pendahuluan laporan ekomang

56
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI MANGROVE Oleh: Firdantya Cempakarani D. B1J010035 Ariani Sukma Dewi B1J010224 Chayyu Latifah B1J011036 Anwar Rovik B1J011146 Kasriati B1J011155 Qurrotu Ayunin B1J011164 Kelompok : 12 Rombongan : II Asisten : Danny Andrianto 1

Upload: ariani-sukma-dewi

Post on 27-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan ekologi mangrove

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN laporan ekomang

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI MANGROVE

Oleh:

Firdantya Cempakarani D. B1J010035Ariani Sukma Dewi B1J010224Chayyu Latifah B1J011036Anwar Rovik B1J011146Kasriati B1J011155Qurrotu Ayunin B1J011164

Kelompok : 12Rombongan : IIAsisten : Danny Andrianto

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2013

1

Page 2: PENDAHULUAN laporan ekomang

I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi Lokasi Praktikum

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau

muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh dan

berkembang dengan baik pada pantai yang terlindung atau pantai yang datar.

Biasanya di tempat yang tak ada muara sungai yang besar atau delta yang aliran

airnya banyak mengandung lumpur dan pasir. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang

terjal dan berombak besar dengan pasang surut yang kuat karena hal ini tak

memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir (Nontji, 1993). Penyebaran

hutan mangrove juga di batasi oleh letak lintang karena mangrove sangat peka

terhadap suhu dingin (Dahuri dkk, 2001). Mangrove juga dapat tumbuh pada daerah

intertidal dan supratidal. Susunan sebaran jenis mangrove mengalami perubahan

abrasi vegetasi dari tepi yang menghadap ke arah laut sampai ke komunitas daratan

yang asli (Nybakken, 1992).

Hutan mangrove mempunyai fungsi fisik dan fungsi ekologi yang penting

bagi kelestarian ekosistem di daerah pesisir. Secara fisik, hutan mangrove berfungsi

sebagai pelindung pantai dari pengaruh gelombang laut. Secara ekologi, hutan

mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan

(spawning ground), dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi beranekaragam

biota perairan seperti ikan, udang, dan kepiting (Nursal et al., 2005). Ekosistem

mangrove menduduki lahan pantai zona pasang surut, di laguna, estuaria, dan

endapan lumpur yang datar. Ekosistem ini bersifat kompleks dan dinamis, namun

labil. Bersifat kompleks karena di dalam hutan mangrove dan perairan serta dalam

tanah terdapat berbagai satwa dan biota perairan. Bersifat dinamis karena hutan

mangrove dapat terus berkembang serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan

tempat tumbuh. Bersifat labil kerena ekosistem mangrove mudah sekali rusak dan

sulit untuk pulih kembali (Nugroho et al., 1991).

2

Page 3: PENDAHULUAN laporan ekomang

Praktikum lapangan ekologi mangrove kali ini dilakukan di Segara Anakan,

Kabupaten Cilacap. Wilayah kabupaten ini merupakan daerah terluas di Jawa

Tengah, dengan batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes dan Kabupaten

Kuningan Propinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar

Propinsi Jawa Barat. Memiliki luas wilayah 225.360,840 Ha, yang terbagi menjadi

24 Kecamatan 269 desa dan 15 Kelurahan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan

Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 m dari permukaan laut dan wilayah terendah

adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 m dari permukaan laut.

Kawasan Segara Anakan merupakan salah satu aset di Kabupaten Cilacap,

Jawa Tengah, yang sangat potensial untuk digali sebagai salah satu daerah tujuan

wisata. Segara Anakan adalah kawasan laguna unik seluas 40 ribu hektar di Pantai

Selatan Pulau Jawa. Tidak hanya hutan bakau dengan keberagaman flora dan fauna,

Segara Anakan menjadi tempat menarik bagi para nelayan yang tinggal di kampung

ini. Kawasan ini terletak pada koordinat 07034’ 29.42”LS 42- 07047’32.39”LS dan

108046’30.12”BT-109003’21.02” BT yang meliputi wilayah kurang lebih 34.018 ha.

Luas hutan mangrove Segara Anakan pada tahun 1997 sekitar 13.577 ha (Budiman,

1985), akan tetapi mengalami kerusakan dan penurunan sebesar 192,9 ha pertahun.

Kawasan Segara Anakan dibagi menjadi kawasan lindung, kawasan penyangga dan

kawasan budidaya. Kawasan Segara Anakan mempunyai potensi sumberdaya yang

cukup besar baik di sumber perikanan ,kehutanan, pertanian serta kondisi sosial-

ekonomi masyarakat yang ada.

Kawasan Segara Anakan memiliki 26 spesies mangrove dengan beberapa

spesies dominan dan mempunyai nilai ekonomi penting seperti Rhizophora apiculata,

R. mucronata, dan Bruguiera gymnorhiza. Banyak spesies mangrove, ikan ,udang,

moluska, burung dan mamalia yang ditemukan di laguna, atau area mangrove.

Budiman (1985) melaporkan bahwa lebih dari 45 spesies ikan yang terdiri atas ikan

domersal, 12 ikan yang menetap, dan 16 ikan yang migran. Lebih dari 85% spesies

ikan tersebut merupakan ikan komoditas ekonomi tinggi. Crustacea bernilai

3

Page 4: PENDAHULUAN laporan ekomang

ekonomis tinggi antara lain Scylla spp., Portunus pelagicus,Tellina spp., Penaeus

merguensiss, P.chinensis, P.monodon, Metapenaeus ensis , M.elegan, M.dopsoni.

Tahun 2000, produksi perikanan di laguna mencapai 488 ton yang terdiri atas 41%

udang, 39% ikan, 13% kepiting, dan 7% biota lain.

Gambar 1. Kawasan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap

Gambar 2. Lokasi Praktikum Ekologi Mangrove di Segara Anakan

4

Page 5: PENDAHULUAN laporan ekomang

B. Maksud dan Tujuan Praktikum

Identifikasi Vegetasi Mangrove

1. Mengidentifikasi beberapa species tumbuhan mangrove mayor, minor dan

tumbuhan lain yang berasosiasi di lingkungan mangrove Segara Anakan

Cilacap.

2. Mengetahui bagian-bagian morfologi khas tumbuhan mangrove mayor,

minor, serta perbedaannya dengan tumbuhan asosiasi.

Identifikasi Makrobenthos Ekosistem Mangrove

1. Mengetahui keanekaragaman spesies makrobentos yang hidup di ekosistem

mangrove Segara Anakan.

