makalah filsafat ilmu fix
DESCRIPTION
filsafat ilmuTRANSCRIPT
MAKALAH FILSAFAT ILMU
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu
Dr. Muhamad Nafik HR, S.E.,M.Si
Dr. Imron Mawardi, S.P.,M.Si
Drs. R. Moh. Qudsi Fauzi, M.M
Dr.Ari Prasetya, S.E.,M.Si
Oleh
Ayank Narita Dyatama 091514553013
Elsi Mersilia Hanesti 091514553018
Ahmad Munir Hamid 091514553014
Siti Nur Mahmudah 091514553005
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Periode Perkembangan Ilmu Pengetahuan 4
2.2 Zaman Pra Yunani Kuno 5
2.3 Zaman Yunani Kuno 5
2.4 Zaman Pertengahan 10
2.5 Zaman Pencerahan 16
2.6 Zaman Modern 20
2.7 Zaman Kontemporer 21
2.8 Perbedaan dan Kelebihan Setiap Periode 24
2.9 Keterkaitan Antar Periode 25
BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang kita terima saat ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba
dan tidak hadir langsung dalam bentuk selengkap yang kita dapatkan saat ini.
Ilmu pengetahuan ada sebagai akibat dari fitrah manusia untuk selalu berpikir,
mencari tahu sesuatu, dan berfilsafat. Sehingga dapat dikatakan, ilmu pengetahuan
ada sejak manusia lahir dan sejak itu pula manusia terus berkeinginan untuk
mencari tahu sesuatu.
Proses lahirnya ilmu pengetahuan tidak terjadi pada beberapa tahun saja,
melainkan membutuhkan waktu yang berabad-abad hingga akhirnya menjadi
sebuah ilmu pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh. Namun perlu diingat
pula bahwa suatu ilmu pengetahuan bersifat kontinu atau berkelanjutan secara
terus-menerus. Selama manusia terus berpikir, terus berfilsafat, maka suatu ilmu
pengetahuan juga akan terus berkembang dan selanjutnya terbentuk suatu ilmu
pengetahuan yang baru dan begitu pula seterusnya.
Satu ilmu pengetahuan bersifat tidak sempurna, melainkan saling
berkaitan antara ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang
lainnya dan akan terus mengalami pembaharuan seiring berjalannya waktu.
Sehingga dapat dikatakan, ilmu pengetahuan yang lengkap dan kompleks saat ini
merupakan hasil proses pembaharuan ilmu pengetahuan di masa lampau yang
terjadi secara terus-menerus. Begitu pula selanjutnya, ilmu pengetahuan saat ini
pasti akan mengalami proses pembaharuan, penyempurnaan, dan perbaikan-
perbaikan yang terjadi secara terus-menerus selama beberapa waktu ke depan. Hal
ini akan berkaitan pula dengan kualitas pola pikir manusia. Dari hasil
perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dilihat bagaimana kualitas pola pikir
manusia. Kualitas pola pikir manusia saat ini berbeda dengan kualitas pola pikir
manusia di masa lampau dan pasti berbeda pula dengan pola pikir manusia di
masa mendatang. Pola pikir manusia akan terus terasah dengan sikap-sikap kritis
1
yang dimiliknya. Pola pikir manusia yang terus terasah inilah yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan akan terus selalu mengalami pembaharuan
berupa pertentangan dan penyempurnaan. Untuk itu, perlu bagi kita untuk
mengetahui bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan dan secara
otomatis kita akan mengetahui bagaimana perkembangan pola pikir manusia dari
masa lampau hingga saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, adapan rumusan masalah yang diangkat
dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana tahap perkembangan ilmu pengetahuan?
2. Apa saja proses yang terjadi pada tiap-tiap masa perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan dari
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tahap perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui proses yang terjadi pada tiap-tiap masa perkembangan
ilmu pengetahuan tersebut.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Periode Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Periode perkembangan ilmu pengetahuan ditinjau dari dua hal, yaitu dari
segi kronologis dan dari segi geografis. Dari sisi kronologis, ilmu pengetahuan
dalam perkembangannya berlangsung secara bertahap-tahap dengan
membutuhkan kurun waktu tertentu (berabad-abad). Sedangkan, dari sisi
geografis artinya, bahwa ilmu pengetahuan dalam perkembangannya tidak hanya
terjadi di satu negara atau wilayah tertentu saja, tetapi beberapa negara
berkontribusi ata perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dan saling berkaitan.
Pembahasan pada makalah ini akan menjelaskan proses perkembangan ilmu
pengetahuan dari segi kronologis. Adapun tahap-tahap perkembangan ilmu
pengetahuan ditinjau dari sisi kronologis, yaitu:
3
2.2 Zaman Pra Yunani Kuno (Abad ke 15 SM – 7 SM)
Zaman ini dapat dikatakan sebagai masa awal manusia hidup di bumi.
Belum banyak hal yang bisa dilakukan pada manusia pada zaman ini. Begitu pula
dengan pola pikir manusia, belum banyak yang terpikirkan oleh manusia yang
hidup di zaman ini, sehingga belum ada ilmu pengetahuan yang jelas yang terlahir
pada zaman ini (ilmu pengetahuan masih bersifat abstrak). Satu hal yang
terpikirkan oleh manusia pada zaman ini bagaimana cara untuk bisa bertahan
hidup. Rizal (1996) dalam Surajiyo 2015 menyebutkan kemampuan dan pola pikir
yang dimiliki oleh manusia pada zaman ini antara lain:
a. Menggunakan pengalaman sebagai pedoman hidup sehari-hari.
b. Pola pikir manusia zaman ini adalah receptive mind, artinya manusia
menerima begitu saja pengalaman dan fakta-fakta yang terjadi, belum ada
pemikiran secara kritis seperti mengapa hal ini bisa terjadi. Selain itu,
pengetahuan atau pengalaman yang ia terima masih bersifat dihubungkan
dengan kekuatan magis.
c. Selanjutnya, manusia pada zaman ini mulai mecoba hal-hal baru, seperti
mencoba untuk menulis dan berhitung, sehingga pada zaman ini mulai
ditemukan abjad-abjad dan sistem bilangan alam yang masih bersifat
abstrak.
d. Kemampuan menyusun kalender yang didasarkan pada percobaan
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar pengalaman
(peristiwa-peristiwa sebelumnya).
2.3 Zaman Yunani Kuno (Abad ke 7 SM – 6 M)
Pada zaman ini, tiap orang mulai berpikir untuk lebih kritis daripada nenek
moyang sebelumnya. Manusia tidak lagi mudah percaya dengan pengalaman dan
mitologi-mitologi atau magis. Ada pergejolakkan antara mitos-mitos yang
dipercayainya selama ini dengan pikiran mereka. Mereka mulai tergugah untuk
mencoba mencari tahu sesuatu secara lebih mendalam, lebih riil, lebih nyata, dan
4
sesuatu yang dapat dilihat (badaniah), bukan sekadar mitos atau pengalaman yang
dipercayai oleh nenek moyang mereka sebelumnya.
