laporan pendahuluan
DESCRIPTION
LP tonsilitisTRANSCRIPT
PATOFISIOLOGI, PENATALAKSANAAN MEDIS DAN EDUKASI,
PASIEN DENGAN UPPER AIRWAY DISOERDERS : TONSILITIS
OLEH : SGD 4
Ni Luh Gede Prabayati
(1002105007)
Ni Ketut Dewi Jayanthi
(1002105013)
Ni Kadek Widiagustiningsih
(1002105022)Kadek Ratih Mentari
(1002105041)
Kadek Gunantari Ariani
(1002105042)
Ni Putu Christin Jayastri
(1002105044)
Ni Kadek Kusuma Dewi
(1002105048)
Ni Luh Putu Devi Kusumayanti(1002105053)
Bagus Adi Marthayoga
(1002105056)Ni Made Risma Widyastuti
(1002105067)
I Made Someita
(1002105077)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2012TO 7B
PATOFISIOLOGI, PENATALAKSANAAN MEDIS DAN EDUKASI, PASIEN DENGAN UPPER AIRWAY DISOERDERS
An T umur 14 tahun dating ke poliklinik tempat anda bertugas dengan keluhan utama panas badan yang tidak turun-turun sejak kemarin pagi. An T dikeluhkan sulit untuk menelan dan kadang-kadang muntah. Ibu An T mengatakan bahwa anaknya mempunyai riwayat amandel sejak 2 tahun yang lalu dan sering meradang1. Untuk memastikan An T mengalami tonsilitis, apa saja yang perlu anda tanyakan lagi dan pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan. Jelaskan alasannya dan buat jawaban yang mengarah ke tonsillitis2. Apakah An T memerlukan tindakan operasi, jelaskan alasan anda? (buat asumsi dari jawaban anda)3. Apakah An T perlu dirawat di RS? Jelaskan alasan anda4. Secara konsep Jelaskan Definisi/ pengertian tonsillitis
Epidemiologi/ insiden kasus tonsillitis
Penyebab/ faktor predisposisi tonsillitis
Patofisiologi terjadinya tonsillitis
Klasifikasi/ derajat tonsillitis
Gejala klinis tonsillitis
Pemeriksaan diagnostic/ penunjang tonsillitis
Therapy/ tindakan penanganan tonsillitis
Edukasi untuk pasien dan keluarga
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebutAn T umur 14 tahun dating ke poliklinik tempat anda bertugas dengan keluhan utama panas badan yang tidak turun-turun sejak kemarin pagi. An T dikeluhkan sulit untuk menelan dan kadang-kadang muntah. Ibu An T mengatakan bahwa anaknya mempunyai riwayat amandel sejak 2 tahun yang lalu dan sering meradang1. Untuk memastikan An T mengalami tonsilitis, apa saja yang perlu anda tanyakan lagi dan pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan. Jelaskan alasannya dan buat jawaban yang mengarah ke tonsillitisHal yang perlu ditanyakan lagi selain keluhan utama yang disampaikan klien seperti (pasien mengeluh panas badan yang tidak turun-turun sejak kemarin pagi,pasien mengeluh sulit menelan dan kadang-kadang muntah, keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat amandel sejak 2 tahun yang lalu dan sering meradang), meliputi : Riwayat nutrisi : dikaji jika anak T mempunyai riwayat sering atau suka mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bahan penyedap kimia seperti MSG. makanan dengan kandungan bahan kimia sendiri merupakan factor predisposisi dari adanya tonsillitis pada anak
Riwayat pengobatan : dikaji jika anak memiliki riwayat dirawat sebelumnya ataukah pernah menjalani penobatan sebelumnya. Dikaji pengobatan apa yang diberikan pada anak waktu lalu. Dikaji keefektifan dari pengobatan tersebut karena amandel pasien yang kembali muncul dan sering-sering meradang akhir-akhir ini.
Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain : Apakah tenggorokan bapak terasa nyeri? Apakah bapak merasakan banyak dahak yang tertumpuk di tengggorokan?
Apakah bapak merasakan sakit pada bagian telinga?
Bapak akhir-akhir ini apakah mengalami perubahan nafsu makan?
Bagaimana nafsu makan bapak akhir-akhir ini?
Alasannya karena, pasien yang mengalami tonsillitis, pada pemeriksaan anamnesis biasanya ditemukan tanda dan gejala demam (peningkatan suhu tubuh), nyeri kepala, badan terasa lemas, nafsu makan menurun, produksi sputum meningkat oleh karena infeksi, serta nyeri pada telinga.Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi
Inspeksi : Mengamati bagian rongga mulut, apakah kelenjar tonsil membesar atau tidak
a) Memeriksa mobilitas tosil, besar tonsil ditentukan sbb:
T0 : tonsil di dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1 : bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula.
T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula.
T3 : bila besarnya 3/4 jarak arkus anterior dan uvula.
T4 : bila besarnya mencapai arkus anterior dan uvula atau lebih.
b) Memeriksa patologi dari tonsil dan palatum mole.
Tonsilitis akut : semua merah, titik titik putih pada tonsil.
Tonsilitis kronik: arkus anterior merah.
Afte
: ditekan sakit
Abses peritonsil : ismus fausium kecil, tonsil terdesak ke medial, sekitar tonsil merah dan edema, uvula terdesak heterolateral udematus.
Difteri: psedo membran warna kotor, hemoragis, ada yang di luar batas tonsil, mukosa normal bull neck, usap tenggorok.
Angina Plaut Vincent: ulkus seluruh tonsil, monolateral, febris, perlu usap tenggorok, mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas tonsil, mulut berbau, dan kelenjar submandibula membesar.
Palpasi : Menekan leher bagian atas dari belakang apakah timbul nyeri atau tidak.2. Apakah An T memerlukan tindakan operasi, jelaskan alasan anda? (buat asumsi dari jawaban anda)Indikasi tonsilektomi :
Terjadi sumbatan:
1. Hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas
2. Slepp apnea
3. Gangguan menelan
4. Gangguan berbicara
5. Cor pulmonale
Curiga neoplasma : tumor jinak & tumor ganas.
Adanya Infeksi:
1. Infeksi telinga tengah yang berulang.
2. Rinitis & sinusitis kronis.
3. Abses peritonsil & abses kelenjar limfe leher berulang.
4. Tonsilitis kronis dengan nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau.
5. Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ lain.
Adanya infeksi berulang:
- tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun- tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun- tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun- tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik Jika pada anak tidak terdapat indikasi seperti yang disebutkan di atas maka tindakan tonsilektomi tidak perlu dilakukan.3. Apakah An T perlu dirawat di RS? Jelaskan alasan andaIndikasi anak T dirawat inap adalah :
Kondisi pasien memburuk yakni gejala yang dialami pasien seperti hiperemi, sulit menelan dan muntah menjadi semakin parah
Suhu tubuh pasien tinggi apalagi jika pasien sampai menunjukan tanda-tanda menggigil
Frekuensi muntah pasien menjadi semakin sering, pasien terlihat sangat lemas, membran mukosa pucat karena banyak cairan yang keluar akiat muntah klien. Ditakutkan pasien kehilangan banyak cairan tubuh
Pasien yang sulit atau mengalami gangguan menelan jika penanganannya lambat dan tidak diatasi akan menyebabkan intake nutrisi pasien menurun ditambah lagi pasien muntah terus, jadi dirawat inap bertujuan juga untuk mengembalikan status nutrisi pasien
Indikasi anak T tidak perlu dirawat :
Tanda dan gejala yang dapat dilihat dari pasien tidak begitu membuat pasien jatuh pada keadaan syok misalnya
Tanda dan gejala yang dapat dilihat masih dapat ditanggulangi oleh pengobatan
Keluarga atau orang tua sangat baik dalam penerimaan HE yang diberikan perawat mengenai teaching disease proses dan hal-hal yang lain yang perlu diperhatikan oleh orang tua pada anaknya untuk mencegah amandel ini kembali kumat
4. Secara konsep Jelaskana. Definisi/Pengertian tonsillitisTonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan munologik (ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.Tonsillitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsillitis akut merupakan infeksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsil terdiri dari jaringan limfatik dan terletak pada kedua sisi orofaring. Keduanya sering menjadi tempat terjangkitnya infeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut tonsillitis. Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus. Tonsilitis kronis adalah radang yang disebabkan oleh kuman yang bukan penyebab tonsilitis akut (bakteri gram positif).Menurut Black (1997: 1079) Tonsilitis adalah infeksi akut pada tonsil atau amandel. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat dan De jong (2005:368). Tonsilitis terbagi menjadi 2 yaitu a). Tonsilitis Akut, merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri tenggorokan, nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat radang akut; b). Tonsilitis Kronis, merupakan infeksi yang paling sering ditemukan di antara infeksi daerah faring. Keluhan dan gejalanya hampir sama dengan Tonsilitis akut ini berulang kali. Pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar dengan banyak kripta disertai tumpukan nanah seperti keju didalam kripta.b. Epidemiologi/insiden kasus tonsillitisHasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 16 Juni 2010 diperoleh data, bahwa Distribusi penyakit tonsilitis pada periode Januari - Desember 2007 berjumlah 467 pasien, periode Januari - Desember 2008 berjumlah 485, periode Januari - Desember 2009 berjumlah 518 pasien, sedangkan periode Januari - Mei 2010 berjumlah 360 orang, dengan rata-rata kasus perbulan 72 orang.
Insiden tonsilitis kronik di RS Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% di antaranya pada usia 6-15 tahun. Sedangkan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periodeApril 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasientonsilitis kronik atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan.
c. Penyebab / faktor predisposisi tonsillitisMenurut Mansjoer (2000: 188) kuman penyebab Tonsilitis akut dan kronis adalah Streptokokus Pyogenesses, sedangkan menurut Effendi (1997: 330-337) Tonsilitis akut sering disebabkan oleh Streptokokus Beta Hemolyticus grup A, meskipun Pneumokokus, Stafilokokus, dan Haemophilus Influenza juga virus patogen yang dapat dilibatkan, pada Tonsilitis lingualis hampir sama dengan peradangan akut tonsila, sedangkan Tonsilitis kronis penyebabnya sama dengan Tonsilitis akut.
Tonsillitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus, viridians dan Streptococcus pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disebabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).Faktor predisposisi tonsilitis kronis antara lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.d. Patofisiologi terjadinya penyakit tonsillitisPerkembangan dari tonsilitis bermula dari infasi virus dan kuman yang menyebar melalui droplet infeksius. Kemudian menginfiltras lapisan epitel dan mulai mengikisnya. Sehingga jaringan limfoid superfisial mulai bereaksi dan menghasilkan proses pembendungan radang oleh leukosit polimorfonklear (PMN). Pada pembendungan ini terjadi kenaikkan suhu pada penderita. Selain itu terjadi pembesaran kelenjar limfe yang sering disebut pembesaran tonsil. Pembesaran kelenjar limfe akan menyebabkan nyeri pada pasien dan kesusahan dalam menelan. Pada pembesaran kelenjar limfe juga terjadi penyumbatan saluran pernafasan bia sudah pada tahap yang kronis sehingga mengganggu jalan pernafasan.
e. Klasifikasi /derajat tonsillitisMenurut Effendi (1997: 330-337) Tonsilitis terbagi menjadi 3 yaitu :
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Lingualis, tonsilitis lingualis tidak memiliki kripta yang rumit dibandingkan tonsila Fasialis, juga tidak begitu besar, infeksi tonsila lingualis sering terjadi, tonsila lingualis sering terjadi pada pasien yang sudah mengalami tonsilektomi pada orang dewasa
Tonsilitis Kronis,merupakan penyakit tonsil yang terjadi secara berulang.
Menurut Soepardi dan Iskandar (2001: 181-183) Tonsilitis juga terbagi menjadi 3 yaitu :
Tonsilitis akut, merupakan peradangan akut pada tonsil. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Bentuk Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut Tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis Membrosa, penyakit yang termasuk kedalam tonsilitis ini adalah Tonsilitis Difteri, Tonsilitis Septik (Septic Sore Throat), Stomatitis ulsero membran (Angina Plaut Vicent), penyakit kelainan darah seperti Leukimia Akut, Anemia Pernisiosa, Neutropenia Maligna, serta infeksi Mononukleosis, Proses spesifik lues dan tuberkulosis, infeksi jamur Moniliasis, Aktinomikosis dan blastomikosis, infeksi Virus Morbili, Pertusis dan Skarlatina.
Tonsilitis kronis, faktor predisposisinya adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, pengobatan Tonsilitis yang tidak adekuat sedangkan faktor presipitasi adalah sama dengan pada tonsilitis akut.Tonsillitis dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
Tonsilitis Akut
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Sterptokokus hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridian dan streptokokus piogenes. Hemolitikus influenza merupakan penyebab tonsillitis akut supuratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detrisus. Detrisus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detrisus ini mengisis kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsillitis akut dan detrisus yang jelas disebut tonsillitis folikularis. Bila bercak bercak detrisus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detrisus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane semu ( pseudomembrane) yang menutupi tonsil. Pada keadaan ini diagnosis bandingnya adalah agina Plaut Vincent, tonsillitis dipteri, Scarlet fever dan angina agranulasitosis.
Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisisk dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tapi kadang kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif.
Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa jaga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh oleh detrisus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.
Tonsilitis Membranosa
Penyakit yang termasuk golongan tonsillitis membranosa adalah :
a. Tonsilitis difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak. Penyebab Tonsilitis difteri ialah kuman Cocyne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidun, faring dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin sebesar 0.03 satuan per cc darah dapat diaggap cukup memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai pada tes Schick.
Tonsilitis difteri sering didapatkan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2 5 tahun, walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini.
b. Tonsilitis septic ( septic sore throat )Penyebab dari tonsilitis septic ialah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
c. Agina Plaut Vincent
Penyakit ini adalah kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta kuma spirilum dan basil fusi form.
d. Penyakit kelainan darah seperti leukemia akut, anemia pernisiosa, neutropenia maligana serta infeksi mononukleosis.
Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agrunulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membrane semu. Kadang kadang terdapat perdarahan di selaput lendir mulut dan faring dan pembesaran kelenjar submandibula.
Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membrane semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.
Agina agrunulositosis
Penyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring dan disekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus in juga dapat ditemukan di genetalia dan saluran cerna.
Infeksi mononukleus
Pada penyakit ini terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahn kelenjar limfa leher ketiak dan regioinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba ( reaksi Paul Bunnel )
e. Proses spesifik lues dan tuberkolosis
f. Infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis dan blastomikosis
g. Infeksi virus morbili, pertusis dan skarlatina.f. Gejala Klinis tonsillitisMenurut Mansjoer (2000: 118) tanda dan gejala pada tonsilitis akut adalah:
Suhu tubuh naik sampai 40C. Rasa gatal atau kering ditenggorokan. Lesu. Nyeri sendi. Odinofagia (sakit pada waktu menelan makanan). Anoreksia. Otalgia(nyeri pada telinga). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis. Tonsil membengkak dan hiperemis. Terdapat detritus atau tonsilitis folikularis, kadang detritus berdekatan menjadi satu atau tonsillitis lakunaris atau berupa membrane semu. Kelenjar submandibula dan nyeri tekan terutama pada anak-anak.
Menurut Mansjoer (2000: 120) tanda dan gejala pada Tonsilitis Kronis adalah : Klien mengeluh ada penghalang ditenggorokan. Tenggorokan terasa kering. Pernafasan bau.
Pada pemeriksaan, tonsil membesar dengan permukaan tidak rata.
Kriptus membesar dan terisi detritus.
Menurut Effendi(1997: 330) tanda dan gejala tonsilitis akut adalah:
Penderita mengeluh sakit tenggorokan dan beberapa derajat disfagia, dan pada kasus yang berat penderita dapat menolak untuk minum atau makan melalui mulut.
Penderita tampak sakit akut dan pasti mengalami malaise.
Suhu tubuh biasanya tinggi, kadang-kadang mencapai 104F.
Napasnya bau.
Mungkin terdapat otalgia dalam bentuk nyeri alih.
Kadang-kadang otitis media merupakan komplikasi peradangan pada tenggorokan.
Seringkali terdapat adenopati servikalis disertai nyeri tekan.
Tonsila membesar dan meradang.
Tonsila biasanya berbercak-bercak dan kadang-kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabu-abuan atau kekuningan.
Eksudat ini dapat berkumpul dan membentuk membran, dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan lokal.
Menurut Effendi (1997: 331) tanda dan gejala tonsilitis lingualis adalah :
Nyeri waktu menelan.
Rasa adanya pembengkakan pada tenggorokan.
Malaise.
Demam ringan.
Pada beberapa kasus terdapat adenopati servikalis dengan nyeri tekan
Menurut Effendi (1997: 337) tanda dan gejala tonsilitis kronis adalah : Pada satu jenis tonsila membesar, dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen, dan dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus satu atau dua kripta membesar.
Menurut Soepardi dan Iskandar (2000: 181) tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
Nyeri tenggorokan dan nyeri pada waktu menelan. Demam dengan suhu tubuh yang tinggi. Rasa lesu. Rasa nyeri disendi-sendi. Tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia), rasa nyeri ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui saraf n. glosofaringius (n. IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna dan tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Menurut Soepardi dan Iskandar (2000: 183) tanda dan gejala tonsilitis kronis adalah:
Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata. Kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada mengganjal di tenggorokan. Tenggorokan dirasakan kering dan napas bau.
Menurut Brunner dan Suddarth (2000: 538) tanda dan gejala tonsillitis adalah:
Sakit tenggorokan. Demam. Ngorok. Kesulitan dalam menelan.g. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang tonsillitisPemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2000: 118) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah:
Kultur tenggorokan.
Uji resistensi kuman.
Sediaan apus tonsilTes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan bakteri group A, karena group ini disertai dengan demam rematik dan glomerulnefritis
Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Diagnosa Banding, Angina Plant Vincent,
Tonsilitis Difteri, Scarllet fever, Angina Granulositosis
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan
Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
h. Theraphy/tindakan penanganan tonsillitisPenanganan pada klien dengan tonsilitis adalah :
Penatalaksanaan medis
antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
Analgesik
Obat kumur yang mengandung desinfektan
Penatalaksanaan keperawatan
kompres dengan air hangat
istirahat yang cukup
pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
kumur dengan air hangat
pemberian diet cair atau lunak sesuai kondisi pasienPenatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :a. Penatalaksanaan tonsilitis akut Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif. Pemberian antipiretik.
b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.c. Diagnosis/ Kriteria DiagnosisAkan diperiksa amandel dan bagian belakang tenggorokan untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti adanya warna kemerahan atau nanah. Bila amandel terlihat mengalami infeksi dan terdapat tanda-tanda dan gejala lain yang mengarah pada radang tenggorokan, maka akan dilakukan uji usap tenggorokan. Dengan tes yang sederhana ini, akan diusapkan semacam kasa steril pada bagian belakang tenggorokan untuk mendapatkan sampel air liur. Tes ini tidak menyakitkan, tapi dapat menyebabkan rasa sedikit tercekat.
Sampel yang telah diambil akan diperiksa di dalam lab untuk melihat ada tidaknya bakteri streptokokus. Hasil tes dapat dilihat dalam hitungan menit atau jam, bergantung pada metode pengujian yang digunakan. Bila tes ini menunjukkan hasil yang positif, anda perlu minum antibiotik untuk mengobati infeksi yang anda alami.
d. Komplikasi Pada anak komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
otitis media
abses peritonsil
abses parafaring
sepsis
bronkiitis
nepritis akut
miokarditis
arthritis
Komplikasi pada tonsillitis difteri :
Laringitis difteri, karena membran semu menjalar ke laring dan menyebabkan sumbatan.
Miokarditis
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau dan kelumpuhan otot- otot pernapasan.
Albuminoria sebagai akibat komplikasi ke ginjal.
Komplikasi pada Tosilitis kronik :Peradangan tonsil kronis menimbulkan komplikasi pada daerah disekitarnya berupa :
Rinitis kronis
Sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi dapat juga terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat menimbulkan :
Endokarditis
Arthritis
Miositis
Nefritis
dermatitis
e. Edukasi untuk pasien dan keluarga Memberikan informasi pada keluarga tentang penyebab penyakit
Menginstruksikan pada keluarga untuk menghindari makan-makanan yang banyak mengandung zat kimia Mengedukasikan pada keluarga untuk meningkatkan oral higiene
f. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1. Hipertermi (gangguan termoregulator suhu) berhubungan dengan respon inflamasi akibat toksis/racun (mikroorganisme) masuk dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.2. Gangguan menelan b.d obstruksi mekanis d.d pasien susah menelan dan terkadang muntah3. PK : Infeksi4. Defisit pengetahuan b.d kurang pajanan informasi ddd ketidakakuratan mengikuti perintahDaftar Pustaka
1. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC2. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta, EGC.
3. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Jilid 1 Ketiga. Jakarta, media Aesculapius.
4. Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.5. Adam GL. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. In : Boles fundamentals of otolaryngology. A text book of ear nose and throat diseases 6th Ed. WB Saunders Co 1989: 332 69.6. Ballenger JJ. Diseases of the oropharynx. In : Otolaryngology head and neck surgery. 15th Ed. Lea Febiger Book. Baltimore, Philadelphia, Hongkong, London, Munich, Sydney, Tokyo 1995 : 236-44.