laporan pendahuluan ami.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
AKUT MIOKARD INFARK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh :
GISKA AMALIA ADISTI PUTRI
G2B008033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Infark Miokard Akut ( AMI ) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu ( S. Harun, Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga FK UI, hal
1098).
2. Etiologi
Umumnya AMI didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah koroner.
Nekrosis miokard akut, hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri
koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque aterosklerosis yang tidak
stabil; juga sering mengikuti ruptur plaque pada arteri koroner dengan stenosis
ringan( 50-60% ). Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium,
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3 – 4 jam. Meskipun nekrosis miokard
sudah komplit, proses remodelling miokard yang mengalami injury terus berlanjut
sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non
-infark mengalami dilatasi. Secara morfologis AMI dapat transmural atau sub
endokardial. AMI transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada
daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada AMI sub- endokardial,
nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa
bercak – bercak dan tidak konfluens seperti AMI transmural. AMI sub
endokardial dapat regional ( terjadi pada distribusi satu arteri koroner ) atau difus
( terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner ). Patogenesis dan perjalanan
klinis dari kedua AMI ini berbeda
a. AMI subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka
terhadap iskemia dan infark. AMI subendokardial terjadi akibat aliran darah
subendokardial yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat
perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi
kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat
bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya
akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada mulanya gambaran
klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemik dan infark lebih jauh
merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit.
b. AMI transmural
Pada lebih dari 90 % pasien AMI transmural berkaitan dengan
thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan.
Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque aterosklerotik dengan
hematom intramural, spasme yang umunya terjadi di tempat aterosklerotik
dan emboli koroner. AMI dapat terjadi walau pembuluh koroner normal,
tetapi hal ini amat jarang.
3. Patofisiologi (pathways)
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian terbesar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri,
sedikit bagian posterior septum, dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih
sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri ( cabang sirkumfleks ).
Nodus AV 90 % diperdarahi oleh arteri kanan dan 10 % dari sisi kiri (cabang
sirkumfleks ). Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri. Jadi
jelaslah obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan
obstruksi arteri koroner kanan menyebabkan infark. Tetapi bila obstruksi telah
terjadi dibanyak tempat dan kolateral – kolateral telah terbentuk lokasi infark
mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal mana yang terkena. AMI
sulit dikenali pada 24 – 48 jam pertama, setelah ini serat – serat miokard
membengkak dan nuklei menghilang. Di tepi infark dapat terlihat perdarahan dan
bendungan. Dalam beberapa hari pertama daerah infark akut sangat lemah. Secara
histologis penyembuhan tercapai sekurang – kurangnya setelah 4 minggu, namun
pada umumnya setelah 6 minggu.
Proses terbentuknya plaque ( aterosklerosis ) banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, terutama kebiasaan hidup yang jelek, antara lain : Merokok,
makan berlebihan ( obesitas ), latihan fisik yang kurang, pengaruh psikososial,
pada diit rendah serat, asupan natrium, alcohol.
Dari hal – hal tersebut di atas akan menimbulkan penumpukan lemak yang
berlebihan, sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila aktivitas manusia rendah,
kolesterol ini akan menumpuk di dalam lumen arteri koronaria dan terbentuklah
plaque ( aterosklerosis ). Plaque ini semakin lama semakin menebal dan bisa
sampai menutupi pembuluh darah koroner, sehingga jantung tidak mendapatkan
suplai O2 dan nutrisi, sehingga akan terjadi infark miokard akut, gejala yang
paling sering muncul adalah adanya nyeri dada.
4. Tanda dan gejala
a. Keluhan : rasa tidak enak, sakit, rasa tertindih beban berat, atau rasa tercekik
b. Lokasi bagian tengah dada, belakang tulang dada, kerap menjalar ke bahu,
punggung, bawah dagu dan ke tangan
c. Jangka waktu beberapa menit, biasanya lebih dari 5 menit dan keluhan hilang
timbul dan semakin berat/ progresif
d. Tanda – tanda lain serangan jantung : berkeringat dingin, lemas, sesak nafas,
dan pingsan
Penderita AMI tidak selalu mengalami keluhan spesifik seperti di atas. Pada
orang yang mempunyai beberapa faktor resiko koroner, keluhan sukar menelan
harus dicurigai mengalami AMI. Sakit dada ( chest pain ) sering berhubungan
dengan AMI, tetapi dari penelitian populasi usia lanjut, menunjukkan kira – kira
2/3 dari kejadian AMI tidak didahului oleh sakit dada.
Perubahan EKG pada AMI
Daerah Iskemia : inversi gelombang T, karena perubahan repolarisasi
Daerah Luka : elevasi segmen ST, karena iskemia berat
Daerah infark : gelombang Q abnormal/ patologis karena tidak ada
depolarisasi pada jaringan mati/ nekrosis
5. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit (10.000 - 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ acut atau
kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru acut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
j. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
k. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi atau luasnya IMA Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar
area nekrotik
l. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
m. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
n. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan pembuluh darah yang
mengarah ke atau dari jantung
o. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
p. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
6. Pengkajian primer
Pengkajian Primer yang perlu dilakukan pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut
Miocard Infark) antara lain:
a. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
b. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- Tekanan Darah meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
7. Pengkajian sekunder
Sedangkan pengkajian sekunder pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut Miocard
Infark):
a. Aktifitas
- Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olah raga tidak teratur
- Tanda : Takikardi, dispnea pada istirahat atau aaktifitas
b. Sirkulasi
- Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya
Penyakit arteri koroner
Masalah tekanan darah
Diabetes mellitus.
- Tanda :
Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
Nadi : Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia)
Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel
Murmur : Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot jantung
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema : Distensi vena juguler, edema dependent, perifer,
edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran
mukossa atau bibir
c. Integritas ego
- Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi tacut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan, kerja, keluarga
- Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri
d. Eliminasi
- Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan
- Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
- Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
f. Hygiene
- Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
- Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
- Tanda : perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
- Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral)
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial,
dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu
lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
Kualitas : "Crushing ", menyempit, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat .
Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 - 10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus, hipertensi, lansia
i. Pernafasan:
Gejala :
Dispnea tanpa atau dengan kerja Dispnea nocturnal Batuk dengan atau tanpa produksi sputum Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
- Tanda :
Peningkatan frekuensi pernafasan Nafas sesak / kuat Pucat, sianosis Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum
j. Interkasi sosial
- Gejala :
Stress Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit,
perawatan di RS
- Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, tacut) Menarik diri
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
a. Nyeri akut b.d. iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
b. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan
c. Ansietas b.d. ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosioekonomi
d. Curah jantung menurun b.d. penurunan kontraktilitas miokard
e. Kurang pengetahuan tentang penyebab/ kondisi pengobatan b.d. kurang
informasi/ salah pengertian kondisi medis/ kebutuhan terapi
9. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut b.d. iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
Ditandai dengan :
DO : wajah meringis
Perubahan nadi, tekanan darah
Gelisah, perubahan tingkat kesadaran
DS : pasien mengeluh nyeri pada dada dengan/ tanpa penyebaran
Tujuan :
Nyeri dada hilang/ terkontrol setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
▪ Mendemonstrasikan teknik relaksasi
▪ Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
▪ TTV stabil
Intervensi :
▪ Mandiri
- Pantau/ catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal,
dan respon hemodinamik
- Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien, termasuk lokasi,
intensitas, lamanya, kualitas, dan penyebaran
- Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri
infark miokard
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, relaksasi dan distraksi
- Berikan lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan dan tindakan nyaman
▪ Kolaborasi
- Berikan O2 tambahan dengan nasal kanule/ masker
- Berikan obat sesuai indikasi, misal :
Antiangina: Nitrogliserin
Beta blockers : Atenolol, propanolol
Analgesik : Morphin, Meperidin
b. Diagnosa Keperawatan II
Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan
DO : Gangguan frekuensi jantung dan tekanan darah dalam aktivitas
- Terjadinya disritmia
- Perubahan warna kulit/ kelembaban
- Kelemahan umum
DS : Mengeluh nyeri dada saat kerja
- Mengeluh tidak bertenaga
Tujuan :
Toleransi aktivitas pasien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
▪ Frekuensi jantung dan TD dalam batas normal
▪ Kulit hangat, merah muda dan kering
▪ Melaporkan tidak ada angina/ terkontrol dalam rentang waktu selama
pemberian obat
Intervensi :
▪ Mandiri
- Catat/ dokumentasi frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan darah
sebelum, selama dan sesudah aktifitas sesuai indikasi
- Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri/ respon hemodinamik
- Batasi pengunjung atau kunjungan pasien
- Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen yang
berlebihan
- Jelaskan pola peningkatan bertahap dari azktivitas
▪ Kolaborasi
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
c. Diagnosa Keperawatan III
Ansietas b.d. ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosioekonomi
DO : Perilaku takut
- Ketakutan, peningkatan tegangan, gelisah, wajah tegang
- Ragu – ragu
- Perilaku menentang/ menghindar
DS : Perasaan tidak adekuat
- Focus pada diri sendiri, mengekspresikan masalah tentang kejadian
saat ini.
Tujuan :
Pasien dapat mengenali perasaannya, kondisinya setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
▪ Pasien mampu mengidentifikasi penyebab, faktor yang
mempengaruhi
▪ Menyatakan penurunan ansietas
▪ Mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalah
positif
Intervensi :
▪ Mandiri
- Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/ situasi, dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut,
dll
- Catat adanya kegelisahan, menolak, dan menyangkal
- Mempertahankan gaya percaya ( tanpa keyakinan yang salah )
- Kaji tanda verbal/ non verbal kecemasan dan tinggal dengan pasien.
Lakukanlah tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak
- Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan.
Hindari konfrontasi
- Orientasikan pasien/ orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan
- Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten, ulangi
sesuai indikasi
▪ Kolaborasi
- Berikan anti cemas/ hipnotik sesuai indikasi, misal : diazepam,
chlorpromazin, dll.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Curah jantung menurun b.d. penurunan kontraktilitas miokard
DO : tekanan darah rendah, nadi cepat, gelisah, sianosis, dispnea, disritmia.
DS : pasien mengatakan kalau tubuhnya merasa lelah dan lemas.
Tujuan :
Curah jantung adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam
Kriteria hasil :
▪ TD dalam batas normal, haluaran urine adekuat
▪ TTV dalam batas normal
▪ Tidak terdapat disritmiaf
Intervensi :
▪ Mandiri
- Raba nadi, catat frekuensi, keteraturan, amplitudo 9 penuh/ kuat ) dan
simetris
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama
- Pantau TTV dan kaji keadekuatan curah jantung/ perfusi jaringan.
Laporkan variasi penting pada TD/ frekuensi nadi, pernafasanperubahan
warna kulit/ suhu, tingkat kesadaran/ sensasi, dan haluaran urine selama
episode disritmia
- Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi, bradikardi, disritmia
atrial, disritmia ventrikel, block jantung
- Berikan lingkungan kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut
- Selidiki laporan nyeri dada, cata lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/ pemberat
- Siapkan/ lakukan RJP sesuai indikasi
▪ Kolaborasi
- Pantau pemeriksaan laboratorium
- Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
- Berikan obat sesuai indikasi Misal : Kalium, untuk memperbaiki
hipokalemi. Antidisritmia, disdisopiramide, prokainamide, quinidin,
xylcain, mexiletin, dll.
- Masukkan/ pertahankan masukkan IV
- Siapkan untuk/ bantu penanaman otomatik kardioverter atau defibrilater
bila diindikasikan
e. Diagnosa Keperawatan V
Kurang pengetahuan tentang penyebab/ kondisi pengobatan b.d. kurang
informasi/ salah pengertian kondisi medis/ kebutuhan terapi
Ditandai dengan :
DO : Pasien bertanya tentang kondisinya.
DS : -
Tujuan :
Pasien memahami tentang kondisi, program pengobatan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
▪ Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan kemungkinan efek
samping merugikan dari obat
▪ Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan
tindakan
Intervensi :
▪ Mandiri
- Kaji ulang fungsi jantung normal/ kondisi elektrikal
- Jelaskan/ tekankan masalah disritmia Kriteria hasilusus tindakan
terapeutik pada pasien/ orang terdekat
- Anjurkan/ catat pendidikan tentang obat, termasuk mengapa obat
diperlukan
- Dorong pengembangan latihan rutin/ menghindari latihan berlebihan
- Memberi informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/ orang terdekat untuk
dibawa pulang
- Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi denagn tepat
Kepustakaan
1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC.1997
2. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth's textbook of medical -
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.2000.
3. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,
I.M. Jakarta: EGC. 1999.
4. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2001.
5. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius .
2000.