Setiap orang mulai memiliki kebebasan untuk berpikir, mencari tahu
sesuatu, dan mengungkapkan ide-idenya atau pendapatnya. Manusia tidak lagi
bersikap receptive attitude (sikap mudah menerima begitu saja), melainkan
bersikap inquiring attitude, yaitu sikap tergugah utuk mencari tahu sesuatu secara
kritis dan mendalam. Teknik berfilsafat mulai digunakan. Sehingga tidak heran
jika pada zaman ini mulai terciptalah ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan modern
dan mulai munculnya para filsuf pertama.
Ilmu pengetahuan yang tercipta pada zaman ini masih bersifat mengenai
alam, sehingga dapat dikatakan para filsuf saat itu merupakan para filsuf alam.
Pernyataan-pernyataan para filsuf tersebut lebih banyak mengarah pada gejala-
gejala alam. Pemikiran mengenai gejala alam secara kritis atau filsafati, bukan
keagamaan atau mitologi. Dari pemikiran para filsuf pertama ini, terdapat
kesamaan pola pikir bahwa mereka sama-sama mencari dan mengkaji asas
pertama (arkhe), sesuatu yang mutlak yang merupakan awal mula terbentuknya
segala sesuatu yang ada saat ini (Hadiwijono, 1980). Mereka mencari satu hal
yang hakiki tersebut, suatu dasar yang ada di belakang segala gejala. Berikut
adalah para filsuf di zaman Yunani kuno beserta pemikirannya (Hadiwijono,
1980):
a. Thales (625-545 SM), digolongkan sebagai “tujuh orang bijak” kala itu,
berasal dari Miletos dan akrif dalam politik dan sebagai penasehat raja.
Kala itu, Thales pernah meramalkan bahwa akan adanya gerhana matahari
dan ternyata memang terjadi pada tahun 585 SM. Thales menyatakan
bahwa sumber dari segala sesuatu di bumi ini atau asas pertama dari
terbentuknya alam semesta beserta keseluruhannya adalah air. Air dapat
diamati dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti dalam bentuk
cairan, benda halus (uap), dan benda keras (es) dan terdapat di segala
benda, yaitu ada pada makanan maupun pada batu padas sekalipun.
b. Anaximandros (610-540 SM), membantah teori Thales. Menurut dia air
bukanlah asas pertama karena seharusnya asas pertama terdapat dimana
5
saja, termasuk pada hal yang kering dan pada hal yang bersifat sebagai
lawannya, yaitu api. Anaximandros mengungkapkan bahwa asas pertama
di muka bumi ini adalah sesuatu yang tidak terbatas (to apeiron). Segala
sesuatu yang ada di muka bumi ini merupakan to apeiron yang bercerai-
berai, sehingga terbentuklah segala sesuatu yang bersifat panas dan dingin,
kaering dan basah, dan hal-hal lain yang berlawanan. Anaximandros
mengatakan bahwa hal-hal yang berlawanan tersebut tidak dapat bersatu
dan adanya hukum keseimbangan yang berbunyi bahwa saat ada satu hal
yang dominan, maka lawannya tersebut pasti akan mengusahakan sesuatu
agar derajatnya sama dengan yang dominan tersebut, sehingga
keseimbangan kembali seperti semula.
c. Anaximenes (538-480 SM), mengatakan bahwa tidaklah mungkin sesuatu
yang tak terbatas (ti apeiron) dapat menjadi asas pertama dari seluruh
alam semesta dengan segala isinya. Baginya asas pertama dari segala
sesuatu adalah hawa atau udara. Udara yang menjadikan manusia dapat
bertahan hidup dengan cara bernapas. Demikian juga selanjutnya, hawa
atau udara yang mempersatukan segala sesuatu di dalam jagat raya. Hawa
atau udaralah yang melahirkan segala benda di dalam jagat raya. Udara
yang memadat akan melahirkan angin, air, tanah, dan batu. Udara yang
mengencer atau mencair melahirkan api.
d. Pythagoras (580-500 SM), merupakan tokoh yang memiliki ajaran
rahasia yang disampaikan secara lisan, tidak dalam buku. Ada 2 ajaran
Pythagoras yang sangat berpengaruh, yaitu: suatu kepercayaan bahwa jiwa
tidak dapat mati dan mempelajari ilmu pasti. Dia mengatakan bahwa jiwa
adalah sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak bersajad dan tidak dapat
mati. Sehingga jiwa yang terdapat di dalam tubuh adalah suatu hukuman
dan perlu adanya sebuah penyucian pada diri seseorang agar jiwanya dapat
terbebas dari dalam tubuh tersebut dan hidup bahagia setelah kematian.
Penyucian tersebut dilakukan dengan melakukan pantangan-pantangan
terhadap makanan tertentu. Namun bila penyuciannya kurang, maka
jiwanya akan berpindah ke kehidupan yang lain sesuai dengan
6
keadaannya, misalnya berpindah dalam bentuk tumbuhan, hewan, atau ke
manusia yang lain. Ajaran yang kedua yaitu dia mengatakan bahwa asas
pertama segala sesuatu adalah bilangan. Bilanganlah yang dapat
mewujudkan satu kesatuan. Asas-asas bilangan terdapat pada segala
sesuatu. Asas-asas bilangan tersebut adalah genap-ganjil dan terbatas-tidak
terbatas. Bilangan-bilangan yang berlawanan tersebutlah yang membentuk
suatu keharmonisan dan keselarasan.
Selanjutnya, seiring berjalannya waktu pada zaman ini, lahirlah para filsuf
yang tidak hanya mengarahkan perhatian mereka pada alam saja, namun mulai
lahir pula para filsuf dengan sasaran berfilsafat mereka adalah manusia. Beberapa
filsuf beserta pemikirannya (Hadiwijono, 1980: 16), antara lain:
a. Sokrates (469-399 SM) merupakan seorang dialektika dimana dalam
pengajarannya dialog memegang peranan penting. Sokrates menemukan
suatu cara berpikir yang disebut induksi, yaitu menyimpulkan ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak
pengetahuan yang sifatnya khusus, sehingga terciptalah definisi umum
yang penting sekali arti dan peranannya dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Cara yang digunakan Sokrates adalah dengan melakukan
dialog (memberikan banyak pertanyaan) ke banyak orang dengan berbagai
macam latar belakang, baik keluarga maupun pekerjaan untuk
mendapatkan banyak jawaban yang sifatnya tentu saja khusus sesuai
dengan latar belakang yang berbeda-beda tersebut. Selanjutnya dari
banyak jawaban khusus tersebut, Sokrates menarik sebuah kesimpulan
yang sifatnya umum. Definisi umum yang mulai diciptakan oleh Sokrates,
misalnya arti umum tentang keadilan, kebenaran, persahabatan, dan lain-
lain. Selanjutnya, Sokrates juga mendefinisikan lebih mendalam mengenai
jiwa manusia, yaitu sebagai sebuah inti dan hakikat dari manusia itu
sendiri sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Bahwa di dalam diri
setiap manusia harus memikirkan kebahagiaan dan kebajikan jiwanya.
Dari sinilah Sokrates mendapatkan kesimpulan mengenai orang jahat dan
orang baik.
7
b. Plato (427-347 SM) adalah salah satu dari murid Sokrates. Dalam
ajarannya, Palto melanjutkan ajaran Sokrates, yaitu menyatakan bahwa
tujuan hidup manusia adalah berbuat baik dan menggunakan metode yang
sama dengan Sokrates, yaitu dialektika. Ajaran Plato sebenarnya
merupakan jawaban atas masalah yang terjadi di antara ajaran para filsuf
sebelumnya, yaitu ajaran Herakleitos dan Parmenides yang saling
berlawanan. Herakleitos menyatakan bahwa di dunia ini segala sesuatu
pasti mengalami perubahan atau pergerakan dalam tiap aspek kehidupan.
Sebaliknya, Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini sifatnya tetap dan kekal dari dahulu hingga saat ini. Disinilah
Plato mulai memikirkan pertentangan ini. Plato berpikiran bahwa tidak
mungkin seandainya mengakui kebenaran yang satu dengan menolak atau
melepas atau membuang yang lain. Menurut Plato, tidak mungkin di dunia
ini hanya bersifat selalu berubah saja ataupun tetap selamanya saja. Plato
menawarkan sebuah pemecahan, yaitu bahwa segala sesuatu yang bersifat
berubah dikenal sebagai pengamatan dan segala sesuatu yang bersifat tetap
atau tidak berubah dikenal sebagai akal atau idea.
c. Aristoteles (384-322 SM) mengajarkan teori yang berlawanan dengan
ajaran Plato. Menurut Plato, idea adalah pola segala sesuatu yang
tempatnya di luar dunia ini, yang berdiri sendiri, lepas dari benda kongkrit.
Sedangkan, Aristoteles adalah asas yang berada di dalam benda yang
kongkrit yang secara sempurna menentukan jenis suatu benda itu yang
menjadikan benda yang kongkrit tersebut dikatakan sebagai yang
diinginkan. Aristoteles mengenalkan cara berpikir secara logika,
silogisme, dan fisika-metafisika. Selain itu, Aristoteles juga mengajarkan
dua pengenalan, yaitu: pengenalan inderawi dan pengenalan rasional.
Pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang bentuk benda tanpa
materi (satu aspek saja). Pengenalan rasional berkaitan dengan rasioa yang
ada pada manusia, tidak terbatas aktivitasnya, berkaitan dengan hakikat
sesuatu, jenis sesuatu. Pengenalan rasional inilah yang memimpin kepada
ilmu pengetahuan, yaitu pengajaran tentang hal-hal yang kongkrit.
8
2.4 Zaman Pertengahan (6 M – 15 M)
Setelah masa Yunani Kuno berakhir, maka dilanjutkan dengan masa
pertengahan (middle ages) yang ditandai dengan tampilnya para teolog di
lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada asa tersebut hamper semuanya
theology. Paling tidak masa ini dapat digambarkan melalui empat klasifikas yaitu
zaman patristi, zaman awal skolastik, zaman keemasan skolastik dan zaman akhir
abad pertengahan. Oleh karena itu, aktifitas ilmiah terkait juga dengan atifitas
keagamaan. Agama dijadikan sebagai justifikasi dari Ilmu Pengetahuan.
(Suryadilaga, 2013).
2.4.1 Zaman Patristik
Patristik dari kata latin “patres” yaitu Bapa-Bapa Gereja kemudian
dipilahkan atas Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik
Barat). Ajaran filsafat teologi dari Bapa-bapa gereja menunjukkan pengaruh
Plastino. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran
kristiani terhadap tuduhan dari pemikir kafir (Adib, 2011).
Masa Patristik, para ahli pikir bergam pemikirannya : ada yang menolak
filsafah Yunani dan ada yang menerimanya. Yang menolak adalah karena mereka
sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu Firman Tuhan dan tidak dibenarkan
mencari kebenaran lain seperti filsafat Yunani. Sedang yang meneria
beranggapan bahwa walau telah ada sumber kebenaran, tetapi tidak ada salahnya
menggunakan filsafat Yunani, yang diambil tata cara berpikirnya (Adib 201).
Menurut Wiramirhadja (2009) dalam masyarakat luas, terdapat pula pemikiran
filosof yang disebut sebagai kebudayaan kafir. Jadi, ketika itu terdapat dua
pendirian yang berlainan, yaitu yang berdasarkan agama Kristen dan berdsarkan
filsafat Yunani. Pandangan pemikir agama pun terbagi menjdai tiga dalam
menanggapi filsafat ini.
Pandangan bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud dalam Yesus
Kristus, seharusnya tidak ada lagi pemikiran filsofis. Dengan demikian, pemikiran
9
filosofis tidak akui. Kedua pandangan yang berusaha menengahinya dengan
menyintesiskan kedua pemikiran tersebut. Ketiga pandangan yang justru
mneyatakan bahwa filsafat Yunani merupakan langkah awal menuju agama
(preparatio evengelica). Jadi harus diterima dan dikembangkan.
Beberapa nama perlu ditampilkan dalam uraian ini, yaitu Yustinus Martyr,
Clemens (150 M – 210 M) dan Origenes (185 – 254 M). Martyr adalah pemikir
yang sejak semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat, dan ketika masuk
agama kristen, ia masih mneyebut dirinya filosof. Ia menulis dua buku tentang
pembelaan hak agama kristen. Clemens dan Origenes berasal dari Alexandria,
kota pusat intelektual pada akhir zaman kuno, merancang suatu teologi yang
tersusun secara ilmiah berdasarkan filsafat Yunani, khususnya Platonisme dan
Stoisme (Wiramirhadja, 2009).
