makalah hiperbilirubin kelompok 6

18
MAKALAH HIPERBILIRUBIN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Fundamental Pathofisiologi Reproductive System Yang dibina oleh Ibu Ns. Rinik Eko Kapti S.Kep, M.Kep Oleh : Kelompok VI Anastasia Maulida (125070211803008) Dwi Anjelina (125070211803040) Keyfin Alifah K. (125070211803044) Vina sitta Alfinia (125070211803042) Yessie Rohan (125070211803036) Yolenta Nandys Andan S. (125070211803022) PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: keyfin-aliffah-rizal-kasdianto

Post on 12-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

MAKALAH HIPERBILIRUBIN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Fundamental Pathofisiologi Reproductive System

Yang dibina oleh Ibu Ns. Rinik Eko Kapti S.Kep, M.Kep

Oleh :

Kelompok VI

Anastasia Maulida (125070211803008)

Dwi Anjelina (125070211803040)

Keyfin Alifah K. (125070211803044)

Vina sitta Alfinia (125070211803042)

Yessie Rohan (125070211803036)

Yolenta Nandys Andan S. (125070211803022)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

Page 2: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat

menyelesaikan laporan mengenai Makalah tentang “Hiperbilirubin” meliputi definisi, epidemiologi,

etiologi, faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan

penatalaksanaan.

Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

yang membantu dalam menyelesaikan laporan diskusi, khususnya kepada :

1. Ibu Ns. selaku dosen pembimbing kami pada mata kuliah FUNDAMENTAL PATHOFISIOLOGI

REPRODUCTIVE SYSTEM

2. Orang tua dan teman-teman anggota kelompok.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan

dalam penulisan tugas ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua

pihak yang bersifat membangun, penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah

berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Kediri, 16 November 2014

Penulis

Page 3: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

DAFTAR ISI

Halaman sampul...............................................................................................................................1

Kata pengantar.................................................................................................................................2

Daftar isi............................................................................................................................................3

A. Pendahuluan.............................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4

1.3 Tujuan.................................................................................................................................4

B. Pembahasan.......................................................................................................................5

1.1 Definisi...............................................................................................................................5

1.2 Epidemiologi......................................................................................................................5

1.3 Etiologi ..............................................................................................................................6

1.4 Faktor resiko .....................................................................................................................6

1.5 Klasifikasi ..........................................................................................................................7

1.6 Patofisiologi ......................................................................................................................8

1.7 Manifestasi Klinis ..............................................................................................................9

1.8 Komplikasi ........................................................................................................................9

1.9 Pemeriksaan diagnostik.....................................................................................................10

1.10 Penatalaksanaan ..............................................................................................................11

C. Penutup..............................................................................................................................13

Kesimpulan..................................................................................................................................13

D. Daftar pustaka ...................................................................................................................14

Page 4: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian

neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa

angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan.

Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan

yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus

mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi

atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.

Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu

serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan

kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus

dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari Hiperbilirubin?

2. Bagaimana epidemiologi dari Hiperbilirubin?

3. Bagaimana etiologi dari Hiperbilirubin?

4. Bagaimana faktor resiko dari Hiperbilirubin?

5. Bagaimana klasifikasi dari Hiperbilirubin?

6. Bagaimana patofisiologi dari Hiperbilirubin?

7. Bagaimana manifestasi klinis Hiperbilirubin?

8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk Hiperbilirubin?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari Hiperbilirubin?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran yang nyata

tentang Hiperbilirubin yang meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,

faktor resiko, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan secara medis dengan

menggunakan metode keperawatan sesuai prosedur.

Page 5: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Istilah hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah

dan ditandai dengan jaundis atau ikterus, suatu pewarnaan kuning pada kulit, sklera, dan kuku.

Hiperbilirubinemia merupakan temuan biasa pada bayi baru lahir dan biasanya juga menunjukkan

keadaan patologis.

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis yang

dapat menimbulkan efek patologi. Dapat juga diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin,

yang serumnya mungkin menjurus ke arah terjadinya kernicterus bila kadar bilirubin tidak

dikendalikan. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dianggap sebagai hiperbilirubinemia.

EPIDEMIOLOGI

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada orang dewasa, ikterus

akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 µ mol/L, sedangkan pada neonatus baru

tampak apabila serum bilirubin sudah > 5 mg/dL (> 86 µ mol/L). Pada sebagian besar neonatus,

ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya (60% pada bayi cukup bulan dan 80%

pada bayi kurang bulan).

Oleh karenanya harus selalu waspada, khususnya terhadap bilirubin indirek karena sifatnya

yang toksik dan merusak jaringan (ensefalopati bilirubin/kernikterus). Serum bilirubin pada ikterus

fisiologis berkisar 5-6 mg/dL (86-103 µ mol/L), timbul 48-120 jam setelah bayi lahir, dan pada bayi-

bayi Asia atau bayi-bayi dengan usia kehamilan 35-37 minggu, level serum bilirubin tidak meningkat

sampai bayi berusia 7 hari. Peningkatan level bilirubin indirek yang lebih tinggi lagi tergolong

patologis yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 25-

30 mg/dL (428-513 µ mol/L) mempunyai risiko tinggi terserang toksisitas bilirubin.

Di RSU Dr. Soetomo Surabaya ikterus patologis 9,8% (tahun 2002) dan 15,66% (tahun 2003).

RSAB Harapan Kita Jakarta melakukan transfusi tukar 14 kali/bulan (tahun 2002). Di Hospital Bersalin

Kualalumpur dengan ‘tripple phototherapy’ tidak ada lagi kasus yang memerlukan tindakan transfusi

Page 6: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

tukar (tahun 2004), demikian pula di Vrije Universitiet Medisch Centrum Amsterdam dengan ’double

phototherapy’ (tahun 2003).

ETIOLOGI

1. Peningkatan produksi:

- Hemilisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian

golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.

- Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

- Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat

pada bayi hipoksia atau asidosis.

- Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase)

- Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarnya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid)

- Kurangnya enzim glukoronil transeferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat

misalnya pada berat badan lahir rendah.

- Kelainan kongenital (rotor sindrome) dan dubin hiperbilirubinemia.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada

hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiasine.

3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang

dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmosis, siphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik

5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus obstruktif.

FAKTOR RESIKO

- Rendahnya pemberian ASI

- Prematuritas (Usia kehamilan kurang dari 38 minggu)

- Saudara sebelumnya yang lebih tua dengan penyakit kuning

- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

- Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

- Penggunaan Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

Page 7: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

KLASIFIKASI

Hiperbilirubin dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Hiperbilirubin Neonatus Fisiologis (Hiperbilirubin karena faktor fisiologis)

Merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir terjadi pada 2-4 hari setelah bayi lahir,

dan akan sembuh pada hari ke 7. Penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses

bilirubin.

b. Hiperbilirubin Neonatus Patologis

Hiperbilirubin yang dikarenakan faktor penyakit atau infeksi, misalnya akibat Virus hepatitis,

toksoplasma, sifilis, malaria, atau ketidakcocokan golongan darah, hiperbilirubin yang disebabkan

patologis biasanya disertai demam atau berat badan bertambah.

Page 8: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

Kerusakan SDM

Pemecahan HB

GlobinHem

FeCo Biliverdin

Peningkatan destruksi eritrosit ( gangguan konjugasi bilirubin / gangguan transport bilirubin/ peningkatan siklus enterohepatik ) HB dan eritrosit abnormal )

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dalam darah

Ikterus pada sklera leher dan badan, peningkatan bilirubin indirect > 12 mg/dl

Gangguan Integritas kulit

Pengaruh alkohol, virus hepatik, toksik

Inflamasi pada hepar Hipertermi

Perubahan kenyamanan

Peregangan kapsula hati

Hepatosplenomegali

Perasaan tidak nyaman di bagian abdomen atas

Nyeri

Anoreksia

Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh

Gangguan suplai darah normal pada sel-sel hepar

Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik

Obstruksi Kerusakan konjugasi

Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatika

Bilirubin meningkat

Ikterus Kerusakan sel ekskresi

Retensi bilirubin

Regurgitasi pada duktuli empedu intrahepatik

Bilirubin meningkat

Peningkatan garam empedu dalam darah

Pruritus

Larut dalam air

Ekskresi ke dalam urin

Bilirubinemia dan urin berwarna gelap

Infeksi

Merusak sel hati dan SDM

Gangguan fungsi hati

Obat – obatan

Kelainan struktur dan enzim SDM

Perdarahan tertutup

Kadar protein berkurang

Gangguan pemecahan bilirubin

PATOFISIOLOGI

Page 9: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis yang biasa muncul pada pasien hiperbilirubin, antara lain:

- Peningakatan kadar serum bilirubin

- Lethargy

- Ikterus pertama kali dapat dilihat pada daerah kepala dan batang tubuh dan

berkembang kebagian bawah. Ikterus dapat dilihat pada sklera, kulit, dan membran

mukosa.

- Urin menjadi berwarna emas gelap sampai berwarna coklat.

- Susah makan

KOMPLIKASI

Komplikasi dari hiperbilirubin dapat terjadi Kern Ikterus yaitu suatu kerusakan otak akibat

perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus

Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan bilirubin serum

- Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah

lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.

- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari setelah

lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.

Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada

pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma

Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.

Biopsy hati

Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk

membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk

memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

Page 10: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

Peritoneoskopi

Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk

perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

Laparatomi

Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk

perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian ASI

2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin

3. Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengeksresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.

Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan

bilirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu

sering digunakan.

4. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi

5. Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk

menurunkan bilirubin di kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada bilirubin dari

billiverdin.

6. Transfusi tukar

Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Apabila terjadi resiko tinggi cidera karena dampak peningkatan kadar bilirubin, maka

intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji dan mengawasi dampak perubahan kadar

bilirubin, seperti adanya tremor, iritabilitas, memantau hemoglobin dan hematokrit, serta

pencatatan penurunan; me;lakukan fototerapi dengan mengatur waktu sesuai dengan

prosedur; dan menyiapkan untuk melakukan transfusi tukar, maka intervensi yang dapat

dilakukan adalah memantau kadar bilirubin, hemoglobin, hematokrit sebelum dan sesudah

Page 11: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

transfusi tukar tiap 4-6 jam selama 24 jam pasca transfusi tukar, memantau tekanan darah,

nadi, temperatur; mempertahankan sistem kardiovaskular dan pernapasan; mengkaji kulit

pada abdomen, ketegangan,muntahdan sianosis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan

sampai dengan pascatransfusi tukar, serta melakukan kolaborasi dalam pemberian obat

untuk meningkatakan transfusi dan konjugasi, sperti pemberian albumin atau pemberian

plasma dengan dosis 15-20ml/kgBB. Albumin biasaynya diberikan sebe;um transfusi tukar

karena albumin dapat mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler, sehingga

bilirubin yang diikat lebih mudah keluar dengan transfusi tukar.

2. Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang menggunakan

lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari

turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.

Cara melakukan fototerapi :

- Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian bayi kena sinar

- Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang memantulkan cahaya

- Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40cm

- Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 4-6 jam

- Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam

- Lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala terutama pada pasien yang mengalami

hemolisis

- Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar

- Berikan atau sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun

secara paralel

- Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan asi, bayi dikeluarkan dari tempat

terapi dan dipangku, penutup mata dibuka, serta diobservasi ada tidaknya iritasi

3. Transfusi tukar merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan mencegah peningkatan kadar

bilirubin dalam darah. Pemerian transfusi tukar dilakukan apabila kadar bilirubin indirek

20mg%, kenaikan kadar bilirubin yang cepat yaitu 0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala

gagal jantung dan kadar hemoglobin tali pusat 14 mg% dan di ujia Coombs sirek positif.

Cara pelaksanaan transfusi tukar :

- Dianjurkan pasien bayi puasa 3-4 jam sebelum trasnfusi tukar

- Pasien disiapkan di kamar khusus

- Pasang lampu pemanas dan arahkan ke bayi

- Baringkan pasien dalam keadaan terlentang dan buka pakaian pada daerah perut.

- Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap

Page 12: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

- Lakukan observasi keadaan umum pasie, catat jumlah darah yang keluar dan masuk

- Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat

- Periksa kadar hemoglobin dan bilirubin setiap 12 jam

4. Perawatan setelah transfusi

Dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan kateter transfusi dengan

melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup dengan kasa steril dan difiksasi,

lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan bilirubin serum setiap 12 jam dan pantau tanda

vital.

- Mempertahankan intake cairan dengan menyediakan cairan per oral atau cairan

parenteral (melalui intravena), memantau output di antaranya jumlah dan warna urine

serta feses, mengkaji perubahan status hidrasinya dengan memantau temperature tiap

2 jam, serta mengkaji membran mukosa dan fontanela.

- Menutup mata dengan kain yang tidak tembus cahya, mengatur posisi setiap 6 jam,

mengkaji kondisi kulit, menjaga integritas kulit selama terapi dengan mengeringkan

daerah yang basah untuk mengurangi iritasi serta mempertahankan kebersihan kulit.

- Mencegah peningkatan kadar bilirubin dengan cara : meningkatkan kerja enzim dengan

pemberian Phenobarbital 1-2mg/kgBB, mengubah bilirubin yang tidak larut kedalam air

menjadi larut dalam air dengan melakukan fototerapi atau dengan cara pembuangan

kadar bilirubin darah dengan trasnfusi tukar.

Page 13: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis yang

dapat menimbulkan efek patologi. Dapat juga diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin,

yang serumnya mungkin menjurus ke arah terjadinya kernicterus bila kadar bilirubin tidak

dikendalikan. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dianggap sebagai hiperbilirubinemia.

Page 14: Makalah Hiperbilirubin Kelompok 6

DAFTAR PUSTAKA

- Buku ajar keperawatan pediatrik Wong / Donna L. Wong ... ( et al. ) ; alih bahasa, Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y.Kuncara ; editor edisi bahasa indonesia. Egi Komara Yudha .... ( et al. ). – Ed. 6- Jakarta : EGC, 2008

- Perawatan bayi risiko tinggi / penulis, Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma ; editor, Monica Ester.- Jakarta : EGC, 2003.

- Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.- Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

FKUI.- wong, donna L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC- Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Jakarta:EGC- Alimul, A.Aziz Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan. Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.- Suriadi, Yuliani,2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung Seto, Jakarta- Staf Pengajar FKUI, 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Infomedika;Jakarta- L. Betz, Cecily.(2009).”Buku Saku Keperawatan Pediatri”. Jakarta : EGC- Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

- Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan Nasional

- Behrman,Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC