filsafat llmu

21
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kupu-kupu malam adalah sebutan untuk seorang pekerja seks komersial (PSK). Kupu- kupu malam ini adalah sebuah judul lagu dipopulerkan oleh penyanyi legendaris Titiek Puspa, lagu tersebut menceritakan kisah seorang pekerja seks komersial (PSK) yang mempertaruhkan hidupnya demi menyambung nyawa. Para "kupu-kupu malam" itu melakukannya dengan senyum meski sebenarnya hatinya menangis. Syair tersebut secara nyata dialami oleh Yesy (14), gadis yang berasal dari Cicalengka kabupaten Bandung. Wanita yang masih terbilang belia ini nekat menjual kegadisannya dikawasan prostitusi Bandung dijalan Saritem. Yesy yang ditemui salah satu media cetak, ia mengaku terpaksa bekerja didunia itu karena tuntutan ekonomi dan latar belakang keluarganya yang berantakan. Dia mengaku sudah ditinggalkan ibu kandungnya sejak berusia dua tahun. Ayahnya yang sedang sakit keras menjadi menjadi faktor pendukung mengokohkan niatnya untuk bekerja. Sebagai anak semata wayang, mau tidak mau Yesy harus bisa menghasilkan uang untuk membiayai pengobatan ayahnya. Selebihnya untuk isi perut dan keperluan hidupnya. Yesy mengaku baru beberapa hari bekerja sebagai PSK di Saritem. Dengan usianya itu, Yesy tergolong sebagai PSK termuda di lokalisasi itu. Yesy bekerja disana karena dia diajak oleh temannya bernama Rendy yang sudah cukup lama sebagau calo pemuas syahwat di Saritem.

Upload: deby-duwi-arizka

Post on 16-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Memahami alur pikir dalam memecahkan masalah, menelaah secara lebih mendalam akan terjadinya suatu fenomena

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat llmu

1

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kupu-kupu malam adalah sebutan untuk seorang pekerja seks komersial (PSK). Kupu- kupu malam ini adalah sebuah judul lagu dipopulerkan oleh penyanyi legendaris Titiek Puspa, lagu tersebut menceritakan kisah seorang pekerja seks komersial (PSK) yang mempertaruhkan hidupnya demi menyambung nyawa. Para "kupu-kupu malam" itu melakukannya dengan senyum meski sebenarnya hatinya menangis.

Syair tersebut secara nyata dialami oleh Yesy (14), gadis yang berasal dari Cicalengka kabupaten Bandung. Wanita yang masih terbilang belia ini nekat menjual kegadisannya dikawasan prostitusi Bandung dijalan Saritem. Yesy yang ditemui salah satu media cetak, ia mengaku terpaksa bekerja didunia itu karena tuntutan ekonomi dan latar belakang keluarganya yang berantakan. Dia mengaku sudah ditinggalkan ibu kandungnya sejak berusia dua tahun. Ayahnya yang sedang sakit keras menjadi menjadi faktor pendukung mengokohkan niatnya untuk bekerja. Sebagai anak semata wayang, mau tidak mau Yesy harus bisa menghasilkan uang untuk membiayai pengobatan ayahnya. Selebihnya untuk isi perut dan keperluan hidupnya.

Yesy mengaku baru beberapa hari bekerja sebagai PSK di Saritem. Dengan usianya itu, Yesy tergolong sebagai PSK termuda di lokalisasi itu. Yesy bekerja disana karena dia diajak oleh temannya bernama Rendy yang sudah cukup lama sebagau calo pemuas syahwat di Saritem.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kondisi keluarga gadis 14 tahun sehingga menjual keperawanannya?

2. Bagaimanakah kondisi lingkungan sekitar gadis 14 tahun itu sehingga dia menjual keperawanannya?

3. Apakah pendidikan moral dan agama berpengaruh terhadap keperawanan yang dijual?

Page 2: Filsafat llmu

2

I.3 Tujuan Umum

Menjelaskan keperawanan gadis 14 Tahun yang diJual di Saritem, Bandung.

I.4 Tujuan Khusus

Membuktikan bahwa keperawanan dijual karena beberapa faktor, yaitu:

1. Kondisi keluarga

2. Kondisi lingkungan sekitar

3. Pendidikan moral dan agama

I.5 Manfaat

1. Mengetahui berbagai faktor yang menyebabkan Gadis Berusia 14 tahun Menjual Keperawanannya.

2. Memberikan solusi untuk Gadis Berusia 14 tahun yang Menjual Keperawanannya.

Page 3: Filsafat llmu

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi di Saritem

Saritem adalah tempat lokalisasi yang berada di Bandung. Banyak

pekerja seks komersial yang berada di sana. Saritem sudah dibuka sejak

zaman penjajahan Jepang. Tempat pelacuran di Saritem memang dari

zaman Jepang juga sudah ada.

2.2. Gadis 14 Tahun Jual Kegadisan di Saritem

KOMPAS.

A

ANDUNG, KOMPAS.com — Masih ingatkah Anda dengan

sebuah lagu berjudul "Si Kupu-Kupu Malam" yang dipopulerkan oleh

penyanyi legendaris Titiek Puspa? Lagu itu menceritakan bagaimana kisah

seorang pekerja seks komersial (PSK) yang mempertaruhkan hidupnya

demi menyambung nyawa.

Para "kupu-kupu malam" itu melakukannya dengan senyum meski

sebenarnya hatinya menangis. Syair itu secara nyata dialami Yesy (14)—

Page 4: Filsafat llmu

4

bukan nama sebenarnya, gadis asal dari Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Wanita yang masih terbilang belia ini nekat menjual kegadisannya di

kawasan prostitusi Bandung di Jalan Saritem.

Yesy yang ditemui Kompas.com beberapa waktu lalu mengaku

terpaksa bekerja di dunia itu karena tuntutan ekonomi dan latar belakang

keluarganya yang berantakan. Dia mengaku sudah ditinggalkan ibu

kandungnya sejak berusia dua tahun. Ayahnya yang sedang sakit keras

menjadi menjadi faktor pendukung mengokohkan niatnya untuk bekerja.

"Intinya saya broken home. Sampai sekarang, saya tidak tahu yang mana

ibu saya, stres dengan semua masalah yang ada. Ayah saya juga sekarang

lagi sakit keras," keluh Yesy saat makan siang di salah satu warung tegal

di Jalan Saritem, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Bandung,

Jawa Barat. Sebagai anak semata wayang, mau tidak mau Yesy harus bisa

menghasilkan uang untuk membiayai pengobatan ayahnya. Selebihnya

untuk isi perut dan keperluan hidupnya. "Yang penting uang, zaman

sekarang susah kalau enggak pake uang, mau ngapain juga lancar kalau

dengan uang," ungkapnya. Ayah dari gadis belia yang seharusnya masih

duduk di bangku SLTP itu tidak tahu pekerjaan yang digeluti sang anak.

Laki-laki itu hanya tahu anak gadisnya bekerja dan mencari uang di Kota

Bandung. "Ya enggaklah, ayah saya tidak tahu kerjaan saya kayak gini,

gila aja kalau ayah saya tahu," jawabnya.

“Enggak tau sampai kapan saya di sini. Yang penting saya cari

uang....” – Yesy.

"Sebetulnya pekerjaan ini bukan keinginan saya. Enggak ada

sangkut pautnya sama pacar. Saya enggak suka pacaran, ngapain juga

pacaran, enggak menghasilkan uang," tegasnya.

Yesy mengaku baru beberapa hari bekerja sebagai PSK di Saritem.

Dengan usianya itu, Yesy tergolong sebagai PSK termuda di lokalisasi itu.

Berdasarkan pengakuannya, Yesy diajak oleh temannya bernama Rendy

yang sudah cukup lama menjadi calo pemuas syahwat di Saritem.

Page 5: Filsafat llmu

5

"Saya anak baru di sini, belum sampai seminggu. Saya diajak dan

ditawari kerja sama Aa Rendy. Awalnya saya enggak mau, tapi dipikir-

pikir pekerjaan ini cukup menolong untuk bisa bertahan hidup saya dan

keluarga," kata Yesy. Oleh majikannya, Yesy dihargai Rp 250.000 setiap

satu kali melayani lelaki hidung belang. "Tergantung kerjanya dan berapa

banderol kita. Besar kecil gaji pekerja tergantung seberapa banyak kita

main dengan tamu. Kata senior yang sudah lama kerja di sini, paling

sedikit Rp 7 juta sebulan pasti dapat," katanya.

Ketika ditanya sampai kapan mau bekerja seperti ini dan

bagaimana pendidikannya, Yesy menjawab, "Enggak bisa, saya sudah

keluar dari sekolah. Enggak tau sampai kapan saya di sini. Yang penting

saya cari uang."

2.3. PSK Belia Layani 5 Lelaki Semalam.

BANDUNG, KOMPAS.com — Luar biasa memang kondisi fisik

para pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Saritem, Bandung. Konon,

mereka sanggup melayani lima pelanggan setiap malamnya. Rata-rata

setiap tamu yang datang akan dilayani selama 60 menit.

"Hampir setiap malam saya melayani hingga lima orang tamu.

Kadang-kadang, tiga laki-laki kalau lagi sepi," kata Yesy (14)—bukan

nama sebenarnya, salah satu PSK termuda asal Cicalengka, Kabupaten

Bandung, dalam perbincangan dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.

Yesy mengaku dibanderol majikannya seharga Rp 250 ribu untuk

satu kali kencan. "Dari uang itu, nantinya dibagi tiga, pertama majikan

saya, kedua saya, dan ketiga calo, itu juga kalau tamunya diantar sama

calo," kata Yesy.

Yesy beserta para PSK lainnya mengaku senang saat akhir pekan

tiba. Menurutnya, pada saat itulah, para PSK bisa melayani tamu lebih

banyak dari hari-hari biasanya. "Kalau malam minggu, saya bisa melayani

tamu lebih banyak, lebih dari lima orang tamu. Otomatis penghasilan pun

meningkat berlipat-lipat," ujar Yesy.

Page 6: Filsafat llmu

6

Biasanya, setelah malam harinya bekerja, para PSK beramai-ramai

melakukan sarapan pagi sebelum beristirahat untuk persiapan tenaga di

malam selanjutnya.

Seperti yang telah diulas sebelumnya, Saritem merupakan salah

satu lokalisasi yang namanya terdengar hingga ke kota-kota lain, layaknya

Doly di Surabaya atau Sarkem (Pasar Kembang) di Yogyakarta. Lokasi

Saritem berada di Jalan Saritem, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan

Andir.

Menurut Yadin (76), yang mengaku mengetahui banyak tentang

sejarah Kota Bandung, Saritem sudah dibuka sejak zaman penjajahan

Jepang. "Tempat pelacuran di Saritem memang dari zaman Jepang juga

sudah ada," kata Yadin saat ditemui kediamannya.

Hal tersebut dibenarkan Ece (28), salah satu calo pekerja seks

komersial (PSK) Saritem yang juga sebagai warga di kawasan tersebut.

Sepengetahuannya, area prostitusi di Saritem sudah dibuka sejak 1942.

"Wah, sudah lama sekali, sejak saya belum lahir juga sudah mulai dibuka,"

kata Ece.

Konon, kata Ece, Saritem dijadikan lokalisasi bagi para serdadu

Jepang. Para PSK kala itu berjejer, dipajang dengan menggunakan kebaya

di setiap rumah. Kebanyakan PSK tersebut didatangkan dari desa-desa

dengan cara ditipu atau dipaksa meski ada pula yang menawarkan diri

secara terang-terangan. "Saritem dulu menjadi suguhan untuk kolonial

Jepang, kemungkinan orang Jepang sendiri yang mendirikan dan

mengelolanya," kata Ece.

Sejak saat itu hingga sekarang, area prostitusi Saritem tak pernah

sepi pengunjung. Selalu saja ada lelaki hidung belang yang "jajan" di sana.

Terlebih lagi jika hari libur panjang atau weekend, banyak sekali

kendaraan roda dua dan empat terparkir di area prostitusi yang bisa

dibilang terletak di tengah-tengah Kota Bandung ini.

"Setiap harinya, selalu saja ada yang datang, tak pernah sepi. Setiap

wanita bisa melayani tamu 2-3 laki-laki kalau lagi sepi. Khusus untuk hari

Page 7: Filsafat llmu

7

libur, yang datang banyak sekali. Wanita bisa melayani tamu 5 hingga

belasan kali per malam," katanya.

Dia menyebutkan, saat ini jumlah PSK di Saritem mencapai 625

orang di 52 rumah. Masing-masing rumah ditempati 6-9 orang PSK.

Kebanyakan PSK didatangkan dari Indramayu, 75 persennya berasal dari

kota tersebut. "Jumlah tersebut akan berubah, bahkan jadi bertambah. Kita

punya channel khusus untuk mendatangkan wanita-wanita yang akan

bekerja di sini," ujar Ece.

2.4. KERANGKA KONSEPTUAL

Page 8: Filsafat llmu

8

BAB III

PEMBAHASAN

Bagi sebagian orang, masa remaja adalah masa yang paling indah selama

hidup. Di masa itulah, emosi dan sifat-sifat masih labil. Dengan dikatakan sebagai

masa yang paling indah, remaja-remaja banyak yang melakukan berbagai cara

agar kehidupannya di masa itu benar-benar indah. Banyak hal yang dilakukan

para remaja, antar hal baik maupun hal buruk pun. Itulah yang dilakukan oleh

Yesy, gadis berusia 14 tahun. Ia menjual keperawanannya sendiri untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri. Gadis itu menjual keperawanannya di Saritem,

Bandung.

Saritem adalah lokalisasi yang terdapat di kota Kembang, Bandung. Di

Saritem, pekerja seks banyak yang melakukan prostitusi. Demikianlah kondisi di

Saritem yang membuat Yesy (bukan nama asli) menjual keperawanannya.

Di dalam sebuah tindakan negative seorang individu pasti memiliki

alasan kuat hingga tidak ada jalan lain untuk menghadapi masalah tersebut. Itulah

yang di alami Yesy, Yesy pasti memiliki alasan kuat mengapa ia memilih jalan

tersebut.

1. Kondisi keluarga

Kondisi keluarga yang berantakan, broken home membuat kondisi

psikis nya juga terganggu. Dia merasa sendiri dan tidak tahu tentang

kelanjutan hidupnya. Padahal dengan usia yang masih 14 tahun ia

membutuhkan peran orang tua untuk membimbingnya dalam berperilaku. Dia

juga membutuhkan seorang ibu yang mau mendengarkan curhatannya ketika

ia sedang sedih atau bingung dengan sekolahnya. Sosok ayah pun ia butuhkan

untuk melindunginya ketika ia pergi ke luar rumah, terutama waktu malam

hari. Namun kedua sosok yang ia butuhkan justru tidak ada bersamanya.

Ayahnya sedang sakit keras, sedangkan ibu aslinya pun ia tidak tahu siapa.

Selain itu, orang tua juga mempunyai kewajiban sebagai pemberi

nafkah anaknya, terutama ayah. Jika ayahnya sakit keras maka siapa yang

Page 9: Filsafat llmu

9

akan memberikan nafkah pada Yesy. Sehingga Yesy pun tidak bisa

menjalankan hidup layaknya remaja yang lain. Ibu juga berperan untuk

mengatur atau mengurusi serba-serbi kehidupan sehari-harinya, misalnya

menyiapkan makannya, menyiapkan bajunya, dan lain-lain. Jadi kondisi Yesy

disini seperti terjepit dalam masalah yang sangat berat untuk ukuran anak

remaja yang belum mengerti apa-apa.

Peran keluarga yang sebenarnya adalah komponen yang paling kecil

dan pelarian paling dekat ketika ia mendapatkan masalah tidak ia temukan. Ia

merasa kesepian di tengah keramaian, merasa bingung dengan hidupnya

sendiri. Kebingungan itulah yang membuatnya tidak memiliki jalan lain lagi.

Ia harus mengurusi kehidupannya sendiri. Ia harus mencari makan, mencuci

baju, dan berusaha untuk tetap bertahan hidup. Oleh karena itu ia

memutuskan untuk menjual keperawanannya, meskipun itu adalah hal yang

salah. Ia membutuhkan uang banyak dalam waktu yang singkat. Jadi

menurutnya menjual keperawanan adalah jalan keluar satu-satunya, karena

kondisinya sangat terjepit. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi,

karena tidak ada orang tua yang seharusnya ia mintai nasehat atau solusi

dalam setiap permasalahan yang ia hadapi.

2. Kondisi lingkungan

Ketika ia tidak mendapatkan kebahagiaan di rumah denagn

keluarganya, maka ia akan mencari kebahagiaan ke luar rumah. Ia akan

berusaha mencari kenyamanan dengan lingkungan sekitarnya, mencoba

mencari hal-hal lain yang tidak bisa ia dapatkan di rumah. Dalam kondisi ini

ia sedang berada dalam kondisi yang bimbang, gundah gulana dan tidak tahu

arah hidupnya selanjutnya. Jadi dalam kondisi ini ia bisa saja dibawa kemana

pun orang mau membawanya, yang penting ia mendapatkan tempat untuk

bercengkerama.

Kondisi lingkungan yang tidak baik juga ikut mempengaruhi perilaku

seseorang. Ketika terjadi masalah tersebut, tidak ada lingkungan yang mau

membantunya untuk menyelesaikan masalahnya tersebut Akibatnya, Yesy

mencari teman yang sembarangan. Dia sekedar berteman dengan siapa saja

Page 10: Filsafat llmu

10

yang mau menjadi tempat pelariannya. Sehingga dengan kondisi yang labil

seperti ini, Yesy diajak oleh orang yang salah ke jalan yang salah pula. Dia

dikenalkan kepada dunia yang seharusnya tidak diketahui oleh remaja

seumurannya. Namun karena lingkungan yang tidak baik ini Yesy jadi

terjerumus ke dunia gelap yang tentu saja tidak baik untuk dirinya.

Namun kenyataannnya ia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-

apa. Ia hanya bisa mengikuti seseorang yang sedang bersamanya, kemanapun

ia diajak. Sehingga tawaran yang diberikan oleh “germo” untuk menjadi salah

satu “kupu-kupu malam” ia terima. Ia merasa bahwa tawaran ini tidak ada

salahnya jika ia terima, karena kondisi Yesy memang sangat membutuhkan

tawaran yang menghasilkan uang banyak. Hingga pada akhirnya ia

memutuskan mengambil pekerjaan tersebut.

3. Pengaruh pengetahuan moral dan agama

Usia Yesy yang masih belia, membuat pengetahuan pendidikannya

rendah. Dia masih lulusan SD, dan pengetahuannya tentang keperawanan

masih bersifat tabu untuk gadis berusia 14 tahun. Pengetahuan agamanya juga

tergolong kurang, apalagi tentang pendidikan moral. Ditambah lagi Yesy

adalah anak korban broken home, sehingga tidak ada yang membekali ilmu

agama dan moral setiap harinya. Tidak ada yang menasehati dia tentang cara

berperilaku yang benar. Padahal keluarga adalah komponen pembelajaran

yang pertama dan utama. Disini anak seharusnya mendapatkan pendidikan

tentang pembentukan karakter, tentang moral yang seharusnya dijunjung

tinggi untuk mendasari seseorang dalam berperilaku. Yesy masih

membutuhkan banyak bimbingan untuk memilih mana yang baik dan mana

yang benar.

Pendidikan seharusnya menjadi hal yang utama dalam berperilaku,

karena pendidikan adalah pedoman untuk menentukan mana yang baik dan

mana yang benar. Tentu saja pendidikan agama adalah kunci dari pendidikan

itu sendiri, agama adalah pilar utama dalam kehidupan. Karena sebenarnya

hidup di dunia ini hanyalah untuk mencari ridho-Nya. Maka manusia

seharusnya berusaha untuk patuh terhadap Tuhannya, agar mendapatkan

Page 11: Filsafat llmu

11

ridho dari-Nya. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, jika seseorang

mempunyai landasan agama yang kuat maka hidupnya pun tidak akan diliputi

keraguan maupun kebimbangan.

Selain itu kehidupan manusia akan tentram, damai dan sejahtera jika

perilaku nya ditata dan diatur serapu mungkin, yaitu dengan adanya landasan

ataupun aturan. Di Indonesia ini aturan dalam berperilaku adalah moral.

Moral ini memang bukan merupakan aturan yang tertulis, namun bangsa

Indonesia meyakini bahwa dengan moral perilaku seseorang akan berjalan

dengan lebih teratur. Karena perilaku yang bermoral itu sendiri tidak akan

merugikan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya.

Namun, dalam kenyataanya Yesy tidak mendapatkan pendidikan yang

cukup mengenai moral maupun agama. Padahal untuk anak seusianya,

pendidikan ini penting untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang

benar. Kondisinya memaksa dirinya untuk memilih dan menyimpulkan

sendiri mana hal yang benar dan mana yang buruk, mana hal yang harus

dilakukan dan mana hal yang seharusnya tidak dilakukan. Tentu saja dengan

usianya yang masih belia Yesy banyak mengambil keputusan yang salah. Ia

melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Ia merasa bahwa hal

yang dilakukannya tidak ada salahnya, karena ia tidak pernah mendapatkan

pengetahuan tentang kebenaran yang sesungguhna. Dan karena ia sendiri

tidak pernah mengenal dan mengetahui tentang “dunia gelap” ini sebelumnya,

sehingga ia merasa biasa saja jika harus menjalani kehidupan di dunia seperti

itu. Dan lagi karena ia korban dari broken home, tidak ada yang melarangnya

melakukan hal yang salah semacam ini.

Ketiga penyebab di atas adalah penyebab timbulnya suatu perilaku. Jika

penyebab di atas berada dalam kondisi yang tidak baik ataupun kurang maka akan

memicu timbulnya perilaku menyimpang. Antara satu faktor dengan faktor yang

salin slaing mendukung. Perilaku yang timbul bisa sangat menyimpang jauh jika

ketiga faktor tersebut sama-sama buruk/kurang. Seperti kasus yang dialami Yesy,

kondisinya benar-benar tidak baik dan kurang.

Page 12: Filsafat llmu

12

Namun sebenarnya ketiga faktor tersebut juga dapat digunakan untuk

memperbaiki atau mengubah suatu perilaku menyimpang. Misalnya dengan

memperbaiki kondisi keluarga, suatu perilaku dapat sedikit di kendalikan yaitu

dengan peran orang tua yang mau menasehati atau memperhatikan perilaku

anaknya secara lebih rinci lagi. Jika perilakunya belum terlalu jauh menyimpang

maka suatu perilaku dapat di kendalikan menjadi lebih baik. Namun jika

perilakunya terlalu jauh menyimpang, maka ketiga faktor di atas harus saling

dibenahi. Jadi keluarga berusaha menasehati secara lebih intens dengan

pendidikan moral dan agama, lalu pergaulannya juga harus dikendalikan. Orang

tua harus cerdas memilihkan teman atau lingkungan yang baik kepada anaknya.

Jadi sebenarnya peran orang tua adalah yang paling utama yang mendasari

anaknya berperilaku. Orang tua sangat berpengaruh dalan kehidupan anaknya

sehari-hari. Orang tua wajib memperhatikan kehidupan anaknya setiap harinya,

dengan serinci-rincinya, namun dengan tetap memberikan privasi kepada anaknya

secukupnya. Lebih baik lagi jika orang tua bisa masuk kepada privasi anaknya,

dengan membuat anaknya nyaman jika bercerita dan bertukar pikiran dengan

anaknya. Cara ini diyakini lebih mudah untuk menasehati anak, karena anak akan

berusaha melakukan sesuatu dengan menunggu persetujuan orang tuanya.

Sehingga orang tua tidak sampai lepas kendali terhadap kehidupan anaknya.

Selama anak diberi pengertian yang benar maka anak akan tetap bisa mandiri

melakukan segala hal dengan benar namun tetap dengan pengawasan orang

tuanya. Sehingga orang tua dan anak pun bisa menjalankan kehidupan dengan

benar, tidak menyimpang dari norma-norma yang ada di masyarakat.

Page 13: Filsafat llmu

13

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah seorang gadis berusia 14 tahun

menjual keperawanannya karena berbagai faktor, yaitu: kondisi keluarga,

kondisi lingkungan, dan pendidikan moral dan agama. Faktor yang paling

berpengaruh adalah kondisi keluarga sang gadis, dimana sang gadis hidup

dikeluarga broken home, yang menyebabkan dia kekurangan kasih sayang

dari orang tua disaat dia sangat membutuhkannya. Sedangkan kedua faktor

lainnya sebagai akibat dari kondisi keluarga sang gadis.

4.2. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang

menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Makalah ini ditulis dengan

tujuan menambah pengetahuan pembaca dan penulis juga. Namun jika ada

kata-kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan pengetahuan anda, kami

mohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dan memperbaiki kekurangan serta kesalahan penulisan makalah ini agar

dalam penulisan selanjutnya makalah kami bisa lebih sempurna.

Terima kasih atas partisipasi anda dalam memberikan kritik dan

saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta

pembacanya.