laporan pendahuluan stroke

Download laporan pendahuluan STROKE

If you can't read please download the document

Upload: tjetjeks-astonk

Post on 23-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

40BAB IPENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan derajatan kesehatan adalah upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu maka pemerintah mendirikan puskesmas-puskesmas sebagai ujung tombak dan rumah sakit sebagai rujukannya. Adapun bentuk upaya pelayanan kesehatan pada tiap puskesmas, digariskan dalam program pokok puskesmas, dimana salah satu program tersebut adalah perawatan kesehatan masyarakat dengan sasaran : individu, keluarga dan masyarakat.Salah satu tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan keluarga atau masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri yang muncul karena ketidaktahuan, ketidakmauan dan ketidakmampuan.Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf / deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik).(www. infostroke.wordpress.com).Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit.Melihat kenyataan komplikasi dan laporan dari data stroke yang begitu besar maka perlu ditindaklanjuti, karena apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan kasus yang lebih tinggi. Penemuan dini penyakit stroke dan perawatan yang efektif dapat mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitasTujuanPenulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini adalah untuk membandingkan antara teori yang diberikan di bangku kuliah dengan pelaksanaan di lapangan, serta untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan diagnosa StrokeBAB IIKONSEP KELUARGADefinisiKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes.RI)Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertautan darah adaptasi atau perkawinan (WHO.1969)Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie.1981)Bentuk-Bentuk KeluargaKeluarga Inti (Nuclear Family) adalah Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.Keluarga Besar (Extended Family) adalah Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dsb.Keluarga Berantai (Serial Family) adalah Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.Keluarga Mobitas (Cahabitation) adalah Dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.Fungsi KeluargaFungsi biologisUntuk meneruskan keturunanMemelihara dan membesarkan anakMemenuhi kebutuhan gizi keluargaMemelihara dan merawat anggota keluaragaFungsi psikologisMemberikan kasih sayang dan rasa amanMemberikan perhatian diantara anggota keluargaMembina pendewasaan kepribadian anggota keluargaMemberikan identitas keluargaFungsi sosialisasiMembina sosoialisasi pada anakMembina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anakMeneruskan nilai-nilai keluargaFungsi ekonomiMencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluargaPengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluargaMenabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak,jaminan hari tuaFungsi pendidikanMenyekolahkan anak-anak memberikan pengetahuan,ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikiMempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasaMendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembanganMenurut Friedman (1998)Fungsi offectiveMenciptakan lingkungan yang menyenangakan dan sehat secara mental saling mengasuh,menghargai,terikat dan berhubunganMengenal identitas individuRasa amanFungsi sosialisasi peranProses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperanFungsi dan peran di masyarakatSasaran untuk kontak sosial di dalam atau di luar rumahFungsi reproduksiMenjamin kelangsungan keluarga generasi dan kelangsungan hidup masyarakatFungsi ekonomiMemenuhi kebutuhan tiap anggota keluargaMenambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian danaFungsi perawatan kesehatanKonsep sehat sakit keluargaTahap-Tahap Kehidupan KeluargaMenurut Duvail adalah sebagai berikut :Tahap pembentukan keluaraga,tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk keluaraga.Tahap menjelang kelahiran anak,tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.Tahap menghadapi bayi dalam hal ini keluarga mengasuh,mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya,dan kondisinya masih sangat lemah.Tahap menghadapi anak prasekolah,pada tahap ini anak sudah mengenal kehidupan sosialnya,sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatannya.Krena tidak mengetahui mana yang kotor mana yang bersih,dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,norma agama,norma social.Tahap menghadapi anak sekolah,dalam tahap ini tugas keluarganya adalah bagaimana mendidik anak,mengajari anak,untuk mempersiapkan masa depannya.Membiasakan anak belajar secara teratur,mengontrol tugas-tugas sekolah anak,dan meningkatkan pengetahuan anak.Tahap menghadapi anak remaja,tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya,oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dean dikembangkan. Tahap melepaskan anak ke masyarakat,setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke dalam masyarakat dalam memulai kehidupannya yang seungguhnya dalam tahap ini akan memulai kehidupan berumah tangga.Tahap berdua kembali,setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,tinggalah suami istri berdua saja.Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.Tahap masa tua,tahap ini masuk ke lanjut usia,dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.Prinsip-Prinsip Perawatan KeluargaAda beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga :Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan,keluarga sehat sebagai tujuan utama.Asuhan keperwatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.Dalam memberikan asuahan keperwatan kesehatan keluarga perawat melibtakan peran aktif selruh keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif,preventif,serta tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.Dalam memberikan asuhan keperwatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperwatan.Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperwatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan perwat dirumah.Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggiLangakah-Langkah Dalam Perwatan Kesehatan KeluargaMembina hubungan kerjasama yang baik dalam keluarga.Merlaksanakan peningkatan untuk menentukan masalah-masalah kesehatan keluarga.Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan perawatan keluarga.Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan sifat masalah keluarga.Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas keluarga dalam bidang kesehatan.Menentukan atau menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas. Konsep Keperawatan KeluargaPengkajianPengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga dengan masalah Diabetes Mellitus menurut Friedman (1998) meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi perawatan kesehatan.Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, amanat dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi, status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang keluarga.Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.Struktur keluarga yang terdiri dari: pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa balk setiap anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, apakah keluarga melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan. Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dekaji antara lain: siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, ,siapa yang mengambil keputusan penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan dengan concerisus tawar-menawar dan sebagainya. Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan tekhnik komunikasi. Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai mu keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga menganut nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.Fungsi keluarga terdiri dan: fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orang tua / pasangan mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga. Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah: bagaimana keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan peran membesarkan anak/fungsi anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak, factor resiko apa yang memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri). Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah anak.Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga berespon dalam masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to head.Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi;Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan Reumatik yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan persepsi keluarga terhadap masalah.Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah Diabetes militus, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya masalah Diabetes MeIlitus, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi yang salah terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Meilisus, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada, sikap keluarga terhadap sakit.Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana kekompakan keluarga.Kemampuan kelu1irga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan-keuntungan dan fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga,Diagnosa KeperawatanMenurut Bailon dan Maglaya (1989) dan modifikasi oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2000), bahwa etialogi diagnosa keperawatan ada 3 yaitu:Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan gejala gangguan kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan insulin. Pada keluarga Bapak D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang banyak mengandung glukosa atau dengan makanan yang berlebihan. Contoh : Resiko peningkatan kadar glukosa dalam darah pada keluarga Bapak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh : potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga. Pada pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi keperawatan keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi kesehatan yang terganggu maka yang menjadi etiologi adalah ketidakmampuan keluarga merawat.Perencanaan Penapsiran MasalahDalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi perlu dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :KriteriaSkorBobotPembenaranSifat Masalaha. Aktual b. Resiko c. Potensial3211Aktual bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera, potensial bobot sedikit karena perilaku keluarga dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi (Nanda, 1994), dikutip oleh Carpenito 1998)Kemungkinan masalah dapat diubah a. Mudah b. Sebagianc. Tidak dapat diubah3212Pengetahuan dan tekhnologi untuk menangani masalah, sumber daya keluarga, perawat dan masyarakat.Potensi Masalah untuk Dicegaha. Tinggi b. Sedangc. Rendah3211Beratnya penyakit, prognosa penyakit atau kemungkinan untuk mencegah, lamanya masalah, adanya kelompok resiko tinggi atau rawan.Menonjolnya masalaha. Masalah Berat harus segera ditanganib. Ada masalah tetapi tidak perlu ditanganic. Masalah Tidak dirasakan210Persepsi keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu ditangani segera skornya tinggi.. Perencanaan KeperawatanSetelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan sekumpulan rencana tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan, Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah:Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh tentang masalah situasi keluarga.Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan, misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana keperawatan dan tindakan.Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi perkembangan masalah keluarga.Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi penyebab masalah keperawatan :Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada. Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan. Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternative tersebut. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-masing alternative tindakan.Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan psikososial.Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan, dan organisasi-organisasi masyarakat.PenatalaksanaanPenatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu: tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah. Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah laku sehat dan sebaliknya.Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat baik dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan keluarga adalah keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat informasi yang tidak lengkap sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga tidak dapat mengaitkan informasi dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas atau perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan menggunakan berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.EvaluasiDalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan a1aannya apakah tujuan realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin ada faktor 1inkungan yang tidak dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan ditanggulangi.Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.BAB IIILAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN STROKEDEFINISIStroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008).Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).Menurut (Marilyn E,Doenges:2000)stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak.Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik lokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.ETIOLOGIPenyebab-penyebabnya antara lain:Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosisEmbolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002). FAKTOR RESIKO PADA STROKEHipertensiPenyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)Kolesterol tinggi ObesitasPeningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)Penyalahgunaan obat ( kokain)Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).PATOFISIOLOGIStroke non hemoraghi dibagi menjadi stroke trombotik dan stroke emboli .Pada stroke trombotik,oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin plama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemi yang berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trobosis adalah percabangan arteri karotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombosik biasanya lambat.Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang terlepas pada bagian tubuh lain sampai ke arteri karotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit yaitu arteri carotis dibagian tengah atau Middle Carotid Artery(MCA). Dengan adanya sumbatan oleh emboli juga akan menyebabkan iskemi(Pujianto,2008)Efek iskemik bervariasi bergantung derajat lamanya gannguan aliran darah, dimana pengurangan aliran darah dalam derajat sedang hanya dapat menimbulkan gangguan fungsional sementara saja dan bukan kerusakan yang permanen seperti yang terjadi pada iskemia berat. Efek iskemik dapat menimbulkan lesi pada saraf fungsi motorik yang terdiri dari lesi di lobus(temporalis dan frontal), lesi pada kapsul interna, dan lesi pada korteks piramidalis yang mengatur koordinasi serta lesi pada batang otak(Harsono,2003:87).Lesi dapat terjadi di lobus temporalis maupun lobus frontalis. Lesi yang menyerang lobus temporalis dapat menyebabkan disfasia reseptif,sedangkan lesi yang menyerang lobus frontalis dapat menyebabkan disfasia ekspresif(Price,1995:966). Pada penderita stroke yang mengalaminya dapat muncul gejala berupa koordinasi bicara yang menurun sehingga dapat menyebabkan masalah keperawatan kerusakan komunikasi verbal.Lesi dapat terjadi di kapsul interna yang kemudian dapat menyerang wajah,nervus vagus,dan nervus glosofaring,otot skeletal dan lidah serta ekstremitas baik atas maupun bawah(Price,1995:966). Lesi yang menyerang nervus vagus dan nervus glosofaring dapat menyebabkan sulit menelan dan dapat memunculkan masalah keperawatan kerusakan menelan. Dari masalah tersebut dapat menyebabkan masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Lesi pada kapsul interna juga akan mempengaruhi fungsi ekstremitas, sehingga penderita stroke yang mengalaminya dapat muncul gejala kelumpuhan kontralateral(price,1995:966) yang menyebabkan masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik. Sedangkan lesi yang menyerang batang otak dapat mengganggu kerja sistem saraf yang mengatur pernapasan, sehingga dapat memunculkan masalah keperawatan pola napas tak efektif.Trombus dan embolus yang terbawa sampaiotak dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah arteri serebri yang akan meningkatkan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial tersebut dapat menyebabkan penekanan penyempitan pada dinding arteri serebri sehinggan suplai O2 akan menurun dan dapat memunculkan masalah keperawatan perfusin jaringan serebral tidak efektif. Oleh karena kekurangan O2 tadi, otak akan memerintahkan menyebabklan penimbunan asam laktat sehingga penderita stroke yang mengalaminya akan mengalami asidosis metabolik dan penurunan kesadaran(koma)(price:1995:966)PATHWAY STROKEMANIFESTASI KLINIS STROKEMenurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:Defisit Lapang PenglihatanHomonimus hemianopsia(kehilangan setengah lapang penglihatan), sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh.Kehilangan penglihatan perifer, Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek.Diplopia (Penglihatan ganda).Defisit MotorikStroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak.Hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh)HemiparesisKelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).AtaksiaBerjalan tidak mantap atau tegak, Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.Disartria (kesulitan berbicara)Kesulitan dalam membentuk kata, ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.DisfagiaKesulitan dalam menelan.Defisit VerbalFungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif :Afasia EkspresifTidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.Afasia ReseptifTidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.Afasia GlobalKombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.ApraksiaKetidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.Defisit Kognitif dan efek psikologisPada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi , alasan abstrak buruk, perubahan penilaian dan kurang motivasiDefisit EmosionalPenderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasiDefisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.KOMPLIKASIKomplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131):Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)Pneumonia: Akibat immobilisasi lamaInfark miokardEmboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita mulai mobilisasi.Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.Komplikasi Jangka panjangStroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular perifer.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan diagnostikCT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik.Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.Elektro Encephalografi (EEG)Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.Pemeriksaan laboratoriumFungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak mengandung darah atau jernih.Pemeriksaan darah rutinPemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.)Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.PENCEGAHANPencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor resikonya, banyak faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi. Sebagian dari pencegahan stroke caranya:Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan stroke.Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di pembuluh darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa menyumbat pembuluh darah.Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan jantung dan menurunkan berat badanPerbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu sayur dan buah rendah kolesterol.Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia Presbyterian Medical Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin E tiap hari menurunkan resiko stroke sampai 50% vitamin E juga menghaluskan kulit.PENATALAKSANAANUntuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.Pengobatan KonservatifVasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.Pengobatan PembedahanTujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.PENGKAJIAN FOKUSKeadaan umumUmumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit dimengerti kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasiPengkajian tingkat kesadaran Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator yang paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaanPada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien strok biasanya berkisar pada tingkat latergi, stupor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.Pengkajian fungsi serebral Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisferEkspresi Status mental Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara. ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien strok tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.Fungsi intelektual Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yang kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyataKemapuan bahasa Penurunan kemampuan bahasa tergantung pada daerah lesi yang mempengaruhi fungsi serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus temporallis superior (area wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan dan bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broka) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disatria (kesulitan berbicara, ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang jika kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah prustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah klien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, permusuhan, prustasi, dendam dan kurang kerjasama.Hemisfer Strok hemisfer kanan didapatkan hemiparase sebelah kiri tubuh, penilaian buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi berlawanan tersebut. Pada strok hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia dan mudah frustasi. Pengkajian saraf cranial Pemeriksaan ini meliputi pemerikasaan saraf cranial I XIISaraf I Biasanya pada klien stroke tidak ada kalinan pada fungsi penciuman- Saraf II Disfungsi persepsi fisual karena gangguan jara sensori primer diantara mata dan kortek fisual. Gangguan hubungan fisual- spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada klien denga hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidak mampuan dalam menyocokkan pakaian ke bagian tubuhSaraf III, IV dan VI Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot -otot okularis didpatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakitSaraf V Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternusSaraf VII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsiSaraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulutSaraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapeziusSaraf XII Lidah simetris, terdapat defiasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normalPengkajian system motorik Stroke adalah penyakit saraf motorik atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan motorik, oleh karena UMM bersilangan, gangguan control motor volunteer dapat menunjukkan kerusakan pada UMM di sisi yang berlawanan dari otak.Inspeksi umum didpatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.Fasikulasi didapatkan pada oot-otot ekstremitasTonus otot didapatkan meningkat Kekuatan otot pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat nolKeseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena hemiparese dan hemiplegia.Pemeriksaan RefleksPemerikasaan reflek terdiri atas pemerikasaan reflek profunda dan pemeriksaan reflek patologisPemeriksaan reflek profunda : pengetukan pada tendon, ligamnetum atau periosteum derajat reflek pada respon normalPemeriksaan reflek patologis : pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang setelah beberapa hari reflek fisiologis akan muncul kembali didahului dengan reflek patologisGerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, TIC dan distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan stroke disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder apabila areal fokal kortika yang pekaPengkajian system sensoriDapat terjadi hemihipestesi. Pada pasien terdapat ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepesi fisual karena gangguan jarak sensori primer diantara mata dan kortek fisual.Gangguan hubungan fisual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dengan area spasial) sering terlihat pada klien hemiplagia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan mencocokkan pakaian ke bagian tubuh. Kehilangan sensoro stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangn propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli fisual, taktil dan audiotorius). Analisa Data NoDATA ETIOLOGIMASALAH1.DS : Klien mengatakan Sakit kepala disertai badan letih dan Lesu DO :Penurunann kesadaranGangguan penglihatan Merokok,kolesterol tinggi, hipertensi DllThrombosis Pasokan oksigen menurun ke otakIskemik jaringan Syok hemisfer kiri Penurunan fungsi kognitif Gangguan perfusi jaringan 2DS: keluarga klien mengatakan bahwa klien mudah lelah, letih dan lesu DO Penurunan Tonus ototklien tampak lemas perubahan perfusi jaringan Suflai oksigen ke hemisfer cerebri tergangguaIskemik jaringan Penurunan fungsi motorik Imobilisasi Gangguan mobilitas fisikPenurunan pola aktivitas dan gerak 3DS: klien mengatakan badannya terasa lengket DO:klien tampak kusut Personal hygien kurang Penurunan tonus otot gangguan fungsi cerebral pada bagian korteks serebri sensorikerusakan motor neurongangguan mobilitas fisikhambatan gerakpenurunan perawatan PHDefisit perawatan diri 4DS: keluarga klien mengatakan bahwa klien menjawab tidak sesuai dengan yang ditanyakan DOKlien tampak terbata-bata Bibir klien tidak simetris (mencong sebelah )Arteriosklerosis kurang pasokan oksigen ke otak defisit neurologi gangguan di lobus temporalis dan lobus parietalis sulit menyusun kata-kata Gangguan pemenuhan nutrisi5DS :Klien mengeluh tidak bisa tidur karena kepalanya terasa nyeriDO :Klien tampak sering terjaga dan memegang kepala.Klien tampak lesu, wajah pucatTampak lingkaran hitam pada palpebra tensi, 160/100mmHgWaktu kurang dari 6 jam/hari.Nyeri kepala yang sangatmerangsang susunan saraf otot ROM mengaktifkan norepinefrinSehingga saraf sintesis terangsang untuk memicu RAS maktifkan kerja organ tubuhREM menurunklien terjagaGangguan pola tidurGangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur6DS :Klien mengeluh kurang nafsu makanKlien makannya lambatDO :Klien tampak lambat mengunyah dan menelanPorsi makan tidak habisKehilangan sensasi kecapKlien lemah Adanya kelemahan jaringan yang menekan area saraf di korteks serebriakan menyebabkan pada nervus kranilasi yang mengenai nervus trigeminus, glasofaringeus, vagus.sehingga kelemahan pada otot-otot yang digunakan untuk menelan dan mengunyah serta penurunan sesasi kecapIntake nutrisi kurangGangguan nutrisi kurang dari kebutuhanDIAGNOSA KEPERAWATAN gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurang pasokan oksigen ke otak penurunan pola aktivitas dan gerak berhungan dengan penurunan kekuatan otot defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit neurotransmiterGangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepalaGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksiaCemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuanPotensial gangguan integritas kulit pada bagian bokong dan area tertekan lainnya berhubungan dengan tirah baring lamaGangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat Resiko tinggi terjadinya cedera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandng, penurunan sensasi rasa.Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsiGangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi Ketidakpatuhan terhadap regimen teurapeutik berhubungan dengan kurangnya informasi, perubahan status kognitif. Gannguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan.Resiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual berhubungan dengan kelemahan neuromuscular pada ekstremitasPerubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan status sosial, ekonomi, dan harapan hidup. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NONODXMTUJUANPERENCANAANINTERVENSIRASIONAL11Pemulihan tingkat kesadaran dengan kriteria hasil Tingkat kesadaran membaik Tidak mengalami sakit kepala Kaji TTVKaji tingkat kesadaran klien Berikan posisi yang nyaman , dengan kepala 30OCiptakan Lingkungan yang nyaman Berikan obat sesuai dengan indikasi Untuk mengetahui keaadan umum klien Untuk mengetahui tingkat kesadaran dari klien serta kondisi tubuhnyaMenghindari gangguan jalan napas dan peningkatan TIKPanas bisa meningkatkan TIKPemberian obat bisa mempercepat penyembuhan22Mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:Keluarga klien mengatakan Klien bisa beraktivitas seperti semulaKaji kemampuan klien dalam melakuakan aktivitas Ubah posisi minimal 2 jam sekali Bantu latihan gerak ROM aktif dan Pasif Untuk menentukan intervensi yang tepat Menurunkan iskemik jaringan Mengurangi atrofi otot serta mencegah kontraktur33Perawatan diri klien terpenuhi dengan kriteria hasil: Klien menjadi bersihKlien terlihat rapi dan indah Bantu klien dalam melaksanakan PH Rapikan jika klien terlihat berantakan serta ganti pakaian setiap hari jika memungkinkan Libatkan keluarga dalam melakukan PH Anjurkan klien tetap di wash lap Memberikan rasa nyaman pada klien dan terlihat lebih bersih Memberikan kesan yang indah dan nyaman Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam peningkatan derajat kesehatan Klien akan terlihat bersih 44Klien bisa berbicara dengan tidak terbata-bata Kaji kemampuan klien dalam berkomunikasi Minta klien untuk mengikuti perintah yang sederhana Ajarkan klien bahasa isyarat Perubahan isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari derajat gangguan cerebral Melakukan adanya kerusakan sensorik Dapat memebantu klien untuk menyampaikan isi pesan yang di sampaikan 55Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi dengan kriteria :Klien dapat tidur nyenyak (7-8jam/hari)Batasi aktifitas klien yang berat di luar latihan pergerakan (ROM)Latih dan anjutkan klien untuk melakukan teknik relaxasiCiptakan lingkungan yang nyaman dan tenang menjelang dan selama klin tidurDengan membatasi latihan klien diharapkan tidak terjadi kontraktur otot dan sendiDengan melakukan teknik relaxasi diharapkan klien tenang dan dapat melancarkan sirkulasi O2 dan darah ke otak.Dengan menciptakan lingkungan yang tenang misalnya teknik distraksi, mendengarkan musik sehingga klien dapat tidur dan merasa tenang.66Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :Porsi makan bertambah atau bisa habis 1 porsiKlien tidak lemahBerikan makan sesuai diet sedikit secara perlahan.Timbang berat badan setiap satu minggu sekali untuk mengontrol asupanDengan memberikan makan sesuai diet rendah natrium dan colestrol membantu proses penyembuhan.Dengan melakukan penimbangan, BB diketahui status nutrisi dan perkembangan kondisi tubuhnya.DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC