makalah kelompok iii (dm)
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di
mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin
yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes
Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara
selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa
pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga.
Prevalensi DM sulit ditentukan karena standar penetapan
diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan kriteria American Diabetes
Association (ADA), sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat (AS)
menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 5,4 juta. Dengan
demikian, diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM.
Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3% penduduk
usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar 6,1%.
Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi perinatal (di sekitar waktu melahirkan), dan ibu memiliki risiko
untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes Mellitus
Gestasional ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia,
ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu
GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan
bayi dan makrosomia. Frekuensi DMG kira-kira 3–5% dan para ibu
tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari DM (Diabetes Mellitus).
2. Klasifikasi DM (Diabetes Mellitus)
3. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap DM (Diabetes
Mellitus) ?
4. Bagaimana pengaruh DM (Diabetes Mellitus) terhadap
kehamilan ?
5. Bagaimana cara penanganan DM (Diabetes Mellitus) pada
kehamilan ?
1.3. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui apa pengertian dari DM
(Diabetes Mellitus).
2. Agar kita dapat mengetahui klasifikasi DM (Diabetes
Mellitus).
3. Agar kita dapat mengetahui pengaruh kehamilan terhadap
DM (Diabetes Mellitus).
4. Agar kita dapat mengetahui pengaruh DM(Diabetes Mellitus)
terhadap kehamilan.
5. Agar kita dapat mengetahui cara penanganan DM (Diabetes
Mellitus) pada kehamilan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI DIABETES MELLITUS
Menurut Brunner and Suddarth, 2001, Diabetes Mellitus
merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus, kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada
metabolisme karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang terjadi
selama kehamilan (Marilyn, 2001).
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia).
2.2. FAKTOR RESIKO
Menurut Mochtar, 1998 kemungkinan diabetes dalam kehamilan
lebih besar bila:
1. Umur sudah lebih dari 30 tahun.
2. Multiparitas.
3. Gemuk (obesitas) yaitu berat badan saat hamil lebih dari 20% berat
badan ideal.
4. Ada anggota keluarga sakit diabetes (hereditas).
5. Ada sejarah lahir mati dan anak besar (bayi dengan berat lebih dari
4000 gram).
6. Sering abortus.
7. Glukosuria.
1
2.3. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Diabetes Mellitus secara Umum.
a. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependen
Diabetes Mellitus : IDDM.)
b. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lainnya.
d. Diabetes mellitus Gestasional (DMG).
2. Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit, berat
penyakit, dan komplikasi (White)
a. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji
toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan
insulin, cukup dengan diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin
baik.
b. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun;
berlangsung kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan
pembuluh darah.
c. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-
19 tahun; tanpa kelainan pembuluh darah.
d. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai
kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina,
tungkai, dan renitis.
e. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
f. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis
dan pielonefritis.
g. Kelas R: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau
dengan perdarahan dalam korpus vitreum.
h. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.
1
2.4. ETIOLOGI
1. Diabetes Tipe I
Menurut Brunner dan Suddart, 2001 ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya dabetes tipe I:
a Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
ke arah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat adanya respon otoimun abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 mekanisme yang tepat yang
menyebabkan belum diketahui. Namun, ada beberapa resiko yang
berhubungan dengan terjadinya DM type II, antara lain:
a. Faktor genetik.
b. Usia.
c. Obesitas.
d. Riwayat keluarga.
e. Kelompok etnik.
1
2.5. PATOFISIOLOGI
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta
persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu.
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula darah
ibu mempengaruhi kadar darah janin. Pengendalian kadar gula darah
terutama dipengaruhi oleh insulin, di samping hormon estrogen,
steroid, dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorbsi makanan
maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat.
Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3
kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan diabetojenik dalam
kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin, yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia.
Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan insulin, sehingga ia relatif hipoinsulin yang
mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Glukosa yang tidak masuk ke sel tubuh akan tertimbun di dalam
darah. Setelah mencapai kadar tertentu, glukosa tersebut juga akan
muncul dalam air seni, padahal air seni yang normal tidak
mengandung glukosa. Jika glukosa terdapat dalam air seni, glukosa
tersebut akan menarik lebih banyak air bersamanya dengan demikian
menyebabkan bertambahnya volume air seni. Karena terjadi
pengeluaran air seni yang berlebihan, tubuh kehilangan banyak cairan,
sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan.
Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya
jumlah insulin, meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang
berlebihan, boleh dikatakan sel-sel ini ‘kelaparan’. Hal ini
menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita DM
1
sudah makan lebih banyak, kelihatannya sel tidak pernah
mendapatkan cukup glukosa.
Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang “kelaparan”
ini mulai memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar
glukosa dalam darah sangat tinggi, beberapa orang menjadi mudah
tersinggung. Selain itu, tubuh juga menjadi rentan terhadap infeksi.
Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala ini dan
beberapa orang lainnya bahkan tidak mengalami gejala apa pun; pada
keadaan ini, baru diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit
DM dari pemeriksaan laboratorium rutin.
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon
estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen.
Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel, sehingga
mengurangi afinitas insulin (Prawirohardjo, 1997).
2.6. DIAGNOSTIK
Menurut Manuaba, 2000, dasar diagnosis kahamilan pada
diabetes mellitus:
a. Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus.
b. Kehamilan dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi
besar diatas 4 kg.
c. Pemeriksaan alfa feto protein untuk mencari kemungkinan
kelainan kongenital atau neurologis.
d. Pemeriksaan gula darah di atas 140 mg/lt.
e. Hasil glukosa toleransi tes abnormal:
1) Puasa kurang dari 90.
2) Jam 1 kurang dari 165
3) Jam 2 kurang dari 145
4) Jam 3 kurang dari 125
f. Kehamilan dengan cacat jasmani.
1
2.7. PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP DIABETES MELLITUS
1. Pengendalian diabetes mellitus pada kehamilan karena:
a. Emesis- hiperemesis gravidarum.
b. Pemakaian glukosa bertambah:
1) Tumbuh kembang janin dalam rahim.
2) Hiperplasia dan hipertropi jaringan.
3) Metabolisme basal ibu meningkat.
c. Efek insulin dikurangi oleh perubahan hormon: estrogen-
progesteron, plasenta laktogen, insulinase plasenta merusak
insulin ibu.
d. Terjadi kompensasi pengeluaran insulin janin dari pankreas dan
adrenal.
2. Situasi hiperglikemia memudahkan infeksi hamil atau kala nifas.
2.8. PENGARUH DIABETES MELLITUS TERHADAP KEHAMILAN
1. Dalam kehamilan
a. Insufisiensi plasenta menyebabkan:
1) Abortus-prematurius.
2) Kematian janin dalam rahim.
3) Kelainan kongenital meningkat
b. Komplikasi kehamilan dengan DM:
1) Hidramnion.
2) Makrosomia diikuti kelainan letak janin.
3) Pre-eklampsia dan eklampsia.
2. Pengaruh diabetes tehadap persalinan
a. Inersia uteri primer dan sekunder.
b. Persalinan operatif makrosomia.
3. Pengaruh terhadap kala nifas
Mudah terjadi infeksi sampai sepsis.
1
4. Pengaruh terhadap janin
Gangguan insufisiensi plasenta :
a. Abortus sampai kematian janin dalam rahim.
b. Makrosomia dengan komplikasinya.
c. Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonatus kelainan
kongenital.
d. Kelainan neurologis sampai IQ rendah.
e. Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan
lahir mati.
2.9. PENTALAKSANAAN
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil
dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:
a. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
b. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
c. Mengoptimalkan gestasi.
1
Penanganan pada penderita DM meliputi:
1. Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena
berat badannya bertambah menurun. Penderita DM dengan berat
badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800
kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah
berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet
dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan,
lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi
kecenderungan retensi air dan garam.
1. Mangatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg
BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan
pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil
DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin
D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus
sebagai berikut ;
a. Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal,
mempertahankan glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan
modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG,
makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
b. Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali
makanan antara (snack) dengan interval tiga jam.
c. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya
pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan kedondong.
d. Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti
pedoman 3J yaitu ;
1
J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
2. Cara diet untuk DM
Makan sarapan yang berkhasiat
Sarapan yang sihat dapat membantu mengawal tahap gula
dalam darah anda sepanjang pagi. Cuba makan sarapan yang
rendah GI. Bubur ialah satu pilihan yang baik kerana ia
membebaskan tenaga secara perlahan-lahan dan setara. Atau
anda boleh pilih bijirin sarapan atau roti daripada bijian penuh
dengan sedikit makanan berprotein tinggi seperti telur rebus atau
yogurt rendah lemak.
Makanan yang tinggi GI seperti bijirin sarapan bersalut gula
atau roti putih bakar dengan jem boleh meningkatkan tahap gula
dalam darah anda dengan cepat.