Zaman keemasan Patristik, meliputi Yunani ataupun Latin yang muncul
pada masa yang kurang lebih sama. Di Yunani, zaman keemasan terbanguun
setelah Kaisar Constatinus Agung mengeluarkan “Edik Milano” yang melindungi
warganya dalam dan untuk menganut agama Kristen. Sebelumnya gereja Kristen
mengalami penindasan dibawah penguasa Romawi yang menjajahnya. Tiga
Bapak Gereja yang penting untuk disebut mewakili kehidupan pemikiran masa
ini, adalah Gregorius dari Nanziana (330-390), Basilius (330-379) dan adiknya
Gregorius dari Nyssa (335 – 394). Mereka membangun sintesis dari agama
Kristen dan kebudayaan Helenitas. Diantara ketiga orang tersebut yang paling
menonjol adalah Gregorious dari Nyssa.pada dasarnya mereka menggunakan
neoplatoisme yang merendahkan materi. Pada abab ke 8 Zaman Patristik Yunani
berakhir, dengan Johannes Damascenus sebagai raja yang menulis suatu karya
berjudul “Sumber Pengetahuan”. Karyanya tersebut secara sistematis
menggambarkan seluaruh sejarah filsafat pada masa Patritik Yunani sebanyak tiga
jilid (Wiramirhadja, 2009).
Pada abad ke-4, Zaman keemasan Pratistik Latin terjadi. Nama besar dari
jajaran Bapak Gereja Barat adalah Augustinus (354 – 430) yang dinilai menjadi
pemikir terbesar untuk seluruh Zman Pratistik. Adapun kekuatan dan kelemahan
pemikiran Augustinus terletak pada pemikirannya. Tulisannya merupakan
10
penghayatan rohani pribadinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang
mengatakan bahwa filsafat itu otonom, lepas dari iman kritiani. Meurutnya,
filsafat hanya dapat dipahami sebagai “filsafat kritiani” atau “kebijaksanaan
kristiani”. Dalam filsafat, ia jga tergolong pengikut neoplatonisme, bahkan
platonisme juga. Pemikiran lain yang mempengaruhinya adalah stoisme. Terdapat
beberapa hal penting untuk dipahami dari pemikiran Augustinus, yaitu :
Wiramirhadja (2009)
a. Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat
penerangan dari rasio Ilahi. Allah adalah guru tinggal dalam batin kita dan
menerangi roh manusia.
b. Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang, tetapi bergantung kepada
Allah. Mula-mula Allah menciptakan materi yang tidak mempunyai
bentuk tertentu, tetapi mengandung matrei yang tidak mempunyai bentuk
tertentu, tetapi mengandung benih (rationes seminales) berupa prinsip bagi
perkembangan jasmani. Prinsip perkembangannya berbeda dengan evolusi
Darwin karena tidak mengandung mutasi jenis. Meurutnya, didalam benih
segala hal telah ada, seperti sesudah telor akan lahir ayam. Suatu masalah
tidak akan mencapai jalan buntu apabila berdasarkan akidah
c. Manusia, jiwanya terkurung tubuh. Menurut Augustinus sebagaiman
dipengaruhi Platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato
tubuh bukan seumber kejahatan, sumber kejahatan adalah dosa yang
berasal dari kehendak bebas.
2.4.2 Zaman Awal Skolastik
Zaman ini ditandai dengan terjadinya migrasi penduduk, yaitu
perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bagsa Jerman berpindah
melintasi perbatasan kakisaran Rowami yang secara politik mengalami
kemerosotan. Akibat situasi yang ricuh, tidka banyak pemikiran filasafati yang
patut dikemukakan pada masa ini. namun ada beberapa tokoh dan situasi penting
yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat pada masa ini (Wiramirhadja,
2009):
11
a. Ahli pikir Boethius (480 – 524 M), dalam usianya yang ke-44 tahun, ia
dikenai hukuman mati dengan tuduhan berkompol. Ia dianggap sebagai
filosofi akhir Rowami dan filsof pertama Skolastik. Jasanya adalah
menerjemahkan logika Aristoteles kedalam bahasa Latin dan mneulis
beberapa traklat logika Aristoteles. Boethus adalah guru logika Abad
Pertengahan dan mengarang beberapa traklat teologi yang dipelajari
sepanjang Abad Pertengahan
b. Kaisar Karel Agung yang memerintah pada awal abad ke-9 dan berhasil
emncapai stabilitas politik yang besar. Hal ini menyebabkan
perkembangan pemikiran kultural berjalan pesat. Lembaga pendidikan
yang dibangunnya terdiri dari 3 jenis, yaitu pendidikan yang digabungkan
dengan biara, pendidikan yang ditanggung keuskupan, dan pendidikan
yang dibangun raja atau kerabat pekerjaan. Meskipun demikian, seluruh
pemikiran Abad Pertengahan berada dalam naungan teologi. Seperti
dikatakan Thomas Aquinas pada abad ke-13, ilmu pengetahuan adalah
pembantu teologi. Pemikirannya merupakan kelanjutan dari pemikiran
Augustinus
c. Eriugene (810 – 877) bekerja di sekolah lingkungan istana Karel Agung.
Ia berjasa dalam menerjemahkan karya Pseudo – Dionysios kedalam
bahasa Latin sehingga menjadi referensi bagi dunia pemikiran abad-abad
selanjutnya. Berdasarkan neoplatonisme, ia membangun sintesis teologis.
Akan tetapi karena agak sulit dicerna, pemikirannya tidak dilanjutkan
orang.
d. Anselnus (1033 – 1109) memimpin biara di Normandi, Perancis dan
uskup Agung di cantebuty, Inggris. Ia meluruskan perkataan Augustinus
dengan mengatakan “Saya percaya supaya saya mengerti”. Ia terkenal
terutama karena argumentasinya, bahwa Allah itu benar-benar ada. Ada
tiga langkah pembuktian filasafatinya. Pertama, Allah itu Maha Besar
sehingga tidak terpikirkan oleh sesuatu yang lebih besar. Ekdua, hal yang
terbesartentulah berada dalam kenyataan, karena apa yang hanya ada
12
dalam pikiran tidak mungkin lebih besar. Ketiga, Allah tidak hanya berada
dalam pemikiran, tetapi juga ada dalam kenyataan.
e. Abelardus (1109 – 1142) berjasa dalam bidang logika dan etika. Ia telah
memberikan sumbangan terhadap penyelesaian masalah yang ramai
dibicarakan dalam kalangan Skolastik, aialah masalah “universalia”.
Universalia menyangkut konsep-konsep umum yang menentukan kodrat
dan kedudukan konsep-konsep tersebut. Dalam hal ini, terdapat dua
pendirian, yaitu realisme atau sering disebut ultra-realisme dengan
tokohnya Gulielmus yang membiacarakan masalah “kemanusiaan”.
Selanjutnya, nominalisme, dengan tokohnya Roscelinius. Ia berpendapat
bahwa selain indivisu-individu, tidka ada sesuatu yang nyata. Konsep-
konsep umum menurut nominalisme hanya bunyi.
f. Cara mengajar yang teridiri dari dua jenis yaitu cara kuliah yang
diberikan seorang mahaguru dan cara diskusi yang dipimpin seorang
mahaguru. Suatu topik dibahas secara sistematis dengan menampung
semua argumen pro dan kontra. Dalam pelaksanaanya, baik kuliah
maupun diskusi dibuatkan buku pegangan yang arinya pendapat-pendapat.
Dari sententiae kemudian dibuat buku pegangan lain yang disebut Summa
yang artinya ikhtisar
2.4.3 Zaman Keemasan Skolastik
Zaman keemasan skolatik terjadi pada abad ke-13. Pada abad ini dibangun
sintesis filosofis penting dan berkaitan dengan tiga hal yaitu : Wiramirhadja
(2009)
a. Didirikannya universitas-universitas pada tahun 1200. Sekolah-sekolah di
Paris secara bersama-sama membangun universitas yang meliputi
keselut=ruhan guru dan mahasiswa. Sejak abad ke-9 di seluruh Eropa
Barat didirikan sekolah, setelah akademia ditutup pada abad ke-2. Di paris
sekolah-sekolah itu merupakan terbanyak. Sekolah ini merupakan
universitas pertama didunia dan yang mula-mula bekerja bekerja sama
13
antar sekolah di Paris. Pada Abad Petengahan, umumnya universitas
terdiri atas empat fakultas yaitu kedokteran, hukum, sastra dan teologi.
b. Ordo-ordo membiara baru, merupkaan faktor kedua yang mempengaruhi
perkembangan hidup intelektual. Dua ordo yang terkenal adalah ordo
fransiskan yang didirikan Fransiskus pada 1209 dan ordo dominikan yang
didirikan Dominiskus pada tahun 1215.
c. Penemuan karya filsafat Yunani, terutama karya Aristoteles. Penemuan ini
merupakan faktor penting dala perkebangan intelektual. Ajaran Aristoteles
masuk kedunia barat, baik secara langsung mapupun tidak langsung.
Secara tidak langsung ajaran ini masuk melalui Arab dengan tokoh-
tokohnya Ibn Sina (980- 1037), Ibn Rushd (1126 – 1198) serta bebrapa
filosof Yahudi. Sedangkan secara tidak langsung ajaran ini masuk melalui
Sisilia.
2.4.4 Masa Akhir Abad Petengahan
Pada akhir abad XIV terjadi sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran
yang menyintesiskan filasafati dan teologi yang semakin menyimpang dari
pendapat Aristoteles. Dua tokoh yang berjasa dalam mempersiapkan ilmu
pengetahuan dam modern, ialah Johannes Buradanus (1298 – 1359) di Paris dan
Thomas Bradwardine (1300 – 1349) di Oxford. Dalam filsafat, perkembangan
tampil dalam bentuk “jalan modern” yang dipertenyangkan dengan “jalan kuno”
(Wiramirhadja, 2009).
“Jalan kuno” adalah madzhab-madzhab skolasti tradisional, terutama
thimisme dan scotisme, neoplatonisme, aristotelisme moderat, dan albertisme.
“Jalan baru” didasari pemikiran Gulielmus (1285 – 1349) dari Inggris yang
menjadi anggota ordo fransiskan. Pendapat-pendapatnya sering bertentangan
dengan gereja, terutama Paus di Vatikan. Terjadilah perytengkaran yang
menyebabkan ia lebih memperhatikan masalah-masalah logika, meskipun masih
menulis komentar atas Sententiae (Wiramirhadja, 2009).
Pikiran-pikiran Gulielmus lebih terkenal dengan naman Okcham, nama
kota kelahirannya. Pemikrannya cenderung pada empirisme. Ia ,enolak
14
individuasi, tetapi lebih cenderung pada individual. Bentuk pengenalan paling
sempurna adalah bersifat indrawi, lebih langsung. Oleh karen aitu penegnalan
indrawi harus dianggap intuitif, dibedakan dengan pengenalan abstrak.
Pengenalan intelektual yang abstrak mempunyai konsep-konsep umum sebagai
objeknya. Okcham mempunyai pendirian ekstrim menngenai hal ini yang biasnya
disebut terminisme dan nominalisme. Menurutnya manusia tidak mengenal
kodrat, sementara konsep “kemanusiaan” sama sekali tidak dimiliki siapapun.
Okcham menekankan bahwa konsep merupakan suatu “tanda wajar” sedangkan
term atau istilah yang menjelma konsep dalam bahasa bersifat konvensional
sehingga dapat berlainan (Wiramirhadja, 2009).
Filsafat Abad Pertengahan diawali Boethius dan diakhiri oleh Nicolaus
Cusanus (1401 – 1464). Nicolaus Cusanus membedakan tiga macam pengenalan,
ialah panca indra, rasio, dan intusisi. Pengenalan indrawi kurang sempurna. Rasio
embentuk konsep berdasarkan pengenalan indrawi dan aktivitasnya dikuasai
prinsip nonkontradiksi. Diakuui bahwa kita tidak megetahui apa-apa. Dengan
intuisi, manusi dapat mencapai segala sesuatu yang tidk terhingga. Allah
merupaka ojek intuisi manusia.
2.5 Zaman Pencerahan (14 M – 17 M)
Menurut Wiramirhadja (2009) pengetahuan yang luas menjadikan
Nicolaus bukan saja sebagai ekponen Abad Pertengahan, emlainkan pecinta
eksperimen yang membawanya kepada pemikiran ilmu masa miodern. Meskipun
demikian perlu diperhatikan suatu masa yang relatif singkat yang membatasi
Abad Pertengahan dan Modern yaitu Abad Pencerahan atau Aufklaerun yang
merupakan masa peralihan dari Abad Pertengahan dan Modrn. Perlu ditegaskan
bahwa pemikiran Abad Pertengahan berdasarkan payung agama, sedangkan abad
modern oleh payung ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan argumentasi filsafat
semata-mata mengandalkan logika, sedangkan ilmu pengetahuan menekankan
perlunya eksperimentasi.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang
bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
15
didasarkan atas campur tangan ilahi. (Surajiyo, 2015). Pada zaman ini manusia
Barat mulai berpikir baru dan mulai melepaskan diri dari otoritas kekuasaan
gereja yang selama ini membelenggu kebebasan dan mengemukakan kebenaran
filsafat dan ilmu. Zaman ini merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan
ilmu. Pada zaman ini banyak ditemukan ilmu-ilmu baru, diantaranya penemuan
percetakan, penemuan benua baru oleh Colombus, kelahiran sastra di Inggris,
Perancis, dan Spanyol dan penemuan ilmu perbintangan oleh Copernicus dan
Galileo (Andriyani & Indah, 2013).
Ciri utama renaissance yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme,
empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil
empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanism.
Pada masa kebangkitan ini, mulai bermunculan ilmuwan-ilmuwan baru. Mereka
telah menemukan teori atau konsep baru yang menjadi sejarah dalam
perkembangan ilmu.
a. Niklas Koppernigk atau Nicolaus Copernicus (1473 M - 1543 M)
adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang
berkebangsaan Polandia. Ia mengembangkan teori heliosentrisme
(berpusat di matahari). Teorinya tentang matahari sebagai pusat Tata
Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang
menempatkan Bumi di pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu
penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik mula
fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini
menimbulkan revolusi ilmiah). Karya terobosannya berjudul On the
Revolutions of the Heavenly Spheres (Mengenai perputaran Bola-Bola
Langit), yang diterbitkan pada tahun 1543 M.
b. Galileo Galilei (1564 M - 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf, dan
fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.
Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan
teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi
seperti menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan
Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo sopra i
16
due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence
pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove
scienze diterbitkan di Leiden pada 1638. Galileo juga sempat mengamati
planet Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet.
Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang
yang redup.
c. Tycho Brahe (1546 M - 1601 M) adalah seorang bangsawan Denmark
yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Ia memiliki
sebuah observatorium yang dinamai Uraniborg, di Pulau Hven. Tycho
adalah astronom pengamat paling menonjol di zaman pra-teleskop.
Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi
pada zaman itu. Untuk penerbitan karyanya, Tycho memiliki mesin cetak
dan pabrik kertas. Asistennya yang paling terkenal adalah Johannes
Kepler.
d. Johannes Kepler (1571 M - 1630 M), seorang tokoh penting dalam
revolusi ilmiah, ia adalah seorang astronom Jerman, matematikawan dan
astrolog. Ia paling dikenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler
sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika, tetapi juga di
bidang optik dan astronomi. Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya
tertuang dalam buku Supplement to Witelo, Expounding the Optical Part
of Astronomy (Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik dari
Astronomi). Buku Kepler itu adalah tonggak sejarah di bidang optik. Ia
adalah orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata. Kepler mengerti
bahwa matahari bukan sekadar pusat dari tata surya. Matahari juga
berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan
mempengaruhi gerakan planet-planet. Bagi Kepler, semua planet adalah
benda-benda fisik yang dengan harmonis diaturoleh serangkaian hukum
yang beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti berlaku
juga atas semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet
mengitari matahari dalam orbit elips pada kecepatan yang bervariasi sesuai
dengan jaraknya dari matahari. Karya Kapler yang lain berupa buku
17
Mysterium cosmographicum (Misteri Kosmmografis), Astronomiae Pars
Optica (Bagian Optik dari Astronomi), De Stella nova in pede Serpentarii
(Tentang Bintang Baru di Kaki Ophiuchus), Astronomia nova (Astronomi
Baru), Dioptrice (Dioptre), Epitome astronomiae Copernicanae
(diterbitkan dalam tiga bagian dari 1618-1621), Harmonice Mundi
(Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel Rudolphine),
dan Somnium (Mimpi).
e. Roger Bacon (1214 – 1294), Roger Bacon berpendapat bahwa
pengalaman (empirik) menjadi landasan utama di awal dan ujian akhir
bagi semua ilmu pengetahuan. Sekalipun Roger Bacon menganjurkan
pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan namun ia sendiri tidak
meninggalkan tulisan atau karya yang cukup berarti bagi ilmu
pengetahuan. Ia banyak bergerak dalam lapangan politik dan agama
sehingga ia ditahan dalam penjara.
f. Andreas Vesalius (1514 M - 1564 M), ia adalah ahli anatomi. Karyanya
berupa buku De Humanis Corporis Fabrica (Pengerjaan Tubuh Manusia).
Karyanya yang lain ialah Tabulae Anatomicae Sex. tujuh jilid dari De
humani corporis fabrica, sebuah buku yang dipersembahkan untuk Charles
V, Andrea Vesalii suorum de humani corporis fabrica librorum epitome
yang didedikasikan untuk Philip II dari Spanyol. Karya ini menekankan
keutamaan pembedahan dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis
tubuh manusia. Maka dari itu, Vesalius disebut-sebut sebagai pemulai
masa anatomi manusia modern. Vesalius juga membuktikan bahwa tulang
dada (sternum) terdiri dari tiga bagian. Ia pun juga menulis Radicis
Chynae, sebuah teks pendek mengenai tumbuhan obat.
Dikarenakn kedudukannya yang terjepit antara Abad Pertengahan dan
Abad Modern, maka Abad Pencerahan tidak dibahas secara lebih mendalam.
Meskipun demikian, pemikiran Abad Pencerahan perlu dicantumkan karena
dipandang penting bagi kelahiran Abad Modern yang sangat mempengaruhi
kehidupan manusia (Wiramirhadja, 2009).
18
2.6 Zaman Modern (17 M – 19 M)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak Zaman Reaissance. Zaman modern ditandai dengan berbagai
penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman
modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene
Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat moden. Rene
Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah
sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn bidang datar.
Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya
strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ. Thompson dengan temuannya
elektron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut:
a. Rene Descartes, menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat
yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X
letaknya horizontal dan disebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y
letaknya tegak lurus pada sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan
pada dua garis lurus yang berpotongan garis lurus, maka sistem koordinat
itu dinamaka ortbogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam
bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan
sumbu Y. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Rene Descartes ini
terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang datar
dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi dan
Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum phytagoras
mengenai Hypothenusa. Penemuan Descater ini dinamakan Analytic
Geometry. (Rizal Mustansyir, 1996).
b. Isaac Newton, berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama
penemuannya dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan
Calculus, dan Optika. Ketiga bidang tersebut dapat diuraikan (dalam Rizal
Mustansyir, 1996). Secara singkat adalah sebagai berikut:
- Teori Gravitasi menerangkan bahwa planet tidak bergerak lurus,
namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengaruh gravitasi,
yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan.
19
Teori gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet
dan bulan, pengaruh pasang-surutnya air samudera, dan peristiwa
astronomi lainnya. Teori Gravitasi Newton ini dipergunakan oleh para
ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium dan penemuan planet
baru di alam semesta.
- Perhitungan Calculus, yaitu hubungan antara X dan Y. Kalau X
bertambah, makaY akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan
yang tetap atau teratur. Misalnya ada benda bergerak, panjangnya jarak
yang ditempuh tergantung dari kecepatan tiap detik dan panjangnya
waktu pergerakan. Cara pergerakan Caluculus ini banyak manfaatnya
untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang
berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.
c. Charles Darwin, dikenal sebagai penganut teori evolusi yang vanatik.
Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di
bumi terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle
for life (perjuangan untuk hidup). Darwin berpendapat bahwa perjuangan
untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis,
karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan
kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat
menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan
hidup lebih lama sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan dirinya akan
tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan
adalah yang paling unggul (survival of the fittest). (Rizal Mustansyir,
1996).
2.7 Zaman Kontemporer (Abad ke 20 – sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkembang
dengan sangat cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya
dan berbagai macam penemuan-penemuannya. Penemuan dan penciptaan silih
berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua
20
setiap tahun, bahkan dalamdisiplin-disiplin tertentu seperti genetika setiap dua
tahun (Jacob, 1993).
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur
fundamental yang mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara
historis hubungan antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama,
persuasi filosafis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
subtasional tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan
waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang
materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada
hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu
tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status
totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan
kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai
fisika, teori alam semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi
termasuk salah satu yang rrrengalami kemaj uan sangat pesat. Mulai dari
penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi
ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit,
tetapi secara rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan
subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping
kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara
bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti
bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning. Disamping teori
mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain.
Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
21
mengalami kamajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Selain Einstein yang terkenal dengan
teori relativitasnya, dalam sejarah ilmu pengetahuan alam juga dikenal teori
kuantum dan struktur atom yang diperkenalkan oleh Max Planck di Jerman.
Struktur atom dapat lebih dapat dijelaskan dengan menggunakan teori kuantum
ini. Rutherfordl, Bohr, Pauli, Schroedinger adalah para ahli yang memberi
sumbangan besar dalam bidang pengetahuan ini.
Penemuan radioaktivitas oleh Becquerel dikembangkan lebih lanjut
sehingga dapat digunakan untuk penelitian-penelitian dalam berbagai bidang.
Perkembangan ilmu kelistrikan sangat pesat dan dapat menghasilkan alat-alat
yang canggih seperti komputer yang sangat berguna dalam menunjang kegiatan
penelitian guna meningkatkan kegunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi
bagi kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dalam media komunikasi, penemuan mesin cetak merupakan
peristiwa yang sangat penting, yang dimanfaatkan dengan baik pertama di Eropa.
Penyebaran informasi melonjak dengan luar biasa. Media elektronik kemudian
merevolusi informasi dengan televisi, koran jarak jauh (telezitting), dan lain-lain,
sehingga dunia menjadi sangat kecil, dan orang tidak mau menerima begitu saja
apa yang diperolehnya dalam hidupnya sekarang, apalagi nasib yang diterimanya
sewaktu dilahirkan. Sekarang mikroelektronik dan multimedia membawa kita ke
masyarakat informasi yang sanggup menyajikan gambar, suara dan cetakan
sekaligus dan dapat bersifat individual dan personal. Kemajuan ilmu pengetahuan
mengubah masyarakat dari tahapan prailmiah dengan kehidupan berladang dan
beternak yang dipengaruhi oleh banyak hal yang eksternatural ketahapan ilmiah
dengan kehidupan kota dan komunikasi yang padat.
Di beberapa negara, masyarakat telah bergerak ke tahapan pascailmiah
dengan ketergantungan informasi yang lebih banyak dan pada komputer sebagai
sistem eksper untuk mengolahnya. Seluruh kehidupan praktis sudah
terkomersialisasi. Kebutuhan dan produksi mulai dipertukarkan melalui alat
penukar surat atau kartu berharga sampai sampai ke perbankan elektronik, yang
22
berlangsung dengan intensif dan cepat, sehingga sukar diketahui masing-masing
dimulai oleh siapa, dimana dan bilamana.
Di sisi lain pada zaman kontemporer ini, perkembangan ilmu juga ditandai
dengan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemorer hanya mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam. Ilmu
kedokteran semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya. Akibat
dari semakin terspesialisasinya ilmu, pengkajian suatu bidang keilmuan makin
sempit ditambah dengan berbagai pembatasan dalam pengkajiannya seperti
postulat, asumsi dan prinsip sehingga membuat lingkup penglihatan keilmuan
makin bertambah sempit pula. Hal inilah yang menimbulkan gejala deformation
professionelle yakni perubahan bentuk sebuah wujud dilihat dari kacamata
professional.
2.8 Perbedaan dan Kelebihan Setiap Periode
Periode Perbedaan atau Kelebihan
Zaman Pra-Yunani Kuno Manusia pada zaman ini fokus
mengamati dan menerima fakta-fakta
kehidupan receptive mind
Belum ada pemikiran kritis terhadap
gejalan alam di sekitarnya.
Manusai pada zaman ini hanya
berpedoman pada pengalaman dan
mitos-mitos untuk menjalani kehidupan
sehari-harinya
Belum ada inovasi.
Zaman Yunani kuno Manusia pada zaman ini mulai tergugah
untuk mencoba mencari tahu sesuatu
secara lebih mendalam, lebih riil, lebih
nyata, dan sesuatu yang dapat dilihat
(badaniah)
Mulai tidak percaya pada mitos atau
23
pengalaman yang dipercayai oleh nenek
moyang mereka sebelumnya.
Bersikap inquiring attitude (bertanya-
tanya, berpikir kritis terhadap gejala-
gejala alam yang terjadi)
Fokus pertaman yang mereka amati dan
mereka teliti adalah mengenai
terbentuknya alam (asas alam) dan
selanjutnya tentang dirinya sendiri
(manusia).
Zaman Pertengahan Justifikasi Ilmu Pengetahuan adalah
Agama Kristen
Para Filsuf merupakan Para Teolog
Ilmu Pengetahuan tidak boleh
bertentangan dengan ajaran gereja
Zaman Reinassence Manusia mulai menginginkan
kebebasan
Melepaskan diri dari belenggu ajaran
gereja
Manusia mengandalkan logika untuk
berpikir
Zaman Modern Kelanjutan dari Zaman Reinassence
Penemuan-penemuan sudah mulai
berkembang seperti penemuan ilmu
pasti, teori gravitasi dan teori darwin
perjuangan untuk hidup
Zaman Kontemporer Identik dengan rekontruksi, dekontruksi
dan inovasi-inovasi di berbagai bidang
24
2.9 Keterkaitan Antar Periode
Berdasarkan penjelasan tiap-tiap periode di atas, dapat dilihat keterkaitan
antar periode berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam, yaitu:
a. Tiap periode menunjukkan perkembangan pola pikir manusia, mulai dari
manusia yang hanya bersifat menerima, mulai berpikir secara kritis
tentang alam dan tentang hakikat dirinya sendiri, hingga pada pemikiran-
pemikiran yang bersifat aplikatif. Dan selanjutnya menghasilkan ilmu
pengetahuan yang selalu berkembang pula.
b. Tiap periode menghasilkan teori-teori dan penemuan-penemuan tersendiri
sesuai dengan keadaan manusia pada saat itu.
c. Pada periode yang semakin berkembang, para filsuf dan ahli mulai
menciptakan teori aplikatif dan alat-alat aplikatif untuk digunakan manusia
sebagai tuntunan hidup di tiap periodenya.
d. Selalu ada pertentangan, perbaikan, dan pembaruan ilmu pengetahuan.
