lbm 1 blok 3.5

35
LAPORAN TUTORIAL LBM 1 BLOK 3.5 “Bungaku Yang Hilang” Disusun oleh : KELOMPOK 9 1. JANTI DWI APRIATI (15299) 2. TUTIK KUSDARYATI (15305) 3. MAWADAH SETYA R (15310) 4. DIAN AYU NINGTYAS (15312) 5. REKA SEPTIARA I (15352) 6. KURNIA PRASETYANING (15354) 7. DIAN RIZKI RAMADHANI (15355) 8. ARIFAH (15356) 9. ULHY FANDANI (15358) 10. ATSARINA FAUZAN (14903) 11. WENING ANGLIH PRABAWATI (14904) 12. RIZKA SULISTYAWATI (14907)

Upload: fahaha

Post on 10-Nov-2015

289 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL LBM 1 BLOK 3.5Bungaku Yang Hilang

Disusun oleh :KELOMPOK 9

1. JANTI DWI APRIATI(15299)2. TUTIK KUSDARYATI(15305)3. MAWADAH SETYA R(15310)4. DIAN AYU NINGTYAS(15312)5. REKA SEPTIARA I(15352)6. KURNIA PRASETYANING(15354)7. DIAN RIZKI RAMADHANI(15355)8. ARIFAH(15356)9. ULHY FANDANI(15358)10. ATSARINA FAUZAN(14903)11. WENING ANGLIH PRABAWATI(14904)12. RIZKA SULISTYAWATI(14907)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS GADJAH MADA2014 / 2015Skenario 1 Bungaku Yang HilangNn.Mwr 21 tahun mengalami kasus perkosaan. Sejak kejadian itu, ia merasa hidupnya tidak berguna lagi dan selalu menyalahkan dirinya sendiri serta menjauhkan diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Keluarga membawa untuk ke RS dan dokter mendiagnosis pasien mengalami post trauma stress disorder. Saat diperkosa, tidak ada saksi satupun sehingga sulit untuk membuktikannya, padahal keluarga ingin mendapatkan perlakuan hokum dan mendapatkan solusinya.

Tanggal : 23 Maret 2015Hadir : 10Blok: 3.5Tidak hadir: 2Topik: Bungaku yang hilangNama Tutor: Totok Harjanto, S.Kep., Ns., M.Kes.Pembahasan/ diskusi pada langkah ke 1-5 dari 7 langkah (7 jump)

STEP 1 Post Trauma Stress Disorder (PTSD) = Gangguan kecemasan yang terjadi karena peristiwa yang menakutkan. Bisa berupa trauma fisik maupun psikis. Trauma ini tidak dapat dicegah dan dapat terjadi pada usia berapapun.

STEP 21. Apa saja gejala yang biasanya terjadi pada pasien PTSD ?2. Sebutkan manajemen pada pasienPTSD !3. Sebutkan pendekatan yang bisa dilakukan pada pasien di kasus !4. Perlakuan hukum seperti apa yang bisa dilakukan pada kasus ?5. Sebutkan cara yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya PTSD !6. Apa saja dampak yang bisa terjadi pada PTSD ?7. Jelaskan patofisiologi PTSD !8. Askep PTSD.9. Bagaimana peran keluarga apabila terdapat anggota keluarganya yang terkena PTSD ?

STEP 31. Gejala yang biasanya terjadi pada pasien PTSD :a. Menghindari interaksi b. Susah tidurc. Susah konsentrasid. Mood menurun, pikiran cenderung banyak negativenya. e. Lebih sensitivef. Ada yang membagi menjadi 3 pembagian yaitu : hiperarousal (sangat sensitive), re-experiencing, avoidance.2. Manajemen pada pasien PTSD :a. Secara farmakologi Anti psikotik Anti depresan Benzodiazepine (biar mudah tidur)b. Secara nonfarmakologi Terapi perilaku = unutk mengurangi rasa takut , kecemasan. Terapi koqnitif = menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi psikodinamik = dengan memaparkan kembali penderitaan . CBT = berfokus pada bagaimana mengubah cara pandang seseorang.3. Pendekatan yang bisa dilakukan pada pasien di kasus : Dapat dilakukan pendekata melalui beberapa aspek yaitu : aspek spiritual, keluarga. 4. Perlakuan hukum seperti apa yang bisa dilakukan pada kasus : Dengan mendekati pasien unutk menggali info Dibawa ke kantor polisi KUHP 285 Perawat hanya untuk penanganan psikologis saja. Yang berwenang menggali info sebenarnya polisi.5. Cara yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya PTSD : Pendekatan dengan orang yang mengalami trauma, supaya tidak terjadi PTSD Dampingi, supaya tidak merasa sendiri Terapi psikologis > biar gak takut bergabung di lingkungan lagi6. Dampak yang bisa terjadi pada PTSD : Cemas Menyendiri Susah tidur Marah Sedih Mudah lelah Tidak mau berhubungan dengan orang lain Sulit unutk konsentrasi Dapat beresiko bunuh diri7. Patofisiologi PTSD : Stressor > harus ada dan jelas membuat stress berat. Stressor memberi dampak > berulang-ulang dan mudah teringat dengan peristiwa yang membuat trauma. (stress, cemas) Di otak > amikdala (mempengaruhi hipotalamus dan hormone-hormon lainnya) yang kena. Hormone katikolamin juga terkena. 8. Askep PTSD: Pengkajian : perilaku afektif, kaji kapan trauma terjadi, DO : anxietas, NOC : anxietas level, NIC : Anxietas manajemen, Anxietas redaction. DO : Sindrome pasca trauma, NOC : Coping enhancement , NIC : Coping9. Peran keluarga apabila terdapat anggota keluarganya yang terkena PTSD : Keluarga sebagai pilar terdekat Pendekatan terhadap keluarga Menghindarkan pasien dengan lingkungan yang berhubungan Keluarga sebagai sumber info yang perawat butuhkan.

STEP 4Tanda dan gejalaPTSDTrauma

Penyebab

Dampak

Askep (non farmakologi)Penanganan

farmakologi

STEP 51. Asuhan keperawatan sesuai kasus2. Manajemen PTSD3. Patofisiologi PTSD4. Kedudukan PTSD dengan Krisis Intervensi

STEP 6

Tanggal : 26 Maret 2015Hadir : 12Blok: 3.5Tidak hadir: 0Topik: Bungaku yang hilangNama Tutor: Totok Harjanto, S.Kep., Ns., M.Kes.Pembahasan/ diskusi pada langkah ke 7 dari 7 langkah (7 jump)

STEP 71. Asuhan keperawatan sesuai kasus Pengkajian :a. Aktivitas atau istirahat Gangguan tidur Mimpi buruk Hipersomia Mudah letihb. Sirkulasi denyut jantung meningkat palpitasi tekanan darah meningkatc. Integritas ego derajat ansietas bervariasi dengan gejala yang berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan. gangguan stres akut terjadi 2 hari-4 minggu dalam 4 minggu peristiwa traumatic PTSD akut gejala kurang dari 3 bulan PTSD kronik gejala lebih dari 3 bulan melambat awitan setidaknya 6 bulan setelah peristiwa traumatic perasaan bersalah, tidak berdaya perasaan tentang masa depan suram atau memendekd. Neurosensori gangguan kognitif sulit berkonsentrasi kewaspadaan tinggi ketakutan berlebihan ingatan persisten atau berbicara terus tentang suatu kejadian ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motoric Pengendalian keinginan yang buruk dengan ledakan perilaku yang agresif tidak dapat diprediksi atau memunculkan perasaan (marah, dendam,benci, sakit hati) Perubahan perilaku (murung, pesimistik, berpikir yang menyedihkan, iritabel), tidak mempunyai kepercayaan diri, afek depresi, merasa tidak nyata, kehidupan bisnis tidak dipedulikan lagi Nyeri atau ketidaknyamanane. Pernapasan frekuensi pernapasan meningkat dispneuf. Keamanan marah yang meledak-ledak perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain gagasan bunuh dirig. Seksualitas hilang gairah impotensi ketidakmampuan mencapai orgasmeh. Interaksi social menghindari orang/tempat/kegiatan yang menimbulkan ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa secara psikis. hilang minat secara nyata pada kegiatan yang sugnifikan, termasuk pekerjaani. Pengkajian perilaku: yang dikaji adalah dalam keadaan bagaimana klien mengalami perilaku agresif berlebihan, bagaimana cara klien menghindari situasi yang mengingatkan pada trauma, dan seberapa sering terlibat aktivitas social.j. Pengkajian afektif: yang dikaji adalah berapa lama dalam sehari klien merasakan ketegangan da rasa ingin cepat marah, apakah klien pernah merasakan serangan panic, dan apa saja yang menjadi sumber-sumber kesenangan klien.k. Pengkajian intelektual: yang dikaji adalah apakah klien mengalami kesulitan dalam konsentrasi, berapa frekuensi dalam sehari tentang pikiran berulang yang berkaitan dengan trauma, serta apakah pasien bisa mengontrol dan bagaimana caranya.l. Pengkajian sosiokultural yang dikaji adalah bagaimana cara keluarga dan teman menyampaikan tentang perilaku klien yang menjauh, bagaimana pola komunikasi klien dengan keluarga dan teman

NODONOCNIC

1 Sindrom Pasca Trauma Domain 9: Koping/ toleransi stress Kelas 1: Respons pasca trauma definisi : respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatik dan melelahkan batasan karakteristik : kilas balik, ketakutan, malu, ansietas, kompulsif, menghindar, kurang konsentrasi, mimpi buruk, panic attack Faktor yang berhubungan: Perkosaan Koping : tindakan untuk mengelola stressor yang membebani sumber-sumber individu Pemulihan dari penganiayaan: seksual: penyembuhan setelah mengalami penganiayaan seksua / eksploitasi. Pengendalian impuls : kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsif.

Coping Enhancement Aktifitas: Mendorong pasien untuk membangun relationship Menilai dan mendiskusikan respon alternatif respon dalam menghadapi situasi Mendorong pasien untuk aktif dalam kegiatan sosial dan komunitas Memperkenalkn pasien pada orang yang memiliki pengalaman atau keadaann serupa yang mampu melewati masalah yg sama dengan pasien Mendorong pasien untuk mengemukakan secara verbal apa yang ia rasakan, persepsinya, dan takutkan Mendorong pasien untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kemampuan pasien Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dukungan social Memberikan kemampuan kemampuan/ ketrampilan sosial Konseling : penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dengan orang yang berarti bagi pasien untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan huungan interpersonal. Aktivitas: BHSP tunjukkan empati, kehangatan, dan kesejatian gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan perasaan hindari membuat keputusan saat pasien berada dalam keadaan stress

2. Manajemen PTSDA. Farmakologi1. Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)SSRIs merupakan obat line pertama dan satu-satunya obat yang direkomendasikan Food and Drug Administration (FDA) dalam mengatasi gejala cemas, depresi, perilaku menghindar, dan pikiran yang intrusif (mengganggu) pada penderita PTSD. Obat ini secara primer mempengaruhi neurotransmitter serotonin yang penting untuk regulasi mood, anxietas, appetite, tidur, dan fungsi tubuh lainnya. Obat ini meningkatkan jumah serotonin dengan cara menginhibisi reuptake serotonin diotak. Penelitian menunjukkan bahwa manfaat maksimal dari SSRIs tergantug pada dosis yang cukup dan durasi pengobatan.Obat golongan SSRIs antara lain: Fluoxetine (Prozac)20mg-60mg sehari. Sertraline (Zoloft)50 mg-200mg sehari Citalopram (Celexa)20mg-60 mg sehari Paroxetine (Paxil)20mg-60mg sehariDiantara obat-obat diatas yang direkomendasikan FDA untuk first line medikasi PTSD hanya sertraline dan paroxetine2. Mood stabilizersGolongan ini dapat membantu mengatasi gejala arousal yang meninggi dangejala impulsif.3. Dosis Carbamazepine (Tegretol):6-12 tahun: 100mg/hari peroral untuk initial lalu dapat dinaikkan hingga100mg/hari, untuk dosis maintenance; 20-30 mg/kg/hari>12 tahun: samapai kadar di plasma 8-12mcg/ml4. Dosis valporic acid (Depakene, depakote): 10-15 mg/kg/hari untuk dosisinitial dan kemudian dapat ditingkatkan 5-10mg/kg/hari5. Beta adrenergic blocking agentsObat yang digunakan golongan ini yakni, Propanolol (Inderal). Obatinidapat mengatasi gejala hiperarousal. Dosis untuk anak-anak: 2,5 mg/kgBB/hari6. Antidepresan: Bekerja melui komninasi neurotransmitter lain atau melaui mekanisme berbeda untuk mengubah neurotransmisi serotonin . Obat-obat ini dapat diberikan untuk membantu orang rileks dan tidur.Orang-orang yang mengambil benzodiazepin mungkin memiliki masalah memori atau menjadi tergantung pada obat7. Atipikal Antipsikotik:Bertindak sebagai dopaninergik dan serotoninergik. Obat ini digunakan pada pasien dengan psikotik sebagai komorbidnya.Atipikal Antipsikotik tidak dianjurkan untuk monoterapi pada PTSD..Obat-obat ini biasanya diberikan kepada orang-orang dengan gangguan mental lain, seperti skizofrenia.Orang-orang yang mengambil antipsikotik mungkin berat badan dan memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung dan diabetes8. Benzodiazepin: Bekerja langsung pada system GABA yang menghasilkan efek menenangkan pada system saraf9. antidepresan lain.Suka sertraline, dan paroxetine, yang fluoxetine antidepresan (Prozac) dan citalopram (Celexa) dapat membantu orang dengan PTSD merasa kurang tegang atau sedih.Bagi orang-orang dengan PTSD yang juga memiliki gangguan kecemasan atau depresi, antidepresan mungkin berguna dalam mengurangi gejala ini terjadi co-penyakit

B. Non farmakologi1. Exposure therapy. Terapi ini membantu orang menghadapi dan mengendalikan ketakutan mereka. Karena menghadapkan mereka ke trauma yang mereka alami dengan cara yang aman. Menggunakan mental imagery, menulis, atau kunjungan ke tempat di mana peristiwa itu terjadi. Terapis menggunakan alat ini untuk membantu orang dengan PTSD mengatasi perasaan mereka. Terapi ini dapat dilakukan dengan 2 cara:a. Exposure in the imagination : Terapis bertanya kepada penderita untuk mengulang-ulang cerita secara detail kenangan-kenangan traumatis sampai mereka tidak mengalami hambatan untuk menceritakannya.b. Exposure in reality : Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman, tetapi ingin dihindarkan karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat. Pengulangan situasi yang disertai penyadaran yang berulang-ulang akan membantu kita menyadari bahwa situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan kita dapat mengatasinya2. Kognitif restrukturisasi. Terapi ini membantu orang memahami kenangan buruk. Kadang-kadang orang mengingat kejadian berbeda dari bagaimana hal itu terjadi. Mereka mungkin merasa bersalah atau malu tentang apa yang bukan kesalahan mereka. Terapis membantu orang dengan PTSD melihat apa yang terjadi dengan cara yang realistis.3. Stress inoculation training. Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan mengajar orang bagaimana untuk mengurangi kecemasan. Seperti restrukturisasi kognitif, pengobatan ini membantu orang melihat kenangan mereka dengan cara yang sehat.4. Cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan -kegiatan kita. Misalnya seorang korban kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri karena tidak hati -hati. Tujuan kognitif terapi adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang (Anonim, 2005b).5. EMDR(Eye Movement Desensitization and Reprocessing) . EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai landasan yang mendasari patologi sekaligus kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi, sikap dan perilaku kita.Untuk memproses kembali informasi di dalam otak/jaringan memori. EMDR (Eye Movement Desentisitation and Reprocessing) : Terapi ini bertujuan mengubah perasaan klien terhadap memori yang berkaitan dengan trauma dan membantu klien untuk memiliki emosi, pikiran dan perilaku yang positif. Klien menggunakan teknik imaginal exposure terhadap trauma yang dirasakan dan pada saat yang sama melakukan gerakan mata saccadic . EMDR ( Eye Movement Desentization and Reprocessing ), pada tahun 1989 mulai mempublikasikan sutu pendekatan untuk menangani trauma yang disebut EMDR. EMDR dimaksudkan untuk dilakukan dengan sangat cepat, sering kali hanya memerlukan satu atau dua sesi dan lebih efektif dibanding prosedur pemaparan standar yang dijelaskan sebelumnya. Dalam prosedur ini, pasien membayangkan suatu situasi yang berkaitan dengan masalahnya seperti: kecelakaan mobil yang sangat mengerikan. Dengan tetap membayangkan situasi tersebut, pasien memandang jari terapis dan mengikutinya dengan pandanganya seiring terapis mengerakanya maju mundur kira-kira satu kaki didepan pasien. Proses ini berlangsung selama kurang lebih satu menit atau sampai pasien menuturkan bahwa kengerian bayangan tersebut talah berkurang. Kemudian terapis meminta pasien menceritakan semua pikiran negatif yang muncul dipikiranya, sekali lagi dengan mengarahkan pandanganya pada jari terapis yang terus bergerak. Terakhir terapis, mendorong pasien untuk berfikir secara lebih positif, seperti saya dapat mengatasi hal ini dan hal ini juga dilakukan sambil memandang jari-jari terapis yang bergerak6. Anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui: relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok otot -otot utama, breathing retraining, yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala, positive thinkingdanself-talk, yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor), asser-tiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain, thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress (Anonim, 2005b).7. Terapi bermain(play therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan PTSD. Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu anak lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman traumatiknya (Anonim, 2005b). 8. Terapi debriefingjuga dapat digunakan untuk mengobati traumatik. Meskipun ada banyak konstroversi tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum dan di dalam debriefing yang dipimpin oleh bidan. Cochrane didalam systematic reviews-nya merekomendasi-kan perlu untuk melakukan debriefing pada kasus korban -korban trauma (Rose et al, 2002). Mengenai debriefing oleh bidan, Small gagal menunjukkan secara jelas manfaatnya (Small et al., 2000). Meski begitu, Boyce dan Condon merekomendasikan bidan untuk melakukan debriefing pada semua wanita yang berpotensi mengalami kejadian traumatik ketika melahirkan (Boyce & Condon, 2000).9. Support group therapydanterapi bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta merupakan penderita PTSD yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan satu sama lain (Swalm, 2005). Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membuktikan bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam. Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan kecemasan (Anonim, 2005b).10. Terapi psikodinamikberfokus pada membantu orang tersebut memeriksa nilai-nilai pribadi dan konflik emosional yang disebabkan oleh peristiwa traumatis.11. Terapi keluargamungkin berguna karena perilaku orang dengan PTSD dapat memiliki mempengaruhi anggota keluarga lainnya.12. Hypnotherapy : berfokus pada keadaan mental pasien dan memberikan sugesti positif pada pasien agar lebih baik dalam mengontrol emosinya.13. Interapy : internet-mediated therapy ini menghubungkan antara pasien dan therapist melalui internet, mereka saling berdiskusi menggunakan komputer dimana pasien akan menuliskan trauma yang dialami dan mendapat dukungan dari therapist.14. ECT : treatment ini digunakan untuk mengurangi depresi.15. Repeated transcranial magnetic stimulation (Rtms) : teknik non-invasive yang digunakan untuk menstimulasi neuron yang mungkin mengalami gangguan dan menyebabkan pasien mengalami PTSD16. Prolonged Exposure (PE) : Manajemen yang dilakukan pada pasien berusia 18-65 tahun. Biasanya berhubungan dengan korban perang atau bencana yang traumatik. Umumnya dilakukan jika sudah memiliki indikasi membaik 80%. Metode yang dilakukan dengan : edukasi treatment, latihan nafas, invivo exposue, dan imgainal exposure.17. Akupuntur : Merupakan tindakan yang dilakukan dengan stimulus pada bagian sub-cutane melalui getaran halus dengan menurunkan noreprinephrin dengan menghasilkan serotonin, dopamin dan neurotransmitter lainnya18. Couples therapy: metode konseling yang melibatkan pelayanan terhadap anggota keluarga. Terapis membantu setiap anggota keluarga ikut aktif dalam komunikasi yang terjalin. 19. Group counseling Intervensi ini terdiri dari 5 sesi :1) Sesi 1 : klien menceritakan kronologi trauma yang dialami sampai terjadinya ptsd2) Sesi 2 : klien diajari teknik relaksasi, ketrampilan mekanisme koping adaptif dan maladaptive 3) Sesi 3 : klien kemudian mendiskusikan solusi yang tepat untuk ptsd yang dialaminya dalam kelompoknya4) Sesi 4 : klien mendapatkan psikoedukasi, pencegahan relapsnya ptsd5) Sesi 5 : klien mendiskusikan manfaat dari intervensi group counseling Sesi ini difasilitasi oleh konselor trauma/ pekerja social yang telah mendapatkan training tentang manajemen group counseling untuk ptsd Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada penurunan skor depresi, penurunan skor post trauma, dan peningkatan fungsi aktivitas harian setelah follow up selama kurang lebih 6 bulan.20. Dialectical behavior therapy (dbt) Sesi dalam terapi ini adalah sebagai berikut.1) Psikoterapi mingguan ( 1 jam/ minggu)2) Kelompok latihan ketrampilan ( 2,5 jam/ minggu)3) Konsultasi, bisa dilakukan bertatap muka maupun via telepon (jika perlu)4) Pertemuan fasilitator terapi ( 1 jam/ minggu) Tujuan terapi ini adalah:1) Menurunkan resiko perilaku yang mengancam/ membahayakan akibat PTSD, misalnya mencederai diri sendiri, bunuh diri, dsb.2) Menurunkan perilaku yang mempengaruhi hasil terapi/ menurunkan efek terapi, misalnya ketidakpatuhan, kurangnya partisipasi, tidak kooperatif3) Mencegah penurunan kualitas hidup pasien, misalnya menarik diri dari lingkungan social

3. Patofisiologi PTSD

Patofisiologi PTSD dari segi psikososialTRAUMA

3 BULAN

COMBAT STRESS

1 BULAN

2 HARI

KRONIK PTSD

ACUTE PTSD

ASD

TRAUMA

3 BULAN

COMBAT STRESS

1 BULAN

2 HARI

KRONIK PTSD

ACUTE PTSD

ASD

Keterangan :a. Trauma merupakan stresor yang ekstrim yang berhubungan dengan pengalaman personal, sesuatu yang dilihat atau dipahami mengenai kejadian yang aktual atau mengancam jiwa. Respon yang terjadi : ketakutan, perasaan minta toong, atau kengerian.b. Acute Stress Reaction (ASR) atau Combat and Operational Stress reaction (COSR) merupakan stres dengan tanda-tanda fisik, mental, dan emosional sebagai akibat dari aktivitas mental dan emosional yang berat semalam kondisi yang sulit. Gejala : depresi, kelelahan, penurunan konsentrasi, kecemasan.c. Acute Stress Disorder (ASD) merupakan stress dengan gejala-gelaja disosiatif seperti perasaan mati rasa dan ingin melepaskan semua hal atau amnesia. Terjadi peningkatan trauma yang berulang, penghindaran situasim dan peningkatan gejala arousal dalam waktu > 2 hari dan < 1bulan.d. Post Traumatic Stress Disorder merupakan stress dengan gejala trauma yang berulang, penghindaran situasi, dan peningkatan gejala arousal setelah >1bulan setelah trauma. PTSD terdapat 3 macam, yaitu Acute PTSD : terjadi > 1 bulan dan < 3 bulan Kronik PTSD : terjadi > 3 bulan Delayed Onset : Onset 6 bulan

Fase-fase PTSD , Fase-fase keadaan mental pasca bencana:a. Fase kritisFase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana. Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.b. Fase setelah kritisFase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya. c. Fase stressorFase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat dogma semua telah berubah

Amigdala adalah struktur kunci dalam otak yang terlibat dalam PTSD.Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini kemudian memicu respon emosional termasuk fight, flight, or freezing" Paparan terhadap rangsangan traumatik dapat menyebabkan pengkondisian rasa takut dengan resultan aktivasi dari amigdala dan struktur terkait seperti hipotalamus, locus cerelous, grey periaqueductal, dan inti parabrachial. Aktivasi neurotransmiter otonom dan aktivitas endokrin menghasilkan banyak gejala PTSD. Hippocampus juga mungkin memiliki efek modulasi di amigdala. Hipokampus dan korteks prefrontal medial (gambar 1) mempengaruhi respon amigdala dalam menentukan respon ketakutan akhir.Ketika kita dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight . Dalam reaksi ini tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,denyut jantung, glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang makatubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup untuk menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan efek stress dari adrenalin.Teknik neuroimaging telah diidentifikasi sebagai patofisiologi sistem kerja otak sebagai indikasi dalam Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Terdapat 3 regio pada otak yang berkaitan dengan PTSD yaitu :a. Amygdala berkaitan dengan pengkajian terkait stimuli atau ambiguitas biologis mengenai kondisi ketakutan. Individu dengan PTSD memiliki tingkat kewaspadaan yang berlebihan terhadap ancaman baik dari lingkuangan atau hubungan interpersonal. Berdasarkan hasil dari neruroimaging dinyatakan bahwa pada penderita PTSD mengalami hipersensivitas pada amygdala.b. Korteks medial prefrontal terdiri dari korteks anterior cingulate, korteks subcallosal, dan gyrus medial frontal. Korteks medial prefrontal terhubung dengan amygdala dan berkaitan dengan proses ketakutan dan kondisi keberlanjutannya. Individu dengan PTSD memiliki kondisi yang berlebihan ketakutan dalam kehidupan sehari-harinya serta berkurangnya tindakan responsif. Berdasarkan hasil neuroimaging terjadi pengurangan volum kortikal integritas neuronal pada struktur medial prefrontal.c. Hipocampus berhubungan dengan proses memori dan proses encoding berkaitan dengan kondisi ketakutan. Fakta terpenting adalah hipocampus berkaitan dengan emygdala mengenai memori perasaan emosional yang pernah dialami. Kondisi tersebut sangat penting dalam kondisi trauma dan PTSD. Pada PTSD diasosiasikan dengan gangguan memori dengan berkurangnya volume hipocampus dan fungsi abnormal dari hippocampusBagian otak depan (frontal) sebenarnya berfungsi untuk menghambat aktivasi rangkaian ini, walaupun begitu pada penelitian terhadap orang-orang yang mengalami PTSD, bagian ini mengalami kesulitan untuk menghambat aktivasi system amigdala. Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini kemudian memicu respon emosional termasuk fight, flight, or freezing" dan perubahan dalam hormon stress dan katekolamin. Hipokampus dan korteks prefrontal medial (gambar 1) mempengaruhi respon amigdala dalam menentukan respon ketakutan akhir. Ketika kita dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight . Dalam reaksi ini tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,denyut jantung, glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang maka tubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup untuk menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan efek stress dari adrenalin. Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD seringkali memiliki hormon stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan pada saat kondisi normal. Hal ini mengakibatkan tubuh terus berespon seakan bahaya itu masih ada. Setelah sebulan dalam kondisi ini, di mana hormon stres meningkat pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan fisik. Beberapa studi telah menemukan konsentrasi kortisol rendah orang dengan post-traumatic stress disorder dan berlawanan menanggapi penindasan deksametason tes daripada yang terlihat dengan depresi berat

4. Kedudukan PTSD dengan Krisis Intervensi Krisis : Kekacauan akut dari homeostasis yang biasanya disebabkan karena kekacauan mekanisme koping. Merupakan reaksi subjektif pada pengalaman yang menegangkan yang mempengaruhi stabilitas individu dan kemampuan untuk mengatasi traumanya. Terjadi ketika seseorang menghadapi masalah/ situasi stress di mana mereka tidak mampu mengetahui dengan cara yang lazim digunakan Dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap kehilangan Krisis tidak harus menunjukkan terjadinya peristiwa traumatic Krisis dibagi menjadi 2 yaitu krisis situasi (timbul secara mendadak dalam berespon terhadap kejadian eksternal yang melibatkan keadaan tertentu, misalnya penyakit fisik, perkosaan, kematian) dan krisis perkembangan (krisis ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan tugas perkembangan dari tahapan psikososial dan oleh karenanya tidak mampu melanjutkan tahap perkembangan)

