lbm 3 blok 19

23
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD LBM 3 blok Rehabilitative. Laporan SGD LBM 3 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri. Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin 1

Upload: rsigm

Post on 18-Jun-2015

2.314 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: lbm 3 blok 19

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh

alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat

menyelesaikan laporan SGD LBM 3 blok Rehabilitative.

Laporan SGD LBM 3 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang

telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis

berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri.

Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan

baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan

Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin

Semarang, 15 April 2013

penyusun

1

Page 2: lbm 3 blok 19

DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................. 1

Daftar isi.......................................................................................................... 2

Bab I pendahuluan

A. Skenario............................................................................................... 3B. Latar belakang masalah....................................................................... 3

Bab II pembahasan.......................................................................................... 5

Bab III penutup

A. Peta konsep........................................................................................ 13B. Kesimpulan........................................................................................ 14

Daftar pustaka................................................................................................ 15

2

Page 3: lbm 3 blok 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario

Seorang lansia berusia 65 tahun dengan jenis kelamin wanita

datang ke dokter gigi klinik pribadi mengeluh tidak nyaman dengan gigi

tiruan lengkap yang sudah dipasang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien

merasa gigi tiruannya menekan gusi, sehingga menyebabkan luka

kemerahan. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sejak usia 50

tahun. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya ulcus dan tulang

yang tajam (eksostosis) pada region mukosa gingival sebelah labial rahang

bawah. Dokter tersebut memutuskan untuk memberikan medikasi secara

topikal pada area ulserasi tersebut dan merekomendasikan ke pasien untuk

dilakukan perawatan alveolectomy ke spesialis prostodonsia.

B. Latar Belakang Permasalahan

1. Macam – macam bedah preprostetik

2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik

3. Criteria dan cara pengukuran pada macam – macam bedah

preprostetik?

4. Kenapa eksostosis harus dihilangkan?

5. Tujuan alveolectomy?

6. Klasifikasi alveolectomy

7. Factor – factor yang harus diperhatikan dalam melakukan

alveolectomy?

8. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy?

9. Prosedur penatalaksanaan alveolectomy?

3

Page 4: lbm 3 blok 19

10. Komplikasi pasca alveolectomy?

11. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit

jantung?

12. Kapan dilakukan pembuatan GTL setelah dilakukan alveolectomy?

13. Proses terjadinya eksostosis pada scenario?

14. Etiologi timbulnya ulcer pada scenario?

15. Medikasi topical pada ulserasi menggunakan apa?

16. Prognosis pada scenario?

4

Page 5: lbm 3 blok 19

BAB II

PEMBAHASAN

Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan

memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk

penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik bertujuan

mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih

baik.

Macam – macam bedah preprostetik, antara lain:

Secara umum dibagi 3:

a. Bedah jaringan tulang:

- Alveolectomy

- Implant

- Alveolar augmentasi :pada keadaan resopsi tulang yang hebat (kayak

cangkok tulang)

- Alveoplasty : mempertahankan pembentukan lingir yang tersisa

- Aleolotomy : tindakan membuka tulang alveolaris dg tujuan

mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam

atau kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomy

- Torektomy: dilakukan untuk pengambilan torus, apabila pada

pemasangan GT torus mengganggu. Proses pembadahan yang

dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan tulang baik

pada rahang atas maupun rahang bawah.

b. Jaringan lunak:

- Gingivoplasti: tindakan bedah untuk menghilangkan atau membentuk

kembali jar. Gusi shg lebih dapat diterima oleh GT.

- Frenektomy: tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang terlalu

tinggi. Baik labialis atau lingualis

5

Page 6: lbm 3 blok 19

c. Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah bertujuan untuk

meninggikan sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa, ikatan

otot, dan otot yang melekat pada tulang yang akan menghasilkan

sulkus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada

protesa, prinsipnya untuk memperluas denture bearing (area yang

mendukung stabilitas denture), dengan cara mempertinggi alveolar

ridge melalui pendalaman sulkus.

Namun, ada juga yang mebaginya menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah

preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor.

a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris

relative (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute(osteotomi),

implant.

b. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras dan

lunak.

Adapun indikasi dan kontarindikasi dilakukannya bedah preprostetik, adalah

sebagai beikut:

a. Indikasi :

- Adanya eksostosis

- Adanya torus

- Adanya frenulum tinggi

- Memperoleh keadaan linger alveolar yang baik

- Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO

- Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan

- Karena ulser yang berulang pada sekitar GT

- Atrofi rahang karena proses fisiologis

- Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional,

misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ

b. Kontraindikasi:

6

Page 7: lbm 3 blok 19

- Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika

dilakukan pembedahan harus hati – hati.

- Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi

palsu.

Sebelum dilakukannya suatu bedah preprostetik, alangkah baiknya jika dokter

atau operator mengetahui kriteria yang seperti apa yang harus dilakukan suatu

pembedahan pada daerah kerja. Berikut adalah kriteria dan cara pengukuran pada

daerah yang perlu dilakukan pembedahan preprostetik:

a. Frenektomi, dilakukan pada frenulum yang tinggi bail lingualis maupun

labialis. Pengukurannya dengan blance test: bibir ditarik keatas dilihat

perlekatannya sampai mana.

Untuk edentulous: Frenulum tinggi apabila perlekatan sampai puncak

residual ridge. Frenulum yang sedang ditengah – tengah puncak ridge dan

fornix. Yang rendah di fornix.

b. Kriteria vestibulum

Pemeriksaan vestibulum dapat dengan kaca mulut. Dalam jika

kaca mulut terbenam sampai setengahnya. Dangkal jika kurang dari

setengahnya.

c. Bentuk palatum

Bentuk palatum yang baik buat GTL adalah bentuk U. Kalau

palatum berbentuk V memiliki retensi kurang baik.

d. Torus palatine

Ada yang besar, sedang, kecil. Pemeriksaan dengan burnisher.

Ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau keras.

e. Torus mandibula

Pemeriksaannya sama dengan yang diatas. Yaitu menggunakan

burnisher untuk mengetahui daerah yang kenyal dan yang keras.

Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang

berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat

7

Page 8: lbm 3 blok 19

digerakkan. Sehingga dapat mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada

pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi, stabilitas,

dan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan

pada eksostosis tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut:

a. Mengganggu kenyamanan protesa

b. Mengganggu stabilisasi dan retensi

c. Mengganggu estetik karena posisi di labial

d. Menimbulkan trauma pada mukosa pasien, kalau tidak mengganggu

kenyamanan tidak perlu dihilangkan

Pembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan

alveolektomi. Alveolektomi merupakan bedah preprostetik yang betujuan untuk

mengurangi tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau bukal dari

prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interradikuler.

Tujuan dilakukannya alveolectomi antara lain:

a. Bertujuan mendapatkan protesa dg retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi

yang lebih baik

b. Untuk membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol

c. Untuk membuang tulang intraseptal sewaktu dilakukan gingivektomy

d. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan

gingival

e. Untuk memperbaiki prognatisme pada maxilla sehingga didapatkan estetik

yang baik pada gigi tiruan

Alveolectomi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi,

diantaranya adalah

a. Simple alveolectomy, dilakukan setelah multiple extraksi, apabila ada

tulang yang tajam diperiksa dulu baru di alveolectomy.

b. Radical alveolectomy merupakan pembentukan kontur tulang radik dari tlg

alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol.

Apabila ada protusi maxilla.

8

Page 9: lbm 3 blok 19

Atau bisa juga dibagi jadi 2:

a. Primer: stlh dicabut, pembersihan tulang.

b. Sekunder: tidak saat setelah pencabutan gigi

Adapun klasifikasi lainnya, seperti:

a. Alveolectomy pada gigi tunggal

Dilakukan karena daerah lama tak bergigi sudah mengalami

resobsi, sehingga bila gigi tersebut dicabut tampak prosessus alveolaris

yang lebih menonjol.

b. Alveolectomy Dean’s (pencabutan Multiple)

Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi –

gigi dicabut, sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik.

c. Alveolectomy untuk mengurangi protusi maxilla

Dilakukan pada kaus labial protusi dari incisivus rahang atas dan

prosessus alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut

obwegeser.

d. Alveolectomy pada kortikal labial atau bukal

Dilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu

stabilitas protesa dan memudahkan pencetakan.

Sebelum dilakukannya pembedahan alveolektomy, maka operator harus

memperhatikan beberapa factor dalam pelakasanaan alveolectomy. Adapun

beberapa factor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu:

a. Bentuk proc. Alveolaris : untuk mendapatkan bentuk U (yang paling baik).

b. Sifat tulang yang diambil, gigi tiruan harus diletakkan pada tulang yang

compact, jadi harus diperhatikan saat pengambilan tulangnya sehingga

tidak gampang teresopsi.

c. Usia pasien: pada pasien muda (tulang cenderung elastic atau plastis )

harus seminal mungkin karena pemakaian GTnya lebih lama.

d. Penambahan free graf: setelah pencabutan gigi didapatka pembuangan

tulang yang berlebih, dilakukan penambahan tulang kembali.

9

Page 10: lbm 3 blok 19

Mempercepat proses pembentukan tulang baru, serta mengurangi resopsi

tulang.

e. Free graf: pengembalian tulang karena saat pengeburan berlebih. Seriphan

tulang – tulang hasil pengeburan dikembalikan ke daerah tsb.

Perlekatannya dari darah.

f. Proses resopsi tulang, maksutnya jika pasien mengalami periodontitis yang

parah. Alveolektominya ditunda 4 – 8 minggu, ditangani dulu

periodontitisnya.

Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy, antara lain:

a. Indikasi:

- Rahang yang perlu direparasi untuk prostetik sbg stabilisasi dan retensi

dan estetik GT

- Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa

tidak stabil.

- Untuk menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang

stabil

- Adanya eksostosis yang perlu di eksisi

- Ekstraksi gigi inflamatik atau trauma eksternal

- Untuk menghilangkan undercut

b. Kontraindikasi:

- Pasien dengan penyakit sistemik

- Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang

mengakibatkan kehilangan tulang

Setelah mengetahui factor yang perlu diperhatikan dan indikasi serta

kontraindikasi pada pembedah alveolektomi. Maka operator harus mengetahui

prosedur kerja dalam pembedahan alveolektomy. Berikut adalah prosedur kerja

alveolectomy:

a. Disinfeksi dengan povidon iodine

b. Anastesi daerah kerja

10

Page 11: lbm 3 blok 19

c. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahan

d. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knalble tang, bone file

e. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan

pengurangan lagi

f. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl)

g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free graf

h. Ditutup, dan dijahit

i. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetik

j. Instruksi pasien

Setelah dilakukannya alveolectomy, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan

adanya komplikasi. Komplikasi yang bias timbul pasca dilakukan alveolektyomi

antara lain:

a. Infeksi

b. Parastesi

c. Hematoma

d. Fraktur tulang

e. Osteomilitis

f. Resopsi tulang yang berlebihan

g. Pembengkakan

h. Nekrosis

Pada pasien usia lanjut, biasanya ditemukan suatu penyakit sistemik. Diantaranya

adalah pasien dengan penyakit jantung. Hubungan bedah alveolectomy dengan

pasien riwayat penyakit jantung adalah

a. Penggunan anastesi tidak menggunakan adrenalin,

b. antibiotic profilaksis,

c. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 – 7 hari sebelum tindakan

pembedahan,

d. asepsis alat yang akan digunakan karena akan menyebabkan endokarditis.

11

Page 12: lbm 3 blok 19

e. Pada psien penyakit jantung, mudah lelah jadi tindakan jangan terlalu

lama.

Setelah dilakukannya tindakan alveolektomy pada pasien pengguna gigi tiruan

lengkap. Maka pembuatan gigi tiruan lengkap yang baru dapat dilakukan setelah

10 – 14 hari setelah luka operasi sembuh. Kemudian pasien baru dibuatkan gigi

tiruan yang baru.

Pada scenario diatas disebutkan bahwa terdapat eksostosis. Terbentukanya

eksostosi pada scenario dikarenakan adanya proses respsi tulang pada usia lanjut

yang terjadi fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resopsi

yang tajam dan mungkin ada yang tumpul. Bias juga dikarenakan adanya

pencabutan gigi multiple dan tidak dilakukan tindakan alveolektomi primer

setelah dilakukan pencabutan.

Selain didapatkannya tulang yang tajam atau eksostosis, pada mukosa didekat

eksostosis didapatkan ulsearsi yang mengganggu kenyamanan pasien. Prose

terjadinya ulsearsi bias dikarenakan adanya eksostosis yang menyebabkan protesa

menjadi tidak pas, sehingga protesa tersebut terlalu menekan dan kemudian

mengiritasi jaringan penyangga dan timbullah ulser. Untuk mengurangi

ketidaknyamanan karena adanya ulserasi maka dokter perlu memberikan medikasi

berupa obat topical. Medikasi topical yang biasa digunakan antara lain:

a. Topical analgetic

b. Covering agent, tujuannya untuk melindungi ulser agar tidak terekspos

sehingga proses reparative tidak terganggu.

Prognosis setelah alveolectomy pada pasien lansia dengan penyakit jantung adalah

baik. Karena factor – factor yang telah disebutkan sebelumnya diperhatikan

dengan baik oleh dokter sebelum dilakukan alveolectomy.

12

Page 13: lbm 3 blok 19

BAB III

PENUTUP

A. Peta Konsep

13

Anamnesis: pasien Riwayat Jantung

Pemeriksaan

eksostosis

alveolektomi

Jantung

Bedah preprostetik

Dipertimbangkan indikasi dan

kontraindikasinya

Pasien lansia dengan GTL tidak nyaman

ulserasi

Medikasi GTL dilepas

Page 14: lbm 3 blok 19

B. Kesimpulan

Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan

memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik

untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik

bertujuan mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan

fungsi yang lebih baik.

Dalam melakukan tindakan bedah preprostetik ada indikasi dan

kontraindikasi yang perlu diperhatikan agar hasil tujuan dari pembedahan

tercapai. Selain itu faktor-faktor penting seperti usia, penyakit sistemik,

seberapa besar tulang yang dikurangi , dan keadaan edentulous juga harus

diperhatikan. Salah satu tindakan bedah preprosteti yang digunakan untuk

menghilangkan eksostosis adalah alveolectomi. Alveoletomi memiliki

macam – macam klasifikasinya, indikasi dan kontraindikasi serta prosedur

yang harus diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi,

osteomilitis, nekrosis, hematom dan sebagainya.

14

Page 15: lbm 3 blok 19

DAFTAR PUSTAKA

1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full

Denture, FKG Unpad, Bandung

2. Budhisidharta, I. J., Narendra, O., Hadriyanto, W., 2009, Penggunaan

Bone Graft Dan Membrane Periosteum Pada Apeks Reseksi Gigi Incisivus

Immature, FKG UGM

3. Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik,

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas

Trisakti.

4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998,

Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B.

Saunders Co

5. Stephens W., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B,

1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby

6. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost

7. www.usu.ac.id

15