laporan pendahuluan

21
LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA A. TINJAUAN TEORI 1. PENGERTIAN Benigna Prostatic Hyperplasia Adalah Suatu Kondisi Yang Sering Terjadi Sebagai Hasil Dari Pertumbuhan Dan Pengendalian Hormon Prostat. Dahulu disebut juga sebagai Hipertrofi Prostat Jinak ( Benign Prostat Hypertrofi = BPH ). Istilah Hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasi kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi sampai bedah. Prevalensinya meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria. Insidens di negara berkembang meningkat karena adanya peningkatan umur harapan hidup. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000) 2. ETIOLOGI Dengan Bertahmbahnyausia, Akan Terjadi Perubahan Keseimbangan Testosteron Estrogen Karena Produksi Testosteoron Menurun Dan Terjadi Konversi Testosteron Menjadi Estrogen Pada Jaringan Adiposa, Diperifer, Karena Proses Pembesaran Prostat Terjadi Secara Perlahan-Lahan, Efek Perubahan Juga Terjadi Perlahan-Lahan. 3. MANIFESTASI KLINIS

Upload: rina

Post on 10-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

LP

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

A. TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN

Benigna Prostatic Hyperplasia Adalah Suatu Kondisi Yang Sering Terjadi

Sebagai Hasil Dari Pertumbuhan Dan Pengendalian Hormon Prostat.

Dahulu disebut juga sebagai Hipertrofi Prostat Jinak ( Benign Prostat

Hypertrofi = BPH ). Istilah Hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi

adalah hiperplasi kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke

perifer dan menjadi sampai bedah. Prevalensinya meningkat sejalan dengan

peningkatan usia pada pria. Insidens di negara berkembang meningkat karena adanya

peningkatan umur harapan hidup. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

2. ETIOLOGI

Dengan Bertahmbahnyausia, Akan Terjadi Perubahan Keseimbangan

Testosteron Estrogen Karena Produksi Testosteoron Menurun Dan Terjadi Konversi

Testosteron Menjadi Estrogen Pada Jaringan Adiposa, Diperifer, Karena Proses

Pembesaran Prostat Terjadi Secara Perlahan-Lahan, Efek Perubahan Juga Terjadi

Perlahan-Lahan.

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Pasien BPH dapat menunjukkan berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH

berganti-ganti dari waktu ke waktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi

stabil atau semakin buruk secara pontan.

b. Berbagai tanda dan gejala di bagi dalam dua kategori: obstruktif (terjadi ketika

factor dinamik dan atau factor static mengurangi pengosongan kandung kemih)

dan iritatif ( hasil dari obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung

kemih.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

Kategori keparahan BPH berdasarkantanda dan gejala

Keparahan

penyakit

Kekhasan tanda dan gejala

Ringan Asimtomatik

Kecepatan urinary puncak <10 ml/s

Volume urin residual setelah pengosongan >25-50 ml

Peningkatan BUN dan kreatini Serum

Sedang Asimtomatik

Kecepatan urinary puncak <10 ml/s

Volume urin residual setelah pengosongan >25-50 ml

Peningkatan BUN dan kreatini Serum

Obstruktif penghilangan gejala dan iritatif penghilangan gejala

(tanda dari detrusor yang tidak stabil

Parah Semua yang di tas di tambah satu atau dua lebih komplikasi

BPH

Ket : BUN : blood ureum Nitrogen jenis penanganan pada pasien dengan tumor

prostat tergantung pada berat dan gejala kliniknya. Berat derajat klinik di bagi menjadi

empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Seperti

yang tercantum dalam bagan berikut ini :

Derajat Colok dubur Sisa volume urin

I Penonjolan prostat, atas mudah di raba <50 ml

II Penonjolan prostat jelas batas atas dapat di

capai

50-100 ml

III Batas atas prostat tidak dapat di raba >100 ml

IV Batas atas prostat tidak dapat di raba Retensi urin total

Menurut R. Sjamsyuhidayat dan wim de jong.2002.

a. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah, di beri

pengobatan konservatif

b. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya di

anjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans uretrhal resection/tur)

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

c. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat di kerjakan, bila di perkirakan prostate

sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan

terbuka, melalui trans vesikal retropublik/perineal

d. Derajat empat tindakan harus segera di lakukan membebaskan klien dari

retensi urin total degan pemasangan kateter.

4. PATOFISIOLOGI/PHATWAY

Hormone Estrogen Dan Testosteron Tidak seimbang

Sel rpostat umur panjang

Sel yang mati kurang

Proliferasi abnormal sel sterm

Produksi stroma dan epitel berlebihan

Prostat membesar

Penyempitan lumen ureter prostatika

osbtruksi

Retensi urine

hidroureter

hidronefritis

Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal

Gangguan eliminasi urine

Resiko perdarahan

Iritasi mukosa kandung kemih, terputusnya jaringan

Rangsangan syaraf diameter kecil

Gate kontrole terbuka

Resiko infeksi

luka

Pemasangan DC

Tempat masuknya MO

TURP

Kurangnya informasi terhadap pembedahan

ansietas

Factor usia

Sel stroma pertumbuhan berpacu

Nyeri akut

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat

adanya sel leokosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus

diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu,

infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.

Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari

fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan prostat spesific antigen ( PSA

) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini

kehanasan. Bila nilai PSA lebih < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila

nilai PSA 4-10 ng/ml, hitung prostate spesific antigen density ( PSAD ) yaitu

PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD lebih kurang 0,15

maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10

ng/ml.

b. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah poto polos abdomen, pielografi

intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah

untuk memperkirakan volume BPH. Menentukan derajat disfungsi buli-buli

dan volume residu urin, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang

berhubungan maupun tidak dengan BPH. Dari poto polos dapat dilihat

adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat

juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat

serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal.

Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,

hidronefrosis, dan hidroureter. Fish Hook Appearance ( gambaran ureter

berbelok belok di vesika ), identitas pada dasar buli-buli, divertikel, residu

urin, atau filling defect di vesika.

Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa ginjal,

mendeteksi residu urin, batu ginjal, divertikulum, atau tumor buli-buli.

(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Sirkulasi

Tanda: peningkatan TD (efek pembesaran ginjal )

b) Eliminasi

Gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urine; tetesan. Keragu-raguan pada

berkemih awal. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan

lengkap; dorongan dan frekuensi berkemih. Nokturia, disuria, hematuria. Duduk

untuk berkemih. ISK berulang, riwayat batu (stasis urinaria) konstipasi (protrusi

prostat kedalam rectum).

Tanda : massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih), nyeri

tekan kandung kemih. Hernia inguinalis; hemoroid(mengakibatkan peningkatan

tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi

tekanan).

c) Makanan / cairan

Gejala: Anoreksia; mual,muntah. Penurunan berat badan.

d) Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri suprapubis, panggul, atau punggung; tajam, kuat ( pada prostatitis

akut). Nyeri punggung bawah.

e) Keamanan

Gejal: demam

f) Seksualitas

Gejal: masalh tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual. Takut

inkontinensia/menetes selama berhubungan intim. Penurunan kekuatan kontrksi

ejakulasi.

Tanda: pembesaran, nyeri tekan prostat.

g) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal. Penggunaan anti

hipertensif atau antidefresan, antibiotic urinaria, obat yang di jual bebas untuk

flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Retensi Urin ( Akut/Kronik )

Dapat dihubungkan dengan : obstruksi mekanik; pembesaran prostat.

Dekompensasi otot destrusor. Ketidak mampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

Kemungkinan dibuktikan oleh : frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan

mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; inkontinensia/menetes.

Distensi kandung kemih, residu urine.

Hasil yang diharapkan : berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba

distensi kandung kemih. Menunjukkan residu pasca-berkemih kurang dari

50ml; dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran.

Intervensi

Mandiri

1) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakn.

R : meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih

2) tanyakan pasien tentang inkontinensia stress

R : tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau

dapat menghambat berkemih sampai tekanan abdominal miningkat cukup

untuk mengeluarkan urine secara tidak sadar.

3) obsevasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.

R : berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.

4) awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan

haluaran urine dan perubahan berat jenis.

R : retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas,

yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya deficit aliran darah ke

ginjal mengganggu kemampuannya untuk mempilter dan mengkonsentrasi

substansi.

5) perkusi atau palpasi area suprapubik.

R : distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.

6) dorog masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung, bila

diindikasikan

R : peningkatan aliran cairan mempertahankan ferfusi ginjal dan

membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

7) awasi tanda vital dengan ketat. Observasi hipertensi, edema

perifer/dependen, perubahan mental. Timbang tiap hari. Pertahankan

pemasukkan dan pengeluaran akurat.

R : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan

dan akumulasi sisa toksi; dapat berlanjut kepenurunan ginjal total.

8) berikan//dorongan kateter lain dan perawatan parineal.

R : menurunan risiko infeksi asenden

9) berikan rendam duduk sesuai indikasi

R : meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, dan dapat

meningkatkan upaya berkemih.

Kolaborasi

1) berikan obat sesuai indikasi : antispasmodic, contoh, oksibutinin klorida

(ditropan).

R : menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh

kateter.

2) supositoria rectal (B&O).

R : supositoria diabsorpsi dengan mudah melalui mukosa kedalam jaringan

kandung kemih untuk menghasilkan relaksasi otot/ menghilangkan

spasme.

3) antibiotic dan anti bakteri.

R : diberikan untuk melawan infeksi. Munkin digunakan secara

profilaksis.

4) fenoksibenzamin (dibenzyline)

R : diberikan untuk membuat berkemih lebih midah dengan

merelaksasikan otot polos prostat dan menurunkan tehanan terhadap aliran

urine. Digunakan dengan kewaspadaan karena mengecilkan kelenjar dan

mempunyai efek samping tak enak seperti pusing dan kelelahan.

5) antagonis alfa-adrenergik contoh prazosin (minipres), terazosin (Hytrin).

R : penelitian menunjukan bahwa obat ini munkin sama efektifnya dengan

dibenzyline dengan efek samping demam

6) kateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai

indikasi.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

R : menghilangkan/mencegah retensi urine dan mengesampingkan adanya

striktur uretral. Catatan: dekompresi kandung kemih harus dilakukan

dengan menambah 200ml untuk mencegah hematuria (ruptur pembuluh

darah pada mukosa kandung kemih yang terlalu distensi) dan pingsan

(stimulasi otonomik berlebihan). Kateter Coude diperlukan karena ujung

lengkung memudahkan pasase selang melalui uretra prostat.

7) irigasi kateter sesuai indikasi

R : mempengaruhi patensi/aliran urine

8) monitor laboratory studies, e.g. :

BUN, kreatinin, elektrolit.

R : pembesaran prostat ( obstruksi ) secara nyata menyebabkan dilatasi

saluran perkemihan atas ( ureter dan ginjal), berpotensi merusak fungsi

ginjal dan menimbulkan urema.

9) urinalisa dan kultur

R : srasis urinaria potensial untuk pertumbuhan bakteri peningkatan resiko

ISK.

10) siapkan atau bantu unntuk drainase urine, contoh : sistomi;

R : diindikasikan untuk mengalirkan kandung kemih selama episuda akut

dengan azotemia atau bila bedah dikontraindikasikan karena status

kesehatan pasien.

11) prosediur percobaan, contoh : hipertermia, transurethral

R : pemanasan bagian sentral prostat dengan memasukkan elmen pemanas

melalui uretra membuat pengecilan prostat. Tindakan dilakukan 1 sampai

2 kaliperminggu untuk beberapa minggu untuk meningkatkan hasil yang

diinginkan.

12) bedah beku;

R : pembekuan kapsul prostat menyebabkan pengelupasan jaringan

prostat menghilangkan obstruksi. Prosedur ini tidak seefektif TURP dan

dilakukan secara individu yang dipertimbangkan bresiko asietas buruk.

13) uretro plastis atau dilatasi transruretral prostat

R : inplasi balon ujung kateter dalam area terobstruksi mengubah letak

jaringan prostat, sehingga memperbaiki aliran urine.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut

Dapat dihubungkan dengan : iritasi mukosa distensi kandung kemih, polik

ginjal, insfeksi urinaria ; terapi radiasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri ( kandung kemih/spasme rectal).

Penyempitan focus ; perubahan tonus otot, meringis, prilaku distraksi, gelisah.

Respon otonomik.

Hasil yang diharapkan :

1) melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2) Tampak rileks

3) mampu untuk untuk tidur atau istirahat

Intervensi

Mandiri

1) kaji nyeri,perhatikan lokasi intensitas skala (0-10) lamanya

R : memberikan informasi untuk membantu dalam melakukan pilihan atau

keefektipan intervensi

2) plester slang drainase pada paha dan kateter pada abdomen (bila traksi

tidak di perlukan)

R : mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis austrip

skotal.

3) pertahenkan tirah balik bila di indikasikan.

R : tirah baring mungkin di perlukan pada awal selama pase retensi

akut.namun,ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan

menghilangkan nyeri kolik

4) berikan tindakan kenyamanan contoh pijatan punggung,membantu pasien

melakukan posisi yang nyaman;mendorong penggunaan relaksasi atau

latihan nafas dalam,aktivitas terapeutik

R : meningkatkan relaksasi,memfokuskan kembali perhatian,dan dapat

meningkatkan kemampuan koping T : dorong menggunakan rendam

duduk,sabun hangat untuk perineu

Kolaborasi

5) masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase

R : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan

kelenjar

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

6) lakukan masase prostat

R : membantu dalam evakuasi dufkus kelenjar untuk menghilangkan

kongesti atau inflamasi. Kontra indikasi bila infeksi terjadi

7) berikan obat sesuai indikasi: narkotik,contoh epiridin (demerol)

R : diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi

mental dan fisik

8) antibacterial, contoh metenamin hipurat (hiprex)

R : menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius juga yang

dimasukkan melalui system drainase

9) antispamodik dan sedative kandung kemih contoh, flavoksat (urispas);

oksibutinin (ditropan)

R : menghilangkan kepekaan kandung kemih

c. Kekurangan Volume Cairan, Resiko Tinggi Terhadap

Factor risiko meliputi : pasca obstruksi dieresis dari drainase cepat kandung

kemih yangterlalu distensi secara kronis

Endoktrin, ketidakseimbangan elektrolit ( disfungsi ginjal )

Hasil yang diharapkan : mempertahankan dehidrasi adekuat dibuktikan oleh

tanda vital stabil, nadi feriper teraba, pengisian kapiler baik, dan membrane

mukosa lembab.

Intervensi

Mandiri

1) awasi keuaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan

keluaran 100-200 ml/jam.

R : diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan,

karena ketidak cukupan jumlah nutrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.

2) dorong peningkatan pemasukkan oralberdasarkan kebutuhan individu.

R : pasien dibatasi pemasukkan oral dalam upaya mengontrpl gejala

urinaria, homeostatik pengurangan cadangan dan peningkatan risiko

dehidrasi/hipovolemia.

3) awasi TD, nadi dengan sering, Evaluasi pengisian kapiler dan membrane

mukosa oral.

R : memampukan deteksi dini/intervensi hipovolemia sistemik

4) tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

R : menurunkan kerja jantung, memudahkan homeostasis sirkulasi.

Kolaborasi

5) awasi elektrolit, khususnya nutrium

R : bila pengumpulan cairan terkumpul dari area ekstraseluler, natrium

dapat mengikuti perpindahan, menyebakan hiponatremia.

6) berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.

R : menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk

mencegah/memperbaiki hipovolemia.

d. Ketakutan/Ansietas [Uraikan Tingkatan]

Dapat dihubungkan dengan : perubahan status kesehatan: kemungkinan

prosedur bedah/malignasi.

Malu/hilang martabat sehubungan dengan pemajanan genital sebelum, selama

dan sesudah tindakan; masalh tentang kemampuan seksualitas.

Hasil yang diharapkan : tampak rileks.menyatakan pengetahuan yang akurat

tentang situasi.menunjukkan rentang tepat tentangperasaan dan penurunan rasa

takut.melaporkan ansietasmenurun sampai tingkat dapat di tangani.

Intervensi

Mandiri

1) selalu ada untuk pasien.buat hubungan saling percayadengan pasien atau

orang terdekat.

R: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu.membantu dalam

diskusi tentang subjek sensitif.

2) berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan

terjadi.contoh kateter,urine berdarah,iritasi kandung kemih.ketahui seberapa

banyak informasi yang di inginkan pasien.

R : membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan .dan

mengurangi masalah karena ketidak tahuan. Termasuk ketakutan akan

kanker . namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat

meningkatkan ansietas .

3) pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur atau menerima

pasien .lindungi privasi pasien.

R : menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa amlupasien.

4) dorongpasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

R : mendifinisikan masalah,memberikan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan , memperjelas kesalahan konsep ,dan solusi pembedahan

masalah.

5) beri penguatan informasi pasien yang telah di berikan sebelumnya.

R : memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan

kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi.

e. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Tentang Kondisi,Prognosis, Dan

Kebutuhan Pengobatan

Dapat di hubungkan dengan : kurang terpajan atau mengingat ,salah interpretasi

informasi . tidak mengenal sumber informasi . masalah tentang area sensitif.

Kemungkinan di buktikan oleh : pertanyaan ,meminta informasi. Menyatakan

masalah atau indikator non verbal .tidak akurat mengikuti instruksi ,terjadinya

komplikasi yang dapat di cegah.

Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi pasien akan : menyatakan pemahaman

proses penyakit atau prognosis.mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala

proses penyakit. Melakukan perubahan pola hidup atau perilaku yang perlu.

Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi

Mandiri

1) kajiulang proses penyakit ,pengalaman pasien.

R : memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan

informasi terapi.

2) dorong menyatakan rasa takut atau perasaan dan perhatian .

R : membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitas

vital.

3) berikan informasi bahwa kondisi tidak di tularkan secara seksual.

R : mungkin merupakan ketakutan yang tak di bicarakan.

4) anjurkan menghindari makanan berbumbu,kopi,alcohol,mengemudikan

mobil lama ,pemasukan cairan lama,pemasukan cairan cepat (terutama

alcohol ) .

R : dapat menyebabkan iritasi prostat dengan masalah kongesti .peningkatan

tiba-tiba pada aliran urin dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN

kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria

akut.

5) bicarakan masalah seksual,contoh bahwa selama episode atau prostatitis ,

koitus di hindari tetapi mungkin membantu dalam pengobatan kondisi

kronis.

R : aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi

dapat memberikan suatu masase pada adanya penyakit kronis.

6) kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh urin keruh,

berbau; penurunan keluaran urin, ketidakmampuan untuk berkemih; adanya

demam/menggigil.

R: intervensi cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius.

7) Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan lain tentang

diagnosa.

R : menurunkan resiko terapi tak tepat, contoh penggunaan dekongestan,

antikolinergik, dan antidepresan meningkatkan retensi urin dan dapat

mencetuskan episode akut.

8) Beri penguatan pentingnya evaluasi medik untuk sedikitnya 6-12 bulan

termasuk pemeriksaan rektal, urinalisa.

R : hipertrofi berulang dan/atau infeksi (disebabkan oleh organisme sama

atau berbeda) tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk

mencegah komplikasi serius. ( Marilynn, E.D, 2000 ).

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:

Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nanda & NIC-NOC.2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnosa medis jilid 2.

Fakultas Kedokteran UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius.