laporan pendahuluan pneumonia.docx

17
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA Oleh: Bambang Heruju 1001010

Upload: bambang-heruju

Post on 10-Apr-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Oleh:

Bambang Heruju

1001010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2012

Page 2: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. DEFINISI

Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya

berasal dari suatu infeksi.

(Price, 1995).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas

setempat.

(Zul, 2001).

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya

konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.

(Axton & Fugate, 1993).

Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru di mana sinus terisi dengan

cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding

alveoli dan rongga intestinum.

(Amin & Al sagaff, 1989).

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi

akut jaringan paru oleh mikroorganisme.

(Corwin, 2000).

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan

terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus,

jamur, dan benda-benda asing.

(Muttaqin, 2009).

B. ETIOLOGI

1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif

seperti : Steptococcus pneumonia, streptococcus aerous, dan streptococcus

pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella

pneumonia dan P. Aeruginosa.

Page 3: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

2. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan

udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah

serta kompos.

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi

(Reeves, 2001).

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

Nyeri pleuritik

Nafas dangkal dan mendengkur

Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang mengAlami konsolidasi

Mengecil, kemudian menjadi hilang

Krekels, ronki, egofoni

3. Gerakan dada tidak simetris

4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

5. Diaforesis

6. Anoreksia

7. Malaise

8. Batuk kental, produktif

Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

9. Gelisah

10. Sianosis

Area sirkumoral

Dasar kuku kebiruan

11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.

D. PATOFISIOLOGI

Page 4: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka

di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran nafas, agen (bibit penyakit) yang

masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan

batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga

gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar.

Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan

eksudat, yang menggangu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah

putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang

biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena

sekresi, edema mukosa, dan brankospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau

alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang

memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri

jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke

sisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini

akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.

Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama

perlu dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh

jamur, mikrobakterium atau parasit.

PATHWAY

Page 5: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Jamur, bakteri, protozoa

Masuk alveoli

Kongestif ( 4-12 jam )

Eksudat dan serous masuk

alveoli

Hepatisasi merah (48 jam)

Paru-paru tampak merah dan

bergranula karena SDM dan leukosit

DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Paru-paru tampak kelabu karena

leukosit dan fibrin mengalami

konsolidasi di dalam alveoli

Konsolidasi

jaringan paru

Compliance paru

menurun

Penumpukan cairan dalam

alveoli

Resolusi 7-11

hari

Suplay O2

menurun

Resti terhadap

penyebaran infeksi

Nyeri

pleuritik

Peningkatan

suhu tubuh

Gangguan

pola nafas

Intoleransi

aktivitas

Berkeringat Metabolisme

meningkat

Resti

kekurangan

volume

cairan

Resti nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Sputum kental

Mual, muntah

Gangguan bersihan

jalan nafas

Gangguan pertukaran gas

PMN

Page 6: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses

luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi

(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia

mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.

2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan

penyakit paru yang ada.

3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi

transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi

organisme penyebab.

4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi

virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.

6. LED : meningkat.

7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);

tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.

8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah

9. Bilirubin : mungkin meningkat

10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan

keterlibatan sitoplasmik(CMV)

(Doenges, 1999)

F. KOMPLIKASI

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.

2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

(Whaley Wong, 2000)

G. PENATALAKSANAAN

Page 7: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

1. Antibiotik

Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Medikasi efektif lainnya

termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi pertama.

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.

3. Inotropik

Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-kadang

diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre-renal.

4. Terapi oksigenTerapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100

mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.

5. Nebulizer

Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat disertai

nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat bronchospasme.

6. Ventilasi mekanis

Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :

Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan

menggunakan masker

Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau

didapat asidosis respiratorik.

Respiratory arrest

Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.

H. FOKUS PENGKAJIAN

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung kronis

Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

3. Integritas Ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

4. Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM

Page 8: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor

buruk, penampilan malnutrusi

5. Neurosensori

Gejala : sakit kepala dengan frontal

Tanda : perubahan mental

6. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia

7. Pernafasan

Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan

dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal

Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen

Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural

Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku

8. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada

kasus rubeda / varisela

9. Penyuluhan

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa

oksigen darah.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

5. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Page 9: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

J. INTERVENSI DAN RASIONAL

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Tujuan : jalan nafas efektif

Intervensi :

Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

R : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering

terjadikarena ketidaknyamanan.

Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi

nafas.

R : Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Ajarkan batuk efektif

R : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk

mempertahankan jalan nafas paten.

berikan minum air hangat

R : air hangat membantu mengencerkan dahak

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa

oksigen darah

Tujuan : oksigen terpenuhi

Intervensi :

Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.

R : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan

paru dan status kesehatan umum.

Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis

perifer (kuku) atau sianosis sentral.

R : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap

demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan

kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

Kaji status mental.

R : Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan

hipoksia atau penurunan oksigen serebral.

Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk

efektif.

Page 10: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

R : Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret

untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan : infeksi tidak menyebar

Intervensi :

Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi.

R : Selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik.

R : Efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.

Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R : Menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain.

Ciptakan keseimbangan istirahat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan

nutrisi adekuat.

R : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah.

Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal

penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.

R : Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Tujuan : seimbang kebutuhan oksigen dan suplai oksigen

Intervensi :

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.

R : Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.

Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi.

R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.

R : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

R : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

5. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Page 11: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi :

Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak

nyeri

R : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)

makanan yang menarik oleh pasien.

R : Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin

lambat untuk kembali.

Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

R : Adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

K. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakata : EGC.

Page 12: Laporan Pendahuluan Pneumonia.docx

Lackman’s (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing.

Philadelpia : WB Saunders Company.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba.

NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Definitions and classification.

Philadelphia USA.

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Pasiyan Rahmatullah. (1999). Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi

Darmoso dan Hadi Martono. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Price, Sylvia Anderson. (1994). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease

Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba

Medica.

Smeltzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta

: EGC.

Zul Dahlan. (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.