makalah filsafat siap email

30
HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN ETIKA, ETIKA ILMU TENTANG MORALITAS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH FILSAFAT IPA DAN BIOETIKA Yang dibina oleh Dr. Istamar Syamsuri,M.Pd dan Ibu Dr. Murni S,M.Si Oleh Erlin Fatima Halek 150341808208 UNIVERSITAS NEGERI MALANG 1

Upload: alfarismapurwita

Post on 28-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

em

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Siap Email

HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN ETIKA, ETIKA ILMU TENTANG MORALITAS

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

FILSAFAT IPA DAN BIOETIKAYang dibina oleh Dr. Istamar Syamsuri,M.Pd dan Ibu Dr. Murni S,M.Si

OlehErlin Fatima Halek

150341808208

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIOKTOBER 2015

1

Page 2: Makalah Filsafat Siap Email

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang cukup pesat sekarang

ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang tidak

dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa

depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman, memberi manfaat yang

tidak kecil bagi manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya dan membantu

manusia mangatasi sebagian masalah yang dihadapi.

Kemajuan yang dicapai berkat ilmu dan teknologi memiliki akibat positif dan juga

banyak akibat negatif. Penggunaan teknologi tanpa batas akhirnya membahayakan

kelangsungan hidup itu sendiri. Yang dibawa oleh teknologi bukan saja kemajuan,

melainkan juga kemunduran, bahkan kehancuran, jika manusia tidak segera tahu cara

membatasi diri. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan ilmiah dan

teknologi mengubah banyak sekali kehidupan manusia dan memunculkan masalah-

masalah etis yang tidak pernah terduga sebelumnya.

Dengan ungkapan etika dan Ilmu pengetahuan bagi manusia akan memperkokoh dan

memperkuat hubungan mikrosomos dan makrosomos. Hubungan etika dan ilmu

pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang tidak bisa dipisah-pisahkan. Di samping itu

apabila di kaji secara fitrah, etika manusia dan ilmu pengetahuan  pada hakikatnya

berasal dari agama dan agama berasal dari Tuhan. Sebagai tantangan era global ini

bagaimana mengintegrasikan etika dan ilmu pengetahuan bagi kita semua sehingga

terwujud hubungan sinergis, sistematis dan fungsional bagi keduanya. Etika tidak

menjauhkan ilmu pengetahuan, dan demikian juga ilmu pengetahuan tidak meninggalkan

etika, tetapi ilmuan yang beretika, dan beretika dengan ilmu.

Dalam dunia bisnis, moral diterjemahkan sebagai kesesuaian kode yang telah dikenal,

doktrin, atau aturan dari suatu sistem tentang apa yang benar atau salah dan untuk

berperilaku sesuai dengan hal tersebut. Tidak ada sistem moralitas yang diterima secara

universal, dan jawaban terhadap pertanyaan “Apakah moralitas itu?” dapat sangat

berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya, kelompok yang satu

2

Page 3: Makalah Filsafat Siap Email

dengan kelompok lainnya,dari dari waktu ke waktu. Bagi beberapa orang moralitas

berarti usaha sadar dan terencana dalam menuntun perilaku seseorang dengan dasar

keadilan dan keyakinan pada agama.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian etika dan ilmu pengetahuan

2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan etika

3. Untuk mengetahui etika ilmu yang berkaitan dengan moralitas

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian etika dan ilmu pengetahuan ?

2. Bagaimanakah hubungan antara ilmu dan etika ?

3. Bagaimanakah hubungan antara etika ilmu dengan moralitas ?

3

Page 4: Makalah Filsafat Siap Email

BAB II

PEMBAHASANA.      PENGERTIAN ETIKA

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dari kata ethos (dalam bentuk tunggal) ta etha (dalam

bentuk jamak) yang berarti adat kebiasaan. Dari arti teakhir inilah menjadi latar belakang bagi

terbentuknya “etika” yang oleh Aristoteles (384-322 S.M) sebagai ilmu tentang apa yang biasa

dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. etika merupakan cabang aksiologi yang pada

pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai’ betul’( right). dan salah ( wrong )

Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik- buruk. Etika

disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan- pertimbangan tentang

tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. . ada

perbedaan antara etika dan moral. Moral lebih tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang

sedang dinilai, bisa juga berarti sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah

adalah pengkajian secara mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu

adalah cabang dari filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku. Moral itu adalah

ajaran system nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah kajian

tentang moral yang bersifat kritis dan rasional.

Etika dibedakan dari semua cabang filsafat karena tidak hanya mempersoalkan keadaan

manusia, melainkan ia harus bertindak, dan berperilaku. Tindakan manusia adalah norma-norma

moral yang datangnya dapat berasal dari ” suara batin-hati nurani ”. Norma-norma ini merupakan

bidang dan kajian etika. Etika juga mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,

baik, buruk dan tanggung jawab.untuk lebih memahami etika, perumusan etimologis saja tidak

cukup, perlu penelusuran melalui beberapa sumber yang dapat memberikan gambaran yang lebih

lengkap. Seringkali masyarakat awam mencampur baurkan pengertian etika, etik dan etiket.,

padahal ketiganya adalah hal yang berbeda. Etik yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan

dengan ahlak atau etik adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat. Sedangkan etiket adalah tatacara ( adat, sopan santun dan sebagainya ) di

masyarakat beradab dalam memelihara hubungan yang baik dengan sesama manusia. Dari ketiga

kata tersebut, hanya etika dan etik yang berkaitan dengan nilai, moral. Etika bahkan sering

disebut juga sebagai filsafat moral sementara etiket tidak berkaitan dengan moral. Etika

merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Selain

4

Page 5: Makalah Filsafat Siap Email

etika yang termasuk dalam kajian aksiologis adalah estetika atau teori tentang keindahan. Etika

sering disamakan dengan moralitas, padahal berbeda. Moralitas adalah nilai-nilai perilaku-

perilaku orang atau masyarakat sebagaimana bisa ditemukan dalam kehidupan real manusia

sehari-hari, yang belum disistematisasi sebagai suatu teori. Ketika perilaku-perilaku moral

dirumuskan menjadi teori-teori, maka ia disebut etika. Jadi etika secara umum bisa dikatakan

sebagai teori-teori atau studi filosofis tentang perilaku moral manusia, etika mencakup persoalan-

persoalan tentang hakikat kewajiban moral, prinsip-prinsip moral dasar apa yang harus manusia

ikuti, dan apa yang baik bagi manusia.

Dari penjelasan tentang etika yang bersumber pada pengertian dasar, maka pemahaman

selanjutnya adalah memahami tentang etika dari aspek filosofis. Etika merupakan bagian dari

ilmu filsafat yang mempelajari berbagai nilai ( value ) yang diarahkan pada perbuatan manusia,

khususnya yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannnya. Anggapan

baik dan buruk perbuatan yang dilakukan oleh seseorang merupakan penilaian orang lain

terhadap diri orang tersebut. Untuk melakukan perbuatan baik dan buruk kadang menghadapi

kesulitan adanya kepentingan atau keinginan yang sangat besar, sehingga untuk itu diperlukan

pemikiran yang rasional, artinya dalam melakukan perbuatan perlu dipertimbangkan berbagai

kemungkinan untuk senantiasa melakukan perbuatan baik. Dalam mempelajari etika harus

dilandasi pendekatan yang rasional dan kritis, agar etika dapat diterapkan dalam kehidupan

keseharian seseorang, baik dalam bekerja atau dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

etika juga harus dilihat dan dipahami didalam cara seseorang bertindak dan berperilaku dalam

mengikuti aturan dan norma-norma moralitas yang berlaku dan bagaimana seseorang

bertanggung jawab dalam mengikuti atruran tersebut.

B. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan yang dalam bahasa Inggris science, bahasa latin scientia berarti mempelajari

atau mengetahui. Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan (episteme). Ilmu pengetahuan

bisa berasal dari pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan itu adalah ilmu. Ada beberapa

syarat suatu pengetahuan dikategorikan ilmu.

