laporan skenario a blok 5
DESCRIPTION
laporan skenario a blok 5TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 5
KELOMPOK 1
ERISKOP SIANTURI (0411281419097)
FIDYAH PRATIWI (0411281419103)
IDA AYU MADE DEWI M (0411181419021)
ILSYA PERTIWI (0411181419013)
IRINNE KARINA PUTRI (0411181419055)
RIRIN PUSPITA (0411181419023)
SY. MARYAM HANINA (0411181419057)
TRIANTAMI WIJAYENTI (0411181419019)
TRI INDAH MOULINA (0411181419015)
USAMAH HAIDIR (0411281419101)
VIENNA DWINDA PUTRI (0411281419099)
TUTOR : dr. Irwan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2013/2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
laporan tutorial skenario skill lab ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan
tutorial ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam sistem pembelajaran KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam pembuatan laporan tutorial ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada dr. Irwan selaku tutor kami yang telah mengarahkan kami dan
membimbing kami. Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu pembuatan laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
SKENARIO ................................................................................................... 1
I. KLARIFIKASI ISTILAH....................................................................... 1
II. IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................. 2
III. ANALISIS MASALAH........................................................................... 3
IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN......................................
V. SINTESIS.................................................................................................
5.1 OSTEOGENESIS.................... ..............................................................
5.2 FRAKTURA..............................................................................................
5.3 ANATOMI MUSKULOSKELETAL OS FEMUR................................
5.4 HISTOLOGI JARINGAN TULANG......................................................
5.5 REMODELLING OSSA...........................................................................
VI. KERANGKA KONSEP ........................................................................
VII.KESIMPULAN........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
SKENARIO A BLOK 5 TAHUN 2014
Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun berat badan 55 kg tinggi 150 cm,
menopause dan menderita hipertiroid. Mengalami patah tulang paha kanan 8
bulan yang lalu, langsung berobat ke dukun patah. Bagian yang patah lalu
dipasang bidai belahan bambu, dan disuruh latihan jalan supaya cepat sembuh.
Saat ini, ibu tersebut datang ke dokter keluarga dengan keluhan masih sakit
terutama bila digerakan, masih bengkak, bentuk kaki kanan berbeda dengan kaki
kiri.
Pada pemeriksaan fisik: deformitas pada regio femoris dextra. Hasil pemeriksaan
rontgen tampak os femur dextra mengalami fraktur pada sepertiga distal, anatomi
tidak sama dengan kiri, garis patah masih jelas, kallus sangat sedikit.
Pemeriksaan laboratorium, peningkatan kalium phosphatase tidak significant.
Dokter menyatakan bahwa ibutersebut mengalami delayed union pada fraktur
femoris dextra. Selanjutnya pasien dirujuk ke dokter bedah tulang.
I. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Arti
1 Hipertiroid Aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan ditandai
dengan peningkatan kadar hormon tiroksin.
2 Menopause Berhentinya siklus menstruasi.
3 Bidai belahan bambu Alat yang digunakan untuk mempertahankan
kedudukan tempurung fiksasi tulang yang patah.
4 Deformitas Kelainan bentuk.
5 Kallus Jaringan tulang baru yang terdapat pada kedua
ujung patahan tulang.
6 Fraktura sepertiga
distal
Suatu patahan yang mengenai sepertiga bagian
bawah tulang paha.
7 Delayed union Proses penyembuhan yang berjalan terus dengan
1
kecepatan lambat dari keadaan normal.
II. Identifikasi Masalah
No
.
Masalah Keterangan (Konsen)
1 Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun
berat badan 55 kg tinggi 150 cm, menopause
dan menderita hipertiroid. Mengalami patah
tulang paha kanan 8 bulan yang lalu, langsung
berobat ke dukun patah. Bagian yang patah lalu
dipasang bidai belahan bambu, dan disuruh
latihan jalan supaya cepat sembuh.
*
2 Saat ini, ibu tersebut datang ke dokter keluarga
dengan keluhan masih sakit terutama bila
digerakan, masih bengkak, bentuk kaki kanan
berbeda dengan kaki kiri.
***
3 Pada pemeriksaan fisik: deformitas pada regio
femoris dextra. Hasil pemeriksaan rontgen
tampak os femur dextra mengalami fraktur
pada sepertiga distal, anatomi tidak sama
dengan kiri, garis patah masih jelas, kallus
sangat sedikit.
**
4 Pemeriksaan laboratorium, peningkatan kalium
phosphatase tidak significant.
**
5 Dokter menyatakan bahwa ibutersebut
mengalami delayed union pada fraktur femoris
**
1
dextra. Selanjutnya pasien dirujuk ke dokter
bedah tulang.
2.1. Keterkaitan Masalah
III. Analisis Masalah
3.1. Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun berat badan 55 kg
tinggi 150 cm, menopause dan menderita hipertiroid.
Mengalami patah tulang paha kanan 8 bulan yang lalu,
langsung berobat ke dukun patah. Bagian yang patah lalu
dipasang bidai belahan bambu, dan disuruh latihan jalan
supaya cepat sembuh.
1
3.1.1. Bagaimana cara menghitung BMI serta interpretasinya?
BMI= Berat (dalam kg) / tinggi badan kuadrat (dalam meter)
Index Massa Tubuh si Ibu
BMI = BB/[TB(m)]2 = 55/(1,5)2 = 24,44
Ideal (19-22)
bu tergolong overweight (23-25)
Kaitan: Os femur sbg penopang tubuh dan keseimbangan, sehingga
os femur menahan beban tubuh.
1
3.1.2. Apa hubungan menopause, hipertiroid, status gizi dengan patah
tulang?
Menopause terjadi ketika ovarium tidak melepaskan telur
setiap bulan dan menstruasi berhenti. Ovarium merupakan sumber
utama dari hormon-hormon kewanitaan, salah satunya estrogen.
Estrogen berfungsi dalam metabolisme tulang, seperti mengontrol
kepadatan mineral tulang .
Hipertiroid adalah kelebihan kadar hormon tiroid akan
menyebabkan penurunan kepadatan tulang.
3.1.3. Apa fungsi bidai dalam penyembuhan patah tulang?
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada
cedera/ trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan
(immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera. Fungsi
lain dari bidai adalah untuk mencegah gerakan bagian yang lain
yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan
lebih lanjut.
Namun, pengggunaan bidai ini bila tidak langsung
ditindaklanjuti di rumah sakit dapat menyebabkan beberapa
komplikasi, yaitu tertekannya jaringan pembuluh darah/saraf (bila
bidai terlalu ketat), masih adanya gerkan pada tulang yang patah
(bila bidai terlalu longgar) serta terhambarnya aliran darah yang
bisa menyebabkan iskemi jaringan dan nekrosis.
3.2. Saat ini, ibu tersebut datang ke dokter keluarga dengan
keluhan masih sakit terutama bila digerakan, masih bengkak,
bentuk kaki kanan berbeda dengan kaki kiri.
3.2.1. Apa penyebab kaki yang masih bengkak dan bentuk kaki yang
berbeda antara kanan dan kiri?
1
Penyebab pembengkakan saat patah tulang terjadi akibat
adanya reaksi tubuh terhadap fraktura. Di daerah terjadinya
fraktura terdapat perdarahan dan kerusakan jaringan tubuh.
Sehingga terjadi reaksi pertahanan tubuh karena kepingan-kepingan
di daerah tesebut dianggap benda asing atau adanya infeksi
sekunder oleh kuman-kuman.
Penyebab bentuk kaki berbeda antara kanan dan kiri dibagi
menjadi dua macam:
1. Penyebab ekstrinsik
Gangguan langsung: trauma yang merupakan penyebab
utama terjadinya fraktura, misalnya tertabrak, jatuh dari
ketinggian.
Gangguan tidak langsung: bending, perputaran, kompresi.
2. Penyebab intrinsik
Kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsiona fraktur.
Fraktur patologis: penyakit sistemik, seperti osteoporosis,
hyperparatyroidism, osteomalacia.
Tekanan berulang yang dapat menyebabkan fraktura.
Dalam kasus ini, os femoris dextra mengalami deformitas
yaitu perubahan bentuk anatomi yang dapat berupa tonjolan,
angulasi, rotasi dan pemendekan yang menyebabkan bentuk tulang
menjadi tidak sama antara kiri dan kanan. Deformitas sendiri
diakibatkan karena proses penyembuhan tidak sempurna dimana
garis patah masih terlihat jelas yang berarti belum tersambungnya 2
bagian tulang yang patah tersebut.
3.3. Pada pemeriksaan fisik: deformitas pada regio femoris dextra.
Hasil pemeriksaan rontgen tampak os femur dextra mengalami
1
fraktur pada sepertiga distal, anatomi tidak sama dengan kiri,
garis patah masih jelas, kallus sangat sedikit.
3.3.1. Bagaimana struktur anatomi os femur?
Dalam kasus ini, os femur dextra mengalami fraktur pada
sepertiga distal yaitu terletak di epicondylus. Di daerah tersebut
terdapat arteri femoralis dan di persarafi oleh nervus ischiadicus.
3.3.2. Apa makna deformitas pada regio femoris dextra?
Perubahan bentuk anatomi dapat berupa tonjolan yang
abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan pada regio femotis dextra.
3.3.3. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan rontgen?
Pemeriksaan rontgen menunjukkan fraktur femur sepertiga
distal adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas tulang femur
pada bagian ujung, anatomi tulang femur dextra tidak sama dengan
sinistra yang mengakibatkan deformitas, garis patah masih jalas,
1
kallus sangat sedikit menunjukkan jaringan tulang baru yang
terdapat pada kedua ujung patahan tulang masih sangat sedikit.
3.4. Pemeriksaan laboratorium, peningkatan kalium phosphatase
tidak significant.
3.4.1. Apa hubungan fraktur dengan peningkatan enzim kalium
phosphatase?
Enzim kalium phophatase ini juga bisa disebut bisa enzim
alkaline phosphatase. Alkaline phospatase merupakan salah satu
biomarker dari pembentukan tulang. Sehingga jika seseorang
mengalami fraktur maka kadar enzim ini akan meningkat.
Peranan enzim alkaline phosphatase (AP) dalam proses
mineraliasi adalah bahwa enzim ini mempersiapkan suasana alkalis
(basa) pada jaringan osteoid yang terbentuk supaya kalsium dapat
dengan mudah terdeposit pada jaringan tersebut. Selain itu di dalam
tulang, enzim ini meningkatkan konsentrasi fosfat, sehingga
terbentuklah ikatan kalsium-fosfat dalam bentuk kristal
hidroksiapatit dan kristal tersebut pada akhirnya akan mengendap
di dalam tulang.
Pada orang dewasa sehat, enzim ini dianggap 50% berasal
dari hati dan sisanya berasal dari tulang. Enzim Alkaline
Phosphatase pada tulang disintesis dalam osteoblas dan
mencerminkan aktivitas osteoblas selama pembentukan tulang.
3.5. Dokter menyatakan bahwa ibutersebut mengalami delayed
union pada fraktur femoris dextra. Selanjutnya pasien dirujuk
ke dokter bedah tulang.
1
3.5.1. Apa yang dimaksud delayed union pada fraktur?
Yang dimaksud dengan delayed union pada fraktur adalah
proses penyambungan tulang yang memakan waktu lebih lama
dibandingkan standar normal waktu penyembuhan fraktur tulang.
Standar normal waktu penyembuhan tulang akan berbeda
untuk setiap tulang, contohnya untuk fraktur pada os. Femur
bagian distal normalnya membutuhkan waktu ±12 minggu
3.5.2. Bagaimana mekanisme perbaikan tulang yang patah?
1. Fase Reaktif
Fase hematom dan inflamasi
Pembentukan jaringan granulasi
2. Fase Reparatif
Fase pembentukan callus
Pembentukan tulang lamellar
3. Fase Remodelling
Remodelling ke bentuk tulang semula
IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN
No
.
Learning Issues What I Know What I
don’t
Know
What I have
to prove
How I
will
learn
1 Osteogenesis Definisi,
jenis-jenis
pembentukan
tulang,
- Hubungan
osteogenesis
dengan kasus
Buku,
Jurnal,
dan
1
perbaikan
patah tulang
Internet
2 Fraktura Definisi,
jenis-jenis,
penyembuhan
patah tulang
- Pengaruh
enzim kalium
phosphatase
dengan
fraktur;
hubungan
hipertiroid,
menopause,
dan status
gizi.
