makalah asia tenggara lama kelompok 3

21
MAKALAH KOLONIALISME BELANDA DI INDONESIA, INGGRIS DI BIRMA (MYANMAR) DAN SEMENANJUNG MALAYA (MALAYSIA DAN SINGAPURA) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara Lama Yang dibina oleh Bapak Andang Firmansyah, M.Pd Kelompok 3 Disusun oleh : 1. Essy Amalia (F12311410017) 2. Evi Damayanti (F1231141007) 3. Hanifatuzzahroh (F1231141002) 4. Kasino (F1231141010) 5. Novitasari (F1231141016) 6. Rudi Rahmadinata (F1231141031) 7. Yunita Bakti (F1231141015) 8. Zakiah Aulia (F1231141018)

Upload: andang-firmansyah

Post on 12-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

MAKALAH

KOLONIALISME BELANDA DI INDONESIA, INGGRIS DI BIRMA (MYANMAR)

DAN SEMENANJUNG MALAYA (MALAYSIA DAN SINGAPURA)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara Lama

Yang dibina oleh Bapak Andang Firmansyah, M.Pd

Kelompok 3

Disusun oleh :

1. Essy Amalia (F12311410017)

2. Evi Damayanti (F1231141007)

3. Hanifatuzzahroh (F1231141002)

4. Kasino (F1231141010)

5. Novitasari (F1231141016)

6. Rudi Rahmadinata (F1231141031)

7. Yunita Bakti (F1231141015)

8. Zakiah Aulia (F1231141018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK

2015

Page 2: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang membahas

tentang “Kolonialisme Belanda di Indonesia, Inggris di Birma (Myanmar) dan Semenanjung

Malaya (Malaysia dan Singapura)” sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Andang Firmansyah, M.Pd , selaku Dosen mata kuliah Sejarah Asia Selatan

Lama.

2. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dorongan dan doanya

demi terselesaikan makalah ini;

3. Kepada petugas perpustakaan, yang selalu mengizinkan kami dalam

peminjaman buku untuk menyelesaikan makalah ini;

4. Teman – teman S1 Pendidikan Sejarah angkatan 2014 yang telah memberikan

segala dukungan, saran dan bantuannya dalam proses penyusunan makalah

ini.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat.

Pontianak, 22 April

2015

Kelompok 3

Page 3: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Daftar isi .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kolonialisme Belanda di Indonesia.............................................. 3

B. Kolonialisme Inggris di Birma (Myanmar) .................................. 5

C. Kolonialisme Inggris di Semenanjung

Malaya (Malaysia dan Singapura )................................................ 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 11

Page 4: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu, bangsa-bangsa di dunia tertarik untuk mengusai Indonesia, terutama

bangsa-bangsa Barat. Hal itu disebabkan oleh letak Indonesia yang sangat strategis dan

kekayaan alamnya berlimpah-limpah. Dikatakan strategis karena Indonesia berada di

persimpangan dua samudera dan dua benua. Selain itu Indonesia juga terletak di jalur

perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat subur, Indonesia juga mempunyai

kandungan alam yang banyak, seperti minyak. emas, dan tembaga.

Diantara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belanda lah yang paling

bernafsu menguasai Indonesia. Untuk melaksanakan tekadnya itu Belanda mendirikan

VOC. VOC adalah kongsi dagang Belanda yang mencari keuntungan yang sebesar–

besarnya di Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak menghiraukan kemajuan Indonesia.

Setelah satu abad malang melintang di Indonesia, pada tahun 1799 VOC dibubarkan.

Adapun sebab-sebab jatuhnya VOC antara lain karena korupsi yang merajalela di

kalangan para pegawainya. Selain itu, banyak pegawainya yang tidak cakap. Hal ini

menyebabkan pengendalian monopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sebab lain adalah VOC banyak menanggung hutang. Hutang tersebut akibat peperangan

yang dilakukan baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris dalam

memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan. Selain itu terjadi kemerosotan moral

di kalangan para pegawai akibat sistem keuangan yang dinilai kurang transparan.

Keserakahan VOC membuat penguasa lokal tidak bersungguh-sungguh membantu

VOC dalam perdagangan. Akibatnya, rempah-rempah yang diperoleh VOC tidak seperti

yang diharapkan. Penyebab terakhir adalah tidak jalannya Verplichte leverantien

(penyerahan paksa) dan Preangerstelsel (aturan Priangan) karena korupsi dan biaya

pengeluaran yang terlalu besar.

Abad ke–19 menjadi saksi perubahan drastis tatanan kehidupan di Asia Tenggara,

bahkan hampir diseluruh belahan dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi,

kedokteran dan lain sebagainya. Hampir semuanya merupakan keberhasilan dunia barat

serta industrialisasi Eropa yang terjadi pada saat yang bersamaan mendorong percepatan

modernisasi dan globalisasi ke level tertentu.

Perhatian Inggris terhadap Asia Tenggara dimuai ketika pada tahun 1579 penjelajahan

F. Drake singgah di Ternate. Ekspedisi lainnya dikirim kan pada akhir abad XVI dan pada

Page 5: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

tahun 1600 EIC dibentuk untuk mengadakan hubungan dagang dengan kepulauan

rempah-rempah. Inggris mendapatkan kesempatan baik untuk menanamkan

kedudukannya di Birma ketika mendapatkan izin dari raja Alaungpaya mengangkat

dirinya sebagai raja di Ava pada tahun 1753 – 1760. Birma jatuh ditangan Inggris setelah

mengalami perang sebanyak 3 kali perang yang disebut The Three Burmese Wars. Selain

Birma negara lainnya di Asia Tenggara yang dikuasai Inggris adalah Semenanjung

Malaya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kolonialisme Belanda di Indonesia?

2. Bagaimanakah kolonialisme Inggris di Myanmar (Birma) ?

3. Bagaimanakah kolonialisme Inggris di Semenanjung Malaya (Malaysia dan

Singapura) ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui kolonialisme Belanda di Indonesia.

2. Mengetahui kolonialisme Inggris di Myanmar (Birma).

3. Mengetahui kolonialisme Inggris di Semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura).

Page 6: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kolonialisme Belanda di Indonesia

Politik kolonial liberal digelar sejak 1 Januari 1800, dijalankan oleh gubernur

Jenderal van Straten dan Gubernur Jenderal Daendels. Pada tahun 1800, Negeri Belanda

berada di bawah penjajahan Perancis. Perancis di bawah Napoleon berhasil merebut

Belanda, sehingga secara tidak langsung Indonesia dijajah Perancis.

Kerajaan Belanda dilebur menjadi Republik Bataaf yang dikuasai oleh partai

Patriot yang dipimpin Daendels. Oleh Napoleon, Daendels diangkat menjadi panglima

perang. Kemudian Negeri Belanda diubah menjadi kerajaan lagi. Rajanya adalah Louis

Napoleon, adik Napoleon Bonaparte, yang bercita-cita menguasai seluruh Eropa dengan

pimpinan keluarganya sendiri.1

Perang Perancis-Inggris membahayakan Indonesia, karena Inggris berusaha

merebut daerah-daerah VOC. Louis Napoleon mengirim Daendels sebagai Gubernur

Jenderal ke Indonesia. Tugas utama Daendels di Indonesia adalah mempertahankan Pulau

Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib rakyat selaras

dengan cita-cita Revolusi Perancis.

Dalam menjalankan tugasnya itu, Daendels memberantas sistem feodal yang

sangat diperkuat oleh VOC. Untuk mencegah penyalah-gunaan kekuasaan, serta hak-hak

bupati mulai dibatasi, terutama yang menyangkut penggunaan tanah dan pemakaian

tenaga rakyat. Baik wajib tanam maupun wajib kerja hendak dihapuskannya. Hal ini tidak

hanya akan mengurangi pemerasan oleh para penguasa tetapi juga lebih selaras dengan

prinsip kekebasan berdagang.2

Kondisi pada waktu itu menjadi hambatan pokok bagi pelaksanaan ide-ide bagus

tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat itu keadaan masih berlaku zaman VOC

ialah bahwa para bupati dan penguasa daerah lainnya masih memegang peranan dalam

perda-gangan. Sebagai perantara mereka memperoleh keuntungan, antara lain berupa

prosenan kultur. Hadiah tersebut berupa presentasi dari harga tafsiran penyerahan wajib

dan kontingen yang dipungut dari rakyat. Sistem itu membawa akibat bahwa pasaran

1 A. Kahardiyat Wijayanto, “Masa Kolonial Belanda”, Eprints Dinus, diakses pada http://eprints.dinus.ac.id/14367/1/[Materi]_A._Kardiyat_Wiharyanto_-_MASA_KOLONIAL_BELANDA.pdf pada tanggal 20 April 2015 pukul 13.35 WIB.

2 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium, Jakarta, PT Gramedia, 1987, hal. 291.

Page 7: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

bebas tidak berkembang dan tidak muncul suatu golongan pedagang, suatu unsur sosial

yang lazim berperan penting dalam proses liberalisasi masyarakat feodal atau tertutup.

Faktor penghambat kedua adalah bahwa dalam struktur feodal itu kedudukan

bupati sangat kuat, sehingga setiap tindakan perubahan tidak dapat berjalan tanpa

kerjasama mereka. Kepemimpinannya berakar kuat dalam masyarakat sehingga tidak

mudah menggeser kedudukannya, apalagi mengurangi kekuasaan dan wewenangnya.

Adapun faktor ketiga terdapat dalam tugas pemerintahan Daendels sendiri yaitu

untuk mempertahankan Pulau Jawa terhadap serangan Inggris. Untuk mempertahankan

Pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels memperkuat angkatan darat, angkatan laut

dan melakukan perbaikan keuangan pemerintah. Dalam rangka memperkuat angkatan

darat, Daendels meningkatkan jumlah tentaranya. Ia mengangkat orang-orang Indonesia

terutama orang Minahasa dan Madura. Demikian juga para budak dibebaskan untuk

dijadikan prajurit. Dalam waktu singkat Daendels memiliki 20 ribu prajurit.

Untuk kelengkapan prajurit tersebut, didirikan pabrik senjata di Semarang dan

Surabaya. Demikian pula, agar pemindahan tentara di pantai utara Jawa bisa dilakukan

dengan cepat, Daendels membuat jalan raya dari Anyer sampai Penarukan sepanjang

1000 km dengan kerja rodi (paksa). Jalan raya itu disebut Jalan Raya Pos (Grote

Postweg).

Untuk keperluan pembangunan raksasa itu dibutuhkan tenaga rakyat, maka dari

itu wajib kerja (verplicte diensten) dipertahankan. Di samping itu wajib penyerahan juga

masih berlaku yaitu pajak hasil bumi (kontingenten). Ia juga mengadakan pinjaman paksa

dan monopoli beras, serta menjual sebagian tanah gubernemen (pemerintah) kepada kaum

pengusaha (partikelir atau swasta). Dengan demikian pada masa pemerintahan Daendels

sebenarnya sistem tradisional masih berjalan terus. Sejalan dengan prinsip-prinsip

kebijaksanaannya Daendels membatasi kekuasaan para raja, antara lain hak mengangkat

penguasa daerah diatur kembali, termasuk larangan untuk menjual-belikan jabatan itu.

Karena mengadakan pemberontakan atau menentang kebijaksanaan Daendels maka

kesultanan Banten dihapuskan.

Dengan dibangunnya Jalan Raya Pos, ternyata bukan hanya kepentingan militer

saja yang terlayani, tetapi jalan tersebut juga sangat penting untuk pengembangan sosial,

ekonomi dan politik. Ini berarti bahwa jalan tersebut tidak hanya berperan dalam bidang

transportasi, tetapi juga dalam bidang administrasi pemerintahan dan mobilitas sosial.

Daendels dikenal memiliki sifat gila hormat, gila kuasa dan keras kemauannya.

Karena sifat-sifatnya itu ia dijuluki Tuan Besar Bledeg (Tuan Besar Guntur), sehingga

Page 8: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

mengundang kebencian rakyat dan para pegawainya. Louis Napoleon yang merasa

bertanggung jawab atas baik-buruknya pemerintahan di Indonesia, merasa tersinggung

kehormatannya atas sikap Daendels itu. Karena itu pada tahun 1811 ia dipanggil ke Eropa

dan diganti oleh Jansens. Setelah dicopot dari jabatannya, ia menjadi opsir tentara

Perancis dan ikut menyerang Rusia pada tahun 1812. Ketika Napoleon jatuh pada tahun

1814, Daendels kembali ke Negeri Belanda dan diangkat menjadi Gubernur di Guinea

Afrika (Afrika Barat) sampai meninggal pada tahun 1818.

B. Kolonialisme Inggris di Birma (Myanmar)

Setelah Burma menjadi wilayah jajahan Inggris, Burma dijadikan provinsi India

oleh Inggris pada tahun 1886. Latar belakang dijadikan Burma menjadi Provinsi India

karena Burma memiliki kesamaan budaya dan agama, sehingga semua peraturan yang

ditetapkan oleh Inggris terhadap India juga berlaku pada Burma. Inggris yang terkenal

dengan Revolusi Industrinya pada 1760, maka wilayah jajahan yang secara tidak

langsung terkena imbasnya. Misalnya di Burma terjadi perubahan yang signifikan dalam

hal pertanian, yakni dari pertanian yang hanya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan

sendiri menjadi pertanian yang juga bertujuan untuk dipasarkan. Terjadinya perubahan ini

bukan tidak mendapat respon dari masyarakat, timbul beberapa konflik (non-fisik) antara

masyarakat dan pihak Inggris. Meskipun demikian masyarakat tetap dapat menikmati

hasil dari perubahan tersebut, karena Inggris bukanlah negara seperti Belanda yang

menjajah dengan mengambil semua hasil alam pada daerah jajahan.

Selain itu Inggris juga mengirimkan imigran India ke Burma, hal ini dilakukan

oleh Inggris untuk mengurangi kepadatan yang berada di India. Para Imigran India mulai

beradaptasi dengan lingkungan Burma, hingga tak heran jika pada tahun 1930-an

perekonomian Rangoon dikuasai oleh orang India. Burma dipisahkan oleh Inggris sebagai

provinsi India pada 1937, pemisahan ini dilakukan karena terdapat permasalah ekonomi

yang kemudian berlanjut pada masalah rasial (Shelby Tucker). Produksi pertanian Burma

memburuk pada tahun 1930-an yang disebabkan oleh dikuasainya tanah pertanian Burma

oleh rentenir India, akibatnya muncul gerakan anti-India. Agar gerakan anti-India ini

tidak semakin meluas maka pemerintah Inggris atas saran dari Lord Simon untuk

memisahkan Burma dengan India, akhirnya Inggris memisahkan Burma dari Provinsi

India pada 1 April 1937. Akibat pemisahan itu, maka pemerintah Inggris mendirikan

pemerintahan sendiri di Burma yang terdiri dari dua bagian yaitu Senat (upper house)

Page 9: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

yang terdiri dari 36 Anggota dan House of Representative (lower house) yang terdiri dari

132 kursi.3

Perubahan yang signifikan juga terjadi pada bidang administrasi, pada awalnya

segala bentuk pemerintahan Burma berada ditangan biksu (pongyis). Semua berubah

ketika Inggris datang tanpa disengaja, hal inilah yang kemudian memunculkan kecemasan

dari pihak pendeta karena mereka berfikir bahwa Burma akan menjadi negara sekuler

(bersifat keduniaan), hingga para biksu ini mempelipori gerakan nasionalisme (gerakan

kemerdekaan).

Inggris juga mendirikan Universitas Rangoon untuk mendapatkan masyarakat

Burma yang berkualitas, sehingga dapat ditempatkan dalam tenaga kerja dan pegawai

kantor. Pemerintah Inggris juga membangun jalur kereta api, sistem pos yang modern,

dan beberapa alat komunikasi, yang mana kesemuanya itu membutuhka orang yang

berkaulutas untuk mengoperasikannya.

C. Kolonialisme Inggris di Semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura)

Pada tahun 1511 malaka diduduki  oleh Portugis, peristiwa itu menandai

dimulailah penyebaran pengaruh Eropa di Jazirah Malaya. Kekuasaan Portugis atas

Malaka kemudian digantikan oleh Belanda pada tahun 1641. namun pendudukan Belanda

dan Portugis tidak membawa banyak perubahan dalam sikap hidup bangsa Melayu yang

beragama Islam. Pada akhir abad ke-18 Inggris merebut Pulau Pinang dari Sultan Kedah.

Ekspansi Inggris tersebut dilanjutkan dengan merebut Singapura dari Sultan Johor.

Inggris makin memantapkan kekuasaannya di Jazirah Malaya dengan merebut pula

Malaka dari tangan Belanda, yang ditukar dengan Bengkulu yang semula dikuasai oleh

Inggris. Tujuan kedua Negara kolonial tersebut tiada lain untuk menyatukan wilayah

kekuasan mereka yang sudah terlebih dahulu berada dalam tangannya. Dua tahun

kemudian wilayah Pinang, Malaka, dan Singapura dihimpun dalm suatu wilayah

kekuasaan inggris, yang dikenal dengan nama Straits Settelements (wilayah permukiman

selat malaka).

Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara.

Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber

daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga

mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda.

3 Rennny Maniez, “Myanmar” Renny Maniez diakses pada http://rennymaniez.blogspot.com/2012/06/myanmar.html pada tanggal 21 April 2015 pukul 21.00 WIB.

Page 10: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis eksport berkembang

dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan tenaga kerja menghasilkan

imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan China, sehingga terjadilah perubahan

demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa modern

seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern

(dalam lingkup yang terbatas), turut menaburkan benih-benih kebangkitan gerakan-

gerakan Nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.

Britania Raya/Inggris mendirikan koloni pertamanya di Semenanjung Malaya

pada 1786, dengan penyewaan pulau Penang kepada Perusahaan India Timur

Britania oleh Sultan Kedah. Pada 1824, Britania Raya menguasai Melaka setelah

ditandatanganinya Traktat London atau Perjanjian Britania-Belanda 1824 yang membagi

kepemilikan Nusantara kepada Britania dan Belanda, Malaya untuk Britania,

dan Indonesia untuk Belanda.4 Pada 1826, Britania mendirikan Koloni

Mahkota di Negeri-Negeri Selat, menyatukan kepemilikannya di

Malaya: Penang, Melaka, Singapura, dan Pulau Labuan. Penang yang didirikan

pada 1786 oleh Kapten Francis Lightsebagai pos komersial dianugerahkan oleh Sultan

Kedah. Negeri-Negeri Selat mulanya diurus di bawah British East India Company di

Kalkuta, sebelum Penang, dan kemudian Singapura menjadi pusat pengurusan koloni

mahkota, hingga 1867, ketika tanggung jawab pengurusan dialihkan kepada Kantor

Kolonial di London.

Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan

Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial

pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat

membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri

penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam Britania ditugaskan

demi mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh

bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjian Pangkor 1874 membuka jalan untuk

perluasan pengaruh Britania di Malaya. Perjanjian Pangkor memberikan wewenang

terhadap Inggris untuk bertindak sebagai penasehat Sultan Melayu. Persetujuan Pangkor

tersebut menunjukkan adanya perubahan politik yang secara tidak langsung menunjukkan

adanya perubahan politik yang secara langsung atau tidak langsung telah mengurangi

kekuasaan formal sultan-sultan itu sebagai kepala Negara. Dengan ditandatanganinya

4 David Kurniawan, “Inggris di Malaysia”, Realita David diakses pada http://davidhaho.blogspot.com/2012/05/inggris-di-malaysia.html pada tanggal 20 April 2015 pukul 14.55 WIB.

Page 11: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

persetujuan Pangkor itu Inggris telah mengambil alih kewajiban-kewajiban politik yang

tadinya dijalankan oleh para sultan dan kaum bangsawan Melayu. Memasuki abad ke-20,

Negeri Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, bersama-sama dikenal

sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu (jangan dibingungkan oleh Federasi Malaya), di

bawah kendali de Factoresiden Britania diangkat untuk menasehati para penguasa

Melayu. Orang Britania menjadi "penasehat" di atas kertas, tetapi sebenarnya, mereka

menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa Melayu.

