laporan pendahuluan pppok

36
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK ) OLEH: Dewa Ayu Sri Utami P07120213019 D IV KEPERAWATAN TK.II KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Upload: adrinihudyanaaa

Post on 14-Sep-2015

38 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laporan pendahuluan Penyakit Paru Obstruksi Kronis/ COPD

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

OLEH:

Dewa Ayu Sri UtamiP07120213019D IV KEPERAWATAN TK.II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN2015LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

A. Konsep Dasar Penyakit1. Definisi

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. (Bruner & Suddarth, 2002 : 595).

PPOK adalah penyakit pernafasan yang dikarakteristikkan oleh obstruksi pada aliran udara yang penyebab utamanya adalah inflamasi jalan nafas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan nafas atau kerusakan jalan nafas. (Doenges,1999:152).

PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price , 2005 : 784).

Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas normal da lam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut:a. Bronkitis kronisDidefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002)b. Emfisema Didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)

c. Asma Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Bruner & Suddarth, 2002)2. Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:a. Merokok b. Polusi udarac. Infeksi paru-paru berulangd. Umur (semakin tua semakin berisiko)e. Jenis kelaminf. Rasg. Pemajanan tempat kerja ( batu bara, kapas, padi-padian)3. Patofisiologi/Pathway

PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus berlangsung lama, semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat menyebabkan PPOK terjadi.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya peningkatan produksi lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).PATHWAY

4. Gejala KlinisTanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok: a. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue bloater).b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:

a. Kelemahan badanb. Batukc. Sesak napasd. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyie. Mengi atau wheezef. Ekspirasi yang memanjangg. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.h. Penggunaan otot bantu pernapasani. Suara napas melemahj. Kadang ditemukan pernapasan paradoksalk. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

5. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:a. Pemeriksaan radiologisPada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.2) Corak paru yang bertambahPada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.2) Corakan paru yang bertambah.b. Pemeriksaan faal paruPada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.c. Analisis gas darah.

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.d. Pemeriksaan EKGKelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.f. Laboratorium darah lengkap

6. Penatalaksanaan MedisTujuan penatalaksanaan PPOK adalah: a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik.b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara.b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.e. Pengobatan simtomatik.f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit.h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif.3) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. PengkajianSecara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang:a. Biodata PasienBiodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalah atau penyakitnya.b. Riwayat KesehatanRiwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.c. Keluhan UtamaKeluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondidinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien PPOK adalah sesak nafas yang sudah berlangsung lama sampai bertahun-tahun , dan semakin berat setelah beraktivitas . keluhan lainnya adalah batuk, dahak berwarna hijau,, sesak semakin bertambah, dan badan lemah. d. Riwayat Kesehatan SekarangKlien dengan serangan PPOK datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, terjadi penumpukan lender, dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas.

e. Riwayat Kesehatan Masa LaluPada PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetic dengan lingkungan. Misalnya pada orang yang sering merokok, polusi udara dan paparan di tempat kerja.

f. Riwayat Kesehatan KeluargaTujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada 3 hal, yaitu:1) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkolosis ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.2) Kelainan alergi, seperti asma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau orang terdekat.3) Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.

g. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik focus pada PPOK1) InspeksiPada klien denga PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu nafas (sternokleidomastoid). Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat klien mempunyai batuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap, penipisan massa otot, bernafas dengan bibir yang dirapatkan, dan pernapasan abnormal yang tidak efektif. Pada tahap lanjut, dispnea terjadi pada saat beraktifitas, bahkan pada beraktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian produk produktif dengan sputum parulen mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan. 2) PalpasiPada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.3) PerkusiPada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan diafragma mendatar/menurun.4) AuskultasiSering didapatkan adanya suara nafas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus. (Muttaqin. 2008)

h. Data Bio-psiko-sosial-spiritual menurut Virginia Henderson1) BernafasPola nafas cepat, sesak (+), RR > 20x/mnt, takipnea, pernafasan cepat dan dangkal2) Makan dan minumMakan dan minum biasanya berkurang dari normal, misalnya: dulu makan 1 porsi setiap kali makan, namun setelah mengalami PPOK makan dan minim bisa porsi3) EleminasiBAB sukar dengan konsistensi agak padat / mengalami melena, BAK sedikit dari normal4) Gerak dan aktivitasSusah dan jarang beraktivitas, sebab ketika bergerak akan merasa semakin sesak5) Istirahat tidurSulit untuk tidur nyenyak karena merasa sesak dan sulit bernafas6) Kebersihan diriBiasanya pasien yang mengalami PPOK jarang menjaga kebersihan dirinya, sebab enggan untuk bergerak karena akan merasa sesak7) Pengaturan suhu tubuhBiasanya pasien yang mengalami PPOK suhu tubuhnya normal ( 36-36,5 C )8) Rasa nyamanBiasanya pasien yang mengalami PPOK merasakan nyeri pada daerah dada9) Rasa amanBiasanya pasien yang mengalami PPOK merasakan cemas karena memikirkan penyakit yang dialami10) Sosialisasi dan komunikasiJarang untuk berkominikasi karena akan menambah rasa sesak11) Prestasi dan produktivitasKebanyakan tidah mengetahui penyebab dan cara menangani PPOK12) IbadahSering berdoa karena ingin cepat sembuh13) RekreasiTidak ingin melakukan aktivitas atau tidak ingin pergi dari tempat tidur14) Pengetahuan/ belajar Ingin mengetahui cara-cara mengatasi sesak yang dialami

2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini: a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum/lendir, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, hipoksemia dan pola pernafasan tidak efektife. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, Ketidakmampuan untuk mencerna makanan, Faktor psikologis.

3. Intervensi KeperawatanNoDIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi

NOC :

1. Respiratory Status : Gas exchange

2. Respiratory Status : Ventilation

3. Vital Sign Status

Dengan kriteria hasil :1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)4. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :Airway Management1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan4. Pasang mayo bila perlu5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan8. Lakukan suction pada mayo9. Berikan bronkodilator bial perlu10. Barikan pelembab udara11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan12. Monitor respirasi dan status O2Respiratory Monitoring

1. Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal3. Monitor suara nafas, seperti dengkur4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot5. Catat lokasi trakea6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

2Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum/lendir, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

NOC :

Respiratorystatus: Ventilation

Respiratory status: Airway patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafasNIC :

Airway suction

1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

4. Minta klien nafas dalam sebelum suctiondilakukan.

5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukantindakan

7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napasdalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

8. Monitor status oksigenpasien

9. Ajarkan keluarga bagaimana caramelakukan suksion

10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatansaturasi O2, dll.

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasanganalat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dadajika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

3Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

NOC :Respiratory status: Ventilation

Respiratory status: Airway patency

Vital sign Status

Kriteria Hasil :1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanandarah, nadi, pernafasan)

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen

1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

2. Pertahankan jalan nafas yang paten

3. Atur peralatan oksigenasi

4. Monitor aliran oksigen

5. Pertahankan posisi pasien

6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

7. Monitor adanya kecemasan pasienterhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasitekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

8. Monitor suara paru

9. Monitor pola pernapasan abnormal

10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebabdari perubahan vital sign

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, hipoksemia dan pola pernafasan tidak efektif

NOC :

Energy conservation

Self Care : ADLs, yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)Kriteria Hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiriNIC :

Energy Management1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat

5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, Ketidakmampuan untuk mencerna makanan, Faktor psikologis.

NOC :

Nutritional Status : food and Fluid Intake

Weight : Body Mass, yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNIC :

Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Daftar PustakaNANDA. 2012-2014. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku KedokteranKusuma, Hardi dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta.Mediaaction

Lynda, Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGCRokok dan Polusi

Pencetus

Asma, Bronkitis, emfisema

Inflamasi

PPOK

Sputum meningkat

Batuk

Bersihan Jalan Nafas tdk Efektif

Perbesaran Alveoli

Hipertiroid kelenjar mukosa

Inflamasi

Penyempitan salurran udara

Leukosit meningkat

Imun menurun

Ekspansi paru menurun

Gg. Pertukaran Gas

Kuman patogen & endogen difagosit makrofag

Frekuensi pernafasan

cepat

Suplay O2 tidak adekuat

Hipoksia

Anoreksia

Kontraksi otot pernafasan

Penggunaan energi untuk pernafasan meningkat

Sesak

Gg, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pola Nafas Tidak Efektif

Intoleransi Aktifitas