laporan pendahuluan

Upload: nurul-uun-rahmalia

Post on 08-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATANPADA An. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS PALATOSCHISISDI BANGSAL CENDANA 4 RSUP dr. SARDJITODisusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :NURUL DIAN RAHMALIA IKAWATINIM. P07120112068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTAJURUSAN KEPERAWATAN2014 LEMBAR PENGESAHANASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS PALATOSCHISISDI BANGSAL CENDANA 4 RSUP dr. SARDJITO

Diajukan untuk disetujui pada :Hari: Tanggal:Tempat:

Yogyakarta, November 2014Praktikan

Nurul Dian Rahmalia IkawatiMengetahui, Pembimbing Lapangan

( )Pembimbing Akademik

( )

LAPORAN PENDAHULUANLABIO PALATO SCHISISA. DEFINISI

Gambar. LabiopalatoskisisCelah bibir dan langit-langit (Cleft lip and palate) adalah suatu cacat/kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit.Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167).Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003).Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21).Sumbing Palatum adalah suatu cacat lahir bawaan pada bagian wajah yang memperlihatkan bagian langit-langit mulut yang terbelah. Pada bayi normal sumbing pada palatum ini akan menyatu pada minggu ke 6 dan minggu ke 11 kehamilan, sedangkan pada anak-anak ini palatumnya gagal untuk menyatu. Sumbing palatum ini dapat muncul dalam dua bentuk tergantung celah tersebut ada di satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral) dari garis tengah.

B. KLASIFIKASIJenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.a. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.b. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.c. suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilaterald. terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

1. Klasifikasi celah bibirTingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke hidung.2. Klasifikasi celah palatum :Menurut sistem Veau, sumbing palatum dibagi menjadi empat tipe klinis, yaitu :a. Sumbing dari palatum mole sajab. Sumbing dari palatum mole dan durum, meluas kedepan ke foramen insisivusc. Sumbing langit-langit unilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir unilaterald. Sumbing langit-langit bilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir bilateral.C. ETIOLOGIAda beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis, antara lain:1. Faktor GenetikMerupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal). Zat zat yang berpengaruh adalah: a. Asam folat b. Vitamin Cc. ZnApabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:a. JamuMengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjutb. Kontrasepsi hormonal. Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.c. Obat obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat obatan itu antara lain : 1) Talidomid, diazepam (obat obat penenang)2) Aspirin (Obat obat analgetika)3) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih)4. Faktor lingkunganBeberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu:a. Zat kimia (rokok dan alkohol)Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.b. Gangguan metabolik (DM)Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.c. Penyinaran radioaktifUntuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.d. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.e. Faktor usia ibuDengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibuf. Stress EmosionalKorteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.g. TraumaSalah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.

D. PATOFISIOLOGIKegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

E. MANIFESTASI KLINIS1. Deformitas pada bibir2. Kesukaran dalam menghisap/makan3. Kelainan susunan archumdentis4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan5. Gangguan komunikasi verbal6. Regurgitasi makananPada Labio skisis1. Distorsi pada hidung2. Tampak sebagian atau keduanya3. Adanya celah pada bibir

Pada Palato skisis1. Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.2. Ada rongga pada hidung.3. Distorsi hidung4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.5. Kesukaran dalam menghisap/makan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan prabedan rutin (misalnya hitung darah lengkap)2. Pemeriksaan Diagnosisa. Foto Rontgenb. Pemeriksaan fisikc. MRI untuk evaluasi abnormal

G. PENATALAKSANAANPada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang.1. Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:a. Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung..berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.b. Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tp beberapa menganggap justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru sesuai dg pertumbuhan pasien.c. Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih besar.

2. Operasi dengan beberapa tahap, sebagai berikut :a. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.b. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.c. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi.d. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau dan Pharyngoplasty.e. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.f. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi).g. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.h. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI

3. Syarat PalatoplastiPalatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 tahun. Jika sengau harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara). Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.

H. KOMPLIKASI Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:1. Kesulitan berbicara hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.2. Maloklusi pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.3. Masalah pendengaran otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan 6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.7. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.8. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung alar cartilago dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah.9. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal. 10. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite.11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

I. PROSES KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Riwayat KesehatanRiwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga, berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.b. Pemeriksaan Fisik1) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.2) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi3) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.4) Kaji tanda-tanda infeksi5) Palpasi dengan menggunakan jari6) Kaji tingkat nyeri pada bayic. Pengkajia Keluarga1) Observasi infeksi bayi dan keluarga2) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua3) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan4) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di rumah.5) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2. Diagnosa Keperawatana. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari kecacatan dan pembedahan.b. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisisc. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahand. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan dirumahe. Nyeri b/d insisi pembedahan

3. Intervensia. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari kecacatan dan pembedahan.Tujuan : Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai adanya peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuaiIntervensi: 1) Observasi intak dan output2) Timbang berat badan sesuai indikasi3) Observasikemampuan menelan dan mengisap4) Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang sesuai untuk pemberian minum5) Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong makan/minuman kedalam6) Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan7) Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan8) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi

b. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisisTujuan : Anak akan bebas dari aspirasiIntervensi: 1) Kaji status pernafasan selama pemberian makan2) Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir3) Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah duduk4) Beri makan secara perlahan5) Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

c. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahanTujuan : Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sebelum dan sesudah operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.Intervensi: 1) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pnemonia2) Observasi tanda-tanda infeksi.3) Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril4) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.5) Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

d. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan dirumahTujuan : Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan, harapan perawat sebelum dan sesudah operasi.Intervensi:1) Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi2) Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan

e. Nyeri b/d insisi pembedahanTujuan : Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidsk lsbil dan tidak gelisah.Intervensi:1) Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan2) Tenangkan bayi3) Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya4) Lakukan tekhnik manajaemen nyeri (distraksi)5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program

DAFTAR PUSTAKAHidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba MedikaNelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta: Fajar InterpratamaNgastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGCWong, Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEChttp://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/sumbing-palatum-_-951000103323 diunduh pada tanggal 17 November 2014 pukul 19.15 WIB