laporan pendahuluan atresiaani
DESCRIPTION
atresia aniTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI
OLEH
NAMA : FARIDA RAHAYU PUSPITASARI
NIM : PO7120111015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2013
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : FARIDA RAHAYU PUSPITASARI
NIM : PO7120111015
JUDUL : Laporan Pendahuluan Atresia Ani
\
Banjarmasin, september 2013
Mengetahui
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Atresia ani adalah malformasi kongenital antara rectum tidak mempunyai lubang
keluar (Wong, 1996)
Atresia ani adalah tidak komplitnya perkembangan embrionik pada distal usus
(anus) atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, Rita Yuliani, 2001)
Atresia ani adalah kelainan kongenital dimana tidak memiliki lubang anus.
B. ETIOLOGI
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
C. TANDA DAN GEJALA
Perut kembung.
Muntah (cairan muntahan berwarna hijau karena cairan empedu atau berwarna
hitam kehijauan
Bayi tidak bisa buang air besar .
Tidak ada atau tampak kelainan anus
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan kongenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum.
Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka
yang juga akan berkembang jadi genitourinary dan struktur anorectal. Atresia anal ini
terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 –
10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena
gagalnya agenesis sacral dan abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga
pada proses abstruksi. Anus imperforata dapat terjadi karena tidak adanya pembukaan
usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
E. TIPE ATRESIA ANI
Letak Tinggi
Rectum berakhir di atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya
dihubungkan dga fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung rectum yg
buntu)
Intermediet
Rectum di bawah m.puborectalis, lekukan anus dan spingter eksternal ada di posisi
normal. Biasanya ada fistula
Letak Rendah
Posisi rectum normal, ada spingter eksternal & internal yg berkembang baik, dg
fungsi normal & tdk ada hubungan dg saluran genitoury (saluran anus/rectum bag,
bawah mengalami stenosis)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PF rectum (colok dubur) : Untuk memeriksa kepatenan rektal.
Melakukan pemasukan thermometer melalui anus apakah terdapat anus imperforata
atau tidak
Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantung rektal dengan cara menusukkan jarum
sambil melakukan aspirasi. Jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk 1.5 cm, defek tersebut dapat dianggap sebagai defek tingkat tinggi
X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus
Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat meconium
CT-SCAN : digunakan untuk menentukan lesi
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis :
Kolostomi (pembuatan lubang anus di bagian perut)
Dilatasi Anal (pelebaran lubang anus)
Eksisi membran anal (pelepasan selaput anus).
Anoplasty (perbaikan organ anus)
b. Non Medis
Toilet Training.
Dimulai pada usia 2-3 tahun.
Menggunakan strategi yang sama dengan anak normal..
Bowel Management.
Menjaga kebersihan kantung kolostomi, meliputi enema/irigasi kolon satu kali
sehari untuk membersihkan kolon.
Diet makanan termasuk pengaturan asupan laktasi (ASI)
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
2. Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia
ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual
dan munta dampak dari anestesi.
3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien
akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan
masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka
inisisi.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
8. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah
B. DIANGNOSA DAN INTERVENSI
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd menurunnya asupan ,
mual & muntah
Tujuan. : Kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi.
KH : Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas tanda
malnutrisi.
Intervensi :
Pantau Input/ Output makanan / cairan.
Kaji kesukaan makanan anak.
Beri makan sedikit tapi sering.
Pantau BB secara periodik.
Libatkan orang tua: membawa makanan dari rumah, membujuk anak makan.
Beri perawatan mulut sebelum makan.
Berikan isirahat yg adekuat.
Pemberian nutrisi secara parenteral, u/mempertahankan keb. kalori sesuai
program diet.
2. Ansietas keluarga (orang tua) b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
terapi yang diprogramkan
Tujuan : Kecemasan keluarga (orang tua) dapat berkurang.
KH : Keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan terapi
yang diprogramkan.
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan
fisiologi saluran pencernaan normal serta sifat penyakit anak. Gunakan media
dan gambar agar lebih mudah dipahami.
2. Beri jadwal pemeriksaan diagnostik pada orang tua.
3. Beri informasi pada orang tua tentang pembedahan kolostomi. Gunakan alat
Bantu visual mengenai kolostomi.
4. Jelaskan kepada orang tua aktivitas yang diharapkan dan peristiwa selama
periode pasca-operasi. Misal : kebutuhan intravena, pemeriksaan lab,
penggantian balutan. Gunakan contoh alat.
3. Inkontenensia bowel (tidak efektif fungsi eksretorik b.d tidak lengkapnya
pembentukan anus
Tujuan : terjadi peningkatan fungsi usus
KH : pasien akan menunjukkan fungsi usus. Tinja lembek, tidak ada nyeri pada
saat defekasi, tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
1. dilatasi anal sesuai program
2. Pertahankan puasa
3. Berikan terapi hidrasi IV sampai fungsi usus normal
4. Risiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan
Tujuan :
1. pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka tanpa bukti infeksi luka
2. pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
KH :
1. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi luka
2. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
Intervensi :
1. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan kewaspadaan universal lain,
terutama bila terdapat drainase luka.
2. Pantau suhu tubuh secara teratur.
3. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko infeksi
4. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh
5. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan luka (mis,balutan
hidrokoloid)
6. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang balutan yang kotor dengan
hati-hati
7. Lakukan perawatan luka khusus sesuai dengan ketentuan
8. Bersihkan dengan preparat yang ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
Wong L, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Peditrik. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC
Doengoes Merillynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EDISI 2. Jakarta:EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul . 2006 . Pengantar Ilmu Anak buku 2. Editor Dr Dripa Sjabana
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC