makalah kelompok blok 14

29
Pendahuluan Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerakan pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. Dalam makalah ini, akan dibahas lagi lebih rinci mengenai anamnesa apa yang harus dilakukan pada pasien dengan keluhan muskuloskeletal, pemeriksaan fisik dan penunjang, manifestasi klinis, diagnosis kerja dan diagnosis banding, etiologi, patogenesis, penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, beserta prognosis dari osteoartritis. Anamnesis Membuka wawancara dengan beberapa patah kata perkenalan yang ramah : membuat hubungan (rapport) dengan pasien adalah penting. 1 1. Mulailah dengan pertanyaan terbuka (‘Coba ceritakan pada saya masalah apa yang membuat anda datang ke rumah 1

Upload: fadlun-akbar-avisi

Post on 11-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

klmlk

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok Blok 14

Pendahuluan

Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini

merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

berhubungan dengan usia lanjut.

Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerakan

pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan

dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan

penyakit-penyakit sendi lainnya.

Dalam makalah ini, akan dibahas lagi lebih rinci mengenai anamnesa apa yang harus

dilakukan pada pasien dengan keluhan muskuloskeletal, pemeriksaan fisik dan penunjang,

manifestasi klinis, diagnosis kerja dan diagnosis banding, etiologi, patogenesis,

penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, beserta prognosis dari osteoartritis.

Anamnesis

Membuka wawancara dengan beberapa patah kata perkenalan yang ramah : membuat

hubungan (rapport) dengan pasien adalah penting.1

1. Mulailah dengan pertanyaan terbuka (‘Coba ceritakan pada saya masalah apa yang

membuat anda datang ke rumah sakit’) dan dengarkan cerita pasien, mencatat

sembari pasien berbicara.

2. Setelah beberapa menit mendengarkan, biasanya ada beberapa poin yang harus

diperjelas dengan pernyataan cerdas terutama bagi keluhan seperti pusing, gelap

sesaat, pingsan, dan gangguan pencernaan – kata-kata yang dapat mengarah ke

berbagai gejala berbeda.

3. Tanyakan semua bidang yang penting sehingga anda mendapat gambaran lengkap.1

Daftar pertanyaan dalam anamnesis, antara lain :

1. Usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan pekerjaan

2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang1

Page 2: Makalah Kelompok Blok 14

Onset (mendadak/bertahap), perjalanan penyakit (terus menerus/intermiten;

membaik/memburuk/tetap), dan respon terhadap terapi.

4. Pengobatan sekarang dan sebelumnya

Termasuk obat bebas yang digunakan pasien; pada pasien wanita tanyakan mengenai

penggunaan pil KB dan terapi penggantian hormon.

5. Alergi

Alergi terhadap obat-obatan tertentu atau bahan lain. Juga tanyakan efek samping

obat yang penting.

6. Tembakau dan alkohol

Penyalahgunaan obat bila diduga relevan dengan masalah klinis pasien.

7. Penelusuran data-data fungsional

Memeriksa semua sistem tubuh: ini adalah daftar untuk meyakinkan tidak ada gejala

penting yang terlewatkan atau terlupakan oleh pasien.

8. Riwayat penyakit dahulu

Dalam hal medis, bedah, obstetriginekologi, trauma (patah tulang atau cedera khusus

lainnya), dan psikiatri.

9. Riwayat keluarga

Tentukan usia, kesehatan, atau penyebab kematian orang tua, saudara kandung dan

anak (Adakah anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa). Riwayat keluarga

bisa berhubungan dengan diagnosis, dan sering membantu dalam memahami

mengapa gejala tertentu berkaitan secara signifikan dengan emosi pasien.

10. Riwayat sosial

Termasuk: riwayat pekerjaan (apa pekerjaan Anda sekarang? Apa pekerjaan

sebelumnya? Pekerjaan apa yang paling lama Anda lakukan?). pada pasien dengan

gejala gangguan pernapasan, tanyakan secara spesifik mengenai paparan debu, asap,

dan asbestos dalam pekerjaan.