PTSD : kumpulan gejala yang muncul setelah seseorang melihat, mengalami, ataupun mendengar kejadian yang sangat berbahaya dan mengganggu pikirannya Krisis intervensi merupakan : Teknik terapeutik untuk membantu klien menyelesaikan masalah tertentu akibat stress yang baru terjadi Intervensi krisis tidak melibatkan analisis secara mendalam terhadap situasi tetapi lebih mengarah pada sifat baru terjadi dan mendesak untuk dilakukan pengurangan stress Tujuan intervensi krisis adalah untuk memulihkan seseorang secept mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi sebelum terjadinya krisis Upaya perawatan psikologi pada kondisi yang mengancam (emergency) pada korban atau pendampingan korban sehingga mampu mengembalikan level diri yang adaptif serta menghindari dari dampak negatif trauma yang berat. Terdapat 5 model dalam krisis intervensi :a. Intervensi segera : krisis dari kondisi yang mengancam secara emosional sehingga menempatkan korban pada resiko yang tinggi dengan maladaptif koping.b. Stabilisasi : memiliki tujuan untuk menstabilisasi korban atau komunitas yang menjad korban dengan mengoptimalkan sumber-sumber dan dukungan sehingga mampu mengembalikan kemampuan fungsionalnya. c. Memfasilitasi pemahaman : untuk mengembalikan korban pada tahap pre-krisis dan meningkatkan pemahaman mengenai apa yang terjadi. d. Fokus pada penyelesaian masalah : pendampingan secara efektif pada korban untuk mengoptimalkan sumber-sumbe koping yang ada. e. Dukungan kepercayaan diri : mengembalikan kepercayaan diri pada korban dengan kemandirian dan pemahaman adanya trauma setelah stressor.

Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa periode stress terjadi secara bertahap dimulai dengan : stress, acute stress disoreder, post traumatic stress disorder dan crisis. Krisis intervensi dilakukan pada kondisi krisis, namun secara bertahap dapat dilakukan pada tahan lainnya jika komplikasi psikologis telah membaik

DAFTAR PUSTAKA1. Clinical Practice Guideline for Management of Post Traumatic Stress Disodrer, Version 2.0 tahun 2010 dalam PDH-CPG Tool Kit Pocket Card. PDHealth. November 20112. Wardhani, Yurika Fauziah dan Wenny Lestari. ___. Gangguan Stress Pasca Trauma pada Korban Pelecehan Seksual dan Perkosaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Surabaya3. Pengaruh CBT terhadap PTSD pada penduduk pasca gempa di kelurahan Air Tawar Barat Kecamatan Padang Utara Provinsi Sumatra Barat. Ira Ervina. 20104. Evidence-based pharmacological treatment of anxiety disorders, PTSD and obsessive-compulsive dosirder: A revision of the 2005 guideliness from the British Association for psycopharmacology. David S Baldwin. 20145. Raymond B. Flannery,& George S. 2000. Crisis Intervention : A Review. International Journal of Emergency Mental Health, 2(2), 119-1256. Lisa M, Scott L, Roger K. 2006. Amygdala, Medial Prefrontal Cortex, and Hippocampal Function in PTSD. Annals New York Academy of Science 1071 : 67-797. Judith Swan & Persus Morgan. 2014. Post Traumatic Stress Disorder in Nursing. Irish Medical Education, American Nurses Commision Accreditasion.8. Herdman, T, H.(2011).Nanda Internasional Nursing Diagnosis. British Library : Wiley-Blackwell9. Clinical Practice Guideline for Management of Post Traumatic Stress Disodrer, Version 2.0 tahun 2010 dalam PDH-CPG Tool Kit Pocket Card. PDHealth. November 201110. Guidelines A, The FOR, Of T, With A. Acute Stress Disorder and Posttraumatic Stress Disorder.11. Clinical N, Guideline P, Centre NC, Health M, Excellence C. Post-Traumatic Stress Disorder.12. Yeager KR, Roberts AR. Differentiating Among Stress , Acute Stress Disorder , Crisis Episodes , Trauma , and PTSD: Paradigm and Treatment Goals. 2003:3-2613. Nakimuli-Mpungu, E; et, al. 2013. The Impact of Group Counseling on Depression, Post-Traumatic Stress and Function Outcomes : A Prospective Comparison Study in the Peter C. Alderman Trauma Clinics in Nothern Uganda. Journal Of Affective Disorder.14. Harned, M.S.; Linehan, M.M. 2008. Integrating Dialectical Behavior Therapy and Prolonged Exporsure to Treat Co-Occuring Borderline Personality Disorder and PTSD : 2 Case Studies. Cognitive and Behavioral Practice.15. Breakwell, G.M. 1997. Coping with Aggressive Behavior. Leicester : The British Psychological Society. Alih bahasa: Hidayat, B. 2002.16. Potter; Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC. 2005