tugas filsafat 14 teori kebenran

23
Kriteria Kebenaran Dalam 14 Kriteria Kebenaran Filsafat Oleh : SUSIYANTI A. Pengertian Kebenaran Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995). Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama ataupun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985:238-239). Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. 1

Upload: susi-yanti

Post on 05-Dec-2014

9.225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

14 Kriteria Kebenaran Filsafat

Oleh : SUSIYANTI

A.    Pengertian  Kebenaran

Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato

pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh

belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan

(dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja

berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang

berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan

(ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995).

Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran

keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama ataupun langgeng, melainkan bersifat

nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985:238-239).

Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan

bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian

maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran

sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya

harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran (Daldjoeni, 1985:235).

Selaras dengan Poedjawiyatna (1987:16) yang mengatakan bahwa persesuaian antara

pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang

dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.

Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu

saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian

seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan

1

Page 2: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini

terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu

terdapat diluar jangkauan manusia.

B. Macam-macam Teori Kebenaran

1. Kebenaran Absolut (Absolute truth)

Pandangan lain percaya bahwa benar-benar ada realita-realita atau standar absolut yang

menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar

atau salah dengan membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu. Dapatkah

Anda membayangkan kekacauan yang terjadi kalau saja tidak ada yang absolut, tidak ada

realita? Ambil contoh hukum gravitasi. Kalau tidak ada yang absolut, suatu ketika Anda

melangkah dan tahu-tahu terlempar tinggi ke udara, dan pada waktu lainnya, Anda sama

sekali tidak dapat menggerakkan satu anggota tubuhpun. Tidak akan ada hukum-hukum

sains, hukum-hukum fisika, segala sesuatu tidak akan ada artinya, dan tidak ada ukuran

apapun, dan tidak ada yang benar dan salah. Betapa kacaunya; namun syukurlah kebenaran

yang absolut itu ada, dapat ditemukan dan dipahami.

Bahwa ada orang yang membuat pernyataan bahwa tidak ada kebenaran mutlak sebenarnya

adalah sesuatu yang tidak logis. Namun hari ini banyak orang yang memegang relativisme

budaya yang pada hakekatnya menolak segala jenis kebenaran absolut. Pertanyaan yang

bagus untuk ditanyakan pada orang yang mengatakan, “tidak ada kebenaran yang absolut”

adalah: “Apakah Anda yakin secara mutlak?” Adalah tidak logis untuk membuat pernyataan

seperti itu karena pernyataan yang absolut pada dirinya sendiri menolak segala yang absolut.

Pada dasarnya pernyataan itu mengatakan bahwa tidak adanya kebenaran absolut adalah

satu-satunya kebenaran absolut.

2

Page 3: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

Jadi kebenaran yang absolut, hanya ada pada Dia yang sudah menjadikan alam semesta ini

dengan begitu indah dan sempurna. Ini hanya pemahaman saya mungkin Anda punya

pemahaman yang lain semoga ini bisa menambah pemahaman kita dalam hal perbedaan kita.

2. Kebenaran Relatif (relative truth)

Kebenaran relatif adalah kebenaran manusia dari sudut pandangnya sendiri yang terbatas

terhadap kebenaran mutlak tersebut. Hanya ada satu kebenaran mutlak, yang bersifat

objektif, yang dikelilingi oleh banyak kebenaran relatif yang bersifat subyektif, bagaikan

matahari yang dikelilingi planet-planet. Makin dekat kebenaran relatif itu kepada kebenaran

mutlak maka ia makin benar. Jadi yang relatif harus mendekati yang absolut, subyektivitas

harus mengejar obyektivitas, untuk memperkecil kesenjangan di antara keduanya.

Menurut Lenin, kebenaran relatif adalah pencerminan dari obyek yang relatif benar, yang

terbatas dari manusia.

Contoh sederhananya, kita tidak bisa menyebut posisi (sifat) sebuah meja, kecuali kita tahu

patokannya. sebutlah meja itu di kanan saya, akan tetapi bisa jadi meja itu di kiri anda. nah,

karena beda patokan inilah, maka posisi (sifat) sebuah meja itu relatif.. tergantung

patokannya mana.Nah.. patokan dalam kasus di atas tadi, dalam ilmu filsafat disebut sebagai

kebenaran (knowldege).