3 Anatomi
muskuloskeletal
os femur
Struktur - -
4 Histologi tulang Struktur,
fungsi tulang,
osifikasi
- Komponen
penyusun
5 Remodelling
ossa
Siklus
remodelling
tulang, tahap
penyembuhan
tulang
- Hubungan
remodelling
ossa dengan
kasus
V. Sintesis
V.1 Osteogenesis
A. Defenisi
Osteogenesis adalah ilmu yang mempelagari khusus
tentang peristiwa (proses) terjadinya dan terbentuknya tulang.
B. Jenis-jenis Osteogenesis
1
Jenis osteogenesis dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Osteogenesis Desmalis.
Memiliki nama lain osteogenesis intramembranosa
karena terjadi didalam membrane jaringan. Tulang hasil
osteogenesis desmalis disebut tulang desmal. Proses yang
terjadi pada osteogenesis desmalis adalah Osteoblast yang
tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat
disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi
kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan
mengeras karena proses pengapuran , sehingga akan
mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang
pertama, dan tempat proses ini disebut titik penulangan
(punctum ossification). Contoh tulang yang
pembentukannya melalui proses ini pada umumnya terjadi
pada tulang pipih misalnya tulang tengkorak, khususnya os
frontalis, dan os parietalis serta os patella. Tempat
perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan
primer.
Ciri-ciri osteogenesis desmalis:
1. Terjadi didalam membran jaringan.
2. Bagian tulang yang mengalami pusat penulangan
primer disebut diaphysis.
3. Substansi interselulernya terdiri dari serabut kolagen.
4. Tanda-tanda pertama yang terlihat yaitu matriks yang
terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang
berdekatan.
2. Osteogenesis Enchondralis
1
Secara artificial, pembentukan ini berarti prosesnya
diawali dengan pembentukan tulang rawan sehingga proses
lebih kompleks. Dalam proses pertumbuhannya,
penambahan ukuran terjadi secara radial. Pertumbuhan
sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
1. Sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan
(chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel.
2. Tulang rawan (chondrocyte).
3. Terjadi perbanyakan dan pembesaran chondrocyte.
4. Pengapuran matriks tulang rawan.
5. Proses pembentukannya secara tidak langsung
sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum ossifikasi.
Jadi pusat penulangan primer yang terjadi didalam
diaphysis akan disusul pusat penulangan sekunder didalang
kerangka kartilago. Ciri-ciri Osteogenesis Enchondralis
adalah:
1. Bagian tulang yang mengalami pusat penulangan
sekunder disebut epipisis.
2. Terjadi pembesaran kondrosit di tengah diapisis.
3. Selalu dimulai dengan pembentukan kartilago.
4. Umumnya proses ini mengalami pembentukan tidak
langsung dan memiliki minimal 3 titik penulangan.
5. Proses pertumbuhannya terjadi secara radial.
C. Perbaikan Patah Tulang
Jika terjadi patah tulang, maka kerusakan akan
menyebabkan perdarahan yang biasanya akan diikuti oleh
pembekuan. Kerusakan juga menyebabkan kerusakan matriks
dan sel – sel tulang di dekatgaris patah. Awal dari proses
1
perbaikan tulang dimulai dengan pembersihan dari bekuan
darah, sisa – sisa sel dan matriks yang rusak. Periosteum dan
endosteum disekitar tulang yang patah menanggapi dengan
meningkatnya proliferasi fibroblast sehingga terbentuklah
jaringan seluler disekitar garis patah dan di antara ujung-ujung
tulang yang terpisah.
Pembentukan tulang baru berlangsung melalui
penulangan enkhondral dan desmal secara simultan. Untuk
penulangan enkhondral didahului dengan terbentuknya kartilago
hialin yang berasal dari perubahan jaringan granulasi sebagai
hasil proliferasi fibroblast. Celah fragmen tulang sekarang diisi
oleh jaringan kartilago yang merupakan kalus. Jaringan tulang
baru mengisi celah diantara fragmen tulang membentuk kalus
tulang dan menggantikan kalus kartilago. Sel – sel
osteoprogenitor dari periosteum dan endosteum akan menjadi
osteoblas sehingga di daerah tersebut terjadi penulangan desmal.
Penulangan enkhondral berlangsung sebagai trabekula dalam
jaringan kartilago yang merupakan jaringan penopang sementara
dalam perbaikan patah tulang. Tekanan pada tulang selama
proses penyembuhan menyebabkan perbaikan bentuk tulang ke
bentuk asalnya sehingga benjolan kalus akhirnya akan lenyap
melalui resorpsi.
