laporan pendahuluan

153
Sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan, yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Jasa Konsultansi Nomor : 01/KONSUL/AIR-DPU/2014 Tanggal 23 Juli 2014, bersama kami ini sampaikan : LAPORAN PENDAHULUAN Laporan Pendahuluan ini berisikan latar belakang, gambaran umum wilayah Kota Jambi, pendekatan dan metodolgi pelaksanaan pekerjaan, program kerja, kulafikasi, tugas dan tanggung jawab personil serta pelaksanaan survey pendahuluan. Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan. Mengetahui : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Jambi, Agustus 2014 PT. MULTI STRUKTUR AROYA PADJERIOSNOP, ST. NIP. 19751116 200701 1 006 SUPRIADI IRWAN, ST. Team Leader i

Upload: muhammad-khofidul-qolbi

Post on 08-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) sangat dibutuhkan oleh tanaman (padi) dalam waktu, jumlah dan mutu yang tepat, jika tidak tanaman akan terganggu perkembangannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi tanaman.Pemberian air irigasi mulai dari upstream sampai dengan downstream memerlukan sarana dan prasarana irigasi, baik itu bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, bangunan ukur, bangunan pintu-pintu pengatur dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani. Bangunan sarana dan prasarana irigasi tersebut harus berfungsi secara optimal agar kontinuitas kebutuhan air yang diperlukan tanaman tetap terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman di areal persawahan tidak terganggu. Dengan demikian produksi tanaman padi di tingkat usaha tani dapat dipertahankan

TRANSCRIPT

Sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan, yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Jasa Konsultansi Nomor : 01/KONSUL/AIR-DPU/2014 Tanggal 23 Juli 2014, bersama kami ini sampaikan :

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan ini berisikan latar belakang, gambaran umum wilayah Kota Jambi, pendekatan dan metodolgi pelaksanaan pekerjaan, program kerja, kulafikasi, tugas dan tanggung jawab personil serta pelaksanaan survey pendahuluan.

Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan.

Mengetahui :

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)Jambi, Agustus 2014

PT. MULTI STRUKTUR AROYA

PADJERIOSNOP, ST.

NIP. 19751116 200701 1 006

SUPRIADI IRWAN, ST.

Team Leader

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

viBAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I 11.2 Maksud dan Tujuan

I 11.3 Sasaran I 21.4 Ruang Lingkup Pekerjaan I 2

1.5 Deskripsi Kegiatan

I 4 BAB 2KONDISI UMUM WILAYAH KOTA JAMBI 2.1 Kondisi Fisik Dasar

II 1

2.1.1 Letak Geografi dan Batas Administrasi

II 1

2.1.2 Kondisi Topografi II 32.1.3 Kondisi Kemiringan Lereng II 3

2.1.4 Kondisi Iklim dan Curah Hujan II 4

2.1.5 Kondisi Geologi dan Struktur Batuan II 5

2.1.6 Jenis dan Tekstur Tanah II 5

2.1.7 Daerah Aliran Sungai (DAS) II 6

2.1.8 Kondisi Hidrogeologi II 72.2 Data Kependudukan (Demografi) II 92.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

II 92.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin II 92.3 Sumberdaya Pertanian

II 102.3.1 Penggunaan Lahan Sawah di Wilayah Kota Jambi

II 102.3.2 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan & Hortikultura

II 10

2.3.2.1 Padi Sawah II 10

2.3.2.2 Tanaman Kacang Tanah II 11

2.3.2.3 Tanaman Jagung II 11

2.3.2.4 Tanaman Ubi Jalar II 11

2.3.2.5 Tanaman Kacang Panjang II 12BAB 3PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Strategi Pelaksanaan Pekerjaan

III 13.2 Pendekatan III 23.2.1 Pendekatan Inter-Relationship

III 2

3.2.2 Pendekatan Desain

III 33.2.3 Pendekatan Partisipasi Masyarakat

III 43.3 Metodologi III 43.3.1 Tahapan Persiapan & Review Hasil Identifikasi III 6

3.3.2 Tahapan Kegiatan Survey & Investigasi III 73.3.3 Penggambaran Hasil Pengukuran (Peta Situasi/Kondisi Eksisting)

III 24

3.3.4 Analisa Hidrologi

III 25

3.3.5 Perencanaan Teknis (Desain) Sistem Jaringan Irigasi

III 49

BAB 4PROGRAM KERJA

4.1 Umum

IV 14.2 Tahap Pekerjaan Pendahuluan

IV 14.3 Tahap Survey, Investigasi Lapangan dan Analisis Data

IV 34.4 Tahap Perencanaan Teknis (Desain)

IV 3

4.5 Tahap Penyusunan Laporan Utama

IV 5

4.6 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

IV 5

4.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

IV 6

BAB 5KUALIFIKASI TENAGA AHLI, TUGAS SERTA TANGGUNG JAWABNYA

5.1 Umum

V 15.2 Team Konsultan

V 15.3 Tugas, Tanggung Jawab dan Kualifikasi Personil

V 15.3.1 Team Leader

V 15.3.2 Tenaga Ahli Pemetaan

V 25.3.3 Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Pertanian

V 35.3.4 Tenaga Pendukung (Supporting Staffs)

V 4BAB 6 PELAKSANAAN SURVEY PENDAHULUAN6.1 Identifikasi Kondisi Umum Areal Pertanian di Lokasi Kegiatan

VI 16.2 Identifikasi Kondisi Potensi Lahan Pertanian

VI 2

6.2.1 Potensi Lahan Pencetakan Sawah Baru dan Lahan Optimasi VI 2

6.2.2 Potensi Sumber Air yang dapat dimanfaatkan VI 2

6.3 Identifikasi Kondisi Usaha Pertanian Masyarakat Lokasi Kegiatan

VI 3

6.3.1 Status Penguasan dan Pengelolaan Lahan VI 3

6.3.2 Sistem Budidaya Padi di Lahan Sawah VI 3

Tabel 2.1. Nama Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Masing-Masing II 1

Tabel 2.2. Ketinggian Wilayah Di Kota Jambi II 3

Tabel 2.3. Kemiringan Lereng Di Kota Jambi

II 4

Tabel 2.4. Keadaan Kecapatan Angin, Temperatur, Kelembaban Udara

Dan Penyinaran Matahari Dirinci Per Bulan Tahun 2012

II 5

Tabel 2.5. Tekstur Tanah Di Kota Jambi II 6

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kecamatan Tahun 2012 II 9

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 II 9

Tabel 2.8. Penggunaan Lahan Sawah di Wilayah Kota Jambi Tahun 2013 II 10

Tabel 2.9. Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman padi sawah II 10

Tabel 2.10. Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman kacang tanah II 11

Tabel 2.11. Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman jagung II 11

Tabel 2 .12.Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas

untuk tanaman ubi jalar II 12

Tabel 2.13. Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas

untuk tanaman kacang panjang II 12

Tabel 3.1. Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980) III 27

Tabel 3.2. Harga harga koefisien limpasan air hujan III 31

Tabel 3.3. Nomer Lengkung untuk Kelompok Tanah dengan Kondisi Hujan

Sebelumnya Tipe III dan Ia= 0.2S III 39

Tabel 3.4. Tingkat Infiltrasi III 40

Tabel 3.5. Faktor Perubahan Kelompok Tanah III 40

Tabel 3.6. Kondisi Hujan Sebelumnya dan Nomer Lengkung Untuk Ia = 0,2S III 41

Tabel 3.7. Koefisien Tanaman III 45

Tabel 3.8. Harga harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran saluran irigasi tanah III 54

Tabel 3.9. Kemiringan minimum talut untuk berbagai bahan tanah III 57

Tabel 3.10 Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan yang dipadatkan dengan baik III 58

Tabel 3.11. Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah

III 59

Tabel 3.12 Lebar Minimum Tanggul

III 59

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

IV 7

Tabel 4.2 Jadwal Penugasan Personil

IV 7

Tabel 4.2 Jadwal Penggunaan Peralatan

IV 7

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Jambi II 2Gambar 3.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi III 5Gambar 3.2 Konstruksi BM dan CP Yang Dibuat untuk Titik Referensi III 10Gambar 3.3 Pengukuran Jarak pada Daerah Mirin III 12Gambar 3.4 Pengukuran Sudut Jurusan III 12

Gambar 3.5 Pengamatan Azimuth Astronomis III 14

Gambar 3.6 Pengukuran Sipat Datar III 14

Gambar 3.7 Pengukuran Poligon III19

Gambar 3.8 Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Dalam III20

Gambar 3.9 Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Luar III20

Gambar 3.10 Diagram Alir Pekerjaan Survei Topografi III23

Gambar 3.11 Poligon Thiessen Daerah Aliran Sungai III26

Gambar 3.13 Metode Indeks ( III37

Gambar 3.14 Metode Horton III37

Gambar 3.15 Debit aliran dasar merata dari permulaan hujan sampai akhir dari hidrograf satuan III38

Gambar 3.16 Debit aliran dasar merata dari permulaan hujan sampai titik akhir dari hidrograf satuan III38

Gambar 3.17 Debit aliran dasar terbagi menjadi dua bagian III38

Gambar 3.18 Sketsa penentuan WF III42

Gambar 3.19 Sketsa penentuan RUA III42

Gambar 3.20 Hidrograf Satuan III43

Gambar 3.21 Parameter potongan melintang III52

Gambar 3.22 Kecepatan kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS) III54

Gambar 3.23 Faktor faktor koreksi terhadap kecepatan dasar (SCS) III55

Gambar 3.24 Bidang gelincir pada tebing saluran III61

Gambar 3.25 Sempadan saluran irigasi tak bertanggul III62

Gambar 3.26 Sempadan saluran irigasi di lereng III63

Gambar 3.27 Potongan Melintang Saluran Gendong dan Saluran Irigasi III64

Gambar 3.28 Tinggi Bangunan sadap tersier yang diperlukan III66

Gambar 3.29 Denah dan tipe potongan melintang sipatan III71

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan IV6

Gambar 6.1 Kondisi Umum Areal Pertanian VI1

Gambar 6.2 Kondisi Lahan Potensial VI2

Gambar 6.3 Kondisi Sumber Air VI3

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) sangat dibutuhkan oleh tanaman (padi) dalam waktu, jumlah dan mutu yang tepat, jika tidak tanaman akan terganggu perkembangannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi tanaman.

Pemberian air irigasi mulai dari upstream sampai dengan downstream memerlukan sarana dan prasarana irigasi, baik itu bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, bangunan ukur, bangunan pintu-pintu pengatur dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani. Bangunan sarana dan prasarana irigasi tersebut harus berfungsi secara optimal agar kontinuitas kebutuhan air yang diperlukan tanaman tetap terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman di areal persawahan tidak terganggu. Dengan demikian produksi tanaman padi di tingkat usaha tani dapat dipertahankan

Sebagai salah satu wujud upaya Pemerintah dalam memenuhi akan kebutuhan tersebut diatas, Pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi telah mencanangkan rencana pembangunan sistem jaringan irigasi khususnya di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Sebelum dilaksanakannya kegiatan konstruksi pembangunan sistem jaringan irigasi ini, tentunya terlebih dahulu perlu dilakukannya kegiatan survey dan investigasi terhadap Daerah Irigasi di wilayah kedua kecamatan tersebut. Kegiatan ini adalah merupakan tahap awal dengan tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan sebuah dokumen rancangan teknis (draft desain) sistem jaringan irigasi, yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau patokan dalam pelaksanaan fisik konstruksi di lapangan nantinya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui gambaran yang pasti tentang kondisi fisik daerah irigasi pada wilayah kegiatan, baik jenis vegatasi maupun sumber air yang ada di sekitar lokasi pekerjaan yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi areal pertanian.

Untuk mengetahui luasan yang pasti (terukur/definitive) serta untuk mengetahui bentuk topografi dari lahan/areal daerah irigasi sebagai daerah sasaran kegiatan.

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi serta budaya masyarakat petani di daerah sasaran.

Untuk menghasilkan rancangan teknis (desain) sistem jaringan irigasi pada Daerah Irigasi di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan Kota Jambi sebagai daerah sasaran kegiatan.Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan dokumen rancangan teknis (desain) sistem jaringan irigasi pada Daerah Irigasi di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau patokan dalam pelaksanaan fisik konstruksi di lapangan nantinya.1.3. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dilaksanakannya pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi adalah tergambarkannya kondisi aktual Daerah Irigasi di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, serta dihasilkannya produk desain jaringan irigasi (saluran pembawa dan pembuang, bangunan utama serta bangunan pelengkap) yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan fisik konstruksi. 1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi, secara garis besar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:1) Pekerjaan Survey dan Investigasi Lapangan

Merupakan rangkaian kegiatan survey dan investigasi di lokasi pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh data-data atau informasi penting yang diperlukan pada tahap analisis dan tahap proses perencanaan teknis (desain) jaringan irigasi (saluran irigasi, bangunan utama dan bangunan pelengkap) sesuai dengan kebutuhannya. Data atau informasi tersebut diantaranya sebagai berikut :

Sumber air yang akan mendukung dalam pengelolaan lahan pertanian/sawah baru dan pengembangan lebih lanjut. Kondisi topografi yang meliputi ketinggian kontur tanah, kemiringan lereng, dan jenis vegetasi lahan (hutan berat, hutan ringan, semak belukar dll) Kondisi drainase alam dan jaringan irigasi yang telah ada (jumlah, bentuk dan kondisinya). Kondisi jenis lahan (tadah hujan, pasang surut, lahan irigasi, tegalan dan sebaginya). Kondisi sarana dan prasarana penunjang lainnya yang telah dibangun.2) Pekerjaan Analisa dan Pengolahan Data

Merupakan rangkaian kegiatan analisis dan pengolahan data, berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada kegiatan survey dan investigasi lapangan. Data-data tersebut menjadi parameter-parameter penting, yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian serta analisis dalam menentukan konsep desain jaringan irigasi sesuai dengan kondisi karakteristik daerah irigasi yang ada di lapangan. 3) Pekerjaan Perencanaan Teknis (Desain) Jaringan Irigasi

Merupakan rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan teknis (desain) jaringan irigasi, berdasarkan parameter-parameter penting yang telah dihasikan pada proses anaisa dan pengolahan data.

Rencana pencetakan sawah, diterapkan di daerah survey dengan memperhatikan peruntukan lahan, batas lahan (sungai, bukit, rawa dll), batas jenis vegetasi, batas kampung, desa, kebun yang ada dan lain-lain. Lingkup kegiatan perencanaan teknis (desain) jaringan irigasi berikut : Pembuatan peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000; Pembuatan peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-garis ketinggian pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit;

Pembuatan profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau skala 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);

Pembuatan potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan; Pembuatan deskripsi lokasi titik tetap/benchmark dan titik center point; Perencanaan hidrolis saluran pembawa dan saluran pembuang Perencanaan hidrolis dan struktur bangunan utama/bangunan intake dan bangunan pelengkap (bangunan sadap, bagi, gorong-gorong, talang, dll) Pembuatan gambar desain saluran dan bangunan berdasarkan hasil perencanaan tersebut diatas dengan skala yang disesuaikan dengan kebutuhannya.1.5. Deskripsi KegiatanNama Pekerjaan : Survey Investigasi Daerah Rawa Danau Teluk dan Pelayangan Pelaksana Pekerjaan: PT. MULTI STRUKTUR AROYANo. Kontrak Pekerjaan: 01/KONSUL/AIR-DPU/2014 Tanggal 13 Juli 2014 Pemilik Pekerjaan: Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi Bidang Pengairan Sumber Dana : APBD Kota Jambi TA. 2014

2.1. Kondisi Fisik Dasar 2.2.1 Letak Geografi dan Batas AdministrasiLuas Kota Jambi 205,38 km, dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut antara 10 sampai dengan 60 meter. Secara geografis terletak pada koordinat antara 01o 30 2,98 LS sampai dengan 01o401,07 LS, dan antara 103o 40 1,67 BT sampai dengan 103o 40 0,22 BT.Secara administrasi wilayah Kota Jambi berbatasan langsung dengan daerah di sekitarnya yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara:berbatasan dengan Kecamatan Sekernan Kab Muara Jambi.

Sebelah Selatan:berbatasan dengan Kecamatan Mestong Kab.Muara Jambi.

Sebelah Barat:berbatasan dengan Kec.Jambi Luar Kota Kab.Muara Jambi.

Sebelah Timur:berbatasan dengan Kecamatan Kumpeh Ulu Kab.Muara Jambi.

Wilayah Kota Jambi meliputi 8 (delapan) Kecamatan dan 64 (enam puluh empat) kelurahan dengan luas masing-masing wilayah tertera dalam tabel 2.1 dibawah ini.Tabel 2.1Nama Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Masing-Masing

No.KecamatanJumlah KelurahanLuas Wilayah (Km2)

1Kota Baru10338

2Jambi Selatan8320

3Jelutung7233

4Padar Jambi458

5Telanaipura11275

6Danau Teluk 543

7Pelayangan 646

8Jambi Timur10221

Jumlah641.516

Sumber : Kota Jambi Dalam Angka; BPS Prov. Jambi Th 2013

2.2.2 Kondisi TopografiKondisi topografi di Kota Jambi pada umumnya berbentuk dataran sampai bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 0 60 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah yang mempunyai ketinggian antara 0 10 meter dpl sebagain besar terdapat di Kecamatan Pelayangan seluas 3.001 hektar atau sekitar 14,61 % dari luas wilayah keseluruhan. Ketinggian wilayah 10 20 meter dpl menempati areal seluas 5.259 hektar atau sekitar 25,61 % dari luas wilayah keseluruhan. Ketinggian wilayah antara 10 20 meter dpl pada umumnya tersebar di tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Telanaipura (1.748 ha), Danau Teluk (1.017 ha) dan Jambi Timur (1.343 ha). Ketinggian wilayah lebih dari 50 meter dpl hanya terdapat di Kecamatan Kota Baru. Selengkapnya kondisi ketinggian wilayah Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini.Tabel 2.2.Ketinggian Wilayah Di Kota Jambi

Sumber : Data Pokok Pembangunan Daerah Kota Jambi2.2.3 Kondisi Kemiringan LerengBerdasarkan data tahun 1998 tercatat bahwa sebagian besar wilayah Kota Jambi mempunyai kemiringan lereng antara 0-2 % yaitu seluas 11.326 hektar atau sekitar 55,15 % dari luas wilayah keseluruhan Kota Jambi. Wilayah dengan kemiringan 2 - 8% seluas 5.349 hektar (26,04 %), kemiringan 8-15 % seluas 2.732 hektar (13,30 %).

Jika dilihat penyebarannya pada masing-masing kecamatan, kemiringan lereng 0 - 2 % tersebar di seluruh kecamatan, sebagian terdapat di Kecamatan Jambi Selatan dan Telanaipura yaitu masing-masing seluas 2.668 hektar dan 2.433 hektar. Kemiringan lereng 2-8 % tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Kota Baru seluas 4.168 hektar, di Kecamatan Jambi Selatan seluas 629 hektar, Kecamatan Jelutung seluas 401 hektar, Kecamatan Pasar Jambi seluas 40 hektar dan Kecamatan Telanaipura seluas 111 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut ini.Tabel 2.3. Kemiringan Lereng Di Kota Jambi

Sumber : Data Pokok Pembangunan Kota Jambi2.2.4 Kondisi Iklim dan Curah HujanSelama tahun 2012 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar antara 26,40C sampai dengan 27,50C. Deangan suhu maksimum 32,70C yang terjadi pada bulan September dan Oktober dan suhu minimum 22,90C terjadi pada bulan Maret dan bulan Agustus.Curah hujan di Kota Jambi selama tahun 2012 beragam antara 53 mm sampai dengan 277 mm, dengan jumlah hari hujan antara 3 sampai dengan 27 hari per bulannya.

Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 13 knots hingga 22 knots. Sedangkan rata-rata kelembaban udara berkisar antara 77% hingga 85%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4. yang terlampir dihalaman berikutnyai.Tabel 2.4.Keadaan Kecapatan Angin, Temperatur, Kelembaban Udara

Dan Penyinaran Matahari Dirinci Per Bulan Tahun 2012

Sumber : BPS Prov. Jambi; Kota Jambi Dalam Angka Tahun 20122.2.5 Kondisi Geologi dan Struktur BatuanDilihat dari struktur bantuan, pada umumnya wilayah Kota Jambi terbentuk dari struktur batuan endapan permukaan, batuan sedimen umur miosen dan batuan sedimen umur pliosen. Struktur batuan endapan permukaan pada umumnya tersebar di sebelah Utara Sungai Batanghari, meliputi Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Sedang batuan sedimen umur miosen tersebar di sebelah Barat wilayah Kota Jambi meliputi Kecamatan Kota Baru.2.2.6 Jenis dan Tekstur TanahJenis tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam empat jenis tanah yaitu jenis tanah Gleisol Hidrik, Podsolik Gleiik, Alluvial dan Podsolik. Dari keempat jenis tanah tersebut, yang paling dominan adalah jenis tanah podsolik yaitu seluas 10.082 hektar, sedangkan jenis tanah lainnya yaitu tanah alluvial, tanah gleisol hidrik dan jenis tanah podsolik gleik masing-masing seluas 9.600 hektar, 796 hektar dan 60 hektar. Penyebarannya, jenis tanah podsolik pada umumnya tersebar di Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, Jelutung dan Jambi Selatan. Jenis tanah alluvial umumnya terdapat di daerah dataran seperti di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan.

Tekstur tanah adalah gambaran perbandingan antara pembentuk tanah, yaitu fraksikot, debu dan pasir. Pembentukan tanah terjadi karena adanya pelapukan mekanik, pelapukan kimia dan pelapukan organisme. Akibat proses pelapukan tersebut, maka terjadi macam-macam kelas tekstur tanah, penggolongan tekstur tanah tersebut meliputi tekstur halus, tekstur sedang dan tekstur kasar. Komposisi ini menentukan kualitas fisik kawasan.

Tekstur tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam jenis halus, sedang dan kasar. Tanah dengan tekstur halus menempati areal seluas 3.579 hektar atau sekitar 17,43 % dari luas wilayah keseluruhan, tekstur sedang seluas 15.381 hektar atau seluas 74,89 % dan tekstur kasar seluas 488 hektar atau seluas 2,38 % dari luas wilayah keseluruhan Kota Jambi. Untuk lebih jelas tekstur tanah di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.5.dibawah ini.Tabel 2.5.

Tekstur Tanah Di Kota JambiNO.KECAMATANKELAS TEKSTUR (Ha)Danau/SungaiLuas (Ha)

HalusAgak HalusSedangAgak KasarKasar

1Kota Baru65-7.603-40707.773

2Jambi Selatan65-3.296-17293.407

3Jelutung36-711-2621792

4Pasar Jambi23-300-3346402

5Telanaipura211-2.330-1913083.039

6Danau Teluk1.377----1931,575

7Pelayangan1.259----2341.529

8Jambi Timur507-1.141-1831902.021

Jumlah3.579-15.381-4881.09120.538

Persentase (%)17,43-74,89-2,385,31100

Sumber : Data Pokok Pembangunan Kota Jambi2.2.7 Daerah Aliran Sungai (DAS)Kota Jambi dibelah oleh Sungai Batanghari menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu bagian selatan dan bagian utara. Bagian selatan merupakan bagian terbesar wilayah Kota Jambi dimana di wilayah bagian selatan ini sedikitnya terdapat 5 (lima) buah anak Sungai Batanghari, yaitu :

1.Sungai Kenali Besar

Sungai ini melewati Kecamatan Kotabaru dan Kecamatan Telanaipura, kemudian masuk kedalam Danau Kenali terus ke Danau Sipin dan akhirnya bermuara ke Sungai Batanghari.2.Sungai Kambang

Daerah pengaliran Sungai Kambang meliputi sebagian Kelurahan Simpang III Sipin di Kecamatan Kotabaru dan Kelurahan Simpang IV Sipin.

3.Sungai Asam

Daerah pengaliran Sungai Asam meliputi Kecamatan Kota Baru (yaitu meliputi sebagian Kelurahan Kenali Asam Bawah, sebagian Kelurahan Kenali Asam Atas, Kelurahan Sukakarya, Kelurahan Simpang III Sipin dan Kelurahan Paal Lima), Kecamatan Jelutung (yaitu meliputi Kelurahan Jelutung, Kelurahan Lebak Bandung dan Kelurahan Cempaka Putih), Kecamatan Pasar Jambi (meliputi Kelurahan Beringin dan Kelurahan Orang Kayo Hitam).

4.Sungai Tembuku

Daerah pengaliran Sungai tembuku meliputi sebagian Kecamatan The Hok, Kelurahan Tambak Sari, sebagian Kelurahan Kebon Handil, Kelurahan Jelutung, sebagian Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Talang Jauh, sebagian Kelurahan Sulanjana, Kelurahan Rajawali dan Kelurahan Kasang.

5.Sungai Selincah

Daerah pengaliran Sungai Selincah meliputi Kelurahan Talang Bakung dan Kelurahan Sejinjang.

Sungai Batanghari selain berfungsi hidrologis juga berfungsi sebagai prasarana transportasi dan penunjang kegiatan ekonomi masyarakat serta sebagai sumber air baku untuk air minum. Sedangkan danau yang ada di Kota Jambi antara lain adalah Danau Sipin, Danau Teluk, Danau Penyengat dan Danau Kiambang.2.2.8 Kondisi HidrogeologiKota Jambi dan sekitarnya sebagian besar merupakan dataran yang tertutup oleh endapan alluvial sungai. Pada daerah perbukitan dan beberapa tempat dataran, tersingkap batuan dasar yang berumur tersier. Kota Jambi terletak pada daerah yang potensi air tanahnya relatif kecil dengan pengeboran air di daerah ini menunjukkan bahwa akifer produktif dijumpai pada kedalaman lebih dari 100 m.

a.Mata Air

Berdasarkan data sekunder dan peninjauan lapangan, diketahui di wilayah Kota Jambi tidak dijumpai mata air. Hal ini disebabkan oleh kondisi geologi dan topografinya yang tidak mendukung terjadinya mata air.

b.Air TanahBerdasarkan hasil pengamatan terhadap sumur gali maupun sumur bor yang ada, diketahui kondisi air tanah bebas pada sumur-sumur gali yang dijumpai pada jarak 1 2 km di kiri-kanan Sungai Batanghari, muka air tanah bebasnya relatif dangkal (berkisar 1 5). Hal ini disebabkan sumur-sumur tersebut terletak pada dataran banjir atau bekas dataran banjir, yang terdiri dari endapan aluvial serta umumnya memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, sehingga kemungkinan untuk terdapatnya air tanah dangkal cukup besar. Daerah-daerah yang berada disekitar Danau Sipin dan Danau Teluk mempunyai potensi air tanah bebas cukup besar yang berasal dari peresapan air danau. Selain itu kedudukan muka air tanahnya cukup dangkal berkisar 1 2 m. Besarnya fluktuasi muka air danau secara pasti belum diketahui, tetapi dari beberapa informasi penduduk dan pengamatan dilapangan fluktuasi berkisar 1 - 5 m. Ke arah selatan, timur dan barat potensi air tanah bebas semakin berkurang dengan kecenderungan muka air tanah bebas juga semakin dalam berkisar 7 17 m. Sementara potensi air tanah dalamnya terdapat setempat-setempat dengan penyebaran akifer menerus kearah lateral dan kedudukannya dangkal.

c.Air Permukaan

Sungai Batanghari merupakan sungai utama yang mengalir melewati Kota Jambi. Mengalir kurang lebih sepanjang 500 km, mulai dari pegunungan Bukit Barisan di Propinsi Sumatera Barat melewati Kota Jambi dan bermuara di Selat Berhala. Berdasarkan data (dari Master Plan PDAM Tirta Mayang), diketahui luas DAS Batanghari sekitar 37.500 km2 yang meliputi sebagian dari Propinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi. Kondisi geologi DAS Batanghari secara litologi batuan yang terdiri dari sedimen lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, lanau dan lempung) hasil gunung api (lava, lahar, tufa, dan breksi), batu gamping atau dolomit, sedimen padu (tak terbedakan) dan batuan beku atau metamorfosa. Struktur geologi yang utama berupa sesar semangko (yang memanjang disepanjang Pulau Sumatera atau Pegunungan Bukit Barisan); dijumpai dibagian atas DAS Batanghari yang juga merupakan garis pemisah utama air permukaan antara sungai-sungai yang bermuara ke Pantai Timur Sumatera.

Berdasarkan pada besarnya DAS Batanghari serta curah hujan tahunan rata-rata 2.000 - 2.500 mm dan curah hujan bulanan rata-rata 150 - 300 mm yang hampir merata di seluruh DAS Batanghari, menjadikan Sungai Batanghari merupakan sumber air permukaan yang sangat potensial bagi daerah alirannya khususnya Kota Jambi dan sekitarnya yang berada pada bagian hilir. Dari data hasil pengukuran debit harian Sungai Batanghari dari tahun 1981 1991 diketahui bahwa variasi rata-rata debit harian berkisar antara 1.000 5.000 m3/dt.2.2. Data Kependudukan (Demografi)2.2.1 Jumlah dan Kepadatan PendudukPerkembangan penduduk Kota Jambi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sesuai dengan funginya sebagai ibu kota Provinsi Jambi. Perkembangan penduduk selain disebabkan oleh pertumbuhan alami juga disebabkan oleh arus migran dari beberapa daerah dalam Kota Jambi bahkan dari luar Provinsi Jambi. Data Kependudukan berdasarkan data yang disajikan oleh BPS Kota Jambi sampai tahun 2012, jumlah penduduk Kota Jambi berjumlah 532.881 Jiwa.

Kepadatan penduduk per Km2 menurut kecamatan pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.6. dibawah ini.Tabel 2.6.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kecamatan Tahun 2012No.KecamatanLuas Wilayah

(Km2)Jumlah Penduduk (Jiwa)Kepadatan Penduduk Per Km2

1Kota Baru 77,78 150.7201.837,77

2Jambi Selatan 34,07 131.9773.837,70

3Jelutung 7,92 61.9037.816,04

4Pasar Jambi 4,02 12.8253.190,30

5Telanaipura 30,39 95.2573.134,48

6Danau Teluk 15,70 12.041786,94

7Pelayangan 15,29 13.173861,54

8Jambi Timur 20,21 79.3193.924,74

Jumlah 205,38 557.2152.713,09

Sumber : Kota Jambi Dalam Angka Tahun 20122.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Berdasarkan Jenis KelaminJumlah penduduk Kota Jambi menurut kecamatan berdasarkan jenis kelamin beserta rasionya dapat dilihat pada tabel 2.7. dibawah ini.Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012No.KecamatanJumlah Penduduk Jumlah laki-Laki dan PerempuanRatio Jenis Kelamin

Laki-LakiPerempuan

1Kota Baru76.70374.017150.720103,53

2Jambi Selatan66.22365.754131.977100,71

3Jelutung30.89731.00661.90399.65

4Pasar Jambi6.2356.59012.82594.61

5Telanaipura47.33847.91995.25798,79

6Danau Teluk5.9616.06012.04198,04

7Pelayangan6.8216.35213.173107,38

8Jambi Timur39.94339.37679.319101,09

Jumlah280.121277.0942.713,09101,09

Sumber : Kota Jambi Dalam Angka Tahun 20122.3. Sumberdaya Pertanian2.3.1 Penggunaan Lahan Sawah di Wilayah Kota JambiDari 8 (delapan) kecamatan dalam wilayah Kota Jambi, hanya terdapat 5 (lima) kecamatan yang memiliki wilayah daerah pertanian yaitu Kecamatan Jambi Selatan, Kecamatan Telanaipura, Kecamatan Danau Teluk, Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Jambi Timur. Tabel 2.8.

