laporan pendahuluan gastroenteritis

44
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS (DIARE) I. KONSEP DASAR A. Pengertian Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates) Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988). B. Etiologi Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984) 1. Infeksi a. Infeksi enteral : Ø Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela Ø Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus Ø Parasit : cacing, protozoa, jamur b. Infeksi parenteral Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA) 2. Malabsorbsi a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa) b. Malabsorbsi protein c. Malabsorbsi lemak

Upload: pipit-fitri-al-bashire

Post on 24-Apr-2015

917 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pengertian GEA

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS (DIARE)

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)

Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya

(Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).

B. Etiologi

Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)

1. Infeksi

a. Infeksi enteral :

Ø Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela

Ø Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus

Ø Parasit : cacing, protozoa, jamur

b. Infeksi parenteral

Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)

2. Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)

b. Malabsorbsi protein

c. Malabsorbsi lemak

Page 2: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

3. Faktor makanan

4. Faktor psikologis

Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)

1. Kehilangan berat badan

a. 2,5 % tidak ada dehidrasi

b. 2,5-5% Dehidrasi ringan

c. 5-10 % dehidrasi sedang

d. > 10% dehidrasi berat

1. Skor Maurice King

Bagian Tubuh N I L A I

Yang Diperiksa 0 1 2Keadaan Umum

Turgor

Mata

UUB

Mulut

Denyut Nadi

Sehat

Normal

Nomral

Normal

Normal

Kuat

< 120

Gelisah cengeng, apatis, ngantuk

Sedikit, kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang

(120-140)

Mengigau, koma/syok

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering, sianosis

Lemah

> 140

KETERANGAN :

Ø Skor :

- 0-2 dehidrasi ringan

Page 3: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

- 3-6 dehidrasi sedang

- 7-12 Dehidrasi berat

Ø Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup

Ø Untu k kekenyalan kulit :

- 1 detik : dehidrasi ringan

- 1-2 detik : dehidrasi sedang

- > 2 detik : dehidrasi berat

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari

sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan

perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan

komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan

epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988).

B. Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang

tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan

oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.

Page 4: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau

tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah,

sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .

Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.

Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.

Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain,

lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA

FKUA, 1984)

D. Riwayat Penyakit sebelumnya

Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor

predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)

E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal

1. Prenatal

Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama

kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan

dan perkembangan janin di dalam rahim.

2. Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas

organ vital .

3. Post Natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan

panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.

Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang

dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

Page 5: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap individu

mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan

tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan

distribusi penularan.

2. Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma

penyebab diare.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis dapat

mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.

4. Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau lanjutan

ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang

tua).

H. Pola Fungsi kesehatan

1. Pola Nutrisi

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga

status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan

dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat

Page 6: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB >

7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan cair.

2. Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara

makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk

output terhadap kehilangan cairan lewat urine.

3. Pola istirahat

Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang

berlebihan, sehingga menjadi rewel.

4. Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari.

I. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).

1. Sistem Neurologi,

Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.

Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit

diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis,

apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

Palpasi, adakah parese, anestesia,

Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

2. Sistem Penginderaan

Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Page 7: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Inspeksi :

Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta

kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.

Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap

cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia

reflek pupil (-), mata cowong.

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga

kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak

adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang

pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

Palpasi,

Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar

sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,tekanan bola mata dapat menurun,

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

3. Sistem Integumen

Subyektif, kulit kering

Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2

detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

4. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin

Page 8: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran

jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena casodilatasi

pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama

dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare akut masih dalam

batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal

pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2,

murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.

5. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak

Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan

tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi.

Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau

infeksi lainnya.

6. Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus

Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau,

disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat

(gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.

Page 9: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara

tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.

7. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor,

pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing

spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

8. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah

Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat

badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

J. Pemeriksaan Penunjang

1. ÿÿÿÿÿÿ80ÿÿÿÿÿÿÿÿlpÿÿÿÿaÿÿÿLaboratorium (Lab IKA FKUI, 1988)

a. Faeces lengkap

Ø Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)

Ø PH dan kadar gula

Ø Biakan dan uji resistensi

b. Pemeriksaan Asam Basa

Page 10: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis

respiratorik.

c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin

Untuk mengetahui faali ginjal

d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna kesadaran

dan kejang.

e. Pemeriksaan intubasi duedenum

Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia

dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984)

1. Rehidrasi

a. Jenis cairan

- cara rehidrasi oral :

· Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.

· Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin

- cairan parenteral :

· usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%.

· Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS

Page 11: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

· Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS

· Usia > 3 tahun D51/2NS

· HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.

b. Jalan pemberian

- Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)

- Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran

menurun).

- IV line bila dehidrasi berat

c. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :

- Defisit (derajat dehidrasi)

- Kehilangan sesaat (concurent loss)

- Rumatan (maintenance)

d. Jadual/kecepatan

Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk defisit

diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.

2. Obat-obatan

a. Obat anti sekresi

- Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg

- Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr

Page 12: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

b. Obat antispasmotilitik

Papaverin, opium. loperamid

c. Antibiotik

- Penyebab jelas

- Ada penyakit penyerta

3. Dietetik

a. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

- Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

- Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat

b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg

Makanan padat/ maknan cair/susu

c. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi

elemental formula.

4. Supportif

a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun

b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun

c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun

d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun

e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun

f. Vitamin B kompleks, vit C

Page 13: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Rencana Asuhan Keperawatan

I. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

sekunder terhadap diare.

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.

Kriteria :

§ Tanda-tanda vital dalam batas normal

§ Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol,

mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.

§ Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

§ Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.

§ BGA dalam batas normal

Intervensi :

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine.

Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2. Pantau intake dan out put

R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi

kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak

adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.

3. Timbang BB setiap hari.

R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.

4. Penatalaksanaan rehidrasi :

Page 14: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg

BB/mencret.

R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti

cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.

b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau

dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.

5. Kolaborasi :

a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)

R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali

ginjal (kompensasi).

b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)

R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya.

Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum

luas untuk menghambat endoktoksin.

II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya

intake dan diare

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

§ Nafsu makan baik

§ BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

§ Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Page 15: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Intervensi :

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air

panas atau dingin)

R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2. Timbang BB setiap hari

R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein dan

vitamin.

3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.

R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.

4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan

peningkatan daya tahan tubuh.

R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme serta

peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat

membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.

5. Kolaborasi :

a. Dietetik

- anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan

setengah padat/makanan padat.

R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi laktose.

- Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat

R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

b. Rehidrasi parenteral (IV line)

Page 16: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau

dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.

c. Supporatif (pemberian vitamin A)

R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi

untuk proses pertumbuhan.

I. Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare

Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi

Kriteria :

§ Integritas kulit utuh

§ Iritasi tidak terjadi

§ Kulittidak hiperemia,atau iscemia

§ Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih

§ Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur .

R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode diskusi dapat

memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan

kesehatan.

2. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan

mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.

R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk mencegah

terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.

Page 17: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.

R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu

pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut.

4. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion.

R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan dan

pemberian lotion dari iritasi.

5. Atur posisi klien selang 2-3 jam.

R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi penekanan

yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.

Page 18: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAKLANDASAN TEORI MEDIK

A.    PENGERTIAN

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah

Menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu

keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana

terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena

frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu

lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa

disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada

lambung atau usus.

B.     KLASIFIKASI

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

kelompok yaitu:

1.      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya

kurang dari tujuh hari)

2.      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3.      Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus

- menerus,

4.      Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)

mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya.

Page 19: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

C.    PENYEBAB

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut

patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1.      Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh :

a.       Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,

golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,

comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya

keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis

(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b.      Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan

terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2.      Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a.       malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.

b.      Kurang kalori protein.

c.       Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam

beberapa faktor yaitu:

1.      Faktor infeksi

a.       Infeksi enteral

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi

virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,

astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)

protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida

albicous).

b.      Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media

akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

2.      Faktor malaborsi : Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi

Page 20: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu

dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3.      Faktor makanan : Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun

dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

4.      Faktor psikologis : Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita

( Depkes RI, 2007), yaitu :

1.      Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Padabalita

yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi

ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

2.      Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman

karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah

dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan

infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh

kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol

tersebut beresiko terinfeksi diare

3.      Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa

jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.

