laporan pendahuluan
DESCRIPTION
LPTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
A. TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Benigna Prostatic Hyperplasia Adalah Suatu Kondisi Yang Sering Terjadi
Sebagai Hasil Dari Pertumbuhan Dan Pengendalian Hormon Prostat.
Dahulu disebut juga sebagai Hipertrofi Prostat Jinak ( Benign Prostat
Hypertrofi = BPH ). Istilah Hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi
adalah hiperplasi kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi sampai bedah. Prevalensinya meningkat sejalan dengan
peningkatan usia pada pria. Insidens di negara berkembang meningkat karena adanya
peningkatan umur harapan hidup. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
2. ETIOLOGI
Dengan Bertahmbahnyausia, Akan Terjadi Perubahan Keseimbangan
Testosteron Estrogen Karena Produksi Testosteoron Menurun Dan Terjadi Konversi
Testosteron Menjadi Estrogen Pada Jaringan Adiposa, Diperifer, Karena Proses
Pembesaran Prostat Terjadi Secara Perlahan-Lahan, Efek Perubahan Juga Terjadi
Perlahan-Lahan.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Pasien BPH dapat menunjukkan berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH
berganti-ganti dari waktu ke waktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi
stabil atau semakin buruk secara pontan.
b. Berbagai tanda dan gejala di bagi dalam dua kategori: obstruktif (terjadi ketika
factor dinamik dan atau factor static mengurangi pengosongan kandung kemih)
dan iritatif ( hasil dari obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung
kemih.
Kategori keparahan BPH berdasarkantanda dan gejala
Keparahan
penyakit
Kekhasan tanda dan gejala
Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak <10 ml/s
Volume urin residual setelah pengosongan >25-50 ml
Peningkatan BUN dan kreatini Serum
Sedang Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak <10 ml/s
Volume urin residual setelah pengosongan >25-50 ml
Peningkatan BUN dan kreatini Serum
Obstruktif penghilangan gejala dan iritatif penghilangan gejala
(tanda dari detrusor yang tidak stabil
Parah Semua yang di tas di tambah satu atau dua lebih komplikasi
BPH
Ket : BUN : blood ureum Nitrogen jenis penanganan pada pasien dengan tumor
prostat tergantung pada berat dan gejala kliniknya. Berat derajat klinik di bagi menjadi
empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Seperti
yang tercantum dalam bagan berikut ini :
Derajat Colok dubur Sisa volume urin
I Penonjolan prostat, atas mudah di raba <50 ml
II Penonjolan prostat jelas batas atas dapat di
capai
50-100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat di raba >100 ml
IV Batas atas prostat tidak dapat di raba Retensi urin total
Menurut R. Sjamsyuhidayat dan wim de jong.2002.
a. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah, di beri
pengobatan konservatif
b. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya di
anjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans uretrhal resection/tur)
c. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat di kerjakan, bila di perkirakan prostate
sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan
terbuka, melalui trans vesikal retropublik/perineal
d. Derajat empat tindakan harus segera di lakukan membebaskan klien dari
retensi urin total degan pemasangan kateter.
4. PATOFISIOLOGI/PHATWAY
Hormone Estrogen Dan Testosteron Tidak seimbang
Sel rpostat umur panjang
Sel yang mati kurang
Proliferasi abnormal sel sterm
Produksi stroma dan epitel berlebihan
Prostat membesar
Penyempitan lumen ureter prostatika
osbtruksi
Retensi urine
hidroureter
hidronefritis
Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
Gangguan eliminasi urine
Resiko perdarahan
Iritasi mukosa kandung kemih, terputusnya jaringan
Rangsangan syaraf diameter kecil
Gate kontrole terbuka
Resiko infeksi
luka
Pemasangan DC
Tempat masuknya MO
TURP
Kurangnya informasi terhadap pembedahan
ansietas
Factor usia
Sel stroma pertumbuhan berpacu
Nyeri akut
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat
adanya sel leokosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus
diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu,
infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan prostat spesific antigen ( PSA
) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
kehanasan. Bila nilai PSA lebih < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila
nilai PSA 4-10 ng/ml, hitung prostate spesific antigen density ( PSAD ) yaitu
PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD lebih kurang 0,15
maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10
ng/ml.
b. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah poto polos abdomen, pielografi
intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah
untuk memperkirakan volume BPH. Menentukan derajat disfungsi buli-buli
dan volume residu urin, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun tidak dengan BPH. Dari poto polos dapat dilihat
adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat
juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat
serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal.
Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
hidronefrosis, dan hidroureter. Fish Hook Appearance ( gambaran ureter
berbelok belok di vesika ), identitas pada dasar buli-buli, divertikel, residu
urin, atau filling defect di vesika.
Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa ginjal,
mendeteksi residu urin, batu ginjal, divertikulum, atau tumor buli-buli.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD (efek pembesaran ginjal )
b) Eliminasi
Gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urine; tetesan. Keragu-raguan pada
berkemih awal. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap; dorongan dan frekuensi berkemih. Nokturia, disuria, hematuria. Duduk
untuk berkemih. ISK berulang, riwayat batu (stasis urinaria) konstipasi (protrusi
prostat kedalam rectum).
Tanda : massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih), nyeri
tekan kandung kemih. Hernia inguinalis; hemoroid(mengakibatkan peningkatan
tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi
tekanan).
c) Makanan / cairan
Gejala: Anoreksia; mual,muntah. Penurunan berat badan.
d) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri suprapubis, panggul, atau punggung; tajam, kuat ( pada prostatitis
akut). Nyeri punggung bawah.
e) Keamanan
Gejal: demam
f) Seksualitas
Gejal: masalh tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual. Takut
inkontinensia/menetes selama berhubungan intim. Penurunan kekuatan kontrksi
ejakulasi.
Tanda: pembesaran, nyeri tekan prostat.
g) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal. Penggunaan anti
hipertensif atau antidefresan, antibiotic urinaria, obat yang di jual bebas untuk
flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.
2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Retensi Urin ( Akut/Kronik )
Dapat dihubungkan dengan : obstruksi mekanik; pembesaran prostat.
Dekompensasi otot destrusor. Ketidak mampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
Kemungkinan dibuktikan oleh : frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; inkontinensia/menetes.
Distensi kandung kemih, residu urine.
Hasil yang diharapkan : berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba
distensi kandung kemih. Menunjukkan residu pasca-berkemih kurang dari
50ml; dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi
Mandiri
1) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakn.
R : meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih
2) tanyakan pasien tentang inkontinensia stress
R : tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau
dapat menghambat berkemih sampai tekanan abdominal miningkat cukup
untuk mengeluarkan urine secara tidak sadar.
3) obsevasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
R : berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
4) awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan
haluaran urine dan perubahan berat jenis.
R : retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas,
yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya deficit aliran darah ke
ginjal mengganggu kemampuannya untuk mempilter dan mengkonsentrasi
substansi.
5) perkusi atau palpasi area suprapubik.
R : distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.
6) dorog masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung, bila
diindikasikan
R : peningkatan aliran cairan mempertahankan ferfusi ginjal dan
membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
7) awasi tanda vital dengan ketat. Observasi hipertensi, edema
perifer/dependen, perubahan mental. Timbang tiap hari. Pertahankan
pemasukkan dan pengeluaran akurat.
R : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan
dan akumulasi sisa toksi; dapat berlanjut kepenurunan ginjal total.
8) berikan//dorongan kateter lain dan perawatan parineal.
R : menurunan risiko infeksi asenden
9) berikan rendam duduk sesuai indikasi
R : meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
Kolaborasi
1) berikan obat sesuai indikasi : antispasmodic, contoh, oksibutinin klorida
(ditropan).
R : menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh
kateter.
2) supositoria rectal (B&O).
R : supositoria diabsorpsi dengan mudah melalui mukosa kedalam jaringan
kandung kemih untuk menghasilkan relaksasi otot/ menghilangkan
spasme.
3) antibiotic dan anti bakteri.
R : diberikan untuk melawan infeksi. Munkin digunakan secara
profilaksis.
4) fenoksibenzamin (dibenzyline)
R : diberikan untuk membuat berkemih lebih midah dengan
merelaksasikan otot polos prostat dan menurunkan tehanan terhadap aliran
urine. Digunakan dengan kewaspadaan karena mengecilkan kelenjar dan
mempunyai efek samping tak enak seperti pusing dan kelelahan.
5) antagonis alfa-adrenergik contoh prazosin (minipres), terazosin (Hytrin).
R : penelitian menunjukan bahwa obat ini munkin sama efektifnya dengan
dibenzyline dengan efek samping demam
6) kateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai
indikasi.
R : menghilangkan/mencegah retensi urine dan mengesampingkan adanya
striktur uretral. Catatan: dekompresi kandung kemih harus dilakukan
dengan menambah 200ml untuk mencegah hematuria (ruptur pembuluh
darah pada mukosa kandung kemih yang terlalu distensi) dan pingsan
(stimulasi otonomik berlebihan). Kateter Coude diperlukan karena ujung
lengkung memudahkan pasase selang melalui uretra prostat.
7) irigasi kateter sesuai indikasi
R : mempengaruhi patensi/aliran urine
8) monitor laboratory studies, e.g. :
BUN, kreatinin, elektrolit.
R : pembesaran prostat ( obstruksi ) secara nyata menyebabkan dilatasi
saluran perkemihan atas ( ureter dan ginjal), berpotensi merusak fungsi
ginjal dan menimbulkan urema.
9) urinalisa dan kultur
R : srasis urinaria potensial untuk pertumbuhan bakteri peningkatan resiko
ISK.
10) siapkan atau bantu unntuk drainase urine, contoh : sistomi;
R : diindikasikan untuk mengalirkan kandung kemih selama episuda akut
dengan azotemia atau bila bedah dikontraindikasikan karena status
kesehatan pasien.
11) prosediur percobaan, contoh : hipertermia, transurethral
R : pemanasan bagian sentral prostat dengan memasukkan elmen pemanas
melalui uretra membuat pengecilan prostat. Tindakan dilakukan 1 sampai
2 kaliperminggu untuk beberapa minggu untuk meningkatkan hasil yang
diinginkan.
12) bedah beku;
R : pembekuan kapsul prostat menyebabkan pengelupasan jaringan
prostat menghilangkan obstruksi. Prosedur ini tidak seefektif TURP dan
dilakukan secara individu yang dipertimbangkan bresiko asietas buruk.
13) uretro plastis atau dilatasi transruretral prostat
R : inplasi balon ujung kateter dalam area terobstruksi mengubah letak
jaringan prostat, sehingga memperbaiki aliran urine.
b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut
Dapat dihubungkan dengan : iritasi mukosa distensi kandung kemih, polik
ginjal, insfeksi urinaria ; terapi radiasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri ( kandung kemih/spasme rectal).
Penyempitan focus ; perubahan tonus otot, meringis, prilaku distraksi, gelisah.
Respon otonomik.
Hasil yang diharapkan :
1) melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Tampak rileks
3) mampu untuk untuk tidur atau istirahat
Intervensi
Mandiri
1) kaji nyeri,perhatikan lokasi intensitas skala (0-10) lamanya
R : memberikan informasi untuk membantu dalam melakukan pilihan atau
keefektipan intervensi
2) plester slang drainase pada paha dan kateter pada abdomen (bila traksi
tidak di perlukan)
R : mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis austrip
skotal.
3) pertahenkan tirah balik bila di indikasikan.
R : tirah baring mungkin di perlukan pada awal selama pase retensi
akut.namun,ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyeri kolik
4) berikan tindakan kenyamanan contoh pijatan punggung,membantu pasien
melakukan posisi yang nyaman;mendorong penggunaan relaksasi atau
latihan nafas dalam,aktivitas terapeutik
R : meningkatkan relaksasi,memfokuskan kembali perhatian,dan dapat
meningkatkan kemampuan koping T : dorong menggunakan rendam
duduk,sabun hangat untuk perineu
Kolaborasi
5) masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase
R : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan
kelenjar
6) lakukan masase prostat
R : membantu dalam evakuasi dufkus kelenjar untuk menghilangkan
kongesti atau inflamasi. Kontra indikasi bila infeksi terjadi
7) berikan obat sesuai indikasi: narkotik,contoh epiridin (demerol)
R : diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi
mental dan fisik
8) antibacterial, contoh metenamin hipurat (hiprex)
R : menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius juga yang
dimasukkan melalui system drainase
9) antispamodik dan sedative kandung kemih contoh, flavoksat (urispas);
oksibutinin (ditropan)
R : menghilangkan kepekaan kandung kemih
c. Kekurangan Volume Cairan, Resiko Tinggi Terhadap
Factor risiko meliputi : pasca obstruksi dieresis dari drainase cepat kandung
kemih yangterlalu distensi secara kronis
Endoktrin, ketidakseimbangan elektrolit ( disfungsi ginjal )
Hasil yang diharapkan : mempertahankan dehidrasi adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil, nadi feriper teraba, pengisian kapiler baik, dan membrane
mukosa lembab.
Intervensi
Mandiri
1) awasi keuaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan
keluaran 100-200 ml/jam.
R : diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan,
karena ketidak cukupan jumlah nutrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
2) dorong peningkatan pemasukkan oralberdasarkan kebutuhan individu.
R : pasien dibatasi pemasukkan oral dalam upaya mengontrpl gejala
urinaria, homeostatik pengurangan cadangan dan peningkatan risiko
dehidrasi/hipovolemia.
