filsafat dan cabang-cabangnya

33
1 MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM “FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA AJARAN ISLAM MENDORONG BERFILSAFAT” Dosen Pengampu : Dra. Siti Nurjanah, M. Ag. Disusun oleh: Anggun Distarani JURUSAN SYARI’AH (PBS) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO 2012/2013

Upload: erik-pujianto

Post on 23-Oct-2015

2.238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

1

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

“FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

AJARAN ISLAM MENDORONG BERFILSAFAT”

Dosen Pengampu : Dra. Siti Nurjanah, M. Ag.

Disusun oleh:

Anggun Distarani

JURUSAN SYARI’AH (PBS)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

JURAI SIWO METRO

2012/2013

Page 2: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

2

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang dengan rahmat dan inayah-Nya Makalah tentang Filsafat ini

telah selesai disusun untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh dosen

yang bersangkutan.

Saya mengakui bahwa saya juga manusia yang mempunyai keterbatasan

dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak semua hal dapat terdeskripsikan dengan

sempurna dalam makalah ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang saya miliki.

Maka, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang

budiman. Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu

loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya di masa yang akan datang.

Sehingga semoga makalah berikutnya dan makalah lain dapat terselesaikan

dengan hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan makalah ini saya mengharapkan banyak manfaat

yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini memberikan

informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga bermanfaat bagi

pengetahuan ilmu kita.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Metro, 9 November

2012

Penulis,

Anggun Distarani

Page 3: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………….…….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….……. 5

C. Tujuan……………………………………………………………… 6

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….……. 7

A. Pengertian Filsafat………………………………………….……. 7

B. Cara Berfilsafat…………………………………………….…….. 15

C. Cabang-cabang Filsafat……………………………………….……. 17

D. Aliran-aliran Filsafat………………………………………………. 21

E. Tujuan Berfilsafat………………………………………………….. 24

F. Manfaat Berfilsafat……………………………………………….... 25

BAB III PENUTUP…………………………………………….……….. 28

A. Pemikiran Penulis………………………………………………… 28

B. Kesimpulan…………………………………………………….…. 29

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa memiliki peran yang penting di masyarakat. Acapkali setiap

peristiwa perubahan penting yang terjadi di suatu Negara didorong oleh sebuah

gerakan mahasiswa, sehingga mahasiswa sering dianggap sebagai agent of change.

Sebagai kelompok muda yang mengenyam pendidikan tinggi, mahasiswa menjadi

kelompok harapan masa depan karena memiliki kelebihan dari sisi intelektual yang

mereka peroleh melalui sistem pendidikan. Walaupun mahasiswa tumbuh dan

berkembang sesuai jati dirinya, tidak sedikit mahasiswa yang terjebak ke dalam

tujuan sederhana dan sempit. Orientasi pengembangan dirinya hanya sebatas

pemenuhan kewajiban menempuh studi di perguruan tungginya masing-masing sesuai

dengan bidang yang ditekuninya. Akhirnya, mahasiswa tidak mampu keluar dan

mengeluarkan diri serta pikirannya untuk berkiprah lebih luas. Padahal di sisi lain

mahasiswa dituntut untuk mengembangkan daya intelektualnya dalam merespon

berbagai perkembangan pemikiran serta ilmu dan pengetahuan; mengembangkan

kepekaan terhadap fenomena sosial kemasyarakatan; serta mengembangkan kapasitas

lain yang akan mendukung kesuksesan di masa depan.

Jati diri sebagai mahasiswa tidak hanya sekedar sebagai kelompok muda

intelektual, tetapi jati dirinya yang berkaitan dengan kedudukannya dan perannya

sebagai hamba dan khalifah Allah SWT di muka bumi menuntut mereka untuk

memiliki wawasan dan pandangan keagamaan yang benar. Sosok manusia

sempurna (Insan Kamil) dalam pandangan Islam seharusnya menjadi acuan dan

pedoman pengembangan kapasitas intelektual dan kiprah mahasiswa baik yang

berhubungan dengan Tuhannya, alam dan sesama manusia. Dalam upaya

pengembangan kapasitas intelektual, mahasiswa perlu mengakrabi berbagai

sejarah dan konsep pemikiran manusia yang terus berkembang melalui tradisi

membaca, mengkaji, berdiskusi bahkan menulis secara ilmiah. Dengan ini,

mahasiswa memiliki kemampuan untuk berdialog dengan berbagai pemikiran

Page 5: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

5

sehingga memiliki posisi yang tegas terhadap berbagai pemikiran serta untuk

meneguhkan jati diri dan posisinya sebagai agent of change.

Berbagai hasil pemikiran manusia telah mengantarkan kemajuan dunia

saat ini. Di sisi lain arah kemajuan dunia yang terbangun memberi berbagai

dampak yang negatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tidak bisa lepas

dari bangunan pemikiran barat baik filsafat, ilmu dan teknologinya yang

mendekontruksi nilai-nilai kemanusiaan (dehumansiasi). Parahnya dehumanusasi

ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Pendidikan dianggap berfungsi sebagai

mesin produksi untuk menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil tetapi

lemah dari segi nilai-nilai kemanusiaan. Pandangan hidup barat yang diantara

bercirikan materealis telah merasuki kaum muda di negeri ini. Pandangan hidup

materealis telah mengarahkan manusia untuk hidup hedonis dan pragmatis.