4.      Menggunakan air minum yang tercemar.

5.      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anakatau

sebelum makan dan menyuapi anak

6.      Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak

berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia

C.    PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Page 21: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke

dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme

tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut

terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1.      Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),

merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2.      Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak

tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan

asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan

terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3.      Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak

yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi

glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40

mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4.      Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

a.       Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang

bertambah hebat.

Page 22: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

b.      Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer

ini diberikan terlalu lama.

c.       Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

5.      Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi

klien akan meninggal.

D.    MANIFESTASI KLINIS

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan), tanda-

tandanya : Berak cair 1-2 kali sehari, muntah ( - ), haus ( - ), nafsu makan tidak

berkurang, masih ada keinginan untuk bermain

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-

tandanya : Berak cair 4-9 kali sehari, Kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh

kadang meningkat, Haus, tidak ada nafsu makan, Badan lesu lemas

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.Tanda-tandanya:

Berak cair terus-menerus, Muntah terus-menerus, Haus, Mata cekung, Bibir kering

dan biru, Tangan dan kaki dingin, Sangat lemah, Tidak ada nafsu makan, Tidak ada

keinginan untuk bermain, Tidak BAK selama 6 jam atau lebih, Kadang-kadang dengan

kejang dan panas tinggi

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang

berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang

menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis

metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat

badan berkurang, ubun – ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering, tulang

pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun) serta suara

menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan

Kussmaul)

Page 23: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa

renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah

menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan

kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul

aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai

timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit

nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :

1.      Pemeriksaan tinja

a.       Makroskopis dan mikroskopis

b.      PH dan kadar gula dalam tinja

c.       Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya, dengan

melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2.      Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah

putih.

3.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan

dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.

4.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

5.      Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit

secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

F.     KOMPLIKASI

a.       Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b.      Renjatan hipovolemik.

Page 24: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

c.       Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan

pada elektro kardiagram).

d.      Hipoglikemia.

e.       Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.

f.       Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g.      Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami

kelaparan.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

-          Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit

kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

-          Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,

suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.

-          Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-

tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,

otot-otot kaku sampai sianosis.

G.    PENCEGAHAN

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)  yang meliputi diagnosis dini  serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan   tingkat   ketiga   (tertiary prevention)   yang   meliputi   pencegahan   terhadap   cacat   dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

1.      Pencegahan Primer

Page 25: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.   Untuk   faktor   penyebab   dilakukan   berbagai   upaya   agar   mikroorganisme penyebab diare dihilangkan.   Peningkatan   air   bersih   dan   sanitasi   lingkungan,   perbaikan   lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.

a.       Penyediaan air bersih

Air  adalah salah satu  kebutuhan pokok hidup manusia,  bahkan hampir  70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare (Sanropie, 1984).

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang merupakan air sungai,  dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).

Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).

Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air salju, b) air tanah seperti air sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan yang meliputi sungai dan telaga. Untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan air, maka dari sumber air yang ada dapat dibangun bermacam-macam saran penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur gali, sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan, dan sumur artesis (Sanropie, 1984).

Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil  dari  sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari  sumber air.  Air  harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam   wadah   dengan   menggunakan   gayung   yang   bersih,   dan   untuk   minum   air   harus   di   masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).

b.      Tempat pembuangan tinja

Pembuangan  tinja  merupakan  bagian  yang  penting dari   kesehatan  lingkungan.  Pembuangan tinja   yang   tidak   tepat   dapat   berpengaruh   langsung   terhadap   insiden   penyakit   tertentu   yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto, 1983).

Page 26: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus   dikelola   dengan   baik.   Suatu   jamban   memenuhi   syarat   kesehatan   apabila   memenuhi   syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara,  dan murah (Notoatmodjo, 1996).