Penggunaan Lahan Sawah di Wilayah Kota Jambi Tahun 2013No.KecamatanLebak Dangkal

(Ha)Sawah yang diusahakan

(Ha)Sawah yang sementara tidak diusahakan

(Ha)Jumlah

Lahan Sawah

(Ha)

1Jambi Selatan91256691

2Telanaipura232232-232

3Danau Teluk *545545-545

4Pelayangan *425425-425

5Jambi Timur383383-383

Jumlah1.6761.610661.676

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan2.3.2 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan & Hortikultura2.3.2.1 Padi Sawah

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman padi sawah dalam tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.8. dibawah ini.

Tabel 2.9.

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman padi sawah No.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Harga Jual(GKB)

Harga/Kg (Rp.)Jumlah Harga(Rp.)

1Jambi Selatan101036,0836,086.000216.480

2Telanaipura2302301.278,8055,606.0007.672.800

3Danau Teluk *5406634.013,1460,536.00024.078.830

4Pelayangan *3695322.983,4656,086.00017.900.740

5Jambi Timur2482471.266,6251,286.0007.599.700

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan

2.3.2.2 Tanaman Kacang Tanah

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman kacang tanah dalam tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.10. dibawah ini.

Tabel 2.10.

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi & jumlah produktivitas untuk tanaman kacang tanahNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Harga Jual(GKB)

Harga/Kg (Rp.)Jumlah Harga

(Rp.)

1Kota Baru121342,253,256.500274.630

2Telanaipura1615,062,516.50097.890

3Pelayangan *101026,702,676.500173.550

4Jambi Timur8610,681,786.50069.420

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan2.3.2.3 Tanaman Jagung

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman jagung dalam tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.11. dibawah ini.

Tabel 2.11.

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman jagungNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Harga Jual

Harga/Kg (Rp.)Jumlah Harga

(Rp.)

1Kota Baru182173,083,482.000146.160

2Jambi Selatan151345,243,482.00090.480

3Telanaipura13928,173,132.00056.340

4Pelayangan *131236,543,052.00073.080

5Jambi Timur161442,633,052.00085.260

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan2.3.2.4 Tanaman Ubi Jalar

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman ubi jalar dalam tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.12. dihalaman berikutnya.

Tabel 2.12.

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman ubi jalarNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Harga Jual

Harga/Kg (Rp.)Jumlah Harga

(Rp.)

1Kota Baru7544,158,832.00068.300

2Jambi Selatan3215,807,502.00031.600

3Telanaipura2653,038,842.000106.070

4Pelayangan *2217,008,502.00073.080

5Jambi Timur10969,377,712.000138.740

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan2.3.2.5 Tanaman Kacang Panjang

Luas penanaman, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman kacang panjang dalam tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.13. dibawah ini.

Tabel 2.13.

Luas Tanam, luas panen, jumlah produksi dan jumlah produktivitas untuk tanaman kacang panjangNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Harga Jual

Harga/Kg (Rp.)Jumlah Harga

(Rp.)

1Kota Baru1939390,0010,005.0001.950.000

2Jambi Selatan1882861,0010,505.0004.305.000

3Telanaipura510100,0010,005.000500.000

4Danau Teluk *5990,0010,00--

5Pelayangan *1215150,0010,005.000750.080

6Jambi Timur816200,0012,505.0001000.000

Sumber : Potensi Lahan Kota Jambi Th. 2013; Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi

Keterangan : Tanda * adalah daerah kegiatan

3.1. Strategi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Penyusunan Program Kerja

Ada dua kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh PT. MULTI STRUKTUR AROYA terkait dengan pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan ini yaitu :

1.Penyusunan jadual program secara umum dan rinci dari tiap-tiap komponen pekerjaan; dan

2. Mempersiapkan strategi implementasi dari setiap komponen pekerjaan.

b. Penyiapan Organisasi

Penyiapan organisasi tim pelaksana pekerjaan (Tenaga Ahli, Sub Profesional, dan Tenaga Pendukung), maka tahap awal PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan melakukan mobilisasi dan konsolidasi tim sesuai dengan kualifikasi yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

c. Koordinasi

Untuk mencapai sasaran dari pekerjaan ini, PT. MULTI STRUKTUR AROYA setidaknya harus melakukan koordinasi vertikal secara intensif selama penyelesaian pekerjaan dengan tim direksi pekerjaan serta stakeholder terkait lainnya;

d. Implementasi

Strategi implementasi sangatlah penting untuk mencapai pelaksanaan pekerjaan yang sukses dan lancar. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan, PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan menyiapkan strategi pelaksanaan yang dapat dijalankan dengan efektif dan efisien, untuk memastikan sistem pelaksanaan yang berkualitas (Quality Management System): (a) Control of documents; (c) Control of records; (c) costumer focus; (d) quality objective; (e) Responsibility, authority and communication;

e. Kontrol

Guna mencapai sasaran pekerjaan yang berkualitas dan tepat waktu, PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan melakukan kontrol terhadap kinerja personil tim secara berkala dengan menggunakan: (a) master schedule pelaksanaan pekerjaan; (b) Jadwal kerja tiap-tiap kegiatan; (c) Ketergantungan/keterkaitan antar kegiatan; (d) Quality control setiap produk berdasarkan kontrak kerja dan KAK;

f. Monitoring Dan Evaluasi

Melalui monitoring dan evaluasi, PT. MULTI STRUKTUR AROYA dapat mengetahui apakah kegiatan berjalan sesuai program kerja, bagaimana komponen-komponen kegiatan dilaksanakan, apakah pekerjaan dan hasilnya sesuai dengan harapan, dan bagaimana mengatasi masalah. Informasi yang dikumpulkan melalui monitoring berkala dan evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki implementasi kegiatan berikutnya.

3.2. Pendekatan

Pendekatan yang akan diterapkan oleh PT. MULTI STRUKTUR AROYA dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sebagai berikut :

3.2.1 Pendekatan Inter- Relationship

Pendekatan ini mengutamakan aplikasi dari pengetahuan, keterampilan, penggunaan alat, dan usaha teknis dalam memberikan solusi terhadap berbagai keterbatasan teknis yang ditemui, mulai dari Tahap survey dan investigasi hingga Tahap Perencanaan Teknis (desain). Dalam implementasinya, sangat diperlukan inter-relationship yang kuat antar berbagai pihak yang terlibat, seperti koordinasi terhadap solusi pemecahan masalah yang terjadi dilapangan, dan lain sebagainya.

Beberapa faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan sebagai berikut :

Team Leader yang berkompentensi: PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan menugaskan Team Leader yang memiliki keahlian dan berpengalaman dalam pekerjaan survey, investigasi dan desain perluasan sawah;

Dukungan Top Management : Komitmen dari top management dari PT. MULTI STRUKTUR AROYA untuk melaksanakan pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan, seperti apa yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja; Team yang berkompetensi : PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan menugaskan tenaga professional (3 orang) dan sub professional (2 orang) yang memiliki kemampuan dan pengalaman sesuai dengan keahlian masing-masing dalam pelaksanaan Survey Investigasi Daerah Irigasi termasuk perencanaan prasarana pendukung dalam bidang pengairan, sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja. Mereka memahami dengan baik standar dan prosedur, peraturan teknis, dan norma-norma lokal untuk pelaksanaan pembangunan prasarna dan sarana di bidang pertanian tanaman pangan; Ketersediaan Sumber Daya yang Cukup : Sumber daya dalam bentuk personil logistik, dan sebagainya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan pekerjaan (kuantitas dan kualitas);

Ketersediaan Informasi : PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan secara terus menerus memastikan bahwa tersedianya informasi yang cukup sesuasi sasaran pekerjaan, status, perubahan yang terjadi, kondisi organisasi pelaksana pekerjaan, dan pihak pemilik pekerjaan Mekanisme Kontrol : PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan secara terus menerus memonitor kemajuan kegiatan dan secepatnya mengidentifikasi apabila terjadi penyimpangan dari rencana;

Kemampuan Evaluasi : diharapkan suatu inter-relationship yang baik antar seluruh pihak terkait dalam peninjauan ulang status pekerjaan, dan menyediakan koreksi dan solusi;

Kemampuan dalam merespon clients (Pokja Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi Bidang Pengairan) : PT. MULTI STRUKTUR AROYA memberi perhatian penuh dan menjaga perkembangan terbaru dari status pekerjaan;

Mekanisme Penanganan Masalah : PT. MULTI STRUKTUR AROYA akan secara terus menerus mengembangkan sistem atau prosedur penanganan masalah yang muncul, dengan mengali akar permasalahan dan penyebab utama permasalahan tersebut.

3.2.2 Pendekatan Desain

Pendekatan desain dimaksudkan untuk memenuhi/mengacu kepada standar-standar teknis perencanaan prasarana jaringan irigasi yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dan lainnya, seperti: pembakuan dan kelengkapan komponen pengelolaan jaringan irigasi, serta pembakuan lain yang mengikat. Di samping itu, perlunya penyelarasan dengan peraturan daerah terkait yang berlaku. Berdasarkan input-input diatas, tim konsultan dapat menerapkan standar desain yang sejalan dengan standar-standar teknis, aspirasi masyarakat setempat, dan peraturan daerah yang berlaku.

Peraturan-peraturan untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain meliputi :

a. UU No.41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

b. PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

c. UU Nomor 23/1997 Tentang Lingkungan Hidup

d. Peraturan Pemerintah Nomor 16/2004 Tentang Penatagunaan Tanah

e. Peraturan Pemerintah Nomor 22/1982 Tentang Tata Pengaturan Airf. Kriteria Perencanaan (KP) Jaringan Irigasai yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Airg. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

h. UU dan PP terkait lainnya.3.2.3 Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Pendekatan partisipasi masyarakat merupakan ciri khusus dalam pelaksanaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan ini, yang menjadi nilai tambah bagi kegiatan ini. Dalam pelaksanaannya, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat setempat sebagai key informan di lokasi perencanaan, seperti pelibatan masyarakat untuk mendapatkan informasi sumber-sumber irigasi yang berpotensi. Diharapkan melalui pendekatan ini, akan mendorong penguatan peran masyarakarat dalam tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan, sekaligus dapat menimbulkan rasa memiliki dan adanya kepentingan bersama (common interest). Pencapaiannya dilakukan melalui perumusan mekanisme partisipasi yang tepat, sesuai dengan nilai-nilai dan karakter masyarakat setempat, serta meminimalkan faktor-faktor penghambat yang ada.

3.3. Metodologi

Metodologi disusun berdasarkan suatu kerangka berpikir logik (logical framework) yang terdiri dari serangkaian tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan secara konsisten dan sistematik, serta sejalan dengan Kerangka Acuan Kerja pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1 di halaman berikut ini.Gambar 3.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi

3.3.1. Tahapan Persiapan & Review Hasil Identifikasi

Pada kegiatan persiapan ini terbagi menjadi beberapa kegiatan, antara lain:

a. Kegiatan Persiapan AdministrasiKegiatan persiapan ini sangatlah penting atau perlu dilaksanakan agar di dalam melakukan kegiatan selanjutnya benar benar mantap dan terarah. Tanpa adanya kegiatan persiapan administrasi ini maka semua pekerjaan yang kita laksanakan tidak akan terkondisi dengan baik tidak selaras, sinkron dengan kegiatan yang lainnya.

