laporan pendahuluan demensia.doc

23
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA A. Pengertian Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non- disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ ) Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 1997). Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian ( Behavioral Symptom)

Upload: luqman-syarief

Post on 29-Nov-2015

596 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

lp dimensia

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA

A.    Pengertian

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan

beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang

mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,

A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah

sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit

atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah

mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak

organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk

gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran

konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )

Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi

kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 1997). Demensia dapat diartikan sebagai

gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita

demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku

harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu ( destruptif ) ataupun tidak

mengganggu ( non destruptif) ( http://www.komnaslansia.or.id/ mengenal demensia pada

lanjut usia, 2007).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan bahwa demensia

adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan daya ingat sehingga

meyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.

B.     Etiologi

Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008)

yaitu :

1.      Penurunan fungsi otak

2.      Parkinson

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

3.      Tumor

4.      Stroke

5.      Alzheimer

6.      Penyakit pada jaringan pembuluh otak

Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :

1.      Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan

a.       Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)

b.      Infeksi susunan saraf pusat

c.       Gangguan metabolik

d.      Gangguan nutrisi

e.       Gangguan vaskuler

f.       Lesi desak ruang

g.      Hidrosefalus bertekanan normal

h.      Depresi

2.      Penyakit degeneratif progesif

a.       Tanpa gejala neurologik lain

1)      Penyakit Alzheimer

2)      Penyakit Pick

b.      Dengan gangguan neurologik yang prominen

1)      Penyakit Parkinson

2)      Penyakit Huntington

3)      Kelumpuhan supranuklear progesif

4)      Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat

Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:

1.       Tumor

2.       Trauma

3.       Infeksi kronis

4.       Kelainan jantung dan pembuluh darah

5.       Kelainan kongenital

6.       Penyakit Psikiatri

7.       Kelainan faali

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

8.       Kelainan metabolik

9.       Kerusakan sel-sel otak

10.  Obat-obatan dan racun

C.     Manifestasi Klinis

1.      Tanda

Tanda dari demensia menurut (http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008)

antara lain:

a.       Bicara tidak nyambung

b.      Daya ingat menurun

c.       Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun

d.      Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)

Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar. Ciri-ciri

mudah lupa antara lain :

a.       Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya

b.      Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall

c.       Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam

memori

d.      Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.

e.       Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya

2.      Gejala

Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :

a.       Kehilangan ingatan

Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai kejadian-

kejadian baru yang pertama-tama terkena dampaknya. Kemampuan untuk menyimpan

informasi baru mengalami kemunduran karena perubahan dalam otak yang terjadi

b.      Disorientasi

Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu tertentu. Banyak

penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi, dimana mereka berada dan kadang

keluyuran keluar rumah dan tersesat.

c.       Perubahan kepribadian dan perilaku

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang lainnya menunjukkan

perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap

kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.

d.      Kehilangan kemampuan praktis

Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita mengalami kesulitan

dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.

e.       Kesulitan berkomunikasi

Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat untuk

diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting

untuk merawat orang yang mengalami demensia.

    

Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut( http://www.e-

psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada dimensia, 2002) yaitu :

a.     Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat jangka pendek.

Ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.

b.    Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau gangguan

fungsi eksekutif.

c.     Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan fungsi kehidupan

sehari-hari.

d.    Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat

D.    Psikophatologi Dimensia

Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia

dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori, afasia

( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman bahasa akibat

penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari ketika kehilangan

atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika gangguan memori memburuk,

seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari ulang tahun, atau nama-nama anggota

keluarganya. Kemampuan dalam memahami pembicaraan atau bahasa tertulis menjadi

menurun. Pada demensia tahap lanjut, individu dapat menjadi bisu atau membentuk pola

pembicaraan, kesulitan dalam melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan demensia

multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan neurotransmiter tertentu

terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah korteks cerebral dan hipotalamus,

keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori. Acetilkolin dan

neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melalui

sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang

kompleks diantara sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia multi infark terjadi

pada pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley, 2006).

Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan untuk

berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan, mengurutkan, dan

menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia mengalami disorientasi tempat,

waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai dan keterbatasan atau sama

sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat terjadi perubahan proses pikir.

Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang menyebabkan klien

terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko trauma atau cedera. Beberapa

orang menunjukkan cemas, depresi, atau mengalami gangguan tidur. Individu yang

mengalami demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan stresor psikososial yang

memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.