2. Mengetahui karakter morfologi makrobenthos sebagai dasar identifikasi.

Ekosistem – Analisis vegetasi

1. Mengetahui struktur, komposisi, dan distribusi tumbuhan mangrove di

Segara Anakan, melalui densitas/ kerapatan, frekuensi, distribusi, nilai

penting, indeks diversitas dan indeks similaritas.

5

Page 6: PENDAHULUAN laporan ekomang

II. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

A. Materi Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi mangrove yaitu :

- Acara I dan II Identifikasi Vegetasi Mangrove.

Objek yang diamati meliputi beberapa spesies tumbuhan, baik tergolong

mangrove mayor, minor atau asosiasi. Buku identifikasi, buku gambar dan alat tulis.

- Acara III dan IV Identifikasi Makrobenthos Ekosistem Mangrove.

Objek yang diamati berupa hewan makrobenthos. Formalin 4%, botol sampel,

kaca pembesar, buku identifikasi.

- Acara V dan IV Ekosistem – Analisis Vegetasi.

Objek yang diamati meliputi seluruh spesies tumbuhan, baik tergolong

mangrove mayor, minor atau asosiasi. Bahan dan alat yang digunakan relative sama

dengan praktikum biodiversitas spesies, ditambah peralatan untuk membuat plot

kuadrat berupa tali rafia, patok, palu, meteran dan rol meter.

B. Metode Praktikum

Ada beberapa metode langkah kerja dari praktikum ekologi mangrove yaitu :

1. Identifikasi Vegetasi Mangrove

a. Spesimen segar hasil koleksi di identifikasi dan di catat sifat-sifat

morfologinya.

b. Di buat kunci identifikasi

c. Kemudian di deskripsikan

2. Identifikasi Makrobenthos Ekosistem Mangrove

a. Koleksi dilakukan secara sensus bersamaan dengan pelaksanaan teknik

sampling vegetasi mangrove (struktur komunitas)

b. Specimen segar di awetkan dengan alkohol kemudian di identifikasi dan di

catat sifat-sifat morfologinya di laboratorium

6

Page 7: PENDAHULUAN laporan ekomang

c. Kemudian di gambar bentuk morfologinya dan di buat deskripsi spesiesnya

3. Ekosistem Analisis Vegetasi

a. Sampling vegetasi dilakukan dengan metode plot kuadrat

b. Setiap stasiun dibuat tiga ulangan pada lokasi yang paling tinggi tingkat

keanekaragaman spesiesnya (acak). Ukuran plot kuadrat adalah 10x10 m2

untuk pohon, 5x5 m2 untuk semak dan 1x1 m2 untuk seedling (<50 cm) dan

herba.

c. Setiap plot terletak pada satu tempat atau tidak. Dihitung individu setiap

spesies pada setiap plot kuadrat kemudian dihitung untuk menentukan

densitas, frekuensi, distribusi, nilai penting, indeks diversitas dan indeks

similaritas. Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan.

Kerapatan/ Densitas =

Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %

Frekuensi =

Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %

Dominansi =

Dominansi Relatif (DR) = x 100 %

Nilai Penting = KR + FR + DR

7

Page 8: PENDAHULUAN laporan ekomang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Identifikasi vegetasi Mangrove

Tabel 1. Spesies Mangrove yang ditemukan Kelompok 12 Rombongan II di

Segara Anakan Cilacap

No. Spesies1. Finlaysonia maritime2. Ceriops tagal3. Aegiceras corniculatum4. Rhizophora mucronata5. Avicennia marina6. Rhizophora apiculata7. Bruguiera gymnorrhiza8. Nypa fruticans9. Acanthus ilicifolius

Acanthus ilicifolius

Klasifikasi Acanthus ilicifolius menurut Setyabudi (2010), yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Familia : Acanthaceae

Genus : Acanthus

Spesies : Acanthus ilicifolius Linn

Habitus Daun Bunga

8

Page 9: PENDAHULUAN laporan ekomang

Buah

Gambar 3. Acanthus ilicifolius

A. ilicifolius memiliki nama daerah, yaitu Jeruju hitam, daruyu, darulu.

Tumbuhan ini berupa herba rendah, terjurai di permukaan tanah, kuat, agak berkayu,

ketinggian hingga 2m. Cabang umumnya tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan

umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian yang

lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal (Noor et al.,

2006).

Daun A. ilicifolius memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu dua sayap gagang

daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi,

ada zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual

menyempit menuju pangkal.Unitnya sederhana dan letak daunnya berlawanan,

sedangkan daunnya merupakan bentuk lanset lebar. Ujung daun meruncing dan

berduri tajam dengan ukuran 9-30 x 4-12 cm (Noor et al., 2006).

Mahkota bunga A. ilicifolius berwarna biru muda hingga ungu lembayung,

kadang agak putih. Panjang tandan bunganya 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri

5-4 cm. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak

daun tersebut tetap menempel seumur hidup pohon. Letak bunga A. ilicifolius berada

di ujung dengan formasi berupa bulir. Warna buah A. ilicifolius saat masih muda

hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti

buah melinjo dengan ukuran buahnya panjang 2,5-3 cm, biji 10 mm (Noor et al.,

2006).

A. ilicifolius biasanya terdapat pada atau dekat mangrove, sangat jarang

berada di daratan. Memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat,

yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetative. Hal tersebut terjadi

9

Page 10: PENDAHULUAN laporan ekomang

karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk

bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan

serangga. Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m. A. ilicifolius yang berada di Bali

berbuah sekitar pada Agustus. Distribusi A. ilicifolius dimulai dari India hingga

Australia tropis, Filipina dan Kepulauan Pasifik barat. Terdapat di seluruh Indonesia.

Manfaat dari A. ilicifolius adalah buahnya dapat ditumbuk dan digunakan untuk

“pembersih” darah serta mengatasi kulit terbakar. Daunnya dapat mengobati

reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun

gigitan ular atau terkena panah beracun. Biji konon bisa mengatasi serangan cacing

dalam pencernaan. Pohon juga dapat digunakan sebagai makanan ternak (Noor et al.,

2006).

Aegiceras corniculatum

Klasifikasi Aegiceras corniculatum menurut Bengen (2001) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Primulales

Famili : Myrsinaceae

Genus : Aegiceras

Spesies : Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Daun Bunga Buah

Gambar 4. Aegiceras corniculatum

10

Page 11: PENDAHULUAN laporan ekomang

Nama daerahnya adalah teruntun, gigi gajah, perepat tudung, perpat kecil,

tudung laut, duduk agung, teruntung, kayu sila, kacangan, klungkum, gedangan,

kacang kacangan. Deskripsi umum dari A. corniculatum (L.), yaitu tumbuhan berupa

semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan ketinggian pohon

mencapai 6 m. Akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu

hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel. Daunny berkulit,

terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah,

seringkali bercampur dengan warna agak kemerahan. Kelenjar pembuangan garam

terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unitnya sederhana dan letaknya

bersilangan. Bentuk daunnya bulat telur terbalik hingga elips dengan ujung

membundar. Ukuran daunnya sekitar 11 x 7,5 cm (Noor et al., 2006).

Bunga berada dalam satu tandan, didalamnya terdapat banyak bunga yang

bergantungan seperti lampion, dengan masing-masing tangkai atau gagang bunga

panjangnya 8-12 mm. Letaknya di ujung tandan atau tangkai bunga dengan formasi

membentuk payung. Daun mahkota berjumlah 5 dengan warna putih, ditutupi rambut

pendek halus yang panjangnya 5-6 mm. Kelopak Bunga berjumlah 5 buah dengan

warna putih sampai hijau. Buah berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah

matang), permukaan halus, membengkok seperti sabit. Dalam buah terdapat satu biji

yang membesar dan cepat rontok. Ukuran buahnya, yaitu panjang 5-7,5 cm dan

diameter 0,7 cm (Noor et al., 2006).

A. corniculatum (L.) memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah

dan cahaya yang beragam. Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove

yang tergenang oleh pasang naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air yang

bersifat payau secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan

kemungkinan penyerbukan dibantu oleh serangga. Biji tumbuh secara semi-vivipar,

dimana embrio muncul melalui kulit buah ketika buah yang membesar rontok.

Biasanya segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon dewasa. Buah dan biji

telah teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air. Penyebaran A.

corniculatum (L.) berada di Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New

Guinea, Cina selatan, Australia dan Kepulauan Solomon. Manfaat dari A.

11

Page 12: PENDAHULUAN laporan ekomang

corniculatum (L.) adalah kulit kayunya yang berisi saponin digunakan untuk racun

ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya. Kayu untuk arang. Daun

muda dapat dimakan (Noor et al., 2006).

Avicennia marina

Klasifikasi Avicennia marina (Forks.) Vierh. menurut Bengen (2001) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Thacheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Avicenniaceae

Genus : Avicennia

Spesies : Avicennia marina (Forks.) Vierh.

Bunga Daun

Gambar 5. Avicennia marina

Nama daerah A. marina (Forsk.) Vierh. adalah api-api putih, api-api abang,

sia-sia putih, sie-sie, pejapi, nyapi, hajusia, pai. Deskripsi umumnya adalah tumbuhan

berupa belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon

mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk

pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit

kayu halus dengan burik-burik hijau abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.

Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu. Bagian atas

permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah

daun putih - abu-abu muda. Unit dan Letaknya adalah sederhana dan berlawanan.

12

Page 13: PENDAHULUAN laporan ekomang

Bentuk daunnya elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik dengan ujung meruncing

hingga membundar dan ukurannya 9 x 4,5 cm (Noor et al., 2006).

A. marina (Forsk.) Vierh. merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai

yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat

pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis

tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering

dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan

tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada

habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah

membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka

karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air. A. marina (Forsk.) Vierh.

Tersebar di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru

serta ditemukan di seluruh Indonesia. Daun A. marina (Forsk.) Vierh. Dapat

digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu

digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan

kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak (Noor et al.,

2006).

Bruguiera gymnorrhiza

Menurut Sudarmaji (2004) deskripsi Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk. secara

umum adalah tumbuhan berupa pohon, tinggi dapat mencapai 20 m, kulit kayu abu-

abu kehitaman, kasar, berlenti sel dan bercelah. Daunny tunggal, permukaan hijau

tua, permukaan bawah hijau kekuningan, tulang daun kadangkala berwarna kemerah-

merahan, tersusun berlawanan, ujung runcing, bentuk elip sampai bulat panjang,

ukuran panjang 8-15 cm, lebar 4-6 cm. Bunganya soliter, terletak di ketiak daun,

kelopak berjumlah 10-14, bentuk genta, warna merah sampai merah muda, mahkota

runcing dan sedikit pendek dari kelopak, benangsari berpasang-pasangan dan melekat

pada daun mahkota. Buah: bulat, diameter 1,5-2 cm, hipokotil halus, mirip cerutu,

berwarna hijau tua sampai ungu kecoklatan, ujung tumpul, panjang 7-15 cm, diameter

1,5-2 cm. Akar adalah akar papan yang melebar, disertai akar lutut. Habitatnya tanah

basah, yang sedikit berpasir.

13

Page 14: PENDAHULUAN laporan ekomang

Klasifikasi Bruguiera gymnorrhiza menurut Bengen (2001) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family : Rhizophoraceae

Genus : Bruguiera

Species : Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk

Daun Bunga Propagul

Gambar 6. Bruguiera gymnorrhiza

Nama daerah Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk. adalah pertut, taheup,

tenggel, putut, tumu, tomo, kandeka, tanjang merah, tanjang, lindur, sala-sala, dau,

tongke, totongkek, mutut besar, wako, bako, bangko, mangimangi, sarau. B.

gymnorrhiza (L.) Lamk. Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang

tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta

tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan

salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini

toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung.

Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai

pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan

di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah

gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang

terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau

gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga

14

Page 15: PENDAHULUAN laporan ekomang

dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga

berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan

penyerbukan. Penyebarannya dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka,

Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis. Manfaat

berupa bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula.

Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat

arang (Noor et al., 2006).

Ceriops decandra

Menurut Sudarmaji (2004) deskripsi Ceriops decandra (Griff.) Ding-Hou secara

umum adalah tumbuhan berupa perdu sampai pohon, tinggi dapat mencapai 3 m, kulit

batang relatif halus, warna abu-abu kekuningan. Daunnya tunggal, letak berlawanan,

permukaan atas licin, warna hijau muda sampai tua, ujung membulat, bentuk elips

bulat memanjang, ukuran panjang 4-6 cm, lebar 2-3 cm. Karangan bunganya

bergerombol, berjumlah 5-10 bunga, dengan tangkai bunga pendek, terletak di ketiak

daun, kelopak 5, warna hijau , daun mahkota 5, warna putih kecoklatan. Buahnya

bulat, warna merah kecoklatan, hipokotil mirip pensil, panjang 9-15 cm, halus,

beralur, dan sedikit berbintil pada bagian ujungnya. Akar: sedikit tampak adanya akar

papan. Habitatnya di tanah agak kering dan sedikit berpasir. Klasifikasi dari Ceriops

decandra adalah :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Malpighiales

Family : Rhizophoraceae

Genus : Ceriops

Species : Ceriops decandra (Sudarmaji, 2004).

15

Page 16: PENDAHULUAN laporan ekomang

Bunga Propagul Daun

Gambar 7. Ceriops decandra

Nama daerah Ceriops decandra (Griff.) adalah tengal, tengar, tingi, tinci,

palun, parun, bido-bido, kenyonyong, C. decandra (Griff.) Ding-Hou tumbuh

tersebar di sepanjang hutan pasang surut, akan tetapi lebih umum pada bagian daratan

dari perairan pasang surut dan berbatasan dengan tambak pantai. Menyukai substrat

pasir atau lumpur. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Penyebaran dari India hingga

Indocina, Malaysia, Bangka, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Papua

New Guinea, Filipina dan Australia. Jenis Ceriops memiliki kayu yang paling

tahan/kuat diantara jenis-jenis mangrove lainnya dan digunakan sebagai bahan

bangunan, bantalan rel kereta api, serta pegangan berbagai perkakas bangunan. Kulit

kayu merupakan sumber yang bagus untuk tanin serta bahan pewarna (Noor et al.,

2006).

Ceriops tagal

Secara umum, deskripsi Ceriops tagal adalah tumbuhan berupa perdu sampai

pohon, tinggi dapat mencapai 3 m, kulit batang bagian bawah sedikit mengelupas,

warna abu-abu kecoklatan. Daunnya tunggal, letak berlawanan, warna hijau muda

sampai tua, bagian tepi daun seringkali melengkung ke dalam, ujung membulat,

bentuk bulat telur terbalik sampai elip, ukuran panjang 4-8 cm, lebar 2-3 cm.

Karangan bunganya bergerombol di ujung tandan, berjumlah 5-10 bunga, dengan

tangkai bunga panjang, terletak di ketiak daun, kelopak 5, berwarna hijau, daun

mahkota 5, berwarna putih kecoklatan, tangkai benang sari lebih panjang dari kepala

sarinya. Buahnya bulat, warna merah kecoklatan, hipokotil mirip pensil, panjang 9-18

cm, diameter 8-12 mm, beralur, dan sedikit berbintil pada permukaannya. Sedikit

16

Page 17: PENDAHULUAN laporan ekomang

tampak adanya akar papan. Habitatnya berada di tanah liat agak kering dan sedikit

berpasir. Biasanya berdampingan dengan C. decandra (Sudarmaji, 2004).

Klasifikasi Ceriops tagal adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Malpighiales

Family : Rhizophoraceae

Genus : Ceriops

Species : Ceriops tagal (Sudarmaji, 2004).

Bunga Daun

Gambar 8. Ceriops tagal

Nama setempat C. tagal adalah tengar, tengah, tangar, tingih, tingi, palun,

parun, bido-bido, lonro, mentigi, tengar, tinci, mange darat, wanggo. C. tagal

membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut atau

pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki system

pengeringan baik. Juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat,

dan kemungkinan berdampingan dengan C. decandra. Perbungaan terjadi sepanjang

tahun. Penyebarannya dari Mozambik hingga Pasifik Barat, termasuk Australia Utara,

Malaysia dan Indonesia. Manfaatnya adalah ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk

persalinan. Tanin dihasilkan dari kulit kayu. Pewarna dihasilkan dari kulit kayu dan

kayu. Kayu bermanfaat untuk bahan bangunan, bantalan rel kereta api, dan pegangan

perkakas, karena ketahanannya jika direndam dalam air garam. Bahan kayu bakar

17

Page 18: PENDAHULUAN laporan ekomang

yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat diantara jenis-jenis mangrove

(Noor et al., 2006).

Finlaysonia maritima

Nama daerah Finlaysonia maritima adalah basang siap. Deskripsi umumnya,

yaitu tumbuhan pemanjat atau perambat berkayu, mengandung getah berwarna putih.

Daunnya tebal berdaging, warna hijau cerah. Unit dan letak daunnya sederhana dan

berlawanan. Bentuk daun elips hingga bulat telur terbalik dengan ujung membundar

dan berukuran 8-13 x 3,5-5 cm. Bunga berwarna putih dan merah muda, panjangnya

sekitar 0,7 – 1,0 cm. Buah berbentuk seperti kapsul atau seperti kantung perut ayam.

Buah berpasangan, waktu masih muda berwarna hijau tapi jika sudah matang

warnanya kemerahan. Ukuran buahnya sekitar 7-8 x 2,5-3,5 cm. F. maritima

dijumpai pada kawasan mangrove yang terbuka, kadang-kadang dijumpai lebih ke

arah pantai. F. maritima diduga terdapat di seluruh Indonesia (Noor et al., 2006).

Klasifikasi Finlaysonia maritima menurut Nybakken (1992) yaitu:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Gentianales

Family : Asclepiadaceae

Genus : Finlaysonia

Species : Finlaysonia maritime

Daun Bunga Buah

Gambar 9. Finlaysonia maritime

18

Page 19: PENDAHULUAN laporan ekomang

Nypa fruticans

Nama setempat Nypa fruticans adalah nipah, tangkal daon, buyuk, lipa. Deskripsi

umumnya berupa palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun. Batang

terdapat di bawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m.

Daunnya seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan atau gagang daun 4-9 m.

Terdapat 100 - 120 pinak daun pada setiap tandan daun, berwarna hijau mengkilat di

permukaan atas dan berserbuk di bagian bawah. Bentuk daun lanset dengan ujung

yang meruncing dan berukuran 60-130 x 5-8 cm. Bunganya berbentuk tandan.

Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang sepanjang 1-2

m. Bunga betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan

kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya. Buah berbentuk bulat, warna

coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran

diameter kepala buah sampai 45 cm, sedangkan diameter biji 4-5 cm (Noor et al.,

2006).

Klasifikasi tumbuhan nipah adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Familia : Arecaceae

Genus : Nypa

Spesies : Nypa Fruticans Wurmb (Backer & Brink, 1968).

Pohon Buah Bunga

Gambar 10. Nypa fruticans

19

Page 20: PENDAHULUAN laporan ekomang

N. fruticans tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari

jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar

zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki system

perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan

masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.

Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila. Buah

yang berserat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran mereka

melalui air. Kadang-kadang bersifat vivipar. Distribusinya dari Asia Tenggara,

Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Australia dan Pasifik Barat

(Noor et al., 2006).

Manfaat N. fruticans adalah dapat dibuat sirup manis dalam jumlah yang

cukup banyak yang dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat.

Digunakan untuk memproduksi alcohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi

gula yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki

kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan

payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah,

serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat (Noor et al., 2006).

Rhizophora apiculata

Klasifikasi tumbuhan Rhizophora apiculata menurut Bengen (2001) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Mytales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rizhophora

Spesies : Rhizophora apiculata Bl.

20

Page 21: PENDAHULUAN laporan ekomang

Daun Bunga Propagul

Gambar 11. Rhizophora apiculata

Menurut Sudarmaji (2004), ciri umum R. apiculata berupa pohon, tinggi

dapat mencapai 15 m, batang berkayu, silindris, kulit luar batang berwarna abu-abu

kecoklatan dengan celah vertical dan muncul akar udara dari percabangannya.

Permukaan daunnya halus mengkilap, ujung daun runcing dengan duri, bentuk

lonjong, ukuran panjang 3-13 cm, pangkal berbentuk baji, permukaan bawah tulang

daun berwarna kemerahan dan tangkai pendek. Karangan bunga terletak di ketiak

daun, umumnya tersusun atas 2 bunga, yang bertangkai pendek, kelopak berjumlah 4

buah dan berwarna coklat kekuningan. Mahkota berjumlah 4 buah dan berwarna

keputihan, sedangkan putiknya berjumlah 1 berbelah 2, panjang 0,5–1 mm. Buah

berwarna coklat berukuran 2-3 cm, bentuk mirip buah jambu air. Hipokotil silindris

berdiameter 1-2 cm, panjangnya dapat mencapai 20 cm, bagian ujung sedikit

berbintik-bintik dengan warna hijau keunguan. Akarnya berupa akar tunjang.

Habitatnya terdapat di tanah basah, berlumpur, berpasir.

Nama daerah R. apiculata adalah bakau minyak, bakau tandok, bakau akik,

bakau puteh, bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jankar,

abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang, wako. R. apiculata tumbuh pada tanah

berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai

substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat

mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang

surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen.

21

Page 22: PENDAHULUAN laporan ekomang

Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang

menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena

mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat

sepanjang tahun (Noor et al., 2006).

Penyebarannya beradaa di Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga

Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik. Manfaat R. apiculata, yaitu kayu

dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga

30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar

dengan diberati batu. Di Jawa terkadang ditanam di pinggiran tambak untuk

melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Noor et al.,

2006).

Rhizophora mucronata

Klasifikasi tumbuhan bakau (R. mucronata) menurut Bengen (2001) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Mytales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rizhophora

Spesies : Rizhophora mucronata Lamk.

Daun Akar

Gambar 12. Rhizophora mucronata

Nama daerah R. mucronata adalah bakau, bakau gundul, bakau genjah dan

bangko. Tanaman ini termasuk ke dalam Famili Rhizophoraceae dan banyak

22

Page 23: PENDAHULUAN laporan ekomang

ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut. Tanaman bakau

dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman bakau memiliki batang silindris,

kulit luar berwarna cokelat keabu-abuan sampai hitam, pada bagian luar kulit terlihat

retak-retak. Bentuk akar tanaman ini menyerupai akar tunjang (akar tongkat). Akar

tunjang digunakan sebagai alat pernapasan karena memiliki lentisel pada

permukaannya. Akar tanaman tersebut tumbuh menggantung dari batang atau cabang

yang rendah dan dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oksigen tetapi tidak

tembus air (Murdiyanto, 2004).

Tanaman bakau memiliki daun melonjong, berwarna hijau dan mengkilap

dengan panjang tangkai 17-35 mm. Tanaman ini umumnya memiliki bunga berwarna

kuning yang dikelilingi kelopak berwarna kuning-kecoklatan sampai kemerahan.

Proses penyerbukan dibantu oleh serangga dan terjadi pada April sampai dengan

Oktober. Penyerbukan menghasilkan buah berwarna hijau yang umumnya memiliki

panjang 36-70 cm dan diameter 2 cm. Daerah penyebaran tumbuhan ini meliputi Sri

Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia dan Kepulauan Pasifik.

23

Page 24: PENDAHULUAN laporan ekomang

Indeks Nilai Penting Mangrove yang ditemukan Kelompok 12 Rombongan

II di Segara Anakan Cilacap

Indeks Nilai Penting (INP) adalah jumlah nilai relatif (RD), frekuensi relatif

(RF), dan penutupan relatif (RC) dari mangrove (Bengen, 2000). Berikut indeks nilai

penting (INP) di tiap stasiun pengamatan.

Tabel 2. Hasil Analisis Data Stasiun 1 dan 2 untuk kuadrat 5x5.

Vegetasi Kerapatan KR (%) FrekuensiFR (%)

Dominansi DR(%)

Finlaysonia maritima 0.01333333 1.176471 0.333333333 10 0.00052017 0.905851Ceriops tagal 0.56 49.41176 1 30 0.031433121 54.73926Aegiceras corniculatum 0.01333333 1.176471 0.333333333 10 6.79405E-06 0.011832Rhizophora mucronata 0.33333333 29.41176 0.666666667 20 0.015456476 26.91671Avicennia marina 0.01333333 1.176471 0.333333333 10 6.79405E-06 0.011832Rhizophora apiculata 0.04 3.529412 0.333333333 10 0.001878981 3.272155Bruguiera gymnorrhiza 0.16 14.11765 0.333333333 10 0.008121019 14.14236 1.13333333 3.333333333 0.057423355

Vegetasi KR (%) FrekuensiFR (%)

Dominansi DR(%) NP

Rhizophora apiculata 11.538462 1 20 0.001568 7.617567 39.156029Ceriops decandra 11.538462 0.5 10 0.003656 17.761368 39.29983Ceriops tagal 34.615385 1 20 0.009292 45.141858 99.757242Bruguiera gymnorrhiza 15.384615 1 20 0.000022 0.1068791 35.491495Rhizophora mucronata 3.8461538 0.5 10 0.000006 0.0291489 13.875303Aegiceras corniculatum 19.230769 0.5 10 0.006034 29.31403 29.236803Finlaysonia maritima 3.8461538 0.5 10 0.000006 0.0291489 13.875303 5 0.020584

Tabel 3. Hasil Analis Data Stasiun 1 dan 2 untuk kuadrat 1x1.

24

Page 25: PENDAHULUAN laporan ekomang

Vegetasi Kerapatan KR (%) Frekuensi FR (%) NP

Ceriops tagal 1.66666667 33.33333 1 25 58.33333333Rhizophora mucronata 0.66666667 13.33333 0.333333333 8.333333 21.66666667Rhizophora apiculata 0.33333333 6.666667 0.333333333 8.333333 15Ceriops tagal 1 20 1 25 45Nypa fruticans 0.33333333 6.666667 0.333333333 8.333333 15Ceriops tagal 1 20 1 25 45 5 4

Vegetasi Kerapatan KR (%) Frekuensi FR (%) NP

Ceriops tagal 1.66666667 33.33333 1 25 58.33333333Rhizophora mucronata 0.66666667 13.33333 0.333333333 8.333333 21.66666667Rhizophora apiculata 0.33333333 6.666667 0.333333333 8.333333 15Ceriops tagal 1 20 1 25 45Nypa fruticans 0.33333333 6.666667 0.333333333 8.333333 15Ceriops tagal 1 20 1 25 45 5 4

Delapan jenis tumbuhan mangrove (tabel 1) kami temukan di segara anakan

dan masing-masing tumbuhan tersebut diukur keliling dan dihitung densitas atau

kerapatannya, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan nilai pentingnya.

Densitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah individu dari spesies-spesies

yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara,

kerapatan relatif menunjukkan persentase dari jumlah individu spesies tersebut dalam

komunitasnya. Frekuensi adalah besaran yang menyatakan derajat penyebaran spesies

dalam komunitasnya. Frekuensi relatif memperlihatkan persentase dari frekuensi

spesies tersebut dalam komunitasnya. Dominansi adalah besaran yang digunakan

untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh, berapa luas areal

yang ditumbuhi oleh spesies tumbuhan. Nilai Penting (NP) adalah parameter

kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat penguasaan spesies tertentu

dalam suatu komunitas.

25

Page 26: PENDAHULUAN laporan ekomang

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai

relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,

dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai

Penting = Kr + Dr + Fr. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara

harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu

untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan

disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang

terkecil. Dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat

digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Berdasarkan habitatnya, mangrove dikelompokkan ke dalam mangrove pantai

(Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, dan Avicennia), mangrove estuarine

(Sonneratia, Nypa, Rhizophora, dan Bruguiera), mangrove lagoon (Sonneratia, Nypa,

Rhizophora, dan Bruguiera), dan mangrove pantai pasir (Rhizophora mucronata)

(Directorate Bio Resources Development, 1993 dalam Resosudarmo et al., 2003).

Hasil perhitungan menujukkan bahwa tingkat dominansi relatif tertinggi pada

stasiun 1 dan 2 baik pancang maupun semai adalah Cerips tagal dengan DR pancang

stasiun 1 sebesar 45.14% dan semai FR 20%, sedangkan pada stasiun 2 DR dengan

jenis pancang sebesar 54.73% dan jenis semai FR 58.3%. Menurut Noor et al. (2006)

dalam Supardjo (2008) tingkat dominansi dapat mencapai 99% dari vegetasi yang

tumbuh di suatu lokasi yang sama dalam suatu areal.

Ceriops tagal mempunyai NP tertinggi di kedua tempat yang menunjukkan

peran ekologisnya yang besar, karena kelimpahan yang tinggi dan sebarannya merata

di kedua tempat atau stasiun percobaan. Peran ekologisnya meningkat dengan

bertambahnya kerapatan mangrove.

Nilai penting (NP) digunakan untuk mengetahui keadaaan penguasaaan

spesies dalam komunitas di habitatnya. NP menggambarkan kedudukan ekologis

suatu jenis di dalam komunitas. Semakin tinggi NP suatu spesies maka semakin besr

peranan spesies tersebut di dalam komunitasnya. NP dihitung berdasarkan jumlah

nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Penelitian Onrizal (2002) menunjukkan

26

Page 27: PENDAHULUAN laporan ekomang

ditemukannya 20 jenis flora mangrove, dengan jenis paling dominan Avicennia

marina. Nursal dan Ismiati (2005) menjelaskan bahwa Rhizopora apiculata, R.

mucronata, Sonneratia alba mendominasi komunitas mangrove Tanjung Sekodi

Riau.

b. Ekosistem Analisis Vegetasi

Analisis pengelompokan (cluster analysis)

Gambar 13. Cluster Stasiun A Plot 5x5

Gambar 14. Cluster Stasiun A Plot 1x1

27

Page 28: PENDAHULUAN laporan ekomang

Gambar 15. Cluster Stasiun B Plot 5x5

Gambar 16. Cluster Stasiun B Plot 1x1

Gambar 17. Cluster Stasiun A Dan B Plot 5x5

28

Page 29: PENDAHULUAN laporan ekomang

Gambar 18. Cluster Stasiun A Dan B Plot 1x1

Dendrogram diatas menunjukkan similaritas vegetasi mangrove di Sagara

Anakan Cilacap. Keragaman vegetasi mangrove pada stasiun A plot 5x5 diketahui

bahwa yang memiliki kesamaan tertinggi adalah stasiun A2 dan A5 dengan nilai

similaritas 83, 86. Sedangkan yang paling jauh adalah stasiun A4 dengan similaritas

sebesar 59,55. Keragaman vegetasi mangrove pada stasiun A plot 1x1 yang memiliki

kesamaan tertinggi adalah A1 dan A2 dengan indeks similarity 71,92, sedangkan

keragaman yang paling rendah yaitu A1 dengan A5 dengan indeks similarity

52,54.Stasiun B plot 5x5 yang memiliki kesamaan keragaman vegetasi paling tinggi

adalah stasiun B3 dan B5 dengan nilai similaritas 76, 87 sedangkan yang paling jauh

adalah stasiun B1 dengan indeks similaritas 51, 29. Keragaman vegetasi mangrove

pada stasiun B plot 1x1 memiliki keragaman tertinggi yaitu B2 dan B4 dengan indeks

similarity 65,13, sedangkan yang terrendah yaitu B1 dan B5 dengan total 27,31.

Stasiun A dan B plot 5x5 memiliki keragaman vegetasi yang beragam dilihat dari

indeks similaritasnya stasiun A2 dan A5 merupakan yang memiliki kesamaan yang

tertinggi dengan nilai 83, 91 sedangkan stasiun yang paling jauh nilai kesamaannya

adalah stasiun B4 dengan nilai 51, 75. Keragaman mangrove tertinggi pada stasiun A

dan B plot 1x1 yaitu B2 dan B4 dengan total similarity 74,12, sedangkan yang paling

rendah yaitu B1 dan B4 dengan total similarity 36,71.

29

Page 30: PENDAHULUAN laporan ekomang

c. Identifikasi Makrobenthos Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove Segara Anakan Cilacap merupakan kawasan hutan mangrove

terluas di Pulau Jawa yangmasih tersisa. Ekosistem di lokasi ini mempunyai

produktivitas tinggi yang berperan sebagai tempat pemijahan,pembesaran, dan

mencari makan bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, krustasea, dan

moluska.Makrobentos yang ditemukan di stasiun A3 dan B3 yaitu Chicoreus

capucinus, Nerita lineata, Littoraria carinifera, Cerithidea weyersi, Cassidula

nucleus, Littoraria sp.,  Assiminea brevicula, Uca coarctata, dan Uca forcipata.

Chicoreus capucinus

Klasifikasi menurut Hinton (1972) adalah:

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Muricoidea

Famili : Muricidae

Genus : Chicoreus

Spesies : Chicoreus capucinus.

Cangkang berbentuk fusiformis dengan ujung cangkang meruncing dari arah

putaran cangkangnya dekstral. umumnya berwarna coklat dengan garis-garis spiral

bagian dorsal yang sangat menonjol. Kanal sifon memanjang dan umbilikus terbuka.

Bibir cangkang bagian luar bergelombang kasar dan apertur berwarna abu-abu

kecoklatan dengan panjang rata-rata cangkang C. capucinus sekitar 50 mm. C.

30

Gambar 19. Morfologi Cangkang Chicoreus capucinus

Page 31: PENDAHULUAN laporan ekomang

capucinus memiliki operkulum yang bertipe konsentris dan berbentuk korneous.C.

capucinus hidup dihutan mangrove di tepi pantai berlumpur di sekitar muara sungai,

hidup dengan baik di lingkungan pada kisaran salinitas antara 15-45 ppt, pH 9, dan

suhu pada kisaran 27-29 oC. Hewan tersebut juga dapat dijumpai di pantai berpasir

(Oemarjati & Warhana 1990).

Nerita lineata

Klasifikasi menurut Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Neritoidea

Famili : Neritidae

Genus : Chicoreus

Spesies : Nerita lineata

Gambar 20 . Nerita lineata

N. lineata menyukai hidup divegetasi Rhizophora spp yang tumbuh subur di

Sapuregel.Jenis ini ditemukan merayap pada akar dan batang mangrove dan di atas

substrat pada saat pasangrendah. N.lineata ditemukan pula di atas pohon dari batas

substrat dasar sampai kira-kira 2 m diatasnya dan merupakan jenis paling dominan di

zona Rhizophora (Pribadi et al., 2009).

Littoraria carinifera

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

31

Page 32: PENDAHULUAN laporan ekomang

Ordo : Littorinoidea

Famili : Littorinidae

Genus : Littoraria

Spesies : Littoraria carinifera (Menke 1830).

Gambar 21. Littoraria carinifera 

L. carinifera  mempunyai cangkang tebal berbentuk kerucut lebar dan

runcing. Seluk akhir tampak jelas lebih besar dari semua seluk di atasnya. Cangkang

berwarna hijau kecoklatan dengan garis aksial berwarna merah dengan jarak cukup

rapat pada setiap putaran ulir cangkang dan memiliki perifer angular. Bagian tengah

dari tiap ulir terdapat “keel” atau bagian yang menonjol yang keras. Bentuk seluk

dekstral dan memiliki sembilan seluk. Mempunyai guratan spiral yang tipis dan

berjarak rapat, pada seluk akhir terdapat sembilan guratan spiral. Apertura agak lebar

berbentuk oval. Kolumela berwarna putih kecoklatan. Tepi mulut cangkang tidak

menebal berwarna coklat muda atau coklat kehijauan. Sutura terlihat jelas. Umbilikus

tertutup. Operkulum berbentuk oval, dengan inti konsentrik berbentuk pausispiral

dengan garis pertumbuhan menyebar dari inti kearah tepi. Habitat hewan ini melekat

pada akar pohon bakau yang tidak tergenang air atau di tanah ketika surut (Manuputy

et al., 1984).

Cerithidea weyersi

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Cerithioidea

Famili : Potamididae

32

Page 33: PENDAHULUAN laporan ekomang

Genus : Cerithidea

Spesies : Cerithidea weyersi

Gambar 22. Cerithidea weyersi

Cangkang kecil, sempit berbentuk kerucut dengan sudut 30-40o (suboval

sempit berbentuk kerucut). Cangkang dekstral, tipis dan tida transparan. Dasar

cangkang berwarna coklat dan ringan. Ada tiga tulang rusuk spiral hadir pada sudut

cankang,rusuk aksial tidak ada. Apeks tidak tajam dan biasanya terkikis. Ujung

cangkang tinggi dan secara teratur meningkat berdasarkan ukuran. Lingkaran tubuh

diratakan, jahitan dangkal. Aperture segitiga. Peristome lurus, tidak terus-menerus

dan tidak tajam, bibir apertural menyala dan menebal. Collumela agak tebal,

memutar,warna coklat. Operkulum melingkar, corneous, dengan pusatnukleus dan

banyak whorls konsentris. Distribusi C. weyersi tampaknya dibatasi di Tamanjaya

saja, karena kecilnya cangkang, sulit untuk menemukan. Tampaknya hewan ini lebih

suka hidup di substrat berpasir dengan salinitas rendah sekitar mangrove yang rusak

(Mujiono, 2009).

Cassidula nucleus

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Melampoidea

Famili : Melampidae

Genus : Cassidula

Spesies : Cassidula nucleus

33

Page 34: PENDAHULUAN laporan ekomang

Gambar 23. Cassidula nucleus

Littoraria sp.

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Littorinoidea

Famili : Littorinidae

Genus : Littoraria

Spesies : Littoraria sp.

Gambar 24. Littoraria sp.

Assiminea brevicula

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Rissooidea

Famili : Assimineidae

Genus : Assiminea

Spesies : Assiminea brevicula 

34

Page 35: PENDAHULUAN laporan ekomang

Gambar 25. Assiminea brevicula 

Assiminea brevicula didistribusikan secara luas di Asia, India, Sri Lanka,

Filipina, China (termasuk Hong Kong), Taiwan, Malaysia, Indonesia, Myanmar,

Singapura, Thailand, Viet Nam, Jepang dan Thailand. Negara-negara ini secara

khusus dikenal dari Bengal Barat, Maharashtra dan Kepulauan Andaman di India,

Manila, Pulau Luzon, Busuanga Island, Pulau Masbate, Negros Island, Samar Island,

Pulau Cebu dan Pulau Mindanao di Filipina, Jawa, Sumatera, Brunei dan Kalimantan

di Indonesia; Sabah dan Sarawak di Malaysia, dan Delta Irrawaddy di Myanmar

(Encyclopedia of life, 2013).

Habitat dan ekologi spesies estuarin ini umumnya di bagian-bagian yang lebih

terlindung dari hutan bakau dan rawa-nipa sawit, dan daerah berlumpur di saluran air

hujan, ditemukan pula di lumpur atau sisanya melekat pada rumput di semua lokasi

berlumpur. Distribusi vertikal dibatasi sampai 10 m ke bawah dari tanda air yang

tinggi. Cangkangnya biasanya merah cerah tapi kadang-kadang hitam (Encyclopedia

of life, 2013).

Uca coarctata 

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Ocypodidae

Genus : Uca

Spesies : Uca coarctata 

35

Page 36: PENDAHULUAN laporan ekomang

Gambar 26. Uca coarctata 

Uca coarctata merupakan jenis yang penyebarannya ditemukan di semua

lokasi penelitian. Kebanyakan kepiting jenis ini memiliki karapas yang berwarna-

warni, mulai dari kemerah-merahan, putih, biru, kuning dan kadang-kadang

kombinasi warna hitam putih. Ukuran dari kepiting Uca jenis ini mula dari 14,20-

25,00 mm panjang karapas dan 17,00-38,00 mm lebar karapas. Warna-warna tersebut

terdapat pada semua jenis baik jantan, betina dan juvenile. Sebaran dari jenis ini

mulai dari Sumatera sampai ke Kepulauan Fiji, Philipina, Australia dan New Guinea

(Pratiwi, 2007).

Uca forcipata

Klasifikasi dalam Encyclopedia of life (2013):

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Ocypodidae

Genus : Uca

Spesies : Uca forcipata

Gambar 27. Uca forcipata

U. forcipata yang ditemukan menunjukkan adanya variasi warna maupun

bentuk capit. Secara umum warna pada U. focipata didominasi oleh warna medium

36

Page 37: PENDAHULUAN laporan ekomang

purple dan red orange. Warna tersebut terlihat jelas pada bagian karapas dan manus

pada bagian capit U. forcipata jantan. Kepiting biola yang warnanya sangat mencolok

akan kontras dengan lumpur yang biasanya berwarna gelap. Variasi warna yang

terlihat pada U. forcipatatidak menunjukkan hubungan dengan karakteristik

habitatnya. Variasi warna yang ditemukan pada U. forcipatatidak hanya pada

perbedaan warna dasar secara keseluruhan. Pada karapas U. forcipatayang berwarna

medium purple juga terlihat beberapa macam motif dan corak warna yang berwarna

lebih cerah. Bentuk karapas pada masing-masing jenis kepiting biola tidak

menunjukkan adanya variasi.Perbedaan antara karapas kepiting biola jantandan

kepiting biola betina dalam satu jenis jugatidak dapat terlihat jelas. Perbedaan

bentukkarapas hanya dapat terlihat antara jenis satudengan jenis lainnya. Pada U.

forcipata terlihatjelas adanya lateral margin pada karapassehingga terlihat seperti dua

bagian. Bagiansamping karapas melengkung ke dalam, namuntidak setajam

lengkungan lateral margin, dankeluar lagi membentuk sudut kecil (Wulandari et al.,

2013).

37

Page 38: PENDAHULUAN laporan ekomang

DAFTAR REFERENSI

Backer, C.A. and Bakhuizen van den Brink. Jr, R.C. 1968. Flora of Java. Vol. I, II & III. N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan–Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Budiman, A. 1985.The Molluscan Fauna in Reef Associated Mangrove Forests in Elpaputih and Wallale, Ceram, Indonesia. Austr. Nat. Univ., Mangrove Monograph No. 1, Darwin. Hal.251-258.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Encyclopedia of Life. 2013. Macrobenthos. http://eol.org/. Diakses pada 23

November 2013.

Manuputy, AEW, SAP Dwiono, DL Rahayu. 1984. Studi Pendahuluan Komposisi

Biota di Sekitar Daerah Mangrove Telaga Teluk Piru. Oseanologi di Indonesia

1(18): 63-77.

Murdiyanto, B. 2004. Mengenal memelihara dan melestarikan, Ekosistem Bakau, Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Noor, Y.R., Khazali, M. dan Suryadiputra, I.N.N. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Nova Mujiono. 2009. Mudwhelks (Gastropoda: Potamididae) From Mangroves OfUjung Kulon National Park, Banten. Division of Zoology, Research Center for Biology-LIPI 8 (2) : 51 – 56.

Nugroho, S. G., Setiawan, A., dan Harianto S. P. 1991. Coupled Ekosystem Silvo Fishery: Bentuk Pengelolaan Hutan Mangrove-Tambak yang Saling Mendukung dan Melindungi. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Program MAB Indonesia-LIPI Jakarta.

Nursal, F. dan Ismiati, 2005. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau, Jurnal Biogenesis (2) 1 p1-7.

38

Page 39: PENDAHULUAN laporan ekomang

Nursal, Yuslim Fauziah dan Ismiati. 2005. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau. Jurnal Biogenesis, 2(1): 1-7.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Oemarjati, B. S. dan W. Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata (Pengantar Praktikum Laboratorium). Jakarta: UI Press.

Pratiwi, Rianta. 2007. Jenis dan Sebaran Uca spp. (Crustacea: Decapoda: Ocypodidae) di Daerah Mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal Perikanan 4 (2): 322-328.

Pribadi, Rudhi, Retno Hartati, Chrisna. A. Suryono. 2009. Komposisi Jenis dan Distribusi Gastropoda di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap. Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK-UNDIP, Kampus Tembalang Semarang 14 (2) : 102-111.

Resosudarmo et al. 2003. Marine Resources: an Overview of their Problems and Challenges. Unpublished draft manuscript. Used with permission.

Setyabudi, A. 2010. Acanthus ilicifolius.http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_acanthus_ilicifolius.pdf diakses pada tanggal 25 Nopember 2013.

Sudarmaji. 2004. Deskripsi Jenis-jenis Anggota Suku Rhizophoraceae di Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biodiversitas 5(2) : 66-70.

Supardjo, M. N. 2008. Identifikasi Vegetasi Mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Saintek Perikanan, 3(2): 9-15.

Wulandari, Tia, Afreni Hamidah, dan Jodion Siburian. 2013. Morfologi Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Jambi. Alumni Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak6 (1): 6-14.

39