V.2 Fraktura
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Menurut Linda Juall C.
dalam buku Nursing Care Plans and Documentations
menyebutkan Fraktur sebagai rusaknya kontinuitas tulang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang.
1
B. Etiologi
a. Kekerasan langsung
Menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasa.
Fraktur seperti ini sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Menyebabkan patah tulang di tempat jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan
penekanan serta kombinasi dari ketiganya dan penarikan
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusak atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, bone marrow dan jarinngan lunak yang
membungkus tulang ikut rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, serta infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang.
1
V.3 Anatomi Muskuloskeletal Os Femur
Merupakan tulang yang paling panjang dan paling kuat
dalam tubuh manusia. Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari
panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat
badan dan pelvis menuju ke os tibia. Terdiri dari corpus, ujung
proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal terdapat caput ossis
femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter
minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus
lateralis. Pada posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan
condylus lateralis terletak pada bidang horizontal yang sama. Caput
ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bulatan (bola), letak
mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di
bagian caudo-posterior dan titik sentral, terdapat fovea capitis, yang
menjadi tempet perlekatan dari ligamentum teres femoris.
Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis
femoris, ukuran panjang 5 cm, membentuk sudut sebesar 125
derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih besar dan
pada wanita lebih kecil. Trochanter major adalah sebuah tonjolan
ke arah lateral yang terdapat pada perbatasan collum dan corpus
ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat m.gluteus minimus.
Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi
medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat
melekat m.obturator externus. Trochanter major berada 10 cm di
sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat dipalpasi pada sisi
lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada
bidang horozontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput
femoris dan ujung os coccygeus. Trochanter minor merupakan
suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak mengarah ke
medial dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum
1
dengan corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan
trochanter major, pada permukaan posterior terdapat crista
intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus femoris.
Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk
sudut sebesar 10 derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui
caput femoris, garis tersebut merupakan axis longitudinalis dari
articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris
dengan axislongitudianlis dari collum ossis femoris membentuk
sudut inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila
sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga.
Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan
makin ke distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior.
Pada facaies dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium
laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium laterale
membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea
pectinea sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium
laterale berakhir pada epicondylus lateralis dari labium mediale
mencapai epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung
distal labimu laterale dan labium mediale terdapat planum
popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus
medialis, m.vastus lateralis dan caput breve m.biceps femoris.
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah
tonjolan yang melengkung, disebut condylus medialis dan
condylus lateralis. Daerah di antara kedua condylus itu, di bagian
posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian
ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang
dibagi oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar,
pars lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan
dengan pars medialis. Pars latralis mengadakan persendiaan
1
dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih
kecil dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendiaan
dengan facies articularis patellae. Bagian distal condylus lateralis
secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan condylus medialis
lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis
femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol
disebut epicondylus medialis. Bagian yang paling menonjol pada
facies lateralis condylus lateralis femoris disebut epicondylus
lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial.
V.4 Histologi Jaringan Tulang
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh
, fungsi jaringan tulang adalah :
a. Menahan tekanan.
b. Sebagai unsur utama kerangka tubuh.
c. Menyokong struktur-struktur berotot.
d. Melindungi organ penting / vital.
1
e. Membentuk sel darah pada sumsum tulang aktif.
f. Sifat plastis tulang bisa untuk intervensi ortodontik bagi
keperluan medis dan estetika
Struktur umum jaringan tualng terdiri dari matrik tulang,
bahan inetrsel yang mengalami kalsifikasi, osteosit (sel tulang) yang
terdapat dalam lakuna (rongga) pada matrik, osteoblas yang berperan
untuk sintesis bahan organik matrik tulang : serabut kolagen dan
glikoprotein dan osteoklas : sel raksasa yang berperan untuk
perombakan matrik tualng dan perubahan bentuk jaringan tulang.
