOTAL 0 14 0 14

PRSENTASE 0% 100

%

0% 100

%

Keterangan :

D : dilakukan

T : tidak dilakukan

c) Post confrence

NO Langkah – Langkah

TANGGAL

08/04/15 09/04/15

D T D T

Persiapan

1. Kepala ruang/Ketua Tim salam V V

2. Jelaskan tujuan konferens akhir V V

3. Berikan kesempatan pada masing – masing

ketua tim untuk menjelaskan pasien

kelolaannya.

V V

4. Memberikan kesempatan kepada Tim untuk

mempresentasikan kasus special yang

menjadi prioritas, meliputi :

Identifikasi Klien: nama, umur, no register

Diasgnosa medis.

Diagnosa keperawatan dan data focus

V V

Page 26: pengkajian seruni

yang menunjang.

Tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan dan hasilnya.

Rencana tindak lanjut

Masalah yang dihadapi

5. Berikan kesempatan kepada Tim yang lain

untuk mendiskusikan/ bertanya/ menanggapi,

memberikan masukan.

V V

6. Karu / Katim mencatat hasil diskusi anggota

Tim.

V V

7. Karu memberikan kesimpulan dari diskusi

yang telah di lakukan.

V V

8. Karu memberikan penekanan pada hal-hal

yang perlu di perhatikan

V V

9. Tanyakan kesiapan anggota tim untuk

melakukan kegiatan pelayanan keperawatan.

V V

10. Mengucapkan salam V V

11. Mengucapkan selamat bekerja V V

TOTAL 0 14 0 14

PRSENTASE 0% 100

%

0% 100

%

Pada Ruang Kemuning tidak dilakukan kegiatan pre atau postconference.

Hal ini dijelaskan oleh kepala Ruang Kemuning dimana belum bisa dilakukan pre

dan postconference pada Ruang Kemuning dikarenakan tidak mencukupinya

tenaga keperawatan. Selama melakukan observasi pada tanggal 8-9 April 2015,

kami juga tidak mendapati adanya pre dan postconference. Hal ini juga

dikarenakan manajemen rumah sakit yang masih berkembang kearah pelayanan

paripurna.

d) RondeSaat melakukan wawancara dengan kepala ruangan, ronde keperawatan

kadang-kadang dilakukan bila terjadi kasus, namun di RSU Paru Batu setiap

bulannya dilakukan seminar kasus bergantian setiap departemen. Sedangkan

Page 27: pengkajian seruni

menurut observasi kami sebenarnya ronde keperawatan telah di lakukan di

Ruang Kemuning dengan cara memeriksa intervensi yg telah dilakukan atau

biasa disebut Matron round. Matron round menurut Close & Castlide (2005)

adalah seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi

pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah

memeriksa standar pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan

dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.

3.4 HASIL PENGKAJIAN MONEYA. Method

Metod e iku podo karo poace kn?

A. Money1. Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM

Sumber dana untuk gaji pegawai golongan Tentara dan PNS

di Ruang Seruni Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen berasal dari

pemerintah. Sedangkan sumber dana untuk gaji pegawai Non-PNS

(honorer) berasal dari rumah sakit itu sendiri. Insentif per bulan

didapat dari instalasi watnap masing-masing. Pegawai magang

mendapat gaji sesuai kemampuan ruangan.

2. Sumber Pendapatan RuanganSumber pendapatan Ruang Seruni Rumah Sakit Tingkat II

Dr Soepraoen berasal dari Pemerintah yang diatur oleh rumah sakit

untuk dibagikan ke setiap ruangan di rumah sakit sesuai

kebutuhannya yang tersentralisasi dari instalasi watnap.

3. Anggaran Pengadaan Alat dan RenovasiPengajuan anggaran pengadaan alat dan renovasi, ruang

Seruni tidak mendapatkan anggaran berupa dana tunai melainkan

langsung berupa logistik dan alat dari Rumah Sakit pusat. Untuk

hal yang bersifat insidentil, ruangan melalui Kepala Ruangan dapat

Page 28: pengkajian seruni

mengajukan rencana barang-barang yang dibutuhkan setiap bulan

yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak Rumah Sakit.

4. Tarif Rawat InapTarif rawat inap di ruang Seruni RS Tingkat II Dr Soepraoen

ditentukan oleh instalasi rawat inap pusat. Untuk pasien yang

berasal satuan TNI, biaya diambil dari gaji dan bukan menjadi

urusan ruangan. Sementara pasien swasta ditentukan sebagai

berikut:

Kelas IIIDokter umum Rp 44.000,00

Dokter spesialis Rp 50.000,00

Paramedis Dokter umum Rp 47.000,00

Dokter spesialis Rp 47.000,00

Sedangkan untuk pasien BPJS baik kelas I, II, maupun III tidak

dipungut biaya sepeser pun 0% kecuali pindah ke kelas VIP. Rincian tarif

rawat inap ditentukan coding dari pusat Rumah Sakit.

B. Market1. Jenis pembayaran

a. Pasien ditinjau dari sistem pembiayaanKebanyakan pasien ruang Seruni pasien yang menggunakan jasa

BPJS, karena ruang Seruni hanya terdapat satu kelas saja yaitu

kelas III.

b. Asal daerah pasienPasien yang dirawat di Ruang Seruni adalah pasien yang berasal

dari regional Malang (daerah kota dan kabupaten) hingga luar

regional. Disini tidak ada pasien yang berasal dari lain provinsi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar dari Ruang Seruni ini

adalah pasien dari regional Malang ataupun luar kota malang, namun

tetap berada di provinsi Jawa Timur.

2. Efisiensi Ruang Rawat InapIndikator Efisiensi Ruang

No Indikator Standar

1 BOR 60-85%

Page 29: pengkajian seruni

2 ALOS 6-9 hari

3 TOI 1-3 hari

4 BTO 40-50 hari

BORJumlah pasien yang berada di Ruang Seruni dari tanggal ....... adalah

sebagai berikut:

Tgl ShiftJumlah BOR

(∑Px/∑Bed x 100%)Bed Pasien

Pagi

Pagi

Pagi

Diketahui:

BOR=

∑TT ( terisi )

∑ TT ( tersedia )x 100%

Keterangan:

TT = tempat tidur

Analisa:

Prosentase BOR

Prosentase BOR

Prosentase BOR

BOR

Data BOR Januari – Juli 2015

NO Bulan BOR

1 Januari

2 Februari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

Page 30: pengkajian seruni

7 Juli

Total

Rata-rata

ALOS

Data ALOS Januari – Juli 2015

NO

Bulan ALOS

1 Januari

2 Februari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

Total

Rata-rata

TOI

Data TOI Januari – Juli 2015

NO

Bulan TOI

1 Januari

2 Februari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

Total

Rata-rata

BTO

Data BTO Januari – Juli 2015

N Bulan BTO

Page 31: pengkajian seruni

O

1 Januari

2 Februari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

Total

Rata-rata

Analisa market yang dilakukan di Ruang Seruni yang pertama adalah dari

segi faktor lingkungan eksternal. Lingkungan atau faktor eksternal merupakan

gambaran ancaman atau peluang pasar yang perlu disikapi dan ditindaklanjuti

oleh manajemen termasuk manajemen pemasaran untuk dapat bertahan di

persaingan pasar. Dalam industri jasa pelayanan kesehatan yaitu RSP Batu

faktor faktor yang dianalisa diantaranya adalah faktor demografi, sosial ekonomi

masyarakat sekitar, tegnologi rumah sakit, kompetitor dan penerimaan

masyarakat.

RST Soepraoen terletak di pusat Kota Malang, yang menurut kami cukup

strategis. Kebanyakan pasien yang mengunakan jasa poli umum berasal dari

lingkungan sekitar Kota Malang. Usaha RS dalam menjangkau keluarga keluarga

yang kurang mampu yaitu dengan menerima pembayaran BPJS. RS juga

bekerja sama dengan pihak pihak asuransi swasta yaitu PT. Gandum, TELKOM,

PT. KAI, dsb. Hasil pengkajian terkait penerimaan masyarakat (pasien) terhadap

RST telah dilakukan yaitu dengan uji kuisioner yang menunjukkan 3 dari 5 pasien

menyatakan bahwa pasien merasa cepat sembuh ketika berobat di RST batu

selain itu juga pasien sudah merasa cocok. Kebanyakan dari mereka mengetahui

keberadaan RST dari saudara atau kerabat.

Analisa faktor berikutnya adalah menyangkut faktor internal diantaranya

adalah sumber daya manusia (perawat) dan budaya kerja khususnya di ruangan

Seruni. Sumberdaya perawat di ruangan Seruni sejumlah .... orang perawat

pelaksana, ... kepala ruangan dan ... admin. Sedangkan BOR di ruangan

tersebut ...... Budaya kerja yang ada dan diterapkan di ruangan Seruni yaitu

salah satunya dengan menerapkan prinsip 5S. Dalam hal pengajuan perbaikan

Page 32: pengkajian seruni

sarana dan prasarana, penanganan RST tergolong lambat menurut keterangan

salah satu perawat pelaksana di ruangan kemuning.

1. KOMUNIKASI

a. Arah Komunikasi

Di Ruangan Seruni arah komunikasinya menggunakan sistem 2

arah atau horisontal. Sistem komunikasi alur yang disampaikan sudah

berjalan dengan baik.

Informasi yang di dapatkan oleh sender di terima lalu di

sampaikan oleh receiver dan di berikan feedback yang baik.

Untuk komunikasi dokter- perawat :

- Terbuka terhadap data

- Akurat

- Timelines

- Menyampaikan data ke dokter

b. Jadwal pertemuan/ rapat

Sering di adakan rapat untuk ruangan seruni. Biasanya 1 bulan

sekali ruang seruni mengadakan rapat. Hal yang di bahas juga

bermacam- macam. Misalnya seperti SOP, pembagian dinas di

ruangan dan lainnya yang di pimpin oleh Kepala Ruangan Seruni

c. Hambatan Komunikasi

Selama ini tidak ada hambatan komunikasi sama sekali. Untuk

sender, menyampaikan pesan yang di terim kepada receiver. Dan

receiver memberikan feedback. Tidak ada senior dan junior di

Ruangan Seruni. Sehingga komunikasi yang dijalankan berjalan

dengan sangat baik. bahasa yang digunakannya pun juga sopan.

2. MOTIVASI

a. Cara memotivasi individu atau kelompok

Di Ruangan Seruni untuk memotivasi perawat yang ada di

ruangan, kebanyakan penyampaian motivasi untuk lebih bekerja

keras. Misalnya adalah untuk perawat magang. Perawat magang

diberikan arahan oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim untuk tetap

bekerja keras dan semangat dalam bekerja.

Page 33: pengkajian seruni

b. Sistem Reward dan punishment

Sistem reward di sini, jika pekerjaannya bagus dan sesuai

biasanya akan dinaikkan levelnya. Misalnya saja perawat magang

yang ada di ruangan. Jika pekerjaannya bagus, maka akan ada

tambahan bonus untuknya.

Punishment di sini, jika anggota melanggar etik, kerajinan kurang

dan juga kedisiplinan kurang, maka akan mendapatkan peringatan

lisan. Sedangkan peringatan tertulis, jika anggota bolos tanpa ijin saat

dinas kerjanya.

3. SUPERVISI

a. Mekanisme supervisi terhadap staf

Untuk supervisi rumah sakit, biasanya perawat senior di sini di

kumpulkan. Dan di bagi di semua ruangan. Jam saat supervisi

biasanya jam 14.00 sampai jam 07.00. ini sudah sesuai dengan

kebijakan rumah sakit.

Di Ruangan Seruni sendiri Kepala Ruangan dan Ketua Tim sama

akan persepsi yang di jalankan.

b. Mekanisme supervisi terhadap Askep

Di Ruangan Seruni sendiri, mekanisme supervisi terjadap askep

adalah secara langsung. Dimana pendampingan saat melakukan

asuhan keperawatan, feedback secara langsung setelah kegiatan,

membandingkan antara SOP dengan kinerja, dan mengevaluasi.

c. Faktor penghambat supervisi

Di Ruangan seruni jika ada salah satu faktor penghambat

supervisi, biasanya saling menegur dan saling mengingatkan satu dan

yang lainnya.

4. PENDELEGASIAN

a. Mekanisme pendelegasian

Sampai sekarang mekanisme pendelegasian hanya

menggunakan lisan saja.

b. Uraian Tugas pendelegasian

Sifat kegiatan : untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat

diberikan lebih besar kepada staf.

Kemampuan staf : tugas yang didelegasikan jangan terlalu

ringan atau terlalu berat.

Page 34: pengkajian seruni

Hasil yang diharapkan : Applebaum dan Rohrs menyarankan

agar pimpinan jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk

perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin

bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar

mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan

sebagian aspek dari suatu kegiatan.

Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :

- meyakini pendapat yang salah

- tepat, kerjakanlah sendiri

- kurang percaya diri

- takut dianggap malas

- takut persaingan

- takut kehilangan kendali

- merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan

pendelegasian, mempunyai

- definisi kerja yang tidak jelas

- takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas

- menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain

- kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah,

sehubungan dengan tugas yang didelegasikan

- kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan

- kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa

staf kurang

- memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas

tersebut.

5. PENAMPILAN KINERJA

Penilaian dan pegembagan terhadap karyawan adalah salah satu

kegiatan yang di lakukan oleh kepala ruanganuntuk mendukung kinerja

perawat /perawat dan pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan ,evaluasi di gunakan untuk megetahui

perkembagan pelayanan keperawatan yang di lakukan.

Keberhasilan dan pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh

kinerja para perawat oleh karena itu evaluasi oleh kinerja perawat perlu

Page 35: pengkajian seruni

dan harus selalu dilaksanakan melalui suatu system yang tersandar

sehingga hasil dan evaluasi lebih objektif.

Kepala ruangan keperawatan mempunyai tanggung jawab

menggerakkan perawat pelaksana .oleh karena itu kepala ruangan

keperawatan juga memiliki tugas untuk melakukan evaluasi terhadap

kinerja perawat yang bekerja di ruangan tersebut.

6. PENGENDALIAN MUTU

a. Kegiatan Pengendalian Mutu

b. Indikator Pengendalian Mutu

1. Keselamatan Pasien

Angka Kejadian Dekubitus

6 Benar Obat

1. Benar Pasien

2. Benar Obat

3. Benar Waktu

4. Benar Dosis

5. Benar Rute

6. Benar Dokumentasi

6 Benar sudah dilakukan dengan benar di Ruangan Seruni.

KNC = Kejadian Nyaris Cedera

KTD = Kejadian Tidak Diharapkan

Di Ruangan Seruni KNC dan KTD di pernah di dapatkan .

Ruangan Seruni selalu menjaga keselamatan pasien.

Begitu juga untuk pasien jatuh. Tidak pernah ada kejadian

pasien jatuh.

Jumlah KNC x 100% = 0 x 100% = 0

Jumlah pasien 0

Jumlah KTD x 100% = 0 x 100% = 0

Jumlah pasien 0

Jumlah Pasien Jatuh x 100% = 0 x 100% = 0

Jumlah pasien risiko Jatuh 0

Jumlah kejadian dekubitus x 100% = 0 x 100% = 33,3%

Jumlah paisen risiko dekubitus 0

Page 36: pengkajian seruni

Di Ruangan seruni tidak ada cedera akibat restrain

Keterbatasan perawatn diri

Kepuasan Pasien

Kenyamanan

7. IDENTIFIKASI PASIEN

Cedera akibat restrain x 100% = 0 x 100% = 0

Total pasien dipasang restrain 0

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi keb diri x 100% = 4 x 100% = 33,3%

Jumlah pasien dirawat total/ parsial 12

Jumlah pasien yang menyatakan puas x 100% = 0 x 100% = 33,3%

Jumlah pasien yang disurvei saat itu 0

Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100% = 3 x 100% = 23,076%

Jumlah total pasien periode tertentu 13

Jumlah tindakan perawat terhadap nyeri x 100% = 0 x 100% = 0 %

Jumlah pasien skala nyeri >4 0

Jumlah pasien nyeri terkontrol x 100% = 0 x 100% = 0%

Jumlah pasien yang nyeri 0

Jumlah pasien cemas x 100% = 0 x 100% = 0%

Jumlah pasien dirawat 0

Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100% = 0 x 100% = 0%

Jumlah total pasien 0

Jumlah pasien yang tidak dibuat Discharge Planning x 100% = 0 x 100% = 0%

Jumlah Pasien yang dirawat 13

Page 37: pengkajian seruni

Di Ruangan seruni, setiap pasien masuk, pasien diberikan gelang

identitas di sebelah kiri pergelangan tangan pasien. Untuk pasien

perempuan menggunakan gelang berwarna pink, biru untuk yang laki-

laki, merah untuk alergi dan ungu untuk risiko jatuh.

1. Sebelum melakukan prosedur

2. Sebelum pemberian obat

3. Sebelum pengambilan sampel darah

4. Sebelum transfusi darah

8. S B A R

Di Ruangan seruni sudah menggunakan SBAR yaitu anggota perawat

menulis, membacakan kembali apa yang disampaikan oleh sender.

Kapan saja dilakukan?

1. Saat serah terima pasien

2. Saat petugas melaporkan ke dokter penanggung jawab

9. READ BACK

Ruangan seruni sudah menggunakan READ BACK saat:

1. Menerima telepon

2. Saat petugas menerima laporan

3. Selalu memberi stempel read back

10. KEBERHASILAN PENGENDALIAN MUTU

1. Relevansi, yakni kegiatan pengabdian dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi target kegiatan.

2. Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi dan penyajian jasa pengabdian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.

3. Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan.

4. Akuntabilitas, yakni dapat tidaknya kinerja dan jasa tersebut dipertanggungjawabkan.

5. Kreativitas, yakni kemampuan lembaga mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri.

6. Empati, yakni kemampuan para pengelola pengabdian memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua khalayak sasaran.

Page 38: pengkajian seruni

7. Ketanggapan, yakni kemampuan para pengelola kegiatan pengabdian memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat pengguna dengan cepat dan tepat.

8. Produktivitas, yakni kemampuan lembaga dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

11. PENGEMBANGAN STANDAR

a. Standart Asuhan Keperawatan

Di Ruangan Seruni sudah menggunakan NIC dan NOC sesuai

standart. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas

yang di inginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan

terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar

menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar

dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan

memburuk. Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan

pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan

efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar

menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim

sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab

mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan

tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar

praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk

memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga

harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga

dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi

pelayanan.

b. Standart Kerja

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada

seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan

volume kerja, standar pemerataan dan distribusi pasien dalam unit

khusus, standar pendidikan bagi perawat professional sebagai

persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan

pelayanan keperawatan professional.

Page 39: pengkajian seruni

3.4 ANALISA VISI DAN MISI

Visi dari Rumah Sakit Paru Batu adalah “ menjadi rumah sakit pilihan utama

masyarakat”. Karakteristik dari visi Rumah Sakit Paru Batu sudah memenuhi

karakteristik visi yaitu singkat, mudah diingat, inspiratif, menantang, menarik bagi

organisasi, pelanggang dan pihak – pihak yang terkait, sesuatu yang ideal, serta

sesuatu yang ingin dicapai di masa datang. Dari segi kriteria visi Rumah Sakit

Paru Batu sudah memenuhi syarat yaitu dapat dibanyangkan oleh seluruh

anggota organisasi, memiliki nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi,

memungkinkan untuk dicapai, terfokus pada permasalahan utama instansi agar

dapat beroprasi secara 3E (efesien, efektif, dan ekonomis), berwawasan jangka

panjang dan tidak mengabaikan perkembangan aman, dapat dikomunikasikan &

dimengerti oleh seluruh anggota organisi. Dari segi makna visi dari Rumah Sakit

Paru Batu dapat membri nilai tambah bagi kehidupan organisasi, baik secara

individu, kelompok, maupun keseluruhan organisasi, visi mendorong anggota

organisi untuk bergerak mau menuju masa depan yang baik, mengatasi

ketakutan akan kegagalan serta menantang setiang kemapanana dan status quo

yang merugukan bagi kelangsungan hidup oragnisasi. Rumah Sakit Paru Batu

memiliki visi yang baik karena dapat menjalankan berbagai aspek yaitu

menjembatani masa kini dan masa depan, mengklasifikasi tujuan dan arah

organisasi, memuat isu – isu kritik bagi perubahan, dapat mengartikulasi dengan

baik sehingga mudah dipahami, perlu ambisius dalam arti menumbuhkan insirasi

dan tantangan, menggerakkan kegiatan sepanjang usia organsasi, berperan

untuk menarik minat, meningkat komitmen dan membentuk prilaku SDM.

Misi Rumah Sakit Paru Batu dapat diemban dan dilaksanakan oleh organisasi

sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Misi dari Rumah Sakit Paru Batu

sudah spesifik dalam menjabarkan dari visi yang ada, serta dapat terukur karena

dilihat dari waktu yang akan dilaksanakan, orang yang terlibat serta keberhasilan

dari misi yang akan dijalankan. Misi dari Rumah Sakit Paru Batu dapat dicapai

dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang aman, ramah,

Page 40: pengkajian seruni

dan berkualitas, serta adanya penerimaan tenaga kesehatan untuk memenuhi

kebutuahan rumah sakit. Rumah Sakit Paru Batu memiliki misi yang berorientasi

pada hasil yang dingin dicapai dari rumah sakit. Misinya juga terikat pada waktu

sehingga organisasi mampu melaksanakan misi sesui standart waktu.

a) Analisa Tujuan

Tuuan dari Rumah Sakit Paru Batu memiliki penjabaran atau implementasi dari

misi yang telah ditentukan. Serta dapat mengarahkan perumusan sasaran,

kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Tujuan

yang spesifik yang mengarah pada pelayanan prima dengan sentuhan kasih

sayang. Dapat diukur karena tujuan dari Rumah Sakit Paru Batu memiliki

keterlibatan banyak orang, namun waktu yang belum bisa ditentukan, tujuan dari

rumah sakit ini berorientasi pada hasil yang ingin memiliki pelayanan keperatan

yang maksimal.

b) Analisa Kebijakan Dan Prosedur

Kebijakan dan prosedur organisasi di rumah sakit paru batu sudah spesifik

dapat dilihat dari adanya kebijakan dan prosedur di tiap-tiap ruangan rumah

sakit paru batu.Kebijakan dan prosedur organisasi di rumah sakit paru batu

dapat diukur dilihat dari pelatihan yang diadakan dapat dilaksanakan dan

seluruh staff tenaga medis terlibat di dalam penerapan kebijakan dan prosedur

rumah sakit. Kebijakan dan prosuder tersebut berlaku lama dilihat dari tiap

kebijakan yang diselenggarakan tiap waktu tertentu.

Kebijakan dan prosedur organisasi di rumah sakit dapat dicapai dilihat

dari salah satunya pengembangan metode tim untuk penugasan bisa dilakukan

dilihat dari diadakannya penerimaan calon tenaga kerja jenjang S1 di rs paru

batu. Kebijakan dan prosedur rumah sakit paru batu dilaksanakan dengan baik

dilihat dari kebijakan dan prosedur yag ditetapkan dapat mengembangkan

profesionalisme tenaga kesehatan di rumah sakit paru batu. Kebijakan dan

prosedur rumah sakit paru batu dapat diterapkan dalam waktu pendek karena

setiap kebijakan dan prosedur bisa berubah sesuai persetujuan tiap tenaga kerja

kesehatan.

c) Analisa Tata Tertib Peraturan

Tata tertib peraturan organisasi di Rumah Sakit Paru Batu sudah spesifik, dilihat

dari adanya klasifikasi tata tertib bagi pengunjung pasien secara umum, tata

tertib pasien di ruang inap dan tata tertib di ruang kemuning. Dapat dilihat juga

Page 41: pengkajian seruni

dari klasifikasi yang spesifik jam berkunjung pasien atau jam untuk konsultasi

dengan dokter, perawat, atau kepala ruang.

Tata tertib peraturan organisasi di Rumah Sakit Paru Batu belum begitu

ditegakkan secara maksimal. Dilihat dari jam berkunjung pasien yang belum

ditegakkan secara maksimal, dapat dilihat dari jam berkunjung habis pengunjung

masih berada di rumah sakit. Serta banyak pengunjung yang sering membawa

makanan dari luar dan memberikan makanan ke pasien tanpa ijin tenaga medis.

Tata tertib peraturan di rumah sakit paru batu sudah melibatkan semua orang

yang berada di rumah sakit baik itu pasien, tenaga medis tiap ruangan maupun

pengunjung rumah sakit. Tata tertib di rumah sakit secara umum berlaku lama

dilihat dari rumah sakit lainnya yang menerapkan pedoman tata tertib tersebut.

Tata tertib peraturan organisasi di rumah sakit paru batu dapat dicapai, dilihat

dari peraturan yang mudah ditaati oleh semua pasien dan pengunjung, tetapi

masih banyak yang melanggar peraturan contohnya: saat jam berkunjung sudah

habis banyak yang tetap berada di rumah sakit, terlalu bnyak yang menunggu

pasien, keluarga memberi makanan ke pasien tanpa ijin petugas kesehatan.

Tata tertib peraturan organisasi di rumah sakit paru sudah ditentukan dengan

baik namun pada kenyatanyaannya tidak sesuai harapan, masih ada yang

melanggar. Tata tertib peraturan organisasi di rumah sakit paru dapat diterapkan

dalam jangka waktu yang panjang agar para pelanggan tidak kebingungan

dengan peraturan yang berubah-ubah.

d) Analisa Perencanaan Strategis

Proses perencanaan strategis atau manajemen strategis merupakan proses

pengarahan usaha perencanaan strategis dan menjamin strategi tersebut

dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam

jangka panjang. Di rumah sakit paru batu, perencanaan strategis belum

sepenuhnya diimplementasikan karena rumah sakit tersebut masih dalam status

peralihan dari rumah sakit khusus penyakit paru menjadi rumah sakit umum.

Perencanaan strategis belum dibentuk secara lengkap dan masih dalam proses

pembuatan perencanaan. Dimana perencanaan strategis seharusnya mencakup

unsur-unsur berikut:

1. Misi Sebuah misi merupakan suatu alasan keberadaan rumah sakit

tersebut. Misi sering diungkapkan dalam pernyataan misi, yang

menyampaikan rasa tujuan proyek kepada karyawan dan citra

Page 42: pengkajian seruni

perusahaan kepada pelanggan. Dalam perumusan proses strategi,

pernyataan misi merupakan suasana hati instansi rumah sakit kemana

harus pergi.Di rumah sakit paru batu tersebut, sudah dibentuk visi dan

misi yang jelas.

2. TujuanTujuan adalah tujuan konkret organisasi berusaha untuk

mencapainya, misalnya, sebuah target pertumbuhan pendapatan. Tujuan

harus menantang tapi dapat dicap dan dirumah sakit paru batu juga

sudah ditentukan tujuan yang jelas.

3. Analisis Situasi Perubahan dalam lingkungan eksternal sering muncul peluang-peluang

baru dan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Scan lingkungan

dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang yang tersedia. Instansi

rumah sakit juga harus mengetahui kemampuan dan keterbatasan untuk

memilih peluang yang mengejar dengan probabilitas keberhasilan yang

lebih tinggi. Di RSP Batu belum terdapat dokumentasi analisa situasi

yang jelas dan masih dalam tahap penyusunan analisa situasi untuk

perencanaan strategis untuk status rumah sakit yang baru yaitu rumah

sakit umum.

4. Penyusunan StrategiBegitu gambaran yang jelas tentang instansi RS dan

lingkungannya telah diketahui, alternatif strategis tertentu dapat

dikembangkan. Di RSP Batu sudah disusun strategi seperti program-

program untuk peningkatan SDM, pengimplementasian kebijakan,

peraturan-peraturan, hak dan kewajiban pasien, serta peraturan atau

kebijakan untuk keluarga atau pengunjung rumah sakit.

5. PelaksanaanImplementasi yang efektif, perlu diterjemahkan ke dalam kebijakan

yang lebih rinci dapat dipahami di tingkat fungsional organisasi. Ekspresi

strategi dalam hal kebijakan fungsional juga berfungsi untuk menyoroti

isu-isu praktis yang mungkin tidak terlihat pada tingkat yang lebih tinggi.

Sebagian besar strategi di ruang kemuning sudah dilaksanakan namun

masih dalam tahap proses penyempurnaan.

6. Kontrol

Page 43: pengkajian seruni

Setelah diimplementasikan, hasil dari strategi perlu diukur dan

dievaluasi, dengan perubahan yang dibuat seperti yang diperlukan untuk

tetap pada jalur rencana. Sistem kontrol harus dikembangkan dan

dilaksanakan untuk memfasilitasi pemantauan ini. Standar kinerja yang

ditetapkan, performa yang sebenarnya diukur, dan tindakan yang tepat

diambil untuk memastikan keberhasilan. Di ruang kemuning

menggunakan system control dengan melakukan evaluasi setiap 3 bulan

sekali dengan berkerjasama dengan tim mutu RS.

3.5 STRUKTUR ORGANISASIRuang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu memiliki struktur organisasi

sebagai berikut

Pengambilan keputusan di ruang Kemuning di pegang langsung oleh kepala

Ruangan, setiap perawat pelaksana telah sadar untuk melaporkan setiap konflik

yang terjadi. Biasanya dalam penyelesaiakan akan dilaksanakan melalui system

demokrasi, namun ada kalanya kepala ruangan akan menetapkan kebijakkan

secara otoriter tergantung dengan pentingnya dan sifat dari kebijakan tersebut.

Pembagian pekerjaan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu cukup jelas,

terdapat job deskripsi setiap tugas yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana di

ruangan. Pembagian tersebut dapat berganti sesuai dengan kondisi lapangan

dan kebutuhan lapangan. Setiap perawat pelaksana memiliki tugas yang spesifik

sehingga tidak terdapat kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan

keperawatan. Pembagian pekerjaan dilakukan langsung oleh kepala ruangan.

Ka. Instalasi Rawat Inap

dr. Wara Pertiwi, Sp. P

Kepala Ruangan

Ns. Mahfud, S.Kep

Staff Pelaksana Keperawatan

1. Winarno, Amd. Kep.2. Utari Ika, Amd. Kep.3. Ferawati, Amd. Kep.

4. Mukhridatul Ulifah, Amd. Kep.5. Febri, Amd. Kep.

Administrasi

Sih Lini Pur

Page 44: pengkajian seruni

Pengelompokan pekerjaan di ruang kemuning sudah jelas.

Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dan

menuliskan dokumentasi klien sesuai dengan SOP yang diterapkan di

ruangan, bagian administrasi bekerja sesuai dengan bagian pekerjaannya,

dan terdapat pekarya yang bertugas membantu berjalannya pelayanan di

ruangan.

a) Metode Asuhan Keperawatan

Di ruang kemuning Rumah Sakit Paru Batu menggunakan model asuhan

keperawatan modifikasi tim dan fungsional. Hal ini sudah menjadi kebijakan

ruang tersebut, karena dilihat dari struktur organisasi yang hanya terdiri dari satu

kepala ruangan dan lima perawat pelaksana tidak memungkinkan untuk

menggunakan model yang lain. Kepala ruangan menyadari kurangnya perawat

pelaksana menjadikan model modifikasi tim dan fungsional ini digunakan untuk

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada

penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa

tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan. Pada metode ini,

kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat

akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala

ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode

fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah

perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang

diterimanya.

Metode ini kurang efektif karena :

a) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang

menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik

b) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan

keperawatan terfragmentasi

c) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu

perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali

mungkin kepala ruangan.

d) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap

pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak

mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.

Page 45: pengkajian seruni

e) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan

perawat.

Pada metode tim seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien

melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan

dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung

jawab yang tinggi.

Metode tim akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu

kepala ruang diharapkan telah :

1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

2. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan

3. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan

kepemimpinan

4. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim

keperawatan

5. Menjadi narasumber bagi ketua tim

6. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

keperawatan

7. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal.

b) Proses pendokumentasian proses keperawatan

Hasil observasi wawancara serta pengamatan data yang dilakukan

oleh kelompok clinical studi 7 kelas k3ln manajemen keperawatan tanggal 25

maret 2015 di ruang kemuning RSP Batu didapatkan data bahwa sampai

saat ini kegiatan pendokumentasian masih dilakukan secara manual. Hal ini

dikarenakan RSP Batu masih dalam tahap RS yang berkembang dengan

penambahan-penambahan area RS.Sehingga untuk penambahan sistem

pendokumentasian yang computerized masih dalam tahap perencanaan.

Pendokumentasian sudah memenuhi aspek pesting yang harus ada

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yang meliputi:

a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi, dan eveluasi

Page 46: pengkajian seruni

b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta

berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.

c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format

yang dirancang.

d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan

e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan,

hasil yang diharapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan

berdasarkan diagnosa keperawatan.

f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang

membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan dan

restorasi kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi

kesehatan.

g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau

kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang

diharapkan.

h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan respon klien

terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

c) Jadwal/shift dinas

Di Ruang Kemuning, penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab

kepala ruang hal ini karena lebih mengetahui tingkat kesibukan ruangan dan

karakteristik stafnya. Hal ini akan memudahkan dalam menerapkan orang

yang tepat untuk setiap periode jaga (shift).

Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip

diantaranya harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan

kebutuhan staf. Misalnya kebutuhan staf untuk rekreasi, memperhatikan

siklus jadwal penugasan yang sibuk dan tidak sibuk, berat dan ringan, harus

dilalui oleh semua staf yang terlibat dalam rotasi serta staf yang mempunyai

jam kerja yang sama. Prinsip berikutnya yaitu setiap staf harus terlibat dalam

siklus atau rotasi pagi- sore- malam, metode yang dipakai harus sesuai

dengan kuantitas dan kualitas staf  dalam suatu unit kerja, siklus yang

digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai dan setiap staf harus

dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.

Page 47: pengkajian seruni

Di Ruang Kemuning, sistem 7 jam per hari dengan 6 hari kerja per minggu.

