skenario 3 blok panca indera

21
SASARAN BELAJAR LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MIKROSKOPIK Mikroskopik Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh, yang terdiri atas 2 lapisan : 1. Epitel yang disebut epidermis 2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium 3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis) Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak. Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.

Upload: intan-nurul-hikmah

Post on 21-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 3 Blok Panca Indera

SASARAN BELAJARLI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MIKROSKOPIK

Mikroskopik

Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh, yang terdiri atas 2 lapisan :

1. Epitel yang disebut epidermis

2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium

3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat

lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak

mengandung jaringan lemak.

Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-

mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva,

preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar

16% dari berat tubuh.

Fungsi kulit selain menutupi tubuh, sebagai pelindung sinar ultra violet, juga mempunyai

beberapa fungsi lain seperti organ sensoris, organ sekresi dan kepentingan klinis. Maka selain struktur

epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit,

dimana meliputi; glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel

rambut, dan kuku.

Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang membentuk

pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat. Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis

tidak rata karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis. Walaupun batas antara

Page 2: Skenario 3 Blok Panca Indera

epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut

akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit.

Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat

disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah

intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal

0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan

epidermis, kulit dibagi menjadi:

A. Kulit Tebal

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut.

Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh

alur – alur dinamakan sulcus cutis.

Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari

epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan

oleh tonjolan epidermis. Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus

excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis.

1. Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem :

1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.

2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk

sintesa melanin.

Struktur histologis

Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

Gambar 1. Struktur epidermis

1. Stratum basale

Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum

karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel – sel lapisan ini berbatasan

dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam

sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.

2. Stratum spinosum

Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau

stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari

stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.

Page 3: Skenario 3 Blok Panca Indera

Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral

dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan –

tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan

interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu

ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel

seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk

seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir-butir.

Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir –

butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir

keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu

dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butir –

butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel –

sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.

4. Stratum lucidum

Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum

corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian

yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.

5. Stratum Corneum

Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak

sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi.

Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.

Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut

sebagai stratum disjunctivum.

2. Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare

Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang

Page 4: Skenario 3 Blok Panca Indera

membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada

jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare

Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut –

serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan

permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel

khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.

Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula

sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

B. Kulit tipis

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit

tebal. Epidermisnya tipis, sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa

perbedaan:

1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.

2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.

3. Tidak terdapat stratum lucidium.

4. Stratum corneum sangat tipis.

5. Papila corii tidak teratur susunannya.

6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.

7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis

Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis. Demikian pula serabut-

serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis. Pada daerah-daerah tertentu terdapat

jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3 cm atau lebih,misalnya pada perut. Di dalam subcutis

terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit

Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat

pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di

antara sel-sel stratum Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi

Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit

granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang. Tonofilamen yang

terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada

susunannya.

Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan

nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung

membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam

pengelupasan stratum corneum.

Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga

karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas

tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.

Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan

keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk

Page 5: Skenario 3 Blok Panca Indera

tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.

LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELESKAN FISIOLOGI KULIT

a) Reseptor

Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulus adekuatnya :

i. Fotoreseptor : peka terhadap gelombang cahaya

ii. Mekanoreseptor : peka terhadap energy mekanis

iii. Termoreseptor : peka terhadap panas dan dingin

iv. Osmoreseptor : mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubuh

v. Kemoreseptor : peka terhadap bahan kimia spesifik yang termasuk untuk reseptor penciuman

dan pengecapan

vi. Nosiseptor : peka terhadap kerusakan jaringan misalnya cubitan atau luka bakar

Setiap reseptor mempunyai sifat khusus untuk merespon untuk satu jenis rangsangan contohnya

pada mata ada reseptor yang peka terhadap cahaya, pada telinga ada reseptor yang peka terhdap

gelombang suara, dan pada kulit ada reseptor yang peka terhadap energy panas. Semua ini terjadi karena

adanya perbedaan sensitifitas reseptor.

Namun ada sebagian reseptor dapat berespon lemah terhadap stimulus di luar rangsangan

adekuatnya, mesipun diaktifkan oleh stimulus yang berbeda namun reseptor tetap memberikan sensasi

yang biasa di deteksi oleh reseptor tersebut. Contohnya ketika terpukul dibagian mata, maka sering

melihat bintang (kunang-kunang).

Fungsi kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi

tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh

(termoregulasi), dan  pembentukan vitamin D.

1. Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin

merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di

permukaan kulit.

b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain

itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan

serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.

Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam

dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

Page 6: Skenario 3 Blok Panca Indera

d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,

sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini

bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat

tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat

timbul keganasan.

e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah

sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel

fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel

Langerhans.

2. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A,

D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap

oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi

respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.

Beberapa obat  juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke

kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,

metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau

melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang

melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat:

a. Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan

melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika

muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke

folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,

kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,

melumasi dan memproteksi keratin.

b. Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar

dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan

mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih

banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk

mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein

yaitu amoniak dan urea.

Page 7: Skenario 3 Blok Panca Indera

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar

keringat merokrin.

a. Kelenjar keringat apokrin

Terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan

menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja

ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di

sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar

keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.

b. Kelenjar keringat merokrin (ekrin)

Terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung  air, elektrolit,

nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari

kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air

dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen

asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap

rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap

dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner

terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang

terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis.

Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua

cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu

tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh

darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu

rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah

(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol

dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan

menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan

dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.

Page 8: Skenario 3 Blok Panca Indera

Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi

kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap

diperlukan.

Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh

darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INFEKSI TINEALO.3.1 DEFINISI

Tinea adalah salah satu infeksi jamur yang paling sering menyerang masyarakat. Tinea memiliki ciri khas dengan adanya keluhan kulit yang menyerupai adanya cacing di bawah kulit, namun sebenarnya tidak ada cacing di bawah kulit. Gambaran infeksi Tinea di kulit adalah seperti cincin kemerahan & meradang yang di tengah cincin tersebut ada kulit yang terlihat sehat. Infeksi tinea juga biasanya disertai rasa gatal, terutama saat berkeringat.

Tinea adalah Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur (fungi). Pada sebagian kasus jamur hanya mengenai kulit dan organ-organ pelengkapnya seperti rambut dan kuku, tapi pada sebaian lainnya organ internal lainnya dapat terkena juga. Infeksi tinea dapat mengenai kepala, badan, lipat paha, kaki, dan kuku.

LO.3.2 ETIOLOGIDermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton,

Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,2008).

LO.3.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi Tinea

a.       Tinea kapitis (jamur kulit kepala)

Penyakit jamur pada kulit kepala merupakan infeksi jamur menular yang menyerang batang rambut yang

sering menyebabkan kerontokan rambut pada anak-anak. Secara klinis akan ditemui sebuah atau beberapa buah

bercak yang bundar, berwarna merah dan bersisik.Setelah rambut di daerah yang sakit di serang oleh jamur,

rambut tersebut menjadi rapuh dan patah pada atau di dekat permukaan kulit kepala sehingga meninggalkan

bercak-bercak kebotakkan. Sebagian besar kasus tinea kapitis akan sembuh tanpa pembentukkan sikatriks sehingga

gejala kerontokkan rambut hanya bersifat sementara.

b.      Tinea korporis ( penyakit jamur badan )

Tinea korporis menjakiti bagian muka, leher, batang tubuh, dan eksremitas. Pada bagian yang terinfeksi

akan terlihat luka berbentuk cincin atau lingkaran yang khas. Manusia tertular jamur ini dari hewan melalui kontak

dengan binatang peliharaan atau melalui subjek yang pernah bersentuhan dengan binatang.

c.       Tinea kruris ( penyakit jamur lipat paha)

Tinea krusis merupakan infeksi jamur pada lipat paha yang dapat meluas ke dalam paha bagian dalam

dan daerah pantat. Infeksi ini biasanya diikuti oleh tinea pedis.Tinea krusis sering terjadi pada pelari yang berusia

muda, orang-orang yang gemuk dan orang yang sering menggunaka pakaian dalam yang ketat.Menurut Budimulja (1999), Siregar R.S. (2004), Graham-Brown (2008), Murtiastutik (2009), dan

Berman (2011) Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.

Page 9: Skenario 3 Blok Panca Indera

d.      Tinea unguium (onikomikosis)

Tinea unguium merupakan infeksi jamur yanmg kronis pada kuku jari kaki atau kuku jari

tangan. Penyakit jamur kuku biasanya disebabkan oleh spesies Trichophyton atau Candida Albicans.Biasanya

tinea ungium disertai oleh infeksi jamur yang lama pada kaki. Kuku menjadi tebal, rapuh, dan tidak

mengkilap. Kemudian akan tertimbun debris pada ujung bebas kuku, dan akhirnya lepeng kuku akan terlepas. 

e.       Tinea pedis (penyakit jamur kaki)

Tinea pedis adalah infeksi jamur yang paling sering ditemukan.Infeksi ini sering menjangkiti para

remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok usia. Tinea pedis biasanya prevalen pada

mereka yang sering mandi pada tempat mandi umum atau berenang di kolam renang.

LO.3.4 EPIDEMIOLOGIPrevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25% populasi dunia dan

merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan Sefidgar,2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et al,2008).Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, rycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan Tricophyton violaceum (Verma danHeffernan,2008).

Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di jakarta adalah T. rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%, T.mentagrophytes var. granulare 9,0%, M. gypseum 3,2%, T. concentricum 0,5% (Made,2001).Di RSU Adam malik/Dokter Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.rubrum 43%, E.floccosum 12,1%, T.mentagrophytes 4,4%, dan M.canis 2%,serta nondermatofita 18,5%, ragi 19,1% (C. albicans 17,3%, Candida lain 1,8%) (Made,2001).

LO.3.5 PATOFISIOLOGI

Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses  proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh. (4)

Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet. (2)

Page 10: Skenario 3 Blok Panca Indera

         Bukti eksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada infeksi dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan jamur dan merusak stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora bakteri secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat bukti tambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea pedis kronik, bakteri seperti coryneform bisa berperan sebagai ko-patogenesis penting, tetapi apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih belum diketahui. (2)

Infeksi jamur dapat dialami orang yang terpajan pada keadaan apa pun dalam hidupnya.

Faktor predisposisi infeksi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas. Tetapi seringkali orang

terpajan akibat lingkungan atau perilakunya. Sebagai contoh, seorang atlet dapat terinfeksi

jamur yang tumbuh di loker dari keringat dan mandi yang sering. Selain itu juga terjadi pada

orang yang mengalami penurunan fungsi imun, misalnya pasien diabetes, wanita hamil, dan

bayi. Mereka yang menderita imunodefisiensi berat, termasuk pengidap AIDS, berisiko

mengalami infeksi jamur yang kronik dan berat. Pada kenyataannya, infeksi ragzi pada vagina

atau mulut seringkali merupakan infeksi oportunistik yang ditemukan pada para pengidap

HIV. Pasien dengan infeksi jamur kronik harus dievaluasi untuk mencari diabetes melitus dan

AIDS.

Pengobatan dengan antibiotik untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri vagina normal

yang biasanya berada dalam keseimbangan dengan ragi vagina. Hal ini dapat menimbulkan

infeksi ragi pada vagina wanita atau perempuan muda.

LO.3.6 MANIFESTASI KLINIS

Sepintas, gejala yang ditunjukkan infeksi jamur kulit terlihat serupa, yaitu; kulit kemerahan, bersisik,

terjadi penebalan (pembengkakan), dan disertai rasa gatal. Namun, Infeksi jamur kulit, tidak hanya disebabkan

oleh satu jenis jamur saja. Jika diteliti, maka setiap jenis jamur menimbulkan gejala yang berbeda, serta menyerang

kulit pada area tubuh yang berbeda.

a.       Tinea kapitis

Ada 3 bentuk klinik dari tinea kapitis yaitunya:

         Grey patch ringworm, penyakit ini biasanya ditandai dengan timbulnya papula merah kecil disekitar folikel

rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal,

warna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan terlepas dari akarnya.

         Kerrion, tinea kapitis ini disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai

sarang lebah, dengan serbukan sel radang disekitarnya.

         Black dot ringworm, gambarannya berupa terbentuknya titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut

yang terinfeksi tepat dimuara folikel.

Page 11: Skenario 3 Blok Panca Indera

b.  Tinea korporis

Bentuk kliniknya biasanya adalah lesi yang terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit, berbatas tegas

dengan konfigurasi anular,arsinar, atau poliskinik. Bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan yang lebih

jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan sembuh, sementara di tepi lesi makin meluas ke perifer.

c.  Tinea krusis

Gambaran klinis biasanya adalah lesi simetris di lipat pahakanan dan kiri. Mula-mula lesi ini berupa bercak

eritometosa dan gatal, yang lama kelamaan meluas hingga menjangkiti alt-alat genital dan paha.Tapi lesi aktif,

polisklinis, ditutupi skuama, dan disertai banyak vesikelkecil-kecil.

d.  Tinea pedis

  Ada 3 bentuk kliniknya yaitu:

         Bentuk intertriginosa

         Bentuk vesiculer acut

         Bentuk moccasin foot

e. Tinea unguium

    Dikenal ada 3 bentuk kliniknya yaitu:

         Bentuk subngual distalis

         Leukonikia trikofita

         Bentuk subngual proksimal

LO.3.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDINGDIAGNOSIS

Diagnosis Tinea pedis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas. Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan hifa yaitu double conture (dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. b) Kultur ditemukan dermatofit.

1.      Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan  sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20 menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi hifa.(1,8,18)

Page 12: Skenario 3 Blok Panca Indera

Gambar 5 : KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)**

  

*   Dikutip dari kepustakaan no. 10

** Dikutip dari kepustakaan no. 16

2. Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan menentukan spesis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis pada media buatan. 

3.       Yang dianggap paling baik adalah medium agar dekstrosa  Sabouraud. Media agar ini ditambahkan dengan antibiotik (kloramfenikol atau sikloheksimid).(1,8)

Gambar 6 : Trichophyton rubrum; koloni Downy*4.      Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manum adalah

adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler superfisialis kronik pada dermis). (8,18)

Page 13: Skenario 3 Blok Panca Indera

Gambar 7 : Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada lapisan superfisial dari epidermis  **

5.     

*   Dikutip dari kepustakaan no. 16

** Dikutip dari kepustakaan no. 22

Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu bermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum sp. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi.(20)

Diagnosa tinea korporis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Heffernan,2008).

Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan Moore,2004).

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ (Hay dan Moore,2004).Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25- 30⁰C),kemudian satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay dan Moore,2004).Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan memberi warna (fluoresensi). Beberapa jamur yangmemberikan fluoresensi yaitu M.canis, M.audouini, M.ferrugineum dan T.schoenleinii. (Hay dan Moore2004).

DIAGNOSIS BANDING

Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, liken planus dan dermatitis kontak(Verma dan Heffernan,2008).

Page 14: Skenario 3 Blok Panca Indera

LO.3.8 PENATALAKSANAANPengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan pengobatan medikamentosa.

2.10.1 Non MedikamentosaMenurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non medikamentosa adalah sebagai berikut:a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan orang yang terinfeksi.c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk mencegah penyebaran jamur tersebut.d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara.f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-debu yang menempel pada sepatu.g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet

2.10.2 MedikamentosaPengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topical diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topical yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah secara terbuka (Vermam dan Heffernan,2008).Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan Heffernan,2008).1. Pengobatan TopikalPengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh mekanisme kerja,viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut. Selain obat-obat klasik, obatobat derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obatdianjurkan selama 3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis dengan maksud mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,2008).2. Pengobatan SistemikMenurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada tinea korporis adalah:• GriseofulvinGriseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari• KetokonazolKetokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.• Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

LO.3.9 KOMPLIKASI

1. Infeksi jamur yang dalam (internal) dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas

yang bermakna.

2. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea kapitis.

3. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik

yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang

dikontrol oleh saraf yang terkena.

4. Komplikasi lain seperti infeksi otak oleh virus varisela-zoster atau penyebaran virus

ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.

LO.3.10 PENCEGAHAN

Page 15: Skenario 3 Blok Panca Indera

Pengobatan tinea (infeksi jamur) dilakukan dengan memperhatikan jenis jamur. Karenanya kita disarankan untuk mengobati infeksi jamur dengan menggunakan obat         antijamur. Gunakan obat antijamur sesuai saran pemakaian atau petunjuk dokter         agar     infeksi jamur teratasi maksimal. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga kesehatan kulit dan personal higiene, dengan cara menghindari bertukar handuk, baju, atau sisir dengan orang lain, serta mandi 2 kali sehari.

LO.3.11 PROGNOSIS

Apabila ditangani dengan cara yang tepat, prognosis infeksi ini biasanya cukup baik.

Pasien dengan faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi, seperti diabetes,

imunodefisiensi, kerusakan sirkulasi, dan neuropati, mempunyai risiko yang lebih

besar untuk terkena infeksi yang berkembang dan meluas. Kesembuhan dari infeksi

juga sangat dipengaruhi oleh hygiene dari pasien.

Prognosis untuk infeksi jamur biasanya baik, infeksi jamur bereaksi baik dengan

terapi obat yang tepat dan segera menghilang.

LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENJAGA KULIT MENURUT PANDANGAN ISLAM

Islam menyuruh umatnya menjaga kebersihan. Kebersihan yang dimaksud Islam meliputikebersihan jasmaniah dan kebersihan rohaniyah. Dasarnya firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 222,Artinya: “Sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang taubat (sehingga bersih) dan orang-orang yang bersih (badannya/jasmaniyahnya).Keterangan ayat ini diikuti oleh hadits Nabi, “Kebersihan adalah sebagian dari Iman.” (H.R. Muslim)Islam menganjurkan memelihara kebersihan karena banyak sekali penyakit-penyakitinfeksi (penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman penyakit) yang menyerang manusiayang tidak bersih atau kotor