3. Kebenaran Spekulatif

Kebenaran Spekulatif adalah kebenaran yang diperoleh melalui berfikir dengan tingkat

rasionalilitas dan filosofis serta abstraksionalitas yang tinggi. kebenaran ini mengandalkan

kekuatan berfikir kebenaran ini akan lebih baik jika di dukung pengalaman-pengalaman

pribadi.

3

Page 4: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

Secara bahasa Spekulasi adalah renungan, terpekur. Secara istilah ialah Suatu pendapat atau

dugaan yang tidak (belum) berdasarkan atas suatu kenyataan. Spekulasi merupakan suatu hal

yang berguna untuk mengembangkan dan mencoba berbagai hipotesa. Spekulasi berangkat

dari keinginan untuk mengembangkan dan mencoba memecahkan suatu masalah yang di

tandai dengan beberapa usaha mencari solusinya. Misalnya seperti mengusulkan satu

hipotesa atau lebih. Spekulasi merupakan karakteristik yang esensial dalam sikap ilmiah.

Hasil pemikiran spekulasi di jadikan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan

yang baru. Hal ini tidak dapat di hindari, karena bagaimanapun juga jika kita ingin menyusur

sebuah lingkaran (menjelajah sebuah masalah), maka kita harus memulainya terlebih dahulu

dari sebuah titik (langkah awal) spekulasinya.

Menurut Descrates dalam bukunya ‘Perenungan tentang Filsafat Pertama’ (1641), Spekulasi

merupakan sesuatu yang mendasari keragu-raguan tentang segala sesuatu, khususnya tentang

hal-hal yang bersifat material. Sifat keragu-raguan ini dapat membebaskan kita dari berbagai

macam prasangka, dimana prasangka ini dapat melepaskan akal dari pengaruh panca indra.

Sehingga dapat memberikan jalan sederhana atau komponen-komponen (kesimpulan) yang

membentuk keseluruhan.

4. Kebenaran Korespondensi

Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran ini bermula dari Aritoteles (384-322 S.M.)

dan disebut teori penggambaran yang definisinya berbunyi sebagai berikut :

“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI” kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan.

Kemudian teori  korespondensi  ini dikembangkan oleh  Bertrand  Russel (1872-1970). Ujian

kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh

kelompok realisme dan materialisme. Teori ini berprinsip pada pemikiran Induksi, yaitu

pengambilan kesimpulan dari Umum ke Khusus. Kebebaran diperoleh setelah diadakan

pengamatan dan pembuktian (Observasi dan Verifikasi).

4

Page 5: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective

reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri,

atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk

melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau

pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).

Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu

pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu

berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut

(Suriasumantri, 1990:57). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “kota Yogyakarta

terletak di pulau Jawa” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek

yang bersifat faktual, yakni  kota Yogyakarta memang benar-benar berada di pulau Jawa.

Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “kota Yogyakarta berada di pulau Sumatra”

maka pernnyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang sesuai dengan

pernyataan terebut. Dalam hal ini maka secara faktual “kota Yogyakarta bukan berada di

pulau Sumatra melainkan di pulau Jawa”.

Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan

langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena atau kekeliruan itu tergantung

kepada kondisi yag sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan

fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka pertimbangan itu salah (Jujun,

1990:237).

5. Kebenaran Pragmatis

Teori selanjutnya adalah teori pragmatisme tentang kebenaran. Pragmatisme berasal dari

bahasa yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan.

5

Page 6: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang

terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian

dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika

yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat

ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George

Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57)

Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Bagi

mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau

akibat  yang memuaskan (Titus, 1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme

adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya

sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan

pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup

praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia.

Kriteria pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah

dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar

suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka

ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka

pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian,

disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka

pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59), demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran

cenderung menekankan satu atau lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang

memuaskan keinginan kita, (2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen,

(3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori-

teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling

menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan

dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari

pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan

6

Page 7: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

tetapi karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah pertimbangan tersebut

dengan konsistensinnya dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang kita anggap sah dan

benar, atau kita uji dengan faidahnya dan akibat-akibatnya yang praktis (Titus, 1987:245).

6. Kebenaran Normatif

Kebenaran normatif manganut teori yang lain sebagai latar belakangnya, yakni Teori

Pragmatik. Dalam teori kebenaran pragmatis, suatu teori adalah benar, jika teori itu berfungsi

secara memuaskan. Dalam teori pragmatis, apabila teori tersebut berfungsi secara

memuaskan maka teori tersebut harus memerlukan beberapa persetujuan yang cukup untuk

dianggap benar. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa menurut pandangan normatif,

hubungan inti dalam ilmu bukanlah hubungan antara subjek dan objek, melainkan antara

subjek dan subjek (antara subjek satu dengan subjek yang lainnya), dimana teori yang

mendapatkan persetujuan yang cukup, menghasilkan sebagai akibatnya penetahuan inter-

subjektif (berdasar pada pengetahuan faktual yang empiris).

Kalau berfikir (penggunaan kekuatan akal) merupakan salah satu ciri penting yang ada pada

diri manusia, mereka ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya.

Dalam teori normatif, nilai adalah apa yang mengandung kebaikan intrinsik yang digunakan

sebagai standard penilaian. Karena itu, nilai normatif selalu dipandang baik dan benar,

tempat mengikat kebebasan manusia. Manusia wajib mematuhi norma-norma yang ia anut.

Pada nilai normatif, manusia menaruh komitmen dan ketertarikan psikhis untuk

mematuhinya. Nilai normatif bersifat subyektif karena ketertarikan seseorang pada suatu

norma tidak dapat dikritik (misalnya: mengapa seseorang mimilih suatu ideologi atau agama

tertentu). Nialai-normatif juga dapat bersifat transenden bila berasal dari luar diri manusia

(ahistoris), karena dipandang sakral (suci) sebab memiliki kepastian absolut (Noeng Muhajir,

1989: 3). Dengan demikian, yang normatif ada bersumber dari wahyu Allah, ada yang

bersumber dari pengalaman manusia sebagai idealisasi pengalaman empiriknya, yaitu: dari

teori ilmiah menjadi filsafat kemudian dipandang sebagai nilai-normatif. Bagaimana teori

7

Page 8: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

ekonomi Marxis menjadi filsafat Materialisme Historis kemudian menjadi ideologi

Komunisme. Bagaimana teori ekonomi kapitalis menjadi ideologi Kapitalisme, yang

dijadikan acuan normatif untuk mengamati fenomena ekonomi.

7. Kebenaran Religius

Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan

realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak

cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective,

universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan

oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Nilai kebenaran mutlak

yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan

superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi,

dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf

dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :

Agama sebagai teori kebenaran, Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,

fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan

wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia mencari dan

menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai

dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama

dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia,

termasuk kebenaran.

8

Page 9: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

8. Kebenaran Filosofis

Kebenaran dalam filsafat ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam

penghayatan atas sesuatu itu. Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman

(comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar

subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.

Bahwa kebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang

mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah,

jasmaniah, indera, ada yang berupa ide-ide yang merupkan pemahaman potensi subjek

(mental, rasio, intelektual).

Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam intaraksi kepribadian manusia dengan alam

semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.

Semua teori kebenarn itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang

mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.

Filsuf yang percaya bahwa manusia, dalam skema besar hal, hanya satu komunitas besar

umat manusia secara keseluruhan, ingin melihat kebenaran sebagai sesuatu yang obyektif,

sesuatu yang sesuai dengan realitas aktual, kenyataan seolah-olah itu dilihat oleh beberapa

bias, bukan manusia pihak ketiga. Pragmatis, di sisi lain, melihat hal-hal yang rasional pada

saat ini dalam waktu tidak sebagai sesuatu yang dianggap mutlak, melainkan sebagai sesuatu

untuk memanggil kebenaran. sampai sesuatu yang lebih baik datang. Pragmatis tidak percaya

bahwa ada beberapa Kebenaran Ultimate di dunia, menunggu manusia untuk menemukan hal

itu.

9

Page 10: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

9. Kebenaran Estetis

Istilah Estetika baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang bernama A.G.

Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa Yunani kuno, aistheton, yang

berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten menamakan seni itu sebagai

pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan

intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan, sedangkan tujuan logika adalah kebenaran

(Sumardjo, 2000 : 25). Sejak itu istilah estetika dipakai dalam bahasan filsafat mengenai

benda-benda seni.

kebenaran seni bersinggungan dengan kebenaran empiris dan kebenaran ide. Dasarnya

adalah pengalaman empiris manusia tetapi yang ditemukannya realitas baru yang non

empiris.

Dalam karya seni, sesuatu seperti dunia ini tetapi kebenarannya bukan dari dunia ini. seperti

halnya agama yang menjangkau kebenaran mendasar, universal, menyeluruh dan mutlak

serta abadi, senipun menjangkau hal-hal tersebut. Hanya saja alat untuk mencapai hal itu

adalah perasaan dan intuisi. Dasarnya adalah pengalaman inderawi manusia yang bersifat

subyektif. Kebenaran pengalaman perasaan intuitif manusia ini hanya dapat dihayati,

dirasakan dan dalam penghayatan itulah manusia menyentuh suatu kebenaran yang tak kuasa

dia jelaskan. Kualitas perasaan itu harus dialami sendiri oleh manusianya sendiri sehingga ia

mampu menemukan kebenaran.

10. Kebenaran Ilmiah

kebenaran ilmiah indikatornya ada tiga, yaitu ; logis, rasional dan dapat diuji kebenarannya

kapan dan di mana saja. Dan semua itu masih tergolong dalam kategori kebenaran relatif.

Adapun kebenaran absolut (mutlak) atau kebenaran yang hakiki, ada di tangan Allah SWT.

Pandangan dan pendapat manusia itu selaku hamba Allah SWT, juga mengandung kebenaran

10

Page 11: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

relatif. Perasaan negatif (negative thinking) sebenarnya tidak akan terjadi, bila kita telah

memahami  teori-teori kebenaran yang ada di dalam filsafat ilmu. Salah satu diantaranya

adalah kebenaran korespondensi, yaitu ; “kebenaran yang bertumpu pada realitas objektif.

Kriteria kebenaran korespondensi dicirikan oleh adanya relevansi antara pernyataan dan

kenyataan, antara teori dan praktik.

Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu

sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses

untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.

Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada.

Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang

metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan

sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya.

Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan

dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan

menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada

dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-

komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan

tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil

temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem. Tampaknya anggapan yang kurang tepat

mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap

kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian

dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran manusia.

11. Kebenaran Teologis

Sebuah kebenaran teologis adalah sebuah konsep menarik - itu adalah definisi dari sesuatu

"nyata" didasarkan pada keyakinan pada Tuhan yang tidak dapat dilihat secara fisik.

11

Page 12: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

Meskipun hal ini biasanya akan melawan definisi kebenaran - sebagai kebenaran dapat

dibuktikan, dan keyakinan teologis adalah yang didasarkan pada iman yang tak terlihat (yang

secara teknis bukan bukti, dan karena itu tidak dapat dibuktikan sebagai kebenaran .. atau

memang. dibantah sebagai fiksi), kebenaran teologis adalah pernyataan dari beberapa

tindakan oleh Tuhan, dari mana seseorang begitu benar-benar yakin bahwa itu melampaui

perlu dibuktikan dengan metode konvensional.

Pada dasarnya, itu di mana iman dan faktualitas dilempari dan itu di mana konflik antara

percaya dan tidak percaya pada umumnya dimulai.

Jika kebenaran adalah sesuatu yang dapat dibuktikan, maka benar-benar ada kebenaran

teologis dalam kaitannya dengan penciptaan. Tidak hanya, misalnya, Hindu penciptaan

keyakinan berbeda dari agama Kristen, bahkan Alkitab Kristen mengandung setidaknya dua

kisah penciptaan yang berbeda dan tak terdamaikan. Keajaiban adalah bahwa jutaan orang

Kristen percaya bahwa Alkitab secara harfiah menggambarkan penciptaan dunia,

mengabaikan inkonsistensi jelas dua rekening. Mungkin kebenaran teologis berarti apa yang

diyakini, dan kemudian setiap agama memiliki kebenaran sendiri.