Sistem ini lebih banyak disukai karena mengurangi kelelahan staf dan

produktivitas staf tetap dapat dipertahankan. Jadwal shift pagi dari jam 07.00

wib sampai 14.00 wib. Siang dari jam 14.00 wib sampai dengan 21.00 wib,

malam dari jam 21.00 wib sampai jam 07.00 wib. Banyak perawat ruangan

yang datang telat sehingga operan sering terlambat. Cara berpakaian

perawat memakai seragam dan sepatu pantofel.

d) Ketenagaana. Analisa Situasi Tenaga RS

Ketersediaan tenaga saat ini terdiri dari 5 perawat pelaksana tetap, 1

karu, dan 1 administrasi. Namun karena Rumah Sakit Paru dalam

proses pembangunan, maka terjadi penambahan 2 perawat dari

ruangan lain.

1. Beban Kerja

Adalah seluruh kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh seorang

perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan.

Jumlah pasien mulai bulan januari sampai 25 maret 2015

berjumlah 237 pasien dengan 6 perawat pelaksana. Namun

perawat definitif hanya hanya 5.

Page 48: pengkajian seruni

Pada tanggal 25 maret terdapat 5 pasien total, 3 pasien

parsial, dan 1 pasien mandiri.

2. Staffing Study

1. Waktu belajar dan frekuensi tugas

Perawat D3 belum ada yang disekolahkan kejenjang yang

lebih tinggi. Namun rumah sakit telah merencanakan untuk

menyekolahkan kembali, tetapi karena masih kurangnya

tenaga perawat dan jika ada yang cuti melahrikan, maka hal

tersebut masih sulit untuk direalisasikan.

2. Observer tidak mengikuti perawat dalam melakukan tindakan

b. Analisa PersediaanRumus:

JUMLAH TENAGA DI MASA DEPAN = JUMLAH TENAGA SAAT INI + ESTIMASI PENAMBAHAN TENAGA – ESTIMASI PENGURANGAN TENAGA = 5 + 6 – 0 = 11

c. Analisa Kebutuhan TenagaMetode Gillies

1. Waktu perawatan langsung

Total = 6 jam x 5 pasien = 30 jam

Parsial = 4 jam x 3 pasien = 12 jam

Mandiri =2 jam x 1 pasien = 2 jam

TOTAL 44 jam2. Waktu perawatan tidak langsung

60 menit/klien/hari = 1 jam

44 jam x 1 jam = 44 jam

3. Penyuluhan kesehatan

15 menit/hari/klien = ¼ jam

¼ jam x 44 = 11 jam

Rumus Kebutuhan Tenaga Keperawatan disatu unit perawatan

adalah sebagai berikut :

= A x 365

(365-C) x Jam kerja per hari

=jumlah keperawatan yg dibutuhkan/ tahun

Page 49: pengkajian seruni

jumlah perawat yang dibutuhkan/ tahun

= (44 jam + 44 jam + 11 jam) x 365

289 x 7

= 99 jam x 365

2023

= 17,8

= 18 per unit

Jumlah perawat perhari = 99 jam/ 7 jam = 14,14= 14 perawat/hari

Per Shift Pagi = 47 %/100 x 14 = 7

Siang = 35 %/ 100 x 14 = 5

Malem = 17%/ 100 x 14 = 2

Diruang kemuning terdapat 5 perawat pelaksana definitif yang

semuannya berpendidikan D3. Untuk pembagian shift pagi hanya 2

perawat yang bekerja, 1 perawat shift siang, dan 1 shift pada shift

malam.

Seharusnya harus terdapat 7 perawat pada shift pagi, 5

perawat shift siang, dan 2 perawat shift pagi. Jadi dari segi kebutuhan

ketenagaan di ruang kemuning masih kurang.

d. Kesenjangan1. Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan

S1 = 4 orang

D3 = 2 orang

2. Jenis dan jumlah tenaga yang dimiliki

Perawat pelaksana D3, hanya kepala ruangan yang S1

3. Penambahan atau pengurangan dan kapan?

Tidak merencanakan pengurangan tenaga keperawatan karena

masih kurangnya tenaga yang dibutuhkan.

4. BOR di rumah sakit paru sudah mencapai 55%. Dengan maksimal

perawatan selama 7 hari.

e. Dokumen Rencana Tenaga

Page 50: pengkajian seruni

1. Mapping jumlah dan tenaga keperawatan

2. Penghitungan beban kerja

3. Kesenjangan antara tenaga yang tersedia dan kebutuhan tenaga

3.8 INDIKATOR MUTU PELAYANAN KETERBATASAN PERAWATAN DIRI

Pada Rumah Sakit Umum Paru di Ruang Kemuning, pasien sangat

terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting (eliminasi) oleh perawat di

Ruangan Kemuning. Di Ruang Rawat Inap Kemuning khususnya pasien Non TB,

di dapatkan pasien dengan pasien yang semuanya terpenuhi kebutuhan dirinya,

baik itu total maupun partial. Perawat di ruang kemuning selalu membantu

kebutuhan dasar paisen.

Keterbatasan diri di bagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga

menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan

keperawatan

Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah

Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum bersih.

Berpakaian dan berpakaian : Baju bersih dan kering, rambut rapih, wajah

segar

Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal

Jadi, Jumlah pasien yang tidak terpenuhi perawatan dirinya adalah sebagai

berikut:

Jumlah pasien yang tidak terpenuhinya perawatan diri adalah tidak ada. Semua

perawat mengusahakan membantu untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

pasien. Baik itu pasien total maupun partial.

Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100%

Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total

06x 100% = 0

Page 51: pengkajian seruni

3.9 HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Di Ruang Kemuning ini dipimpin oleh kepala ruangan yang berpendidikan S1 dan

memiliki 5 staf pelaksana yang berjumlah 5 orang yang memiliki pendidikan D3

yang dibantu oleh satu tenaga administrasi. Dan di ruangan ini memiliki 17

tempat tidur yang terdiri dari beberapa kelas yaitu kelas 1 dengan 2 tempat tidur,

kelas II dengan 3 tempat tidur, kelas III pria dengan 6 tempat tidur, dan kelas III

wanita dengan 6 tempat tidur.Di Ruang Kemuning pergantian shift dilakukan

setiap pukul 07.30. Dalam pergantian shift perawat di Ruang Kemuning sudah

menggunakan model bedside, dimana perawat mengunjungi setiap bed pasien

untuk menanyakan keluhan klien dan ada umpan balik dari klien. perawat juga

mendiskusikan dengan shift selanjutnya implementasi apa saja yang akan

dilakukan kepada setiap klien.

Pembagian pekerjaan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu cukup jelas,

terdapat job deskripsi setiap tugas yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana di

ruangan. Pembagian tersebut dapat berganti sesuai dengan kondisi lapangan

dan kebutuhan lapangan. Setiap perawat pelaksana memiliki tugas yang spesifik

sehingga tidak terdapat kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan

keperawatan. Pembagian pekerjaan dilakukan langsung oleh kepala ruangan.

Pengelompokan pekerjaan di ruang kemuning sudah jelas. Perawat pelaksana

melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dan menuliskan dokumentasi

klien sesuai dengan SOP yang diterapkan di ruangan, bagian administrasi

bekerja sesuai dengan bagian pekerjaannya, dan terdapat pekarya yang

bertugas membantu berjalannya pelayanan di ruanganDi ruang kemuning juga

terdapat dua perawat yang sedang melakukan tes skill untuk mengikuti

recruitmen yang diadakan oleh Rumah Sakit Paru. Rumah Sakit Paru sedang

melakukan perekrutan tenaga kerja perawat, Rumah sakit ini memerlukan 2

tenaga D3 dan 4 tenaga S1 untuk menjadi pekerja di Rumah Sakit Paru.

Pada Ruang Kemuning RSP Kota Batu Operan dilakukan 3 kali pagi, siang dan

malam operan pagi dilakukan pada pukul 07.00 WIB, operan dilakukan dengan

bedside tetapi pada saat operan tersebut tidak ada feedback dari pasien, hanya

perawat dari dinas malam ke pagi yang melakukan diskusi di samping bed

pasien, Kadang kala operan juga hanya dilakukan di depan pintu ruangan pasien

tanpa mendekat ke pasiennya.Operan yang disampaikan juga hanya terkait obat-

obatan saja, kurang mencakup askep dan tindakan apa saja yang dilakukan saat

Page 52: pengkajian seruni

shift tersebut. Pada Ruang Ini juga tidak ditemui adanya pre-conferen dan post-

conferens, perawat hanya melakukan pergantian sift untuk menggali atau

memberi informasi terkait keadaan klien seperti Shift malam hanya meakukan

operan ke perawat yang sift pagi tanpa adanya pre-conferen pada pagi harinya.

Pada Ruang Kemuning Rumah Sakit Batu ini terdapat 1 perawat S1

yangmerangkap sebagai kepala ruangan dan 5 perawat pelaksana, Setelah

dilakukan perhitungan analisa kebutuhan tenaga keperawatan di unit dan tiap

hari di Ruangan Kemuning Rumah Sakit Paru Batu dapat di simpulkan ruangan

ini masih kekurangan banyak tenaga perawat dari jenjang S1 yang seharusnya

terdapat 7 perawat S1 tapi pada ruangan ini masih mempunyai 1 perawat S1

dengan perbandingan perawat dengan tingkat pendidikan S1 : d3 (1:5), pada

ruangan ini shift pagi hanya terdiri 1-3 perawat pelaksana dimana seharusnya

pada shift pagi hari menurut perhitungan analisa tenaga keperawatan terdapat 4

perawat pelaksana di tambah kepala ruangan, pada siang hari 3 perawat dan

pada malam hari terdapat 2 perawat. Dari data tersebut sudah bisa disimpulkan

selama 2 hari kerja sumber daya manusia perawat yang bertugas masih kurang

dan perlu di tambah kembali.

Selama 2 hari kami semua disana dalam departemen managemen terjadi

reqruitmenttenaga kerja perawat. Dari 200 pendaftar yang telah melalui Skilltest

tersaring 6 orang perawat baru dengan tingkat pendidian S1 sejumlah 4 orang

dan D3 sejumlah 2 orang. Berdasarkan kuesioner kepuasan pasien yang

diberikan kepada pasien yang akan pulang terdapat 25% pasien yang

menyatakan fasilitas kamar mandi kurang, khususnya untuk wastafel di kamar

pasien yang tidak bisa digunakan, sedangkan kita tahu bahwa wastafel sangat

dibutuhkan oleh pasien maupun keluarga pasien untuk

mencegasinveksinosokomial. Disimpulkan selama 2 hari rata-rata BOR Ruangan

Kemuning RSP Batu adalah 61% atau masih ideal ( normal 60-85%)

Jumlah BOR Ruangan Kemuning

Jumlah TT = 18 TT

Hari kedua ada 11 klien( jumlahpasiendlmperiodewaktuttt)_____ × 100%

(jmlhtempattidur × jmlhharidalamsatuperiode)

11*100/18*1 = 61 %

Page 53: pengkajian seruni

Bagaimana citra suatu rumah sakit di mata masyarakat / pasien lebih

khususnya, dapat ditentukan dari bagaimana keprofesionalan tenaga kesehatan

yang ada di dalam rumah sakit tersebut. Apabila suatu rumah sakit memiliki

tenaga kesehatan yang baik dalam skill dan professional dalam pekerjaanya

tentu akan mendatangkan dampak citra yang baik pula kepada rumah sakit.

Sehingga dalam hal ini tentu berpengaruh pula kepada kepercayaan masyarakat

kepada rumah sakit. Masyarakat akan cenderung memilih rumah sakit yang

sudah mereka percayai baik kualitasnya. Sehingga apabila salah satu keluarga

mereka sakit, mereka akan cenderung datang ke rumah sakit tersebut dan hal ini

tentu akan berpengaruh pula kepada bagaimana pemasukan rumah sakit

tersebut. Rumah sakit memiliki banyak pengunjung, tentu pemasukan yang

diperoleh juga akan meningkat.

Tenaga keperawatan sebagai tenaga non-paramedis memiliki peran

penting, karena terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai

dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Tenaga keperawatan ini

terdiri dari perawat, perawat gigi, dan bidan. Perawat sebagai tenaga

keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbesar di Indonesia dengan jumlah

60% (enam puluh persen) dari seluruh tenaga kesehatan yang ada,

eksistensinyapun saat ini telah didukung oleh peraturan perundang-undangan

yang baru dicanangkan. Sehingga perawat diharuskan untuk mampu bekerja

dengan professional.

Begitu pula untuk studi lanjutan. Apabila suatu rumah sakit bersedia

memberi kesempatan kepada para perawatnya untuk melanjutkan pendidikan

maka akan meningkat pula pengetahuan dan ketrampilan yang dimiiki perawat

sehingga mampu meningkatkan keprofesionalitasan dalam bekerja. Namun

dalam hal ini tentu tenaga perawat di rumah sakit akan berkurang sehingga perlu

suatumanagement kembali untuk menangani kekurangan jumlah tenaga perawat

tersebut.

Setiap masyarakat yang dirawat di rumah sakit selalu menginginkan

pelayanan yang sempurna yang sesuai kebutuhanya bahkan ada yang sesuai

keinginanya dari sisi fasilitas yang ada di rumah sakit tersebut seperti kamar

mandi, kesopanan tenaga kesehatan dan transparansi pembayaran selama

dirawat di rumah sakit, dari situ seorang tenaga kesehatan atau pihak

manajemen rumah sakit dituntut agar bisa memenuhi keinginan atau harapan

dari masyarakat tersebut terkait pelayanan yang ada,karena di Kota Batu ada

Page 54: pengkajian seruni

beberapa rumah sakit yang berdekatan dengan Rumah Sakit Paru Batu jika ada

klien atau masyarakat tidak puas dengan pelayanan yang ada di Rumah Sakit

tersebut bisa dipastikan mereka akan mencari Rumah Sakit yang sesuai

harapanya dan keinginanya. Dewasa ini masyarakat banyak yang sudah

mengerti tentang pelaporan ke penegak hukum jika terjadi kesalahan

penanganan klien yang ada di rumah sakit,dari situ seorang perawat atau tenaga

kesehatan yang lain dituntut bisa melayani secara benar dan prima kepada klien.