Makan berbagai jenis makanan pada waktu siang
Makan tiga kali sehari hidangan bersaiz kecil atau sederhana.
Anda juga boleh makan di antara dua dan empat snek, termasuk
selepas makan malam untuk mengekalkan tahap gula dalam darah
anda.
Makan makanan berserat tinggi
Makan banyak makanan yang tinggi kandungan seratnya.
Makanan seperti ini biasanya mempunyai GI yang rendah. Ini dapat
membantu mengelakkan tahap gula dalam darah anda menjadi
terlalu tinggi selepas makan. Makanan yang berserat tinggi
termasuk:
1
buah-buahan dan sayur-sayuran segar;
roti dan bijirin sarapan daripada bijian penuh;
kekacang yang dikeringkan.
Makan yang lima ini
Pastikan anda makan sekurang-kurangnya lima hidangan buah-
buahan dan sayur-sayuran setiap hari:
campurkan buah-buahan ke dalam bijirin sarapan atau yogurt
anda;
tambah salad kepada sandwic anda sewaktu makan tengahari;
pilih dua jenis sayur-sayuran dengan hidangan waktu makan
utama anda;
jadikan buah sebagai snek berbanding biskut atau kek.
Kurangkan lemak, terutamanya lemak tepu
gunakan minyak zaitun atau minyak bunga matahari untuk
memasak dan sebagai kuah salad;
gantikan mentega dengan sapuan lain yang tinggi kandungan
lemak poli tidak tepu;
panggang makanan berbanding goreng;
buang lemak pada daging atau ayam.
Jangan tinggal waktu makan
Coba makan pada masa yang sama setiap hari dan pada
jumlah yang sama setiap kali. Ini dapat membantu tahap gula
dalam darah anda kekal stabil.
1
Jangan makan terlalu banyak makanan dan minuman manis
Kurangkan, atau elakkan terus, gula-gula, minuman
berkarbonat, jus buah-buahan dan kebanyakan pencuci mulut yang
lain. Makanan seperti ini mengandungi gula ringkas yang mudah
diserap oleh badan anda. Ia boleh meningkatkan tahap gula dalam
darah dengan cepat.
Anda boleh cairkan jus buah dengan air. Campurkan kira-
kira satu perempat jus dengan tiga perempat air, dan minum sekali
sehari. Pada masa lain, minumlah air kosong dan minuman lain
yang tidak bergula.
Bagaimana sekiranya saya tidak dapat mengawal kencing
manis saya dengan diet sahaja?
Kadang-kala, mengubah apa yang anda makan dan minum
sahaja tidak memadai untuk mengawal gula dalam darah. Ini
berlaku kepada di antara 10 hingga 20 peratus bakal-bakal ibu. Jika
ini berlaku kepada anda, anda perlu mengambil ubat juga.
Doktor anda akan mempreskripsikan ubat-ubatan atau
suntikan insulin. Jika anda dipreskripsikan insulin, doktor akan
menunjukkan bagaimana cara untuk menyuntik diri anda sendiri
dan memberitahu berapa kerap anda perlu melakukannya
2. Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga
kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu
hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
1
3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik.
Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian
suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi penderita
penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya.
Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat
dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga
saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil,
karena dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang
dikandung.
Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada
trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena
adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan
tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis
antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak
antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan
miskin garam. Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi
pada fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan
progesteron dalan dosis besar.
1
6. Penatalaksanaan obstetrik
a. Persalinan dilakukan:
1) Pertahankan sampai aterm dan spontan.
2) Induksi persalinan pada minggu 37-38.
3) Primer seksio sesarea.
b. Penanganan bayi dengan DM:
1) Disamakan dengan bayi prematur.
2) Observasi kemungkinan hipoglisemia.
3) Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan
pengawasan ahli neonatologi.
1
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di
mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin
yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes
Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara
selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa
pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga.
3.2. SARAN
Pada ibu hamil yang menderita diabetes harus mendapatkan
perawatan yang ekskluif, karena diabetes sangat mempengaruhi bayi di
dalam kandungan, maka ibu hamil perlu segera melakukan diet, kurangi
konsumsi gula, yang biasanya terdapat pada camilan dan minuman
manis.
Selain itu konsultasi pada ahli gizi, untuk pola makan yang sesuai
dengan kebutuhan kalori pada Ibu hamil. Karena jika kalori kurang, akan
berisiko kadar gula darah menurun drastis disertai keringat dingin, lemas
dan bisa saja pingsan atau biasa disebut Hipoglikemia.