pengantar kepada filsafat hukum.docx

75

Click here to load reader

Upload: dejavu4y34233

Post on 08-Aug-2015

73 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengantar kepada filsafat hukum.docx

BAB I

PENGANTAR KEPADA FILSAFAT

 

Dua kekuatan yang mewarnai dunia

Ada dua Kekuatan besar yang mewarnai dunia yaitu agama dan filsafat. Orang

yang mewarnai dunia juga hanya dua nabi (rohaniawan), dan filosof. Sains tek dalam garis

besarnya adalah netral. Pakar sains dan teknologi menggunakannya untuk mewarnai dunia

berdasarkan pandangan hidupnya yaitu agama dan filsafat.

Sejarah telah memperlihatkan adanya manusia yang berani mati karena agama yang

dianutnya. Orang mengorbankan harta, pikiran, tenaga, atau nyawa sekalipun untuk kepercayaan

yang dianutnya. Ada pula orang yang dibakar hidup – hidup, rela dijemur dn diapit dengan batu

besar untuk mempertahankan kepercayaan yang dianutnya. Orang dengan tekun menabur bunga

di kuburan, membakar kemenyan di tanah tinggi atau di pojok rumah dan rela mengubur anak

perempuannya hidup – hidup karena kepercayaan yang dianutnya.

Sejarah juga telah mencatat adanya orang kuat yang berani mati, karena meyakini sesuatu

yang diperolehnya. Yang ini disebut pemikir atau filosof. Contohnya Socrates yang berani mati

dengan cara meminum racun, sebagai hukuman baginya, karena mempertahankan kebenaran

filsafat yang dianggapnya benar (lihat Hasan,1973). Agama dan filsafat adalah dua kekuatan

yang mewarnai dunia. Barang siapa hendak memahami dunia, ia harus memahami agama

atau filsafat tersebut.

Pengertian agama

Dulu adam dan hawa berada di surga, demikian menurut Islam dan beberapa agama lain.

Lalu Tuhan menginginkan mereka hidup di dunia untuk sementara. Timbul kekawatiran,

bagaimana caranya hidup didunia itu? Tuhan memberikan jaminan, nanti  sesudah sampai  di

dunia Tuhan akan memberikan petunjuk yang isinya tentang cara hidup di dunia. Peraturan

tentang cara hidup di dunia inilah yang disebut agama. Definisi agama memang banyak sekali,

dari sekain banyak definisi tersebut maka dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama

ialah definisi agama yang menekankan segi rasa iman atau kepercayaan, yang kedua

menekankan sebagai peraturan tentang cara hidup. Kombinasi kedua-duanya mungkin

merupakan definisi yang lebih memadai tentang agama. Agama adalah sistem kepercayaan

Page 2: pengantar kepada filsafat hukum.docx

dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. atau agama ialah peraturan

tentang cara hidup, lahir dan batin

Pengertian filsafat

Poedjawijatna (1974:1) menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang

berhubungan erat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata yunani. Kata yunani

nya ialah Philosophia yang berarti kata majemuk yang terdiri atas philo dan shopia; philo

artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang

diinginkan, shopia boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan (windelband,

1958:1:1).

Filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan

yang mendalam untuk menjadi bijak (Abu Bakar Atjeh,1970:6).

Poedjawijatna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai  sejenis pengetahuan yang

berusaha mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan

pikiran belaka.

Hasbullah bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang

menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia

sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat sejauh yang dapat dicapai

akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Plato menyatakan bahwa dfilsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran

asli,

Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung

didalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan  estetika,

Al-farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikat

sebenarnya.

Immanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan pokok pangkal segala 

pengetahuan yang tercakup didalamnya empat persoalan :

Apa yang dapat diketahui ? jawabnanya : metafisika

Apa yang seharusnya diketahui ? jawabannya Etika

Sampai dimana harapan kita ? jawabannya : agama

Apa itu manusia ? jawabannya atropologi

Page 3: pengantar kepada filsafat hukum.docx

  Perbedaan definisi itu menurut Abu Bakar Atjeh (1970:9) disebabkan oleh berbedanya

konotasi filsafat pada tokoh – tokoh itu karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka.

Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan

beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari silsafat. Bila dirinci, dapatlah diketahui

bahwa kesulitan menentukan definisi filsafat, jadi juga berarti sulitnya memahami apa itu

filsafat,  adalah pertama karena pengertian filsafat  berkembang dari masa ke masa, kedua ialah

karena pengertian filsafat itu berbeda antara satu tokoh dan tokoh lainnya, ketiga karena filsafat

telah dipakai untuk menunjuk bermacam macam obyek yang sesungguhnya berbeda. 

Pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa

Mula – mula filsafat diartikan sebagai the love of wisdom atau love for wisdom. Pada

fase ini filsafat berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi orang yang bijak atau sifat orang

yang ingin atau cinta pada kebijakan. Fase ini juga berarti sebagai kerja seseorang yang berusaha

menjadi orang yang bijak.jadi , yang pertama filsafat sebagi sifat dan kedua sebagai kerja.

Masih dalam fase ini, definisi filsafat dalam kamus runes (1971:235), yang mengatakan

bahwa filsafat adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang merupakan prinsip umum yang

disana seluruh kenyataan dapat dijelaskan, telah membedakan pengetahuan rasional dengan

pengetahuan empiris. Pengetahuan empiris adalah sains.

Perkembangan selanjutnya  memperlihatkan bahwa pengertian filsafat mulai menyempit,

yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual

(intellectual curiosity). Definisi dari bertrand russel barangkali dapat digolongkan kesini tatkala

ia mengatakan bahwa tugas filsafat pada masa kini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi

(ultimate), yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Definisi dari william James

berbeda dengan Russel , ia mengatakan bahwa filsafat ialh kumpulan pertanyaan yeng belum

pernah terjawab secara memuaskan (Encyclopedia of Philosophy,1967:19)

Pengertian filsafat sering berbeda antar tokoh yang satu dengan yang lain Perbedaan itu

disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat, dah terkhir ini dapat disebabkan oleh pengaruh

lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.

Kata filsafat digunakan untuk menunjuk berbagai obyek yang berbeda Pertama, filsafat

digunakan sebagai nama bidang pengetahuan, yaitu pengetahuan filsafat, suatu bidang

pengetahuan yang ingin mengetahuisegala sesyuatu secara mendalam. Kedua, filsafat digunakan

untuk menamakan hasil karya. Hasil karya yang mendalam dari plato disebut filsafat plato, dsb.

Page 4: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Ketiga, digunakan juga untuk menunjuk nama suatu keyakinan. Keempat, digunakan untuk

memberi nama suatu usaha untuk menemukan pengetahuan yang mendalami tentang sesuatu.

Kelima, digunakan untuk menamakan orang yang cinta pada kebijakan dan ia berusaha

mencapainya. 

Apa yang mendorong timbulnya filsafat

Beerling (1966:8) mengatakan bahwa orang yunani mula – mula berfilsafat di barat

mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban melihat keindahan dan

kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan mengetahuinya. Pada zaman

modern ini penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian. Sangsi itu setingkat dibawah

percaya dan setingkat diatas tak percaya. Sangsi menimbulkan pertanyaan dan menyebakan

pikiran. Pikiran bekerja menimbulkan filsafat. Jadi ingin tahu itulah pada dasarnya penyebab

timbulnya filsafat.

Macam-Macam Pengetahuan Manusia

Pengetahuan adalah semua yang diketahui, pengetahuan ada beberapa macam yaitu :

1.      Pengetahuan sains (scientific knowledge)

Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang logis dan didukung bukti empiris.

Pengetahuan sains mempunyai paradigma positif (posivistic paradigm) dan metodenya

disebut metode ilmiah. Formula utama pengetahuan sains adalah buktikan bahwa itu

logis dan tunjukan bukti empirisnya. Dan yang dapat menjadi obyek adalah obyek

empiris.

2.     Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat  merupakan pengetahuan yang radikal dan mendalam tentang

sesuatu, yang kebenarannya hanya dapat dipertanggungjawabkan secara logis tidak

secara empiris. Paradigmanya logis, metodenya pikir/rasio.Dengan obyek abstrak logis.

3.     Pengetahuan mistik

Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan secara logis

maupun secara empiris. Paradigmanya merupakan paradigma mistik dan metodenya

merupakan metode latihan. Pengetahuan mistik mempunyai obyek abstrak supralogis.

Manfaat Mempelajari Filsafat

Sekurang-kurangnya ada 4 (empat) manfaat mempelajari filsafat, yaitu :

1.      Agar terlatih berfikir serius

Page 5: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan

menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan ini akan memberikan

memcahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam dan

menemukan sebab terakir suatu penampakan.

2.     Agar mampu memahami filsafat

Mempelajari filsafat menjadi penting karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan

agama dan filsafat, apabila seseorang ingin ikut membangun dunia perlu

mengetahui ajaran filsafat.

3.     Mungkin ingin menjadi filosof

Dengan dimilikinya kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja dapat

menemukan rumusan baru masalah dunia, maka dia menjadi seorang filosof.

4.     Agar menjadi warga negara yang baik

Orang yang mempelajari filsafat dapat dengan mudah menjadi warga negara yang

baik, karena inti dari negara terletak pada filsafat negara tersebut yang ditaksonomi

dalam UU yang mengatur warga negara.

Cara Mempelajari Filsafat

Isi filsafat amat luas, karena obyek yang dipelajari oleh filsafat sangat luas yaitu segala

sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, filsafat merupakan cabang ilmu yang tertua dan

pendapat filosof tidak ada yang tidak layak dipelajari. Untuk itu, ada tiga metode mempelajari

filsafat, yaitu :

1.     Metode Sistematis

Yaitu cara belajar dengan menghadapi karya filsafat, dengan belajar melalui metode ini

perhatian kita akan terpusat pada isi filsafat bukan pada tokoh atau periodisasinya.

2.     Metode historis

Yaitu cara belajar dengan cara mengikuti sejarahnya. Metode historis berarti

mempelajari filsafat secara kronologis.

3.     Metode Kritis

Yaitu cara belajar dengan memahami isi filsafat dan mengajukan kritik atas ajaran

tersebut. Kritik bisa mendukung maupun menetang dengan menggunakan pendapat

sendiri maupun menggunakan pendapat filosof lain.

 

Page 6: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Objek Penelitian Filsafat

Jenis objek penelitian filsafat, terdiri dari :

1.     Objek materia

Merupakan objek yang dipikirkan filsof , yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada.

2.     Objek forma

Merupakan sifat penyelidikan filsafat yang mendalam artinya ingin tahunya tentang

objek tidak hanya sekedar empiris.

Sistematika Filsafat

Secara garis besar filsafat mempunyai tiga cabang besar yaitu :

1.     Teori pengetahuan

Membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut epistimologi.

2.     Teori hakikat

Membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut ontologi.

3.     Teori nilai

Membicarakan guna pengetahuan itu, disebut axiologi.

Epistimologi

Epistimologi membicarakan mengenai sumber pengetahuan dan bagaimana cara

memperoleh pengetahuan.  Pengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan

berbagai alat, ada beberapa aliran mengenai hal ini, yaitu :

1.     Empirisme

Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman inderawi.

Menurut aliran ini pengalaman inderawi merupakan sumber pengetahuan yang benar, oleh

karenanya aliran ini menggunakan metode eksperimen. Aliran ini mempunyai kelemahan

karena indera terbatas, indera menipu, objek yang menipu dan kelemahan dari indera serta

objek sekaligus.

2.     Rasionalisme

Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap

objek. Akal bekerja karena adanya bahan dari indera, tetapi akal juga dapat menghasilkan

pengetahuan tidak berdasarkan bahan inderawi manusia. Jadi akal dapat menghasilkan

pengetahuan sains maupun pengetahuan filsafat.

Page 7: pengantar kepada filsafat hukum.docx

3.     Positivisme

Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857) , berpendapat bahwa indera itu amat

penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan

diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas, seperti

panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat dengan kiloan

(timbangan atau neraca), dan sebagainya. Kita tidak cukup dengan mengatakan api panas,

matahari panas, kopi panas. Dan kita juga tidak cukup dengan mengatakan panas sekali,

panas, tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Kebenaran diperoleh dengan akal,

didukung bukti empiris yang terukur. “Terukur” itulah sumbangan positivisme. Jadi pada

dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri ia hanya

menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama.

 4.     Intuissionisme

Hendri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera

yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang

selalu berubah, demikian Bergson berpendapat. Apa itu adil ? akal memahaminya dari segi

si terhukum, timbul pemahaman akal, memahaminya dari segi hakim, timbul pemahaman

akali; dari segi keluarga si terhukum, timbul pemahaman akali; dari segi jaksa, dan

seterusnya. Disimpulkan adil adalah jumlah pemahaman akali itu.

Intuisi adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip

dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan ini

memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh,

yang tetap, yang unique.

Iluminasionisme aliran ini berkembang di kalangan tokoh-tokoh agama, di dalam

islam disebut teori kasyf, teori ini mengatakan bahwa manusia, yang hatinya telah bersih

telah “siap”, sanggup menerima pengetahuan dari Tuhan. Aliran ini terbentang juga di dalam

sejarah pemikiran islam, boleh dikatakan sejak awal dan memuncak pada Mulla Shadra.

Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung ini diperoleh dengan cara latihan, yang

di dalam islam disebut suluk, secara lebih spesifik disebut Riyadlah artinya latihan. Dalam

metode islam dinamakan thariqat. Konon, kemampuan orang-orang itu ialah sampai bisa

melihat Tuhan, berbincang-bincang dengan Tuhan, melihat surga dan neraka dan alam gaib

lainnya,  kemampuan itu bukan lewat akal tapi melalui hati

Page 8: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Menurut ajaran tashaawwuf atau thariqat pada khususnya, manusia itu

dipengaruhi (ditutupi) oleh hal-hal yang material, dipengaruhi oleh nafsunya. Bila nafsu itu

dapat dikendalikan, penghalang material (hijab) disingkirkan maka kekuatan rasa itu mampu

bekerja, laksana antene mampu menangkap objek-objek gaib. Di dalam tashawwuf ini

digambarkan sebagai dalam keadaan fana jiwa mampu melihat yang gaib; dari situ diperoleh

penegtahuan.

Berdasarkan uraian di atas (tentang epistemology) dapat diketahui bahwa manusia

memperoleh pengetahuan denga tiga cara, yaitu cara sains, cara filsafat (logika, akal), dan

cara latihan rasa (instuisi). Namun, secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya

diperoleh dengan cara berpikir benar. Sains dan filsafat jelas menggunakan cara berpikir

benar; mistik sekurang-kurangnya berawal dari berpikir benar juga. Norma-norma atau

aturan-aturan berpikir benar itulah yang dibicarakan oleh logika.; ini adalah bagian dari teori

pengetahuan.

ONTOLOGI

Hakikat ialah realitas; realitas artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah

kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan yang berubah.

Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan

kosmos. Adapun hakikat manusia dibicarakan oleh antropologi ini juga cabang teori hakikat.

Pembahasan hakikat Tuhan dilakukan oleh fheodica, juga cabang dari teori hakikat. Bagi

naturalisme, roh, jiwa itu malahan tidak diakui adanya tentu saja termasuk Tuhan. Materialisme

tidak menyangkal adanya spirit, roh, termasuk Tuhan, akan tetapi spirit tuhan itu muncul dari

benda.

Aliran ini adalah aliran yang tertua. Ada beberapa alasan mengapa aliran ini dapat

berkembang, yaitu :

1.    Pada pikiran yang masih sederhana apa yang kelihatan yang dapat diraba biasanya

dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran yang masih sederhana tidak mampu memikirkan

sesuatu di luar ruang, yang abstrak.

2.    Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Maka

peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam

peristiwa itu.

Page 9: pengantar kepada filsafat hukum.docx

3.    Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda, seperti pada padi Dewi

Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang

merupakan hakikat adalah benda.

Idealisme berpendapat sebaliknya; hakikat benda adalah rohani, spirit atau sebangsanya.

Alasan mereka ialah sebagai berikut :

1.     Nilai roh lebih tinggi daripada badan

2.     Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya

3.     Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada

energy itu saja (Oswald)

Aliran dualisme mudah ditebak, yang merupakan hakikat pada benda itu ada dua, material dan

immaterial, benda dan roh, jasad dan spirit. Aliran agnostisisme menyerah sama sekali. Mereka

berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda. A artinya not, gno= know.

Di dalam bahasa Grik agnostos berarti unknown. Kosmologi adalah cabang filsafat yang

menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar (kosmos), asalnya, tujuannya. Bagaimana

cara ia menjadi (how does it come into being), bagaimana  evolusi (bila ia berevolusi),

bagaimana susunannya, dan lain-lain. Antropologi ada yang sains , ada yang filsafat. Untuk yang

sains biasanya disebut antropologi saja sedangkan untuk filsafat mestinya disebut antropologi

filsafat. Filsafat yang membicarakan Tuhan adalah theodica atau theologia.

Theodica membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal); untuk membedakannya dari

pembicaraan Tuhan dari segi wahyu atau iman, yang pertama ini sering disebut teologi naturalis

(membicarakan Tuhan dari segi akal).

Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan ada. Kata itu berasal dari Theus,

bahasa Yunani berarti Tuhan. Tuhan itu ada pencipta, pengatur ini semua dicapai dengan

pemikiran. Hampir sama dengan ini adalah deisme yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan

ala mini pada permulaannya. Setelah dicipta yang pertama itu, Tuhan membiarkan alam ini

masing-masing berkembang atau berjalan sendiri.

Monoteisme adalah teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan itu esa. Triniteisme

mengajarkan bahwa Tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga. Politeisme ialah paham teis yang

mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak, masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri.

Ateisme adalah isme yang mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada. Penganut aliran ini ialah

Marxisme Holbach.

Page 10: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Agnotisisme adalah paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan ateisme, filsafat

agama membicarakan hakikat agama itu sebenarnya, apa tujuannya, dari mana agama itu.

Filsafat agama membicarakan hal-hal umum yang terdapat di dalam semua agama seperti tentang

Tuhan, iman, sembahyang dan sesajen.

Filsafat hukum membicarakan hakikat hukum: apa hukum itu, apa adil itu. Filsafat pendidikan

membicarakan hakikat pendidikan; apa pendidikan itu, apa tujuannya, apa hakikat guru, dan lain

pertanyaan mendasar di sekitar pendidikan. Dewey berpendapat pendidikan adalah rekonstruksi

pengalaman, memebrikan nilai-nilai yang lebih sosial melalui peningakatan efisiensi individu.

Logika adalah salah satu cabang filsafat yang telah dikembangkan oleh Arietoteles.

Ada 2 (dua) macam logika : logika formal dan logika material. Logika formal yang biasa

disebut logika saja, adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form)

berpikir. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang

benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal);

kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Yang meneliti isi

kesimpulan adalah logika material. Bila isinya benar, pasti bentuknya tepat; belum tentu

sebaliknya. Jadi, ketepatan dibicarakan oleh logika formal, kebenaran isi dibicarakan oleh logika

material. Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar : Setiap manusia akan mati.

Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati..

Dalam garis besarnya, logika formal atau logika saja membicarakan masalah pengertian, putusan

dan penuturan. Apa itu pengertian , takkala seseorang melihat pohon, maka orang itu segera

mengetahui bahwa yang dilihatnya adalah pohon, yaitu pohon sebagaimana adanya. Bagaimana

membentuk pengertian, dengan jalan abstraksi dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita

tentang objek itu dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Ciri esensi ialah cirri yang

menunjukkan bahwa ia adalah ia, cirri yang menunjukkan keadaannya. Gampangnya cirri esensi

ialah cirri yang tidak boleh tidak ada pada objek itu. Ciri aksidensi adalah cirri pelengkap, sifat

yang melekat pada esensi objek. Pada kursi cirri aksidensinya antara lain ialah jumlah kaki,

bahan, warna, tempat tangan, ukirannya, fungsinya (kursi kantor, kursi makan). Suatu objek yang

hanya disebut ciri esensinya, ia abstrak; untuk menjadikannya kongkret harus ditambahkan ciri

aksidensinya.

 

Page 11: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Logika

Logika adalah salah satu cabang filsafat. Logika membicarakan norma-norma berpikir

benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada 2 macam logika, logika formal

dan logika materil. Logika formal, yaitu logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi

bentuk berpikir. Logikanya adalah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk

berpikirnya harus benar.Soal isinya benar atau salah ini dibicarakan oleh logika materil. Dalam

logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan

yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal), kesimpulan yang benar

berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu (logika materil). Jadi ketepatan dibicarakan

logika formal, kebenaran isi dibicarakan logika materil. Dalam logika formal dibicarakan tiga

hal:

1.   Pengertian

Pengertian ialah gambaran di dalam jiwa tentang objek yang telah diabstraksikan.

2.   Putusan

Putusan ialah pengetahuan yang dibentuk dari pengertian-pengertian yang dihubungkan.

3.   Penuturan

Penuturan adalah putusan baru yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. Di dalam

penuturan digunakan 2 metode:

a.  Metode deduksi bila penuturan dilakukan dari putusan umum membentuk putusan

khusus.

b.  Metode induksi bila penuturan dilakukan dari putusan-putusan khusus, untuk selanjutnya

ditarik putusan umum. Induksi terdiri dari:

-       Silogisme,  bila putusan ditarik dari dua putusan yang tersedia

-       Penuturan langsung, bila ditarik dari satu putusan

-       Induksi, bila ditarik dari lebih dari dua putusan

Dialetika

Tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan logika, oleh karena itu

diperlukanlah metode dialektika. Logika mengatakan, tidak ada kebenaran ketiga, tidak ada

“jalan tengah”. Sebaliknya dialektika melihat ada permasalahan yang penyelesaiannya justru

harus berupa jalan tengah. Untuk menyelesaikan persoalan ini dialetika bekerja pada tesis dan

antitesis menuju sintensis.

Page 12: pengantar kepada filsafat hukum.docx

 Etika

Ada beberapa teori tentang nilai baik-buruk (etika), yaitu:

1.    Teori nilai islam, yang terdiri dari lima kategori yaitu baik sekali, baik, netral, buruk,

buruk sekali (wajib, sunah, mubah, makruh, haram)

2.    Hedonisme, mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila mengandung hedone

(kenikmatan, kepuasan) bagi manusia.

3.    Vitalisme, baik buruk ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang

dikandung oleh objek yang dinilai. Manusia yang kuat, ulet, cerdas, itulah manusia

yang baik.

4.    Utilitarianisme, menyatakan bahwa yang baik ialah yang berguna.

5.   Pragmatis, menyatakan bahwa yang baik ialah yang berguna secara praktis dalam

kehidupan.

Estetika

Nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata “indah” lebih sering dikenakan pada

seni, sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh ketimbang

baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya

baik (etika), tetapi kurang indah (estetika), aka dipilih belakangan, yang dipilih lebih dahulu

adalah orang yang indah, sekalipun kurang baik.

AKSIOLOGI

Untuk mengetahui kegunaan filsafat, dapat ditinjau dari:

1.   Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat.

Sebagai kumpulan teori, filsafat dapat digunakan untuk memahami dan mereaksi-dunia

pemikiran.

2.   Filsafat sebagai philosophy of life.

Sebagai philoshopy of life filsafat filsafat berguna sebagai petunjuk dalam menjalani

kehidupan, lebih singkat lagi untuk dijadikan sebagai agama.

3.   Filsafat sebagai methodology untuk menyelesaikan masalah.

Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal.

Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara

pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal artinya

melihat masalah dalam hubungan yang seluas-luasnya. Penyelesaian masalah dengan

Page 13: pengantar kepada filsafat hukum.docx

menggunakan filsafat dilakukan dengan berpikir seluas-luasnya yaitu dengan cara

memandang setiap permasalahan dari sebanyak-banyaknya sudut pandang.

KHULASAH

Filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis,tentang obyek

yang abstrak logis,kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan secara logis pula.Jika

diringkaskan,dapat dikatakan filsafat adalah pengetahuan yang logis yang tak dapat dibuktikan

secara empiris.

Obyek materia filsafat,yaitu obyek yang diteliti oleh filsafat ,ialah semua yang ada dan

yang mungkin ada,yang diselidikinya ialah bagian yang abstrak tentang obyek itu. Secara teknis

untuk meneliti atau mempelajari filsafat ditempuh tiga cara :histories,sistematis, dan kritis.Para

pemula sebaliknya menempuh metode histories.

Hasil pemikiran filosof telah dibukukan sejak lama .Pemikiran dapat digolongkan  ke

dalam 3 bagian besar.Yaitu mengenai cara memperoleh pengetahuan (disebut teori

pengetahuan) ,mengenai hakikat (ini yang disebut teori hakikat) ,dan mengenai kegunaan (ini

yang disebut teori nilai) .Jadi,sistematika filsafat adalah teori pengetahuan , teori hakikat , dan

teori nilai.Masing-Masing dibagi lagi ,dan teori hakikat mengandung banyak sekali cabang

filsafat.

Di dalam cabang-cabang  itu muncul isme-isme .Ini wajar sekali.Filsafat adalah hasil

pemikiran yang berupa sistem : sistem itu mempunyai karakter sendiri-sendiri.Sistem inilah yang

disebut isme.Dalam teori hakikat banyak sekali isme yang muncul.Dalam teori nilai juga ada

beberapa isme.Para pelajar sering bingung menghadapi isme – isme itu.Kebingungan akan hilang

bila pelajar menempatkan lebih dulu isme itu pada kedudukannya yang asli.Filsafat itu tidak sulit

,karena filsafat itu pemikiran dan tiap orang punya alat untuk berpikir.

 

Page 14: pengantar kepada filsafat hukum.docx

BAB II

SEJARAH

FILSAFAT TIMUR DAN BARAT

 

A. SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Ada anggapan bahwa kita melihat pada perkembangan filsafat Timur,maka sebagian

besar dari makna filsafat yang dimaksud di sini adalah filsafat sebagai pandangan hidup.Hal ini

terutama tampak saat kita membahas tentang filsafat India dan Cina.

Menurut Fung Yu-Lan ( 1990 :1 ) ,seorang Guru Besar Filsafat Universitas Tsing Hua,dan Guru

Besar Tamu Universitas Pennsylvania,pendidikan pertama yang diberikan kepada anak-anak

sekolah di Cina sejak dulu kala adalah pelajaran filsafat.

Bicara tentang filsafat timur ,paling tidak ada lima aliran yang paling berpengaruh ,yaitu

Hinduisme,Buddhisme,Konfusianisme,Taoisme,dan Islam.Hinduisme amat berpengaruh pada

perjalanan filsafat India,walaupun Budhisme dan Islam juga punya andil yang tidak kecil.

Adapun Buddhisme ,Konfusianisme ,dan Taoisme lebih banyak berkaitan dengan filsafat Cina

dan Asia Timur pada umumnya, serta beberapa bagian Asia Selatan dan Tenggara.Pengaruh

filsafat Islam terutama terdapat di negara-negara  Timur Tengah ( Asia Barat ) ,sebagian Asia

Selatan dan Asia Tenggara.

B. Filsafat India

India termasuk salah satu tonggak  peradaban tertua di dunia dengan situsnya di sekitar

lembah sungai Indus. Kemudian datang kaum imigran ,yaitu suku bangsa Aryan dari Utara

India,yang masuk ke lembah sungai Indus antara 1700-1400 SM.Kedatangan suku Aryan ini

menandai satu perubahan  penting dalam sejarah filsafat India.Mereka memperkenalkan ajaran-

ajaran baru yang termaktub dalam literatur suci disebut Weda ( seringkali disebut

”veda”).Keberadaan literatur suci ini membawa pengaruh luas dalam pemikiran dan sistem 

kepercayaan bangsa India pada masa itu,sekaligus menjadi titik awal sejarah filsafat India.

Gerak pemikiran filsafat India sudah dimulai pada zaman Weda dengan menjadikan alam

semesta sebagai obyek utama pembahasannya.Manusia dipandang sebagai bagian kecil dari alam

yang mahaluas ini.Sifat-sifat manusia identik dengan sifat-sifat alam itu. Hidup, menurut mereka

Page 15: pengantar kepada filsafat hukum.docx

adalah penderitaan.Karena keterikatan manusia terhadap kehidupan duniawinya.Filsafat India

banyak mempersoalkan hal-hal yang berkaitan dengan kebebasan dari ikatan duniawi itu.

Filsafat India sebagian besar bersifat mistis dan intuitif. Peranan rasio baru agak menonjol pada

kurun terakhir perjalanannya ,yakni setelah berkenalan dengan filsafat Barat (zaman Modern ).

Menurut Radhakrishnan dan Moore,ada 7 ciri yang mewarnai hampir seluruh sistem filsafat

India,yaitu :

1. Motif Spiritual yang mendasarinya.

2. Sikap Introspektif dan pendekatan Introspektif terhadap realitas.

3. Hubungan erat antara hidup dan filsafat.

4. Idealis.

5. Hanya Intuisi yang diakui mampu menyingkap kebenaran tertinggi.

6. Penerimaan terhadap otoritas.

7. Tendensi untuk mendekati berbagai aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan

sintetis.

Sejarah filsafat India dapat dibedakan dalam lima periode besar,yaitu :

1. Zaman Weda

2. Zaman Skeptisisme

3. Zaman Puranis

4. Zaman Muslim

5. Zaman Modern

Pada tahun 600 SM hingga 300 M muncul beberapa reaksi unsur kepercayaan pada

ajaran Weda, yang dikenal sebagai jaman Skeptisisme. Reaksi terhadap Weda ini dibedakan

dalam dua aliran yaitu Astika (menerima weda) dan Nastika (menolak Weda).

Astika (menerima weda)

Astika ini muncul dalam wujud enam sekolah (mazhab) ortodoks yang disebut Saddharsana.

Secara kronologis mengikuti tahun diperkenalkannya, enam aliran pemikiran ini adalah : (1)

Waisesika; (2) Purwa-Mimamsa; (3) Samkya; (4) Nyaya; (5) Utara Mimamsa; dan (6) Yoga.

Nastika (Menolak Weda)

Reaksi yang kontra terhadap Weda, yaitu Nastika, antara lain Carvaka, Buddhisme, dan

Jainisme. Dari ketiganya Buddhisme merupakan aliran yang terpenting.

Page 16: pengantar kepada filsafat hukum.docx

C. Filsafat China

filsafat china bisa dibagi kedalam empat priode besar, yaitu

1.     Jaman Klasik

a.      Konfusianisme

b.     Taoisme

c.      Yin-Yang

d.     Dialektik (Ming Chia)

e.      Legalisme (Fa Chia)

2.     Jaman Neotaoisme dan Buddhisme

Zaman ini merupakan penafsiran baru terhadap konsep tao yang dikembangkan pada

zaman klasik

3.     Jaman Neokonfusianisme

Ajaran ini bertolak belakang dengan ajaran buddhisme

4.     Jaman Modern

D. Filsafat (Negara-Negara ) Islam

secara umum, filsafat Negara-negara islam bisa dibedakan kedalam dua wilayah, yaitu :

1.     Kawasan Masyriqi

2.     Kawasan Maqribi

 

 

 

Page 17: pengantar kepada filsafat hukum.docx

BAB III

SEJARAH FILSAFAT BARAT

 

A . Jaman Kuno 

a. Jaman Prasokrates

Jaman ini merupakan awal kebangkitan filsafat. Dikatakan demikian karena pada saat

itulah untuk pertama kalinya manusia mulai menjawab berbagai persoalan disekitarnya tidak lagi

bertolak pada mitos tetapi sudah urni dengan rasio. 

b. Jaman Keemasan Yunani

Jaman keemasan Yunani diawali oleh tokoh pemikir Sokrates (470-399 SM), yang diikuti

oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Pada era Sokrates, kehidupan

bermasyarakat sudah jauh berkembang dengan adanya interaksi antar individu yang lebih

intensif, terutama dalam polis-polis. Sokrates lahir di Athena, pada masa itu di polis Athena telah

banyak berdatangan orang-orang sofis, dengan tokoh-tokoh antara lain Protagoras (480-411 SM),

Gorgias (480-380 SM), dan Prodikos. Sokrates gemar menghadiri dan aktif dalam perdebatan

dengan kaum sofis tersebut.

Kaum sofis menyangkal adanya nilai-nilai tetap mengenai baik dan buruk, adil dan tidak

adil. Sokrates membenarkan bahwa nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat memang

tidak dapat tahan terhadap kritik. Tetapi di dalam hatinya, ia merasa bahwa nilai-nilai yang tetap

itu pasti ada, yang menuju kepada tercapainya suatu norma, yaitu norma yang bersifat mutlak

dan abadi, suatu norma yang sungguh-sungguh ada di dalam arti absolut. Tujuan hidup Sokrates

ialah menemukan norma itu, yang ada di dalam diri manusia sendiri. Karena kepandaian

Sokrates dalam berdebat dengan mengalahkan kehebatan retorika kaum Sofis, banyak orang

berguru kepadanya, banyak murid Sokrates yang kemudian menjadi pemikir ulung seperti Plato,

Euclides (lahir 300 sekitar SM), Antithenes (445-365 SM) dan Aristippos.

Persoalan yang dipertanyakan Sokrates tidak lagi tentang inti alam atau keberadaan

manusia di alam semesta seperti jaman filsuf alam, tetapi sudah bergeser kepada pertanyaan

tentang bagaimana manusia dapat hidup dengan baik dalam masyarakat (khususnya dalam polis)

agar tercapai keadilan dan kemakmuran. Dalam diskusi denganm urid-muridnya, Sokrates

banyak mengemukakan pemikiran yang menentang kebijakan penguasa dan kepercayaan

masyarakat Yunani pada masa itu.

Page 18: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Menurut Moh. Hatta (1986:80), Sokrates sesungguhnya bukanlah seorang filsuf, tetapi

pemikir. Ia tidak pernah mengajarkan filsafat, melainkan bagaimana hidup berfilsafat. Baginya

filsafat bukanlah isi, bukan hasil, bukan ajaran yang bersandarkan dogma, melainkan fungsi yang

hidup. Filsafat Sokrates senantiasa berusaha mencari hakikat kebenaran.

Salah satu murid Sokrates yaitu Plato memiliki nama kecil Aristokles karena latar

belakangnya berasal dari kalangan aristokrat yang memiliki peranan politik penting di Yunani.

Sewaktu muda, Plato mendalami ajaran pantha rei yang diperoleh dari Kratylos murid dari

Herakleitos. Karena ajaran ini tidak memenuhi hasrat intelektual Plato maka pada usia 20 tahun

ia beralih belajar pada Sokrates di Athena.

Dasar ajaran Plato adalah budi yang baik. Budi adalah tahu. Orang yang berpengetahuan

dengan sendirinya berbudi baik. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses dialektika yang

kemudian menimbulkan tingkat yang lebih tinggi daripada sekedar pengetahuan yang disebut

budi tersebut. Menurut Plato, filsafat tidak lain adalah ilmu yang berminat mencapai kebenaran

yang asli.Dalam pandangan Plato, tujuan hidup adalah mencapai kesenangan hidup yang

diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-barang yang dituju. Apa yang baik

bagi seseorang, juga baik bagi masyarakat, antara kepentingan perseorangan dan masyarakat

tidak boleh ada pertentangan. Pemikiran Plato diteruskan oleh seorang muridnya Aristoteles.

Di Athena, Aristoteles membuka sekolah baru yaitu Lukeion. Tidak mengherankan bahwa

pemikiran cemerlang Aristoteles memunculkan berbagai bidang filsafat yang baru, Menurutnya,

filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran, yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu

matematika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan setetika. 

c. Jaman Hellenisme

Jaman Hellenisme adalah jaman keemasan kebudayaan Yunani. Tokoh yang berjasa dalam

pengembangan kebudayaan Yunani adalah Iskandar Agung (356-323 SM) dari Macedonia, salah

satu murid Aristoteles. Pada masa Hellenisme terdapat tiga aliran filsafat yang menonjol yaitu :

(1) Stoisisme, (2) Epikurisme, dan (3) Neoplatonisme. Di samping ketiga aliran tersebut, terdapat

pula gerakan berpikir yang disebut Skeptisisme dengan pelopornya Pyrrho (365-275 SM) dan

Elektisisme oleh Cicero (106-43 SM).

d. Jaman Patristik

Jaman ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu (1) Patristik Yunani yang berpusat di

Athenadan (20 Patristik Latin yang berpusat di kota Roma (Italia). Dalam memandang filsafat

Page 19: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Yunani kuno, terdapat perbedaan sikap dari pemuka agama Kristen. Sikap pertama bersifat

menolak karena beranggapan filsafat Yunani itu bertentangan dengan wahyu Ilahi. Sikap kedua

lebih bersifat kompromi dengan menyatakan terlepas dari pertentangan yang ada antara filsafat

Yunani tersebut tetap diperlukan sebagai pembuka jalan kepada penerimaan Injil. Dua sikap ini

terdapat baik pada Patristik Yunani dan Latin.

Tokoh Patristik Yunani (juga disebut Patristik Timur) yang terkenal adalah Clemens (150-

215 M) dan Origenes (185-254 M). Selain itu terdapat pula tokoh-tokoh terkemuka para

pemimpin gereja dari Cappodocia yaitu Basilius nan Agung, Gregorius dari Nazianze (lahir 390)

dan Gregorius dari Nyssa (lahir 395). Untuk Patristik Latin (juga disebut Patristik Barat), selain

Aurelius Agustinus, muncul nama seperti Tertullianus (160-222). Tertullianus merupakan contoh

penentang keras keberadaan filsafat Yunani. Baginya, semenjak tampilnya Kristus, filsafat hanya

akan membingungkan atau bahkan menyesatkan. 

B. Abad Pertengahan

Dimulai setelah keruntuhan Kerajaan Romawi abad ke-5 M. Dikatakan sebagai Abad

Pertengahan karena pada jaman ini berada di tengah-tengah dua jaman yaitu jaman kuno dan

jaman modern. Abad Pertengahan ini sejalan dengan berkembangnya periode filsafat yang

disebut Skolastik, yaitu masa keemasan agama Kristen di Eropa. Puncak keemasan agama

Kristen sebenarnya sudah dimulai pada paruh terhakir jaman kuno yang disebut masa Patristik.

Abad Pertengahan tidak membawa reputasi yang menguntungkan bagi perkembangan filsafat

karena dominasi yang terlalu kuat dari para rohaniawan, sehingga segala sesuatu yang yang

bertentangan dengan pendapat mereka adalah dosa yang harus dimusnahkan.

Filsafat kaum Skolastik merupakan pertemuan antara pemikiran Aristoteles (yang hidup

kembali melalui filsuf-filsuf Islam dan Yahudi) dan iman Kristiani. Pertemuan ini menghasilkan

filsuf penting. Mereka sebagaian berasal dari kedua ordo baru yang lahir pada Abad Pertengahan

yaitu para Dominikan dan fransiskan. Filsafat mereka disebut Skolastik karena dalam periode ini

filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu

kurikulum yang tetap dan bersifat internasional. Tokoh-tokoh Skolastik antara lain Albertus

magnus alias Albert Agung (1206-1274), dan Bonoventura (1221-1257), Thomas Aquinas

(1225-1274) dan Yohanus Duns Scotus (1266-1308). Tema-tema pokok dari ajaran mereka

adalah hubungan antara iman dan akal budi, adanya dan hakikat Tuhan, antropologi, etika dan

Page 20: pengantar kepada filsafat hukum.docx

politik. Selain mereka juga disebutkan pula Boethius (480-524) yang merupakan filsuf pertama

Skolastik.