KOMUNIKASI

a) Arah komunikasi

Di Ruang Kemuning hampir sama dengan ruangan lain untuk arah

komunikasinya jika terjadi komplain dari pegawai atau dari pasien

semua akan di laporkan ke kepala ruangan dan kepala ruangan

selanjutnya akan di laporkan ke komite keperawatan untuk segera di

tindak lanjuti.

b) Jadwal pertemuan rapat

Di Ruang Kemuning jadwal pertemuan rapat diselengarakan minimal

satu bulan sekali atau saat terjadi masalah yang harus segera di

selesaikan.

c) Faktor penghambat

Faktor penghambat dari komunikasi di Ruangan Kemuning tidak

terlalu banyak karena perawat dan dokter di ruangan tersebut sudah

bekerja sama lebih kurang dari 7 tahun lamanya, untuk

penghambatnya yang paling sering ialah tidak semua perawat bisa

datang saat ada agenda rapat, dikarenakan ada sebagian keperluan

dan kadang kepala ruangan tidak bisa hadir karena ada rapat di

jajaran kepala ruangan seluruh RSP.

MOTIVASI

a) Cara Motivasi

Cara memotivasi dalam Ruangan Kemuning biasanya di lakukan

dengan pujian ke perawat yang bertugas, di sela-sela bertugas

perawat banyak yang berdiskusi terkait permasalahan dan cara

pemecahanya.

b) Sistem reward dan punishment

Page 55: pengkajian seruni

menurut seorang perawat di sana penghargaan bagi pegawai yang

berprestasi adalah berbeda-beda ada yang di tulis di papan

pengumuman ruangan atau hanya di masukan di catatan rumah sakit.

3.10 CONTROLINGA. Supervisia) Mekanisme Supervisi terhadap staf dan program

Supervisi rutin di Ruang Kemuning dilakukan sebulan sekali dengan

supervisor adalah Karu. Teknik supervisi yang digunakan adalah langsung

dan tak langsung. Meskipun supervisi dijadwalkan 1 bulan sekali, jika terdapat

kejadian mendadak / yang bersifat insidental dari hasil laporan PP atau

observasi Karu dan dibutuhkan supervisi, maka Karu sebagai supervisor

langsung melakukan supervisi pada saat kejadian, misalnya pendampingan

saat melakukan tindakan menginfus klien, terdapat konflik keluarga klien yang

komplain kepuasan pelayanan RS kepada PP, sarana dan prasarana.

b) Faktor Penghambat SupervisiFaktor penghambat supervisi di manajemen Ruang Kemuning adalah

faktor SDM / tenaga kesehatan yang terbatas. Karu sebagai supervisor harus

merangkap jabatan sebagai tim Komite Keperawatan, sehingga jika sudah

terjadwalkan harus melakukan supervisi tetapi Karu harus mengemban tugas

lain selain tanggung jawabnya sebagai Karu, maka Karu harus menunda

melakukan supervisi yang telah terjadwalkan hingga Karu memiliki waktu yang

tepat untuk melakukan supervisi.

SDM di ruangan Kemuning sangat terbatas yaitu dalam 1 harinya ada

5 perawat yang bertugas di shif, yaitu 1 Karu, 2 perawat di shif pagi (1 PP, 1

perawat Back up pagi), 1 PP di shif sore, dan 1 PP di shif malam yang

memiliki tambahan jam kerja 3 jam dari jam kerja semestinyanyaitu 7 jam.

B. Delegasia) Mekanisme Pendelegasian

Ketika Karu sedang Dinas Luar, Karu mengkomunikasikan tugas yang

didelegasikannya kepada Perawat Back up pagi. Hal yang dikomunikasikan

misalnya : terdapat anak buah yang sakit, mendadak cuti, maka karu yang

sedang berdinas di Luar mendelegasikan tugas kepada Perawat Back Up pagi

Page 56: pengkajian seruni

untuk mengatur dan menunjuk PP pengganti yang dusesuaikan dengan shif

pagi, sore, malam sehingga tidak menggangu jadwal PP pengganti tersebut.

Pendelegasian diberikan kepada PP oleh Karu sebagai delegator

dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu : PP yang bisa dipercaya, memiliki

kompetensi lebih, dan nilai kinerja yang lebih. Jadi, Karu sebagai delegator

tidak sembarangan dalam mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada

anak buahnya.

Meskipun Karu mendelegasikan wewenangnya kepada PP yang telah

ditunjuk, maka hal tersebut tidak bisa menggatikan posisinya sebagai Karu.

Pengambilan keputusan di ruang Kemuning tetap di pegang langsung oleh

kepala Ruangan. Pengambilan keputusan terhadap suatu kejadian tetap

didiskusikan dan dikonsultasikan PP yang diserahi delegasi kepada Karu

lewat telepon. Jika terdapat suatu kejadian atau masalah, PP tetap konfirmasi

dalam pengambilan keputusan kepada Karu. Jadi, pengambilan keputusan

tetap dilakukan oleh Karu.

b) Uraian Tugas PendelegasianPembagian pekerjaan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu

cukup jelas, terdapat job deskripsi setiap tugas yang dilaksanakan oleh

perawat pelaksana di ruangan. Pembagian tersebut dapat berganti sesuai

dengan kondisi lapangan dan kebutuhan lapangan.

Keadaan yang menuntut Karu untuk mendelegasikan wewenangnya

adalah ketika Karu sedang menghadiri undangan rapat dan sedang berdinas

luar. Tugas yang didelegasikan adalah melakukan pengawasan, mengamati,

mengatur, dan bertanggung jawab atas manajemen ruangan Kemuning.

Selain itu Karu juga melakukan pendelegasian terhadap pengajuan sarana

dan prasarana, dan pengaturan jadwal kedinasan (jika ada PP yang cuti dan

mendadak sakit).

C. Manajemen Konflik

Pada menajemen konflik interpersonal antara PP dengan PP atau tenaga

kesehatan yang lain, Karu memberikan kewenangan untuk menyelesaikan

masalah secara kekeluargaan. Manajemen konflik berhubungan dengan

pelayanan, sarana prasarana, Karu bertindak sebagai mediator. Dalam hal ini,

Page 57: pengkajian seruni

strategi penyelesaian masalah yang digunakan Karu di ruang Kemuning adalah

strategi Kompromi atau Negosiasi yaitu suatu strategi penyelesaian konflik

dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan

bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation”.

Kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat.

Didalam manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh midle-dan

top manajer keperawatan.

3.11 KENYAMANAN PASIENAngka Tatalaksanana Pasien Nyeria. Presentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep

Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%

Jumlah total pasien per periode waktu tertentu

= 45 x 100% = 27%

b. Presentase tatalaksanan pasien nyeriJumlah total tindakan perawat sbg respon nyeri

x 100%

Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala ≥ 4 per periode waktu

tertentu

= 11 x 100% = 100%

Angka Kenyamanan PasienJumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100%

Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu

= 34 x 100% = 75%

Page 58: pengkajian seruni