11. Riwayat pribadi

(deskripsi gaya hidup secara umum; bila cacat, siapa yang merawat; penggunaan

pelayanan seperti perawat pribadi; hewan peliharaan dan kontak lain dengan

binatang); riwayat seksual (jika relevan: mulai dengan pertanyaan terbuka seperti

“Siapa orang terpenting dalam hidup Anda?” ; riwayat bepergian.1

Pemeriksaan

2

Page 3: Makalah Kelompok Blok 14

A. Pemeriksaan Fisik

Untuk sistem muskuloskeletal: lakukan pemeriksaan sendi tungkai dan tulang

belakang untuk menemukan pembengkakan, deformitas, nyeri, dan keterbatasan

gerak; pemeriksaan tulang untuk menemukan deformitas dan nyeri; dan otot untuk

kelumpuhan dan nyeri; pengamatan cara berdiri, berjalan, dan berbalik.

Bila pada OA, sering ditemui :

a) Penonjolan tulang akibat kombinasi osteofit marginal serta deformitas sendi

(terkadang OA dapat menimbulkan efusi terutama pada lutut).

b) Berkurangnya kemampuan gerakan pada sendi-sendi yang terkena disertai

nyeri keterbatasan gerak pada akhir batas pergerakannya, dan krepitus yang

khas.

c) Bisa terjadi ketidakstabilan pada tahap-tahap lanjut terutama apabila terdapat

pengecilan massa otot di sekeliling sendi.2

B. Pemeriksaan Penunjang

Osteoartritis, pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi, dan cairan sendi

umumnya tidak ada kelainan, kecuali osteoartritis yang disertai peradangan. Pada

osteoartritis yang inflamatif, laju endap darah akan meningkat.

Dapat juga dilakukan artroskopi (visualisasi sendi melalui instrumen serabut-optik),

MRI, dan CT-Scan dapat mendukung diagnosis klinis.

Pada pemeriksaan radiologi didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sklerosis

tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteofitosis, atau pembentukan kista

jukstaartikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji (spur formation), liping pada

tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.3

Gejala Klinis

3

Page 4: Makalah Kelompok Blok 14

Pada umumnya pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah

berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan-lahan.4

1. Nyeri sendi.4

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter

(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri

biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa

gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan

yang lain. Nyeri pada osteoartritis juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati,

misalnya pada osteoartritis servikal dan lumbal. Osteoartritis lumbal yang menimbulkan

stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan

claudicatio intermitten.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertumbuhnya rasa nyeri.4

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti

duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun

tidur.4

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau

tangan) secara pelan-pelan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien

osteosrtritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.

Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar

untuk kemandirian pasien osteoartritis yang umumnya tua.5

4

Page 5: Makalah Kelompok Blok 14

Diagnosis

A. Diagnosis Kerja

Osteoartritis. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergeral. Penyakit ini

bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanye

deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada

permukaan persendian.

Osteoartritis juga disebut penyakit degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini

merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis, ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung beban. Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang

berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi

lainnya.6

Pada osteoartritis sendi lutut:

1. Nyeri lutut

2. Salah satu dari 3 kriteria berikut :

a. Usia > 50 tahun

b. Kaku sendi < 30 menit

c. Krepitasi + osteofit5

Pada osteoartritis sendi tangan :

1. Nyeri tangan atau kaku

2. Tiga dari 4 kriteria berikut :

a. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu

(DIP II dan III kiri dan kanan, CMC I kiri dan kanan)

b. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP

c. Pembengkakan pada < 3 sendi MCP

d. Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu 7

Pada osteoartritis sendi pinggul:

1. Nyeri pinggul

2. Minimal 2 dari 3 kriteria berikut:

5

Page 6: Makalah Kelompok Blok 14

a. LED < 20 mm/jam

b. Radiologi: terdapat osteofit pada femur atau asetabulum

c. Radiologi: terdapat penyempitan celah sendi (superior, aksial, dan/atau

medial) 7

B. Diagnosis Banding

Artritis Gout (Pirai) Bursitis

Akut/Kronis Merupakan artritis akut. peradangan akut dan kronis.

Epidemiologi Pria > wanita.

Pria: usia pertengahan

Wanita : mendekati masa

menopause

Etiologi Reaksi inflamasi terhadap

pembentukan kristal monosodium

urat monohidrat. Merupakan

golongan kelainan metabolik.

Berhubungan dengan gangguan

kinetik asam urat yaitu

hiperurisemia.

Pemakaian berlebihan

selama bertahun-tahun

Cedera

Gout

Pseudogout

Artritis rematoid

Infeksi

Manifestasi

klinik

Ditandai dengan artritis, tofi,

dan batu ginjal. Sering

terbentuk tofi pada daerah

telinga, siku, lutut, dorsum

pedis, dekat tendo Achilles pada

metatarsofalangeal digiti I, dll.

Ditandai dengan artritis, tofi,

dan batu ginjal. Sering

terbentuk tofi pada daerah

telinga, siku, lutut, dorsum

pedis, dekat tendo Achilles pada

Nyeri dan cenderung

membatasi pergerakan

Akut: jika disentuh/bergerak

akan timbul nyeri di daerah

yang meradang. Kulit di atas

bursa kemerahan dan

membengkak. Disebabkan

oleh infeksi atau gout

menyebabkan nyeri yang luar

biasa dan daerah yang terkena

tampak kemerahan dan teraba

6

Page 7: Makalah Kelompok Blok 14

metatarsofalangeal digiti I, dll.

Tengah malam terbangun tiba-

tia oleh rasa sakit yang sangat

hebat. Seringkali pada pangkal

ibu jari kaki sebelah dalam,

disebut podagra. Bagian ini

membengkak, kemerahan, dan

sangat nyeri bila disentuh. Rasa

nyeri bisa sampai 1 minggu.

Bisa juga terjadi pada sendi

lutut.

hangat.

Kronis: akibat dr serangan

bursitis akut sebelumnya atau

krn cedera yang berulang.

Bursa menebal dan di

dalamnya ada endapan

kalsium padat. Sehingga

membatasi pergerakan dan

otot mengalami penciutan

(artrofi) dan menjadi lemah.

Pemeriksaaan

penunjang

Kadar asam urat tinggi dlm

darah ( > 6 mg%)

Leukositosis ringan

LED meninggi sedikit

Kadar asam urat dalam urin

tinggi (500 mg%/liter per 24

jam)

Pemeriksaan cairan tofi

Ditemukan kristal asam urat

(berbentuk lidi) pada sediaan

mikroskopik.

Diambil contoh dari cairan bursa

untuk menentukan penyebab dari

peradangan.

Penatalaksanaan

serangan akut

Kolkisin, OAINS, kortikosteroid,

analgesik, dan tirah baring.

Bursa yang terinfeksius harus

dikeringkan dan diberi antibiotik.

Bursitis akut non-infeksius

biasanya diobati dengan

istirahatm dimana sementara

sendi yang terkena tidak

digerakkan dan diberi obat

OAINS (ibuprofen, Naproxen,

7

Page 8: Makalah Kelompok Blok 14

Ketoprofen, dll)

Penatalaksanaan

periode antara

Mengurangi endapan urat dalam

jaringan dan menurunkan frekuensi

serta keparahan.

Diet untuk mengurangi berat

badan dan diet rendah purin,

hindari obat-obat yang

engakibatkan hiperurisemia

(tiazid, diuretik, aspirin dan

asam nikotinat).

Kolkisin secara teratur

Penurunan kadar asam urat

serum (probenesid,

sulfinpirazon, bensbromaron,

azapropazon).

Kronis: endapan kalsium dibuang

melalui jarum atau pembedahan.

Kortikosteroid bisa langsung ke

dalam sendi. Terapi fisik untuk

mengembalikan fungsi sendi.

Prognosis Tanpa terapi yang adekuat,

serangan bisa berlangsung berhari-

hari, semakin muda pasien saat

mulainya penyakit, maka semakin

besar kemungkinan menjadi

progresif. Pada pasien gout

ditemukan peningkatan insiden

hipertensi, penyakit ginjal, diabetes

melitus, hipertrigliseridemia, dan

aterosklerosis.

Baik bila dilakukan pengobatan

yang baik dan benar.

Tabel 1. Diagnosis banding dari osteoartritis 3

8

Page 9: Makalah Kelompok Blok 14

Gambar 1. Lokalisasi bursitis3

Gambar 2. Contoh lutut yang terkena bursitis 3

Etiologi

OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan sekunder. Osteoartritis primer disebut

juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya

dengan penyakit sisemik maupun perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder OA

yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter,

9

Page 10: Makalah Kelompok Blok 14

jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. OA primer lebih sering

ditemukan dibandingkan OA sekunder.8

Faktor resiko

Secara garis besar faktor resiko untuk timbulnya OA (primer) adalah sebagai berikut :8

1. Umur

Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA

hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia 40 tahun dan sering pada

usia di atas 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan banyak sendi dibanding pria.

3. Suku bangsa

4. Genetik

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukanjuga

disokong dengan kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes

mellitus dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata memiliki resiko penyakit

jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

7. Kelainan pertumbuhan

8. Faktor lain

Faktor lain yang berperan adalah tingginya kepadatan tulang. Tulang yang lebih

padat atau keras tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh

tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi mudah robek. Selain

itu, merokok juga termasuk di dalamnya meski mekanisme terjadinya belum

jelas.

Patogenesis

Seperti telah disebutkan, tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan

degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki etak strategis, yaitu di ujung-

ujung tulang untuk melaksanakan dua fungsi :

a) Menjamin gerakkan yang hampir tanpa gesekkan di dalam sendi, berkat adanya

cairan sinovium.

10

Page 11: Makalah Kelompok Blok 14

b) Di sendi sebagai penerima beban, menebarkan beban ke seluruh permukaan sendi

sedemikian sehingga tulang di bawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa

mengalami kerusakan.

Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur

ormalnya setelah tertekan) dan memiliki daya regang (tensible strength) yang tinggi. Kedua

ciri ini dihasilkan oleh dua komponen utama tulang rawan; suatu tipe khusus kolagen (tipe

II) dan proteoglikan, dan keduanya dikeluarkan oleh kondrosit. Seperti pada tulang orang

dewasa, tulang rawan sendi tidak statis; tulang ini mengalami pertukaran; komponen matriks

tulang tersebut yang “aus” diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh

kondrosit, yang tidak saja menyintesis matriks, tetapi juga mengeluarkan enzim yang

mengutaikan matriks. Oleh karena itu, kesehatan kondrosit dan kemampuan sel ini

memelihara sifat esensial matriks tulang rawan menentukan integritas sendi. Pada

osteoarthritis, proses ini terganggu oleh beragam sebab.

Mungkin yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun osteoartritis

bukan suatu proses wear-and-tear (aus karena sering digunakan), tidak diragukan lagi bahwa

stres mekanis pada sendi berperan penting dalam pembentukannya, bukti yang mendukung

antara lain menungkatnya frekuensi osteoartritis seiring dengan pertambahan usia;

timbulnya di sendi penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang

menimbulkan stres mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.

Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis, teruatam pada kasus

yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang bertanggung jawab

untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat

keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11. Risiko osteoartrisi meningkat setara dengan

densitas tulang, dan kadar esterogen yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan

peningkatan risiko. Namun, peran keseluruhan yang dimainkan oleh hormon dalam

patogenesis osteoartritis amsih belum jelas.7,9

Osteoartritis ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam komposisi maupun sifat

mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami

degenerasi memperlihatkan peningkatan kandingan air dan penurunan konsentrasi

proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi

perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II dan

11

Page 12: Makalah Kelompok Blok 14

peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu,

termasuk IL-1, TNF, dan nitrat oksida, meningkat pada tulang rawan. Apoptosis juga

meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional. Secara

keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang

rawan sendi. Sebagai respon terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang

lebih dalam berproliferasi dan berupaya “memperbaiki” kerusakan dengan menghasilkan

kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi

kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan kondrosit lenyap dan

matriks ekstrasel berubaj akhirnya menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan

pergeseran dari gambar reparatif menjadi degeneratif ini masih belum diketahui.9,10

Penatalaksanaan

Pengelolaan osteoartritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan

berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal :

1. Terapi Non-Farmakologis.11

a. Penerangan

Adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang penyakitnya, bagaimana

menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat

dipakai.

b. Terapi fisik dan rehabilitasi.11

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih

pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

c. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat

penyakit osteoartritis. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak

berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat

badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.

12

Page 13: Makalah Kelompok Blok 14

2. Terapi Farmakologis.11

a. Analgesik oral non-opiat

Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama

dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan

yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien

mengetahui hal ini dari iklan pada media massa, baik cetak (koran), radio maupun

televisi. Seperti :

Aspirin

Parasetamol

b. Analgesik topikal

Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan di pasaran dan banyak sekali

yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini,

sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya.

Sediaan yang mengandung analgesik dan antiinflamasi topikal dapat digunakan

untuk menghilangkan rasa sakit, radang (bengkak), nyeri otot, kaku otot, radang

sendi dan otot terkilir.

c. OAINS (obat anti inflamasi non steroid)

Apabila cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang

ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena

obat golongan ini di samping mempunyai efek analgesik juga mempunyai efek

imflamasi. Oleh karena pasien osteoartritis kebanyakan usia lanjut, maka pemberian

obat-obatan jenis harus sangat hati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya

minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan

terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan.

d. Chrondroprotective agent

Adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan

sendi pada pasien osteoartritis. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan

13

Page 14: Makalah Kelompok Blok 14

tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini

adalah :

Tetrasiklin

Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja

enzim MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah

doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dan belum dipakai

pada manusia.

Asam hialuronat

Disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu manfaat obat ini

adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinoval, obat ini diberikan secara

intra-artikular. Asam hialuronat ternyata memegang peranan penting dalam

pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan. Di

samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi

inflamasi pasa sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel

inflamasi.

Glikosaminoglikan

Dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses degradasi

tulang rawan, antara lain : hialuronidase, protease, elastase dan capthepsin B1

in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada

kultur tulang rawan sendi manusia. Dari penelitian Rejholec tahun 1987

pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan

dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja, yang secara

statistik bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan radiologis menunjukkan

progresivitas kerusakan tulang rawan yang menurun dibandingkan dengan

kontrol.

Kondroitin sulfat

Merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebrata dan

terutama terdapat pada matriks ekstrakular sekeliling sel. Salah satu jaringan

yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini

14

Page 15: Makalah Kelompok Blok 14

merupakan bagian dari proteoglikan. Menurut Hardingham , tulang rawan

sendi terdiri dari 2% sel dan 98% matriks ekstraselular yang terdiri dari

kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk satu struktur yang utuh

sehingga mampu menerima beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif

seperti osteoartritis terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu

penyebabnya adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan pada tulang

rawan tersebut. pemberian kondroitin sulfat pada kasus osteoartritis

mempunyai efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi.

telah mengambil kesimpulan dalam penelitiannya tentang kondroitin sulfat

sebagai berikut : efektivitas kondroitin sulfat pada pasien osteoartritis mungkin

melalui 3 mekanisme utama, yaitu : 1) anti inflamasi; 2) efek metabolik

terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan; 3) anti degradasi melalui

hambatan enzim proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.

Vitamin C

Dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Pada

pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam terapi osteoartritis

Superoxide dismutase

Dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan mempunyai kemampuan untuk

menghilangkan superoxide dan hydroxil radicals. Secara in vitro, radikal

superoxide mampu merusak asam hiuluronat, kolagen dan proteoglikan sedang

hydrogen peroxyde dapat merusak kondrosit secara langsung. Dalam

percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase ini dapat

mengurangi keluhan-keluhan pada pasien osteoartritis.

e. Steroid intra-artikular

Pada penyakit artritis reumatoid menunjukkan hasil yang baik. Kejadian inflamasi

kadang-kadang dijumpai pada pasien osteoartritis, oleh karena itu kortikosteroid

intra artikular telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit, walaupun hanya

dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukkan keuntungan

yang nyata pada pasien osteoartritis, sehingga pemakaiannya dalam hal ini masih

kontroversial.

15

Page 16: Makalah Kelompok Blok 14

3. Terapi Bedah

Pembedahan dilakukan bila penatalaksanaan dengan terapi non farmakologis dan terapi

farmakologis tidak berhasil dengan baik. Selain itu pembedahan juga dapat dilakukan

juga pasien mengalami keluhan seperti nyeri, kaku dan deformitas bengkok yang

semakin bertambah parah seiring dengan perjalanan penyakit. Keluhan ini sangat

mengganggu pasien karena membatasi aktivitas sehari-hari pasien seperti berjalan, naik

turun tangga dan bekerja.

Secara umum ada 2 tindakan yang dilakukan dalam pembedahan yaitu artroskopi dan

total joint replacement. Tindakan ini diindikasikan sesuai dengan derajat keparahan

radiologis penderita OA menurun Kellgren dan Lawrance (Pembagian derajat Kellgren

Lawrance dapat dilihat pada bagian pemeriksaan penunjang). Untuk OA derajat 1 dan 2

dilakukan artroskopi sedangkan untuk OA derajat 3 dan 4 dilakukan total joint

replacement. Berikut ini akan dideskripsikan mengenai kedua bentuk pembedahan

tersebut.

Artroskopi

Artroskopi merupakan prosedur pembedahan tanpa operasi terbuka dengan cara

melihat sendi melalui kabel serat optik sambil melakukan proses pembedahan

dengan semacam selang kecil yang ditusukan ke dalam persendian. Indikasi

dilakukannya artroskopi ialah bila ada peradangan tiba-tiba serta keluhan terkunci

(locking), tertahan (catching), dan sempoyongan (giving way). Selain itu artroskopi

dapat dilakukan untuk memperbaiki robekan meniskus/bantalan sendi. Pada

artroskopi dapat dikeluarkan benda asing dan pencucian sendi. Umumnya pasca

operasi nyeri dapat hilang hingga 2-5 tahun pada 50-85% pasien.11

Ada dua bentuk artroskopi yang dipakai saat ini yaitu lavage dan debridement.

Lavage merupakan proses pencucian cairan sendi dengan memakai larutan garam

yang kemudian dikeluarkan lagi bersama benda asing dari dalam sendi beserta

dengan cairan sendi yang berlebihan. Sedangkan debridement merupakan proses

yang sama namun ditambah dengan proses penipisan dan pelembutan kartilago sendi

yang telah keras dan meradang serta pengambilan serpihan tulang rawan yang ada

dari persendian. Selain itu pada debridement dapat pula dilakukan synovectomy

yaitu tindakan membuang selaput sinovial yang meradang.11

16

Page 17: Makalah Kelompok Blok 14

Berdasarkan prospective study yang dilakukan Jackson pada tahun 1982, ditemukan

bahwa debridement memiliki angka keberhasilan yang lebih baik dibandingkan

lavage dalam jangka waktu 3 tahun pasca operasi.

Total Joint Replacement

Merupakan operasi penggantian permukaan sendi yang rusak dengan metal dan

plastik. Operasi ini telah dimulai sejak tahun 1950. Saat ini dilakukan penelitian

untuk mendapatkan material yang lebih baik sehingga sendi buatan ini bertahan lebih

lama. Operasi penggantian sendi secara total diindikasikan pada orang yang

mengalami ostearthritis derajat 3 dan 4. Operasi ini jarang dilakukan pada usia muda.

Kontraindikasi dilakukannya total joint replacement ialah adanya penyakit tambahan

seperti diabetes dan jantung yang dapat memperparah keadaan pasien.12

Operasi ini dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri lutut parah hingga

terjadi deformitas (seperti varus dan valgus pada lutut), kegagalan pengobatan serta

keterbatasan dalam melakukan gerakan / penurunan range of movement yang

berujung pada kehilangan fungsi sendi seperti ketidakmampuan berjalan dan

berjongkok.12

Sendi yang paling sering dilakukan total joint replacement adalah sendi lutut dan

pangkal paha. Umumnya keluhan nyeri berkurang setelah operasi dan terdapat

koreksi pada deformitas. Pada lutut didapati fleksi hingga 120 derajat bahkan dengan

desain implant high flex knee fleksi hingga 155 derajat bisa tercapai. Hal ini akan

sangat membantu pasien dalam melakukan gerakan yang melibatkan fleksi yang

dalam seperti berlutut pada saat berdoa. Selain itu tingkat keberhasilan operasi ini

cukup tinggi, yaitu mencapai lebih dari 95% dalam kurun waktu 10-15 tahun pasca

operasi.12

17

Page 18: Makalah Kelompok Blok 14

Gambar 3. Total Knee Joint Replacement

Namun, ada komplikasi yang dapat timbul dari operasi total joint replacement, yaitu

infeksi akibat operasi terbuka, trombosis vena-vena dalam, keterbatasan gerakan

sendi, nyeri lutut yang menetap dan keausan implant dalam jangka panjang. Untuk

mengatasi berbagai kekurangan ini dikembangkan suatu sistem operasi dengan

bantuan komputer. Sistem ini dikenal sebagai Computer Assisted Surgery. Sistem ini

memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding operasi yang dikerjakan secara

manual. Selain itu resiko infeksi dan penggunaan tourniquet dapat diturunkan dalam

penggunaan operasi ini.12

Komplikasi

Kelainan di sekitar rawan sendi tergantung pada sendi yang terkena, tetapi prinsipnya adalah

adanya tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan fungsi dan struktur rawan sendi seperti

persambungan sendi yang tidak normal, gangguan fleksibilitas, pembesaran tulang serta

gangguan fleksi dan ekstensi, terjadinya instabilitas sendi, timbulnya krepitasi baik pada

gerakan aktif maupun pasif.8

Pencegahan

Penyuluhan agar setiap orang menjaga berat badan idealnya, terutama pada lanjut usia.

Karena OA ini dapat diakibatkan karena kelebihan berat badan, sedangkan tulang tudak lagi

mampu untuk menopang berat badan. Selain itu, orang tua diharapkan untuk menghindari

pekerjaan-pekerjaan yang berat, yang berhubungan dengan beban berat.

Prognosis

Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri

apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung

beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan

diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan

pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang

diberikan, dan pemakaian ala-alat pembantu.

Prognosis umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.

Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.

18

Page 19: Makalah Kelompok Blok 14

Kesimpulan

Osteoartritis adalah suatu gangguan sendi yang dapat digerakkan dan bersifat kronis,

berjalan progresif lambat, tidak meradang dan ditandai oleh deteriorasi dan abrasi rawan

sendi serta pembentukkan tulang baru pada permukaan sendi. Rheumatoid artritis adalah

suatu penyakit autoimun yang mengenai banyak sistem organ yang merupakan salah satu

kelompok penyakit jaringan ikat difus dan belum diketahui secara pasti etiologinya. Gout

merupakan penyakit gangguan metabolik yang terdiri dari sedikitnya sembilan gangguan

metabolik dan disertai hiperurisemia. Perbedaan ketiganya tercantum dalam tabel tiga

berikut.

Tabel 2. Perbedaan Osteoarthritis, Rheumatoid arthtritis dan Gout.

OA RA Gout

Mengenai sendi DIP dan

PIP, sendi MCP pada tangan

kanan dan kiri serta sendi

CMC pada kedua ibu jari.

Mengenai setiap sendi pada

tangan, termasuk sendi DIP.

Tidak menyerang sendi DIP

kecuali pada penderita RA

usia muda dan sendi yang

umumnya terkena adalah

sendi MCP dan PIP.

Sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik kasus, dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita osteoarthritis.

Daftar pustaka

1. Prout BJ, Cooper JG. Pedoman praktis diagnosis klinik. Edisi 2. Jakarta: Binarupa

Aksara;2009.h.225-8.

2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga;2007.h.374-5.

3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapius;2008..h.535-45.

4. Fauci dan Braunwald. Harisson’s Principle of Internal Medicine 17 th ed . New York: McGraw-Hill;

2008.

5. William C, Sheiel Jr., MD, FACP, FACR. Journal osteoarthritis March 28, 2011.

19

Page 20: Makalah Kelompok Blok 14

6. Anderson PS. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC;2007.h.1380-9.

7. Robbins , Cotran. Dasar patofisiologi penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC;2009.h.1328-30.

8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. edisi 5 jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2538-49.

9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC;2009.h.346-7.

10. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan pelayanan medik.

Jakarta: PAPDI;2009.h.131-2.

11. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, etc. Hazzard’s geriatri medicine and gerontology.

6th edition. New York: McGraw-Hill Medical Publisher; 2009.p.1411-9.

12. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, etc. Schwartz’s principles of surgery. 8 th

edition. New York: McGraw-Hill Medical Publisher; 2005.p.1703-6.

20