Dalam melakukan kegiatan persiapan administrasi tersebut ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah:

Persiapan surat menyurat dengan Kantor Pelaksanaan kegiatan maupun dengan instansi lain yang terkait.

Persiapan peralatan yang akan dipergunakan.

Persiapan personil baik itu tenaga ahli maupun tenaga pendukung.

Persiapan mencari kantor dan peralatan kantor.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Dalam tahapan ini konsultan mengumpulkan hasil studi terdahulu, perencanaan, data-data maupun laporan-laporan yang berhubungan dengan pekerjaan SID tersebut. Data-data tersebut akan digunakan sebagai data sekunder yang akan membatu konsultan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilaksanakan dengan tepat waktu. Data data sekunder tersebut meliputi :

Data hasil studi terdahulu

Peta peta yang ada

Data data lain yang akan menunjang dalam pelaksanaan desain.

c. Persiapan Survei meliputi:

Penyusunan program kerja.

Pembuatan peta kerja.

Menyiapkan peralatan lapangan.

Menyiapkan perlengkapan survei.

d. Survey Pendahuluan dan Review Hasil Identifikasi

Survey pendahuluan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi daerah lokasi kegiatan dengan benar sehingga dapat melaksanakan rencana kerja yang telah disusun secara seksama. Didalam survey pendahuluan ini juga akan dilakukan sosialisasi terhadap pihak-pihak yang tekait/stake holders di tingkat kabupaten/Kota dan masyarakat di sekitar daerah lokasi pekerjaan. Di dalam survey pendahuluan tim konsultan akan mengadakan wawancara langsung dengan stake holders/petugas lapangan (PPL) atau penduduk setempat mengenai permasalahan yang ada serta latar belakang permasalahan yang terjadi, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari studi terdahulu. Informasi ini juga sangat penting untuk dikaji lebih lanjut agar pekerjaan desain yang dilakukan dapat mengenai sasaran yang akan dicapai. Dari hasil survey pendahuluan Konsultan akan melakukan review dari laporan yang ada dan dikombinasikan dengan data-data lainnya yang dikumpulkan, untuk menyusun dan menentukan strategi awal dalam pelaksanaan pekerjaan. Review ini hanya terbatas pada data data sekunder saja (desk study).e. Pra Lay Out

Dari hasil survey pendahuluan dan Identifiksi permasalahan di lapangan, dengan memperhatikan potensi Sumber Daya Alam yang ada akan dibuat/ditetapkan Lay Out Sementara (Pra Lay Out) jaringan irigasi eksisting dan rencana pembuatan jaringan irigasi baru sesuai dengan kebutuhan lapangan.

f. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Pihak konsultan telah mengadakan peninjauan pendahuluan sehingga dapat diketahui kendala kendala yang diperkirakan akan timbul dalam pelaksanaan di lapangan serta di kantor untuk keperluan penyusunan laporan persiapan ini.

Berdasarkan kendala-kendala yang ada tersebut, maka program kerja dapat direvisi dengan memperhitungkan kendala yang mungkin akan terjadi.

3.3.2. Tahapan Kegiatan Survei dan Investigasi

A. Survei Topografi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan pengukuran situasi detail terbaru, lengkap dan sesuai dengan keadaan lapangan sebenarnya. sedang tujuan dari pengukuran ini adalah untuk :

Inventarisasi Bench Mark (BM)

Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan, dan Pengukuran SituasiDalam pelaksanaan kegiatan pengukuran ini dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan, yaitu :1. Persiapan Admnistrasi

Persiapan administrasi ini meliputi pengurusan/penyusunan surat-surat yang diperlukan dan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan, yaitu : Surat Pengantar dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi, Surat Tugas dari Direktur Perusahaan untuk masing-masing Tim yang akan terjun ke lapangan, yang diperlukan terutama menyangkut dengan pengambilan data sekunder, baik dari instansi pemerintah maupun swasta.

2. Persiapan Personil

Pada tahap ini persiapan yang dilakukan meliputi persiapan organisasi dan personil pelaksana pekerjaan yang terdiri dari :

a. Koordinator Pelaksana Pekerjaan yang ditunjuk dari Pihak Pemilik Pekerjaan

b. Ketua Tim Pelaksana Pekerjaan (Team Leader)

c. Anggota Tim Pelaksana Pekerjaan yang terdiri dari Tenaga Surveyor/Juru Ukur, Operator Komputer/Adm dan Juru Gambar

d. Tenaga Lokal di lapangan

Sasaran utama kegiatan persiapan personil ini adalah mengembangkan persepsi setiap personil mengenai tugas pokok yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik di lapangan, serta bentuk-bentuk koordinasi yang harus dilakukan. Baik secara internal (antar personil) maupun eksternal (antar personil pelaksana pekerjaan dengan instansi terkait).

3. Persiapan Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi Daerah Irigasi Danau Teluk dan Pelayangan terdiri dari Theodolite Wild To atau yang sejenis, Waterpass, rambu ukur, pita ukur, klinometer dan peralatan pendukung lainnya.4. Orientasi LapanganSebelum dilakukannya survey/pengukuran topografi, terlebih dahulu dilakukan orientasi lapangan yang tujuannya untuk mengetahui secara pasti batas-batas areal pekerjaan, serta kondisi topografi seluruh areal pengukuran, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja secara detail dan menyeluruh.

Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tersebut tim survey dapat membuat rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut :

Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatannya,

Jaringan titik-titik poligon sekunder,

Posisi BM dan patok-patok lainnya,

Rencana pengukuran situasi detail,

Jadwal pelaksanaan pengukuran,

dan lain sebagainya.5. Pengukuran PengikatanSalah satu kegiatan survey topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.1. Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain :

Theodolite T2 (untuk posisi horisontal)

Waterpass NAK (untuk posisi vertikal)

Pita baja 50 m

Bak ukur.2. Metoda Pelaksanaan

a. Titik Referensi Posisi Horisontal / Koordinat (X,Y)

Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM.1 dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada dilapangan (sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan) yang sudah memiliki nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan terhadap BM.1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik poligon.b. Titik Referensi Posisi Vertikal

Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum (elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL).6. Pemasangan BM dan CPSebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat Bench Mark (BM) dibantu dengan Control Point (CP) yang di pasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).Patok CP ini berfungsi sebagai patok bantu untuk titik ikat pengukuran. Setelah posisi pemasangan BM ditentukan berdasarkan hasil orientasi dan konsultasi dengan direksi lapangan, dilakukan pemasangan BM sesuai dengan ketentuan.

Pemasangan BM di lapangan sebagai titik-titik tetap yang diketahui koordinatnya dalam sistem koordinat peta yang telah dibuat dengan referensi dari BM yang telah ada dan terpasang dilapangan. Hal ini dimaksudkan bahwa BM yang ada ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan terkait.

Pemasangan BM dan CP harus bersamaan pada waktu pemasangan patok-patok untuk pengukuran poligon, sehingga BM tersebut langsung terukur pada waktu pengukuran sudut dan waterpass. BM dibuat dengan ukuran 20x20x100 cm yang dibuat dari bahan campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan masing-masing 1 : 2 : 3, ditanam kedalaman 75 cm dan sisanya setinggi 25 cm muncul diatas muka tanah.Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomen klatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya. Lebih jelasnya spesifikasi untuk patok BM dan patok CP (tanda batas UPT) sebagai berikut : Ukuran BM dan CP yang dipasang adlah :

Benchmark (BM) dari beton bertulang berukuran 20x20x100 cm.

Control Point (CP) dari pipa PVC berisi cor beton berukuran 3 inchi.

Tiap BM dipasang baut di atasnya dan diberi tanda silang sebagai titik X, Y, Z nya. Sedangkan identifikasi nomor dibuat pada permukaan salah satu sisinya.

BM dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul di atas tanah setinggi 25 cm.

CP dipasang agar kelihatan satu sama lainnya dengan BM karena akan digunakan untuk titik target pengamatan azimuth matahari dan untuk memudahkan pengecekan sudut jurusan pada titik tersebut.

Setiap BM dan CP, harus di beri nomor kode yang teratur sesuai petunjuk Direksi.Gambar 3.2. Konstruksi BM dan CP Yang Dibuat untuk Titik Referensi

Spesifikasi pemasangan BM dan CP :

CP akan dipasang disetiap lokasi yang ada BM nya dan ditempat-tempat penting lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan misalnya pada tepi jalan poros atau pada tempat-tempat terbuka lainnya.

Pada BM dan CP lakukan pengikatan terhadap azimuth matahari.

Ditempatkan pada tempat yang aman dan stabil serta posisinya ditentukan melalui pengukuran dari titik-titik poligon atau dipasang pada titik-titik poligon.

Ditempatkan pada tempat-tempat yang mudah kelihatan dan aman dari pengaruh gangguan alam atau binatang, penempatan BM ini harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan (Direksi).

Di lokasi rencana bangunan akan ditempatkan paling sedikit 2 meter dari ujung rencana bangunan dan tidak akan terkena perubahan karena pembangunan.

Konstruksi BM dan CP yang sudah dipasang akan dilengkapi dengan :

Photo-photo yang menunjukan identitas BM dan CP dan dilengkapi dengan cat & nomor BM / CP.

Sketsa lokasi BM dan CP lengkap dengan jarak titik-titik detail tetap yang ada sekitar pilar tersebut, ini guna memudahkan pencarian lokasi BM di kemudian hari.

Pemasangan patok batas dilakukan dengan dasar petunjuk Direksi, dan betul-betul mengetahui secara pasti letak masing-masing titik batas areal.7. Pengukuran Poligon Utama dan PengikatanSebelum digunakan semua alat dan perlengkapan pengukuran harus dicek dan diperiksa oleh direksi untuk mendapatkan persetujuan.

Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran poligon utama dan cabang (jika ada), sedangkan untuk detail lapangan biasanya dilakukan pengukuran poligon raai. Poligon Utama adalah suatu jaringan titik-titik dilapangan yang ditentukan melalui pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan digunakan sebagai kerangka dasar pengukuran situasi areal secara keseluruhan, untuk itu pelaksanaan pengukurannya harus dilakukan secara cermat dan teliti.1. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survey ini adalah :

2 unit Theodolite T2

1 buah pita ukur baja 50 m

2 set bak ukur.2. Metode Pelaksanaan

Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar horisontal / posisi horisontal (X,Y) digunakan metode poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.

Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak sekitar 50 meter.a. Pengukuran Jarak

Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan mengguna-kan pita ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat bergantung kepada :

Cara pengukuran itu sendiri.

Keadaan permukaan tanah.

Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti yang digambarkan pada Gambar 3.3 dihalaman beriktnya.Gambar 3.3. Pengukuran Jarak pada Daerah Miring

jarak AB = d1 + d2 + d3

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

b. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di samping titik poligon.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di halaman berikut ini.Gambar 3.4. Pengukuran Sudut Jurusan

Berdasarkan gambar di atas, besarnya sudut :

dimana :

= sudut mendatar

(AC = bacaan skala horisontal ke target kiri

(AB= bacaan skala horisontal ke target kanan.

Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa. Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

jarak antara titik-titik poligon adalah ( 50 meter

alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2

alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter

jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2)

selisih sudut antara dua pembacaan ( 5 (lima detik)

ketelitian jarak linear (K1)c. Pengamatan Azimuth Astronomis

Disamping untuk mengetahui arah / azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk tujuan sebagai berikut :

Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.

Untuk menentukan arah / azimuth titik-titik kontrol / poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.

Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal / koordinat lokal.

Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar tersebut, maka azimuth target ((T) adalah :

atau

dimana :

(T= azimuth ke target

(M= azimuth pusat matahari

(T= bacaan jurusan mendatar ke target

(M= bacaan jurusan mendatar ke matahari

= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target.

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.Gambar 3.5.. Pengamatan Azimuth Astronomis

d. Pengukuran Sipat Datar

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada Gambar 3.6.

Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut :

Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi

Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.Gambar 3.6. Pengukuran Sipat Datar Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap benang atas, benang tengah dan benang bawah.

Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.

Jarak rambu ke alat maksimum 75 mm.

Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:

Dimana D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan Km. Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengelolaan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap bench mark acuan.e. Pengukuran Levelling

Pengukuran levelling dimaksudkan untuk menentukan ketinggian titik-titik poligon dan ketinggian patok polygon dan BM. Pengukuran levelling poligon harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Pengukuran levelling poligon harus dilakukan dengan menggunakan alat Waterpass automatis seperti Wild NAK.2 atau Ni.2 atau yang sederajat ketelitiannya.

Pengukuran levelling harus dilakukan dengan sistem pengukuran double-stand atau sistem pulang pergi.

Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang teropong (benang atas, benang tengah, dan benang bawah), dengan rambu yang dipasang tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.

Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara 0,5 meter sampai dengan 2,5 meter untuk rambu panjang 3,0 meter.

Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama dengan jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke depan sama dengan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi pengukuran.

Selama pelaksanaan pengukuran tempat berdiri rambu ukur harus digunakan rambu yang terbuat dari plat besi.

Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak antara alat dan rambu maksimal 50,0 m.

Pengukuran levelling poligon utama, disamping harus melewati semua titik poligon, tapi juga harus melewati semua BM yang dipasang, maupun BM lainnya yang ada.

Ketelitian pengukuran levelling ditentukan < 6(D mm dimana D adalah jumlah jarak sisi-sisi poligon dalam Km.f. Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran detail situasi dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi planimetris maupun ketinggian dari semua titik-titik di lapangan, baik itu titik-titik yang mewakili keadaan topografi kemiringan tanah maupun detail alam maupun detail bangunan eksisting yang ada.

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (X,Y,Z). untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horisontal dan vertikal yang dipasang dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di dalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai.

Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Peralatan yang digunakan :

Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survey ini adalah :

Theodolite T0

Pita baja 50 meter

Bak ukur.2. Metoda Pelaksanaan

Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachimetri dengan menggunakan alat ukur Theodolith Kompas (T0). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut :

Azimuth magnetis.

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).

Sudut zenith atau sudut miring.

Tinggi alat ukur.

Pengukuran situasi detail dilakukan menggunakan sistem raai atau lajur-lajur arah utara-selatan atau arah barat-timur, dimana jarak antar lajur adalah maksimal 30,0 m.

Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan Theodolit T0 atau lebih tinggi derajat ketelitiannya dengan sistem tachimetri, dan harus selalu diikatkan kepada titik-titik poligon utama atau sekunder yang terdekat.

Pengukuran situasi detail meliputi semua tinggi rendah tanah pada areal coverage lengkap semua detail bangunan eksisting yang ada, maupun titik-titik poligon utama atau sekunder yang terdekat.g. Perhitungan Sementara di Lapangan

Perhitungan sementara di lapangan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui hasil pengukuran yang telah dilakukan apakah sudah memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan apakah harus dilaksanakan pengukuran ulang atau hanya cukup pengukuran tambahan sebagai koreksi pada titik-titik tertentu yang diperlukan.

Perhitungan sementara ini dilakukan di lapangan setelah selesai pelaksanaan pengukuran terutama untuk pengukuran poligon dan pengukuran levelling poligon.

Dari hasil perhitungan sementara ini dapat diketahui data mana yang tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, maka dapat diambil keputusan pada titik-titik yang mana harus dilakukan pengukuran ulang sehingga dapat langsung dilakukan pengukuran ulang atau pengukuran tambahan.h. Pengolahan Data.

Pengolahan data survey topografi meliputi beberapa jenis hitungan, antara lain adalah :

Hitungan azimuth matahari

Hitungan poligon (koordinat)

Waterpass (tinggi)

Hitungan situasi (tinggi titik detail).

Pehitungan pendahuluan poligon dan sipat datar dilakukan di lapangan secara konvensional dan perhitungan definitif dilakukan di kantor. Perhitungan pendahuluan tersebut dilakukan di lapangan dengan maksud apabila terjadi kesalahan pengukuran bisa langsung diatasi dan diukur kembali.1. Hitungan Azimuth Matahari

Proses hitungan azimuth pengamatan matahari sebagai berikut :

Azimuth pengamatan matahari dihitung dengan metode tinggi matahari

Hitungan pengamatan matahari dilakukan secara konvensional menggunakan formulir hitungan matahari dan deklinasi didapatkan dari tabel deklinasi matahari tahun terakhir

Lintang tempat pengamatan berdasarkan interpolasi dari peta rupa bumi skala 1:25.000

Azimuth ke matahari dapat dihitung dengan rumus persamaan segitiga astronomi. Dengan segi tiga bola dapat dihitung besarnya azimuth, yaitu dengan rumus trigonometri sebagai berikut :

dimana :

A = azimuth matahari

Q = lintang pengamatan (dari peta topografi)

(= deklinasi matahari (dari almanak matahari)

h = sudut miring ke matahari (dari hasil pengukuran).

Perhitungan sudut tegak (sudut miring / zenith)

Sudut tegak yang digunakan dalam hitungan diberi koreksi sebagai berikut, salah indeks (i) dari alat ukur, koreksi ini diperoleh melalui pengecekan alat ukur atau kalibrasi alat Koreksi refraksi (r)

Untuk menghitung besarnya koreksi refraksi digunakan rumus :

dimana :

rm = sudut refraksi normal pada tekanan udara 760 mm.Hg, temperatur 0OC dan kelembaban nisbi 60%.

Harga rm dapat dicari dari Tabel VI pada Buku Almanak Matahari

cp =

, dengan p adalah tekanan udara dalam mm.Hg

bila tekanan udara tidak diukur, tetapi tinggi tempat pengamatan diketahui dari dari peta topografi, maka harga cp dapat dicari dari Tabel VIIa Almanak Matahari

ct=

, dengan t adalah temperatur udara dalam 0OC

(harga ct dapat dicari dari Tabel VIII pada Buku Almanak Matahari)

atau

Koreksi paralaks (p), besarnya kareksi paralaks adalah :

pH adalah koreksi paralaks terbesar, berkisar antara 8,66 8,95, rata-ratanya 8,8

Koreksi terhadap pusat matahari (1/2 d)

Dicari berdasarkan letak posisi kwadran yang diamati.

2. Hitungan Poligon

Pelaksanaan perhitungan poligon pendahuluan dilaksanakan di lapangan, supaya bila terjadi kesalahan pengukuran bisa langsung diperbaiki dan perhitungan definitif dengan menggunakan komputer dilakukan di kantor

Syarat-syarat supaya poligon dapat dihitung, maka data yang harus diketahui adalah :

Sudut jurusan awal / azimuth awal dapat dihitung dari koordinat 2 (dua) buah titik tetap atau dari pengamatan matahari.

Sudut mendatar antara 2 sisi pada tiap titik poligon ().Gambar 3.7. Pengukuran Poligon Perhitungan sudut horisontal didapat dari bacaan sudut biasa () ke belakang dikurangi sudut () ke muka dan bacaan sudut luar biasa (L) ke muka. Sudut yang didapat adalah harga sudut rata-rata dari pembacaan () dan (L).

Jarak mendatar antara titik-titik poligon (d).

Menentukan titik awal.

Yang akan dijadikan titik awal adalah titik referensi yang telah diketahui koordinatnya dan kondisi dinilai cukup stabil. Bila tidak terdapat, akan dibuat referensi lokal UTM berdasarkan peta rupa bumi berpedoman kepada bangunan yang ada, misalnya pada bangunan paling udik dekzerk bendung, dengan persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.a. Tahapan hitungan poligon kring tertutup setelah data yang diperlukan diperoleh adalah sebagai berikut :b. Bila yang dihitung sudut dalam (), maka syarat geometrisnya adalah :

Gambar 3.8. Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Dalam

Gambar 3.9. Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Luar

c. Jika jumlah sudut tidak sama dengan (N-2).180( atau tidak sama dengan (N+2).180(, maka ada kesalahan penutup sudut sebesar f( dan hitungan harus dikoreksi

d. Batasan salah penutup sudut maksimum adalah 10(N

e. Sudut mendatar yang benar dihitung dengan rumus :

f. Menghitung sudut jurusan yang benar dengan rumus :

g. Menghitung selisih absis dan ordinat tiap sisi dengan rumus :

Selisih absis, X = d . Sin (Selisih ordinat, Y = d . Cos (h. Syarat geometris selisih absis dan ordinat adalah :

Jumlah d . Sin ( = 0 atau (X = 0

Jumlah d . Cos ( = 0 atau (Y = 0

i. Bila tidak sama dengan nol, berarti ada kesalahan penutup absis (fx) dan ordinat (fy), sehingga hitungan selisih absis dan ordinat yang benar:

EMBED Equation.3 j. Menghitung koordinat yang benar :

k. Untuk mengetahui kesalahan linear poligon didapat dengan rumus :

Dengan batasan ketelitian linier untuk poligon utama ( 1/5.000.3. Hitungan Sipat Datar

Perhitungan pendahuluan untuk memperoleh unsur beda tinggi pada jalur-jalur yang menghubungkan titik-titik simpul dilaksanakan di lapangan, sehingga bila terjadi kesalahan pengukuran bisa diulang kembali, dan perhitungan definitif dilakukan di kantor.

Syarat-syarat supaya sipat datar kring tertutup dapat dihitung adalah :

Ada beda tinggi (h)

Ada jarak

Ada referensi awal (elevasi titik tetap terdahulu).

Tahapan hitungan sipat datar sebagai berikut :

a) Beda tinggi antara dua titik didapat dari bacaan benag tengah belakang (BTb) dikurangi bacaan benang muka (BTm) atau beda tinggi.

b) Untuk mengontrol pembacaan benang tengah (BT) dan untuk memperoleh jarak optis, dibaca dengan benang atas (BA), benang bawah (BB), dengan kontrol ukuran : BT = (BA BB), sedangkan jarak optis dihitung dengan rumus :

atau

sehingga jarak tiap slag didapat yaitu jarak muka ditambah jarak ke belakang atau D = Dm + Db

c) Dari hasil perhitungan beda tinggi tersebut pada masing-masing kring tertutup dilakukan perhitungan jumlah beda tinggi, ( hi = 0, dengan I = 1 sampai n, sehingga diperoleh kesalahan penutup beda tinggi di tiap-tiap kring.

d) Untuk mengetahui apakah salah penutup sudah memenuhi toleransi yang diinginkan, dipakai rumus :

dimana :

T = toleransi

10 = angka yang menyatakan tingkat ketelitian (mm)

d = jarak total pengukuran (Km).

e) Dari salah penutup beda tinggi tiap kring, koreksi dapat dibagikan ke beda tinggi tiap seksi dengan cara konvensional, tanda koreksi (+ atau -) adalah kebalikan dari tanda salah penutup.

f) Elevasi titik-titik pada tiap-tiap seksi diantara titik-titik simpul tersebut diperoleh dari perhitungan secara konvensional atau perataan sederhana dengan acuan pada elevasi titik-titik simpul. 4. Hitungan Titik Detail

Perhitungan titik detail menggunakan metode tachimetri.

Sebagaimana telah diterangkan di atas pada pengukuran tachimetri unsur yang didapat dari pengukuran situasi detail yaitu :

Tinggi alat ukur terhadap patok diukur (TA)

Tinggi patok diukur (TP)

Pembacaan sudut vertikal (h) atau sudut zenit (z)

Pembacaan benang lengkap (BA, BT, BB)

Dari unsur data-data tersebut di atas dapat dihitung :

Jarak optis atau jarak miring, yaitu DM = C (BBBB) atau DM = 100(BB-BA)

Jarak mendatar, yaitu D = DM .Cos 2Z atau D = DM . Sin 2h

Hitungan beda tinggi (H) dari tempat berdiri alat ke titik detail dihitung dengan rumus :

1) Bila bacaan benang tengah (BT) pada rambu setinggi alat maka, beda tinggi (H) = 0,5 . DM .Sin 2Z

2) Bila bacaan benang tengah (BT) pada rambu tidak setinggi alat maka, beda tinggi (H) = 0,5 . DM .Sin 2Z + TA - BT

Hitungan elevasi titik-titik detail selanjutnya dapat dihitung berdasarkan elevasi acuan awal dan akhir yang diketahui dari tinggi tiap patok poligon / waterpass.

Guna mempermudah pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi ini, maka dibuatlah suatu diagram alir survei topografi sebagai berikut (Gambar 3.2).pada halaman berikutnya.

Gambar 3.10.DIAGRAM ALIR PEKERJAAN SURVEI TOPOGRAFI

B. Pengumpulan Data Kependudukan Dan Sosial EkonomiData kependudukan dan sosial ekonomi yang dimaksud adalah data kegiatan sosial dan ekonomi yang ada dalam wilayah daerah irigasi. Data ini dapat diperoleh dari Kecamatan Dalam Angka / Kabupaten Dalam Angka. Data-data tersebut berupa: jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kepadatan dan jumlah rumah tangga, areal persawahan dan perkebunan palawija, dan lain sebagainya.3.3.3. Penggambaran Hasil Pengukuran (Peta Situasi/Kondisi Eksisting) Gambar hasil pengukuran akan dibuat dalam bentuk autocad dan print out menggunakan kertas A3 dengan uraian gambar sebagai berikut :

a. Penggambaran peta situasi meliputi :

Penggambaran kerangka poligon

Detail lapangan digambar

Kontur dibuat dengan cara interpolasi

Interval kontur ialah 1 m untuk daerah datar dan 2 m untuk daerah curam

Tiap lembar peta harus overlap 3 cm

Pada tiap lembar peta dicantumkan keterangan detail menurut legenda yang lazim dipergunakan pada peta situasi (hitam putih)

Skala peta adalah 1 : 5000

b. Penggambaran Peta Petunjuk

Penggambaran peta petunjuk dibuat untuk mengetahui keadaan daerah yang diukur secara garis besar.

Peta petunjuk dibuat dengan skala 1 : 20.000

Pada peta petunjuk ini digambarkan letak gambar-gambar peta situasi skala 1: 2.000

c. Penggambaran Penampang Memanjang Sungai/Saluran Eksisting Penampang memanjang digambar dengan skala vertikal 1 : 200, dan skala horizontal 1 : 2.000

Pada gambar penampang memanjang digambarkan permukaan dasar saluran, permukaan air normal, permukaan air terendah, permukaan air tertinggi, permukaan tanah tebing kiri serta permukaan tanah tebing kanan.

Apabila ada bangunan silang, maka letaknya harus tercantum pada gambar penampang memanjang tersebut.

d. Penggambaran Penampang Melintang Sungai/Saluran Eksisting Penampang melintang digambar dengan skala vertikal 1 : 100 dan skala horizontal 1 : 200

Selain permukaan tanah, pada gambar penampang melintang ini akan digambarkan pula permukaan air normal, terendah dan tertinggi

e. Hasil Gambar

Hasil gambar setelah disetujui oleh Direksi kemudian dicetak (hard copy) dan dijilid kemudian diberi sampul Soft copy diserahkan dalam bentuk cd3.3.4. Analisa Hidrologi 1. Data HujanBanyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (raingauge), baik yang manual ataupun yang otomatis (automatic raingauge recorder). Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan adalah data yang merupakan data hujan lokal (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis, yang diperlukan adalah data hujan daerah aliran (areal rainfall atau catchment rainfall).

Data hujan daerah aliran yang paling riil dihitung dengan menggunakan cara Poligon Thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi (weighting factor) dalam menghitung hujan rata-rata. Poligon didapatkan dengan cara menarik garis hubung antara masing-masing stasiun, sehingga membentuk segitiga-segitiga areal. Selanjutnya menarik garis-garis sumbu masing-masing segitiga untuk membentuk poligon. Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan ratarata apabila pos hujan tidak banyak, dan hujan yang terjadi tidak merata.

Cara membuat Poligon Thiessen adalah sebagai berikut :

Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar daerah aliran sungai dihubungkan dengan garis, sehingga terbentuk jaringan segitiga segitiga. Hendaknya dihindari terbentuknya segitiga dengan sudut sangat tumpul.

Setiap segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu tersebut membentuk poligon.

Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili oleh salah satu setasiun yang bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh garis garis poligon tersebut atau dengan batas daerah aliran sungai.

Luas relatif daerah ini dengan luas daerah aliran sungai merupakan faktor koreksinya.

Gambar 3.11. Poligon Thiessen Daerah Aliran Sungai

Sumber : Nemec, 1972; Chow, 1956Pelaksanaan analisis hidrologi memerlukan data yang lengkap dalam arti kualitas, dan runtut waktu (time series) yang panjang minimal 10 tahun, terutama data hujan. Apabila data dikarenakan sesuatu sebab, ada bagian data yang hilang atau runtut waktunya dianggap kurang panjang jangka waktu pencatatannya, diantisipasi dengan menggunakan metode reciprocal, dimana metode ini menggunakan data curah hujan referensi parameter jarak stasiun yang akan dilengkapi datanya dengan stasiun referensi tersebut dengan persamaan matematis sebagai berikut.

Hh=

Dimana :

Hh

= hujan di stasiun yang akan dilengkapi

H1 Hn= hujan di stasiun referensi

L1 Ln= jarak stasiun referensi dengan data stasiun yang dimaksud

Data referensi dari lokasi terdekat minimal terdapat 3 stasiun referensi yang dapat digunakan.2. Koefisien Aliran PermukaanKoefisien aliran permukaan merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu daerah aliran sungai (Asdak 1995, dan Suripin, 2000). Nilai koefisien ini dipengaruhi kondisi tata guna lahan (Suripin, 2000), dan berkisar antara 01 (Mitra Simpang Tilu, 2001).

Kartasapoetra dkk (1991) mengemukakan bahwa peranan vegetasi dalam menahan air lebih besar karena pengaliran lebih kecil. Hal ini menunjukan bahwa angka koefisien aliran dapat juga dijadikan indikator gangguan fisik dalam suatu daerah aliran sungai. Nilai C makin besar menunjukkan bahwa semakin banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. US. Forest Service (1980 dalam Asdak, 1995) memberikan nilai koefisien limpasan dengan faktor pendekatan penggunaan lahan diuraikan dalam Tabel 3.1. dibawah ini.

Tabel 3.1. Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)NoTipe Daerah TangkapanC

1Lapangan Berumput

a.Tanah berpasir0,100,15

b.Tanah berat0,250,35

2Daerah Usaha di kampung0,500,70

3Daerah Permukiman0,300,50

4Taman, kuburan0,100,25

5Tempat bermain (playgrounds)0,200,40

6Daerah tidak terbangun0,100,30

7Jalan

a.Jalan aspal0,700,95

b.Jalan beton0,800,95

c.Jalan bata0,700,85

d.Jalan kerikil/paving0,150,35

e.Tidak diperkeras0,100,30

8Atap Genteng0,750,95

9Daerah berhutan baik0,010,10

10Tanah Lapang

a.Berpasir, datar 2%0,050,10

b.Berpasir, agak datar 27%0,100,15

c.Berpasir, miring 7%0,150,20

d.Tanah berat, datar 2%0,130,17

e.Tanah berat, agak datar 27%0,180,22

f.Tanah berat, miring 7%0,250,35

11Tanah Pertanian

a.Tanah kosong

Rata0,300,60

Kasar0,200,50

b.Ladang garapan

Tanah berat tanpa vegetasi0,300,60

Tanah berat dengan vegetasi0,200,50

Berpasir tanpa vegetasi0,200,25

Berpasir dengan vegetasi0,100,25

c.Padang rumput

Tanah berat 0,150,45

Berpasir0,050,25

Tabel 3.1. Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)NoTipe Daerah TangkapanC

12Tanah Kosong

a.Rata, kedap air0,700,90

b.Kasar0,500,70

b.Multi unit terpisah0,400,60

c.Multi unit tergabung0,600,75

d.Sub urban0,250,40

e.Apartemen0,500,70

3. Analisis Hujan Rancangana. Curah Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan didapatkan dengan menggunakan Metode Thiessen sebagaimana telah diuraikan di atas.

b. Intensitas Hujan

Intensitas hujan didapat dengan menggunakan persamaan Mononobe

I=

dimana,

R24= ratarata hujan pada jam terpusat (mm)

t= lama hujan terpusat (jam)

c. Analisis Frekuensi

Metode perhitungan pendekatan yang lazim digunakan untuk mendapatkan hubungan antara intensintas hujan, frekuensi, dan waktu curah hujan adalah rumus empiris Normal, Log Normal, EJ. Gumbell, Pearson III dan atau Log Pearson III.

i. Analisis Frekuensi Normal

Xtr = + k.Sx

k= W

W=

p =

dengan,

Xtr= curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

= data hujan ratarata tahunan (mm)

k= faktor frekuensi

T= kala ulangii. Analisis Frekuensi Log Normal

Ytr= + k.Sy

k= W

W=

p =

Xtr = 10(Ytr)dengan,

Xtr= curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

= log data hujan ratarata tahunan (mm)

Sy= standar deviasi log ratarata data hujan

k= faktor frekuensi

T= kala ulang

iii. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel

Xtr = + k.Sx

k= {0,5772 + ln [ln ]}

dengan,

Xtr= curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

= data hujan ratarata tahunan (mm)

k

= faktor frekuensi

Sx= standar deviasi

T= kala ulang

iv. Analisis Frekuensi Pearson III

log Xtr= log X + kTr.(Slog x)log x=

Slog x =

Cs =

dengan,

kTr= faktor penyimpangan k untuk suatu kala ulang tertentu

Cs= koefisien penyimpangan4. Analisis Debit BanjirTujuan analisis debit banjir adalah untuk memperoleh debit puncak yang akan digunakan sebagai data dalam pradesain rencana bendungan.

Kurangnya data banjir mengakibatkan ditetapkannya hubungan empiris antara curah hujan limpasan air hujan, berdasarkan rumus rasional berikut :

Qn = b qn A

Dimana

Qn =Debit banjir (puncak) dalam m3/dt dengan kemungkinan tak terpenuhi n%

= Koefisien limpasan air hujan (runoff)

b = Koefisien pengurangan luas daerah hujan

qn = Curah hujan dalam m3/ dt.km2 dengan kemungkinan tak terpenuhi n%

A = luas daerah aliran sungai sungai, km2Ada tiga metode yang diajurkan untuk menetapkan curah hujan empiris limpasan air hujan, yakni :

Metode Der Weduwen untuk luas daerah aliran sungai sampai 100 km, dan

Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100 km

Metode Haspers untuk DPS lebih dari 5000 ha

Ketiga metode tersebut telah menetapkan hubungan empiris untuk a, b dan q. Waktu konsentrasi (periode dari mulanya turun hujan sampai terjadinya debit puncak) diambil sebagai fungsi debit puncak, panjang sungai dan kemiringan rata rata sungai.

Untuk mensiasati kondisi iklim yang sering berubah akibat situasi global maka diperlukan langkah untuk melakukan perhitungan hidrologi (debit andalan & debit banjir) yang mendekati kenyataan. Sehingga diputuskan untuk merevisi angka koreksi untuk mengurangi 15% untuk debit andalan dan menambah 20% untuk debit banjir. (Angka koreksi disesuaikan dengan kondisi perubahan DAS )

Hal ini dilakukan mengingat saat ini perhitungan berdasar data seri historis menghasilkan debit banjir semakin lama semakin membesar dan debit andalan semakin lama semakin mengecil.

4.a.Rumus Banjir Melchior

Metode Melchior untuk perhitungan banjir diterbitkan pertama kali pada tahun 1913. hubungan dasarnya adalah sebagai berikut.

4.a.1.Koefisien Limpasan Air HujanKoefisien limpasan air hujan a diambil dengan harga tetap. Pada mulanya dianjurkan hargaharga ini berkisar antara 0,41 sampai 0,62. Harga harga ini ternyata sering terlalu rendah. Harga-harga yang diajurkan dapat dilihat pada Tabel 3.2. di bawah ini. Hargaharga tersebut diambil dari metode kurve bilangan US Soil Conservation Service yang antara lain diterbitkan dalam USBR Design of Small Dams.

Tabel 3.2 Harga harga koefisien limpasan air hujan

Tanah PenutupKelompok hidrologis tanah

CD

Hutan lebat (vegetasi dikembangkan dengan baik)

Hutan dengan kelembatan sedang (vegetasi dikembangkan dengan cukup baik)

Tanaman ladang dan daerah-daerah gudul (terjal)0,60

0,65

0,750,70

0,75

0,80

Pemerian (deskripsi) kelompok-kelompok tanah hidrologi adalah sebagai berikut :

Kelompok C : Tanah-tanah dengan laju infiltrasi rendah pada saat dalam keadaan sama sekali basah, dan terutama terdiri dari tanah, yang terutama terdiri dari tanah-tanah yang lapisannya menghalangi gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju infiltrasi air yang sangat lambat.

Kelompok D : (Potensi limpasan air hujan tinggi)

Tanah dalam kelompok ini memiliki laju infiltrasi sangat rendah pada waktu tanah dalam keadaan sama sekali basah, dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air-tanah yang tinggi dan permanen, tanah dengan lapis lempung penahan (claypan) atau dekat permukaan serta tanah dangkal diatas bahan yang hampir kedap air. Tanah ini memiliki laju infiltrasi air yang sangat lambat. 4.a.2 Curah Hujan

Curah hujan q diambil sebagai intensitas rata-rata curah hujan sampai waktu terjadinya debit puncak. Ini adalah periode T (waktu konsentrasi) setelah memulainya turun hujan. Curah hujan q ditentukan sebagai daerah hujan terpusat (point reainfall) dan dikonversi menjadi luas daerah hujan bq.

Dalam Gambar A.1.1. luas daerah curah hujan bq (m3/ dt.km) diberikan sebagai fungsi waktu dan luas untuk curah hujan sehari sebesar 200 mm. (q untuk F = 0 dan T = 24 jam dihitung sebagai berikut :

Bila curah hujan dalam sehari qn berbeda, maka harga-harga pada gambar tersebut akan berubah secara proporsional, misalnya untuk curah hujan sehari 240 mm, harga (qn dari

F = 0 dan T = 24 jam akan menjadi :

Gambar 3.12 Luas daerah curah hujan MelchiorVariasi curah hujan di tiap daerah diperkirakan bentuk bundar atau elips. Untuk menemukan luas daerah hujan di suatu daerah aliran sungai, sebuah elips digambar mengelilingi batas-batas daerah aliran sungai (lihat Gambar 3.13.) As yang pendek sekurang-kurangnya harus 2/3 dari panjang as.

Garis elips tersebut mungkin memintas ujung daerah pengaliran yang memanjang. Daerah elips F diambil untuk menentukan harga bq untuk luas daerah aliran sungai A. Pada Gambar 3.12. diberikan harga-harga bq untuk luas-luas F.

4.a.3. Waktu Konsentrasi

Melchior menetapkan waktu konsentrasi Tc sebagai berikut :

Tc = 0,186 L . Q-0,2 I-0,4

Dimana :

Tc = waktu konsentrasi, jam

L= panjang sungai, km

Q= debit puncak, m3 / dt

I= Kemiringan rata rata sungai

Untuk penentuan kemiringan sungai, 10 persen bagian hulu dari panjang sungai tidak dihitung. Beda tinggi dan panjang diambil dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu daerah aliran sungai (lihat Gambar 3.13)

4.b.Rumus Banjir Der Weduwen

Metode perhitungan banjir Der Weduwen diterbitkan pertama kali pada tahun 1937. Metode tersebut sahih untuk daerah seluas 100 Km3

4.b.1.Hubungan hubungan dasar

Rumus banjir Der Weduwen didasarkan pada rumus rumus berikut :

Qn = ( ( qn A

Dimana:

= 1 -

EMBED Equation.3

t = 0.25 L Q-0.125 I-0.25

Dimana :

Qn = debit banjir (m3/dt) dengan kemungkinan tak terpenuhi n%

Rn = curah hujan harian maksimum (mm/hari) dengan kemungkinan tak

terpenuhi n%

a= Koefisien limpasan air hujan

b= Koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan daerah aliran sungai

q= curah hujan (m3/dt.km)

A= Luas daerah aliran (km) sampai 100 km

t= lamanya curah hujan (jam)

L= Panjang sungai (km)

I= gradien (Melchior) sungai atau medan

Kemiringan rata-rata sungai I ditentukan dengan cara yang sama seperti pada metode Melchior. Sepuluh persen hulu (bagian tercuram) dari panjang sungai dan beda tinggi tidak dihitung.

Perlu diingat bahwa waktu t dalam metode Der Weduwen adalah saat-saat kritis curah hujan yang mengacu pada terjadinya debit puncak. Ini tidak sama dengan waktu konsentrasi dalam metode Melchior.

Dalam persamaan untuk curah hujan sehari rencana (Rn) harus diisi untuk memperoleh harga curah hujan qn. Perlu dicatat pula bahwa rumus-rumus Der Weduwen dibuat untuk curah hujan sehari sebesar 240 mm.

Persamaan tersebut juga dapat disederhanakan dengan mengasumsikan hubungan tetap antara L dan A.

L = 1,904 A0,5

Jika disubstitusikan ke dalam persamaan (A.1.9), maka ini menghasilkan

L = 0,476 Q-0,125 I-0,25 A0,5

4.c. Rumus Banjir Metode Haspers

1. koefisien aliran (() dihitung dengan rumus:

2. Koefisien reduksi (() dihitung dengan rumus:

3.Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus:

4.Hujan maksimum menurut Haspers dihitung dengan rumus:

Keterangan:

t = waktu curah hujan (jam)

q=hujan maksimum (m3/km2/detik)

R=curah hujan maksimum rata-rata (mm)

= simpangan baku

U=variabel simpangan untuk kala ulang T tahun

= curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)

berdasarkan Haspers ditentukan:

untuk t< 2 jam

untuk 2 jam < t < 19 jam

untuk 19 jam< t < 30 hari

keterangan:

t=waktu curah hujan (hari)

=curah hujan dalam 24 jam (mm)

=curah hujan dalam t jam (mm)

4.d. Metode Empiris

Debit banjir dapat dihitung dengan metode empiris apabila data debit tidak tersedia. Parameter yang didapat bukan secara analitis, tetapi berdasarkan korelasi antara hujan dan karakteristik DPS terhadap banjir, dalam hal ini metode empiris yang dipakai antara lain:

- Metode Hidrograf Satuan

Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah hujan efektif, aliran dasar dan hidrograf limpasan. Dalam menentukan besarnya banjir dengan hidrograf satuan diperlukan data hujan jam-jaman.

1. Hujan efektif dapat dihitung deng