3) awasi TD, nadi dengan sering, Evaluasi pengisian kapiler dan membrane
mukosa oral.
R : memampukan deteksi dini/intervensi hipovolemia sistemik
4) tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
R : menurunkan kerja jantung, memudahkan homeostasis sirkulasi.
Kolaborasi
5) awasi elektrolit, khususnya nutrium
R : bila pengumpulan cairan terkumpul dari area ekstraseluler, natrium
dapat mengikuti perpindahan, menyebakan hiponatremia.
6) berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
R : menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk
mencegah/memperbaiki hipovolemia.
d. Ketakutan/Ansietas [Uraikan Tingkatan]
Dapat dihubungkan dengan : perubahan status kesehatan: kemungkinan
prosedur bedah/malignasi.
Malu/hilang martabat sehubungan dengan pemajanan genital sebelum, selama
dan sesudah tindakan; masalh tentang kemampuan seksualitas.
Hasil yang diharapkan : tampak rileks.menyatakan pengetahuan yang akurat
tentang situasi.menunjukkan rentang tepat tentangperasaan dan penurunan rasa
takut.melaporkan ansietasmenurun sampai tingkat dapat di tangani.
Intervensi
Mandiri
1) selalu ada untuk pasien.buat hubungan saling percayadengan pasien atau
orang terdekat.
R: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu.membantu dalam
diskusi tentang subjek sensitif.
2) berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan
terjadi.contoh kateter,urine berdarah,iritasi kandung kemih.ketahui seberapa
banyak informasi yang di inginkan pasien.
R : membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan .dan
mengurangi masalah karena ketidak tahuan. Termasuk ketakutan akan
kanker . namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat
meningkatkan ansietas .
3) pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur atau menerima
pasien .lindungi privasi pasien.
R : menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa amlupasien.
4) dorongpasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan.
R : mendifinisikan masalah,memberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan , memperjelas kesalahan konsep ,dan solusi pembedahan
masalah.
5) beri penguatan informasi pasien yang telah di berikan sebelumnya.
R : memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan
kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi.
e. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Tentang Kondisi,Prognosis, Dan
Kebutuhan Pengobatan
Dapat di hubungkan dengan : kurang terpajan atau mengingat ,salah interpretasi
informasi . tidak mengenal sumber informasi . masalah tentang area sensitif.
Kemungkinan di buktikan oleh : pertanyaan ,meminta informasi. Menyatakan
masalah atau indikator non verbal .tidak akurat mengikuti instruksi ,terjadinya
komplikasi yang dapat di cegah.
Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi pasien akan : menyatakan pemahaman
proses penyakit atau prognosis.mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala
proses penyakit. Melakukan perubahan pola hidup atau perilaku yang perlu.
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
Mandiri
1) kajiulang proses penyakit ,pengalaman pasien.
R : memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan
informasi terapi.
2) dorong menyatakan rasa takut atau perasaan dan perhatian .
R : membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitas
vital.
3) berikan informasi bahwa kondisi tidak di tularkan secara seksual.
R : mungkin merupakan ketakutan yang tak di bicarakan.
4) anjurkan menghindari makanan berbumbu,kopi,alcohol,mengemudikan
mobil lama ,pemasukan cairan lama,pemasukan cairan cepat (terutama
alcohol ) .
R : dapat menyebabkan iritasi prostat dengan masalah kongesti .peningkatan
tiba-tiba pada aliran urin dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan
kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria
akut.
5) bicarakan masalah seksual,contoh bahwa selama episode atau prostatitis ,
koitus di hindari tetapi mungkin membantu dalam pengobatan kondisi
kronis.
R : aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi
dapat memberikan suatu masase pada adanya penyakit kronis.
6) kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh urin keruh,
berbau; penurunan keluaran urin, ketidakmampuan untuk berkemih; adanya
demam/menggigil.
R: intervensi cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius.
7) Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan lain tentang
diagnosa.
R : menurunkan resiko terapi tak tepat, contoh penggunaan dekongestan,
antikolinergik, dan antidepresan meningkatkan retensi urin dan dapat
mencetuskan episode akut.
8) Beri penguatan pentingnya evaluasi medik untuk sedikitnya 6-12 bulan
termasuk pemeriksaan rektal, urinalisa.
R : hipertrofi berulang dan/atau infeksi (disebabkan oleh organisme sama
atau berbeda) tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk
mencegah komplikasi serius. ( Marilynn, E.D, 2000 ).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nanda & NIC-NOC.2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnosa medis jilid 2.
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.