Tempat   pembuangan   tinja   yang   tidak   memenuhi   syarat   sanitasi   akan   meningkatkan   risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita   sebesar   dua   kali   lipat   dibandingkan   keluarga   yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).

c.       Status gizi

Status  gizi  didefinisikan   sebagai   keadaan  kesehatan  yang  berhubungan  dengan  penggunaan makanan  oleh   tubuh   (Parajanto,  1996).  Penilaian   status  gizi  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan berbagai   metode,   yang   tergantung   dan   tingkat   kekurangan   gizi.   Menurut   Gibson   (1990)   metode penilaian tersebut adalah;

-          konsumsi makanan

-          pemeriksaan laboratorium

-          pengukuran antropometri, dan

-          pemeriksaan klinis

Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Makin   buruk   gizi   seseorang anak,   ternyata   makin   banyak   episode diareyang dialami. Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas   sekali   sehingga  kemampuan  untuk  mengadakan  kekebalan  nonspesifik   terhadap  kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).

d.      Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan memberikan   cairan   tambahan   seperti   air,   air   gula   atau   susu   formula   terutama pada awal kehidupan anak.  Memberikan ASI  segera setelah bayi   lahir,   serta berikan ASI  sesuai  kebutuhan.  ASI 

Page 27: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

mempunyai   khasiat   preventif   secara   imunologik   dengan   adanya   antibodi   dan   zat-zat   lain   yang dikandungnya.  ASI  turut  memberikan perlindungan terhadap diare,  pemberian ASI  kepada bayi  yang baru   lahir   secara   penuh   mempunyai   daya   lindung   empat   kali   lebih   besar terhadap diare dari padapemberian  ASI   yang  disertai  dengan   susu  botol. Pada bayi   yang  tidak  diberi ASIpada enam   bulan   pertama   kehidupannya,   risiko   mendapatkan diare adalah   30   kali   lebih   besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes, 2000).

Bayi   yang   memperoleh   ASI   mempunyai   morbiditas   dan   mortalitas diarelebih   rendah.   Bayi dengan  air   susu  buatan   (ASB)  mempunyai   risiko   lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  bayi  yang  selain mendapat  susu tambahan  juga mendapatkan ASI,  dan keduanya mempunyai   risiko diare lebih  tinggi dibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono, 1988).

e.       Kebiasaan mencuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup   sehat.   Sebahagian   besar   kuman   infeksius penyebab diareditularkan melalui   jalur   oral.   Kuman-kuman tersebut  ditularkan dengan perantara  air  atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme   patogen   dengan   melalui   air   minum. Pada penularan seperti   ini,   tangan   memegang peranan  penting,   karena   lewat   tangan  yang  tidak  bersih  makanan  atau  minuman   tercemar   kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

Pemutusan   rantai   penularan   penyakit   seperti   ini   sangat   berhubungan   dengan   penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air   besar,   setelah   menangani   tinja anak,   sebelum   makan   atau   memberi   makan anakdan   sebelum menyiapkan   makanan. Kejadian diare makanan   terutama   yang   berhubungan   langsung   dengan makanan anak seperti   botol   susu,   cara   menyimpan   makanan   serta   tempat   keluarga   membuang tinja anak (Howard & Bartram, 2003).

Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare. Tinja anak, terutama yang sedang menderita diare merupakan   sumber   penularan diare bagi   penularan diare bagi   orang   lain.   Tidak hanya anak yang   sakit, anak sehatpun   tinjanya   juga   dapat   menjadi carrier asimptomatik   yang   sering kurang   mendapat   perhatian.   Oleh   karena   itu   cara   membuang tinja anak penting   sebagai   upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk, 1990).

f.       Imunisasi

Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia sembilan bulan (Andrianto, 1995).

2.      Pencegahan Sekunder

Page 28: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Pencegahan  tingkat  kedua  ini  ditujukan  kepada sianak  yang   telah menderita diare atau yang terancam akan menderita  yaitu  dengan menentukan diagnosa dini  dan pengobatan yang cepat  dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsippengobatan diare adalah mencegah  dehidrasi  dengan pemberian  oralit   (rehidrasi)  dan  mengatasi  penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan   harus   disesuaikan   dengan   klinis   pasien.   Obat diare dibagi   menjadi   tiga,   pertama kemoterapeutika   yang   memberantas   penyebabdiare seperti   bakteri   atau   parasit,   obstipansia   untuk menghilangkan  gejala diare dan spasmolitik  yang  membantu  menghilangkan  kejang  perut  yang  tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).

3.      Pencegahan Tertier

Pencegahan   tingkat   ketiga   adalah penderita diare jangan   sampai   mengalami   kecatatan   dan kematian  akibat  dehidrasi.   Jadi pada tahap   ini  penderita diare diusahakan  pengembalian   fungsi  fisik, psikologis   semaksimal   mungkin. Pada tingkat   ini   juga   dilakukan   usaha   rehabilitasi   untuk   mencegah terjadinya   akibat   samping   dari   penyakit diare. Usaha   yang   dapat   dilakukan   yaitu   dengan   terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental   penderita   dengan   tetap   memberikan   kesempatan   dan   ikut   memberikan   dukungan   secara mental kepada anak. Anak yang   menderita diare selain   diperhatikan   kebutuhan   fisik   juga   kebutuhan psikologis   harus   dipenuhi   dan   kebutuhan   sosial   dalam   berinteraksi   atau   bermain   dalam   pergaulan dengan teman sepermainan

I.       PENATALAKSANAAN

         Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).

Tindakan :

-          Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya

-          ASI (Air Susu Ibu) diteruskan - Makanan diberikan seperti biasanya

-          Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat

         Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang

Tindakan :

-          Berikan oralit

Page 29: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

-          ASI (Air Susu Ibu) diteruskan

-          Teruskan pemberian makanan

-          Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang

-          Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat.

         Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat

Tindakan :

-          Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas Perawatan

-          Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum

Takaran Pemberian Oralit

         Di bawah 1 thn :

3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret

         Di bawah 5 thn (anak balita) :

3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret

         Anak diatas 5 thn :

3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret

         Anak diatas 12 thn & dewasa :

3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)

Dasar Pengobatan Diare

1.      Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

a.       Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut  oralit,   sedangkan   larutan  gula  garam dan tajin  disebut   formula  yang  tidak  lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

Page 30: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

b.      Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:

         Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

-          1   jam   pertama   :   40   ml/kgBB/menit=   3   tts/kgBB/mnt   (infus   set   berukuran   1   ml=15   tts   atau   13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

-          7   jam   berikutnya   :   12   ml/kgBB/menit=   3   tts/kgBB/mnt   (infusset   berukuran   1   ml=15   tts   atau   4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

-          16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

         Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

         Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

-          1 jam pertama :  20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

-          7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

-          16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

         Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

Kecepatan :  4  jam pertama :  25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit   (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

         Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2.      Pengobatan dietetic

Untuk anak dibawah 1  tahun dan anak  diatas  1   tahun dengan berat  badan kurang dari  7  kg,   jenis makanan:

-          Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh

Page 31: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

-          Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

-          Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

3.      Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit  dan glukosa atau karbohidrat lain.

LANDASAN TEORI ASKEP

A.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.      Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi  adalah  golongan umur  6-11  bulan.  Kebanyakan kuman usus  merangsang kekebalan   terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur   2   tahun   atau   lebih   imunitas   aktif   mulai   terbentuk.   Kebanyakan   kasus   karena   infeksi  usus asimptomatik   dan   kuman   enteric   menyebar   terutama   klien   tidak   menyadari   adanya   infeksi.   Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

2.      Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah   mengalami   diare   sebelumnya,   pemakian   antibiotik   atau   kortikosteroid   jangka   panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5.      Riwayat Nutrisi

Page 32: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a.       Pertumbuhan

         Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata - rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

         Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

         Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

         Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b.      Perkembangan

         Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,  mulai   kenal  dengan  tubuhnya,   tugas  utamanyan adalah   latihan kebersihan,  perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

         Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi  maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti  juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

         Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

Page 33: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)

2.      Meniru membuat garis lurus (GH)

3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)

9.      Pemeriksaan Fisik

a.       pengukuran  panjang  badan,  berat  badan  menurun,   lingkar   lengan  mengecil,   lingkar  kepala,   lingkar abdomen membesar,

b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih

d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung

e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan  menurun,  mual  muntah,  minum normal   atau  tidak  haus,  minum  lahap  dan  kelihatan  haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f.       Sistem Pernafasan :  dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi  otot pernafasan)

g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j.        Dampak hospitalisasi   :   semua anak sakit  yang MRS bisa  mengalami  stress  yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10.  Pemeriksaan Penunjang

1)        Laboratorium :

           feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

           Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi

           AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

Page 34: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

           Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2)        Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B.     PENATALAKSANAAN DIARE

1.      Rehidrasi

a.       jenis cairan

1)      Cara rehidrasi oral

         Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.

         Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

2)      Cara parenteral

      Cairan I  : RL dan NS

      Cairan II : D5  ¼ salin,nabic. KCL

                   D5 : RL = 4 : 1  + KCL

                   D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

      HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.

b.      Jalan pemberian

1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)

2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

c.       Jumlah Cairan ; tergantung pada :

1)      Defisit ( derajat dehidrasi)

2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)

3)      Rumatan (maintenance).

d.      Jadwal / kecepatan cairan

1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :

Page 35: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

         BB (kg) x 50 cc

         BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :

+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt

2.      Terapi

a.       obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg, klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

b.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

c.       antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

3.      Dietetik

a.       Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu

b.      Dalam   keadaan   malbasorbsi   berat   serta   alergi   protein   susu   sapi   dapat   diberi   elemen   atau   semi elemental formula.

4.      Supportif

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN

Page 36: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

1.      Diagnosa 1 : Gangguan  keseimbangan  cairan  dan  elektrolit   berhubungan  dengan  kehilangan   cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah   dilakukan   tindakan   keperawatan   selama   3   x   24   jam   keseimbangan   dan   elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

         Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )

         Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

         Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

a.       Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

b.      Pantau intake dan output

R/   Dehidrasi   dapat   meningkatkan   laju   filtrasi   glomerulus   membuat   keluaran   tak   aadekuat   untuk membersihkan sisa metabolisme.

c.       Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

d.      Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e.       Kolaborasi :

-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

Page 37: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

R/  anti sekresi  untuk  menurunkan sekresi   cairan dan elektrolit  agar   simbang,  antispasmolitik  untuk proses   absorbsi   normal,   antibiotik   sebagai   anti   bakteri   berspektrum   luas   untuk   menghambat endotoksin.

2.      Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi  kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

         Nafsu makan meningkat

         BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

a.       Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

b.      Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

c.       Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

d.      Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

e.       Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b.      obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

3.      Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare

Tujuan :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Page 38: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Kriteria hasil :

         suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

         Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

a.       Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

b.      Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

c.       Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

4.      Diagnosa 4 : Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu

Kriteria hasil :

         Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

         Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

a.       Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

b.      Demontrasikan  serta   libatkan  keluarga  dalam merawat  perianal   (bila  basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces

c.       Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

5.      Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

Page 39: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

Kriteria hasil : Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :

a.       Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

b.      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

c.       Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

d.      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.

e.       Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Penentuan derajat menurut WHO :1. dehidrasi ringan, tanda dan grjala :Keadaan umum kondisi bayi dan anak kecil :Besar dan dewasa : Haus, sadar, gelisahNadi radialis : Normal (frekuensi dan isi)Turgor kulit : NormalAir mata : AdaSelaput lendir : LembabPengeluaran Urin : NormalTekanan darah sistolik: NormalPada dehidrasi dengan cairan 2,5% dari BB dari BB/ rata-rata.2. Dehidrasi sedang, tanda dan gejala :Keadaan umum kondisi : Haus, sadar, merasa pusingNadi radialis : Cepat dan lemahPernapasan : Dalam, mungkin cepatTurgor kulit : LembabMata : CekungAir mata : KeringSelaput lendir : KeringPengeluaran Urin : Berkurang, warna tuaTekanan darah sistolik: Normal, rendahPola dehidrasi sedang hilang cairan 5-8% dari BB rata-rata3. Dehidrasi berat, tanda dan gejala :Keadaan umum kondisi:Mengantuk, lemas, ekstremitas dingin. Bayi dan anak kecil, berkeringat, sianosis, mungkin komaAnak lebih besar dan dewasa : Biasanya sadar, gelisah, ekstrermitas dingin, sanosis, dan

Page 40: Laporan Pendahuluan Gastroenteritis

kejang otot.Pernafasan : Cepat dan dalamTurgor kulit : Sangat lembut (kurang dari 2 detik)Air mata : KeringSelaput lendir : Sangat KeringPengeluaran Urin : Tidak ada urine untuk beberapa jam kadang kecing kosongTekanan darah sistolik: Lebih dari 80mmHg mungin tidak teratur, pada dehidrasi berat hilang cairan 8-10% dari berat badan rata-rata.