Pada tahun 1910 terjadi suatu perkembangan ekonomi yang mampu mengangkat

taraf kehidupan penduduk sebagian Jazirah Malaya, yaitu dengan dimulailah usaha

perindustrian karet. Pertumbuhan industri karet ini menyebabkan timbulnya gelombang

imigrasi kedua. Daerah Malaysia timur pada tahun seorang petualang Inggris, James

Brooke, mengunjungi Kucing yang waktu itu termasuk wilayah kekuasaan Kesultanan

Brunai, selanjutnya pada tahun 1877 dan 1878 pedagang-pedagang Inggris berhasil

mendapatkan daerah Kalimantan utara dan timur dari Kesultanan Brunai dan juga dari

Sultan Sulu (wilayah Filipina sekarang). Setelah dua bulan pertemuran pada tahun 1941-

1942 di awal perang dunia kedua untuk wilayah pasifik seluruh Jazirah Malaya dan

daerah-daerah Kalimantan diduduki Jepang sampai Negara itu menyerahkan kembali

kepada Inggris dalam bulan September 1945.

Page 12: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad ke-16.

Ketertarikan di bidang perdagangan umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia

Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan

harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.

Setelah menelusuri sejarah pemerintah kolonial antara tahun 1800-1825, ternyata

Indonesia memang mengalami masa liberal, yakni sejak pemerintah kolonial liberal yang

dijalankan oleh van Straten dan Daendels, kemudian pemerintah liberal model Inggris

(Raffles), dan akhirnya pemerintah liberal model van der Capellen. Indonesia mengalami

masa liberal ketika Raffles menjadi Letnan Gubernur di Indonesia. Di samping sifat

kolonial Inggris yang memang liberal, pemerintah Inggris di Indonesia tidak menghadapi

ancaman musuh, sehingga Raffles berusaha memperbaiki nasib rakyat. Dalam

kenyataannya, politik Raffles ini mengalami kegagalan, sebab juga harus menghadapi

mental dan kultur yang masih hidup dalam alam tradisional. Ini berarti Raffles harus

menghadapi unsur feodal yang sangat kuat kedudukannya serta sistem ekonomi yang

masih tertutup. Dengan demikian sistem liberal pada saat itu memang belum cocok dan

tidak realistis.

Myanmar (Birma) telah berkembang menjadi sebuah wilayah yang sangat kuat

dalam berbagai sektor, seperti sektor budaya, sosial, ekonomi dan politik pada masa

Dinasti Koumboung. Sehingga hal ini memicu keinginan bangsa barat yaitu Inggris yang

pada saat itu berada di India untuk meluaskan kolonialismenya ke Negeri Birma. Inggris

memiliki berbagai macam cara yang licik untuk dapat mempengaruhi rakyat Birma, agar

kolonialisme Inggris dapat berjalan lancar di negeri Birma. Sehingga Inggris dapat

dengan leluasa mengeskplorasi Birma dan membuat pembodohan bagi masyarakat Birma.

Inggris (British East India Company), setelah itu secara relatif datang ke wilayah.

Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia

Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di

tahun 1819, Stamford Raffles mendirikan Singapura sebagai pusat perdagangan Inggris

dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan

tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang

memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Penguasaan kolonial

Page 13: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

memberikan dampak yang nyata terhadap malaysia. Kekuatan-kekuatan kolonial memang

memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar yang besar,

akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini.

Pada tanggal 23 Agustus 1961 antara Perdana Menteri Malaya dengan Perdana

Menteri Singapura tercapai persetujuan tentang prinsip penggabungan kedua daerah

tersebut. Hasil dari pembicaraan di London pada tanggal 20- sampai tanggal 22

Nopember 1961 antara Menteri Inggris dengan Malaya telah dicapai kata sepakatan

tentang pembentukan Negara Federasi.

B. Saran

Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengaerti dan

memahami sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, Inggris di Birma (Myanmar) dan

Semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura). Diharapkan membuka wawasan kembali

sejarah Melayu yang merupakan tetangga negara kita Republik Indonesia.

Page 14: Makalah Asia Tenggara Lama Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.dinus.ac.id/14367/1/[Materi]_A._Kardiyat_Wiharyanto_-

_MASA_KOLONIAL_BELANDA.pdf Diakses pada tanggal 20 April 2015 pukul

13.35 WIB.

Sartono Kartodirdjo. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium

Sampai Imperium, Jakarta, PT Gramedia.

http://rennymaniez.blogspot.com/2012/06/myanmar.html diakses pada tanggal 21 April 2015

pukul 21.00 WIB.

http://davidhaho.blogspot.com/2012/05/inggris-di-malaysia.html diakses pada tanggal 20

April 2015 pukul 14.55 WIB.