Osteoblas adalah bentuk sel tulang muda, fungsi penting
dari sel ini adalah untuk sintesis bahan organik matrik tulang yaitu
serabut kolagen dan glikoprotein. Bila aktif mensintesis osteoblas
menunjukkan sel yang berbentuk kuboid, mempunyai sitoplasma
basofilik, mempunyai 34 prosesus sitoplasmik yang memungkinkan
berhubungan dengan osteoblas lain/disekitarnya,retikulum
endoplasmik granuler dan aparatus golgi yang berkembang dengan
baik. Mereka adalah molekul yang mempunyai polarisasi,
pengeluaran molekul yang disentesis melalui permukaan sel yang
berhubungan dengan matrik tulang, nukleus besar dan bulat,
mempunyai kromatin halus yang tersebar terutama pada sisi sel yang
jauh dari matrik. Osteoblas dikelilingi matrik yang baru disintesis
dikenal dengan osteoklas.
Osteosit adalah sel-sel tulang yang matur yang terbungkus
dalam lapisan-lapisan matrik tulang yang telah mengalami
mineralisasi, osteosit mempunyai juluran filopodial yang
menggandengkan dengan sel tulang lain saluran filopodial ini
(kanalikuli) memungkinkan difusi nutrisi dari kapiler terdekat
menuju osteosit-osteosit yang jauh, fenomena ini bisa mendukung
nutrisi bagi kira-kira 15 rantai lingkaran / lamela osteosit. Osteosit
1
lebih kecil dibanding osteoblas, mempunyai retikulum endoplasmik
dan aparatus golgi jauh lebih sedikit dibanding osteoblas serta
kromatin inti yang lebih padat, mempunyai fungsi memelihara
matrik tulang. Osteosit dan osteoblast diketahui mempunyai kalsium
fosfat yang berikatan dengan protein atau glikoprotein, suatu indikasi
kemampuan untuk melakukan kalsifikasi matrik.
Matrik tulang bahan anorganik utama dalam matrik tulang
adalah kalsium dan fosfor, keduanya membentuk kristal
hidroksiapatit yang terletak di samping fibril kolagen dan dikelilingi
zat dasar amorf. Ion-ion permukaan hidroksiapatit terhidrasi dan satu
lapisan air dan ion terbentuk disekitar kristas tersebut lapisan ini
disebut kulit hidrasi / hydration shell yang mempermudah pertukaran
ion diantara kristal tersebut dan cairan tubuh. Adapun bahan organik
matrik tulang adalah dominan serabut kolagen, dan zat dasar amorf
yang mengandung glikoaminoglikan yang berhubungan dengan
protein. Glikoaminoglikan tulang adalah : kondroitin 4- sulfat,
kondroitin- 6 sulfat dan keratan sulfat, hubungan hidroksiapatit
dengan serabut kolagen berhubungan dengan kekuatan dan resistensi
yang merupakan ciri pokok ulang
Periosteum dan endoosteum, permukaan dalam dan luar
jaringan tulang dilapisi oleh endoosteum dan periosteum, suatu
jaringan ikat yang penting bagi jaringan tulang, keduanya vaskuler
dan mempunyai sel dengan morfologi fibroblas yang berdiferensiasi
menjadi osteoblas yang memegang peranan dalam pertumbuhan dan
perbaikan jaringan tulang dan menjaga suplai nutrisi bagi sel-sel
tulang dari keberadaanya yang vaskuler, perbaikan kerusakan tulang
akan dilakukan oleh diferensiasi sel-sel di periosteum dan
endoosteum menjadi sel-sel tulang baru
a. Osifikasi intramembran
Osifikasi jenis ini menjadi sumber penulangan bagi tulang
pipih, tulang-tulang penyusun tengkorak, juga penebalan pada
1
tulang panjang. Terjadi penulangan di daerah jaringan
penyambung dimana terjadi diferensiasi sel seperti fibroblas
menjadi osteoblas yang kemudian akanmensintesi matrik tulang
yang kemudian mengalami kalsifikasi kemudian menaji osteosit
dan tumbuh jaringan tulang
b. Osifikasi endrokondral
Osifikasi tersebut terjadi di tulang rawan hialin, jenis
osifikasi ini terjasi pada tulang pendek dan panjang.
Peristiwanya melalui 2 tahap yaitu:
1. Adanya hipertropi kondrosit tulang rawan hialin, diikuti
kematian sel-sel tulang rawan hialin, yang mengahasilkan
lakuna-lakuna yang meluas dan diikuti kerusakan matrik
tulang rawan.
2. Adanya kapiler membawa benih osteoblas di daerah
kematian matrik tulang rawan itu. Osteoblas akan segera
mensintesis matrik yang akan mengalami kalsifikasi,
pertumbuhan ini melibatkan banyak osteoblas yang
menyebabkan gangguan transpor nutrisi bagi sel-sel
kondrosit tulang rawan yang akan menyebabkan semakin
meluasnya kematian tulang rawan .
1
V.5 Remodelling Ossa
1. Siklus Remodelling Tulang
Siklus remodeling tulang dimulai dengan perekrutan sel-
sel prekursor osteoklas. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi
osteoklas ketika mereka menerima sinyal dari osteoblas.
Osteoklas yang matur kemudian mensintesis enzim proteolitik
yang mencerna matriks kolagen. Resopsi tulang ini adalah tahap
pertama dari siklus renovasi. Fase yang panjang ini diatur oleh
apoptosis osteoklas. Fase selanjutnya dari siklus remodeling
preosteoblas ditarik dari stem sel mesenkimal dalam sumsum
tulang. Osteoblas matur mensintesis matriks tulang, terutama
kolagen tipe I dan mengatur mineralisasi tulang yang baru
terbentuk. Beberapa osteoblas matur mungkin terjebak dalam
mineralisasi tulang dan menjadi osteosit.
B. Tahap Penyembuhan Tulang
a. Proses penyembuhan Primer.
Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling
yang meliputi upaya langsung oleh korteks untuk
membangun kembali dirinya ketika kontinuitas terganggu.
Agar fraktur menjadi menyatu, tulang pada salah satu sisi
1
korteks harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya
(kontak langsung) untuk membangun struktur semula.
Tidak ada hubungan dengan pembentukan kalus.
Perkembangan hasil penyembuhan ini terlihat pada minggu
ke empat fiksasi.
b. Proses Penyembuhan Sekunder.
Penyembuhan ini dibedakan atas 5 fase :
1. Fase Inflamasi:
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan
hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung
fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi
yang menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan
pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur untuk
memulai penyembuhan. Berkumpulnya darah pada fase
hematom awalnya diduga akibat robekan pembuluh
darah lokal yang terfokus pada suatu tempat tertentu.
Namun pada perkembangan selanjutnya hematom bukan
hanya disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi
juga berperan factor-faktor inflamasi yang menimbulkan
kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya proses ini
dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
1
2. Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami
organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam
jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel
endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen
dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan
tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan
(osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh
gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi
gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus.
Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial
elektronegatif. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 –
3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke
4 – 8.
3. Fase Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan
1
tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan
untuk menghubungkan defek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran
tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar
fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus. Secara klinis fragmen tulang tidak bisa
lagi digerakkan.
4. Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang
terus menerus, tulang yang immature (woven bone)
diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat
menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen
dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-
lahan selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat
untuk menerima beban yang normal.
5. Stadium Remodelling
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang
yang kuat dengan bentuk yang berbeda dengan tulang
normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang
yang terus menerus lamella yang tebal akan terbentuk
pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla
akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali
pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali
1
mendekati bentuk semulanya, terutama pada anak-anak.
Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan
radiologi.
VI. Kerangka Konsep
1
VII. Kesimpulan
Seorang ibu rumah tangga mengalami delayed union pada fraktur femoris
dextra yang disebabkan oleh kesalahan dalam penanganan awal.
Daftar Pustaka
Muhlisin, Ahmad. Mediskus.com/kb/penyembuhan-patah-tulang.html. Diakses
pada 22.34 Selasa, 2 Desember 2014
USU. Respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33107/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada 17.33 Selasa, 2 Desember 2014
www.books.google.co.id
Buku ajar praktis bedah mulut oleh Gordon W. Pedersen
Adams's Outline of Fractures, Including Joint Injuries oleh David L.
Hamblen,A. Hamish R. W. Simpson, John Crawford Adams
http://whqlibdoc.who.int/publications/2001/97897904401_ind_part-1.pdf
Guyton.2009.fisiologi kedokteran edisi 2.EGC : jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29609/4/Chapter%20II.pdf
http://web.unair.ac.id/
http://www.whathealth.com/bmi/formula.html
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html
http://webkesehatan.com/menopause-wanita-penyebab-gejala/#
www.sridianti.com/apa-fungsi-hormon-estrogen.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9373448
http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Dislokasio%20Os%20Femur.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Buku%20Ajar%20Histologi%20_baru_.pdf
1