laporan lbm 1 blok 6

30
LAPORAN SGD 2 BLOK 6 LBM 1 KELENJAR SALIVA Anggota Kelompok : 1. Ahmad Fahmi Fahrobi 2. Ahmad Zaida Gresfullah 3. Apriana Nofita Sari 4. Marzuki Akbar 5. Muhammad Adli Hifzudin 6. Rizal Saeful Drajat 7. Kardinah Puspita 8. Tia Lovita Pertiwi 9. Tiara Bistya Astari 10. Tri Anggasari 11. Tyara Mustika Devianti 12. Windy Pretyani FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI i

Upload: tiarabistyaastari

Post on 20-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan LBM 1 Blok 6

LAPORAN

SGD 2 BLOK 6 LBM 1

KELENJAR SALIVA

Anggota Kelompok :

1. Ahmad Fahmi Fahrobi

2. Ahmad Zaida Gresfullah

3. Apriana Nofita Sari

4. Marzuki Akbar

5. Muhammad Adli Hifzudin

6. Rizal Saeful Drajat

7. Kardinah Puspita

8. Tia Lovita Pertiwi

9. Tiara Bistya Astari

10. Tri Anggasari

11. Tyara Mustika Devianti

12. Windy Pretyani

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)

SEMARANG

2013

i

Page 2: Laporan LBM 1 Blok 6

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL

SGD 2 BLOK 6 LBM 1

KELENJAR SALIVA

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 01 April 2014

Tutor

drg. Aning Susilowati

ii

Page 3: Laporan LBM 1 Blok 6

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali

yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan semesta alam atas segala berkat,

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan SGD dengan judul ”Kelenjar Saliva”.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena

itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing SGD

Fakultas Kedokteran Gigi Unissula serta teman-teman yang turut berperan dalam pembuatan

laporan ini secara langsung maupun tidak langsung. Dari sanalah semua kesuksesan ini

berawal, semoga semua ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada

langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,

namun kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan

saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap

agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jazakumullah khairan katsiran wa jazzakumullah ahsanal jaza.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

iii

Semarang, 01 April 2014

Penyusun

Page 4: Laporan LBM 1 Blok 6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1

B. Skenario..................................................................................................................... 2

C. Identifikasi Masalah................................................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori................................................................................................................. 3

B. Kerangka Konsep.......................................................................................................14

BAB III : Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... v

iv

Page 5: Laporan LBM 1 Blok 6

Ibu Dara datang ke salah satu restaurant yang makanannya terkenal lezat di kota Semarang. Pada saat Ibu Dara masuk ke dalam restaurant tercium bau yang enak pada masakan, terbayang di kepala Ibu Dara betapa lezatnya sehingga air liur di rongga mulut terasa berlebih. Pada saat masakan sudah matang dan siap dihidangkan, air liur semakin berlebih yang menyebabkan beberapa kali harus menelan. Terlebih setelah termakan cabe air liur bertambah dan keringat mengucur.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-

sel khusus yang dapat mensekresi saliva. Saliva adalah cairan oral yang kompleks

dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar

kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral.

Saliva sendiri memiliki fungsi yaitu melicinkan dan membasahi rongga mulut

sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan

melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah

ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan

kuman, mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu proses

pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah,

berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor

pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah

dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu

dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).

Atas dasar pentingnya fungsi saliva tersebut, kelenjar saliva merupakan organ

yang penting dalam sekresi saliva. Apabila terjadi kelainan pada kelenjar saliva, akan

terjadi dampak yang dapat mengurangi fungsi saliva sehingga menyebabkan berbagai

masalah pada rongga mulut.

B. Skenario

Judul : dok, air liur keluar terus

1

Page 6: Laporan LBM 1 Blok 6

C. Identifikasi Masalah

1. Fungsi Saliva

2. Klasifikasi Kelenjar Saliva

3. Komposisi Saliva

4. Mekanisme Sekresi Saliva

5. Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Saliva

6. Korelasi Kelenjar Saliva dengan Panca Indra

7. Fungsi Keringat

8. Korelasi Kelenjar Saliva dengan Kelenjar Keringat

9. Gangguan Kelenjar Saliva

2

Page 7: Laporan LBM 1 Blok 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Fungsi Saliva

Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari

campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada

pada mukosa oral.

Saliva merupakan sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi oleh tiga

pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang

terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek ke

dalam mulut.

Fungsi saliva adalah :

a. Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva,

yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida;

b. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel

makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan

pelumasan karena adanya mukus, yang kental dan licin;

c. Memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu

enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua

dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber

makanan;

d. Berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil

pengecap;

e. Membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita

sulit berbicara apabila mulut kita kering.

f. Saliva berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga

kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus membantu

membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Penyangga

bikarbonat di saliva menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan

oleh bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies gigi.

3

Page 8: Laporan LBM 1 Blok 6

(1) Fungsi Fisiologis

Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga

mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam

rongga mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada

permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk

metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan

pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.

a) Perlindungan Permukaan mulut

Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi

geligi melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan

remineralisasi, aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut.

Pengaruh bufer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam

rongga mulut terutama dari makanan yang asam.

Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas berkumur-kumur

menyebabkan mikro-organisme kurang mempunyai kesempatan untuk

berkolonisasi di dalam rongga mulut. Selain itu lapisan protein pada elemen

gigi geligi (acquired pellicle) memberi perlindungan terhadap keausan

permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh kekuatan pengunyahan normal.

Kalsium dan Fosfat memegang peranan penting dalam mekanisme penolakan

terhadap dekalsifikasi email gigi dalam lingkungan asam (demineralisasi),

sedangkan ion-ion ini memungkinkan terjadinya remineralisasi pada

permukaan gigi yang sedikit terkikis.

Di dalam saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik

yang mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat,

laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin.

Agregasi mikro-organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh

komponen-komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif

kelompok darah dan musin. Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan

terhalang dan selanjutnya dapat diangkut ke lambung.

b) Pengaturan kandungan Air

Sekresi saliva sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air.

Apabila terjadi gejala kekeringan, sekresi saliva yang dihasilkan menjadi

rendah dan timbul rasa dahaga.2 Pembasahan permukaan mulut diperlukan

4

Page 9: Laporan LBM 1 Blok 6

untuk menghindari dari gejala mulut kering atau disebut xerostomia. Gejala

ini timbul akibat produksi saliva yang kurang di dalam rongga mulut.

c) Pengeluaran Virus dan Hasil Pertukaran Zat

Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum

seperti alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus.

Beberapa dari zat-zat ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan

makanan. Diketahui bahwa virus hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva

pasien, sehingga para dokter gigi dan perawat gigi mempunyai risiko lebih

besar terhadap infeksi hepatisis B. Hal yang sama pada prinsipnya juga

berlaku juga untuk virus HIV pada penderita AIDS, meskipun kelihatannya

infeksi melalui saliva jarang ditemukan.

d) Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan

Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada

pencernaan makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang

mengandung tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya

di dalam saliva dan mengangkutnya.5 Di samping itu terdapat juga enzim-

enzim lain yaitu Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini

berperan dalam proses pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam

saliva berfungsi dalamproses pengecapan makanan. Musin dan air berperan

untuk membentuk makanan menjadi bolus sebelum makanan ditelan.

e) Diferensiasi dan Pertumbuhan Syaraf (NGF) dan Epidermal (EGF)

Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan

oleh glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan

sel-sel syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga

menghasilkan faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang

berperan pada perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-

geligi. Kedua protein saliva tersebut diresorpsi melalui saluran usus lambung,

atau langsung diteruskan pada peredaran darah. Selajutnya sebagai hormon

dapat bekerja pada sel-sel sasaran.

(2) Fungsi Non-Fisiologi

Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu

melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk menghidari

kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen pembersih untuk

5

Page 10: Laporan LBM 1 Blok 6

memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva disapukan pada lukisan untuk

membuang kotoran yang melekat pada lukisan tersebut.

2. Klasifikasi Kelenjar Saliva

Berdasarkan ukurannya, kelenjar saliva dibedakan menjadi dua jenis:

a. Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

1. Kelenjar parotis

Merupakan kelenjar saliva terbesar yang letaknya pada permukaan otot

masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior

telinga. Kelenjar parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva

yang sebagian besar merupakan cairan serus.

Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulum oris pada lipatan antara

mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh

jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase

lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama

disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.

2. Kelenjar submandibula

Merupakan kelenjar terbesar kedua setelah kelenjar parotis. Letaknya di

bagian medial sudut bawah mandibula. Kelenjar submandibula menghasilkan

air liur terbanyak yaitu 60- 65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang

merupakan campuran cairan serus dan mukus, namun didominasi oleh cairan

serus.

Kelenjar ini memiliki saluran keluar (duktur ekstretorius) yaitu duktus

Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, di

belakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari

jaringan ikat yang padat.

3. Kelenjar sublingual

Kelenjar yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian

anterior. Merupakan kelenjar saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan

10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi

oleh cairan mukus.

6

Page 11: Laporan LBM 1 Blok 6

Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke

dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini

terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular.

b. Kelenjar Saliva Minor

Kebanyakan kelejar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak

di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari

pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan

lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.

1. Kelenjar Labial terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus

seromukus.

2. Kelenjar Bukal terdapat pada mukosa pipi dengan asinus-asinus seromukus.

3. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula Lingualis Anterior) terletak pada bagian

bawah ujung lidah

4. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = Albuminous Gland) dan Kelenjar

Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut

juga glandula lingualis posterior.

3. Komposisi Saliva

Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar

saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar

tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan

utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%.

Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,

Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat.

Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,

maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino,

lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.

a. Komponen Anorganik

Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi

tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+

menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+

jauh lebih tinggi.

7

Page 12: Laporan LBM 1 Blok 6

Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase.

Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email

dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar

Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air

minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen

antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion

bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.

b. Komponen Organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang

secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan

imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva:

1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat

yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida mudah dicernakan.

2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem

penolakan bakterial.

3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor

pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan

darah.

4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN

(hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan

pertumbuhannya.

5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi

penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.

6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air

disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua

permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan.

Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.

4. Mekanisme Sekresi Saliva

Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat

perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan

0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan

kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar

sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut.

8

Page 13: Laporan LBM 1 Blok 6

Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya

rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung

saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk

menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.

Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat

ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda:

(1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi

(2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi.

Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau

reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan.

Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf

aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva

kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk

meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva

walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan

yang terdapat di mulut.

Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol

oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan

inferior batang otak. Obyek-obyek lain dalam mulut dapat menggerakkan refleks

saliva dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau

inervasi pada lidah dipantau oleh nervus kranial VII, IX, atau X. Stimulasi

parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga

menghasilkan produksi saliva dalam jumlah banyak.

9

Page 14: Laporan LBM 1 Blok 6

Kontrol Sekresi Saliva

5. Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Saliva

Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa

faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui cara-

cara berikut:

a. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet.

b. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan

pedas.

c. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun

parasimpatis. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.

d. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa

yang dapat menstimulasi sekresi saliva.

6. Korelasi antara Rasa dengan Sekresi Saliva dan Keringat

Permukaan belakang lidah yang terlihat pada seseorang membuka mulut ditutupi

oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla). Pada papilla ini

terdapat alat pengecap (taste-bud) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (diujung

10

Page 15: Laporan LBM 1 Blok 6

depan), dan pahit (di pangkal lidah). Disamping itu, lidah juga mempunyai ujung-

ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak

termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk

sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf

otak ke-5.

Banyak sedikitnya sekresi saliva dipengaruhi oleh rangsangan (stimulus) yang

diterima. Cabai memiliki sensasi pedas karena adanya zat kimia bernama capsaicin.

Capsaicin inilah yang akan berikatan dengan reseptor pada permukaan lidah dan

menyebabkan iritasi lidah berupa panas yang merupakan sensasi umum, kemudian

mengirimkan sinyal kepada hipotalamus untuk meningkatkan metabolisme dan

aktivasi kelenjar saliva serta kelenjar keringat. Kelenjar saliva memproduksi saliva

lebih banyak untuk menetralkan panas pada permukaan lidah serta kelenjar keringat

memproduksi keringat lebih banyak untuk menetralkan suhu tubuh.

7. Fungsi Keringat

Keringat adalah air yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat pada kulit manusia.

Kandungan utama dalam keringat adalah sodium klorida (bahan utama garam dapur)

selain bahan lain (yang mengeluarkan aroma) seperti 2-metilfenol (o-kresol) dan 4-

metilfenol (p-kresol).

Pada manusia, keringat dikeluarkan untuk mengatur suhu tubuh. Penguapan

keringat dari permukaan kulit memiliki efek pendinginan karena panas laten

penguapan air yang mengambil panas dari kulit. Oleh karena itu, pada cuaca panas,

atau ketika otot memanas karena bekerja keras, keringat dihasilkan. Keringat

meningkat dalam keadaan gugup dan mual, serta menurun dalam keadaan demam.

8. Gangguan Kelenjar Saliva

1. Xerostomia

Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka

berfungsi dengan normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit

11

Page 16: Laporan LBM 1 Blok 6

kelenjar saliva primer atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik atau

terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi sindrom Sjorgen, kerusakan

pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder dari

xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat.

2. Sialorrhea

Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air

liur atau sekresi saliva yang berlebihan.

3. Ranula

Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major

yang membesar atau terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar

terhalangnya aliran liur yang sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar

submandibuler (duktus Wharton), sehingga melalui rupture ini air liur keluar

menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur,

ranula bisa juga terjadi karena trauma dan peradangan. Ranulamirip dengan

mukokel tetapi ukurannya lebih besar.

Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranula superfisialis. Bila

kista menerobos dibawah otot milohiodeusdan menimbulkan pembengkakan

submandibular, ranula jenisini disebut ranula Dissecting atau Plunging.

4. Sialadenitis

Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya

disebabkan oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses

inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor etiologi.

Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama

sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat unilateral atau

bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik

merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal

atau mungkin spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan

imunologi.

5. Mukokel

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan

oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di

sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele

dapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele

12

Page 17: Laporan LBM 1 Blok 6

terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut

melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung

duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak

sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan

menyebabkan pembengkakan (mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika

kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang

menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, biopsy, dan enzim. Ludah

dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct

(pembuluh).

Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada

titik yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada

umumnya mucocele didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga

ditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut.

Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika

saluran ludah (duct) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.

13

Page 18: Laporan LBM 1 Blok 6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari

campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada

pada mukosa oral.

Fungsi saliva antara lain untuk pencernaan, proses menelan, efek antibakteri,

pelarut dan merangsang papila llidah, higiene mulut dan gigi.

Saliva merupakan sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi oleh tiga

pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang

terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek

ke dalam mulut.

Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar

saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar

tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan

utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%.

Faktor produksi saliva antara lain faktor mekanis, faktor kimiawi, faktor

neuronal, dan rangsangan rasa sakit.

Gangguan yang sering terjadi pada kelenjar saliva diantaranya sialorrhea,

sialadentis, mukokel, xerostomia, ranula, dan lain-lain.

15

Page 19: Laporan LBM 1 Blok 6

DAFTAR PUSTAKA

Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-Shin

Butt, Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd

Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.

Pindborg, J.J.. 2009. Altas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara.

Syafriadi,Mei. 2008. Patologic Mulut Tumor Neoplastik dan NonNeoplastik Rongga.

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/3/Chapter%2011.pdf

Devlin T.M. : Texbook of Biochemistry with Clinical correlation. Third Ed. John

Wiley & Son Pub. Singapore. 1992. pp 351, 1077 – 1081

Lehninger A.L., Nelson D.L and Cox M.M : Principles of Biochemistry. Second Ed.

Worth Publ. Inc. New York. 1993. pp 298, 598-599

Murry R.M., Granner D.K., Mayes P.A. and Rodwell V.W.: Harper's Biochemistry.

Twenty-sixthth Edition. Appleton & Lance. Englewood Cliffs. New Jersey. USA. 2003. pp

122 – 129, 136 – 172.

Robert G.P dkk : Harrison's Principles of Internal Medicine. Tenth Ed. International

Student Edition. McGrawHill Book Copm. Tokyo. 1985 pp 1873

Rypier's Medical Licensure Examination. 13th Ed. J.P. Lippincott Comp. Phil. 1981.

pp 245 - 261.

Marks, Dawn B dkk. Biokimia Kedokteran Dasar. 1996. Jakarta: EGC

Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran

dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC

Wibowo, S. Daniel. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo

v