Menurut I.R. Poedjowijatno ilmu pengetahuan memiliki beberapa syarat: (Abbas Hamami: 4)

1. Berobjek: objek material sasaran/bahan kajian, objek formal yaitu sudut pandang

pendekatan suatu ilme terhadap objeknya

5

Page 6: Makalah Filsafat Siap Email

2. Bermetode, yaitu prosedur/cara tertentu suatu ilmu dalam usaha mencari kebenaran

3. Sistematis, ilmu pengetahuan seringkali terdiri dari beberapa unsur tapi tetap merupakan

satu kesatuan. Ada hubungan, keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang

lain.

4. Universal, ilmu diasumsikan berlaku secara menyeluruh, tidak meliputi tempat tertentu

atau waktu tertentu. Ilmu diproyekasikan berlaku seluas-luasnya.

Adapun ilmu pengetahuan memilki beberapa sifat:

1. Terbuka: ilmu terbuka bagi kritik, sanggahan atau revisi baru dalam suatu dialog

ilmiah sehingga menjadi dinamis.

2. Milik umum, ilmu bukan milik individual tertentu termasuk para penemu teori

atau hukum. Semua orang bisa menguji kebenarannya, memakai, dan

menyebarkannya.

3. Objektif: kebenaran ilmu sifatnya objektif. Kebenaran suatu teori, paradigma atau

aksioma harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan. Ilmu dalam

penyusunannya harus terpisah dengan subjek, menerangkan sasaran perhatiannya

sebagaimana apa adnya.

4. Relatif: walaupun ilmu bersifat objektif, tetapi kebenaran yang dihasilkan bersifat

relative/tidakl mutlak termasuk kebenaran ilmu-ilmu alam. Tidak ada kebenaran

yang absolut yang tidak terbantahkan, tidak ada kepastian kebenaran, yang ada

hanya tingkat probabilitas yang tinggi.

C. HUBUNGAN ANTARA ETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Pada dasarnya manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka

hanya memfungsikan ilmu pengetahuan dalam arah yang tidak terbatas sehingga dapat

dipastikan bahwa manfaat pengetahuan mungkin akan diarahkan untuk hal-hal yang destruktif.

Di mana manusia menjatuhkan pilihannya dalam memanfaatkan ilmu pengetahuannya amatlah

nihil kebaikan yang diperoleh atau bahkan dapat menyebabkan kehancuran.

Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang menjalin dan taat dari ungkapan-

ungkapan yang bersifat benar tidaknya dapat ditentukan. Kalau demikian apapun yang

dilaksanakan oleh sebuah ilmu pengetahuan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang logis,

sahih dan penilaian mengenai hal-hal yang memang demikian atau tidak. Jadi bukan tugasnya

6

Page 7: Makalah Filsafat Siap Email

berbicara mengenai yang seharusnya demikian atau tidak sehingga etika dapat berperan dalam

tingkah laku seorang ilmuwan.

Nilai menyangkut etika moral dan tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan untuk digunakan kemaslahatan manusia sehingga penerapannya juga punya bias

negatif atau destruktif sehingga diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan potensi

ilmu pengethuan di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi well supporting

bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat hidup serta

kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

Menurut Charis Zubeir dalam bukunya Kajian Filsafat Ilmu; Dimensi Etik dan Astetik Ilmu

Pengetahuan Manusia menyebutkan ada dua kelompok yang memandang hubungan ilmu

pengetahuan dan etika. · Kelompok pertama memandang bahwa ilmu pengetahuan harus bersifat

netral, bebas dari nilai-nilai, dalam hal ini fungsi ilmu pengetahuan selanjutnya terserah pada

orang lain untuk mempergunakan tujuan baik atau buruk. · Kelompok kedua berpendapat bahwa

kenetralan terhadap nilai hanya terbatas pada kaidah keilmuannya tetapi dalam penggunaannya

pemilihan objek penelitiannya, kegiatan keilmuan harus berlandas pada asas penilaian yang baik

atau buruk dalam etika. Persoalan mengenai nilai etika yang menimbulkan dilemma mana yang

baik, benar di sinilah etika memainkan peranan penting mengenai apa yang seharusnya atau

terkait dengan apa yang baik dan tidak baik serta apa yang salah dan apa yang benar. Sehingga

etika menjadi acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan dalam realisasi pengembangannya.

Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai yang letaknya di

luar ilmu pengetahuan, dapat diungkapkan juga rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan

seharusnya bebas. Namun demikian jelaslah kiranya kebebasan yang dituntut ilmu pengetahuan

sekali-kali tidak sama dengan ketidakterikatan mutlak. Patutlah kita menyelidiki lebih lanjut

mengenai kebebasan ini.

Etika memang tidak dalam kawasan ilmu pengetahuan yang bersifat otonom, tetapi tidak

dapat disangkal peranannya dalam perbincangan ilmu pengetahuan. Tanggung jawab etika,

merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan

hal ini terjadi keharusan itu memperhatikan kodrat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem,

bertanggung jawab pada kepentingan umum serta kepentingan generasi mendatang. Karena pada

dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan eksistensi manusia bukan

menghancurkan eksistensi manusia.

7

Page 8: Makalah Filsafat Siap Email

Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu. Kemajuan ilmu

pengetahuan dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Manusia dengan ilmu

pengetahuan akan mampu untuk berbuat apa saja yang diinginkan namun pertimbangan tidak

hanya sampai pada apa yang dapat diperbuat dan apa yang seharusnya diperbuat. Pada dasarnya

mengupayakan rumusan konsep etika dan ilmu pengetahuan harus sampai kepada rumusan yang

normatif yang berupa pedoman pengarahan konkret, bagaimana keputusan tindakan manusia di

bidang ilmu pengetahuan harus dilakukan.

Etika membuktikan kemampuan menyelesaikan masalah konkret tidak sekedar

memberikan isyarat dan pedoman umum melainkan langsung melibatkan diri dalam peristiwa

aktual dan faktual manusia, sehingga terjadinya hubungan timbal balik dengan apa yang

seharusnya terjadi. Etika berdasarkan interaksi antara keadaan etika sendiri dengan masalah-

masalah yang membumi.Pengembangan ilmu harus berpijak pada proyeksi tentang kemungkinan

yang secara etis diterima oleh masyarakat atau individu manusia selaku pengguna atau penerima

ilmu harus dapat dipertanggungjawabkan pihak yang mengembangkan ilmu, sehingga dalam

proses pengambilan keputusan karena berpijak pada penentu pertimbangan moral dari

pengembangan ilmu.

D. KLASIFIKASI ETIKA

Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis:

a. Etika deskriptif yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan

masalah baik-buruk tindakan manusia dalam hidup bersama.

b. Etika normatif, suatu kajian terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu

perlu mengajukan alasan rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu

sebagai suatu keharusan.

E. PENGERTIAN MORALITAS

Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan.

Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi

pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah;

berdisiplin dan sebagainya.

Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin, bentuk jamaknya

mores, yang artinya adalah tata cara atau adat-istiadat. Dalam kamus besar bahasa

8

Page 9: Makalah Filsafat Siap Email

Indonesia( 1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti atau susila. secara

terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substansif materiilnya

tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. widjaja (1985: 154). menyatakan

bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali

(1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai

(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya

perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan

sebelumnya. Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22)

merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumsan formalnya sebagai berikut :

1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar

tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.

2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau

agama tertentu

3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,

bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku dalam lingkungannya

Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa substansi

materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah laku. Akan tetapi bentuk

formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama dan kedua hampir sama, yaitu

seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran tentang tingkah laku.Sedangkan batasan ketiga

adalah tingkah laku itu sendiri Pada batasan pertama dan kedua, moral belum berwujud tingkah

laku, tapi masih merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat

dipahami sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai

moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat dipahamisebagai

tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian semua batasan tersebut tidak salah,

sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide,

nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akantetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering

dimaksudkan sudah berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada

ajaran, nilai, prinsip, atau norma.

Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur

pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik

9

Page 10: Makalah Filsafat Siap Email

dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu

azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat. Secara terminologi moralitas diartikan

oleh berbagai tokoh dan aliran-aliran yang memiliki sudut pandang yang berbeda:

Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai

dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang

terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan

sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia

sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas

sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.

Pengertian moralitas menurut para ahli :

1. W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu

kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain

moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia.

2. Immanuel Kant, mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang

dalam bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap pembatasan sama

sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa pembatasan, jadi yang

baik bukan hanya dari beberapa segi, melainkan baik begitu saja atau baik secara mutlak.

3. Emile Durkheim mengatakan, moralitas adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai

kaidah yang menentukan tingka laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana

kita harus bertindak pada situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat

secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan.

Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu ketentuan-ketentuan

kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di

dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya

moral diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif.

F. ETIKA DAN AJARAN MORAL   

Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan

norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana

orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa

10

Page 11: Makalah Filsafat Siap Email

yang bernilai serta kewajiban manusia, Sumber langsung ajaran moral ialah pelbagai orang

dalam kedudukan yang berwenang, misalnya orang tua, guru/dosen, pemuka masyarakat dan

agama, atau secara tidak langsung dari tulisan para bijak, misalnya yang tertulis dalam lontara.

etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang

merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional,

kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan

menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).

Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat

atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika

adalah sebuah ilmu, bukan suatu ajaran, sehingga mempunyai tingkatan yang berbeda.

Yang mengatur bagaimana kita harus hidup adalah ajaran moral. Etika berkaitan

dengan pengertian mengenai mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu,

atau bagaimana sikap kita yang bertanggungjawab terhadap pelbagai ajaran moral.  Etika

berusaha untuk mengerti mengapa atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-

norma tertentu.

Pluralisme moral diperlukan karena:

1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,daerah budaya dan agama

yang hidup berdampingan;

2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang

akibatnya menantang pandangan moral tradisional;

3.  berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan

ajarannyasendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.Etika sosial dibagi menjadi:

Sikap terhadap sesama;

Etika keluarga;

Etika profesi,  misalnya etika untuk dokumentalis, pialang informasi;

Etika politik

Etika lingkungan hidup; serta

Kritik ideologi.

11

Page 12: Makalah Filsafat Siap Email

G. SIKAP-SIKAP KEPRIBADIAN MORAL YANG KUAT

 1.      Kejujuran

Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa

kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkah pun karena kita belum berani menjadi

diri kita sendiri.  Tanpa kejujuran keutamaan-keutamaan moral lainnya kehilangan nilai mereka.

Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran, adalah kemunafikan dan sering

beracun.  Hal yang sama berlaku bagi sikap tenggang rasa dan mawas diri: tanpa kejujuran dua

sikap itu tidak lebih dari sikap berhati-hati dengan tujuan untuk tidak ketahuan maksud yang

sebenarnya.

Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua: Pertama, sikap terbuka, kedua

bersikap fair. Terbuka berarti: orang boleh tahu, siapa kita ini.  Dengan terbuka tidak dimaksud

bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang

lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Kita berhak atas batin kita.

Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Sesuai

dengan keyakinan kita. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya.

Kedua, terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau fair: ia memperlakukannya

menurut standar-standar yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Ia

menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang

yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya. Ia tidak pernah akan bertindak bertentangan dengan

suara hati atau keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidakadilan dan

kebohongan akan disobeknya.

Langkah awal untuk menerapkan sikap tersebut adalah dengan kita berhenti membohongi

diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri seadanya. Kita harus berhenti main sandiwara,

bukan hanya terhadap orang lain, melainkan terhadap kita sendiri. Kita perlu melawan

kecondongan untuk berasionalisasi, menghindari show dan pembawaan berlebih-lebihan. Orang

jujur tidak perlu mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas

orang lain. maka amatlah penting agar kita mulai menjadi jujur.

12

Page 13: Makalah Filsafat Siap Email

2.      Nilai-nilai otentik

Di sini tempatnya untuk beberapa kata tentang sesuatu yang erat hubungannya dengan hal

kejujuran dan juga sangat penting kalau kita mau menjadi orang yang kuat dan matang: Kita

harus menjadi otentik. Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri. Kita bukan orang jiplakan,

orang tiruan, orang-orangan yang hanya bisa membeo saja, yang tidak mempunyai sikap dan

pendirian sendiri karena ia dalam segala-galanya mengikuti mode, atau pendapat umum dan arah

angin.

Ketidakotentikan itu bisa terdapat di segala bidang nilai. Begitu halnya orang yang dalam

segala-galanya mengikuti mode. Atau orang yang merasa malu apabila tidak tahu lagu pop

terakhir, atau yang takut ”ketinggalan zaman” kalau kelihatan tidak memakai spray pembersih

meja mutakhir. Atau di bidang estetis, kalau orang kaya suka arsitektur gaya Spanyol, tetapi

hanya karena gaya itu sedang ”in” di kalangan orang berada ”masa kini” dan bukan karena ia

memang meminatinya. Di bidang politik seorang mahasiswa yang ”kritis” dan ”pemberontak”

karena itulah gaya mahasiswa, tetapi di rumahnya ia bersikap feodal. Atau sebaliknya si pejabat

yang menghafalkan semua istilah penataran ideologi negara. ”Otentik” berarti ”asli”. Manusia

otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya,

dengan kepribadiannya yang sebenarnya. Manusia yang tidak otentik adalah manusia yang

dicetak dari luar, yang dalam segala-galanya menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan;

orang yang seakan-akan tidak mempunyai kepribadian sendiri melainkan terbentuk oleh peranan

yang ditimpakan kepadanya oleh masyarakat.

Ketidakotentikan itu bisa terdapat di segala bidang nilai. Begitu halnya orang yang dalam

segala-galanya mengikuti mode. Atau orang yang merasa malu apabila tidak tahu lagu pop

terakhir, atau yang takut ”ketinggalan zaman” kalau kelihatan tidak memakai spray pembersih

meja mutakhir. Atau di bidang estetis, kalau orang kaya suka arsitektur gaya Spanyol, tetapi

hanya karena gaya itu sedang ”in” di kalangan orang berada ”masa kini” dan bukan karena ia

memang meminatinya. Di bidang politik seorang mahasiswa yang ”kritis” dan ”pemberontak”

karena itulah gaya mahasiswa, tetapi di rumahnya ia bersikap feodal. Atau sebaliknya si pejabat

yang menghafalkan semua istilah penataran ideologi negara.

13

Page 14: Makalah Filsafat Siap Email

3.  Kesediaan untuk bertanggung jawab

Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita merasa

terikat untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. Sikap itu tidak memberikan ruang pada

pamrih kita.  Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut

pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan

sekedar masalah di mana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan

yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang harus kita

emong, kita pelihara, kita selesaikan dengan baik, bahkan andaikata tidak ada orang yang

perduli. Merasa bertanggung jawab berarti bahwa meskipun orang lain tidak melihat, kita tidak

merasa puas sampai pekerjaan itu diselesaikan sampai tuntas.

Kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta, dan untuk

memberikan, pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan

kewajibannya. Kalau ia ternyata lalai atau melakukan kesalahan, ia bersedia untuk dipersalahkan.

Ia tidak pernah akan melemparkan tanggung jawab atas suatu kesalahan yang diperbuatnya

kepada bawahan. Sebaliknya, sebagai atasan ia, dengan hubungan dengan pihak luar, bersedia

untuk mengaku bertanggung jawab atau suatu keteledoran, meskipun yang sebenarnya

bertanggung jawab adalah seorang bawahan. kesediaan untuk bertanggung jawab demikian

adalah tanda kekuatan batin yang sudah mantap.

4.  Kemandirian moral

Keutamaan ketiga yang perlu kita capai apabila kita ingin mencapai kepribadian moral

yang kuat adalah kemandirian moral. Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah ikut-ikutan

saja dengan pelbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk

penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Jadi kita bukan bagaikan balon

yang selalu mengikuti angin. Kita tidak sekedar mengikuti apa yang biasa. Kita tidak

menyesuaikan pendirian kita dengan apa yang mudah, enak, kurang berbahaya. Baik faktor-

faktor dari luar: lingkungan yang berpendapat lain, kita dipermalukan atau diancam, maupun

faktor-faktor dari batin kita: perasaan malu, oportunis, malas, emosi, pertimbangan untung rugi,

tidak dapat menyelewengkan kita dari apa yang menjadi pendirian kita.

14

Page 15: Makalah Filsafat Siap Email

Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk

bertindak sesuai dengannya. Kekuatan untuk bagaimanapun juga tidak mau berkongkalikong

dalam suatu urusan atau permainan yang kita sadari sebagai tidak jujur, korup atau melanggar

keadilan. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak dapat ”beli” oleh mayoritas, bahwa kita

tidak pernah akan rukun hanya demi kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan.

5.  Keberanian moral

Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat, yang

memperlakukannya dengan tidak adil. Keberanian moral tidak menyesuaikan  diri dengan

kekuatan-kekuatan yang ada kalau itu berarti mengkrompomikan kebenaran dan keadilan.

Orang yang berani secara moral akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali ia

berani mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa lebih kuat dan berani dalam hatinya,

dalam arti bahwa ia semakin dapat mengatasi perasaan takut dan malu yang sering

mengecewakan dia. Ia merasa lebih mandiri. Ia bagaikan batu karang di tengah-tengah sungai

yang tetap kokoh dan tidak ikut arus. Ia memberikan semangat dan kekuatan berpijak bagi

mereka yang lemah, yang menderita akibat kezaliman pihak-pihak yang kuat dan berkuasa.

6.  Kerendahan hati

Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya.

Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan juga kekuatannya. Tetapi

ia tahu bahwa banyak hal yang dikagumi orang lain padanya bersifat kebetulan saja. Ia sadar

bahwa kekuatannya dan juga kebaikannya terbatas. Tetapi ia telah menerima diri. Ia tidak gugup

atau sedih karena ia bukan seorang manusia super. Justru karena itu ia kuat. Ia tidak mengambil

posisi berlebihan yang sulit dipertahankan kalau ditekan. Ia tidak perlu takut bahwa

kelemahannya ”ketahuan”.ia sendiri sudah mengetahuinya dan tidak menyembunyikannya. Maka

ia adalah orang yang tahu diri dalam arti yang sebenarnya.

Kerendahan hati ini tidak bertentangan dengan keberanian moral, melainkan justru

prasyarat kemurniannya. Tanpa kerendahan hati keberanian moral mudah menjadi kesombongan

atau kedok untuk menyembunyikan, bahwa kita tidak rela untuk memperhatikan orang lain, atau

15

Page 16: Makalah Filsafat Siap Email

bahkan bahwa kita sebenarnya takut dan tidak berani untuk membuka diri dalam dialog kritis.

Justru orang yang rendah hati sering menunjukkan daya tahan yang paling besar apabila betul-

betul harus diberikan perlawanan. Orang yang rendah hati tidak merasa diri penting dan karena

itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung

jawabnya.

7.  Realistis dan kritis

Sikap realistis tidak berarti bahwa kita menerima realitas begitu saja. Kita mempelajari

keadaan dengan serealis-realisnya supaya dapat kita sesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip

dasar. Dengan kata lain, sikap realistis mesti berbarengan dengan sikap kritis. Tanggung jawab

moral menuntut agar kita terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil, lebih

sesuai dengan martabat manusia, dan supaya orang-orang dapat lebih bahagia. Prinsip-prinsip

moral dasar adalah norma kritis yang kita letakkan pada keadaan.

Sikap kritis perlu juga terhadap segala macam kekuatan, kekuasaan dan wewenang dalam

masyarakat. Kita tidak tunduk begitu saja, kita tidak dapat dan tidak boleh menyerahkan

tanggung jawab kita kepada mereka. Penggunaan setiap wewenang harus sesuai dengan keadilan

dan bertujuan untuk menciptakan syarat-syarat agar semakin banyak orang dapat lebih bahagia.

Tak pernah martabat manusia boleh dikorbankan. Di luar tujuan itu wewenang mereka berhenti.

Begitu pula segala macam peraturan moral tradisional perlu disaring dengan kritis. Peraturan-

peraturan itu pernah bertujuan untuk menjamin keadilan dan mengarahkan hidup masyarakat

kepada kebahagiaan. Tetapi apakah sekarang masih berfungsi demikian ataukah telah menjadi

alat untuk mempertahankan keadaan yang justru tidak adil dan malahan membawa penderitaan?

tanggung jawab moral yang nyata menuntut sikap realistis dan kritis. Pedomannya ialah untuk

menjamin keadilan dan menciptakan suatu keadaan masyarakat yang membuka kemungkinan

lebih besar dari anggota-anggota untuk membangun hidup yang lebih bebas dari penderitaan dan

lebih bahagia.

Dalam kenyataannya sikap-sikap tersebut memang sangatlah sulit untuk diterapkan

namun dengan adanya tekad yang bulat dan keyakinan yang mantap. Dan dengan cara kita

senantiasa melatih diri untuk selalu mengamalkan dan memelihara sikap-sikap tersebut.  Maka

16

Page 17: Makalah Filsafat Siap Email

dengan seiring berjalannya waktu sikap-sikap tersebut akan mudah kita terapkan dengan

sendirinya. Dan dengan demikian kita pasti akan menjadi sosok pribadi yang memiliki etika dan

moral yang mantap.

F. APLIKASI NILAI MORAL PADA ILMU KEALAMAN

Dalam aplikasinya nilai moral/humaniora dari ilmu kealaman ini adalah:

a. Menuju kearah cita-cita kemanusiaan yang luhur, yaitu kesejahteraan.

Contohnya Penemuan mesin uap oleh James Waat (1765). Dunia permesinan terus

berkembang. Perkembangan ini terjadi di seluruh sektor kehidupan manusia.

Perkembangan ini menghantar ke arah kehidupan manusia yang semakin sejahtera.

b. Mengarah pada immoral yang tidak saja bisa melenyapkan nilai luhur tersebut, tetapi

juga bisa melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.

Contohnya Pembuatan produk sampingan yang dapat mengancam kehidupan manusia.

Misalnya pembuatan bom nuklir yang diduga pemanfaatannya dapat menelan korban

jiwa

Selain itu Aplikasi etika dan moral dalam dunia modern contohnya Kejahatan Hecker.

Hecker merupakan kecemasan pada ilmu kealaman khususnya pada sistem

komputerisasi. Hecker ini dijuluki pada seorang anggota ornagisasi atau amahasiswa

yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program

komputeryang lebih baik daripada yang telah dirancang. Namun dalam

perkembangannya hecker berkembang menjadi sesuatu yang merugikan dalam alat

teknologi ini. Banyak kasus kejahatan yang dilakukan oleh hacker misalnya pembobolan

rekening, deafcing (merubah tampilan website, menyisipkan kode-kode virus komputer

dsb.

17

Page 18: Makalah Filsafat Siap Email

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan

aksiologi. Selain etika yang termasuk dalam kajian aksiologis adalah estetika atau teori

tentang keindahan. Etika sering disamakan dengan moralitas, padahal berbeda. Moralitas

adalah nilai-nilai perilaku-perilaku orang atau masyarakat sebagaimana bisa ditemukan

dalam kehidupan real manusia sehari-hari, yang belum disistematisasi sebagai suatu teori.

B. SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat

bermanfaat yaitu :

1. Dalam pergaulan sehari-hari perlu menggunakan etika dalam sehingga bisa

menimbulkan hubungan yang sehat antar sesama manusia, dan bisa menerapkan

sikap-sikap kepribadian moral.

2. Pendidikan Etika dan Moral perlu diajarkan sejak kecil berawal dari lingkungan

keluarga berkembang di masyarakat dan tempat kerja,untuk menjadikan

kehidupan menjadi lebih baik.

18

Page 19: Makalah Filsafat Siap Email

DAFTAR RUJUKAN

Asari Hasan, 2008.Etika Akademis Dalam Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Charis Zubeir, Ahmad.2002. Kajian Filsafat Ilmu. Cet. II; Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat

Islam.

Ermi Suhasti,2012. Pengantar Filsafat Ilmu,Yogyakarta: Prajnya Media.

Hedi sutomo.2009. Filsafat ilmu kealaman dan etika lingkungan. Cet. I; Malang : Universitas

Negeri Malang.

Jujun S. Suriasumantri.2003. Filsafat Ilmu. Cet. I; Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Mohammad Adib,2010. filsafat Ilmu: Ontologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nina W. Syam. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rikemata Media,

2010)

Nurani soyomukti,2011. Pengantar Filsafat Umum, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Raverz, Jerome R.1982. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasa. Cet. I; Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Surajio, 2008. Ilmu filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Van Melzen, A.G.M.1992. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Cet. I; Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Van Peursen, C.A.1989. Susunan Ilmu Pengetahuan. Cet. II; Jakarta: PT. Gramedia.

19

Page 20: Makalah Filsafat Siap Email

20