12. Kebenaran Ideologis

Dr. Blim dalam hal ini mengikuti pandangan filosuf wanita Hanna Arendt tentang aktivitas

manusia di dunia yang merefleksikan kebenaran ideologi, yakni untuk menjalankan proses

kehidupan. Ideologi kemudian muncul secara rasional dan bebas, yang ingin mewujudkan

hakekat "Kebenaran". Sehingga apabila hakekat kebenaran yang lahir dari ideologi ini

direalisasikan, maka hasilnya adalah "Perubahan sosial politik maupun ekonomi yang

diinginkan", artinya kebenaran dapat diwujudkan oleh usaha politik.

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de

Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat

dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu

12

Page 13: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

(bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari)

dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh

kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah

untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem

pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah

publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran

politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang

eksplisit.

13. Kebenaran Konstitusional

kebenaran konstitusional adalah kebenaran atas dasar undang-undang, sehingga tindakan

yang tidak bertentangan dengan undang-undang dinyatakan sebagai konstitusional.

Sedangkan tindakan yang menentang undang-undang disebut inkonstitusional.

Konstitusionalisme bukanlah sekadar urusan bongkar pasang teks berikut institusinya melalui

konstitusi, melainkan sebagai lompatan pemikiran kritis dan tindakan nyata untuk

memberikan kepastian jaminan hak-hak kesejahteraan sosial sebagai hak-hak dasar warga

negara yang tidak boleh sedikitpun diabaikan oleh penyelenggara kekuasaan. Begitulah salah

satu cara memaknai teori dan hukum konstitusi agar kian lebih maju secara substantif,

bermartabat dan membumi bagi seluruh warga bangsa.

Kita dapat mengetahui bahwa konstitusi kita di Indonesia itu mengatur ada tiga kekuasaan

yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu ; Pertama, kekuasaan eksekutif, Kedua, kekuasaan

legislatif dan ketiga, kekuasaan yudikatif. Kantor Urusan Agama Kecamatan berada dalam

lingkup kekuasaan eksekutif (Kementerian Agama), sedangkan Peradilan Agama setelah satu

atap dengan Mahkamah Agung berada dalam kekuasaan yudikatif, yang  memang secara

konstitusional diberi kewenangan untuk mengisbatkan (mensahkan) nikah. Kecuali kalau

dibuat undang-undang baru yang menghapus kewenangan Peradilan Agama itu dan

13

Page 14: Tugas filsafat 14 teori kebenran

Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi/ Susiyanti

menyerahkan sepenuhnya kewenangan itu ke Kantor Urusan Agama, barulah KUA

mendapatkan kewenangan secara konstitusional untuk  mengisbatkan nikah.

14. Kebenaran Logis ( logical Truth )

Kebenaran logis adalah salah satu yang paling mendasar konsep dalam logika , dan ada teori

yang berbeda pada sifatnya. Sebuah kebenaran yang logis adalah pernyataan yang benar dan

tetap benar dalam semua penafsiran komponennya selain nya konstanta logis . Ini adalah

jenis pernyataan analitik . Semua logika filosofis dapat dianggap sebagai menyediakan

rekening sifat kebenaran logis, serta konsekuensi logis .

Kebenaran logis (termasuk tautologi ) adalah kebenaran yang dianggap selalu benar. Hal ini

untuk mengatakan bahwa mereka dianggap sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa

benar dan situasi tidak ada yang bisa timbul yang akan menyebabkan kita menolak kebenaran

yang logis. Namun, tidak universal sepakat bahwa ada pernyataan yang selalu benar.

Sebuah kebenaran yang logis dianggap oleh Ludwig Wittgenstein menjadi pernyataan yang

benar dalam semua kemungkinan dunia . Hal ini kontras dengan fakta (yang juga dapat

disebut sebagai klaim kontinjensi atau klaim sintetis) yang benar di dunia ini, seperti secara

historis berlangsung, namun yang tidak benar dalam setidaknya satu dunia mungkin, karena

mungkin dilipat. The proposisi "Jika p dan q, maka p" dan proposisi "Semua orang yang

menikah menikah" adalah kebenaran logis karena mereka adalah benar karena makna yang

melekat mereka dan bukan karena fakta dari dunia. Kemudian, dengan munculnya logika

formal kebenaran logis dianggap pernyataan yang benar di bawah semua interpretasi yang

mungkin.

Keberadaan kebenaran logis kadang-kadang diajukan sebagai keberatan terhadap empirisme

karena tidak mungkin untuk memperhitungkan kami pengetahuan tentang kebenaran logis

atas dasar empiris.

14