laporan pendahuluan malaria

27
LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA Disusun Oleh: Hendra Kusdiantoro 09.011 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN 1

Upload: syamsiah-anwar

Post on 05-Dec-2014

566 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Malaria

LAPORAN PENDAHULUANMALARIA

Disusun Oleh:

Hendra Kusdiantoro09.011

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG – PROBOLINGGO2013

1

Page 2: Laporan Pendahuluan Malaria

LAPORAN PENDAHULUAN

MALARIA

A. Definisi

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan parasit dari

kelompok Plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati yang

ditularkan oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak

80 spesies anopheles dan 18 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor

malaria.

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa

dari genus plasmodium yang berada di dalam sel darah merah, atau sel hati.

Sampai saat ini dikenal cukup banyak spesies dari plasmodia yang terdapat pada

burung, monyet, kerbau, sapi, binatang melata.

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang

disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,

anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan

oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay &

Raharja, 2000).

B. Insiden

Penyakit malaria ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan

di Indonesia, khususnya di bagian Indonesia Timur.Angka mortalitas akibat

penyakit ini dibeberapa daerah di Indonesia sampai saat ini cukup tinggi yaitu

sebesar 20,9 – 50 %. Seperti di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan

salah satu daerah endemis malaria dan penyakit ini menduduki rangking ke 2 dari

10 besar dari penyakit utama di Puskesmas. Berdasarkan Profil Kesehatan

Propinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun 2006 s/d 2007, Insiden penyakit malaria

yang diukur berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) sejak tahun 2006 s/d

2007 cenderung meningkat (Departemen Kesehatan RI, 2000).

2

Page 3: Laporan Pendahuluan Malaria

C. Etiologi

Agen penyebab malaria dari genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae,

dari ordo Coccidiidae. Penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat

ini empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium falciparum sebagai penyebab

malaria tropika yakni nyamuk anopheles, Plasmodium vivax sebagai penyebab

malaria tertiana, Plasmodium malarie sebagai penyebab malaria kuartana dan

Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika.

(Pampana E.J. 1969; Gunawan S. 2000). Jenis Plasmodium yang sering

menyebabkan kekambuhan adalah P. vivax dan P. ovale (Departemen Kesehatan

RI, 2000).

D. Manifestasi Klinis

Gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan

interval tertentu (parokisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten)

dimana penderita bebas sama sekali dari demam. Jadi gejala klinis utama dari

penyakit malaria adalah demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala

disebut “Trias Malaria” (Malaria paroxysm). Secara berurutan.

Kadang-kadang menunjukkan gejala klinis lain seperti : badan terasa

lemas dan pucat karena kekurangan sel darah merah dan berkeringat, napsu

makan menurun, mual-mual, kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala dengan

rasa berat yang terus menerus, khususnya pada infeksi dengan falsiparum. Dalam

keadaan menahun (kronis) gejala tersebut diatas disertai dengan pembesaran

limpa. Pada malaria berat, gejala-gejala tersebut diatas disertai kejang-kejang dan

penurunan kesadaran sampai koma. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas

gejala klinisnya, tetapi yang menonjol adalah diare dan anemia serta adanya

riwayat kunjungan atau berasal dari daerah malaria.

a. Stadium menggigil

Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat

lemah, bibir dan jari pucat/kebiruan. Penderita mungkin muntah dan pada

anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 sampai 1

jam.

3

Page 4: Laporan Pendahuluan Malaria

b. Stadium demam

Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah,

kulit kering, dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi lebih

kuat. Penderita merasa sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41 ºC.

Stadium ini berlangsungantara 2-4 jam.

c. Stadium berkeringat

Penderita berkeringat banyak, suhu badan menurun dengan cepat,

kadang-kadang samapai di bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan

setelah bangun tidur badan terasa lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium

ini berlangsung antara 2-4 jam. Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan

infeksi malaria adalah : (Departemen Kesehatan RI, 2000).

E. Patofisiologi

a. Narasi

Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai

macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada

malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah

setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada

endothelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat

tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi

mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni ekso-

eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit,

sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan

patofisiologik. Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin

berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya

eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang

mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga

menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intravaskular

yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat

mengakibatkan gagal ginjal.

4

Page 5: Laporan Pendahuluan Malaria

Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang

mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk

melepaskan berbagai mediator yang rupanya menyebabkan perubahan

patofisiologi yang berhubungan dengan malaria.

Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari

rongga saluran pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan

faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam

peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan

sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglikemia dan

sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult Respiratory

Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah

paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat

meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endothelium

kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum

akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia,

hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan

stadium lanjut P. falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs)

pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan

bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit

yang mengandung P. falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam

organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi organ tubuh, bukan

di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endotelium

kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler

dalam organ tubuh.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor

(menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.

Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein

kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia

dapat terjadi melalui dua cara yaitu :

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Malaria

1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung

parasit malaria

2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah

manusia, misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang

baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congenital).

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan

hal-hal sebagai berikut :

1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit

Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit

Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis

intravaskuler

2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag

Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan

berbagai mediator endotoksin.

3. Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor nekrosis tumor )

Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF

ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.

4. Sekuetrasi eritrosit

Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob

ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan

antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat

dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan. (Price.

Sylvia, 2002)

b. Pathway

(Terlampir)

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa malaria didasarkan atas manifestasi klinis (termasuk anamnesis),

uji imunoserologis dan menemukan parasit (Plasmodium) malaria dalam darah

penderita. Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan

6

Page 7: Laporan Pendahuluan Malaria

persyaratan tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi yaitu : waktu

pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki

periode berkeringat, karena pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi

mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies

parasit. Volume darah yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler.

Kualitas preparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies Plasmodium

yang tepat (Purwaningsih, 2000). Diagnosa malaria dibagi dua (Departemen

Kesehatan RI., 2000), yaitu :

a. Secara laboratorium (Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah)

Darah Lengkap dilakukan guna mengetahui kadar eritrosit, leukosit,

dan trombosit. Biasanya pada kasus-kasus malaria, dijumpai kadar eritrosit

dan hemoglobin yang menurun. Hal ini disebabkan karena pengrusakan

eritrosit oleh parasit, penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting

adalah hemolisis oleh proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi

penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, dapat dijumpai

trombositopenia yang dapat mengganggu proses koagulasi. Pada malaria

tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat menurun yang disebabkan

peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya koagulasi intravskuler.

b. Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).

Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus,

sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen

vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis

dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan

cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL.

Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat

membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai

95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini

sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

c). Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai

tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi

7

Page 8: Laporan Pendahuluan Malaria

adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit

sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab

antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi

terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah.

Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan

positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination

test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

d). Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) --->pemeriksaan infeksi

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi

DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya

tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat

memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan

belum untuk pemeriksaan rutin.

G. Penatalaksanaan

a. Non Farmakologi

The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan

hal berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:

1. Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur

2. Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar

3. Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi

nyamuk mendekat

4. Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau

tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk

b. Terapi Farmakologi

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan

membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.

Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis

dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.

8

Page 9: Laporan Pendahuluan Malaria

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut

kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus

makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.

1. Pemberian obat anti malaria

a. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu

proguanil, pirimetamin

b. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit,

yaitu primakuin

c. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,

klorokuin, dan amodiakuin

d. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah

gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk

P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amidokuin

e. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk

ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan

proguanil.

2. Pemberian obat anti malaria berat

Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah

Sakit atau Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular

direkomendasikan untuk di lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas

perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 yang

menderita malaria berat.

Kemasan dan cara pemberian artesunatArtesunat parenteral tersedia

dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut

dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Untuk membuat

larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik

dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan

Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml. Artesunat diberikan dengan loading dose

secara bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama ± 2 menit, dan diulang setelah 12

jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb

per-iv satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan

9

Page 10: Laporan Pendahuluan Malaria

artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular (i.m.) dengan dosis

yang sama.

Bila penderitasudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan

dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis

pengobatan lini pertama malaria falsiparum tanpa komplikasi).

Kemasan dan cara pemberian artemeter. Artemeter intramuskular

tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak

Artemeter diberikan dengan loading dose: 3,2mg/kgbb intramuskular

Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali

sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat

minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen artesunat +

amodiakuin + primakuin.

3. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis bertujuan untuk. mengurangi resiko terinfeksi

malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat

Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah

endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis,

peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau individu

yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya

menggunakan personaI protection seperti pemakaian kelambu, repellent,

kawat kassa dan Iain-lain.

Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium

falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk

kemoprofilaksis Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb

selama tidak Iebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan

kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.

Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin

dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu

minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah

kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dan 3-6 bulan.

10

Page 11: Laporan Pendahuluan Malaria

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

A.Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer register, diagnosis medis

B. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya

panas, pusing, mual, muntah, lemah, sesak nafas, pucat yang menunjukkan

anemia.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya panas, pusing, Kulit kuning

dan perut kelihatan  membesar bila sudah dalam kondisi parah, hilangnya

nafsu makan dan kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi

saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena

rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.  

c. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan pada RPD meliputi adanya Riwayat

transfuse darah/ komponen darah, penyakit ginjal kronis, hepar, kanker,

infeksi kronis, pernah mengalami pendarahan, dan alergi multiple.

d. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah kedua orang tua menderita malaria, maka anaknya

berisiko menderita malaria. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya

perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang

mungkin disebabkan karena keturunan.

11

Page 12: Laporan Pendahuluan Malaria

C. Activity Daily Living

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

2. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat

dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena

vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan

aliran darah.

3. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

2. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan

masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

3. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

4. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

5. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol,

riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka

traumatik.

D. Pemeriksaan Fisik

a.   Keadaan umum

Klien biasanya terlihat lemah dan tampak pucat, perut membuncit

akibat hepatomegali, bentuk muka mongoloid, ditemukan ikterus.

12

Page 13: Laporan Pendahuluan Malaria

b.    TTV

TD: Hipotensi

Nadi: Takikardi (>100x/menit)

RR: Takipneu (>24 x/menit)

Suhu: Bisa naik (> 40˚C)

c.     Review of system

BI (Breath)

Pasien dengan Malaria Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak

nafas, pernafasan dangkal, cepat, melaui hidung disertai penggunaan otot

bantu pernafasan.

B2 (Blood)

Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien Malaria dapat ditemukan

tekanan darah hipotensi, nadi bradikardi, takikardi. Frekuensi nadi cepat

dan lemah berhubungan dengan homeostatis tubuh dalam upaya

menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer.

Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan

gambaran Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna),

Hipokrom (jumlah sel berkurang), Poikilositosis (adanya bentuk sel darah

yang tidak normal), Pada sel target terdapat fragmentosit dan banyak

terdapat sel normablast, Kadar haemoglobin rendah dijumpai pada malaria

berat disertai syndroma anemia, yaitu kurang dari 6 mg/dl.

B3 (Brain)

Status mental pada pasien malaria kondisi lanjut bisa terjadi

penurunan kesadaran, gelisah, kejang.

B4 (Bladder)

Pada klien dengan malaria biasanya ditemukan BAK lebih sering, bisa terjadi urine berwarna gelap, Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih).

B5 (Bowel)

Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri

tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran

limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, terdapat pembesaran limpa dan

hati (hepato dan splemagali).

13

Page 14: Laporan Pendahuluan Malaria

B6 (Bone)

Kulit kelihatan pucat karena adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah, selain itu  warna kulit kekuning- kuningan. Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang sering muncul pada pasien malaria adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat

metabolisme, dehidrasi, perubahan pada regulasi temperatur.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual, muntah dan anoreksia.

3. Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral

4. Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh

3. Intervensi Keperawatan

Dx. 1 Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat

metabolisme, dehidrasi, perubahan pada regulasi temperatur.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, suhu tubuh klien

turun.

Kriteria Hasil:

TTV dalam batas normal: S = 36,5 – 37,5˚C

Turgor kulit < 2 det

Input dan output cairan balance

Mukosa bibir lembab

Intervensi:

1. Pantau suhu pasien, perhatikan pasien menggigil/ diaforesis.

R: Suhu 38,9- 41,1 c menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola

demam dapat membantu dalam diagnosis mis: kurva demam lanjut

berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia, demam. Menggil

merupakan puncak suhu.

2. Pantau suhu lingkungan , batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai

indikasi.

14

Page 15: Laporan Pendahuluan Malaria

R: Suhu ruangan/ jumalh selimut harus diubah untuk mempertahankan

suhu mendekati normal.

3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

R: Dapat membantu mengurangi demam.

4. Berikan selimut pendingin

R: Digunakan untuk mengurangi demam dengan umumnya lebig besar dari

39,5- 40 c pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan pada otak.

5. Kolaborasi

Berikan antipiretik misalnya : ASA (Aspirin), asetaminofen (Tylenol).

R: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada

hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam

membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi

dari sel- sel yang terinfeksi.

Dx. 2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual, muntah dan anoreksia.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kebutuhan nutrisi

klien terpenuhi.

Kriteria Hasil:

Tidak terjadi mual

Muntah (-)

Anoreksia (-)

BB ideal

Intervensi:

1. Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit , berat badan dan derajat

kekurangan berata badan, integritas kulit, adanya tonus usus, riwayat mual/

muntah atau diare.

R: Berguna untuk mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan

intervensi yang tepat.

2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tidak disukai.

R: Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus.

Pertimbangkan keinginan individu untuk memperbaiki makanan.

15

Page 16: Laporan Pendahuluan Malaria

3. Awasi masukan/ pengeluaran dan berat badan secara periodik.

R: Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

4. Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan

obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.

R: Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan

masalah untuk meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.

5. Dorong makan dengan sering dengan porsi sedikit.

R: Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik

meningkat saat demam.

6. Berika perawatan mulut sesudah maupun sebelum tindakan.

R: Menurunkan rasa tak enak karena sisa muntah atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

7. Dorong orang terdekat untuk memberikan makanan.

R: Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu

memenuhi kebutuhan personal dan kultural.

8. Kolaborasi

Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

R: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat

untuk kebutuhan metabolik pasien.

Dx. 3 Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri klien

berkurang.

Kriteria Hasil:

Grimace (-)

Pusing berkurang

Skala nyeri 2 – 5

Nadi: 60 – 80

Intervensi:

1. Pertahankan tirah baring pada pasien selama fase akut.

R: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.

16

Page 17: Laporan Pendahuluan Malaria

2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal;

kompres dingin, pijat, relaksasi.

R: Menurunkan tekanan vaskular serebral dan memperlambat respon

simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3. Minimalkan aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala.

R: Aktivitas yang meningkat menyebabkan sakit kepala karena adanya

peningkatan tekanan vaskular serebral.

4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

R: Pasien biasanya mengalami pusing juga kadang mengalami hipotensi

postural.

Meningkatkan kenyamanan umum.

5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur jika terjadi

perdarahan hidung.

R: Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas

mulut.

6. Kolaborasi:

Berikan analgesic sesuai indikasi

R: Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang simpatis.

17

Page 18: Laporan Pendahuluan Malaria

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. E. Mariylynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer. A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius.

FK UI. (1996). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Spiritia. (2000), Malaria. (http://medicafarma..com/2008/05/malaria.html, diperoleh

pada tanggal 04 Maret 2013.

18