 

 

E.     Pathway

Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif 

Penurunan fungsi otak 

Melemahnya fungsi Organik

Termor 

Perubahan cara berjalan 

Kelemahan 

Resiko terjatuh

Kematian sel neuron 

Stroke 

Penurunan neurotrnsmiter

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

MK : Resiko CederaKemunduranIntelektual 

Defisit Kognitif Multipel

Disintegrasi kepribadian 

Perubahan perilaku

Defisit neurotransmiter dan

Acetilkolin 

Pemecahan proses komunikasi antara sel

Gg. Memori

Sulit mengingat kembali, mengambil keputusan, bertindak lebih lamban 

MK : Intoleransi Aktivitas

Berkurangnya kemampuan fungsi sehari-hari

Depresi

Lebih sensitif 

Menarik diri

Isolasi Sosial

MK : Gangguan Persepsi Sensori

Tidak dapat melakukan aktivitas mandiri

halusinasi

Gg.Komunikasi 

Disfungsi pada visual dan auditorius

 

Disorientasi  

MK : Gangguan

Proses Pikir

Penurunan daya nilai

Demensia

Penurunan daya ingat

Tidak mampu berpikir abstrak

MK : Defisit Perawatan DiriDegenerasiprogresif korteks

cerebral

Kekecauan Mental Kronis 

Pathway Demensia dikembangkan dari : Copel ( 2007), Towsend ( 1998) ,( www.komnaslansia.co.id)

F.      Diagnosa Keperawatan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Diagnosa keperawatan yang muncul pada demensia menurut Wilkinson ( 2006)

yaitu :

1.      Perubahan proses pikir

a.       Definisi

Suatu kondisi gangguan aktivitas dan kerja kognitif ( misalnya pikiran sadar, orientasi

realita, pemecahan masalah, dan penilaian) yang terjadi pada individu.

b.      Batasan karakteristik

1)      Subjektif

a)      Ketidaksesuaian kognitif

b)      Interpretasi lingkungan tidak akurat

c)      Ketidaksesuaian pemikiran yang tidak berdasarkan realita

2)      Objektif

a)      Distraktibilitas

b)      Egosentris

c)      Kewaspadaan berlebihan atau kurang sama sekali

d)     Defisit/masalah memori

2.      Perubahan persepsi sensori

a.       Definisi

Keadaan seorang individu yang mengalami sutau perubahan pada jumlah atau pola

stimulus yang diterima, dikuti dengan suatu respon terhadap stimulus yang dihilangkan,

dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakkan.

b.      Batasan karakteristik

1)      Subjektif

a)      Distorsi pendengaran

b)      Melaporkan adanya perubahan dalam ketepatan sensori

c)      Distorsi penglihatan

2)      Objektif

a)      Perubahan pola komunikasi

b)      Perubahan perilaku

c)      Perubahan kemampuan menyelesaikan masalah

d)     Perubahan respon yang biasanya terhadap stimulus

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

e)      Disorientasi waktu, tempat, orang

f)       Halusinasi

g)      Iritabilitas

h)      Perubahan ketepatan sensori yang dapat diukur

i)        Kurang konsentrasi

j)        Gelisah

3.      Resiko cedera

a.       Definisi

Suatu kondisi individu yang beresiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi

lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan perubahan

b.      Faktor resiko

1)      Internal:

a)      Disfungsi sensori

b)      Usia perkembangan (fisiologi dan psikososial)

c)      Penyakit imun/autoimun

d)     Disfungsi integratif

e)      Malnutrisi

f)       Psikologis ( orientasi afektif)

4.      Intoleransi aktivitas

a.       Definisi

Suatu kondisi individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis

untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.

b.      Batasan karakteristik

1)      Subjektif

a)      Ketidaknyamanan

b)      Melaporkan keletihan atau kelemhan secara verbal

2)      Objektif

a)      Tekanan darah tidak normal sebagai akibat terhadap aktivitas

b)      Perubahan EKG

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

5.      Defisit perawatan diri

a.       Definisi

Suatu keadaan seseorang yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan diri.

b.      Faktor yang berhubungan

1)      Depresi

2)      Ketakutan akan ketergantungan

3)      Ketidakberdayaan

6.      Kekacauan Mental Kronis

a.       Definisi

Suatu keadaan dimana individu mengalami kemunduran intelektual dan kepribadian yang

tak dapat pulih berlangsung lama, dan atau progresif ( Carpenito, 1998)

b.      Faktor yang Berhubungan

1)      Degenerasi progresif dari korteks cerebral

2)      Gangguan metabolisme cerebral

G.    Pengkajian Fokus

1.      Pengkajian Riwayat Kesehatan

a.       Identitas/Data Biografis Klien

b.      Riwayat Keluarga

c.       Riwayat Pekerjaan

d.      Riwayat Lingkungan Hidup

e.       Riwayat Rekreasi

f.       Sistem Pendukung

g.      Kebiasaan Ritual

h.      Status Kesehatan Saat Ini

i.        Status Kesehatan Masa Lalu

j.        Tinjauan Sistem

Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:

1)      Keadaan Umum

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam, keringat malam,

kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri terhadap status kesehatan,

kemampuan melakukan ADL, tingkat kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.

2)      Integument

Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi, sering memar,

perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari kaki dan kallus, pola

penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.

3)      Hemopoetik

Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia, riwayat transfusi

darah. 

4)      Kepala

Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.

5)      Mata

Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak, nyeri, air mata berlebihan,

pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur, fotofobia, riwayat infeksi, tanggal

pemeriksaan paling akhir, dampak pada penampilan ADL>

6)      Telinga

Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas pendegaran, alat-alat protesa,

riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, kebiasaan perawatan telinga, dampak

penampilan pada ADL.

7)      Hidung dan Sinus

Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada sinus, alergi, riwayat

infeksi, penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.

8)      Mulut dan Tenggorok

Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan, perdarahan

gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan akhir, pola

menggosok gigi, pola flossing, masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu.

9)      Leher

Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak, pembesaran kelenjar

thyroid.

10)  Payudara

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting susu, perubahan

pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal momografi paling akhir.

11)  Pernapasan

Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan, frekuensi,

auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.

12)  Kardiovaskuler

Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada aktivitas, ortopnea,

murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia, perubahan warna kaki.

13)  Gastrointestinal

Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual/muntah, hematesis,

perubahan nafsu makan, intoleransi makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa,

perubahan kebiasaan defekasi, diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum,

pola defekasi biasanya.

14)  Perkemihan

Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia,

inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.

15)  Genitor Reproduksi - Pria

Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual,

impotensi, masalah aktivitas seksual.

16)  Genitor Reproduksi – Wanita

Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik, penyakit kelamin,

infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi, tanggal dan hasil papsmear terakhir.

17)  Muskuloskeletal

Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme, kram, kelemahan

otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada

penampilan ADL.

18)  Sistem Saraf Pusat

Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme,

parestesia, cedera kepala, maslah memori.

19)  Sistem Endokrin

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan rambut, polifagia, poliuria,

polidpsia.

20)  Sistem Imun

Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.

21)  Sistem Pengecapan

Berkurangnya rasa asin dan panas.

22)  Sistem Penciuman

Peningkatan sistem penciuman.

23)  Psikososial

Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah dalam mengambil keputusan,

kesulitan berkonsentrasi, pernyataan perasaan umum mengenai keputusan/frustasi

mekanisme koping yang biasa, stres saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan,

dampak penampilan ADL.

2.      Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial

a.       Pengkajian Status Fungsional

Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau

tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.

INDEKS KATZ

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi dan satu fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.

E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain-

lain

Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.

b.      Pengkajian Status Kognitif dan Afektif

1)      Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) untuk mendeteksi

adanya dan tingkat kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes orientasi,

memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh,

kemampuan matematis. 

2)      Menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk menguji aspek-aspek kognitif

dari fungsi mental meliputi orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali

dan bahasa.

3)      Menggunakan Inventaris Depresi Beck untuk membedakan jenis depresi serius yang

mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati rendah umum pada banyak orang.

4)      Mengguanakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk menilai depresi lansia.

c.       Pengkajian Status Sosial

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian jika pertanyaan-

pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).

APGAR Keluarga

No. Fungsi Uraian Skore

1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali

pada keluarga (temann-teman) saya

untuk membantu pada waktu sesuatu

menyusahkan saya

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga

(teman-teman) saya membicarakan

sesuatu dengan saya dan

mengungkapakan masalah dengan saya

3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-

teman) saya menerima dan mendukung

saya untuk melakukan aktifitas atau

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

arah baru

4. Afeksi Saya puas dengan keluarga (teman-

teman) saya mengekspresikan afek dan

berespon terhadap emosi-emosi saya,

seperti marah, sedih atau mencintai

5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman

saya dan saya menyediakan waktu

bersama-sama

H.    Fokus Intervensi

Menurut Townsend ( 1998)

1.      Perubahan proses pikir

a.       Orientasikan pasien lebih sering kepada realitas dan sekelilingnya.

b.      Ajarkan calon pemberi perawatan bagaimana mengorientasikan waktu, tempat, dan

keadaan – keadaan sesuai dengan kebutuhan.

c.       Berikan umpan balik positif bila pikiran dan perilaku tepat atau bila pasien

mengungkapkan bahwa ide yang diekspresikan tidak didasarkan pada realitas.

d.      Gunakan penjelasan sederhana dan interaksi, saling berhadapan bila berkomunikasi

dengan pasien.

e.       Jangan biarkan memikirkan ide-ide yang salah dengan berbicara keadaan nyata.

f.       Observasi ketat terhadap perilaku pasien yang diindikasikan.

2.      Perubahan persepsi sensori

a.       Kurangi jumlah rangsang pada lingkungan pasien ( misalnya kebisingan rendah, sedikit

orang, dekorasi sederhana).

b.      Pertahankan realitas melalui reorientasi dan fokus pada situasi-situasidan orang- orang

yang sebenarnya.

c.       Berikan jaminan terhadap keselamatan jika pasien memberikan respon dengan rasa takut

terhadap persepsi yang tidak akurat.

d.      Perbaiki dekripsi pasien pada persepsi yang tidak akurat, dan uraikan situasinya yang

realitas.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

e.       Berikan perasaan aman dan stabilitas pada lingkungan pasien dengan memungkinkan

perawatan diberikan oleh petugas yang sama secara teratur.

f.       Ajarkan calon pemberi perawatan bagaimana mengetahui tanda- tanda dan gejala

ketidakakuratan persepsi sensori pada pasien.

3.      Resiko cedera

a.       Kaji tingkat disorientasi atau kebingungan pasien untuk menurunkan kebutuhan

keamanan.

b.      Dapatkan riwayat obat-obatan ( jika mungkin)

c.       Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang dan tersendiri.

d.      Lakukan kewaspadaan keamanan

e.       Orientasikan pasien lebih sering pada realitas dan hal- hal di sekelilingnya

f.       Pantau tanda-tanda vital

4.      Intoleransi aktivitas

a.       Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.

b.      Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas

c.       Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.

5.      Defisit perawatan diri

a.       Perhatikan berat/durasi ketidaknyamanan

b.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan higiene.

c.       Ubah posisi klien tiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru, ambulasi dan latihan kaki.

6.      Kekacauan Mental Kronis

a.    Kaji sikap-sikap kekacauan mental pada diri klien

b.    Pertahankan perawatan yang menghargai

c.    Anjurkan kepada keluarga untuk berbicara lambat dengan suara jelas

d.   Orientasikan klien pada waktu dan tempat

e.    Diskusikan kejadian yang sedang berlangsung, kejadian musiman

f.     Hindari berdebat dengan klien

DAFTAR PUSTAKA

Christopher, M . 2007. Pikun dan Pelupa. Jakarta : Dian Rakyat

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA.doc

Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6. Jakarta : EGC

Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC

Darmojo, B. 1999. Geriatri. Jakarta: FKUI

Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Retrieved on October 2006 from http://www.webmd.com/content/article/71/81413.htm.

Kusuma, W. 1997. Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek. Jakarta : Profesional Book’s

Lumbantobing. 2001. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Nurviandari, K. 2007. Mengenal Demensia pada Lanjut Usia. www.komnaslansia.co.id( 27 Juni 2008)

            Subaidah, M. 2008. Demensia. www.mitrakeluarga.com ( 27 Juni 2008)

            Townsend, M. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC

Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. (1998). Behavioral symptom of dementia. New York:

Springer Publishing Company.

Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil   

NOC. Jakarta : EGC

            Yatim, F. 2003. Pikun ( Demensia) , Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya. Jakarta: Pustaka

Populer Obor