25
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, kesimpulan yang dapat ditarik, antara lain:
1. Filsafat dan ilmu pengetahuan telah ada sejak manusia itu dilahirkan. Pola
pikir manusia selalu mengalami perkembangan, sehingga ilmu
pengetahuan juga akan mengalami perkembangan.
2. Periode perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu: dimulai pada zaman pra-
Yunani kuno, zaman Yunani kuno, zaman pertengahan, zaman
pencerahan, zaman modern, dan zaman kontemporer.
3. Masing-masing periode tersebut memiliki keterkaitan tersendiri berkenaan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dimana ilmu pengetahuan dalam
perkembangannya selalu kontinu (berkelanjutan).
4. Berikut disajikan perkembangan ilmu pengetahuan secara ringkas:
26
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan . Edisi ke 2. Yogyakarta : Putaka Pelajar
Andriyani, Asih., Indh Nurma. 2013. Sejarah Perkembangan Ilmu. Program Studi Teknologi Pendidikan PPs UNS
Bartens. 1999. Sejarah Filsafat Yunani : Dari Thales ke Aristoteles. Yogyakarta : Penerbit KANISUS
Hadiwijoyono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS
Prakoso, Teguh Budi., Sujarwo. 2013. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Universitas Negeri Semarang
Surajiyo. 2015. Sejarah, Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
27
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Suryadilaga, M Alfatih. 2013. Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Analisis Komparatif Islam dan Barat). Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pegantar Filsafat Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat Ilmu (Epistimologi)Metafifika dan Filsafat Manusia Aksiologi. Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
1. Reza Fetrian (091514553006)
Pertanyaan: Dari zaman ke zaman perkembangan ilmu pengetahuan, alam
semesta ke ilmu sains, mengapa ilmu sosial atau hubungan sosial dibahas
sedikit?
Jawaban: Menurut sejarah filsafat atau ilmu pengetahuan Yunani (Barat),
awal manusia ada di bumi cenderung masih memiliki sifat individual (egois).
Pola pikir manusia di zaman pra-Yunani kuno belum menyentuh aspek sosial
atau hubungan antarmanusia, melainkan mereka terfokus untuk memikirkan
cara yang harus dia lakukan agar dapat bertahan hidup bagi dirinya sendiri
dengan berpedoman pada pengalaman-pengalaman sebelumnya atau mitos-
mitos dari nenek moyang, misalnya dalam hal berburu. Seiring berjalannya
28
waktu pada fase berikutnya, manusia fokus untuk memikirkan bagaimana
terbentuknya alam beserta isinya (asas pertama). Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa selama berjalannya waktu tersebut manusia juga pasti
telah mempelajari dan memikirkan bagaimana menjalani hubungan yang baik
antarmanusia secara tidak sengaja dan belum sekompleks saat ini. Teori
tentang manusia dan hubungan antarmanusia mulai dipopulerkan oleh Sokrates
yang mengungkapkan teori cara berpikir induksi dan memperkenalkan istilah
definisi umum yang fokus membahas etika. Melalui definisi umum itulah,
Sokrates memperkenalkan konsep keadilan, kebenaran, persahabatan, dan
etika-etika lainnya. Selain itu, Sokrates juga menyatakan bahwa manusia wajib
mengutamakan kebagiaan jiwanya (eudaimonia), bukan sebatas kebahagiaan
badan (lahiriah), namun kebahagiaan batin (rohaniah) yang lebih penting. Dan
alat untuk mencapai kebahagiaan jiwa tersebut (eudaimonia) adalah kebajikan
atau keutamaan (arete) atau pengetahuan (Hadiwijoyono, 1980: 37).
2. Irfan Jauhari (091514553008)
Pertanyaan: Mengapa perkembangan pengetahuan filsafat diawali pada
zaman Yunani kuno? Bagaimana dengan perkembangan Islam? Mengingat
waktu dimulainya peradaban Islam juga sudah lama.
Jawaban: Pembahasan perkembangan ilmu pengetahuan pada makalah ini
menggunakan sudut pandang sejarah dari Yunani (Barat). Memang benar
bahwa peradaban Islam pun juga telah ada beriringan dengan masa Yunani
tersebut, yaitu masa Nabi Sulaiman bertepatan dengan masa pra- Yunani kuno.
3. Riana Afliha Eka Kurnia (091514553002)
Pertanyaan: Dengan adanya perkembangan, apakah manusia semakin percaya
dengan dirinya sendiri ataukah dengan kekuatan atau kemampuan di luar
29
manusia? Lalu, bagaimana dengan pernyataan bahwa muslimah yang berhijab
saat ini malah menunjukkan sebagai manusia zaman kuno?
Jawaban: Menurut kami, dari perkembangan tersebut dapat dilihat bahwa
manusia semakin percaya dengan ‘sesuatu’ di luar manusia. Hal ini dibuktikan
dengan bahwa manusia mempunyai keyakinan adanya Tuhan (‘sesuatu’ di luar
manusia) dengan memiliki agama atau kepercayaannya sendiri-sendiri,
sekalipun seorang atheis. Bahkan ada beberapa filsuf dalam teorinya yang
menyatakan bahwa asas pertama alam ini bukanlah benda, seperti air, api,
udara, bilangan, dan sebagainya, melainkan adanya ‘sesuatu’ yang kekal
(diluar benda-benda tersebut) yang mengatur terbentuknya bumi dengan segala
isinya ini. Bumi ini bukan terbentuk secara kacau balau (kharos), melainkan
ada suatu keteraturan di dalamnya.
Berkenaan dengan penyataan muslimah yang berhijab, hak itu bukan
merepresentasikan manusia zaman kuno, justru hal itu menunjukkan kemajuan
zaman, kemajuan ilmu pengetahuan, kemampuan pola pikir manusia yang
sifatnya menerima perkembangan ilmu pengetahuan secara aplikatif sebagai
tuntunan hidup, dan sekaligus sebagai bukti kemajuan kepercayaan terhadap
‘sesuatu’ Zat yang Maha mengatur segalanya. Justru muslimah yang tidak
berhijab itulah yang merepresentatifkan suatu kemunduran (kembali di zaman
dimana manusia belum bisa membuat baju atau pakaian yang bisa menutup
aurat).
30