makalah kelompok iii (dm)

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Prevalensi DM sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan kriteria American Diabetes Association (ADA) , sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat (AS) menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 5,4 juta. Dengan demikian, diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM. Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3% penduduk usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar 6,1%.

Upload: yusmi-hasanah

Post on 25-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok III (Dm)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di

mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga

menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin

yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes

Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai

dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan

euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara

selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa

pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester

kedua atau ketiga.

Prevalensi DM sulit ditentukan karena standar penetapan

diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan kriteria American Diabetes

Association (ADA), sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat (AS)

menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 5,4 juta. Dengan

demikian, diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM.

Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3% penduduk

usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar 6,1%.

Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya

komplikasi perinatal (di sekitar waktu melahirkan), dan ibu memiliki risiko

untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam

jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes Mellitus

Gestasional ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia,

ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu

GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan

bayi dan makrosomia. Frekuensi DMG kira-kira 3–5% dan para ibu

tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.

Page 2: Makalah Kelompok III (Dm)

1

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari DM (Diabetes Mellitus).

2. Klasifikasi DM (Diabetes Mellitus)

3. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap DM (Diabetes

Mellitus) ?

4. Bagaimana pengaruh DM (Diabetes Mellitus) terhadap

kehamilan ?

5. Bagaimana cara penanganan DM (Diabetes Mellitus) pada

kehamilan ?

1.3. Tujuan

1. Agar kita dapat mengetahui apa pengertian dari DM

(Diabetes Mellitus).

2. Agar kita dapat mengetahui klasifikasi DM (Diabetes

Mellitus).

3. Agar kita dapat mengetahui pengaruh kehamilan terhadap

DM (Diabetes Mellitus).

4. Agar kita dapat mengetahui pengaruh DM(Diabetes Mellitus)

terhadap kehamilan.

5. Agar kita dapat mengetahui cara penanganan DM (Diabetes

Mellitus) pada kehamilan.

Page 3: Makalah Kelompok III (Dm)

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI  DIABETES MELLITUS

Menurut Brunner and Suddarth, 2001, Diabetes Mellitus

merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus, kemampuan tubuh untuk

bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat

menghentikan sama sekali produksi insulin.

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada

metabolisme karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang terjadi

selama kehamilan (Marilyn, 2001).

Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang

disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal

mempertahankan euglycemia).

2.2. FAKTOR RESIKO

Menurut Mochtar, 1998 kemungkinan diabetes dalam kehamilan

lebih besar bila:

1. Umur sudah lebih dari 30 tahun.

2. Multiparitas.

3. Gemuk (obesitas) yaitu berat badan saat hamil lebih dari 20% berat

badan ideal.

4. Ada anggota keluarga sakit diabetes (hereditas).

5. Ada sejarah lahir mati dan anak besar (bayi dengan berat lebih dari

4000 gram).

6. Sering abortus.

7. Glukosuria.

Page 4: Makalah Kelompok III (Dm)

1

2.3. KLASIFIKASI

1. Klasifikasi Diabetes Mellitus secara Umum.

a. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependen

Diabetes Mellitus : IDDM.)

b. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin

Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).

c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom lainnya.

d. Diabetes mellitus Gestasional (DMG).

2. Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit, berat

penyakit, dan komplikasi (White)

a. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji

toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan

insulin, cukup dengan diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin

baik.

b. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun;

berlangsung kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan

pembuluh darah.

c. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-

19 tahun; tanpa kelainan pembuluh darah.

d. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai

kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina,

tungkai, dan renitis.

e. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.

f. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis

dan pielonefritis.

g. Kelas R: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau

dengan perdarahan dalam korpus vitreum.

h. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.

Page 5: Makalah Kelompok III (Dm)

1

2.4. ETIOLOGI

1. Diabetes Tipe I

Menurut Brunner dan Suddart, 2001 ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya dabetes tipe I:

a Faktor genetik.

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik

ke arah terjadinya diabetes tipe I.

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat adanya respon otoimun abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan

cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-

faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.

2. Diabetes Tipe II

Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 mekanisme yang tepat yang

menyebabkan belum diketahui. Namun, ada beberapa resiko yang

berhubungan dengan terjadinya DM type II, antara lain:

a. Faktor genetik.

b. Usia.

c. Obesitas.

d. Riwayat keluarga.

e. Kelompok etnik.

Page 6: Makalah Kelompok III (Dm)

1

2.5. PATOFISIOLOGI

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta

persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap

melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin

hampir menyerupai kadar darah ibu.

Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula darah

ibu mempengaruhi kadar darah janin. Pengendalian kadar gula darah

terutama dipengaruhi oleh insulin, di samping hormon estrogen,

steroid, dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorbsi makanan

maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menyebabkan

kebutuhan insulin meningkat.

Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3

kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan diabetojenik dalam

kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin, yaitu bila ia

ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia.

Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu

meningkatkan insulin, sehingga ia relatif hipoinsulin yang

mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam

darah. Setelah mencapai kadar tertentu, glukosa tersebut juga akan

muncul dalam air seni, padahal air seni yang normal tidak

mengandung glukosa. Jika glukosa terdapat dalam air seni, glukosa

tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian

menyebabkan bertambahnya volume air seni. Karena terjadi

pengeluaran air seni yang berlebihan, tubuh kehilangan banyak cairan,

sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan.

Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya

jumlah insulin, meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang

berlebihan, boleh dikatakan sel-sel ini ‘kelaparan’. Hal ini

menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita DM

Page 7: Makalah Kelompok III (Dm)

1

sudah makan lebih banyak, kelihatannya sel tidak pernah

mendapatkan cukup glukosa.

Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang “kelaparan”

ini mulai memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal

ini mengakibatkan turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar

glukosa dalam darah sangat tinggi, beberapa orang menjadi mudah

tersinggung. Selain itu, tubuh juga menjadi rentan terhadap infeksi.

Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan

beberapa orang lainnya bahkan tidak mengalami gejala apa pun; pada

keadaan ini, baru diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit

DM dari pemeriksaan laboratorium rutin.

Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon

estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen.

Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel, sehingga

mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo, 1997).

2.6. DIAGNOSTIK

Menurut Manuaba, 2000, dasar diagnosis kahamilan pada

diabetes mellitus:

a. Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus.

b. Kehamilan dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi

besar diatas 4 kg.

c. Pemeriksaan alfa feto protein untuk mencari kemungkinan

kelainan kongenital atau neurologis.

d. Pemeriksaan gula darah di atas 140 mg/lt.

e. Hasil glukosa toleransi tes abnormal:

1) Puasa kurang dari 90.

2) Jam 1 kurang dari 165

3) Jam 2 kurang dari 145

4) Jam 3 kurang dari 125

f. Kehamilan dengan cacat jasmani.

Page 8: Makalah Kelompok III (Dm)

1

2.7. PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP DIABETES MELLITUS

1. Pengendalian diabetes mellitus pada kehamilan karena:

a. Emesis- hiperemesis gravidarum.

b. Pemakaian glukosa bertambah:

1) Tumbuh kembang janin dalam rahim.

2) Hiperplasia dan hipertropi jaringan.

3) Metabolisme basal ibu meningkat.

c. Efek insulin dikurangi oleh perubahan hormon: estrogen-

progesteron, plasenta laktogen, insulinase plasenta merusak

insulin ibu.

d. Terjadi kompensasi pengeluaran insulin janin dari pankreas dan

adrenal.

2. Situasi hiperglikemia memudahkan infeksi hamil atau kala nifas.

2.8. PENGARUH DIABETES MELLITUS TERHADAP KEHAMILAN

1. Dalam kehamilan

a. Insufisiensi plasenta menyebabkan:

1) Abortus-prematurius.

2) Kematian janin dalam rahim.

3) Kelainan kongenital meningkat

b. Komplikasi kehamilan dengan DM:

1) Hidramnion.

2) Makrosomia diikuti kelainan letak janin.

3) Pre-eklampsia dan eklampsia.

2. Pengaruh diabetes tehadap persalinan

a. Inersia uteri primer dan sekunder.

b. Persalinan operatif makrosomia.

3. Pengaruh terhadap kala nifas

Mudah terjadi infeksi sampai sepsis.

Page 9: Makalah Kelompok III (Dm)

1

4. Pengaruh terhadap janin

Gangguan insufisiensi plasenta :

a. Abortus sampai kematian janin dalam rahim.

b. Makrosomia dengan komplikasinya.

c. Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonatus kelainan

kongenital.

d. Kelainan neurologis sampai IQ rendah.

e. Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan

lahir mati.

2.9. PENTALAKSANAAN

Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil

dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:

a. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.

b. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.

c. Mengoptimalkan gestasi.

Page 10: Makalah Kelompok III (Dm)

1

Penanganan pada penderita DM meliputi:

1. Diet

Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena

berat badannya bertambah menurun. Penderita DM dengan berat

badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800

kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah

berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet

dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan,

lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi

kecenderungan retensi air dan garam.

1. Mangatur diet.

Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg

BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan

pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil

DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin

D secara adekuat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus

sebagai berikut ;

a. Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal,

mempertahankan glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan

modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG,

makanan disajikan menarik dan mudah diterima.

b. Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali

makanan antara (snack) dengan interval tiga jam.

c. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya

pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan kedondong.

d. Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti

pedoman 3J yaitu ;

Page 11: Makalah Kelompok III (Dm)

1

J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis.

J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.

J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.

2. Cara diet untuk DM

Makan sarapan yang berkhasiat

Sarapan yang sihat dapat membantu mengawal tahap gula

dalam darah anda sepanjang pagi. Cuba makan sarapan yang

rendah GI. Bubur ialah satu pilihan yang baik kerana ia

membebaskan tenaga secara perlahan-lahan dan setara. Atau

anda boleh pilih bijirin sarapan atau roti daripada bijian penuh

dengan sedikit makanan berprotein tinggi seperti telur rebus atau

yogurt rendah lemak.