Kebudayaan barat tidak selamanya bersifat negatif, oleh karena itu perlu

dikembangkan sikap kritis terhadap perkembangan pemikiran dan produk dari

kebudayaan barat tersebut baik. Dengan ini, mahasiswa seharusnyalah membekali

diri secara intelektual agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran yang

berkembang serta mampu mengkontruksi pengetahun dan pandangan hidupnya

sesuai dengan jati dirinya masing-masing. Sebagai seorang mahasiswa muslim,

mereka harus memiliki pandangan dunia yang mencerminan keyakinannya

sebagai muslim tetapi tetap bisa berdialog dengan berbagai corak pemikiran yang

berkembang. Mahasiswa diharapkan semakin terbuka wawasan intelektualnya

sebagai modal untuk berkiprah di masyarakat.

Salah satu cara untuk mengembangkan kapasitas intelektual dan tradisi

keilmiuan mahasiswa yaitu melalui kajian filsafat. Kajian filsafat bukan hanya

untuk mengenal filsafat tetapi untuk mentradisikan berfilsafat. Berfilsafat berarti

berupaya melakukan pemikiran yang mendalam dan sistematis tertang berbagai

permasalahan yang berkembang agar memiliki posisi dan pandangan yang jelas

tentang suatu permasalahan tersebut. Filsafat sering dianggap sebagai suatu hal

yang sulit baik untuk dipelajari maupun untuk dilakukan (berfilsafat). Hal apapun

Page 6: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

6

sebelum dipelajari pasti akan terasa sulit untuk dipahami, tetapi filsafat lebih dari

itu. Paling tidak itulah anggapan umumnya.

Mendefinisikan filsafat tidaklah mudah, karena pengertian filsafat yang

ada adalah sejumlah para filsosof yang memberikan definisinya masing-masing,

sehingga secara subjektif para filosof memiliki pengertiannya masing-masing.

Dengat itu definisi yang mereka buat saling melengkapi bahkan mungkin saja

saling mendistorsi.

Socrates sebagai bapak dari filosof mengajukan pertanyaan : “apakah

manusia itu dan apakah yang merupakan kebaikan tertinggi bagi manusia”.

Muridnya, Plato mengatakan: “… filsafat memang tidak lain daripada usaha

mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus

menerus.” Yuyun S. Sumantri (1982) mengumpamakan orang yang berfilsafat

seperti orang yang pijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin

mengetahu hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang yang

berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia

ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.

Dalam filsafat dipertanyaan tentang segala hal secara mendasar paling

tidak mencakup tentang Tuhan, alam dan manusia. Tetapi tidak semua pertanyaan

merupakan pertanyaan filsafat, ada pertanyaan yang hanya bersifat pragmatis atau

ilmiah. Filsafat mempertanyakan sesutu yang tidak bisa dijangkau ilmu

pengetahuan, karena itu menurut Will Duran, filsafat dapat diibaratkan pasukan

marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan

infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah

yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah

yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini

menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat merintis berbagai lapangan

ilmu pengetahuan, sehingga berkembang menjadi teknologi bagi manusia, setelah

itu filsafat bisa mempertanyakan kembali bagaimana ilmu pengatahuan yang

Page 7: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

7

sudah berkembang itu, mempertanyakan hal-hal lain yang masih belum

terjangkau.

Tradisi filsafat yang diawali dari Yunani Kuno justru diawali dengan

mempertanyakan hakikat materi dari alam. Socrates melakukan perubahan dengan

memfokuskan filsafat pada diri manusia itu sendiri. Berkembanglah filsafat

melalui muridnya Plato dan kemudian Aristoteles yang kita kenal. Terutama

Aristoteles telah merintis berbagai cabang keilmuan baik tentang alam mauapun

tentang manusia. Dari Yunani kemudian filsafat berkembang dalam kebudayaan

Islam. Pengaruh filsafat ini, dirasakan oleh umat Islam mulai pada akhir abad

pertama hijriah yang disebut gelombang Hellenisme. Mulailah para intelektual

Islam menterjemahkan, mengeomentari, menafsirkan bahkan mengembangkan

tradisi filsafat yang bercorak Islam. Filsafat digunakan untuk memberi kedudukan

yang lebih kuat pada dasar-dasar keyakinan dalam Islam, sekalipun sering

diangap sebagai suatu tradisi asing dalam tradisi Islam. Kita kenal Al-Kindi, Ibnu

Sina, Ibnu Arabi, dan Ibnu Rusyd di antara sebagian filosof muslim sekaligus

yang meretas perkembangan tradisi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia

Islam. Pada saat itu, di dunia barat sedang mengalami masa abad pertengahan yan

gelap, filsafat dan ilmu pengetahuan terpinggirkan dan tidak bekembang. Setalah

itu, itu barulah barat kembali memegang kendali setelah era renaissance. Barat

kemudian berjaya di abad modern dalam bidang filsafat, ilmu pengatahuan dan

teknologi. Ditandai dengan lahirnya filosof-filosof seperti Descartes, Spinoza,

Leibniz, Heigel, Heideger, Laplace dan lainnya. .Walaupun tradisi filsafat di dunia

Islam tidak berhenti begitu saja, namun pengaruhnya secara berangsur berkurang.

Kattsoff (2004) memberikan petunjuk untuk memahami apa filsafat itu, yaitu :

filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan;

keinginan filsafat adalah pemikiran secara ketat;

filsafat memandang segala sesuatu dari sudut pandang keabadian; serta

filsafat merupakan pemikiran secara sistematis.

Page 8: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

8

Karena filsafat dianggap sebagai sebuah cara berpikir, maka ciri pikiran filsafat

adalah sebagai berikut.

Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan

konspetual.

Sebuah sistem filsafat harus bersifat koheren.

Filsafat merupakan pemikiran rasional.

Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh (komprehensif)

Filsafat berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun

suatu pandangan dunia yang memberikan keterangan tentang dunia dan

semua hal yang ada di dalamnya.

Filsafat secara singkat dapat dianggap sebagai berpikir yang bersifat

menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Spekulatif di sini merupakan spekulatif

yang didasarkan pada argumentasi yang logis dan sahih.

Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan

suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah

ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala

sesuatu. Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan

pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala

sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun

dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi

apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).

Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-

tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan

yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika,

dan etika.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah filsafat itu?

2. Bagaimana cara berfilsafat?

Page 9: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

9

3. Apa saja cabang-cabang dalam filsafat?

4. Apa saja aliran-aliran dalam filsafat?

5. Apa tujuan berfilsafat?

6. Apa manfaat berfilsafat?

C. TUJUAN

1. Mengetahui arti filsafat.

2. Mengetahui bagaimana cara berfilsafat.

3. Mengetahui cabang-cabang dalam filsafat.

4. Mengetahui aliran-aliran dalam filsafat.

5. Mengetahui tujuan berfilsafat.

6. Mengetahui manfaat filsafat.

Page 10: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab „falsafah‟,

yang berasal dari bahasa Yunani, „philosophia‟, yang berarti „philos‟ =

cinta, suka (loving), dan „sophia‟ = pengetahuan, hikmah (wisdom).

Jadi „philosophia‟ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada

kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi

bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut „philosopher‟,

dalam bahasa Arabnya „failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang

menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,

mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti „alam

pikiran‟ atau „alam berpikir‟. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak

semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara

mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa

“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua

manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar,

sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah

orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-

sungguh dan mendalam.

Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan

memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata

lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh

hakikat kebenaran segala sesuatu.1

1

1Sidi Gazalba.Sistematika Filsafat.Pengantar Kepada Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany

.Filsafah Dunia Fil

Page 11: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

11

1. Beberapa definisi tentang filsafat

Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak

mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya

secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari

filsuf Barat dan Timur di bawah ini:

a. Plato (427SM – 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur

murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah

pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang

berminat mencapai kebenaran yang asli).

b. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu

pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung

ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan

estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

c. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato

Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu

yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

d. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu

Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam

maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

e. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,

mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan

yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

2. Beberapa Kesimpulan Para Ahli Tentang Arti Filsafat

a. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan:

Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari

radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak

Page 12: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

12

dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat

berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang

universal.

b. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang

menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,

alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan

tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal

manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah

mencapai pengetahuan itu.

c. Menurut Harun Nasution yang di kuip oleh Zuhairini dkk2,, filsafat

berasal dari bahasa yunani yang tesusun dari dua kata „‟philein‟‟dalam

arti cinta dan “sophos‟‟ dalam arti hikmat (wisdom).Selanjutnya

beliau mendifinisikan filsafat sebagai berikut:

1) Pengetahuan tentang hikmah

2) Pengetahuan tentang prinsip atau dasar dasar

3) Mencari kebenaran

4) Memebahas dasar – dasar dari apa yang dibahas

Selain itu, filsafat juga dapat berarti mencari hakikat

sesuatu,berusaha menautkan sebab dan akibat,dan berusaha menafsirakn

pengalaman-pengalaman manusia.3 Filsafat,menurut Sidi Gazalba adalah

sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang di persoalkan sebagai hasil

dari berfikir secara radikal, sistematika, dan universal. Radikal berarti

berfikir sampai ke akar-akarnya, sistematika berarti berfikir logis, dan

univeral berarti umum, tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu.

Berdasarkan tempat berkembang nya, filsafat Islam dibagi menjadi dua

2 Nasution, harun, Prof., Dr., Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 1996

Hlm.56 3 Zuhairini,dkk. filsafat pendidikan islam (Jakarta:Bumi Aksara,1995).hlm.3-4

Page 13: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

13

kelompok, yaitu pemikiran filsafat Islam yang berkembang di dunia Islam

bagian Timur dan Barat. Adapun filosof islam bagian Timur adalah; al-

Kindi, al- Farabt, Ibn Sina. Sedangkan para filosof islam dibagin Barat

adalah Ibn Tufail, Ibn Bajjah dan Ibn Rusyd. Pemikiran para filosof

muslim bervariasi, seputar masalah metafisika (ketuhanan), fisika, jiwa

dan akal (teori pengetahuan). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di

pahami bahwa filsafat pada intinya adalah sesuatu proses atau usaha untuk

mencaru hakikat sesuatu dibalik yang nyata. Filsafat mencari sesuatu yang

mendasar,inti,hikmah dan sesuatu yang tampak (lahiriah).

3. Pemikiran Filsafat Ibnu Sina

a. Filsafat Wujud.

Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang

mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun essensi

sendiri. Essensi, dalam faham Ibnu Sina terdapat dalam akal, sedang

wujud terdapat di luar akal. Wujudlah yang membuat tiap essensi yang

dalam akal mempunyai kenyataan diluar akal. Tanpa wujud, essensi

tidak besar artinya. Oleh sebab itu wujud lebih penting dari essensi.

Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Ibnu Sina telah terlebih

dahulu menimbulkan falsafat wujudiah atau existentialisasi dari filosof-

filosof lain.

Kalau dikombinasikan, essensi dan wujud dapat mempunyai

kombinasi berikut :

1) Essensi yang tak dapat mempunyai wujud, dan hal yang serupa ini

disebut oleh Ibnu Sina mumtani’ yaitu sesuatu yang mustahil

berwujud ( impossible being).

2) Essensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak

mempunyai wujud. Yang serupa ini disebut mumkin yaitu sesuatu

yang mungkin berwujud tetapi mungkin pula tidak berwujud.

Page 14: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

14

Contohnya adalah alam ini yang pada mulanya tidak ada kemudian

ada dan akhirnya akan hancur menjadi tidak ada.

3) Essensi yang tak boleh tidak mesti mempunyai wujud. Disini

essensi tidak bisa dipisahkan dari wujud. Essensi dan wujud adalah

sama dan satu. Di sini essensi tidak dimulai oleh tidak berwujud

dan kemudian berwujud, sebagaimana halnya dengan essensi dalam

kategori kedua, tetapi essensi mesti dan wajib mempunyai wujud

selama - lamanya. Yang serupa ini disebut mesti berwujud yaitu

Tuhan. Wajib al wujud inilah yang mewujudkan mumkin al-

wujud.4

Dalam pembagian wujud kepada wajib dan mumkin, tampaknya

Ibnu Sina terpengaruh oleh pembagian wujud para mutakallimun

kepada: baharu (al-hadits) dan Qadim (al-Qadim). Karena dalil mereka

tentang wujud Allah didasarkan pada pembedaan - pembedaan “baharu”

dan “qadim” sehingga mengharuskan orang berkata, setiap orang yang

ada selain Allah adalah baharu, yakni didahului oleh zaman dimana

Allah tidak berbuat apa-apa. Pendirian ini mengakibatkan lumpuhnya

kemurahan Allah pada zaman yang mendahului alam mahluk ini,

sehingga Allah tidak pemurah pada satu waktu dan Maha Pemurah pada

waktu lain. Dengan kata lain perbuatan-Nya tidak Qadim dan tidak

mesti wajib[38]. Untuk menghindari keadaan Tuhan yang demikian itu,

Ibnu Sina menyatakan sejak mula “bahwa sebab kebutuhan kepada al-

wajib (Tuhan) adalah mungkin, bukan baharu”. Pernyataan ini akan

membawa kepada aktifnya iradah Allah sejak Qadim, sebelum Zaman.5

Dari pendapat tersebut terdapat perbedaan antara pemikiran para

mutakallimin dengan pemikiran Ibnu Sina. Dimana para mutakallimin

anatar qadim dan baharu lebih sesuai dengan ajaran agama tentang

Tuhan yang menjadikan alam menurut kehendak-Nya, sedangkan dalil

4

Nasution, harun, Prof., op. Cit hlm.10-12 5

Dikutip Oleh Porwantana.dkk.Seluk Beluk Filsafat Islam (Bandung:Remaja Rosdakarya.1991)hlm.9

Page 15: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

15

Ibnu Sina dalam dirinya terkandung pemikiran Yunani bahwa Tuhan

yang tunduk dibawah “kemestian”, sehingga perbuatan-Nya telah ada

sekaligus sejak qadim.

“Perbuatan Ilahi” dalam pemikiran Ibnu Sina dapat disimpulkan

dalam 4 catatan sebagai berikut :

Pertama, perbuatan yang tidak kontinu (ghairi mutajaddid) yaitu

perbuatan yang telah selesai sebelum zaman dan tidak ada lagi yang

baharu. Dalam kitab An-Najah (hal. 372) Ibnu Sina berkata : “yang

wajib wujud (Tuhan) itu adalah wajib (mesti) dari segala segi, sehingga

tidak terlambat wujud lain (wujud muntazhar) - dari wuwud-Nya,

malah semua yang mungkin menjadi wajib dengan-Nya. Tidak ada

bagi-Nya kehendak yang baru, tidak ada tabi‟at yang baru, tidak ada

ilmu yang baru dan tidak ada suatu sifat dzat-Nya yang baru”.

Demikianlah perbuatan Allah telah selesai dan sempurna sejak qadim,

tidak ada sesuatu yang baru dalam pemikiran Ibnu Sina, seolah - olah

alam ini tidak perlu lagi kepada Allah sesudah diciptakan.

Kedua, perbuatan Ilahi itu tidak ada tujuan apapun. Seakan - akan telah

hilang dari perbuatan sifat akal yang dipandang oleh Ibnu Sina sebagai

hakekat Tuhan, dan hanya sebagai perbuatan mekanis karena tidak ada

tujuan sama sekali.

Ketiga, manakala perbuatan Allah telah selesai dan tidak mengandung

sesuatu maksud, keluar dari-Nya berdasarkan “hukum kemestian”,

seperti pekerjaan mekanis, bukan dari sesuatu pilihan dan kehendak

bebas. Yang dimaksudkan dalam catatan ketiga ini yaitu Ibnu Sina

menisbatkan sifat yang paling rendah kepada Allah karena sejak semula

ia menggambarkan “kemestian” pada Allah dari segala sudut.

Akibatnya upaya menetapkan iradah Allah sesudah itu menjadi sia - sia,

akrena iradah itu tidak lagi bebas sedikitpun dan perbuatan yang keluar

dari kehendak itu adalah kemestian dalam arti yang sebenarnya. Jadi

Page 16: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

16

tidak ada kebebasan dan kehendak selagi kemestian telah melilit Tuhan

sampai pada perbuatan-Nya, lebih - lebih lagi pada dzat-Nya.

Keempat, perbuatan itu hanyalah “memberi wujud” dalam bentuk

tertentu. Untuk memberi wujud ini Ibnu Sina menyebutnya dengan

beberapa nama, seperti : shudur (keluar), faidh (melimpah), luzum

(mesti), wujub anhu (wajib darinya). Nama - nama ini dipakai oleh Ibnu

Sina untuk membebaskan diri dari pikiran “Penciptaan Agamawi”,

karena ia berada di persimpangan jalan anatara mempergunakan konsep

Tuhan sebagai “sebab pembuat” (Illah fa‟ilah) seperti ajaran agama

dengan konsep Tuhan sebagai sebab tujuan (Illah ghaiyyah) yang

berperan sebagai pemberi kepada materi sehingga bergerak ke arahnya

secara gradua untuk memperoleh kesempurnaan.6

Dalam empat catatan tersebut para penulis sejarah dan

pengkritik Ibnu Sina selalu memahami bahwa Ibnu Sina menggunakan

konsep pertama yaitu konsep Tuhan sebagai “sebab pembuat”. Tidak

terpikir oleh mereka kemunginan Ibnu Sina menggunakan konsep

kedua, yang menyatakan bahwa Tuhan tidak mencipta, tapi hanya

sebagai “tujuan” semata. Semua mahluk merindui Tuhan dan bergerak

ke arahNya seperti yang terdapat dalam konsepsi Aristoteles tentang

keindahan seni dalan hubungan alam dengan Tuhan.

b. Falsafat Wahyu dan Nabi

Pentingnya gejala kenabian dan wahyu ilahi merupakan sesuatu

yang oleh Ibnu Sina telah diusahakan untuk dibangun dalam empat

tingkatan : intelektual, “imajinatif”, keajaiban, dan sosio politis.

Totalitas keempat tingkatan ini memberi kita petunjuk yang jelas

tentang motivasi, watak dan arah pemikiran keagamaan.

6 Zaenal Abidin Ahmad, Ibnu Sina (Avecenna) sarjana dan Filosof Dunia, Jakarta, Bulan Bintang, 1949 hlm.134

Page 17: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

17

Akal manusia terdiri empat macam yaitu akal materil, akal

intelektual, akal aktuil, dan akal mustafad. Dari keempat akal tersebut

tingkatan akal yang terendah adalah akal materiil. Ada kalanya Tuhan

menganugerahkan kepada manusia akal materiil yang besar lagi kuat,

yang Ibnu Sina diberi nama al hads yaitu intuisi. Daya yang ada pada

akal materiil semua ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui latihan

dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah

dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini

mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh

manusia dan terdapat hanya pada nabi-nabi.7

Jadi wahyu dalam pengertian teknis inilah yang mendorong

manusia untuk beramal dan menjadi orang baik, tidak hanya murni

sebagai wawasan intelektual dan ilham belaka. Maka tak ada agama

yang hanya berdasarkan akal murni. Namun demikian, wahyu teknis

ini, dalam rangka mencapai kualitas potensi yang diperlukan, juga tak

pelak lagi menderita karena dalam kenyataannya wahyu tersebut tidak

memberikan kebenaran yang sebenarnya, tetapi kebenaran dalam

selubung simbol- simbol. Namun sejauh mana wahyu itu mendorong?.

Kecuali kalau nabi dapat menyatakan wawasan moralnya ke dalam

tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip moral yang memadai, dan sebenarnya

ke dalam suatu struktur sosial politik, baik wawasan maupun kekuatan

wahyu imajinatifnya tak akan banyak berfaedah. Maka dari itu, nabi

perlu menjadi seorang pembuat hukum dan seorang negarawan

tertinggi-memang hanya nabilah pembuat hukum dan negarawan yang

sebenarnya.

7

Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para filosof Muslim, Yogyakarta, Al-Amin Press, 1997 hlm.21

Page 18: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

18

B. CARA BERFILSAFAT

Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang sistematis, kritis,

menyeluruh, mendasar, koheren dan juga bisa spekulatif. Kegiatan berpikir ini

memerlukan niat dan kehendak yang kuat, karena tidak semua orang bisa

berfilsafat. Dalam kadar tertentu cara-cara berpikir filsafat bisa diterapkan dalam

kehidupan sehari, walaupun belum diangap benar-benar berfilsafat.

Paling tidak ada 2 (dua) metode yang digunakan oleh seorang untuk

berfilsafat, yaitu (1) analisis dan (2) sintesis. Maksud pokok mengadakan analisis

ialah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandungi oleh

istilah-istilah yang digunakan dan pernyataan yang dibuat. Analisis dapat

diarahkan untuk memaknai sebuah pernyataan walaupun makna tidak identik

dengan kebenaran. Metode analisis ini melahirkan filsafat yang berorientasi pada

kritik terhadap suatu pertanyaan dan pernyataan kefilsafatan. Sementara sintesis

yang berarti pengumpulan sebagai lawan dari analisa yang berarti rincian. Maksud

sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat

diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Inilah yang sering diangap

melahirkan filsafat yang spekulatif. Seperti yang ditegaskan di awal, spekulatif

yang dilakukan adalah spekulatif yang argumentatif. Untuk mendukung terhadap

metode di atas, diperlukan seperangkat metodologi seperti, logika, induksi,

deduksi, analogi dan komparasi. Perangkat-perangkat inilah yang dapat menjadi

modal bagi seseorang untuk berfilsafat.

Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Logika

menguraikan tentang aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesumpulan,

setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Logika dibagi dalam dua cabang

pokok yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif membicarakan

cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimulan bila lebih dahului telah diajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini diantara suatu

kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif

selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang

lebih dahulu diajukan. Logika induktif membicarakan tenatang penarikan

Page 19: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

19

kesimpulan buka dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari

pernyataan-pernyataan khusus.

Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan

menggantikan apa yang dicoba dibuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal

tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa

yang mengawali penalaran tersebut.

Sebuah penalaran perlu diverifikasi keabsahannya, apakah sah tidak untuk

digunakan untuk penalaran. Ada dua cara untuk melakukan verifikasi, yaitu

observasi dan penggunaan hokum kontradiksi. Melalui observasi, suatu

pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi,

baik oleh orang yang mempergunakan pernyataan tersebut maupun oleh orang

lain. Dengan hukum kontradiksi, orang bisa kesesatan pernyataan yang

dipersoalkan karena bertentangan dengan dirinya, atau mengakibatkan

pertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan

baik.

Demi melakukan keabsahaan sebuah pernyataan, paling tidak ada

beberapa kebenaran yang bisa diacu, yaitu : teori koherensi, teori korespondensi,

dan teori pragmatis. Menurut teori koherensi, sebuah pernyataan dianggap benar

bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan

sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran ini selaras dengan penalaran

deduktif. Sementara menurut teori korespondensi, suatu pernyataan dianggap

benar jika materi pengetahuan yang terkandung pernyataan itu berkorenpondensi

dengan objek yang dituju dalam pernyataan tersebut. Teori korespondensi ini

selaras dengan penalaran induktif. Baik teori koherensi maupun teori

korespondensi sering dipakai dalam cara berpikir ilmiah. Sementara teori

kebenaran pragmatis, menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur

dengan kriteria apakah pernyataan tersbut bersifat fungsional dalam kehidupan

praktis.

Page 20: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

20

Bagaimana cara memulai dan melakukan perenuangan kefilsafatan?

Kattsoff (2004) merunut langkah-langkah sebagai berikut.

Menyadari adanya masalah

Meragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan

Memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu

Menyarankan hipotesa

Menguji konsekuensi-konsekuensi

Menarik kesimpulan.

Pada dasarnya, aktivitas berfilsafat adalah upaya berpikir yang ketat.

Mungkin saja berfilsafat baru hanya sampai pada meragukan dan menguji secara

rasional anggapan-anggapan. Sampai di sini pun, kita perlu pengalaman dan

upaya yang serius untuk menekuninya. Untuk mengkaji tentang “keadilan”

diperlukan upaya mengkaji referensi atau pemikiran-pemikiran yang terdahulu

sehingga ketika bermaksud mengajukan kesimpulan baru, maka hal itu didasarkan

pada berbagai pandangan yang terdahulu yang sudah dikritisi.

Cara kerja berpikir filsafat ini, bagi sebagian filosof mungkin bisa

bervariasi bergantung kepada pandangan dan corak filsafat mereka. Termasuk

dalam hal ini bagaimana cara berfilsafat filosof muslim, walaupun melanjutkan

tradisi filsafat Yunani, tetapi memiliki corak yang berbeda. Walaupun para filosof

muslim berfilsafat untuk menemukan pandangan-pandangan tentang ketuhanan,

alam dan manusia, tetapi mereka tetapi bertujuan untuk memperteguh prinsip-

prinsip beragama dalam Islam. Berbagai pertentangan pemikiran antar mereka

juga memberikan corak pada pemikiran Islam, tidak sedikit dipandang

“menyimpang” dari ajaran Islam.

C. CABANG-CABANG FILSAFAT

Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup

semua ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu

khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula

Page 21: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

21

matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain.

Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan

di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan filsafat.

Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati,

tetapi hidup dengan corak baru sebagai „ilmu istimewa‟ yang memecahkan

masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan

ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya

yang baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-

cabang filsafat.

Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Coba

perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini:

1. H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:

metafisika,

logika,

ajaran tentang ilmu pengetahuan

filsafat alam

filsafat sejarah

etika,

estetika, dan

antropologi.

2. Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam

bagian, yaitu:

masalah teologis

masalah metafisika

masalah epistomologi

masalah etika

masalah politik, dan

masalah sejarah

Page 22: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

22

3. Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka,

Philosophy Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh

bagian, yaitu:

Section I Ethics

Section II Political Philosophy

Section III Metaphysics

Section IV Philosophy of Religion

Section V Theory of Knowledge

Section VI Logics

Section VII Contemporary Philosophy,

4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang

terdiri atas tiga lingkungan masalah:

lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan

seterusnya)

lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan,

logika)

lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai

berdasarkan religi)

5. Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan

sistematis menjadi empat cabang, yaitu:

a. Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.

b. Filsafat teoretis. Cabang ini mencangkup:

ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata

ini,

ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu

dalam kuantitasnya,

ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu.

Inilah yang paling utama dari filsafat.

Page 23: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

23

c. Filsafat praktis. Cabang ini mencakup:

ilmu etika, yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam

hidup perseorang

ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di

dalam negara.

d. Filsafat poetika (Kesenian).

Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi

perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara

teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih

menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan.

Walaupun pembagian ahli yang satu tidak sama dengan pembagian ahli-

ahli lainnya, kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari

pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam

coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika,

etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.

1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang

bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.

2. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.

3. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.

4. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.

5. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.

6. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat

hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.

Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan

pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala

sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun

dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi

apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).

Page 24: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

24

Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-

tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan

yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika,

dan etika.

D. ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT

Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di

bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori

pengetahuan,aliran-aliran lainnya dalam filsafat.

Aliran-aliran yang terdapat alam filsafat sangat banyak dan kompleks

antara lain:

1. Aliran-aliran Metafisika

Menurut sutan Takdir Alisyahbana, Aliran Metafisika ini terbagi menjadi

dua, yaitu: golongan tentang kuantitas dan golongan tentang kualitas

(sifat)88

terdiri dari :

a. Monisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala

yang ada ini adalah esa (satu).

b. Dualisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa unsur pokok segala

yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda.

c. Pluralisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakekat

kenyataan ini banyak, misalnya: udara, api, tanah, dan air.

2. Aliran-aliran Etika

Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, antara lain:

a. Naturalisme,yaitu aliran yang berpendapat bahwa kebahagiaan

manusia itu diperoleh dengan mempertaruhkan panggilan natural

(fitrah) kejadian manusia itu sendiri. Hedonisme, yaitu aliran, yang

mengangap ukuran perbuatan yang baik adalah kenikmatan (Hedone)9.

8 Sidi Gazalbi.op.cit.hlm.51

9 Poerwantana op.cit.hlm.149

Page 25: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

25

b. Utilarisme yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan

manusia di tinjau dari besar dan kecilnya manfaat bagi manusia

c. yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan manusia di dasarkan

atas prinsip kerohanian yang lebih tinggi.

d. Vitalisme,yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia

itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang

maksuum yang mengendalikan perbuatan itu.

e. Teologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan

buruknya manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya

dengan perintah Tuhan ( Theos = Tuhan).109

3. Aliran-aliran teori pengetahuan

Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat

pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.

Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan.

Termasuk ke dalamnya:

a. Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber

pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia.

b. .Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan

manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang

ditangkap pancainderanya.

c. Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa

pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia

itu sendiri.

Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia.

Termasuk ke dalamnya:

10

http://www.masbied.com/2009/12/23/pengertian-filsafat-cabang-cabang-filsafat-filsafat-dan-

agama/Pengertian Filsafat, Batasan Filsafat, Cabag-Cabang dalam Filsafat, Tujuan Fungsi dan

Manfaat Filsafat dan Aliran-Aliran dalam Filsafat

Page 26: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

26

a. Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia

itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam

pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-

sungguhnya ada.

b. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak

lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang

diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.

4. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat

Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam

filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah:

a. Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus

bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai

eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia

eksistensi itu mendahului esensi.

b. Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan

tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung

pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi

manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya.

c. Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat

untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu

dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita

dengan realitas.

d. Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya

semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-

peristiwa yang dialami manusia.

e. Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat

barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian

sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja,

tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan

iman, pendeknya seluruh hidup.

Page 27: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

27

E. TUJUAN BERFILSAFAT

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam

semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan

seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan

ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding

and wisdom).

Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan,

dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan

manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.

S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat

memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi

maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran,

kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain.

Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah

tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti

mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung

jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik

Tuhan, alam, ataupun kebenaran.

Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan:

Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,

melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai,

menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat

hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru,

mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan

berdasarkan „nation‟, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia

kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik

dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.

Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan

keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung

Page 28: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

28

kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak

bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis.

Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian,

perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.

Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat

adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa

filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup

sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya

dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus

mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar

manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan

bahagia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari

hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika

(berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).

F. MANFAAT BERFILSAFAT

Ketika gelombang pemikiran filsafat masuk ke dalam dunia Islam yang

disebut gelombang Hellenisme, tujuan utama para sarjana muslim adalah untuk

memperteguh dan memperkuat prinsip-prinsip ajaran Islam melalui filsafat.

Upaya ini bukan untuk mengganti sumber-sumber keyakinan dalam Islam.

Hasilnya adalah lahirnya berbagai corak pemikiran dalam Islam yang terpengaruh

oleh filsafat baik yang saling melengkapi maupun yang bertentangan. Tidak

sedikit dialog kritis antara filosof dan sarjana muslim tentang suatu hal. Para

sarjana Islam tidak sertamerta mengadopsi begitu saja suatu pemikiran filsafat,

tetapi mengkritisinya, memilah dan memilih yang pada akhirnya mampu

mengembangkan corak baru dalam bersifat. Melalui studi filsafat ini, ternyata

melahirkan tradisi rasional sarjana Islam sehingga mampu mengembangkan

berbagai bidang keilmuan seperti sains, kedokteran dan politik, baik yang telah

Page 29: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

29

berkembang lebih dulu dalam tradisi Yunani maupun pengembangan baru sama

sekali.

Tidak sedikit juga para ilmuan Islam yang menentang filsafat karena

dianggap bisa mengganggu keotentikan ajaran Islam dan dianggap berbahaya bagi

ummat Islam karena bisa saja justru menjauh dari tradisi keilmuan khas Islam

yang disebut ilmu-ilmu agama (ulumuddin). Imam Al-Gazhali bahkan mengarang

buku Ihya Ulumuddin sebagai upaya membangkitkan kembali perhatian ummat

Islam kepada khazanah keilmuan Islam setelah sekian lama terlena dengan

pemikiran Yunani. Inilah juga ternyata dianasir yang menyebabkan kemunduran

ummat Islam itu sendiri.

Apa relevansinya berfilsafat saat ini untuk sebagian ummat Islam. Jaman

terus bergerak, kebudayaan barat yang ditopang oleh pandangan dunia barat

modern tidak bisa dilepaskan oleh pemikiran-pemikiran barat yang berasal dari

filsafat-filsafat barat modern. Barat membangun dunia ini berdasarkan pandangan

dunianya yang ternyata cenderung materealistik. Berdasarkan hal itu, ketika

ummat Islam berupaya kembali untuk mengangkat kejayaan umat Islam maka kita

perlu memahami kebudayaan-kebudayaan yang telah berkembang terutama

kebudayaan barat yang mengguasai segala aspek dunia. Kita perlu

mengembangkan pemikiran kritis terhadap pemikiran sekarang sebelum kita

berusaha mengembangkan kembali pemikiran Islam sebagai alternatif pandangan

dunia barat dan kehidupannya yang semakin hancur terutama dari sisi moral.

Bagi mahasiswa Islam, penguasaan berbagai pemikiran yang ada sangat

penting dilakukan dalam upaya untuk membangun kapasitas pemikirannya yang

nanti bisa berperan dalam percauran meikiran maupun dalam upaya memecahkan

permasalahan di masyarakat. Paling tidak, mahasiswa harus mampu berpikir kritis

sebagai awal untuk mengkontruksi pengetahuan dan pemikiran secara produktif

serta menghasilkan karya yang bermanfaat.

Filsafat sering dianggap teori belaka, yang jauh dari kenyataan hidup

konkret. Akan tetapi, filsafat ada segi praktisnya juga. Sikap dan pandangan yang

Page 30: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

30

dipertanggungjawabkan, seperti yang kita cari dalam filsafat, dengan sendirinya

akan mempengaruhi sikap kita praktis juga. Kebijaksanaan tidak hanya berarti

“pengetahuan yang mendalam”, tetapi juga “sikap hidup yang benar”, yang tepat,

sesuai dengan pengetahuan yang telah dicapai itu. Ini nampak dengan jelas

terutama pada pelajaran etika dan logika yang bersama-sama memberikan

pegangan dan bimbingan kepada pikiran dan kepada kehendak, agar hidup dengan

„benar‟ dan „baik‟. maka konkretnya:

1 Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir

lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia

hidup yang kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir untuk hidup

sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri.

2 Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan

memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang

hidup secara “dangkal” saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,

apalagi melihat pemecahnya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa

yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk

memecahkannya.

3 Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung “akuisme” dan

“aku-sentrisme” (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan

kepentingan dan kesenangan si aku).

4 Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya

ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap

semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa

yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, “berdiri-sendiri”,

dengan cita-cita mencari kebenaran.

5 Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama

dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti

sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

Page 31: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

31

BAB III

PENUTUP

A. HASIL PEMIKIRAN PENULIS:

Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa:

Filsafat adalah „ilmu istimewa‟ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang

tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut

di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami

atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang

ada, yaitu:

Hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia, serta sikap manusia

sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi

itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.

Cara memahami filsafat yang paling mudah bisa dilakukan adalah dengan

berfilsafat itu sendiri. Tapi kegiatan berfilsafat perlu ketekunan dan keseriusan.

Paling tidak kita bisa berfilsafat secara sederhana dengan membangun pemikiran

kritis terhadap berbagai hal yang menjadi fokus permasalahan yang kita hadapi.

Tentunya dituntut budaya baca, diskusi, diskursif, dialog bahkan menulis yang

tinggi. Tapi jangan lupa sebelum berfilsafat, kita harus dulu memperkuat

pemahaman, keyakinan sekaligus amal kita dalam beragama, tentunya melalui

sumber al-Quran dan as-Sunnah serta berbagai pendapat para ulama baik masa

lalu dan masa sekarang. Berfilsafat akan sangat merugikan jika dasar-dasar

keimanan kita lemah bahkan semakin memperlemah keimanan kita. Kecuali

berfilsafat untuk mencari jalan lain untuk beragama dengan tanpa merendahkan

dasar-dasar keislaman yang telah kuat.

Page 32: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

32

B. KESIMPULAN

Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan

suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah

ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala

sesuatu. Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan

pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala

sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun

dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi

apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).

Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang sistematis, kritis,

menyeluruh, mendasar, koheren dan juga bisa spekulatif. Kegiatan berpikir ini

memerlukan niat dan kehendak yang kuat, karena tidak semua orang bisa

berfilsafat.

Page 33: FILSAFAT DAN CABANG-CABANGNYA

33

DAFTAR PUSTAKA

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah Pendidikan Islam.

Terj.Hasan Langgung. Jakarta: Bulan Bintang.1979

Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat. Pengantar Kepada Dunia Filsafat. Teori

Pengetahuan. Metafisika. Teori Nilai. Jakarta: Bulan Bintang. 1973

Suriasumantri, Jujun S. (2005). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Popular.

Pustaka sinar harapan Jakarta

Stramel, James S. (1995). Cara Menulis Makalah Filsafat. Pustaka Pelajar :

Yogyakarta

Zuhairini,dkk. filsafat pendidikan islam.Jakarta:Bumi Aksara,1995.

Kattsoff, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Tiara Wacana : Yogykarta

Dikutip Oleh Porwantana, dkk. Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 1991

http://www.masbied.com/2009/12/23/pengertian-filsafat-cabang-cabang-filsafat-

filsafat-dan-agama/

Pengertian Filsafat, Batasan Filsafat, Cabang-Cabang dalam Filsafat, Tujuan

Fungsi dan Manfaat Filsafat dan Aliran-Aliran dalam Filsafat

http://armayant.blogspot.com/2012/10/filsafat-ibnu-sina.html