makalah hiperbilirubin

21
ASUHAN KEPE SITI SAL SRI SILV SRI SEL SUSI SAR TIAR TIAR TRIA TAM TIAR UN FAKU ERAWATAN PADA PASIEN DEN HIPERBILIRUBIN Kelompok 11 : I ANNISA Z.N. (22011008014 LAS AULADI (22011008013 HANDINI PERTIWI (22011008010 VIA JUNIANTY (22011008009 MELFA DAMANIK (22011008007 LLA GITA A (22011008005 I HANIFAH (22011008003 RAH RIDASHA F (22011008001 RA RACHMAWATI (22011008011 RA TRI P (22011008010 ANDINI (22011008009 MMY (22011008005 RA ARUM KESUMA (22011008005 NIVERSITAS PADJADJARAN ULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009 NGAN 45) 38) 05) 97) 79) 52) 35) 13) 18) 08) 95) 53) 50)

Upload: salas-auladi

Post on 20-Jun-2015

10.726 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

SITI ANNISA Z.N.

SALAS AULADI

SRI HANDINI PERTIWI

SILVIA JUNIANTY

SRI MELFA DAMANIK

SELLA GITA A

SUSI HANIFAH

SARAH RIDASHA F

TIARA RACHMAWATI

TIARA TRI P

TRIANDINI

TAMMY

TIARA ARUM KESUMA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIPERBILIRUBIN

Kelompok 11 :

SITI ANNISA Z.N. (220110080145)

SALAS AULADI (220110080138)

SRI HANDINI PERTIWI (220110080105)

SILVIA JUNIANTY (220110080097)

RI MELFA DAMANIK (220110080079

SELLA GITA A (220110080052

SUSI HANIFAH (220110080035

SARAH RIDASHA F (220110080013

TIARA RACHMAWATI (220110080118)

TIARA TRI P (220110080108)

TRIANDINI (220110080095

TAMMY (220110080053

IARA ARUM KESUMA (220110080050

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

JATINANGOR

2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

(220110080145)

(220110080138)

(220110080105)

(220110080097)

(220110080079)

(220110080052)

(220110080035)

(220110080013)

(220110080118)

(220110080108)

095)

053)

050)

Page 2: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul “Makalah Kasus 2

Penyakit Hiperbilirubin“ makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan

untuk memenuhi standar proses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi

dan Imunitas

Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan

imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam

proses pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan.

3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktunya untuk

menyususn makalah ini

4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih

baik.

Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari

bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di hari

kemudian.

Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat

dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.

Jatinangor, September 2009

penulis

Page 3: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada

sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup

bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita

ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat

menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya

setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus

ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat

lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.

Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1

minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang

menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut

penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus

dapat dihindarkan.

1.2. Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit hiperbilirubin.

b. Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit hiperbilirubin.

c. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita.

d. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.

1.3. Identifikasi kasus

Bayi Ny. Nina usia 4 hari dengan berat badan lahr 1800 gr yang dilahirkan

dengan usia kehamilan 35 minggu saat ini pada kulit wajah dan dada tampak

kuning, sklera kuning, dengan bilirubin total 11 mg/dL. Bilirubin direct 0,8

mg/dL, Hb 16,8 mg%, hematokrit 47%, leukosit 15.000 mg/dL, trombosit

250.000 mm3. Menurut ibu bayi Nina anak ke-2, sewaktu hamil ibu mengalami

hipertensi dengan rata-rata tekanan darah140/90 mmHg.

Page 4: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

1.4. Learning object

a. Nilai normal dari hasil pemeriksaan yang didapatkan

b. Hubungan hipertensi dengan kehamilan

c. Kenapa terjadi ikterus pada kasus yang hanya timbul pada wajah dan

dada

d. Hubungan usia kehamilan dengan penyakit hiperbilirubin

e. Pengaruh ASI terhadap penyakit hiperbilirubin dan kandungan ASI

f. Universal precaution yang digunakan

g. Apakah imunisasi boleh diberikan kepada penderita hiperbilirubin

h. Pengaruh genetik terhadap penyakit hiperbilirubin

i. Mind map

hiperbilirubin

patofisiologi

klasifikasi

Etiologi&faktor

resiko

Manifestasi

klinik

Konsep penyakit

Asuhan

keperawatan

Penanganan

medis

Konsep

etik&legal Produksi,

transportasi,

metabolisme

dan ekskresi

Pemeriksaan

diagnostik

Page 5: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Brain storming

a. Nilai normal dari hasil pemeriksaan yang didapatkan

Bilirubin direk : 0,1 – 0,4 mg/dL

Bilirubin indirek : 0,3 – 1,1 mg/dL

Hb neonatus : 14 – 27 gr/dL

Hematokrit : 40 – 68 %

Leukosit : 9000 – 30.000 /mm3

Trombosit : 140.000 – 450.000 /mm3

Tekanan darah : 100-120/ 60-80 mmHg

BB lahir bayi : 2,5 – 4 kg

Usia kehamilan : 37 – 42 minggu

b. Hubungan hipertensi dengan kehamilan

Jika seorang ibu hamil mengalami hipertensi akan menyebabkan

gangguan terhadap janinnya. Ketika mengalami hipertensi, pembuluh darah

ibu akan menyempit yang menyebabkan aliran darah menuju janin menjadi

berkurang, sehingga asupan nutrisi menuju janin ikut terganggu. Hal ini

dapat menyebabkan terganggunya oksigenasi pada janin yang kemudian

mengganggu pertumbuhan janin, dan dapat juga merusak vaskularisasi.

c. Ikterus yang terjadi pada kasus dikarenakan banyaknya kadar bilirubin

dalam darah yang kemudian keluar ke interstisial. Ikterus biasanya mulai

terlihat pada daerah muka (kadar serum bilirubin = 5 mg/dL), selanjutnya

ke perut bagian tengah (15 mg/dL) dan kaki (20 mg/dL). Pada kasus ini

ikterus hanya terjadi pada dada dan wajah karena bilirubin total bayi

tersebut 11 mg/dL. Pada kasus kadar bilirubin total 11 mg/dL sehingga

ikterus hanya timbul pada kulit wajah dan dada.

d. Hubungan usia kehamilan dengan penyakit hiperbilirubin

Pada bayi yang lahir prematur organ tubuhnya belum matur sehingga

belum bisa melakukan metabolisme dengan baik. Bayi dikatakan lahir

Page 6: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

prematur jika berat badan lahirnya kurang dari 2 kg dan dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu.

e. Pengaruh ASI terhadap penyakit hiperbilirubin dan kandungan ASI

Pemberian ASI dapat menurunkan kadar bilirubin secara bertahap.

Namun, pada beberapa kasus Kandungan ASI pada sejumlah ibu tertentu

mengandung asam lemak tak jenuh atau bahan lain yang menghambat

enzim perubah bilirubin. Biasanya kuning akibat ASI muncul antara hari ke

4 - 7, mencapai puncaknya pada minggu ke 2 - 3. ASI dihentikan

sementara, maka kadar bilirubin akan menurun dengan cepat, lalu lanjutkan

kembali menyusui. Jika ASI tidak dihentikan maka penurunan bilirubin bisa

juga terjadi tetapi secara bertahap (gradually).

f. Universal precaution yang digunakan

• Cuci tangan aseptik.

• Penggunaan APP (alat perlindungan pribadi) seperti masker, sarung

tangan.

• Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai (dekontemenasi, sterilisasi,

disinfeksi)

• Pengelolaan benda tajam (sharp precaution).

• System pengelolaan limbah dan sanitasi.

• Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit, tangan dan

lengan bawah serta luka harus di obati sampai sembuh.

g. Apakah imunisasi boleh diberikan kepada penderita hiperbilirubin

Pemberian imunisasi tidak memberikan dampak khusus terhadap

penderita hiperbilirubin. Oleh karena pentingnya pemberian imunisasi,

maka penderita hiperbilirubin juga harus diberikan imunisasi.

h. Pengaruh genetik terhadap penyakit hiperbilirubin

Faktor dapat juga mempangaruhi seseorang menderita hiperbilirubin

atau tidak. Misalnya, kurangnya sebuah struktur gen seseorang yang

menyebabkan hemopoesis tidak efektif sehingga eritositnya lisis sebelum

Page 7: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

waktunya. Hal itu dapat meningkatkan kadar bilirubin sebagai hasil dari

hemolisis.

2.2.Konsep penyakit

A. Definisi

Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum

total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada

kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus

yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.

(Ni Luh Gede, 1995)

Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50% neonatus

cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002).

Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler

sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

(Ngastiyah, 1997)

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar

nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).

Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:

1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu

bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan

komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa

melewati sawar darah otak.

2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin

larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.

B. Macam – Macam Ikterus:

1. Ikterus Fisiologis

a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga.

b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan

12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.

c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.

d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.

Page 8: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

2. Ikterus Patologik

a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.

b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi

12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.

c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.

d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

(Ni Luh Gede Y, 1995)

C. Etiolgi dan faktor resiko

Etiologi hiperbilirubin antara lain :

a. Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi ganggua

pembuluh darah

b. Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran

c. Inkompatibilitas Rh

d. Hipksia; O2 ke jaringan ↓ → metabolism anaerob ↑ → asam lemak ↑ →

bilirubin indirect ↑

e. Dehidrasi

f. Asidosis

g. Polisitemia

h. Prematur

i. ASI

j. Kelebihan produksi bilirubin

k. Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati

l. Beberapa penyakit

m. Genetic

n. Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat

o. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan

p. Hipoglikemia

Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:

Faktor Maternal

� Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

� Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

� Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

Page 9: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

� ASI

Faktor Perinatal

� Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

� Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

Faktor Neonatus

� Prematuritas

� Faktor genetic

� Polisitemia

� Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

� Rendahnya asupan ASI

� Hipoglikemia

� Hipoalbuminemia

2.3. Patofisiologi

prematuritas, eritropoesis tidak efektif, riwayat kehamilan (hipertensi)

Hemolisis Fe

Heme

globin Hb

hati

empedu ginjal

Gangguan integritas kulit

Bilirubin direct

Bilirubin indirect

Biliverdin

Sirkulasi darah

Diekskresikan

dalam betuk

pewarna feses

*duodenum

diekskresi dalam

bentuk pewarna urine

Terakumulasi di jaringan

↑bilirubin pada plasma

Resiko intoleran aktivitas

Resiko gangguan

intake nutrisi

Resiko gangguan tumbuh kembang

Perfusi O2 dan

nutrisi Ke jaringan↓

Metabolism sel↓

Pembentukan ATP↓

Anemia

Ikatan HbO↓

asupan nutrisi↓

kelemahan

Page 10: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

2.4. Penanganan medis

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti,

infuse albumin dan therapi obat.

a. Fototherapi

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti

untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas

yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum)

akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan

cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang

diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut

fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui

mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim

ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam

duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil

fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui

urine.

Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.

Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi

dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk

memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan

berat badan lahir rendah.

b. Transfusi Pengganti

Transfusi pengganti digunkan untuk:

1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel

darah merah terhadap antibody maternal

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)

3. Menghilangkan serum bilirubin

4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan

bilirubin

c. Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang

meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik

diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum

melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan

Page 11: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan

mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

2.5. Manifestasi klinik

A. Gejala-gejala

Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubin ini antara lain:

a. Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar

b. Letargi

c. Kejang

d. Tidak mau menghisap

e. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental

f. Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang

disertai ketegangan otot

g. Perut membuncit

h. Pembesaran pada hati

i. Feses berwarna seperti dempul

j. Ikterus

k. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada

neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus

dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis

serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan

displasia dentalis).

Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik)

pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar

bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.

B. komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu

keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus

gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap,

letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),

Page 12: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat

juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.

2.6. Produksi, transportasi, metabolisme, dan ekskresi bilirubin

teroksidasi oksigenase

tereduksi reduktrase

di usus

Sel darah merah ±120 hari

Membran sel pecah,

Hb di fagositosis oleh

jar. makrofag

Diabsorpsi mealaui membran sel hati

Berikatan dengan albumin dari plasma

(ditransfer melalui darah & cairan interstisial)

bilirubin

heme

Hb dipecah

biliverdin

globin

Lepas dari albumin plasma

80% berkonjugasi

dengan asam

glukuronat (bilirubin

glukuronida)

10% membentuk

bilirubin sulfat

10% berkonjugasi

dengan zat lain

Bilirubin dikeluarkan melalui proses

transpor aktif ke dalam kanalikuli

empedu masuk ke usus

urobilinogen

½ dari bilirubin konjugasi diubah oleh kerja bakteri

Beberapa diabsorpsi

melalui mukosa usus

kembali ke sirkulasi

enterohepatik

Sebagian besar diekskresikan kembali

oleh hati ke dalam usus, 5%

dieskskresikan oleh ginjal ke urine

urobilin

(dalam feses)

sterkobilinogen

sterkobilin

Page 13: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

2.7. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Bayi Ny. Nina

Usia : 4 hari

Alamat :

Jenis kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Suku bangsa :

Tanggal masuk dirawat :

Diagnosa medis : Hiperbilirubin

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Kehamilan

Bayi Ny. Nina dilahirkan dengan usia kehamilan 35 minggu, Anak ke-2,

dan pada saat kehamilan ibu mengalami hipertensi dengan rata-rata TD

140/90 mmHg.

b. Riwayat Persalinan

c. Riwayat Post Natal

Kulit wajah dan dada bayi tampak kuning dan sklera kuning.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

e. Riwayat Psikososial

f. Pengetahuan Keluarga

3. Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi

b. Eliminasi

c. Istirahat

d. Aktifitas

e. Personal Hygiene

4. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan

BB : 1800 gram

TB : -

b. Uji laboratorium

Page 14: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

Bilirubin total : 11 mg/dl

Bilirubin direct : 0,8 mg/dl

Hb : 16,8 mg%

Ht : 47%

Leukosit : 15.000 mg/dl

Trombosit : 250.000 mm

c. Pemeriksaan Menyeluruh

Inspeksi : kulit wajah dan dada tampak kuning

Auskultasi : -

Palpasi : -

Perkusi : -

d. Data Psikologis

5. Pemeriksaan diagnostik

1. Bilirubin serum

� Direct : > 1 mg / dl

� Indirect : > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % ( cukup bulan).

� Total : > 12 mg / dl

2. Golongan darah ibu dan bayi

� uji COOMBS

� Inkompabilitas ABO – Rh

3. Fungsi hati dan test tiroid sesuai indikasi.

4. Uji serologi terhadap TORCH

5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine) indikasi infeksi.

Analisa Data

Data yang menyimpang Etiologi masalah

Kulit wajah dan dada

tampak kuning

Gangguan Integritas Kulit

Resiko Intoleransi Aktifitas

Gangguan integritas kulit

Terakumulasi di jaringan

↑bilirubin pada plasma

Hemolisis

Anemia

Page 15: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

Resiko Gangguan Intake

Nutrisi

Resiko Gangguan Tumbuh

Kembang

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan

kulit wajah dan dada tampak kuning.

2. Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke

jaringan.

Resiko intoleran aktivitas

Metabolism sel↓

Pembentukan ATP↓

kelemahan

Resiko gangguan

intake nutrisi

Metabolism sel↓

Hemolisis

Anemia

asupan nutrisi↓

Metabolism sel↓

Hemolisis

Anemia

asupan nutrisi↓

Resiko gangguan

tumbuh kembang

Page 16: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

3. Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi

ke jaringan.

4. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang

C. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional

1 Gangguan

Integritas kulit

berhubungan

dengan

joundice yang

ditandai dengan

kulit wajah dan

dada tampak

kuning.

Tupen: Keadaan

kulit bayi

membaik dalam

waktu …

Kriteria hasil:

- kadar bilirubin

dalam batas

normal

- Kulit tidak

berwarna kuning

TuPan: Bayi

tidak mengalami

integritas kulit

lagi.

Mandiri:

- Monitor warna dan

keadaan kulit setiap 4-8

jam.

- Monitor kadar

bilirubin direks dan

indireks, laporkan pada

Data Obyektifter jika

ada kelainan.

- Ubah posisi miring

atau tengkurap

Perubahan posisi setiap

2 jam berbarengan

dengan perubahan

posisi, lakukan massage

dan monitor keadaan

kulit.

- Jaga kebersihan dan

kelembaban kulit.

- Mengetahui

jika selama

dalam

perawatan kulit

bayi tidak

mengalami

gangguan

integritas kulit.

- Untuk

mengetahui

adanya

peningkatan

atau penurunan

kadar bilirubin.

-Meningkatkan

sirkulasi ke

semua area

kulit.

- Area lembab,

terkontaminasi

memberikan

media yang

sangat baik

untuk

pertumbuhan

organisme

patogen.

2 Resiko

Intoleransi

Aktifitas

berhubungan

TuPen: Klien

mampu

melakukan

aktifitas secara

Mandiri:

- Monitor keterbatasan

aktifitas, kelemahan saat

aktifitas.

-mempengaruhi

pilihan

intervensi atau

Page 17: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

dengan

penurunan

perfusi O2 ke

jaringan

mandiri.

TuPan: Klien

mampu

mempertahankan

kemampuan

aktifitas

seoptimal

mungkin.

- Berikan lingkungan

yang tenang, lakukan

istirahat adekuat setelah

aktifitas.

Kolaborasi:

-Berikan nutrisi yang

adekuat, kolaborasi

dengan ahli gizi.

bantuan.

- meningkatkan

istirahat untuk

menurunkan

kebutuhan

oksigen tubuh,

membantu

memenuhi

kebutuhan

energi.

- Nutrisi

dibutuhkan

untuk klien

memenuhi

kebutuhan

energi dalam

melaksanakan

aktivitas.

3 Resiko

Gangguan

Intake Nutrisi

berhubungan

dengan

penurunan

suplai nutrisi ke

jaringan

TuPen: Klien

menunjukkan

peningkatan

berat badan.

TuPan: BB klien

mendekati ideal

(tidak ada tanda

malnutrisi).

Mandiri:

- Ukur intake makanan

dan kebutuhan nutrisi

- Beri asupan nutrisi

yang sesuai dengan

kebutuhan klien

Kolaborasi:

- Pantau hasil lab.,

seperti Hb dan lain-

lainnya.

- Mengawasi

masukan kalori

atau kualitas

kekurangan.

- Mencegah

malnutrisi

- Meningkatkan

efektivitas

program

pengobatan

termasuk

sumber dan diet

nutrisi yang

dibutuhkan.

4 Resiko

Gangguan

Tumbuh

Kembang

TuPen: Klien

dapat menerima

keadaan

tubuhnya secara

proporsional.

TuPan: Klien

dapat

beradaptasi

dengan keadaan

Mandiri:

- Kajilah kemampuan

yang dimiliki klien

- Mencari

alternatif untuk

menutupi

kekurangan

dengan

memanfaatkan

kemampuan

yang ada.

Page 18: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

tubuhnya.

- Eksplorasi aktivitas

baru yang dapat

dilakukan.

- Memfasilitasi

klien dengan

memanfaatkan

kelebihan klien.

2.8.Konsep legal etik keperawatan

a. Respect for autonomy

� Memberikan Informasi yang benar. Misalnya menjelaskan tentang keadaan

klien pada orang tua dan persyaratan serta tindakan ayang akan dilakukan

pada klien.

� Privasi klien. Misalnya dalam kasus ini saat melakukan tindakan

keperawatan perawat harus menjaga privasi klien, contohnya saat

melakukan fototerapi, privasi klien harus dijaga dengan baik.

� Melindungi Informasi mengenai kesehatan klien yang bersifat rahasia.

Misalnya dalam kasus ini perawat harus merahasiakan kondisi kesehatan

klien kepada pihak-pihak tertentu atau pihak-pihak yang apabila klien minta

untuk dirahasiakan.

� Memperoleh persetujuan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan

terhadap klien (informed consent). Misalnya dalam kasus ini perawat

meminta persetujuan klien sebelum melakukan tindakan fototerapi dan

semua eek sampingnya

b. Non – Maleficence (non – malefisiensi atau tidak menimbulkan injury).

� Prinsip non – malefisiensi menuntut perawat menghindarkan segala sesuatu

yang dapat membahayakan klien selama pemberian asuhan keperawatan.

� Kewajiban bagi tenaga keperawatan saat melakukan tindakan untuk tidak

mengakibatkan injury terhadap klien.

� Penerapan dalam praktek keperawatan menekankan perlunya diterapkan

standard untuk mencegah terjadinya injury pada klien :

� Standard Praktek Keperawatan

� Standard Asuhan Keperawatan

� Standard Prosedur

� Standard Tenaga Keperawatan

Dalam kasus ini perawat harus memperhatikan dan menerapkan standard dalam

melakukan setiap tindakan keperawatan.

Page 19: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

c. Beneficence

� Prinsip beneficence menuntut perawat memberikan maslahat (beneficence)

kesehatan pada klien, keseimbangan maslahat terhadap resiko dalam situasi

tersebut dimana suatu pilihan harus dibuat dan menentukan cara terbaik

untuk membantu klien. Percakapan perawat dapat membantu klien

mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam hal maslahat dan resiko yang

relevan dengan moral, seperti kualitas masalah hidup.

� Kewajiban moral untuk mencegah terjadi injury.

� Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien. Termasuk melindungi

hak-hak klien dalam pelayanan kesehatan :

1) Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

a. Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan.

b. Akses pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai dan norma kultural

klien.

c. Pelayanan kesehatan yang berkualitas.

2) Hak untuk mendapatkan informasi.

3) Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

4) Hak untuk mendapat informed consent.

5) Hak untuk menolak consent.

6) Hak untuk mengetahui nama dan status tim kesehatan.

7) Hak untuk mendapat second opinion.

8) Hak untuk diperlakukan dengan respect.

9) Hak untuk confidentiality.

Page 20: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang

lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit,

sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus,

yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.

Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan

dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).

Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan

prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar

bilirubin dalam darah.

Diagnosa keperawatan pada penderita hiperbilirubin, antara lain:

� Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai

dengan kulit wajah dan dada tampak kuning.

� Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke

jaringan.

� Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai

nutrisi ke jaringan.

� Resiko Gangguan Tumbuh Kembang.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatn, perawat juga harus menerapkan

universal precaution agar keselamatan penderita dan perawat dapat terjaga. Konsep

legal etik juga harus dilakukan agar klien dapat merasa nyaman dan kondisi klien

dapat segera membaik.

Page 21: MAKALAH HIPERBILIRUBIN

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.

Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko

Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC.

http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/asuhan-keperawatan-dengan-

hiperbilirubin.pdf

http://healindonesia.wordpress.com/2008/08/09/medical-check-up/

http://trisnoners.blogspot.com/2008/03/hiperbilirubin-by-sutrisno-s.html

http://varyaskep.files.wordpress.com/2009/02/b007-hiperbilirubinemia.pdf

http://www.drdidispog.com/2008/10/kuning-pada-bayi-baru-lahir.html

http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html.

http://www.penyakithepatitis.com/Bilirubin.htm