Makanan yang tinggi GI seperti bijirin sarapan bersalut gula

atau roti putih bakar dengan jem boleh meningkatkan tahap gula

dalam darah anda dengan cepat.

Makan berbagai jenis makanan pada waktu siang

Makan tiga kali sehari hidangan bersaiz kecil atau sederhana.

Anda juga boleh makan di antara dua dan empat snek, termasuk

selepas makan malam untuk mengekalkan tahap gula dalam darah

anda.

Makan makanan berserat tinggi

Makan banyak makanan yang tinggi kandungan seratnya.

Makanan seperti ini biasanya mempunyai GI yang rendah. Ini dapat

membantu mengelakkan tahap gula dalam darah anda menjadi

terlalu tinggi selepas makan. Makanan yang berserat tinggi

termasuk:

Page 12: Makalah Kelompok III (Dm)

1

buah-buahan dan sayur-sayuran segar;

roti dan bijirin sarapan daripada bijian penuh;

kekacang yang dikeringkan.

Makan yang lima ini

Pastikan anda makan sekurang-kurangnya lima hidangan buah-

buahan dan sayur-sayuran setiap hari:

campurkan buah-buahan ke dalam bijirin sarapan atau yogurt

anda;

tambah salad kepada sandwic anda sewaktu makan tengahari;

pilih dua jenis sayur-sayuran dengan hidangan waktu makan

utama anda;

jadikan buah sebagai snek berbanding biskut atau kek.

Kurangkan lemak, terutamanya lemak tepu

gunakan minyak zaitun atau minyak bunga matahari untuk

memasak dan sebagai kuah salad;

gantikan mentega dengan sapuan lain yang tinggi kandungan

lemak poli tidak tepu;

panggang makanan berbanding goreng;

buang lemak pada daging atau ayam.

Jangan tinggal waktu makan

Coba makan pada masa yang sama setiap hari dan pada

jumlah yang sama setiap kali. Ini dapat membantu tahap gula

dalam darah anda kekal stabil.

Page 13: Makalah Kelompok III (Dm)

1

Jangan makan terlalu banyak makanan dan minuman manis

Kurangkan, atau elakkan terus, gula-gula, minuman

berkarbonat, jus buah-buahan dan kebanyakan pencuci mulut yang

lain. Makanan seperti ini mengandungi gula ringkas yang mudah

diserap oleh badan anda. Ia boleh meningkatkan tahap gula dalam

darah dengan cepat.

Anda boleh cairkan jus buah dengan air. Campurkan kira-

kira satu perempat jus dengan tiga perempat air, dan minum sekali

sehari. Pada masa lain, minumlah air kosong dan minuman lain

yang tidak bergula.

Bagaimana sekiranya saya tidak dapat mengawal kencing

manis saya dengan diet sahaja?

Kadang-kala, mengubah apa yang anda makan dan minum

sahaja tidak memadai untuk mengawal gula dalam darah. Ini

berlaku kepada di antara 10 hingga 20 peratus bakal-bakal ibu. Jika

ini berlaku kepada anda, anda perlu mengambil ubat juga.

Doktor anda akan mempreskripsikan ubat-ubatan atau

suntikan insulin. Jika anda dipreskripsikan insulin, doktor akan

menunjukkan bagaimana cara untuk menyuntik diri anda sendiri

dan memberitahu berapa kerap anda perlu melakukannya

2. Olah raga

Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga

kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu

hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.

Page 14: Makalah Kelompok III (Dm)

1

3. Obat-obat antidiabetik

Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik.

Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian

suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi penderita

penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya.

Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat

dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga

saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil,

karena dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang

dikandung.

Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada

trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena

adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan

tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis

antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak

antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.

4. Diuretik

Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan

miskin garam. Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.

5. Steroid-steroid seks

Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi

pada fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan

progesteron dalan dosis besar.

Page 15: Makalah Kelompok III (Dm)

1

6. Penatalaksanaan obstetrik

a. Persalinan dilakukan:

1) Pertahankan sampai aterm dan spontan.

2) Induksi persalinan pada minggu 37-38.

3) Primer seksio sesarea.

b. Penanganan bayi dengan DM:

1) Disamakan dengan bayi prematur.

2) Observasi kemungkinan hipoglisemia.

3) Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan

pengawasan ahli neonatologi.

Page 16: Makalah Kelompok III (Dm)

1

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di

mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga

menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin

yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes

Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai

dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan

euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara

selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa

pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester

kedua atau ketiga.

3.2. SARAN

Pada ibu hamil yang menderita diabetes harus mendapatkan

perawatan yang ekskluif, karena diabetes sangat mempengaruhi bayi di

dalam kandungan, maka ibu hamil perlu segera melakukan diet, kurangi

konsumsi gula, yang biasanya terdapat pada camilan dan minuman

manis.

Selain itu konsultasi pada ahli gizi, untuk pola makan yang sesuai

dengan kebutuhan kalori pada Ibu hamil. Karena jika kalori kurang, akan

berisiko kadar gula darah menurun drastis disertai keringat dingin, lemas

dan bisa saja pingsan atau biasa disebut Hipoglikemia.