C. Jaman Modern

Ditandai dengan pemberontakan terhadap dominasi kebenaran yang dipegang kaum

rohaniawan. Salah satu tonggak penting pemberontakan itu adalah Revolusi Copernicus dalam

dunia astronomi. Nicolaus Copernicus (1473-1543) dengan berani menentang pandangan

geosentris (berpusat pada bumi) dan memperkenalkan pandangan heliosentris (berpusat pada

matahari). Filsafat jaman modern ini bermula dari tahun 1500 sampai dengan 1800 M. Jaman

modern ini diawali oleh masa Renesanse, diikuti jaman Barok, Aufklarung dan diahkiri jaman

Romantik. 

a. Renesanse

Renesanse (sering dieja dengan Renaisssance atau Renesance) berarti lahir kembali yaitu

dilahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir dan berkesenian. Tokoh-tokoh

pada masa ini adalah Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1642) yang

mendukung teorinya Copernicus. Pemikiran yang revolusioner dari Copernicus, Kepler dan

Galilei ini terjadi juga dalam dunia hukum, khususnya hukum internasional dan tata negara.

Tokoh utama dalam bidang ini antara lain Hugo de Groot (1583-1645), Niccollo machiavelli

(1469-1527) dan Thomas moore (1478-1535). Revolusi lebih lanjut di bidang sains dikemukakan

oleh Francis Bacon (1561-1626) yang merupakan perintis filsafat ilmu. Bacon memperkenalkan

ilmu-ilmu empiris yaitu logika induktif. Bacon menolak penggunaan silogisme yang tidak

mengajarkan kebenaran-kebenaran baru, tetapi ia tetap bernilai jika dilihat dari segi pengajaran.

b. Jaman Barok

Dikenal dengan era rasionalisme dengan tokoh-tokoh antara lain Rene Descrates (1596-

1650), Spinosa (1632-1677) dan Leibniz (1646-1650). Descrates alias Cartesius dikenal sebagai

Bapak filsafat Modern. Menurutnya ilmu (termasuk filsafat) dapat dipahami lebih baik, mutlak

diperlukan suatu metode yang baik melalui cara berpikir sungguh-sungguh dengan meragukan

segala-galanya sehingga pada ahkirnya didapat pengertian yang terang dan jelas. Descrates juga

memperkenalkan metode berpikir deduktif untuk ilmu-ilmu alam.

c. Jaman Fajar Budi (Aufklarung)

Disebut sebagai periode pematangan rasio manusia dan dikenal sebagai masa Empirisme.

Tokoh-tokoh pada jaman ini antara lain Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704),

Page 21: pengantar kepada filsafat hukum.docx

George Berkeley (1684-1753), David Hume (1711-17776), J.J Rousseau (1712-1778) dan

Immanuel Kant (1724-1804). Tokoh-tokoh tersebut merupakan kaum empirik yang

menganggap rasio saja tidak cukup untuk mencari kebenaran tapi harus dengan pengalaman

juga.

d. Jaman Romantik

Disebut jaman idealisme dengan tokoh-tokohnya seperti Fichte (1762-1814), F. Schelling

(1775-1854) dan Hegel (1770-1831). Idealisme ini sesungguhnya berangkat dari reaksi terhadap

pemikiran Kant. 

D. Jaman Sekarang

a. Filsafat Abad ke-19

(1) Positivisme

Positivisme dapat dimasukkan sebagai pendukung pemikiran yang mengutamakan empiri

daripada rasio. Positivisme menggunakan logika berpikir induktif. Menurut positivisme,

pengetahuan manusia tidak boleh melewati fakta-fakta. Tugas filsafat adalah mempersatukan

berbagai corak ilmu yang ada memalui suatu sistem yang berlaku umum, sehingga ilmu-ilmu itu

dapat saling memahami dan bekerja sama.Tokoh utama positivisme adalah Aguste Comte (1798-

1857) dari Perancis. Menurutnya ada enam ilmu pokok yaitu (a). matematika, (b) astronomi, (c)

fisika, (d) kimia, (e) biologi, dan (f) sosiologi.

Descrates memperkenalkan dikotomi antara subyek dan obyek. Subyek memiliki

kesadaran (res cogitans) dan obyek adalah benda yang diamati (res extensa). Dia juga

menambahkan unsur ketiga yang penting yaitu Ketuhanan sebagai substansi yang paling

sempurna. Ia menyatakan bahwa pemikiran manusia pada umumnya melewati tiga jenjang

yaitu : (1) teologis (manusia menyerahkan bimbingan pemikkirannya pada hal-hal yang

irasional), (2) metafisis (manusia menggunakan prinsip-prinsip yang abstrak untuk menjelaskan

fakta), (3) positif –ilmiah. Jadi positivisme merupakan jenjang tertingi dari pemikiran manusia.

Tokoh penting positivisme di Inggris adalah john Stuart Mill (1806-1873) dan Herbert

Spencer (1820-1903). Menurut J.S mill, ilmu dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu ilmu

alam dan ilmu rohani.

(2) Marxisme

Perintis aliran ini adalah Karl Marx(1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Marx

adalah tokoh pertama yang mengaitkan filsafat dengan ekonomi, filsafat tidak boleh statis, tetapi

Page 22: pengantar kepada filsafat hukum.docx

harus aktif membuat perubahan-perubahan. Hakikat manusia adalah kerja (homo laborans, homo

faber) jadi ada ikatan erat antara filsafat, sejarah dan masyarakat. Pemikiran Marx dikenal

dengan materialisme historis atau materialisme dialektika. Dalam perkembangan ini melahirkan

Komunisme.

(3) Pragmatisme

Penganut pandangan pragmatisme menyatakan bahwa yang penting bukan apa itu tetapi

apa kegunaannya. Dengan demikian, ukuran benar atau salah suatu pemikiran bergantung pada

sejauh mana pemikiran itu berguna.

Aliran ini populer di Amerika Serikat dan tokohnya adalah William James (1842-1910)

dan Ch.S.Pierce (1839-1914). Menurut James, sesungguhnya tidak ada kebenaran yang sifatnya

umum dan mutlak. Jadi ukuran kebenaran itu adalah kebenaran berdasarkan pengalaman

manusia dan kebenaran demikian ditentukan oleh seberapa jauh manfaatnya bagi manusia.

b. Filsafat Abad ke-20

Filsasat ini bercorak logosentrisme. Banyak filsuf berpendapat bahwa bahasa adalah

objek terpenting pemikiran mereka. Filsafat diartikan sebagai suatu teks yang harus ditafsirkan.

Dengan demikian filsafat menjadi filsafat mengenai filsafat atau hermeneutika. Susanne K.

Langer menyatakan tahap ini merupakan tahap simbol. Dalam abad ke-20 ini diperkenalkan

pendekatan komplementer seperti hermeneutika dan fenomenologi. Beberapa aliran filsafat abad

ke-20 ini adalah (1) Neokantianisme, (2) Fenomenologi, (3) Eksistensialisme, (4) Strukturalisme.

a.  Neokantianisme

Merupakan aliran filsafat barat yang berkembang di Jerman dan dikembangkan oleh dua

kubu yaitu kubu sekolah Marburg dan sekolah Baden. Di Universitas Marburg, filsafat Kant

dijadikan titik pangkal untuk perkembangan baru epitemologi dan kritik ilmu pengetahuan.

Tokoh-tokoh Neokantianisme gaya Marburg adalah Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop

(1854-1924) dadn Ernst Cassirer (1874-1954). Di universitas Freiburg dan Heildelberg (terletak

di Baden), filsafat Kant merupakan titik pangkal untuk kritik ilmu seperti ilmu alam

(naturwissenschaften) dan ilmu kebudayaan (kulturwissenchaften). Wakil Neokantianisme sayap

ini adalah Wilhelm Windelband (1848-1911), Heinrich Rickert (1863-1936) dan Bruno Bauer

(1877-1942). 

b.  Fenomenologi

Page 23: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Merupakan aliran filsafat yang dekat dengan eksistensialisme dan mengungkapkan

pentingnya unsur intuisi. Tokoh utama aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938). Istilah

frnomenologi berasal dari J.H Lambert (1764). Husserl berpendapat bahwa fenomenologi

diterapkan untuk ilmu-ilmu manusia dan budaya bukan ilmu-ilmu empiris. 

c.  Eksistensialisme

Inti dari eksistensialisme adalah keyakinan bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya

(eksistensi) manusia yang konkret, dan tidak pada hakikat (esensi) manusia pada umumnya.

Eksistensialisme mendapat pengaruh yang kuat dari positivisme yang mementingkan peranan

pengalaman (empiri). Corak filsafatnya juga antroposentris yaitu berpangkal tolak pada manusia.

Eksistensialisme memandang bahwa eksistensi itu hanya dimiliki oleh manusia, adapun benda-

benda lain tidak mempunyai arti tanpa manusia. Pendapat Descrates yang menyatakan : saya

berpikir maka saya ada, diganti oleh aliran ini dengan : saya ada, maka saya berpikir. Tokoh

utama aliran ini adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark. Tokoh lainnya

adalah F. Nietzsche (1844-1900), J.P Sartre (1905-1980), G. Marcel (1889-1973) dan M. Ponty

(1908-1961).

Di Jerman ada aliran filsafat eksistensi yang tidak mau disamakan dengan

eksistensialisme, tokoh-tokhnya antara lain M. Heidegger (1889-1976) dan Karl Jaspers (1883-

1969). Heidegger memakai metode fenomenologis untuk menyelidiki struktur-struktur adanya

manusia. Struktur-sturktur ini disebut eksistensial-eksistensial. Oleh karena itu filsafat Heidegger

kadang disebut filsafat eksistensial, sedangkan filsafat Jaspers disebut filsafat eksistensiil. 

d.  Strukturalisme

Aliran ini diperkenalkan oleh ahli bahasa dari Swiss, Ferdinand Mongin de Saussure

(1857-1913). Para filsuf strukturalisme tidak memandang manusia sebagai pusat kenyataan,

pusat pemikiran, kebebasan, tindakan dan sejarah. Manusia didesentralisasikan, diturunkan dari

tahtanya sebagai pusat kenyataan. Manusia digambarkan sebagai hasil struktur-struktur, tidak

lagi sebagai pencipta struktur-struktur tersebut. Selain saussure, pendukung lain strukturalisme

adalah M.Foucault (lahir 1926), J.Lacan (lahir 1901) dan Louis Althusser (lahir 1918).

 E. PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT TIMUR DAN BARAT

Empat bidang yang menjadi titik pembeda antara filsafat timur dan barat yang secara

khas dihayati oleh masing-masing budaya yaitu :

1.     Pengetahuan

Page 24: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Dalam filsafat barat rasio memegang peran utama seperti ungkapan aris toteles bahwa

rasio merupakan mahkota kodrat manusia. Dengan rasio manusia barat mampu mengembangkan

ilmu dan membebaskan manusia dari mitos mitos. Dalam filsafat barat belajar mendidik manusia

menjawab tantangan alam.

Dalam filsafat timur menekankan unsure intuisi. Dalam filsafat timur belajar mendidik

manusia agar bijaksana. Dengan kebijaksanaan manusia akan menghayati hidup yang lebih baik

dan sempurna. Karena hidup merupakan  seni hidup yang sulit dan membutuhkan refleksi

sepanjang hidup

2.     Sikat terhadap alam

Filsafat barat bersikap eksploitatif, dengan ilmu dan teknologi yang dikuasainya alam

ditaklukkan dan dikuras untuk kepentingan manusia. Filsafat timur memandang bahwa alam

punmempunyai jiwa. Manusia adalah bagian alam dan keduanya berasal dari zat yang sama.

Filsafat china dan india menekankan harmonisasi dengan alam.

3.     Ideal dan cita cita hidup.

Konsep manusia barat adalah bertindak lebih penting daripada ber-ada. Yang melahirkan

sikap selalu bertidan dan bekerja mendorong sikap pemilikan dan pencapaian yang tinggi.

Konsep manusia timur adalah ada dan hadir lebih penting daripada bertidak, yang melahirkan

sikap cenderung pasif, konvensional, dengan sendirinya menghindari konplik. Padahal melalui

konplik itulah manusai barat memperbaiki diri dalam rangka menjawab persoalan manusia. Tak

kala manusia barat berdebat tentang cara memperoleh materi manusia timur justru diajarkan

hidup, dengan sendirinya menghindari konplik. Padahal melalui konplik itulah manusai barat

memperbaiki diri dalam rangka menjawab persoalan manusia. Tak kala manusia barat berdebat

tentang cara memperoleh materi manusia timur justru diajarkan hidupsahaja.

 4.     Status persona.

Filsafat barat memandang manusia sebagai individu yang berhadapan dengan manusia

lain. Maka hak individu lebih utama dari pada hak kolektif.

Filsafat timur memandang manusia individu dipandang sebagai bagian masyarakat.

  Sementara filsafat islam, apabila mengacu sepenuhnya kepada agama islam dapat

dikatakan telah menjembatani corak filsafat barat dan timur ini. Meskipun demikina filsafat

islam telah berinteraksi dengan pandangan masyarakat setempat. Seiring dengan penyebaran

agama islam filsafat ini juga menyebar ke kawasan afrika dan asia lainnya termasuk Indonesia.

Page 25: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Dalam filosofi bangsa timur selalu diajarkan bahwa antara mikrokosmos dan makrokosmos

senantiasa hidup harmonis selaras serasi dan seimbang.

Kemajuan teknologi lebih dulu dinikmati oleh bangsa barat karena mereka gencar

mengeksploitasi alam walaupun harus dibayar mahal dengan kerusakan alam itu sendiri,

sehingga filsafat barat berhasil mencapai kematangannya dengan melahirkan ilmu ilmu positif

dan teknologi sampai akhirnya manusia barat snediri mempertanyakan kemajuannya tersebut

dengan munculnya problem ekologi dan sebagainya. Dalam filsafat timur manusia menyatu

dengan realitas, dari sana manusia merefleksikan inti dirinya dan inti realitasnya. Karena

kesatuan ditekankan maka dengan sendirinya masalah yang ada dalam pemikiran barat tidak

dipertentangkan oleh filsafat timur.  Dan filsafat timur lebih kepada menyajikan filsafat hidup

yang ditawarkan secara sukarela, dan menawarkan dengan segala kebebasannya.

Filsafat timur sesungguhnya dapat bekerjasama untuk saling melengkapi. Filsafat timur

dapat belajar dari rasionalisme dan positivism barat, filsafat barat dapat belajar intuisi timur

mengenai kesatuan kosmos dan identitas mikrokosmos dan makrokosmos. Filsafat barat

mungkin terlalu duniawi dan filsafat timur mungkin terlalu mistis

 

 

 

 

Page 26: pengantar kepada filsafat hukum.docx

 

 

BAB IV

SEJARAH FILSAFAT HUKUM

 

A.    Pendahuluan

Mengingat filsafat hukum adalah cabang dari filsafat, dalam banyak hal, sejarah filsafat

hukum ini berjalan seiriing dengan sejarah filsafat pada umumnya.

B.    Jaman Kuno

Jika hukum telah ada sejak adanya masyarakat, berarti filsafat hukum pun secara

embrional sudah ada jauh sebelum jaman yunani kuno. Sama halnya, keberadaan filsafat pun

sesungguhnya sudah ada jauh sebelum itu.  

Masa itu berkembang suatu pemikiran bahwa manusia diatas dunia ini adalah pemain

sandiwara belaka dengan lakon yang sudah ditentukan oleh para dewa. Untuk itu manusia harus

menyesuaikan dengan keharusan yang telah digariskan oleh para dewa itu. Keharusan ini

dinamakan nomos (hukum).

Sokrates menyatakan bahwa rakyatlah yang berwenang menentukan isi hukum. Hukum

yang harus ditaati demi keadilan itu dibagi kedalam hukum alam dan hukum positif. Dengan ini

untuk pertama kalinya muncul suatu pengertian hukum alam yang berbeda dari hukum positif.

Kondisi ini menyebabkan munculnya embrio hukum internasional (ius gentium). Embrio hukum

international ini muncul dari prinsip hukum alam. 

C. Abad Pertengahan

Abad Pertengahan muncul setelah kekuasaan Romawi jatuh pada Abad ke-5 SM. Masa

ini ditandai dengan kejayaan agama Kristen di Eropa (dan mulai berkembangnya agama Islam),

sehingga pemikiran yang berorientasi kepada hukum alam pada jaman kuno mengalami

perubahan motivasi.

Pada Abad Pertengahan ini, muncul pemikiran tentang adanya hukum yang abadi yang

berasal dari rasio Tuhan, yang disebut lex aeterna. Melalui lex aeterna inilah Tuhan membuat

rencana-Nya terhadap alam semesta ini. Selanjutnya, hukum abadi dari Tuhan itu

mengejawantah pula dalam diri manusia, sehingga manusia dapat merasakan, misalnya, apa yang

disebut keadilan itu. Inilah yang disebut dengan hukum alam (lex naturalis). 

Page 27: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Hubungan antara penguasa Negara dan gereja juga menjadi isu hangat pada Abad

Pertengahan ini. Hal ini juga tampak tatkala muncul dua aliran filsafat masa Skolastik, yaitu via

antiqua dan via moderna. Aliran pertama dapat dikatakan berpihak kepada gereja, seperti

mazhab Thomisme. Aliran kedua antara lain dipelopori oleh dua orang rohaniawan, Marsilius

Padua (1270-1340) dan William Occam (1280-1317). Dalam perselisihan antara Kaisar Ludwig

dari Bavaria dan Paus Yohanes XXII, mereka berdua berpihak kepada kaisar. 

D. Jaman Modern

Jaman modern menempatkan posisi manusia secara lebih mandiri. Dengan rasionya,

manusia dapat menentukan apa yang terbaik untuk dirinya. Para filsuf pelopor jaman ini merasa

jenuh dengan pembicaraan tentang hukum abadi yang berasal dari Tuhan. Pada jaman modern,

hukum positif tidak perlu harus bergantung pada rasio Tuhan lagi, tetapi dapat sepenuhnya

bergantung pada rasio manusia sendiri. Untuk mempersatukan rasio-rasio manusia yang

demikian banyaknya, ditempuh cara perjanjian (konsensus), sehingga dikenal berbagai teori

perjanjian.

Dasar rasionalisme ini diletakkan oleh Rene Descartes (1596-1650). Gagasan-gagasan

rasionalisme membawa pengaruh besar dalam hukum, termasuk juga tentang hubungan antara

negara dan warganya. Descartes dengan rasionalismenya, mewarisi dua masalah yang sangat

penting, yakni masalah substansi serta hubungan antara jiwa dan tubuh. Di Inggris muncul aliran

lain yang berbeda dengan rasionalisme. Aliran ini memandang rasio sebagai sesuatu yang

kosong. Adapun yang mengisi rasio itu adalah empiri atau pengalaman inderawinya. Aliran ini

dikenal dengan empirisme. Beberapa tokoh empirisme yang juga terkenal dalam dunia hukum

antara lain adalah Thomas Hobbes, John Locke.

Hobbes sendiri lebih dikenal dengan filsafat politiknya. Ia menyangkal pendapat yang

mengatakan manusia secara kodrati adalah makhluk social. Manusia pada hakikatnya adalah

makhluk individual yang egoistis, yang senantiasa bersikap dan bertindak dengan mengutamakan

kepentingan sendiri. Manusia adalah serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus). Dari

pengalaman(empiri), ternyata manusia tidak mampu untuk terus-menerus menghadapi musuh-

musuhnya itu, sehingga antara mereka dibuatlah suatu perjanjian. Mereka menyatakan takluk

kepada suatu kekuasaan yang diharapkan dapat memberikan perlindungan. Itulah yang kemudian

dikenal dengan konsep Negara dan warga Negara.

Page 28: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Di Perancis gagasan tentang empirisme juga luas dianut, antara lain melalui Montesqueiu

(1689-1755). Ia meyakini adanya hubungan yang erat antara hukum alam dan situasi konkret

suatu bangsa. Hukum alam adalah suatu hukum yang berlaku bagi manusia sebagai manusia,

tetapi bagaimana hukum alam tersebut dikonkretkan dalam bentuk negara dan hukum,

bergantung pada situasi historis, psikis, dan cultural suatu bangsa. Dengan demikian, undang-

undang yang paling baik adalah undang-undang yang paling cocok dengan bangsa dengan

bangsa yang bersangkutan.

Pendapat Montesquieu ini kemudian berkembang pada abad ke-19, yang dikenal dengan

Mazhab Sejarah. Ia adalah pencetus ajaran Trias Politica, yang membagi kekuasaan Negara

dalam tiga bidang: legislative, eksekutif, dan yudikatif. Selain Montesqueu, tokoh yang perlu

disinggung adalah Jean-Jacques Rousseau yang memperkenalkan Teori Kontrak Sosial.

Menurutnya, manusia pada awalnya hidup dalam kebebasan, tetapi ia melihat kondisi saat itu,

bahwa kebebasan itu telah hilang oleh perkembangan budaya dan ilmu. Ia menganjurkan agar

manusia kembali (romantisme) ke kehidupannya yang asli. Manusia demikian, melalui kontrak

sosial, menyerahkan kebebasannya (termasuk harta bendanya) kepada masyarakat secara

keseluruhannya, sehingga terciptanya masyarakat kolektif.

Pemikiran lain pada jaman modern yang juga besar pengaruhnya bagi filsafat hukum

adalah idealism yang didukung oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, pengetahuan manusia tidak

tergantung pada empiri, sebab pengetahuan empiri itu bersifat konkret dengan dibatasi ruang dan

waktu. Pengetahuan yang mutlak dan umum tidak boleh di amsuki unsure-unsur pengalaman.

Rasio murni manusialah yang membentuk pengetahuan itu. 

E. Jaman Sekarang

Pada jaman sekarang rasionalisme itu dilengkapi dengan empirisme. Dengan

berkembangnya empirisme, factor sejarah juga mendapatkan perhatian yang utama. Pentingnya

gerak sejarah ini kemudian dianalisis oleh aliran filsafat yang sangat controversial, yaitu

materialisme historis atau materialism dialektis dengan tokohnya Karl Max dan Engels. Hukum

dipandang oleh mereka sebagai pernyataan hidup bermasyarakat.

Positivisme sebenarnya juga berangkat dari idealisme yang muncul pada jaman modern.

Aliran ini berpegang pada rasionalisme sebagaimana dikembangkan oleh Kant. Theo Huijbers

menyebut tiga cabang positivism dalam kaitannya dengan hukum, yaitu : (1) Positivisme

Sosiologis, (2) Positivisme Yuridis, dan  (3) Ajaran Hukum Umum. Positivisme Sosiologis

Page 29: pengantar kepada filsafat hukum.docx

memandang hukum sebagai gejala social smata, sehingga hukum hanya dapat diselidiki melalui

ilmu yang baru muncul saat itu, yaitu sosiologi. Positivisme Yuridis hendak mempersoalkan arti

hukum sebagai gejala tersendiri, menurut metode ilmu hukum positif. Penganut Ajaran Hukum

Umum berpendapat bahwa kegiatan teoritis seorang sarjana hukum terbatas pada uraian arti dan

prinsip-prinsip hukum secara induktif-empiris. Positivisme sosiologis seperti disebutkan

Huijbers dikenal dengan Sociological Jurisprudence, sedangkan positivisme yuridis adalah aliran

Positivisme Hukum.

Di Amerika, empirisme ini mengambil bentuk yang sangat  berpengaruh sampai

sekarang, yakni pragmatism. Seperti halnya dengan akar aliran ini (empirisme), aliran filsafat

pragmatis menolak kebenaran pengetahuan melalui rasio semata. Kebenaran itu wajib diuji

dengan dunia realistis. Timbulah aliran-aliran filsafat hukum yang disebut dengan Realisme

Hukum. Realisme Hukum tidak mengandalkan undang-undang sebagai sumber hukum utama.

Sumber hukum yang paling utama adalah kenyataan-kenyataan social yang kemudian diambil

alih oleh hakim ke dalam putusannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: pengantar kepada filsafat hukum.docx

 

 

BAB V

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM

 

A.    PENDAHULUAN

Tumbuhnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukkan pergulatan pemikiran

yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum.

Aliran-aliran filsafat hukum adalah meliputi :.

1.    ALIRAN HUKUM ALAM

Menurut Friedmann Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam

mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku

universal dan abadi. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh

manusia dan menurut sumbernya Aliran Hukum Alam dapat dibedakan dalam dua macam :

-       Aliran Hukum Alam yang irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku

universal dan abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung. Pendukung Aliran Hukum

Alam yang irasional adalah Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante Alighieri, Piere

Dubois, Marsilius Padua, John Wyclliffe dan Johannes Huss.

-       Aliran Hukum Alam rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal

dan abadi itu adalah rasio manusia. Tokoh-tokoh Aliran Hukum Alam yang rasional

adalah Hugo De Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan Samuel Von

Pufendorf.

1. Hukum Alam Irasional

A. Thomas Aquinas (1225-1274)

Filsafat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia yang mengakui bahwa di

samping kebenaran wahyu juga terdapat kebenaran akal. Menurutnya ada dua

pengetahuan yang berjalan bersama-sama yaitu pengetahuan alamiah (berpangkal pada

akal) dan pengetahuan iman (berpangkal pada wahyu ilahi). Sementara untuk ketentuan

hukum Aquinas mendefinisikannya sebagai ketentuan akal untuk kebaikan umum yang

Page 31: pengantar kepada filsafat hukum.docx

dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat. Ada empat macam hukum yang diberikan

Aquinas yaitu : 

a.   lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera

manusia).

b.   lex divina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia).

c.   lex naturalis (hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia).

d.  lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia).

B. John Salisbury (1115-1180)

Salisbury adalah rohaniawan pada abad pertengahan yang banyak mengkritik

kesewenang-wenangan penguasa pada waktu itu. Menurutnya jikalau masing-masing

penduduknya bekerja untuk kepentingannya sendiri, kepentingan masyarakat akan

terpelihara dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan bernegara itu

seperti kehidupan sarang lebah, yang sangat memerlukan kerja sama dari semua unsur,

suatu pandangan yang bertitik tolak dari pendekatan organis. Kumpulan bukunya adalah

Policraticus sive de nubis curialtum et vestigiis philosophorum libri dan Metalogicus.

C. Dante Alighieri (1265-1321)

Dante memberikan legitimasi terhadap kekuasaan monarkhi yang bersifat mondial.

Monarkhi dunia inilah yang menjadi badan tertinggi yang memutuskan perselisihan

antara penguasa yang satu dengan yang lainnya. Dasar hukum yang menjadi pegangan

adalah hukum alam yang mencerminkan hukum-hukum tuhan, menurutnya badan

tertinggi yang memperoleh legitimasi dari tuhan sebagai monarkhi dunia ini adalah

Kekaisaran Romawi yang kemudian di abad pertengahan Kekaisaran Romawi sudah

digantikan oleh kekuasaan Jerman dan Perancis di Eropa. Karangan Dante yang

penting berjudul De Monarchia.

D. Piere Dubois (lahir1255)

Dubois adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis yang juga sebagai pengacara Raja

Perancis sangat meyakini adanya hukum yang dapat berlaku universal, bahwa penguasa

(raja) dapat langsung menerima kekuasaan dari tuhan. Ia juga menyatakan bahwa raja

pun memiliki kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi raja tidak terikat untuk

mematuhinya. Bukunya Dubois adalah De Recuperatione Trre Sancte (tentang

penaklukan kembali tanah suci).

Page 32: pengantar kepada filsafat hukum.docx

E. Marsilius Padua dan William Occham (1280-1317)

Pemikiran  Marsilius Padua dan William Occam seringkali diuraikan bersama-sama

karena banyak persamaannya, keduanya termasuk tokoh penting abad 14 yang sama-

sama dari ordo Fransiscan dan pernah memberi kuliah di universitas di kota Paris.

Pendapatnya tentang kenegaraan banyak dipengaruhi oleh Aristoteles.yaitu bahwa tujuan

negara adalah untuk memajukan kemakmuran dan memberi kesempatan seluas-luasnya

kepada warga negara agar dapat mengembangkan dirinya secara bebas. Bahkan rakyat

boleh menghukum penguasa (raja) yang melanggar undang-undang, termasuk

memberhentikannya karena kekuasaan raja bukanlah kekuasaan absolute melainkan

dibatasi oleh undang-undang. Filsafat Occam sering disebut nominalisme, sebagai lawan

Thomas Aquinas daalam pemikiran Aliran Hukum Alam yang irasional bahwa rasio

manusia untuk mengungkapkan kebenaran, sedangkan Occam sebaliknya rasio manusia

tidak dapat memastikan suatu kebenaran karena pengetahuan yang ditangkap manusia

hanya nama-nama (nomen, nominal) yang digunakan manusia dalam hidupnya. Karang

Padua adalah Defensor Pacis, sedangkan Occam adalah De Imperatorum et Pontifictum

Potestate.

F. John Wycliffe (1320-1384) dan Johannes Huss (1369-1415)

Keduanya filsuf Inggris abad pertengahan yang menyoroti masalah kekuasaan gereja.

Wycliffe mengibaratkan hubungan antara kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan duniawi

seperti hubungan pemilik dan penggarap tanah, masing-masing memiliki bidangnya

sendiri sehingga tidak boleh saling mencampuri. Selain itu juga dia berpendapat

pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yangn dipimpin para bangsawan. Huss

melengkapi pemikiran Wycliffe yang mengatakan paus dan hirarki gereja tidak diadakan

menurut perintah tuhan. 

2. Hukum Alam Rasional

a. Hugo De Groot alias Grotius (1583-1645)

Hugo De Groot atau Grotius adalah Bapak Hukum Internasional karena yang

mempopulerkan konsep hukum dalam hubungan antarnegara seperti hukum perang dan

damai serta hukum laut. Menurutnya sumber hukum adalah rasio manusia karena

karakteristik yang membedakan manusia dan mahluk lain adalah kemampuan akalnya,

seleruh kehidupan manusia harus berdasarkan pada kemampuan akalnya dan hukum alam

Page 33: pengantar kepada filsafat hukum.docx

adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia yang tidak mungkin dapat diubah oleh

tuhan sekalipun karena hukum alam diperoleh manusia dari akalnya tetapi tuhanlah yang

memberikan kekuatan mengikatnya. Karyanya yang termasyur adalah De Jure Belli

ac Pacis dan Mare Liberium.   

 

2. Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Christian Thomesius (1655-1728)

Pufendorf  berpendapat, bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran

yang murni. Dalam hal ini unsure naluriah manusia lebih berperan. Akibatnya  ketika manusia

mulai hidup bermasyarakat, timbul pertentangan kepentingan atu dengan yang lainnya. Agar

tidak terjadi pertentangan  terus-menerus dibuatlah perjanjian secara sukarela diantara rakyat.

Baru setelah itu, diadakan perjanjian berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja. Dengan

adanya perjanjian itu, berarti tidak ada kekuasaan absolute. Semua kekuasaan itu dibatasi oleh

Tuhan, Hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari Negara yang didirikan.

Menurut Thomasius, manusia hidup dengan bermacam-macam naluri yang bertentangan

satu dengan yang lain. Karena itu diperlukan baginya aturan-aturan yang mengikat, agar ia

mendapat kepastian dalam tindakan-tindakannya, baik ke dalam maupun keluar. Dengan

demikian, dalam ajarannya tentang hukum alam, Thomasius sampai kepada pengertian tentang

ukuran, sebagaimana Thomas Aguinas juga mengakuinya dalam hukum alam.

Apabila ukuran itu bertalian dengan batin, manusia, ia adalah aturan kesusilaan, apabila

ia memperhatikan tindakan-tindakan lahiriah, ia merupakan aturan hukum. Jika hendak

diperlakukan, aturan hukum ini harus disertai dengan paksaan. Tentu saja yang dimaksud oleh

Thomasius disini adalah paksaan dari pihak penguasa.

3. Immanuel Kant (1724-1804)

Bertens mengungkapkan, kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi atas dua periode,

yakni jaman prakritis dan jaman kritis. Dalam jaman prakritis, Kant menganut pendirian

rasionalistis yang dilancarkan oleh Wolf dan kawan-kawannya. Akibat pengaruh dari David

Hume (1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalismenya. Hume sendiri dalam

filsafat dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran yang bertentangan dengan rasionalisme.

Empirisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan

pengalaman (empiri), tepatnya pengalaman yang berasal dari pengenalan inderawi.

Page 34: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Filsafat Kant merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme itu. Kritisisme adalah

filsafat yang memulai perjalanannyaa dengan terlebih dahulu menyelidiki kemanpuan dan batas-

batas rasio. Kant menyelidiki unsur-unsur  mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari

rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan mana yang murni berasal dari

empiri. Rasio murni akan melahirkan ilmu pengetahuan, dan rasio praktis melahirkan etika,

sedangkan daya pertimbangan melahirkan kesenian, bagi Kant, titik berat dari kritisismenya ada

pada kritik yang pertama, yakni pada rasio yang murni.

C. POSITIVISME HUKUM

Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu memisahkan secara  tegas

antara hukum dan moral (antara yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan

das Sollen). Dalam kaca mata positivis, tiada hukum lain, kecuali perintah penguasa (law is a

command of the lawgivers). Bahkan, bagian dari Aliran Hukum Positif yang dikenal dengan

nama Legisme, berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan undang-undang.

Positivisme Hukum dapat dibedakan dalam dua corak : (1) Aliran Hukum Positif Analitis

(Analytical Jurisprudence), dan (2) aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre). Aliran Hukum

Positif yang pertama dipelopori oleh John Austin dan Aliran yang kedua oleh Hans Kelsen.

1.  Aliran Hukum Positif Analitis : John Austin (1790-1859)

Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum sendiri, menurut Austin,

terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai suatu system yang tetap,logis dan

tertutup. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana dan adil, atau

sebaliknya.

Membedakan hukum dalam dua jenis :

(1)    Hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws);

(2)    Hukum yang dibuat oleh manusia

Hukum yang dibuat manusia dibedakan :

1. hukum yang sebenarnya, Hukum dalam arti yang sebenarnya ini (disebut juga hukum

positif) . meliputi hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia

secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya

2. hukum yang tidak sebenarnya. Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang

tidak dibuat oleh penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, seperti

ketentuan dari suatu organisasi olahraga. Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur yaitu :

Page 35: pengantar kepada filsafat hukum.docx

(1) perintah (command), (2) sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty), dan (4) kedaulatan

(sovereignty) 

2.  Aliran Hukum Murni : Hans Kelsen (1881-1973)

Menurut Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti

unsure sosiologis, politis, historis, bahka etis. Dikenal dengan teori Hukum Murni (Reine

Rechtslehre) dari Kelsen. Jadi hukum adalah suatu Sollenskategorie (kategori keharusan/ideal),

bukan seinskategorie (kategori factual). Hukum adalah keharusan yang mengatur tingkah laku

manusia sebagai mahluk rasional. Dalam hal ini yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah

“bagaimana hukum itu seharusnya “ (what the law ought to be), tetapi “apa hukumnya” (what the

law is). Dengan demikian, walaupun hukum itu Sollenkategorie, yang dipakai adalah hukum

positif (ius contitutum, bukan yang dicita-citakan (ius contituendum).

Bagi Kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi (material). Jadi keadilan

sebagai isi hukum berada di luar hukum. Suatu hukum dengan demikian dapat saja tidak adil,

tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa.

Kelsen, selain dikenal sebagai pencetus teori Hukum Murni, juga dianggap berjasa

mengembangkan Teori Jenjang (Stuffentheorie) yang semula dikemukakan oleh Adolf Merk

(1836-1896). Teori ini melihat hukum sebagai suatu system yang terdiri dari susunan norma

berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang

lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya,

semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkret norma tersebut. Norma yang paling tinggi,

yang menduduki puncak pyramid, disebut oleh Kelsen dengan nama Grundnorm (norma dasar)

atau Ursprundnorm 

D. UTILITARIANISME

Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatan sebagai tujuan

utama hukum. Kemanfaatan diartikan sebagai kebahagian (happiness). Jadi, baik buruk atau adil

tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagian kepada

manusia atau tidak. Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukan ke dalam Positivisme

Hukum, mengingat faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan hukum

adalah menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum merupakan pencerminan

perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio semata.

Page 36: pengantar kepada filsafat hukum.docx

1.   Jeremy Bentham (1748 -1832)

Betham berpendapat bahwa alam memberikan kebahagian dan kesusahan. Manusia selalu

berusaha memperbanyak kebahagian dan mengurangi kesusahannya. Kebaikan adalah

kebahagian, dan kejahatan adalah kesusahan. Ada keterkaitan erat antara kebaikan dan kejahatan

dengan kebahagian dan kesusahan. Tugas hukum adalah memeliharan kebaikan dan mencegah

kejahatan. Tegasnya memelihara kegunaan.

Pandangan Betham sebenarnya beranjak dari perhatiannya yang besar terhadap individu. Ia

menginginkan agar hukum pertama-tama dapat memberikan jaminan kebahagian kepada

individu-individu, bukan langsung ke masyarakat secara keseluruhan. Walaupun demikian,

Betham tidak menyangkal bahwa disamping kepentingan individu, kepentingan masyarakat pun

perlu diperhatikan. Agar tidak terjadi bentrokan, kepentingan individu dalam mengejar

kebahagian sebesar-besarnya itu perlu dibatasi. Jika tidak, akan terjadi apa yang disebut homo

homini lupus (manusia menjadi srigala bagi manusia yang lain)

Untuk menyimbangkan antar kepentingan (individu dan masyarkat) Betham menyarakan

agar ada simpati dari tiap-tiap individu. Walaupun demikian titik berat perhatian harus tetap pada

individu itu, karena apabila setiap individu telah memperoleh kebahagiaanya dengan sendirinya

kebahagian (kesejahteraan) masyarakat akan dapat diwujudkan secara simultan.

2.   John Stuart Mill (1806-1873)

Pemikiran Mill banyak dipengaruhi oleh pertimbangan psikologis, ia menyatakan bahwa

tujuan manusia adalah kebahagian. Manusia berusaha memperoleh kebahagian itu melalui hal-

hal yang membangkitkan nafsunya. Jadi, yang dicapai oleh manusia itu bukanlah benda atau

sesuatu hal tertentu, melainkan kebahagian yang dapat ditimbulkannya.

Bagi Mill, psikologi justru merupakan ilmu yang paling fundamental. Psikologi

mempelajari penginderaan-penginderaan (sensations) dan cara susunannya. Susunan

penginderaan-penginderaan terjadi menurut asosiasi. Psikologi harus memperhatikan bagaimana

asosiasi penginderaan satu dengan penginderaan lain diadakan menurut hukum-hukum tetap.

Itulah sebabnya psikologi merupakan dasar bagi semua ilmu lain, termasuk juga logika

Menurut Friedman, peran Mill dalam ilmu hukum terletak dalam penyelidikannya mengenai

hubungan antara keadilan,kegunaan,kepentingan individu dan kepentingan umum. Mill

menganalisis hubungan antara kegunaan dan keadilan. Pada hakekatnya perasaan individu akan

keadilan akan membuat individu itu menyesal dan ingin membalas dendam kepada tiap yang

Page 37: pengantar kepada filsafat hukum.docx

tidak menyenangkannya. Rasa kesal dan keinginan demikian dapat diperbaiki dengan perasaan

sosialnya. Mill juga menyatakan hal bahwa orang-orang yang baik menyesalkan tindakan yang

tidak baik terhadap masyarakat, walaupun tidak mengenai dirinya sendiri. Sebaliknya, orang-

orang yang baik tidak menyesalkan perbuatan tidak baik terhadap diri sendiri, walaupun

menimbulkan rasa sakit, kecuali kalau masyarakat bermaksud menindasnya. Apa yang

digambarkan tersebut merupakan ungkapan dari rasa adil. Ia berpendapat bahwa perilaku kita

akan sedemikian rupa, sehingga semua mahluk berakal dapat menyesuaikan keuntungan dengan

kepentingan mereka bersama. “Nafsu binatang untuk menolak atau membalas perbuatan jahat

yang melukai atau merugikan diri sendiri” bertambah, dan dengan demikian “memperbaiki

ahlak”. Penonjolan diri dan kesadaran atas kebaikan bersama bergabung dengan rasa adil.

Karangan Mill menonjol antara lain berjudul On Liberty.

3. Rudolf von Jhering (1818-1892)

Ajaran Bentham dikenal sebagai Utilitarianisme individual. sedangkan rekannya Rudolf

von Jhering (dalam beberapa buku ditulis "Ihering") mengembangkan ajaran yang bersifat sosial.

Teori von Jhering merupakan gabungan antara teori Bentham, Stuart Mill, dan Positivisme

Hukum dari John Austin (Rasjidi, 1990: 45).

Mula-mula von Jhering menganut Mazhab Sejarah yang dipelopori von Savigny dan

Puchta, tetapi lama-kelaman ia melepaskan diri, bahkan menentang pandangan von Savigny

tentang hukum Romawi (Huijbers, 1988: 130). Perlu diketahui bahwa pemikiran yang gemilang

dari Jhering memang timbul setelah ia melalakukan studi yang mendalam tentang hukum

Romawi. Huijbers memasukkan Jhering sebagai salah satu tokoh penting Positivisme Hukum.

Menurut von Savigny, seluruh hukun Romawi merupakan pernyataan jiwa bangsa

Romawi, dan karenanya merupakan hukum nasional. Hal ini dibantah oleh von Jhering. Seperti

dalam hidup sebagai perkembangan biologi, senantiasa terdapat asimilasi dari unsur-unsur yang

mempengaruhinya, demikian pula halnya dalam bidang kebudayaan karena pergaulan intensif

antar bangsa terdapat asimilasi pandangan-pandangan dan kebiasaan-kebiasaan. Hukum Romawi

dalam perkembangannya berfungsi sebagai ilustrasi kebenaran tersebut. Sudah barang tentu

lapisan tertua hukum Romawi adalah bersifat nasional, tetapi pada tingkat-tingkat

perkembangannya yang lebih lanjut hukum itu makin mendapat ciri-ciri universal. Inilah jalan

biasa dalam perkembangan suatu sistem hukum; ciri-ciri hukum lain makin diasimilasikan dalam

hukum nasional, sehingga hukum yang pada mulanya nasional makin menjadi hukum universal.

Page 38: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Dengan mengetengahkan gagasan ini, von Jhering mendukung pandangan von Savigny bahwa

hukum Romawi dapat digunakan sebagai dasar hukum nasional Jerman, tetapi alasannya

berlainan. Hukum Romawi dapat menjadi dasar hukum Jerman bukan karena hukum Romawi itu

bersifat nasional, tetapi justru karena hukum Romawi dalam perkembangannya sudah

berhadapan dengan banyak aturan hidup lain, sehingga hukum itu lebih ber sifat universal

daripada nasional (Huijbers, 1988: 130).

Pertimbangan ini diperkuat oleh pandangan von Jhering mengenai timbulnya hukum.

Menurut von Savigny, hukum timbul dari jiwa bangsa secara spontan, tetapi menurut von

Jhering hal ini tidak dapat dibenarkan. Bagi Jhering, tujuan hukum adalah untuk melindungi

kepentingan-kepentingan. Dalam mendefinisikan "kepentingan ia mengikuti Bentham, dengan

melukiskannya sebagai pengejaran kesenangan dan menghindari penderitaan, tetapi kepentingan

individu dijadikan bagian dari tujuan sosial dengan menghubungkan tujuan pribadi seseorang

dengan kepentingan-kepentingan orang lain (Friedmann, 1990a: 124).

Karya-karya Jhering antara lain berjudul: (1) Der Zweck im Recht, (2) Scherz und Ernst

in der Jurisprudenz, (3) Der Schuldmoment im romischen Privatrecht. 

E.    MAZHAB SEJARAH

Mazhab Sejarah (Historische rechtsschule) merupakan reaksi terhadap tiga hal (Basuki,

1989: 32), yaitu :

1.     rasionalisme Abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal, dan prinsip-

prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum, dengan terutama mengandalkan jalan

pikiran deduktif tanpa memperhatikan fakta sejarah, kekhususan,dan kondisi nasional;

2.     semangat Revolusi Perancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi

kosmopolitannya (kepercayaan kepada rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk mengatasi

lingkungannya, yaitu seruannya ke segala penjuru dunia (Soekanto, 1979: 26);

3.     pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan hukvm karena

undang-undang dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum. Code Civil dinyatakan

sebagai kehendak legislatif dan harus dianggap sebagai suatu sistem hukum yang harus disimpan

dengan baik sebagai sesuatu yang suci karena berasal dari alasan-alasan yang murni.

Di samping itu, terdapat faktor lain, yaitu masalah kodifikasi hukum Jerman setelah

berakhirnya masa Napoleon Bonaparte, yang diusulkan oleh Thibaut (1772-1840), guru besar

pada Universitas Heidelberg di Jerman dalam tulisannya yang terbit tahun 1814, berjudul Uber

Page 39: pengantar kepada filsafat hukum.docx

die Notwendigkeit Allegemeinen Burgerlichen Rechts fur Deutchland (Tentang Keharusan Suatu

Hukum Perdata bagi Jerman). Karena dipengaruhi oleh keingiannya akan kesatuan negara, ia

menyatakan keberatan terhadap hukum yang tumbuh berdasarkan sejarah. Hukum itu sukar

untuk diselidiki, sedangkan jumlah sumbernya bertambah banyak sepanjang masa, sehingga

hilanglah keseluruhan gambaran darinya. Karena itulah harus diadakan perubahan yang tegas

dengan jalan penyusunan undang-undang dalam kitab. Hal ini merupakan kebanggaan Jerman.

Keberatan yang dikemukakan ialah bahwa di berbagai daerah, Hukum itu harus disesuaikan

dengan keadaan setempat yang khas dan bahua orang harus menghormati apa yang dijadikan

adat, tidak dapat mengimbangi keuntungan yang dibawa olehnya. Sudah saatnya melaksanakan

sesuatu yang luar biasa yang mungkin direalisasikan (Schmid, 1979: 62-63).

Tokoh-tokoh penting Mazhab Sejarah adalah :

1. Friedrich Karl von Savigny (1770-1861)

Savignyy menganalogikan timbulnya hukum itu dengan timbublnya bahasa suatu bangsa.

Masing-masing bangsa memiliki ciri khusus dalam berbahasa. Hukum pun demikian. Karena

tidak ada bahasa yang universal, tiada pula hukum yang universal. Pandangannya ini jelas

menolak cara berpikir penganut Aliran Hukum Alam.

Hukum timbul, menuru Savigny, bukan karena perintah penguasa atau karena kebiasaan,

tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa itu (instinktif). Jiwa bangsa

(Volksgeisf) itulah yang menjadi sumber hukum. Seperti diungkapkannya, "Law is expression of

the common consciousness or spirit of people." Hukum tidak dibuat, tetapi ia tumbuh dan

berkembang bersama masyarakat (Das Rechts wird nicht gemacht, es ist und wird mit dem

Volke). Pendapat Savigny seperti ini, bertolak belakang pula dengan pandangan Positivisme

Hukum. Ia mengingatkan, untuk membangun hukum, studi terhadap sejarah suatu bangsa mutlak

perlu dilakukan.Paton (1951: 16) memberikan sejumlah catatan terhadap pemikiran Savigny

sebagai berikut: (1) jangan sampai kepentingan dari golongan masyarakat tertentu dinyatakan

sebagai Volksgeist dari masyarakat secara keseluruhannya; (2) tidak selamanya peraturan

perundang-undangan itu timbul begitu saja, karena dalam kenyataannya banyak ketentuan

mengenai serikat kerja di Inggris yang tidak akan terbentuk tanpa perjuangan keras; (3) jangan

sampai peranan hakim dan ahli hukum lainnya tidak mendapat perhatian, karena walaupun

Volksgeist itu dapat menjadi bahan kasarnya, tetap saja perlu ada yang menyusunnya kembali

Page 40: pengantar kepada filsafat hukum.docx

untuk diproses menjadi bentuk hukum; (4) dalam banyak kasus peniruan memainkan peranan

yang lebih besar daripada yang diakui penganut Mazhab Sejarah.

2. Puchta (1798-1846)

Puchta adalah murid von Savigny yang mengembangkan lebih lanjut pemikiran gurunya.

Sama dengan Savigny, ia berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa

(Volksgeist) yang bersangkutan. Hukum tersebut, menurut Puchta, dapat berbentuk: (1) langsung

berupa adat istiadat, (2) melalui undang-undang, (3) melalui ilmu hukum dalam bentuk karya

para ahli hukum (Huijbers, 1988: 120). Lebih lanjut Puchta membedakan pengertian "bangsa" ini

dalam dua jenis: (1) bangsa dalam pengertian etnis, yang disebutnya "bangsa alam", dan (2)

bangsa dalam arti rasional sebagai kesatuan organis yang membentuk satu negara. Adapun yang

memiliki hukum yang sah hanyalah bangsa dalam pengertian nasional (negara), sedangkan

"bangsa alam" memiliki hukum sebagai keyakinan belaka. Menurut Puchta, keyakinan hukum

yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum masyarakat yang

terorganisasi dalam negara. Negara mengesahkan hukum itu dengan membentuk undang-undang.

Puchta mengutamakan pembentukan hukum dalam negara sedemikian rupa, sehingga akhirnya

tidak ada tempat lagi bagi sumber-sumber hukum lainnya, yakni praktik hukum dalam adat

istiadat bangsa dan pengolahan ilmiah hukun oleh ahli-ahli hukum. Adat istiadat bangsa hanya

berlaku sebagai hukum sesudah disahkan oleh negara. Sama halnya, dengan pengolahan hukum

oleh kaum yuris, pikiran-pikiran mereka tentang hukum memerlukan pengesahan negara; supaya

berlaku sebagai hukum. Di lain pihak, yang berkuasa dalam negara tidak membutuhkan

dukungan apa pun. Ia berhak untuk membentuk undang-undang tanpa bantuan kaum yuris, tanpa

menghiraukan apa yang hidup dalam jiwa orarg dan dipraktikkan sebagai adat istiadat Oleh

karena itu, menurut Huijbers (1988: 120-121), pemikiran Puchta ini sebenarnya tidak jauh dari

Teori Absolutisme negara dan Positivisme Yuridis. Buku Puchta yang terkenal berjudul

Geworhnheitsrecht.

3. Henry Sumner Maine (1822-1888)

Maine banyak dipengaruhi oleh pemikiran von Savigny sehingga ia dianggap sebagai

pelopor Mazhab Sejarah di Inggris. Pemikiran Savigny tersebut kemudian dikembangkan lebih

lanjut oleh Maine dalam berbagai penelitian yang dilakukannya. Salah satu penelitiannya yang

terkenal ialah tentang studi perbandingan perkembangan lembaga-lembaga hukum yang ada pada

masyarakat sederhana dan masyarakat yang telah maju yang dilakukannya berdasarkan

Page 41: pengantar kepada filsafat hukum.docx

pendekatan sejarah. Kesimpulan penelitian itu kembali memperkuat pemikiran von Savigny,

yang membuktikan adanya pola evolusi pada berbagai masyarakat dalam situasi sejarah yang

sama.Sumbangan Maine bagi studi hukum dalam masyarakat, terutama tampak pada penerapan

metoae empiris, sistematis, dan sejarah untuk. menarik kesimpulan-kesimpulan umum.

Pendekatan ilmiahnya jauh berbeda dengan pendekatan yang lazim dipergunakan dalam

pemikiran-pemikiran filosofis dan spekulatif (Soekanto, 1985: 12-14).Karya Maine yang penting

berjudul: (1) Ancient Law, dan (2) Early Law and Custom.

F.   SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

Istilah sociological dalam menamai aliran ini, menurut Paton (1951: 17-21), kurang tepat

dan dapat menimbulkan kekacauan. Ia lebih senang menggunakan istilah "metode fungsional".

Oleh karena itu, ada pula yang menyebut Sociological Jurisprudence ini dengan Functional

Anthropological. Dengan menggunakan istilah "metode fungsional" seperti diungkapkan di atas,

Paton ingin menghindari kerancuan antara Sociological Jurisprudence dan sosiologi hukum (the

sociology of law). Menurut Lily Rasjidi (1990: 47-48), perbedaan antara Sociological

Jurisprudence dan sosiologi hukum adalah sebagai berikut. Pertama, Sociological Jurisprudence

adalah nama aliran dalam filsafat hukum, sedangkan sosiologi hukum adalah cabang dari

sosiologi. Kedua, walaupun obyek yang dipelajari oleh keduanya adalah tentang pengaruh timbal

balik antara hukum dan masyarakat, namun pendekatannya berbeda. Sociological Jurisprudence

menggunakan pendekatan hukum ke masyarakat, sedangkan sosiologi hukum memilih

pendekatan dari masyarakat ke hukum. Perbedaan yang mencolok antara kedua hal tersebut

adalah, bahwa sosiologi hukum berusaha menciptakan suatu ilmu mengenai kehidupan sosial

sebagai suatu keseluruhan dan pembahasannya meliputi bagian terbesar dari sosiologi (secara

umum) dan ilmu politik. Titik berat penyelidikan sosiologi hukum terletak pada masyarakat dan

hukurn sebagai suatu manifestasi semata, sedangkan Sociological Jurisprudence (seperti yang

dikemukakan Pound) menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam

hubungannva dengan hukum (Paton, 1951; 21). Menurut aliran Sociological Jurirudence ini,

hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat. Aliran

ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the

living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antara (tesis) Positivisme Hukun dan

(antitesis) Mazhab Sejarah. Aliran Socioligical Jurisprudence ini memiliki pengaruh yang sangat

Page 42: pengantar kepada filsafat hukum.docx

luas dalam pernbangunan hukum Indonesia. Uraian tentang hal ini akan dibahas dalam Bab V

tentang peranan hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat.

Tokoh-tokoh aliran Sociological Jurisprudence adalah :

1. Eugen Ehrlich (1862-1922)

Eugen Ehrlich dapat dianggap sebagai pelopor aliran Sociological Jursprudence,

khususnya di Eropa. Ia adalah seorang ahli hukum dari Austria dan tokoh pertama yang

meninjau hukum dari sudut sosiologi.

Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang

hidup dalam masyarakat (living law) di lain pihak. Menurutnya, hukum positif baru akan

memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat tadi (Rasjidi, 1988: 55). Di sini jelas bahwa Ehrlich berbeda pendapat dengan

penganut Positivisme Hukum.

Ehrlich ingin membuktikankebenaran teorinya bahwa titik pusat perkembangan hukum

tidak terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada masyarakat itu

sendiri. Dengan demikian, sumber dan bentuk hukum yang utama adalah kebiasaan. Hanya

sayangnya, seperti dikatakan oleh Friedmann (1990a: 104), dalam karyanya, Ehrlich pada

akhirnya justru meragukan posisi kebiasaan ini sebagai sumber dan bentuk hukum pada

masyarakat modern. Selanjutnya Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan-

kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin efektif, oleh karena ketertiban

dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena

penerapannya secara resmi oleh negara. Bagi Ehrlich, tertib sosial didasarkan pada fakta

diterimanya hukum yang didasarkan pada aturan dan norma sosial yang tercermin dalam sistem

hukum. Secara konsekuen Ehrlich beranggapan bahwa mereka yang berperan sebagai pihak yang

mengembangkan sistem hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai yang

dianut dalam masyarakat bersangkutan. Kesadaran itu harus ada pada setiap anggota profesi

hukum yang bertugas mengembangkan hukum yang hidup dan menentukan ruang lingkup

hukum positif dalam hubungannya dengan hukum yang hidup (Soekanto, 1985: 20-21).

Page 43: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Sampai di situ terlihat bahwa pendapat Ehrlich mirip dengan von Savigny. Hanya saja,

Ehrlich lebih senang menggunakan istilah kenyataan sosial daripada istilah volksgeist

sebagaimana yang digunakan Savigny. Kenyataan-kenyataan sosial yang anormatif itu dapat

menjadi normtif, sebagai kenyataan hukum (facts of law) atau hukum yang hidup (living law,

yang juga dinamakan Ehrlich dengan Rechtsnormen), melalui empat cara. Huijbers (1988: 213)

menyebut empat cara (jalan) itu: (1) kebiasaan (Uebung), (2) kekuasaan efektif, (3) milik efektif,

dan (4) pernyataan kehendak pribadi.

Friedmann (1990a: 108) membentangkan tiga kelemahan utama pemikiran Ehrlich

karena keinginannya meremehkan fungsi negara dalam pembentukan undang-undang. Pertama,

Ehrlich tidak memberikan kriteria yang jelas yang membedakan norma hukurm dengan norna

sosial yang lain. Akibatnya, teori sosiologi dari Ehrlich dalam garis besamya merupakan

sosiologi umum saja. Kedua, ia meragukan posisi kebiasaan sebagai sumber hukum dan sebagai

suatu bentuk hukum. Pada masyarakat primitif posisi kebiasaan itu sangat penting sebagai

sumber dan bentuk hukum, tetapi tidak demikian lagi pada masyarakat modern. Pada masyarakat

modern, posisi tersebut digantikan oleh undang-undang, yang selalu—dengan derajat bermacam-

macam—bergantung pada kenyataan-kenyataan hukum (facts of law), namun berlakunya sebagai

hukum tidak bersumber pada ketaatan faktual ini. Friedmann menyatakan. kebingungan ini

merembes ke seluruh karya Ehrlich. Ketiga, Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang

ia sendiri adakan antara norma hukum negara yang khas dan norma hukum di mana negara

hanya memberi sanksi pada kenyataan-kenyataan sosial. Norma yang pertama melindungi tujuan

khusus negara, seperti kehidupan konstituional, serta keuangan dan administrasi. Dalam

masyarakat modern, norma ini terus bertambah banyak, sehingga menuntut pengawasan yang

lebih banyak dari negara. Konsekuensinya, peranan kebiasaaan terus berkurang, bahkan sebelum

pembuatan undang-undang secara terinci. Sementara itu, undang-undang yang dikeluarkan

pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan masyarakat sama banyaknya dengan pengaruh pada

dirinya sendiri. Buku Ehrlich yang terkenal antara lain berjudul Grundlegung der Soziologie des

Rechts.

2. Roscoe Pound (1870-1964)

Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbarui

(merekayasa) masyarakat (law as n tool of social engineering). Untuk dapat memenuhi

Page 44: pengantar kepada filsafat hukum.docx

peranannya sebagai alat tersebut, Pound lalu membuat penggolongan atas kepentingan-

kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum sebagai berikut.

a.     Kepentingan umum (public interest) : 1.     kepentingan negara sebagai badan hukum; 2.    

kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

b.     Kepentingan masyarakat (social interest) : 1.     kepentingan akan kedamaian dan

ketertiban; 2.     perlindungan lembaga-lembaga sosial; 3.     pencegahan kemerosotan akhlak;

4.     pencegahan pelanggaran hak; 5.     kesejahteraan sosial. 

G.   Realisme Hukum

Dalam pandangan penganut realisme (para realis), hukum adalah hasildari kekuatan-kekuatan

sosial. Seorang realis terkemuka (Llewellyn), bahwa hal pokok dalam ilmu hukum realis adalah

gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang hukum. Dalam rumusan lain, Llewellyn

menyebutkan formula dari realisme sebagai berikut : don’t get your law form rules, but get your

rules from the law thats is.

Karl N. Llewellyn  juga dikenal sebagai seseorang ahli soosiologi hukum, menyebutkan

beberapa ciri dari realism, yang terpenting diantaranya adalah:

1.    tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja tentang hukum

2.    realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan sosial,

sehingga setiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya

3.   realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang

seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi

4.   realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum, sepanjang

ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang sebenarnya

dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang.

5.    Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingat akibatnya.

Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu

perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu.

1.     Realisme Amerika.

Tokoh-tokoh utama Realisme Amerika Antara lain, yaitu :

a.      William James (1842-1910)

Menurut James, Pragmatisme adalah “nama baru untuk beberapa pemikiran yang sama”,

yang juga sebenarnya positivis.  Iya menyatakan bahwa seseorang pragmatis menolak

Page 45: pengantar kepada filsafat hukum.docx

abstraksi dan hal-hal yang tidak memadai, penyelesaian secara verbal, alasan apriori yang

tidak baik, prinsip yang ditentukan, yang sistem tertutup, dan hal-hal yang dianggap mutlak

dan asli.

b.     Jhon Dewey (1859-1952)

Inti ajaran Dewey adalah bahwa logika bukan berasal dari kepastian-kepastian dari

prinsip-prinsip teoritis, seperti silogisme, tetapi suatu studi tentang kemungkinan-kemungkinan.

Dengan demikian hukum adalahproses eksprimental di mana faktor logika hanya salah satu dari

faktor-faktor yang utama untuk menarik kesimpulan tertentu. Karya terpenting dari Dewey

antara lain, logic, the theory of Inquiry, dan My Philosophy of Law. 

c.      Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938)

Tokoh ini beranggapan bahwa hukum mengikuti perangkat aturan umum dan yakin

bahwa penganutan terhadap perseden seharusnya merupakan aturannya dan bukan merupakan

pengecualian dalam pelaksanaan peradilan.

Namun preseden tidak dianggap sebagia kebenaran mutlak dan abadi tetapi disesuaikan

dengan  kebutuhan dan kemajuan.  Cardoza beranggapan bahwa kekuatan sosial mempunyai

pengaruh instrumental terhadap pembentukan hukum misalnya logika sejarah, adat-istiadat,

kegunaan dan standarr moralitas. Ditambahkan pula bahwa perkmbangan hukum sebagai gejala

sejarah ditentukan oleh perubahan-perubahan dalam masyarakat serta pandangan masyarakat

mengenai adat-istiadat dan moralitas. Bagi Cardoza hukum harus menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan dalam masyarakat sedangkan para legislator harus menadapatkan

pengetahuan mengenai perubahan dari pengalaman serta studi terhadap kehidupan maupun

pencerminannya.

d. Jerome Frank (1889-1957)

Menurut Frank hukum tidak dapat disamakan dengan suatu aturan yang tetap. Dalam

aturan tetap norma kaidah hukum berperan seakan-akan merupakan prinsip – prinsip logika.

Manusia moderen berpendapat bahwa hukum sebenarnya hanya terdiri dari putusan – putusan

pengadilan namun  dalam putusan itu banyak dipangaruhi oleh faktor  politik, ekonomi, moral,

bahkan simpati dan antipati pribadi.

2.   Realisme Skandinavia

Axel Hagerstrom (1868 – 1939)

Page 46: pengantar kepada filsafat hukum.docx

Hagestrom menyatakan bahw hukum seharusnya diselidiki dan bertitik tolak pada data

empiris, yang dapat ditemukan dalam perasaan psikologis. Adapun yangg imaksud rasa

psikologis ini adalah rasa wajib, rasa kuasa dalam mendapat untung, rasa takut akan reaksi dari

lingkungan dan sebaginya.  

Karl Olivecrona (1897 – 1980)

Olivercrona menyamakan hukum dengan perintah-perintah yang bebas. Ia beranggapan

bahwa hukum bukanlah perintah dari seorang manusia, karena tidak mungkin ada manusia yang

dapat memberikan semua perintah yang terkandung dalam hukum. Olivecrona menyangkal

keberadaan hukum normatif. Ketentuan undang-undang itu sendiri hanyalah kata-kata di atas

kertas. Kenyataan yang berkenaan dengan pembicaraan ilmiah tentang hukum haruslah berkenan

dengan reaksi-rekasi psikologis dari para individu, yakni ide tentang tindakan apa dan perasaan

apa yang timbul apabila mereka mendengar atau melihat suatu ketentuan.  

Alf Ross ( 1899 – 1979)

Ross berpendapat bahwa hukum adalah suatu realitas sosial. Perkembangan hukum

menurut Ross melewati empat tahapan :

-       Hukum adalah suatu sistem paksaan aktual

-       Hukum adalah suatu cara berlaku sesuai dengan kecenderungan dan keinginan

anggota komunitas, tahapan ini baru diterapkan apabila orang mulai takut akan paksaan

sehingga paksaan itu mulai ditinggalkan

-       Hukum adalah suatu yang berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang benar.

Ini bisa terjadi karena anggota komunitas sudah terbiasa dengan pola ketaatan terhadap

hukum.

-       Supaya hukum berlaku maka harus ada kompetensi pada orang-orang yang

membentuknya.

 H.L.A. Hart ( lahir 1907)

Hukum dilihat dari dua aspek yaitu aspek eksteren maupun intern. Aspek ekteren dilihat

hukum sebagai perintah penguasa, sedanggkan aspek interen yaitu keterkaitan dengan perintah

dari penguasa itu secara batiniah.

Hart berpendapat bahwa norma hukum dapat dibagi dua :

a. Norma Primer , yakni norma yang menetukan kelakuan subjek-subjek hukum dengan

menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang.

Page 47: pengantar kepada filsafat hukum.docx

b. Norma sekunder merupakan syarat-syarat berlakunya norma primer, atau merupakan

petunjuk pengenal.

Hart berpendapat bahwa hukum hanyalah menyangkut aspek formal. Artinya suatu hukum

hanya dapat saja disebut hukum, walaupun secara materil tidak layak untuk ditaati karena

bertentangan dengan prinsip-prinsip moral.

Julius Stone

Julius Stone memandang hukum sebagai suatu kenyataan sosial. Makna dari kenyataan

sosial ini dapat ditangkap melalui penyelidikan logis analitis. Ia juga berpendapat bahwa hukum

harus dibedakan dari moral. Hukum adalah semua aturan ,baik yang mengandung aspek moral

maupun tidak.

Jhon Rawls (akhir 1921)

Rawls meyakini bahwa prinsip-prinsip etika dapat menjadi dasar yang kuat dalam

membangun masyarakat yang adil. Rawls mengembangkan  pemikirannya tentang masyarakat

yagn adil dengan teori keadilannya yang dikenal dengan teori posisi asli. Teorinya banyak

dipengruhi oleh aliran Utilitarianisme.

H.   Freirechtslehre

Freirechtslehre (Ajaran hukum bebas) merupakan penentang paling keras positivisme

hukum. Hukum bebas ini bukanlah peradilan tidak terikat pada undang-undang, hanya saja

undang-undang tidak merupakan peranan utama, tetapi sebagai alat bantu untuk memperoleh

pemecahan yang tepat menurut hukum dan yang  tidak perlu harus sama dengan penyelesaian

undang-undang.

Aliran hukum bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan hukum.

Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan

penyelesaian yang tepat untuk peristiwa konkret, sehingga peristiwa berikutnya dapat

dipecahkan menurut norma yang diciptakan oleh hakim.